Anda di halaman 1dari 30

LAPORAN KASUS

STROKE INFARK ATEROTROMBOTIK


SISTEM KAROTIS SINISTRA

PEMBIMBING:
dr. Marissa Ayu Anindyta, Sp.S

Disusun Oleh:
Karel Respati (2011730144)

KEPANITERAAN KLINIK STASE ILMU PENYAKIT SYARAF


RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KOTA BANJAR
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT karena atas rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat
menyelesaikan laporan kasus mengenai “Stroke Infark Aterotrombotik Sistem Karotis
Sinistra” ini tepat pada waktunya. Tidak lupa penulis mengucapkan terimah kasih kepada dr.
Marissa Ayu Anindyta, Sp.S yang telah membimbing penulis dalam menyelesaikan laporan
kasus ini. Terima kasih juga kepada seluruh pihak yang telah membantu dalam penyelesaian
tugas ini.

Penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk kesempurnaan


penulisan laporan kasus ini. Semoga dapat bermanfaat bagi para pembaca pada umumnya dan
bagi penulis pada khususnya.

Banjar, Februari 2019

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ......................................................................................................... i

DAFTAR ISI ....................................................................................................................... ii

STATUS PASIEN................................................................................................................ 1

TINJAUAN PUSTAKA...................................................................................................... 17

DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................................... 26

ii
STATUS PASIEN

I. IDENTITAS PASIEN:
Nama Pasien : Ny. R
No. Rekam Medik : 400714
Umur : 63 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Pekerjaan : IRT
Agama : Islam
Alamat : Pataruman
Tanggal Masuk IGD : 29 Januari 2019
Tanggal Pemeriksaan : 29 Januari 2019

II. ANAMNESIS :
Anamnesis dilakukan dengan metode autoanamnesis pada keluarga pasien di
Ruang Rawat Inap Flamboyan Kelas III Rumah Sakit Umum Kota Banjar.

Keluhan Utama:
Lemah tubuh sebelah kanan

Riwayat Penyakit Sekarang:


Pasien datang ke Rumah Sakit Umum Kota Banjar diantar keluarga ke IGD
dengan keluhan lemah tubuh sebelah kanan sejak 1 hari sebelum masuk rumah sakit.
Pada awalnya pukul 06.00 pagi saat pasien bangun tidur, pasien hendak ke kamar
mandi kemudian mengeluh lemah tubuh sebelah kanan secara tiba-tiba disertai bicara
rero dan mulut miring ke kanan. Pasien hanya bisa mengangkat pergelangan tangan,
tapi tidak bisa mengangkat sikunya. Sakit kepala seperti ditusuk-tusuk dan pusing
berputar disangkal. Kejang, demam, mual, tersedak, baal sekitar mulut, pandangan
berbayang dan penurunan kesadaran disangkal. Tidak ada riwayat kepala terbentur
atau trauma. pasien tidak mengeluh baal/kesemutan. BAB dan BAK normal.

Riwayat Penyakit Dahulu:

1
• Riwayat penyakit dengan keluhan serupa disangkal. Pasien tidak pernah stroke
sebelumnya, pasien memiliki riwayat hipertensi sejak 2 tahun sebelum masuk rumah
sakit, tapi sejak 1 tahun terakhir tidak pernah berobat. Riwayat penyakit DM
disangkal, Riwayat penyakit jantung disangkal, riwayat kejang disangkal, riwayat
trauma disangkal.

Riwayat Penyakit Keluarga:


• Riwayat stroke dalam keluarga disangkal
• Riwayat jantung disangkal.
• Ayah pasien memiliki riwayat hipertensi.
• Riwayat DM tidak ada.

Riwayat Pengobatan:
• Konsumsi obat-obatan darah tinggi, tapi sejak 1 tahun terakhir berhenti karena merasa
sudah sembuh.

Riwayat Alergi:
Riwayat alergi terhadap makanan dan obat disangkal.

Riwayat Psikososial:
Pasien adalah seorang ibu rumah tangga. Keseharinnya membereskan rumah.

Keluarga pasien mengatakan pasien kurang istirahat dan jarang olahraga. Keluarga

pasien mengatakan pasien sering mengkonsumsi makanan yang asin dan berminyak

seperti gorengan. Riwayat merokok disangkal.

