Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH KEPERAWATAN PARIWISATA I

PENANGANAN PASIEN DENGAN BEKAM

DI SUSUN OLEH
KELOMPOK I
1. PUTU CANDRA PRADNYASARI (P07120216041)
2. PUTU RIKA UMI KRISMONITA (P07120216042)
3. I KOMANG SUTHA JAYA (P07120216043)
4. DEWA AYU PUTRI WEDA DEWANTI (P07120216044)
5. KADEK MEISA RUSPITA DEWI (P07120216045)
6. NI LUH GEDE INTEN YULIANA DEWI (P07120216046)
7. LUH EKA DESRIANA PUTRI (P07120216047)
8. INDAH CANTIKA WAHADI (P07120216048)
9. NI PUTU AYU SUCITA DEWI (P07120216049)
10. NI PUTU INDAH PRASTIKA DEWI (P07120216050)

TINGKAT 3.B SEMESTER VI D-IV KEPERAWATAN

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR

JURUSAN KEPERAWATAN

TAHUN 2019

KATA PENGANTAR
Puji syukur dan terima kasih kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
atas rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan Makalah Keperawatan Pariwisata
yang berjudul “Penangaman Pasien Dengan Bekam”.

Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang
sudah terkait dalam penyusunan tugas makalah ini karena telah memberikan kesempatan
kepada penulis untuk penyusunan makalah ini.

Dengan segala kerendahan hati penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam


penyusunan makalah ini masih jauh dari kata sempurna baik dari segi penampilan maupun
dari segi kualitas penulisan. Oleh sebab itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang
dapat membangun jika terdapat kesalahan, kekurangan, dan kata – kata yang kurang
berkenan dalam makalah ini, dan tentu saja dengan kebaikan bersama dan untuk bersama.

Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu dalam penyusunan makalah ini dan semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi
semua pihak dan pembaca.

Denpasar, 01 April 2018

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................................................ii

DAFTAR ISI.............................................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................................1

1.1 Latar Belakang..................................................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah............................................................................................................2

1.3 Tujuan Penulisan..............................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN...........................................................................................................3

2.1 Konsep Dasar Terapi Bekam............................................................................................3

a. Definisi Terapi Bekam.................................................................................................3

b. Sejarah Terapi Bekam..................................................................................................3

c. Jenis-Jenis Terapi Bekam.............................................................................................5

d. Alat-Alat Terapi Bekam...............................................................................................6

e. Gambaran Pembekaman..............................................................................................7

2.2 Peran Perawat Dalam Terapi Bekam................................................................................8

2.3 Prinsip Terapi Bekam.......................................................................................................9

a. Prinsip Terapi Bekam...................................................................................................9

b. Cara Terapi Bekam....................................................................................................10

c. Tata Cara Terapi Bekam Menurut Medis...................................................................11

d. Tata Cara Dalam Berbekam.......................................................................................13

BAB III PENUTUP..................................................................................................................17

3.1 SIMPULAN....................................................................................................................17

3.2 SARAN...........................................................................................................................12

DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................................18

iii
iv
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Bekam adalah metode terapi klasik yang kini kembali muncul dan menjadi
tren. Pelatihan bekam dan prakteknya menarik minat banyak dokter setelah kajian-
kajian ilmiah diberbagai negara di dunia membuktikan efektifitas metode terapi klasik
ini dalam mengobati dan memperingan berbagai keluhan penyakit. Bangsa Yunani
kuno juga pernah menggambarkan cara pengobatan ini. Cara pengobatan yang sama
juga marak di kalangan bangsa Arab kemudian Rasulullah SAW mengakui dan
menetapkan bagi kaum muslimin. Sejak dianjurkan oleh Rasul Saw, maka bekam
menjadi masyhur di kalangan umat Islam. Dengan kedatangan Islam, berbagai
khurafat di seputar bekam dihilangkan dan kebersihan ditingkatkan, bahkan
Rasulullah menganjurkan titik-titik tertentu yang memiliki manfaat bagi kesehatan.
Demikianlah di masa Islam menjadikan bekam sebagai metode pengobatan alami
yang bisa dipertanggungjawabkan secara ilmiah

Bekam terdiri dari dua macam yaitu bekam kering dan bekam basah. Letak
perbedaan antara keduanya adalah adanya penyayatan pada bekam basah sebelum
pembekaman untuk menyedot darah sedangkan bekam kering bermanfaat untuk
memindahkan kotoran-kotoran yang menyebabkan berbagai penyakit dari tempat-
tempat yang berpengaruh ke tempat-tempat yang kurang berpengaruh. Jika tempat-
tempat itu disayat, maka kotoran-kotoran itu akan keluar dan tubuh terlindungi dari
bahayanya.

