DI SUSUN OLEH
KELOMPOK I
1. PUTU CANDRA PRADNYASARI (P07120216041)
2. PUTU RIKA UMI KRISMONITA (P07120216042)
3. I KOMANG SUTHA JAYA (P07120216043)
4. DEWA AYU PUTRI WEDA DEWANTI (P07120216044)
5. KADEK MEISA RUSPITA DEWI (P07120216045)
6. NI LUH GEDE INTEN YULIANA DEWI (P07120216046)
7. LUH EKA DESRIANA PUTRI (P07120216047)
8. INDAH CANTIKA WAHADI (P07120216048)
9. NI PUTU AYU SUCITA DEWI (P07120216049)
10. NI PUTU INDAH PRASTIKA DEWI (P07120216050)
JURUSAN KEPERAWATAN
TAHUN 2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur dan terima kasih kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
atas rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan Makalah Keperawatan Pariwisata
yang berjudul Penangaman Pasien Dengan Bekam.
Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang
sudah terkait dalam penyusunan tugas makalah ini karena telah memberikan kesempatan
kepada penulis untuk penyusunan makalah ini.
Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu dalam penyusunan makalah ini dan semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi
semua pihak dan pembaca.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.................................................................................................................ii
DAFTAR ISI.............................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN...........................................................................................................3
e. Gambaran Pembekaman..............................................................................................7
3.1 SIMPULAN....................................................................................................................17
3.2 SARAN...........................................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................................18
iii
iv
BAB I
PENDAHULUAN
Bekam adalah metode terapi klasik yang kini kembali muncul dan menjadi
tren. Pelatihan bekam dan prakteknya menarik minat banyak dokter setelah kajian-
kajian ilmiah diberbagai negara di dunia membuktikan efektifitas metode terapi klasik
ini dalam mengobati dan memperingan berbagai keluhan penyakit. Bangsa Yunani
kuno juga pernah menggambarkan cara pengobatan ini. Cara pengobatan yang sama
juga marak di kalangan bangsa Arab kemudian Rasulullah SAW mengakui dan
menetapkan bagi kaum muslimin. Sejak dianjurkan oleh Rasul Saw, maka bekam
menjadi masyhur di kalangan umat Islam. Dengan kedatangan Islam, berbagai
khurafat di seputar bekam dihilangkan dan kebersihan ditingkatkan, bahkan
Rasulullah menganjurkan titik-titik tertentu yang memiliki manfaat bagi kesehatan.
Demikianlah di masa Islam menjadikan bekam sebagai metode pengobatan alami
yang bisa dipertanggungjawabkan secara ilmiah
Bekam terdiri dari dua macam yaitu bekam kering dan bekam basah. Letak
perbedaan antara keduanya adalah adanya penyayatan pada bekam basah sebelum
pembekaman untuk menyedot darah sedangkan bekam kering bermanfaat untuk
memindahkan kotoran-kotoran yang menyebabkan berbagai penyakit dari tempat-
tempat yang berpengaruh ke tempat-tempat yang kurang berpengaruh. Jika tempat-
tempat itu disayat, maka kotoran-kotoran itu akan keluar dan tubuh terlindungi dari
bahayanya.
Secara praktis, prinsip ilmiah dari berbekam adalah membuang toksin dan sel-
sel darah yang rusak akibat pengaruh radikal bebas serta merangsang sumsum tulang
untuk memproduksi sel-sel darah baru yang vital. Selain itu manfaat bekam bagi
kesehatan yang menonjol adalah memberi efek detoksifikasi . Dalam pemeriksaan
laboratorium ditemukan bahwa darah hasil pembekaman terdiri dari sel-sel darah
yang bentuknya abnormal dan banyak yang merupakan darah rusak. Hal ini berarti
bahwa selama proses pembekaman orang dibebaskan dari sel-sel darah yang rusak,
yang tentu saja tidak berfungsi atau bahkan mengganggu kesehatan. Dengan demikian
1
berapa pun volume darah yang dibuang, tidak akan berpengaruh pada kelemahan
tubuh, bahkan menyebabkan meningkatnya status kesehatan seseorang.