III. PEMERIKSAAN FISIK


Keadaan Umum : Tampak Sakit Sedang
Kesadaran : Composmentis, GCS 15 (E4V5M6)

Fungsi Luhur : Tidak dilakukan

Tanda Vital

Tekanan Darah : 180/100 mmHg

Nadi : 106 x/menit

Nafas : 22 x/menit, reguler

2
Suhu : 37,40C

Status Generalis

Kepala : Normochepal, rambut hitam lurus, tidak mudah rontok

Mata : Pupil bulat, isokor, 3 mm

Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-)

Hidung : Deviasi septum (-), sekret (-/-), darah (-/-)

Telinga : Serumen (-/-), sekret (-/-), darah (-/-)

Mulut : Mukosa kering (-), sianosis (-)

Leher : Pembesaran KGB (-), tiroid (-)

Thoraks

Paru

Inspeksi : Simetris (+/+), retraksi dinding dada (-/-)

Palpasi : Simetris (+/+) tidak ada yang tertinggal

Perkusi : Sonor (+/+)

Auskultasi : Vesikuler kiri = kanan, wheezing (-/-), ronkhi (-/-)

Jantung

Inspeksi : Ictus cordis tak terlihat

Palpasi : Ictus cordis tidak teraba

3
Perkusi : Batas jantung Batas kanan jantung ICS 4, linea parasternalis
dextra, Batas kiri jantung ICS 4, linea midclavikularis sinistra

Auskultasi : BJ I-II ireguler, murmur (-), gallop (-)

Abdomen

• Abdomen

Inspeksi : Bentuk datar

Auskultasi : BU (+) normal pada 4 kuadran

Perkusi : Timpani pada seluruh abdomen, asites (-)

Palpasi : Supel, nyeri tekan (-), nyeri epigastrium (-), splenomegali (-),
hepatomegali (-)

Ekstremitas

Atas : Akral hangat, RCT < 2 detik, edema (-/-), sianosis (-/-)

Bawah : Akral hangat, RCT < 2 detik, edema (-/-), sianosis (-/-)

IV. STATUS NEUROLOGIS


RANGSANG MENINGEAL
Kaku Kuduk : (-)
Lasegue sign : (-) / (-)
Kernig sign : (-) / (-)
Brudzinski I : (-)
Brudzinski II : (-)
Brudzinski III : (-)

NERVUS KRANIALIS
N.I (Olfaktorius) :

4
Dextra Sinistra
Daya Pembauan Normosmia Normosmia

N.II (Optikus)

Dextra Sinistra
Visus 6/6 6/6
Lapang Pandang normal normal
Dextra Sinistra

Ptosis - -

Gerakan Bola Baik Baik


Mata
Baik Baik
Medial
Baik Baik
Atas

Bawah

Ukuran Pupil Pupil bulat isokor Ø ODS 3 mm

Refleks Cahaya + +
Langsung

Refleks Cahaya + +
Tidak Langsung

N.III (Okulomotoris)

5
Dextra Sinistra

Gerakan Mata Medial Bawah Baik Baik

N. IV (Throklearis)

N.V (Trigeminus)

Menggigit Normal

Membuka mulut normal

Sensibilitas Dextra Sinistra

Oftalmikus + +

Maksilaris + +

Mandibularis + +

Refleks kornea + +

N.VI (Abdusens)

Dextra Sinistra

Gerakan mata ke lateral + +

6
Dextra Sinistra

Mengangkat alis + +

Menutup mata + +

Menyeringai Tertinggal Normal

Daya kecap lidah 2/3 Tidak dilakukan Tidak dilakukan


depan

N.VII (Facial)

N.VIII (Vestibulokoklearis)

Dextra Sinistra

Tes bisik Normal Normal

Tes Rinne Tidak dilakukan Tidak dilakukan

7
Tes Weber Tidak dilakukan Tidak dilakukan

Tes Schwabach Tidak dilakukan Tidak dilakukan

Keseimbangan
a. Test Romberg Tidak dilakukan Tidak dilakukan
b. Test telunjuk-hidung Baik Baik

N.IX dan X ( Glosofaringeus dan Vagus)

Arkus faring Gerakan simetris

Daya Kecap Lidah 1/3 belakang Tidak dilakukan

Uvula Letak ditengah, gerak simetris

Menelan Normal

Refleks muntah + kanan kiri

N. XI (Assesorius)

Dextra Sinistra

8
Memalingkan kepala baik baik

Mengangkat bahu baik baik

N.XII (Hypoglosus)