Secara praktis, prinsip ilmiah dari berbekam adalah membuang toksin dan sel-
sel darah yang rusak akibat pengaruh radikal bebas serta merangsang sumsum tulang
untuk memproduksi sel-sel darah baru yang vital. Selain itu manfaat bekam bagi
kesehatan yang menonjol adalah memberi efek detoksifikasi . Dalam pemeriksaan
laboratorium ditemukan bahwa darah hasil pembekaman terdiri dari sel-sel darah
yang bentuknya abnormal dan banyak yang merupakan darah rusak. Hal ini berarti
bahwa selama proses pembekaman orang dibebaskan dari sel-sel darah yang rusak,
yang tentu saja tidak berfungsi atau bahkan mengganggu kesehatan. Dengan demikian

1
berapa pun volume darah yang dibuang, tidak akan berpengaruh pada kelemahan
tubuh, bahkan menyebabkan meningkatnya status kesehatan seseorang.

1.2 Rumusan masalah


Berdasarkan latar belakang diatas maka dapat dirumuskan beberapa masalah sebagai
berikut :
1. Bagaimanakah Konsep Dasar Terapi Bekam?
2. Bagaimakah Peran Perawat dalam Terapi Bekam ?
3. Bagaimanakah Prinsip Terapi Bekam?

1.3 Tujuan Penulisan


Adapun tujuan penulisan berdasarkan rumusan masalah diatas ialah sebagai berikut:
1. Mahasiswa dapat memahami bagaimanakah Konsep Dasar Terapi Bekam?
2. Mahasiswa dapat memahami bagaimakah Peran Perawat dalam Terapi Bekam ?
3. Mahasiswa dapat memahami bagaimanakah Prinsip Terapi Bekam?

BAB II

PEMBAHASAN

2
2.1 KONSEP DASAR TERAPI BEKAM
a. Definisi Terapi Bekam
Bekam adalah istilah Melayu yang berarti "membuang darah" atau "membuang
angin", Istilah Al-Hijamah berasal dari istilah bahasa arab : Hijama yang berarti
pelepasan darah kotor. Sedangkan dalam bahasa Inggris disebut dengan cupping, dan
dalam bahasa melayu dikenal dengan istilah Bekam. Di Indonesia dikenal pula dengan
istilah kop atau cantuk. Bekam atau hijamah adalah teknik pengobatan dengan jalan
membuang darah kotor (racun yang berbahaya) dari dalam tubuh melalui permukaan
kulit menurut faham umum, sebenarnya ia berfungsi untuk membuang darah yang telah
rusak atau teroksidasi karena tingginya oksidan dalam tubuh.

Bekam merupakan pengobatan yang usianya kurang lebih mencapai hitungan abad.
Hingga sampai ke Indonesia, ternyata belum banyak masyarakat yang tahu tentang
pengobatan ini. Sementara itu belum ada data statistik yang menggambarkan prosentase
masyarakat yang tahu dan paham tentang metode pengobatan bekam. Secara bahasa
bekam adalah teknik terapi pengobatan dengan jalan membuang darah kotor (sel darah
yang telah rusak) dari dalam tubuh melalui permukaan kulit dengan sayatan pisau atau
jarum steril (Fatahillah, 2009).

b. Sejarah Bekam
Bekam merupakan bagian dari teori pengobatan dengan mengeluarkan darah. Pada
jaman Cina kuno teknik pengobatan ini disebut dengan pengobatan tanduk, karena
tanduk digunakan sebelum adanya cup atau gelas dari kaca maupun plastik. Sedangkan
di Eropa pada abad ke-18 lintah digunakan sebagai alat dalam melakukan pembekaman
(Sufi, 2006).

3
Sejarah penggunanaan bekam hingga saat ini masih menjadi perdebatan, mulai dari
dimana, kapan, dan bagaimana perkembangannya. Berdasarkan awal penggunaannya
Yasin menyebutkan bahwa bekam sudah digunakan oleh kaum Nabi Luth, dengan cara
dilempari batu agar darah keluar dari tubuh pasien. Gambaran yang diberikan masih
menggunakan cara-cara yang tidak manusiawi, walaupun ketika itu metode tersebut
masih dianggap wajar. Pendapat lain menyebutkan (As Sufi, 2006) bahwa bekam sudah
digunakan sejak jaman Nabi Musa, tanpa menjelaskan metode ini peratama kali
ditemukan atau sebuah metode warisan dari masa sebelumnya. Sementara itu melihat
penyebarannya hingga sampai ke Indonesia dijelaskan bahwa bekam dimulai pada jaman
Babylonia, berkembang di Cina, kemudian ke India, menyebar ke Arab dan sampai ke
Indonesia (Sufi, 2006).

