Laporan Pendahuluan Hepatitis
Laporan Pendahuluan Hepatitis
DI SUSUN OLEH :
LIA FITRIANI ( 14.IK.394)
JUDUL KASUS :
TEMPAT PENGAMBILAN KASUS :
NAMA :
Banjarmasin,...........................2016
Menyetujui,
........................................... ...........................................
NIK. NIK.
LEMBAR PENGESAHAN
JUDUL KASUS :
TEMPAT PENGAMBILAN KASUS :
NAMA :
Banjarmasin,...........................2016
Menyetujui,
........................................... ...........................................
NIK. NIK.
A. DEFINISI
3. Hepatitis C
Nama virusnya RNA HCV/sebelumnya NANBH dengan agen virus
RNA untai tunggal yang dapat terjadi pada semua usia. Cara penularan
terutama melalui darah hubungan seksual dan perinatal. Masa
inkubasinya 15-160 hari dengan rata-rata 50 hari. Resiko penularannya
pada pengguna obat suntik, pasien hemodialisis, pekerja layanan
keehatan, hubungan seksual, resipien infeksi sebelum Juli 1992, resipien
faktor pembekuan sebelum tahun 1987 dan bayi yang lahir dari ibu
terinfeksi.
HCV merupakan virus RNA rantai tunggal, linear berdiameter 50-60
nm. Pemeriksaan imun enzim untuk mendeteksi antibodi terhadap HCV
banyak menghasilkan negatif-palsu sehingga digunakan pemeriksaan
rekombinan suplemental (recombinant assay, RIBA).
4. Hepatitis D
Nama virusnya RNA HDV/agen delta atau HDV (delta) dengan
agen virus RNA untai tunggal, dapat terjadi pada semua usia. Cara
penularan terutama darah tapi sebagian melalui hubungan seksual dan
parenteral. Masa inkubasinya 30-60 hari, 21-140 hari rata-rata 40 hari
yang terjadi pada semua usia. Resiko penularan pada pengguna obat IV,
penderita hemovilia dan resipien konsentrat faktor pembekuan.
Hepatitis D terdapat pada beberapa kasus hepatitis B. Karena
memerlukan antigen permukaan hepatitis B untuk replikasinya, maka
hanya penderita hepatitis B yang beresiko terkenahepatitis D. Antibodi
anti-delta dengan adanya BBAg pada pemeriksaan laboratorium
memastikan diagnosis tersebut. Gejala hepatitis D serupa hepatitis B
kecuali pasiennya lebih cenderung untuk menderita hepatitis fulminan dan
berlanjut menjadi hepatitis aktif yang kronis serta sirosis hati.
5. Hepatitis E
Nama virusnya RNA HEV/agen penyebab utama untuk NANBH
dengan agen virus RNA untai tunggal tak berkapsul. Cara penularan fekal-
oral dan melali air, bisa terjadi pada dewasa muda hingga pertengahan.
Masa inkubasinya 15-60 hari, rata-rata 40 hari. Resiko penularannya pada
air minum terkontaminasi dan wisatawan pada daerah endemis.
HEV merupakan suatu virus rantai tunggal yang kecil
berdiameterkurang lebih 32-34 nm dan tidak berkapsul. HEV adalah jenis
hepatitis non-A, non-B, pemeriksaan serologis untuk HEV menggunakan
pemeriksaan imun enzim yang dikodekan khusus.
Hepatitis Toksik
Mendapat riwayat pajanan atau kontak dengan zat-zat kimia, obat
atau preparat lain yang bersifat hepatotoksik. Gejala yang dijumpai adalah
anoreksia, mual dan muntah. Pemulihan cepat apabila hepatotoksin
dikenali dandihilangkan secara dini atau kontak dengan penyebabnya
terbatas. Terapi ditujukan pada tindakan untuk memulihkan dan
mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit, penggantian darah,
memberikan rasa nyaman dan tindakan pendukung.
1. Masa tunas
Virus A :15-45 hari (rata-rata 25 hari)
Virus B :40-180 hari (rata-rata 75 hari)
Virus non A dan non B : 15-150 hari (rata-rata 50 hari)
3. Fase Ikterik
Urine berwarna seperti teh pekat, tinja berwarna pucat, penurunan
suhu badan disertai dengan bradikardi. Ikterus pada kulit dan sklera yang
terus meningkat pada minggu I, kemudian menetap dan baru berkurang
setelah 10-14 hari. Kadang-kadang disertai gatal-gatal pasa seluruh
badan, rasa lesu dan lekas capai dirasakan selama 1-2 minggu.
4. Fase penyembuhan
Dimulai saat menghilangnya tanda-tanda ikterus, rasa mual, rasa
sakit di ulu hati, disusul bertambahnya nafsu makan, rata-rata 14-15 hari
setelah timbulnya masa ikterik. Warna urine tampak normal, penderita
mulai merasa segar kembali, namun lemas dan lekas capai.