BAB II
PEMBAHASAN
2
2.1 KONSEP DASAR TERAPI BEKAM
a. Definisi Terapi Bekam
Bekam adalah istilah Melayu yang berarti "membuang darah" atau "membuang
angin", Istilah Al-Hijamah berasal dari istilah bahasa arab : Hijama yang berarti
pelepasan darah kotor. Sedangkan dalam bahasa Inggris disebut dengan cupping, dan
dalam bahasa melayu dikenal dengan istilah Bekam. Di Indonesia dikenal pula dengan
istilah kop atau cantuk. Bekam atau hijamah adalah teknik pengobatan dengan jalan
membuang darah kotor (racun yang berbahaya) dari dalam tubuh melalui permukaan
kulit menurut faham umum, sebenarnya ia berfungsi untuk membuang darah yang telah
rusak atau teroksidasi karena tingginya oksidan dalam tubuh.
Bekam merupakan pengobatan yang usianya kurang lebih mencapai hitungan abad.
Hingga sampai ke Indonesia, ternyata belum banyak masyarakat yang tahu tentang
pengobatan ini. Sementara itu belum ada data statistik yang menggambarkan prosentase
masyarakat yang tahu dan paham tentang metode pengobatan bekam. Secara bahasa
bekam adalah teknik terapi pengobatan dengan jalan membuang darah kotor (sel darah
yang telah rusak) dari dalam tubuh melalui permukaan kulit dengan sayatan pisau atau
jarum steril (Fatahillah, 2009).
b. Sejarah Bekam
Bekam merupakan bagian dari teori pengobatan dengan mengeluarkan darah. Pada
jaman Cina kuno teknik pengobatan ini disebut dengan pengobatan tanduk, karena
tanduk digunakan sebelum adanya cup atau gelas dari kaca maupun plastik. Sedangkan
di Eropa pada abad ke-18 lintah digunakan sebagai alat dalam melakukan pembekaman
(Sufi, 2006).
3
Sejarah penggunanaan bekam hingga saat ini masih menjadi perdebatan, mulai dari
dimana, kapan, dan bagaimana perkembangannya. Berdasarkan awal penggunaannya
Yasin menyebutkan bahwa bekam sudah digunakan oleh kaum Nabi Luth, dengan cara
dilempari batu agar darah keluar dari tubuh pasien. Gambaran yang diberikan masih
menggunakan cara-cara yang tidak manusiawi, walaupun ketika itu metode tersebut
masih dianggap wajar. Pendapat lain menyebutkan (As Sufi, 2006) bahwa bekam sudah
digunakan sejak jaman Nabi Musa, tanpa menjelaskan metode ini peratama kali
ditemukan atau sebuah metode warisan dari masa sebelumnya. Sementara itu melihat
penyebarannya hingga sampai ke Indonesia dijelaskan bahwa bekam dimulai pada jaman
Babylonia, berkembang di Cina, kemudian ke India, menyebar ke Arab dan sampai ke
Indonesia (Sufi, 2006).
Seiring berkembangnya alat dan cara dalam melakukan pengobatan ini semakin
berubah. Tanduk, bambu, tembikar yang dijadikan sebagai cup untuk membekam tidak
dipergunakan lagi. Dilihat dari efektifitasnya alat-alat yang digunakan sebelumnya
dengan cara direbus atau dibakar justru akan merusak alat-alat tersebut, sehingga tidak
dapat dipergunakan jangka waktu yang lama. Oleh karena itu pada akhir abad ke-20
diciptakannya alat yang terbuat dari plastikdan lebih mempermudah pembekam tanpa
harus menggunakan api (Sufi, 2006)
Kemudian dari cara melakukan pembekaman mulai dari yang sebelumnya dengan
merebus gelas-gelas atau membakarnya, sekarang tidak dilakukan kembali. Gelas-gelas
atau cup tersebut sudah dirancang sedemikian rupa pembekam dapat menggunakan dan
melakukan pengobatan bekam dengan mudah, hanya dengan melakukan penghisapan
dengan alat penghisap (Sufi, 2006)
4
c. Jenis Bekam
Secara umum bekam dapat dilakukan dengan tiga cara yaitu bekam kering, bekam
basah, bekam seluncur atau meluncur
1) Bekam kering yaitu bekam tanpa sayatan atau tusukan yang mengeluarkan
darah. Bekam jenis ini hanya memindahkan darah kotor yang menyebabkan
penyakit dari tempat yang berpengaruh ke tempat yang kurang berpengaruh.