Seiring berkembangnya alat dan cara dalam melakukan pengobatan ini semakin
berubah. Tanduk, bambu, tembikar yang dijadikan sebagai cup untuk membekam tidak
dipergunakan lagi. Dilihat dari efektifitasnya alat-alat yang digunakan sebelumnya
dengan cara direbus atau dibakar justru akan merusak alat-alat tersebut, sehingga tidak
dapat dipergunakan jangka waktu yang lama. Oleh karena itu pada akhir abad ke-20
diciptakannya alat yang terbuat dari plastikdan lebih mempermudah pembekam tanpa
harus menggunakan api (Sufi, 2006)

Kemudian dari cara melakukan pembekaman mulai dari yang sebelumnya dengan
merebus gelas-gelas atau membakarnya, sekarang tidak dilakukan kembali. Gelas-gelas
atau cup tersebut sudah dirancang sedemikian rupa pembekam dapat menggunakan dan
melakukan pengobatan bekam dengan mudah, hanya dengan melakukan penghisapan
dengan alat penghisap (Sufi, 2006)

4
c. Jenis Bekam
Secara umum bekam dapat dilakukan dengan tiga cara yaitu bekam kering, bekam
basah, bekam seluncur atau meluncur

1) Bekam kering yaitu bekam tanpa sayatan atau tusukan yang mengeluarkan
darah. Bekam jenis ini hanya memindahkan darah kotor yang menyebabkan
penyakit dari tempat yang berpengaruh ke tempat yang kurang berpengaruh.
Bekam kering menurut (Fatahillah,2006) dapat digunakan untuk
menghilangkan rasa nyeri pada tubuh bagian belakang. Dalam proses
pembekaman, bekam kering dilakukan sebelum permukaan kulit disayat atau
ditusuk. Manfaat bekam kering pada tubuh yaitu meringankan rasa sakit dan
mengurangi penumpukan darah, penyakit paru-paru yang kronis, mengobati
nephritis, mengatasi radang pada organ bagian dalam ( selaput, jantung, urat
syaraf atau daerah punggung bawah yang mulai sejajar dari pusar ke bawah
dan di sela tulang-tulang dada), menahan derasnya haid dan hidung mimisan,
mengatasi masuk angin, pemindahan darah dari pembuluh darah pasien dan
menginjeksikannya ke otot paha, serta khusus bagi anak-anak atau siapa saja
yang urat nadi mereka sulit ditemukan (Fatahillah, 2009).
2) Bekam basah yaitu bekam dengan sayatan atau tusukan dengan mengeluarkan
darah statis atau darah kotor. Dengan manfaat-manfaat sebagai berikut
diantaranya membersihkan darah dan meningkatkan aktivitas syaraf tulang
belakang, memperbaiki permeabilitas pembuluh darah, menghilangkan
kejang-kejang, menghilangkan memar pada otot, asma, pneumonia, dan
angina pectoris, penyakit sciatica (pegal di pinggang), encok, gangguan
tekanan darah arteriosclerosis (pengapuran pembuluh darah), sakit bahu,
dada, dan punggung, malas, lesu, dan banyak tidur, luka (bisul, jerawat, gatal-
gatal pada kulit, dan luka bernanah), radang selaput jantung dan ginjal
(Fatahillah, 2009).
3) Bekam seluncur atau meluncur merupakan bekam sebagai pengganti kerokan
yang bermanfaat untuk membuang angin, melemahkan otot, dan melancarkan
peredaran darah. Metode ini serupa dengan guasha (Cina) dan scrapping
(Inggris) (Fatahillah, 2009).

5
d. Alat-Alat Bekam
Bekam sebagai metode pengobatan alternatif memiliki alat-alat dalam melakukan
proses pengobatan diantaranya sarung tangan (Rubber gloves) untuk satu kali pemakaian;
cupping set, yaitu peralatan yang digunakan untuk menghisap permukaan kulit yang
sudah ditentukan; balon karet atau jari medir yang besar, atau kondom; Silet medis
(Blade surgical) atau pisah bedah yang digunakan satu kali pakai atau pisau cukur yang
telah disterilkan, atau jarum (lancing) steril (yang bisa digunakan untuk memeriksa
golongan darah), sebagai penyayat atau penusuk yang digunakan sekali pakai; Lancing
device alat tempat jarum, pengukur tekanan darah dan gula darah; Alkohol, minyak but-
but, zaitun, dan minyak habatussauda, serta tisu (Rachmadila, 2009).

e. Gambaran Pembekam
Pada jaman Nabi Muhammad mayoritas pembekam berstatus budak. Dalam konteks
kekinian tenaga medis pada pengobatan bekam memiliki latar belakang status social
yang beragam seperti perawat, dokter, dosen, mahasiswa, pegawai kantoran, ibu rumah

6
tangga, dan lain-lain. Selain status social, pada praktiknya pembekam memiliki metode
yang berbeda (Fatahillah, 2009).
Perbedaan metode ini dipengaruhi oleh latar belakang pendidikan yang berbeda baik
formal maupun non formal. Pengaruh secara langsung dapat dilihat dalam proses
pembekaman, alat yang digunakan, dan pandangan yang berbeda dari masing-masing
tenaga bekam mengenai pengobatan bekam (Fatahillah, 2009).
Walaupun perbedaan-perbedaan tersebut nampak, pembekam memiliki peran penting
dalam tersebarnya metode bekam ke masyarakat. Dalam hal komunitas, tenaga
kesehaatan bekam memiliki sejumlah komunitas contoh Asosiasi Bekam Indonesia
(ABI) Jakarta yang memiliki peran penting dalam melindungi dan mencegah pembekam
dari tindakan malpraktik. Selain itu asosiasi ini juga sering mengadakan pelatihan dan
akan melakukan standarisasi dalam melakukan pengobatan bekam. Selain ABI, terdapat
berbagai macam perkumpulan orang-orang yang mengebangkan pengobatan bekam
diantaranya Asosiasi Praktisi Herbal Thibbun Nabawi, Herbal Naturaid Center (HNC),
dan Komunitas Pengobatan Nabawi (KPN). Beberapa diantaranya sudah membuka
sekolah herbalis dan mendirikan klinik sebagai tempat melakukan proses pengobatan
(Fatahillah, 2009).