E. KOMPLIKASI
F. PENATALAKSANAAN MEDIS
a. Pencegahan
1) Hepatitis virus B. penderita hepatitis sampai enam bulan
sebaiknya tidak menjadi donor darah karena dapat menular
melalui darah dan produk darah.
2) pemberian imonoglubin dalam pencegahan hepatitis infeksiosa
memberi pengaruh yang baik. Diberikan dalam dosis 0,02ml /
kg BB, intramuskular.
b. Obat-obatan
1) Kortikosteroid. Pemberian bila untuk penyelamatan nyawa
dimana ada reaksi imun yang berlebihan.
2) Antibiotik, misalnya Neomycin 4 x 1000 mg / hr peroral.
3) Lactose 3 x (30-50) ml peroral.
4) Vitamin K dengan kasus kecenderungan perdarahan 10 mg/ hr
intravena.
5) Roboransia.
6) Glukonal kalsikus 10% 10 cc intavena (jika ada hipokalsemia)
7) Sulfas magnesikus 15 gr dalam 400 ml air.
8) Infus glukosa 10% 2 lt / hr.
c. Istirahat, pada periode akut dan keadaan lemah diberikan cukup
istirahat.
d. Jika penderita tidak napsu makan atau muntah – muntah sebaiknya
di berikan infus glukosa. Jika napsu makan telah kembali diberikan
makanan yang cukup
e. Bila penderita dalam keadaan prekoma atau koma, berikan obat –
obatan yang mengubah susunan feora usus, isalnya neomisin
ataukanamycin samapi dosis total 4-6 mg / hr. laktosa dapat
diberikan peroral, dengan pegangan bahwa harus sedemikian
banyak sehingga Ph feces berubah menjadi asam.
G. PENATALAKSANAAN KEPERAWATAN
H. DIAGNOSA KEPERAWATAN
NO Diagnosa NOC NIC
keperawatan
1 Nyeri akut NOC : NIC :
berhubungan v Pain Level, Pain Management
dengan angen injuri
v Pain control,
biologis v Comfort level Lakukan pengkajian nyeri
secara komprehensif
Kriteria Hasil : termasuk lokasi,
Mampu karakteristik, durasi,
mengontrol nyeri frekuensi, kualitas dan
(tahu penyebab faktor presipitasi
nyeri, mampu Observasi reaksi nonverbal
menggunakan dari ketidaknyamanan
tehnik Gunakan teknik komunikasi
nonfarmakologi terapeutik untuk
untuk mengurangi mengetahui pengalaman
nyeri, mencari nyeri pasien
bantuan) Kaji kultur yang
Melaporkan bahwa mempengaruhi respon nyeri
nyeri berkurang Evaluasi pengalaman nyeri
dengan masa lampau
menggunakan Evaluasi bersama pasien
manajemen nyeri dan tim kesehatan lain
Mampu mengenali tentang ketidakefektifan
nyeri (skala, kontrol nyeri masa lampau
intensitas, Bantu pasien dan keluarga
frekuensi dan untuk mencari dan
tanda nyeri) menemukan dukungan
Menyatakan rasa Kontrol lingkungan yang
nyaman setelah dapat mempengaruhi nyeri
nyeri berkurang seperti suhu ruangan,
Tanda vital dalam pencahayaan dan
rentang normal kebisingan
Kurangi faktor presipitasi
nyeri
Pilih dan lakukan
penanganan nyeri
(farmakologi, non
farmakologi dan inter
personal)
Kaji tipe dan sumber nyeri
untuk menentukan
intervensi
Ajarkan tentang teknik non
farmakologi
Berikan analgetik untuk
mengurangi nyeri
Evaluasi keefektifan kontrol
nyeri
Tingkatkan istirahat
Kolaborasikan dengan
dokter jika ada keluhan dan
tindakan nyeri tidak berhasil
Monitor penerimaan pasien
tentang manajemen nyeri
Nutrition Monitoring
BB pasien dalam batas normal
Monitor adanya penurunan
berat badan
Monitor tipe dan jumlah
aktivitas yang biasa dilakukan
Monitor lingkungan selama
makan
Jadwalkan pengobatan
datindakan tidak selama jam
makan
Monitor kulit kering dan
perubahan pigmentasi
Monitor turgor kulit
Monitor kekeringan, rambut
kusam dan mudah patah
Monitor mual dan muntah
Monitor kadar albumin, total
protein, Hb dan kadar Ht
Montor makanan esukaan
Monitor pertumbuhan dan
perkembangan
Monitor pucat, kemerahan dan
kekeringan jaringan konjungtiva
Monitor kalori dan intake nutrisi
Catat adanya edema,
hiperemik, hipertonik papila
lidah dan cavitas oral
Catat jika lidah berwarna
magenta, scarlet
Activity Therapy
DAFTAR PUSTAKA
Ralph Sheila Sparh S., dkk, Nursing Diagnosis : Definition & Classification
2005-2006, NANDA International.
Suddarth & Brunner, 2001, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8
Volume 2, Jakarta, EGC.