Bekam kering menurut (Fatahillah,2006) dapat digunakan untuk
menghilangkan rasa nyeri pada tubuh bagian belakang. Dalam proses
pembekaman, bekam kering dilakukan sebelum permukaan kulit disayat atau
ditusuk. Manfaat bekam kering pada tubuh yaitu meringankan rasa sakit dan
mengurangi penumpukan darah, penyakit paru-paru yang kronis, mengobati
nephritis, mengatasi radang pada organ bagian dalam ( selaput, jantung, urat
syaraf atau daerah punggung bawah yang mulai sejajar dari pusar ke bawah
dan di sela tulang-tulang dada), menahan derasnya haid dan hidung mimisan,
mengatasi masuk angin, pemindahan darah dari pembuluh darah pasien dan
menginjeksikannya ke otot paha, serta khusus bagi anak-anak atau siapa saja
yang urat nadi mereka sulit ditemukan (Fatahillah, 2009).
2) Bekam basah yaitu bekam dengan sayatan atau tusukan dengan mengeluarkan
darah statis atau darah kotor. Dengan manfaat-manfaat sebagai berikut
diantaranya membersihkan darah dan meningkatkan aktivitas syaraf tulang
belakang, memperbaiki permeabilitas pembuluh darah, menghilangkan
kejang-kejang, menghilangkan memar pada otot, asma, pneumonia, dan
angina pectoris, penyakit sciatica (pegal di pinggang), encok, gangguan
tekanan darah arteriosclerosis (pengapuran pembuluh darah), sakit bahu,
dada, dan punggung, malas, lesu, dan banyak tidur, luka (bisul, jerawat, gatal-
gatal pada kulit, dan luka bernanah), radang selaput jantung dan ginjal
(Fatahillah, 2009).
3) Bekam seluncur atau meluncur merupakan bekam sebagai pengganti kerokan
yang bermanfaat untuk membuang angin, melemahkan otot, dan melancarkan
peredaran darah. Metode ini serupa dengan guasha (Cina) dan scrapping
(Inggris) (Fatahillah, 2009).
5
d. Alat-Alat Bekam
Bekam sebagai metode pengobatan alternatif memiliki alat-alat dalam melakukan
proses pengobatan diantaranya sarung tangan (Rubber gloves) untuk satu kali pemakaian;
cupping set, yaitu peralatan yang digunakan untuk menghisap permukaan kulit yang
sudah ditentukan; balon karet atau jari medir yang besar, atau kondom; Silet medis
(Blade surgical) atau pisah bedah yang digunakan satu kali pakai atau pisau cukur yang
telah disterilkan, atau jarum (lancing) steril (yang bisa digunakan untuk memeriksa
golongan darah), sebagai penyayat atau penusuk yang digunakan sekali pakai; Lancing
device alat tempat jarum, pengukur tekanan darah dan gula darah; Alkohol, minyak but-
but, zaitun, dan minyak habatussauda, serta tisu (Rachmadila, 2009).
e. Gambaran Pembekam
Pada jaman Nabi Muhammad mayoritas pembekam berstatus budak. Dalam konteks
kekinian tenaga medis pada pengobatan bekam memiliki latar belakang status social
yang beragam seperti perawat, dokter, dosen, mahasiswa, pegawai kantoran, ibu rumah
6
tangga, dan lain-lain. Selain status social, pada praktiknya pembekam memiliki metode
yang berbeda (Fatahillah, 2009).
Perbedaan metode ini dipengaruhi oleh latar belakang pendidikan yang berbeda baik
formal maupun non formal. Pengaruh secara langsung dapat dilihat dalam proses
pembekaman, alat yang digunakan, dan pandangan yang berbeda dari masing-masing
tenaga bekam mengenai pengobatan bekam (Fatahillah, 2009).