2.2 PERAN PERAWAT DALAM TERAPI BEKAM


Peran perawat dalam pelaksanaan bekam diantaranya adalah sebagai: Caregiver,
Advocate, Educator, dan Researcher.

a. Caregiver
Sebagai caregiver perawat dalam melaksanakan praktek bekam dapat melakukan
langsung proses pembekaman dengan menggunakan pendekatan langkah-langkah
proses keperawatan yaitu; pengkajian terlebih dahulu kepada pasien yang meliputi;
pemeriksaan fisik, pemeriksaan tanda-tanda vital. Sehingga dari hasil ini dapat
dilakukan pembekaman pada titik yang tepat sesuai dengan masalah kesehatan yang
dialami pasien. Perawat dapat juga melakukan pembekaman dengan mempertahankan
prinsip septic, anti septic sehingga tidak terjadi Cross Infection antar pasien atau
antara pasien dan perawat.

b. Advocate

7
Sebagai advocate, peran perawat diantaranya dengan menyeleksi pasien yang
memungkinkan untuk dilakukan pembekaman, sehingga meminimalkan resiko
komplikasi penyakit khususnya pada pasien yang mengalami gangguan pada system
hematologi seperti gangguan pembekuan, anemia berat dan pasien dengan kondisi
fisik yang sangat lemah.

c. Educator
Peran sebagai educator, perawat dapat memberikan pendidikan kesehatan sesuai
dengan masalah kesehatan pasien sehingga menunjang terjadinya perubahan perilaku
yang pada akhirnya dapat menyembuhkan penyakit. Perawat juga dapat mengajarkan
pada pasien untuk dapat melakukan pembekaman sendiri dirumah jika
memungkinkan.

d. Researcher
Peran sebagai reseacher, dalam hal ini perawat sangat memiliki peluang yang luas
untuk melakukan penelitian, karena penelitian-penelitian tentang bekam belum
banyak di lakukan. Dengan banyaknya bukti-bukti ilmiah nantinya maka diharapkan
pengobatan dengan bekam akan menjadi salah satu trends dimasyarakat khususnya
umat islam. Sehingga bekam selain digunakan sebagai salah satu cara pengobatan
penyakit, juga sekaligus dijadikan sebagai sarana untuk melaksankan salah satu sunah
nabi yang akan mendapatkan balasan pahala bagi siapa saja yang melakukannya
dengan ikhlas.

2.3 PRINSIP TERAPI BEKAM


a. Prinsip Terapi Bekam
Manfaat Bekam dapat menyembuhkan penyakit karena pada dasarnya pada terapi
bekam terjadi tiga hal prinsip penyembuhan, yaitu :

a. Pengeluaran toksin dan darah kotor. Dengan dikeluarkannya toksin dan darah
yang rusak atau tidak bagus kinerjanya maka tubuh akan lebih segar dan sehat.
b. Perbaikan fungsi organ tubuh. Organ tubuh yang terganggu fungsinya akan
disembuhkan dengan cara perbaikan jaringan dan sel yang ada padanya sehingga
bisa berfungsi dan sehat kembali.
c. Penambahan antibodi tubuh. Organ tubuh yang terinfeksi kuman penyakit dapat
sembuh secara alami karena tubuh memproduksi zat antibodi yang bisa

8
membunuh kuman penyakit yang merugikan. Jika organ tubuh sudah bebas dari
infeksi penyakit maka tubuh pun akan sehat lagi

Darah bekam yang keluar melalui proses bekam dilihat dari hasil penelitian
laboratorium darah memperlihatkan hal-hal sebagai berikut :
a. Bahwa darah bekam mengandung sepersepuluh kadar sel darah putih (lekosit)
yang ada di dalam darah biasa. Hal tersebut terlihat dalam seluruh kasus yang
diteliti, tanpa ada pengecualian. Fakta ini menunjukkan bahwa terapi bekam tetap
melindungi dan sekaligus menguatkan unsur-unsur sistem kekebalan.
b. Adapun eritrosit (sel darah merah), semua sel darah merah memiliki bentuk yang
tidak normal, artinya sel-sel tersebut tidak mampu melakukan aktivitas,
disamping juga menghambat sel-sel lain yang masih muda dan aktif. Hal tersebut
mengindkasikan bahwasanya proses bekam membuang sel-sel darah merah yang
rusak dan darah yang tidak dibutuhkan lagi dengan tetap mempertahankan sel-sel
darah putih di dalam tubuh.
c. Kapasitas ikatan zat besi dalam darah bekam tinggi sekali (550-1.100), satu hal
yang menunjukkan bahwa bekam mempertahankan zat besi yang ada di dalam
tubuh tidak ikut keluar bersama darah yang dikeluarkan dengan bekam sebagai
awal penggunaan zat besi tersebut dalam pembentukan sel-sel muda yang baru.