Sikap lidah Deviasi ke kanan

Fasikulasi -

Tremor lidah -

Atrofi otot lidah -

FUNGSI MOTORIK
Kekuatan Otot
2 5
2 5

Kesan: Hemiparese ekstremitas dektra

Tonus otot : Normal


Atrofi : Tidak ada

FUNGSI SENSORIK

Ekstremitas atas Ekstremitas bawah


Kanan Kiri Kanan Kiri
Nyeri Sama Sama Sama Sama

9
Raba Sama Sama Sama Sama

FUNGSI VEGETATIF
BAK : Normal
BAB : Normal

REFLEK FISIOLOGIS
Reflek bisep : (+/+)
Reflek trisep : (+/+)
Reflek brachioradialis : (+/+)
Reflek patella : (+/+)
Reflek achilles : (+/+)

REFLEK PATOLOGIS
Babinski : (-/-)
Chaddock : (-/-)
Oppenheim : (-/-)

SKORRING

ASGM

Pada pasien didapatkan: riwayat penurunan kesadaran: (-), nyeri kepala: (-), refleks babinski:
(-)

10
Kesimpulan : Stroke Infark

SIRIRAJ SCORE

(2,5 x S) + (2 x M) + (2 X N) + (0,1 x D) – (3 x A) - 12

S : Kesadaran 0 = kompos mentis


1 = somnolen
2 = stupor/koma
M : muntah 0= tidak ada
1 = ada
N : nyeri kepala 0= tidak ada
1 = ada
D : Tekanan diastolik
A : ateroma 0 = tidak ada
1 = salah satu atau lebih (DM, angina, penyakit pembuluh darah)

(2,5 x 0) + (2x0) + (2x0) + (0,1 x 100 ) – (3 x 1) – 12 = 7-12=-5


Kesimpulan : infark serebri

V. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Tgl 29/1/2019
HEMATOLOGI
Hemoglobin 13.3 12 – 15 g/dL
Leukosit 10.0 4.4 – 11.3 ribu/mm3
Trombosit 366 150 - 450 ribu/mm3
Hematokrit 41 35 – 47 %
Eritrosit 4,5 4.1 – 5.1 juta/uL
MCV 92 80-96 fl
MCH 30 26-33 pq
MCHC 32 33-36 %
KIMIA KLINIK
Kreatinin 0,6 0.5-0.9 mg/dl
Ureum 16 15-50 mg/dl
Glukosa Darah Sewaktu 162 < 140 mg/dl

Tgl 31/01/2019
KIMIA KLINIK
Kolesterol LDL 194 <130 mg/dL
Trigliserida 125 <150 mg/Dl
Kolesterol 268 11 <200 mg/dL
Asam urat 2.8 <5.7 mg/dL
Kolesterol HDL 50 30-70 mg/dL
Rontgen Thorax

Kesan: Cor CTR Sulit dinilai, sinus dan diafragma normal, hili kasar, corakan
bertambah.

12
CT- Scan

Kesan: Lesi Hipodens pada daerah pons

13
Pemeriksaan EKG

Interpretasi EKG : Dalam batas normal

VI. RESUME
Ny. R, 63 tahun, datang ke Rumah Sakit Umum Kota Banjar diantar keluarga ke IGD
dengan keluhan lemah tubuh sebelah kanan sejak 1 hari sebelum masuk rumah sakit.
Keluhan terjadi pada saat pasien bangun tidur, disertai bicara rero dan mulut miring ke
kanan. Pasien hanya bisa mengangkat pergelangan tangan, tapi tidak bisa mengangkat
sikunya. Sakit kepala seperti ditusuk-tusuk dan pusing berputar disangkal. Kejang,
demam, mual, tersedak, baal sekitar mulut, pandangan berbayang dan penurunan
kesadaran disangkal. Tidak ada riwayat kepala terbentur atau trauma. pasien tidak
mengeluh baal/kesemutan. BAB dan BAK normal.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum tampak lemah, kesadaran
composmentis, tekanan darah: 180/100 mmHg, nadi: 106 x/menit, pernapasan: 22 x/menit
reguler, suhu: 37,40C. Pemeriksaan motorik didapatkan hemiparese ekstremitas dektra
dengan nilai kekuatan motorik 2.
Pada pemeriksaan penunjang didapatkan: Laboratorium: GDS: 162, Kolesterol : 268.
CT scan : Lesi Hipodens pada daerah pons . Skorring : ASGM: Stroke Infark; Siriraj
Stroke Score: infark serebri

VII. DIAGNOSIS BANDING

14
1. Stroke infark tromboemboli sistem karotis sinistra dengan faktor risiko diabetes
mellitus dan hipertensi
2. Stroke perdarahan intraserebral

VIII. DIAGNOSIS KERJA


Stroke infark aterotrombotik sistem karotis sinistra dengan faktor risiko diabetes
mellitus dan hipertensi.