Walaupun perbedaan-perbedaan tersebut nampak, pembekam memiliki peran penting
dalam tersebarnya metode bekam ke masyarakat. Dalam hal komunitas, tenaga
kesehaatan bekam memiliki sejumlah komunitas contoh Asosiasi Bekam Indonesia
(ABI) Jakarta yang memiliki peran penting dalam melindungi dan mencegah pembekam
dari tindakan malpraktik. Selain itu asosiasi ini juga sering mengadakan pelatihan dan
akan melakukan standarisasi dalam melakukan pengobatan bekam. Selain ABI, terdapat
berbagai macam perkumpulan orang-orang yang mengebangkan pengobatan bekam
diantaranya Asosiasi Praktisi Herbal Thibbun Nabawi, Herbal Naturaid Center (HNC),
dan Komunitas Pengobatan Nabawi (KPN). Beberapa diantaranya sudah membuka
sekolah herbalis dan mendirikan klinik sebagai tempat melakukan proses pengobatan
(Fatahillah, 2009).
a. Caregiver
Sebagai caregiver perawat dalam melaksanakan praktek bekam dapat melakukan
langsung proses pembekaman dengan menggunakan pendekatan langkah-langkah
proses keperawatan yaitu; pengkajian terlebih dahulu kepada pasien yang meliputi;
pemeriksaan fisik, pemeriksaan tanda-tanda vital. Sehingga dari hasil ini dapat
dilakukan pembekaman pada titik yang tepat sesuai dengan masalah kesehatan yang
dialami pasien. Perawat dapat juga melakukan pembekaman dengan mempertahankan
prinsip septic, anti septic sehingga tidak terjadi Cross Infection antar pasien atau
antara pasien dan perawat.
b. Advocate
7
Sebagai advocate, peran perawat diantaranya dengan menyeleksi pasien yang
memungkinkan untuk dilakukan pembekaman, sehingga meminimalkan resiko
komplikasi penyakit khususnya pada pasien yang mengalami gangguan pada system
hematologi seperti gangguan pembekuan, anemia berat dan pasien dengan kondisi
fisik yang sangat lemah.
c. Educator
Peran sebagai educator, perawat dapat memberikan pendidikan kesehatan sesuai
dengan masalah kesehatan pasien sehingga menunjang terjadinya perubahan perilaku
yang pada akhirnya dapat menyembuhkan penyakit. Perawat juga dapat mengajarkan
pada pasien untuk dapat melakukan pembekaman sendiri dirumah jika
memungkinkan.
d. Researcher
Peran sebagai reseacher, dalam hal ini perawat sangat memiliki peluang yang luas
untuk melakukan penelitian, karena penelitian-penelitian tentang bekam belum
banyak di lakukan. Dengan banyaknya bukti-bukti ilmiah nantinya maka diharapkan
pengobatan dengan bekam akan menjadi salah satu trends dimasyarakat khususnya
umat islam. Sehingga bekam selain digunakan sebagai salah satu cara pengobatan
penyakit, juga sekaligus dijadikan sebagai sarana untuk melaksankan salah satu sunah
nabi yang akan mendapatkan balasan pahala bagi siapa saja yang melakukannya
dengan ikhlas.
a. Pengeluaran toksin dan darah kotor. Dengan dikeluarkannya toksin dan darah
yang rusak atau tidak bagus kinerjanya maka tubuh akan lebih segar dan sehat.
b. Perbaikan fungsi organ tubuh. Organ tubuh yang terganggu fungsinya akan
disembuhkan dengan cara perbaikan jaringan dan sel yang ada padanya sehingga
bisa berfungsi dan sehat kembali.
c. Penambahan antibodi tubuh. Organ tubuh yang terinfeksi kuman penyakit dapat
sembuh secara alami karena tubuh memproduksi zat antibodi yang bisa
8
membunuh kuman penyakit yang merugikan. Jika organ tubuh sudah bebas dari
infeksi penyakit maka tubuh pun akan sehat lagi
Darah bekam yang keluar melalui proses bekam dilihat dari hasil penelitian
laboratorium darah memperlihatkan hal-hal sebagai berikut :
a. Bahwa darah bekam mengandung sepersepuluh kadar sel darah putih (lekosit)
yang ada di dalam darah biasa. Hal tersebut terlihat dalam seluruh kasus yang
diteliti, tanpa ada pengecualian. Fakta ini menunjukkan bahwa terapi bekam tetap
melindungi dan sekaligus menguatkan unsur-unsur sistem kekebalan.