b. Cara-cara terapi bekam


1. Bekam basah (hijamah rothbah) atau Wet Cupping
Metode pembekaman ini merupakan metode pengeluaran darah statis atau
darah kotor yang dapat membahayakan tubuh jika tidak dikeluarkan.
Tata cara bekam basah :
a) Lakukan pemijatan / urut seluruh tubuh dengan minyak habbats
atau but-but atau zaitun selama 5-10 menit, agar peredaran darah
menjadi lancar dan pengeluaran toksid menjadi optimal.
b) Hisap / vacuum dengan gelas kaca pada permukaan kulit yang
sudah ditentukan titik-titiknya. 3-5 kali pompa, biarkan selama 3-5
menit untuk memberikan kekebalan pada kulit saat dilakukan
penyayatan.
c) Kemudian lepas gelas kaca tersebut, basuh kulit dengan alkohol
atau betadine untuk membersihkan permukaan kulit yang akan
dibekam dari kuman, lakukan penyayatan dengan lancet/ jarum/

9
pisau bedah, sayatan disesuaikan dengan diameter/ lingkaran gelas
tersebut, lalu hisap dengan alat cupping set dan hand pump untuk
menyedot darah kotor. Hisap/ vacuum sebanyak 3-5 kali pompa
(disesuaikan dengan ketahanan pasien) dan biarkan selama 3-5
menit.
d) Buang darah yang kotor (pada cawan yang telah disiapkan),
kemudian lakukan pembekaman lagi pada tempat yang sama.
Biarkan 2-3 menit, lakukan hal ini sampai 3 kali dan maksimal 5
kali jika pada kondisi pasien tertentu bisa sampai maksimal 7 kali.
e) Setelah selesai bekas bekaman diberi anti septik /minyak but-but,
agar tidak terjadi infeksi dan luka cepat sembuh.
f) Pembekaman dapat dilakukan tiap hari pada titik-titik yang
berbeda-beda dan berikan jangka waktu 2-3 pekan untuk titik
yang sama. Atau 4 pekan sekali melakukan pembekaman.
g) Sebaiknya dilakukan diagnosa sebelum pembekaman agar dicapai
suatu ketepatan dalam pengobatan dan tidak membahayakan
pasien.
2. Bekam kering (hijamah jaafah) atau Dry Cupping.
Metode ini hanya dilakukan untuk menghilangkan rasa nyeri dan
melenturkan otot-otot pada punggung dan badan bagian belakang.
Tindakan ini dilakukan untuk penyakit ringan. Cara bekam kering :
a) Massage/ urut seluruh badan bagian belakang dengan minyak but-
but/zaitun/minyak habbatssauda selama 5 menit.
b) Hisap/vacuum dengan gelas kaca pada permukaan kulit dan pada
titik yang sudah ditentukan. Hal ini sebaiknya dilakukan 3-5 kali
pompa dan biarkan selama 10-15 menit.
c) Lepaskan gelas kaca tersebut dan urut atau pijat kembali bekas
bekaman dengan menggunakan minyak selama 2-3 menit.