b. Adapun eritrosit (sel darah merah), semua sel darah merah memiliki bentuk yang
tidak normal, artinya sel-sel tersebut tidak mampu melakukan aktivitas,
disamping juga menghambat sel-sel lain yang masih muda dan aktif. Hal tersebut
mengindkasikan bahwasanya proses bekam membuang sel-sel darah merah yang
rusak dan darah yang tidak dibutuhkan lagi dengan tetap mempertahankan sel-sel
darah putih di dalam tubuh.
c. Kapasitas ikatan zat besi dalam darah bekam tinggi sekali (550-1.100), satu hal
yang menunjukkan bahwa bekam mempertahankan zat besi yang ada di dalam
tubuh tidak ikut keluar bersama darah yang dikeluarkan dengan bekam sebagai
awal penggunaan zat besi tersebut dalam pembentukan sel-sel muda yang baru.
9
pisau bedah, sayatan disesuaikan dengan diameter/ lingkaran gelas
tersebut, lalu hisap dengan alat cupping set dan hand pump untuk
menyedot darah kotor. Hisap/ vacuum sebanyak 3-5 kali pompa
(disesuaikan dengan ketahanan pasien) dan biarkan selama 3-5
menit.
d) Buang darah yang kotor (pada cawan yang telah disiapkan),
kemudian lakukan pembekaman lagi pada tempat yang sama.
Biarkan 2-3 menit, lakukan hal ini sampai 3 kali dan maksimal 5
kali jika pada kondisi pasien tertentu bisa sampai maksimal 7 kali.
e) Setelah selesai bekas bekaman diberi anti septik /minyak but-but,
agar tidak terjadi infeksi dan luka cepat sembuh.
f) Pembekaman dapat dilakukan tiap hari pada titik-titik yang
berbeda-beda dan berikan jangka waktu 2-3 pekan untuk titik
yang sama. Atau 4 pekan sekali melakukan pembekaman.
g) Sebaiknya dilakukan diagnosa sebelum pembekaman agar dicapai
suatu ketepatan dalam pengobatan dan tidak membahayakan
pasien.
2. Bekam kering (hijamah jaafah) atau Dry Cupping.
Metode ini hanya dilakukan untuk menghilangkan rasa nyeri dan
melenturkan otot-otot pada punggung dan badan bagian belakang.
Tindakan ini dilakukan untuk penyakit ringan. Cara bekam kering :
a) Massage/ urut seluruh badan bagian belakang dengan minyak but-
but/zaitun/minyak habbatssauda selama 5 menit.
b) Hisap/vacuum dengan gelas kaca pada permukaan kulit dan pada
titik yang sudah ditentukan. Hal ini sebaiknya dilakukan 3-5 kali
pompa dan biarkan selama 10-15 menit.
c) Lepaskan gelas kaca tersebut dan urut atau pijat kembali bekas
bekaman dengan menggunakan minyak selama 2-3 menit.
12
jaringan yang terhisap ke dalam gelas, terlihat berbentuk lingkaran. Darah dan
beberapa unsur ikut tersedot ke permukaan kulit, sehingga tampak sebagai daerah
lingkaran berwarna merah, karena terjadi pengumpulan darah di tempat tersebut
(Rachmadila, 2009).
Tahap kedua melakukan bekam kering yaitu gelas kering yaitu gelas
dibiarkan berada pada tubuh selama 3-5 menit setelah itu dicabut. Manfaat dari tahap
ini yaitu untuk memindahkan berbagai unsur kotor pada bagian-bagian penting
didalam tubuh (seperti persendian) ke bagian-bagian yang kurang penting (seperti
permukaan kulit). Pada bagian ini merupakan bagian anastesi atau membuat kebal
titik tertentu yang selanjutnya dilakukan penyayatan atau tusukan, sehingga ketika
penyayatan atau tusukan pasien tidak merasakan sakit (Rachmadila, 2009).