c. Tata Cara Terapi Bekam Menurut Medis


Menurut kedokteran tradisional, di bawah kulit, otot, maupun fascia
terdapat suatu poin atau titik yang mempunyai sifat istimewa. Antara poin
satu dengan poin lainnya saling berhubungan membujur dan melintang
membentuk jaring-jaring atau jala. Jala ini dapat disamakan dengan meridian
atau habl. Dengan adanya jala ini, maka terdapat hubungan yang erat antara
bagian dalam dengan bagian luar, antara bagian kiri tubuh dan bagian kanan
tubuh, antara organ-organ tubuh dengan jaringan bawah kulit, antara organ
yang satu dengan organ lainnya, antara organ dengan tangan dan kaki, antara
10
organ padat dengan organ berongga, dan lain sebagainya, sehingga
membentuk suatu kesatuan yang tak terpisahkan dan dapat bereaksi secara
serentak. Kelainan yang terjadi pada satu poin ini dapat ditularkan dan
mempengaruhi poin lainnya. Juga sebaliknya, pengobatan pada satu poin
akan menyembuhkan poin lainnya. Teori ini dapat menjelaskan bahwa
seseorang yang sakit matanya tidak perlu dibekam pada matanya, namun
dapat dibekam didaerah kepala atau sekitar tengkuknya. Atau seseorang yang
mengalami gangguan pada pencernaannya dapat terlihat gambaran penyakit
di lidahnya. Sehingga untuk mengobati pencernaannya dapat dibekam pada
titik poin pencernaan atau lidahnya, dan sebaliknya untuk mengobati penyakit
pada lidah dapat dibekam di poin saluran pencernaannya.
Penelitian terbaru di dunia kedokteran modern ternyata menemukan
bahwa poin-poin itu adalah merupakan poin istimewa ‘motor points’ pada
perlekatan neuromuskular yang mengandung banyak mitokondria, kaya
pembuluh darah, mengandung tinggi mioglobin, sebagian besar selnya
menggunakan metabolisme oksidatif, dan lebih banyak mengandung cell
mast, kelenjar limfe, kapiler, venula, bundle dan pleksus saraf, serta ujung
saraf akhir, dibanding dengan daerah yang bukan poin istimewa.
Para peneliti membuktikan bahwa apabila dilakukan pembekaman
pada satu poin, maka kulit (kutis), jaringan bawah kulit (sub kutis) fascia dan
otonya akan terjadi kerusakan dari mas cell dan lain-lain. Akibat kerusakan
ini akan dilepaskan beberapa zat seperti serotonin, histamin, bradikinin, slow
reacting substance (SRS), serta zat-zat lain yang belum diketahui. Zat-zat
inilah yang menyebabkan terjadinya dilatasi kapiler dan arteriol, serta flare
reaction pada daerah yang dibekam, dilatasi kapiler juga dapat terjadi
ditempat yang jauh dari tempat pembekaman.
Reaksi-reaksi itu menyebabkan terjadi perbaikan mikrosirkulasi
pembuluh darah yang memicu timbulnya efek relaksasi (pelemasan) otot-otot
yang kaku serta akibat vasodilatasi umum akan menurunkan tekanan darah
secara stabil. Fakta terpenting dari proses pembekaman pada poin istimewa –
poin istimewa adalah dilepaskannya corticotrophin releasing factor (CRF),
serta releasing factors lainnya oleh adenohipofise. CRF selanjutnya akan
menyebabkan terbentuknya ACTH, corticotrophin, dan corticosteroid.
Corticosteroid ini mempunyai efek menyembuhkan peradangan serta
menstabilkan permeabilitas sel.
11
Pada proses pembekaman pada poin istimewa pun didapati
munculnya golongan histamine. Golongan histamine mempunyai manfaat
dalam proses reparasi (perbaikan) sel dan jaringan yang rusak, serta memacu
pembentukan reticulo endothelial cell, yang akan meninggikan daya
resistensi (daya tahan) dan imunitas (kekebalan) tubuh.
Penelitian lainnya menunjukkan bahwa pembekaman di kulit akan
menstimulasi kuat syaraf permukaan kulit yang dilanjutkan pada cornu
posterior medulla spinalis melalui syaraf A-delta dan C, serta traktus spino
thalamicus kea rah thalamus yang akan menghasilkan endorphin. Sedangkan
sebagian rangsangan lainnya akan diteruskan melalui serabut aferen simpatik
menuju motor neuron dan menimbulan reflek intubasi nyeri. Efek lainnya
adalah dilatasi pembuluh darah kulit, dan peningkatan kerja jantung.
Efek pembekaman masih terus berjalan sampai ke sistem endokrin
pada sistem sentral melalui hypothalamus dan pituitary. Dua kelenjar penting
ini terangsang sehinga menghasilkan ACTH, TSH, FSH-LH, dan ADM.
Kemudian pada sistem perifer langsung berefek pada organ untuk
menghasilkan hormone-hormon insulin, thyroxin, adrenalin, corticotrophin,
estrogen, progesterone, testosterone. Hormone-hormon inilah yang bekerja di
tempat jauh dari pembekaman.
d. Tata Cara dalam Berbekam
Tata cara dalam melakukan bekam secara umum dapat dilakukan dalam
beberapa tahap, namun sebelum melakukan tahap-tahap tersebut ada baiknya
pembekam mengkondisikan pasien dengan memberikan informasi mengenai segala
sesuatu tentang bekam atau tahapan-tahapan dalam melaksanakan bekam, sehingga
pasien tidak kaget dengan tahapan-tahapan yang dilakukan. Terutama pada pasien
yang baru melakukan pengobatan ini, karena bisa jadi pasien merasa takut ketika
pertama kali melakukan bekam dan ketika darah keluar dari tubuhnya. Mengenai
posisi pasien, berbaring dengan bertumpu pada rusuknya dilantai merupakan posisi
terbaik khusunya bagi pasien yang merasa takut ketika dilakukan pembekaman, yang
memilki masalah masalah peredaran darah serta anemia. Namun secara umum bekam
dilakukan pada posisi duduk (Rachmadila, 2009).
Setelah pasien sudah di kondisikan maka saatnya memulai tahap pertama
yaitu mencari titik untuk melakukan pembekaman. Gelas (cup) diletakkan tepat diatas
titik pada tubuh yang sudah ditentukan. Kemudian dilakukan penghisapan sehingga
terjadi kehampaan udara pada sebagian besar gelas. Kemudian pada kulit pasien dan

12
jaringan yang terhisap ke dalam gelas, terlihat berbentuk lingkaran. Darah dan
beberapa unsur ikut tersedot ke permukaan kulit, sehingga tampak sebagai daerah
lingkaran berwarna merah, karena terjadi pengumpulan darah di tempat tersebut
(Rachmadila, 2009).
Tahap kedua melakukan bekam kering yaitu gelas kering yaitu gelas
dibiarkan berada pada tubuh selama 3-5 menit setelah itu dicabut. Manfaat dari tahap
ini yaitu untuk memindahkan berbagai unsur kotor pada bagian-bagian penting
didalam tubuh (seperti persendian) ke bagian-bagian yang kurang penting (seperti
permukaan kulit). Pada bagian ini merupakan bagian anastesi atau membuat kebal
titik tertentu yang selanjutnya dilakukan penyayatan atau tusukan, sehingga ketika
penyayatan atau tusukan pasien tidak merasakan sakit (Rachmadila, 2009).
Tahap ketiga melakukan penyayatan atau tusukan. Ketika melakukan
penyayatan pertama kali, lebih baik pembekam mengenali karakter kulit pasien,
keadaan pembuluh darahnya, dan kondisi-kondisi terkait lainnya. Setelah itu
penyayatan dapat dilakukan pada beberapa gelas secara bersamaan. Terdapat
ketentuan dalam melakukan penyayatan (penyilet atau penggoresan ringan) yaitu
penyayatan dilakukan pada bagian luar kulit dengan kedalaman sayatan kurang lebih
0,1mm atau melakukan penyayatan ringan. Kedalaman sayatan atau tusukan dapat
dilakukan berbeda-beda sesuai penyakit pasien, tetapi tidak dianjurkan sampai
mengenai pembuluh darah arteri atau vena. Ketentuan panjang sayatan kurang lebih
4mm, banyaknya sekitar 15 sayatan dalam satu titik. Alat yang digunakan sebagai
penyayat yaitu dengan menggunakan silet medis atau pisau cukur yang telah
disterilkan (Rachmadila, 2009).
Terdapat beberapa catatan dalam melakukan tahap ini yaitu pada kasus pasien
mengidap penyakit yang berhubungan dengan peredaran darah atau gula, tidak
diperkenankan untuk menggunakan sayatan. Tetapi menggunakan tusukan dengan
jumlah maksimal sebanyak 30 tusukan dalam satu titik. Kemudian ketika melakukan
penyayatan, sayatan harus sejajar dengan panjang tubuh dari arah melebar. Sayatan
diupayakan tidak mengenai pembuluh darah vena maupun arteri yang terlihat
misalnya dipunggung tangan atau telapak kaki. Setelah itu jarak antara sayatan yang
satu dengan yang lain sekitar 3mm (Rachmadila, 2009).
Tahap keempat melakukan bekam basah yang dilakukan setelah penyayatan
atau tusukan. Tahap ini dilakukan sekitar 3-5 menit sampai terlihat darah kental
keluar, setelah itu gelas dilepaskan secara hati-hati agar tidak mengalir di tubuh
pasien. Pada kasus tertentu jika gelas dibiarkan menempel dikulit dalam jangka waktu

13
yang lama (10 menit atau lebih), maka dipermukaan kulit akan muncul beberapa
gelembung seperti luka bakar. Gelembung-gelembung yang menandung cairan limfe
ini bisa ditusuk, sehingga cairan tersebut dapat dikeluarkan. Namun tidak dianjurkan
untuk menghilangkan gelembung-gelembung ini, tetapi sebaiknya diperlakukan
sebagaimana luka-luka bakar ringan. Kemudian darah dibersihkan dengan tisu atau
sapu tangan. Bagian tubuh yang disayat dibersihkan dengan pembersih seperti madu,
minyak habbatusauda, atau alkohol. Bisa juga temat tersebut dibalut, khusus pada
bagian telapak kaki dan pada pasien yang mengidap penyakit diabetes (Rachmadila,
2009) .
Tahap ini dapat dilakukan berulang kali hingga tidak terdapat darah yang
keluar atau setelah terlihat cairan kuning keluar dari titik tersebut. Perlu diperhatikan
dalam melakukan tahapp ini pembekam dianjurkan menyesuaikan dengan kondisi
fisik dan mental pasien. Dengan demikian, praktik bekam sudah selesai dibagian
tubuh tersebut (Rachmadila, 2009).

Setelah tahapan-tahapan ini selesai jarum atau pisau yang digunakan harus
dibuang dan tidak digunakan kembali untuk pasien lain. Selai itu gelas atau cup harus
dibersihkan dengan air dan sabun serta dengan pembersih lainnya seperti saflon, ditol
ataupun alkohol. Jika terdapat darah dalam gelas, maka gelas tersebut harus
dibersihkan benar-benar dengan klorin. Gelas dapat digunakan untuk satu orang pada
hari yang sama (Rachmadila, 2009).