Tahap ketiga melakukan penyayatan atau tusukan. Ketika melakukan
penyayatan pertama kali, lebih baik pembekam mengenali karakter kulit pasien,
keadaan pembuluh darahnya, dan kondisi-kondisi terkait lainnya. Setelah itu
penyayatan dapat dilakukan pada beberapa gelas secara bersamaan. Terdapat
ketentuan dalam melakukan penyayatan (penyilet atau penggoresan ringan) yaitu
penyayatan dilakukan pada bagian luar kulit dengan kedalaman sayatan kurang lebih
0,1mm atau melakukan penyayatan ringan. Kedalaman sayatan atau tusukan dapat
dilakukan berbeda-beda sesuai penyakit pasien, tetapi tidak dianjurkan sampai
mengenai pembuluh darah arteri atau vena. Ketentuan panjang sayatan kurang lebih
4mm, banyaknya sekitar 15 sayatan dalam satu titik. Alat yang digunakan sebagai
penyayat yaitu dengan menggunakan silet medis atau pisau cukur yang telah
disterilkan (Rachmadila, 2009).
Terdapat beberapa catatan dalam melakukan tahap ini yaitu pada kasus pasien
mengidap penyakit yang berhubungan dengan peredaran darah atau gula, tidak
diperkenankan untuk menggunakan sayatan. Tetapi menggunakan tusukan dengan
jumlah maksimal sebanyak 30 tusukan dalam satu titik. Kemudian ketika melakukan
penyayatan, sayatan harus sejajar dengan panjang tubuh dari arah melebar. Sayatan
diupayakan tidak mengenai pembuluh darah vena maupun arteri yang terlihat
misalnya dipunggung tangan atau telapak kaki. Setelah itu jarak antara sayatan yang
satu dengan yang lain sekitar 3mm (Rachmadila, 2009).
Tahap keempat melakukan bekam basah yang dilakukan setelah penyayatan
atau tusukan. Tahap ini dilakukan sekitar 3-5 menit sampai terlihat darah kental
keluar, setelah itu gelas dilepaskan secara hati-hati agar tidak mengalir di tubuh
pasien. Pada kasus tertentu jika gelas dibiarkan menempel dikulit dalam jangka waktu
13
yang lama (10 menit atau lebih), maka dipermukaan kulit akan muncul beberapa
gelembung seperti luka bakar. Gelembung-gelembung yang menandung cairan limfe
ini bisa ditusuk, sehingga cairan tersebut dapat dikeluarkan. Namun tidak dianjurkan
untuk menghilangkan gelembung-gelembung ini, tetapi sebaiknya diperlakukan
sebagaimana luka-luka bakar ringan. Kemudian darah dibersihkan dengan tisu atau
sapu tangan. Bagian tubuh yang disayat dibersihkan dengan pembersih seperti madu,
minyak habbatusauda, atau alkohol. Bisa juga temat tersebut dibalut, khusus pada
bagian telapak kaki dan pada pasien yang mengidap penyakit diabetes (Rachmadila,
2009) .
Tahap ini dapat dilakukan berulang kali hingga tidak terdapat darah yang
keluar atau setelah terlihat cairan kuning keluar dari titik tersebut. Perlu diperhatikan
dalam melakukan tahapp ini pembekam dianjurkan menyesuaikan dengan kondisi
fisik dan mental pasien. Dengan demikian, praktik bekam sudah selesai dibagian
tubuh tersebut (Rachmadila, 2009).
Setelah tahapan-tahapan ini selesai jarum atau pisau yang digunakan harus
dibuang dan tidak digunakan kembali untuk pasien lain. Selai itu gelas atau cup harus
dibersihkan dengan air dan sabun serta dengan pembersih lainnya seperti saflon, ditol
ataupun alkohol. Jika terdapat darah dalam gelas, maka gelas tersebut harus
dibersihkan benar-benar dengan klorin. Gelas dapat digunakan untuk satu orang pada
hari yang sama (Rachmadila, 2009).