Hal-Hal Yang Perlu Diperhatikan Saat Terapi Bekam


Selain semua yang diterangkan diatas ada beberapa hal yang perlu
diperhatikan dalam berbekam, diantaranya :
a. Waktu Berbekam

14
Pada salah satu versi sumber pengobatan bekam terdapat waktu yang
dianjurkan maupun dilarang, hal ini didasari oleh hadits-hadits yang ada dan
alasan medis, diantaranya setiap tanggal 17,19,21 setiap bulan hijriyah pada
siang hari jam dua hingga jam tiga, selain hari sabtu dan rabu, ada pula yang
menyebutkan hanya hari senin, selasa dan kamis. Pemilihan waktu berbekam
pada praktiknya tidak terlalu kaku. Hal ini ditunjukan untuk mencegah
ketidakstabilan darah, karena akan menyebabkan kematian pada pasien. Pada
pasien yang belum paham mengenai proses pembekaman, lebih baik pembekam
terlebih dahulu memberi tahukan kapan waktu yang baik untuk berbekam. Pada
keadaan tertentu waktu berbekam bisa dilakukan kapan saja, walaupun demikian
hari rabu tetap menjadi hari larangan berbekam (Sufi, 2006).
b. Upah Pembekam
Upah untuk membayar pembekam menjadi salah satu bagian dalam
menggambarkan pengobatan bekam. Di satu sisi terdapat beberapa pendapat
seputar upah bekam, disisi lain adanya perbedaan realitas ketika itu dengan saat
ini. Pada masa itu pembekaman mayoritas berstatus budak yang dimiliki oleh
seseorang tuan. Budak saat itu wajib memberikan upeti kepada tuannya, sebesar
yang sudh ditentukan. Budak yang juga tukang bekam berarti memiliki
penghasilan yang lebih. Oleh karena itu Nabi sering membayarnya dengan
melobi tuannya agar upetinya diperingan (Sufi, 2006).
Sedangkan saat ini, masyarakat yang berminat sebagagai pembekam
statusnya mulai beragam. Seperti dokter, mahasiswa, ibu rumah tangga, dan
lain-lain. Oleh karena itu pembekam sudah bisa dikatakan sebagai profesi,
sehingga membayar upah menjadi hal yang lumrah dan wajar (Sufi, 2006).
c. Larangan dalam Berbekam
Beberapa larangan dalam melakukan pembekaman yaitu pada pasien
yang fisiknya lemah (orang tua), penderita infeksi kulit yang merata, anak-anak,
penderita dehidrasi (kekurangan cairan), penderita kanker darah, pasien yang
sering mengalami keguguran, gangguan jiwa, penderita hepatitis A dan B yang
parah (jika kondisinya sudah lebih baik maka dapat dilakukan pembekaman),
pebekaman langsung setelah mandi, pasien yang baru muntah, pasien yang
melakukan cuci darah, langsung makan sesudah berbekam atau sebaliknya,
memasang gelas bekam diatas urat sendi yang robek, ibu hamil, pasien yang
baru memberikan donor darah, pasien yang sedang mengkonsumsi obat

15
pengencer darah, pasien yang kelelahan diberi waktu agar beristirahat sejenak,
pasien yang dalam keadaan kenyang ataupun lapar (Sufi, 2006).

BAB III

PENUTUP

3.1 SIMPULAN
Bekam atau hijamah adalah teknik pengobatan dengan jalan membuang darah kotor
(racun yang berbahaya) dari dalam tubuh melalui permukaan kulit menurut faham umum,
sebenarnya ia berfungsi untuk membuang darah yang telah rusak atau teroksidasi karena
tingginya oksidan dalam tubuh. Jenis-jenis bekam yaitu bekam kering, bekam basah,
bekam seluncur atau meluncur. Alat-alat yang digunakan dalam melakukan bekam yaitu
sarung tangan, cupping set,, silet medis, lancing device, alkohol, minyak but-but, zaitun,
dan minyak habatussauda, serta tisu. Peran perawat dalam pelaksanaan bekam
diantaranya adalah sebagai: Caregiver, Advocate, Educator, dan Researcher. Manfaat
Bekam dapat menyembuhkan penyakit karena pada dasarnya pada terapi bekam terjadi
tiga hal prinsip penyembuhan, yaitu pengeluaran toksin dan darah kotor, perbaikan fungsi
organ tubuh, penambahan antibodi tubuh. Adapun hal-hal yang perlu diperhatikan dalam
bekam yaitu, waktu berbekam, upah pembekam, larangan dalam berbekam

3.2 SARAN
Sebagai mahasiswa yang bergerak di bidang kesehatan kita harus mampu mengetahui
dan memperkenalkan kembali pengobatan-pengobatan tradisional salah satunya yaitu
bekam sehingga dapat dimanfaatkan oleh masyarakat.

16
DAFTAR PUSTAKA

D.Gray, J. (2013). Rasulullah is my Doctor. Tangerang: PTS PUBLICATION.


Fatahillah, A. (2006). Definisi Terapi Bekam, Jenis Bekam, Gambaran Pembekam.
Jakarta: Qultum Media.
Rachmadila, 2009. Alat-alat bekam, Tata Cara dalam Berbekam
Sufi, 2006. Sejarah Bekam, hal-hal yang perlu diperhatikan dalam bekam

Widyawati, R. (2015). Buku Bekam Hijamah menurut SAINS dan Kedokteran


Modern .

17

Anda mungkin juga menyukai