14
Pada salah satu versi sumber pengobatan bekam terdapat waktu yang
dianjurkan maupun dilarang, hal ini didasari oleh hadits-hadits yang ada dan
alasan medis, diantaranya setiap tanggal 17,19,21 setiap bulan hijriyah pada
siang hari jam dua hingga jam tiga, selain hari sabtu dan rabu, ada pula yang
menyebutkan hanya hari senin, selasa dan kamis. Pemilihan waktu berbekam
pada praktiknya tidak terlalu kaku. Hal ini ditunjukan untuk mencegah
ketidakstabilan darah, karena akan menyebabkan kematian pada pasien. Pada
pasien yang belum paham mengenai proses pembekaman, lebih baik pembekam
terlebih dahulu memberi tahukan kapan waktu yang baik untuk berbekam. Pada
keadaan tertentu waktu berbekam bisa dilakukan kapan saja, walaupun demikian
hari rabu tetap menjadi hari larangan berbekam (Sufi, 2006).
b. Upah Pembekam
Upah untuk membayar pembekam menjadi salah satu bagian dalam
menggambarkan pengobatan bekam. Di satu sisi terdapat beberapa pendapat
seputar upah bekam, disisi lain adanya perbedaan realitas ketika itu dengan saat
ini. Pada masa itu pembekaman mayoritas berstatus budak yang dimiliki oleh
seseorang tuan. Budak saat itu wajib memberikan upeti kepada tuannya, sebesar
yang sudh ditentukan. Budak yang juga tukang bekam berarti memiliki
penghasilan yang lebih. Oleh karena itu Nabi sering membayarnya dengan
melobi tuannya agar upetinya diperingan (Sufi, 2006).
Sedangkan saat ini, masyarakat yang berminat sebagagai pembekam
statusnya mulai beragam. Seperti dokter, mahasiswa, ibu rumah tangga, dan
lain-lain. Oleh karena itu pembekam sudah bisa dikatakan sebagai profesi,
sehingga membayar upah menjadi hal yang lumrah dan wajar (Sufi, 2006).
c. Larangan dalam Berbekam
Beberapa larangan dalam melakukan pembekaman yaitu pada pasien
yang fisiknya lemah (orang tua), penderita infeksi kulit yang merata, anak-anak,
penderita dehidrasi (kekurangan cairan), penderita kanker darah, pasien yang
sering mengalami keguguran, gangguan jiwa, penderita hepatitis A dan B yang
parah (jika kondisinya sudah lebih baik maka dapat dilakukan pembekaman),
pebekaman langsung setelah mandi, pasien yang baru muntah, pasien yang
melakukan cuci darah, langsung makan sesudah berbekam atau sebaliknya,
memasang gelas bekam diatas urat sendi yang robek, ibu hamil, pasien yang
baru memberikan donor darah, pasien yang sedang mengkonsumsi obat
15
pengencer darah, pasien yang kelelahan diberi waktu agar beristirahat sejenak,
pasien yang dalam keadaan kenyang ataupun lapar (Sufi, 2006).
BAB III
PENUTUP
3.1 SIMPULAN
Bekam atau hijamah adalah teknik pengobatan dengan jalan membuang darah kotor
(racun yang berbahaya) dari dalam tubuh melalui permukaan kulit menurut faham umum,
sebenarnya ia berfungsi untuk membuang darah yang telah rusak atau teroksidasi karena
tingginya oksidan dalam tubuh. Jenis-jenis bekam yaitu bekam kering, bekam basah,
bekam seluncur atau meluncur. Alat-alat yang digunakan dalam melakukan bekam yaitu
sarung tangan, cupping set,, silet medis, lancing device, alkohol, minyak but-but, zaitun,
dan minyak habatussauda, serta tisu. Peran perawat dalam pelaksanaan bekam
diantaranya adalah sebagai: Caregiver, Advocate, Educator, dan Researcher. Manfaat
Bekam dapat menyembuhkan penyakit karena pada dasarnya pada terapi bekam terjadi
tiga hal prinsip penyembuhan, yaitu pengeluaran toksin dan darah kotor, perbaikan fungsi
organ tubuh, penambahan antibodi tubuh. Adapun hal-hal yang perlu diperhatikan dalam
bekam yaitu, waktu berbekam, upah pembekam, larangan dalam berbekam
3.2 SARAN
Sebagai mahasiswa yang bergerak di bidang kesehatan kita harus mampu mengetahui
dan memperkenalkan kembali pengobatan-pengobatan tradisional salah satunya yaitu
bekam sehingga dapat dimanfaatkan oleh masyarakat.
16
DAFTAR PUSTAKA
17