IX. TATALAKSANA

a. Cairan IV line Asering 20 tpm e. Amlodipin 1 x 5 mg


b. Citicolin 2 x 250 mg f. CPG 1 X 1 mg
c. Piracetam 3 x 3 gr g. Asam Folat 1 x 1 mg
d. Ranitidin 2 x 1

X. Follow Up

Hari/Tgl S O A P
29/1/19 - Lemah tubuh KU: sakit sedang Stroke infark Cairan IV line Asering
Hari -2 sebelah kanan Kesadaran: cm Aterotrombotik
20 tpm
- Bicara rero -Citicolin 2 x 250 mg
Berbicara: afasia sistem karotis
- Nafsu makan -Piracetam 3 x 3 gr
motorik sinistra faktor -Ranitidin 2 x 1
menurun
-Amlodipin 1 x 5 mg
TD: 180/100 mmHg, resiko hipertensi
-CPG 1 X 1 mg
HR: 106 kali/menit, dan DM -Asam Folat 1 x 1 mg
RR: 22 kali/ menit,
S: 370C

RM (-)
Parese N. VII kanan
sentral dan N. XII
kanan sentral
Motorik: tonus
normal, atrofi (-)
2 5
2 5
Sensorik/ Veg baik

15
FL tidak dilakukan
RF (+)
RP (-)

30/1/19 - Lemah tubuh KU: sakit sedang Stroke infark -Cairan IV line
Hari-3 sebelah kanan Kesadaran: cm Aterotrombotik Asering 20 tpm
-Citicolin 2 x 500 mg
berkurang Berbicara: afasia sistem karotis
-CPG 75 mg 1 X 1
- Bicara rero
motorik sinistra faktor
- Nafsu makan mg
TD: 170/100 mmHg, resiko hipertensi - Asam Folat 1 x 1 mg
menurun
HR: 84 kali/menit, dan DM
RR: 22 kali/ menit,
S: 370C
RM (-)
Parese N. VII kanan
sentral dan N. XII
kanan sentral
Motorik: tonus
normal, atrofi (-)
2 5
2 5
Sensorik/ Veg baik
FL tidak dilakukan
RF (+)
RP (-)
31/1/19 - Lemah tubuh KU: sakit sedang - Stroke infark -Cairan IV line
Hari-4 sebelah kanan Kesadaran: cm Aterotrombotik Asering 20 tpm
-Citicolin 2 x 500 mg
sudah Berbicara: DBN sistem karotis
-CPG 75 mg 1 X 1
membaik TD: 140/90 mmHg, sinistra faktor
mg
- Bicara sudah
HR: 84 kali/menit, resiko hipertensi - Asam Folat 1 x 1mg
tidak rero - Simvastatin 10 mg
RR: 22 kali/ menit, dan DM
- Nafsu makan
1x1
S: 370C
membaik
RM (-)
Parese N. VII kanan
sentral dan N. XII

16
kanan sentral
Motorik
5 5
5 5
Sensorik/ Veg baik
FL tidak dilakukan
RF (+)
RP (-)
1/2/19 - Lemah tubuh KU: sakit sedang - Stroke infark -Cairan IV line
sebelah kanan
Hari-5 Kesadaran: cm Aterotrombotik Asering 20 tpm
sudah
-Citicolin 2 x 500 mg
membaik Berbicara: DBN sistem karotis
-CPG 75 mg 1 X 1
- Bicara sudah
TD: 130/80 mmHg, sinistra faktor
tidak rero mg
- Nafsu makan HR: 80 kali/menit, resiko hipertensi - Asam Folat 1 x 1 mg
membaik - Simvastatin 10 mg
RR: 22 kali/ menit, dan DM
1x1
S: 370C
- Pasien Boleh Pulang
RM (-)
Parese N. VII kanan
sentral dan N. XII
kanan sentral
Motorik: tonus
normal, atrofi (-)
5 5
5 5
Sensorik/ Veg baik
FL tidak dilakukan
RF (+)
RP (-)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

17
A. DEFINISI

Defisiensi neurologis yang terjadi, baik fokal maupun menyeluruh (global) yang
berlangsung dengan cepat, berlangsung lebih dari 24 jam, tanpa ditemukannya penyebab
selain dari pada gangguan vascular yang dapat menyebabkan kematian.

B. EPIDEMIOLOGI

Di Indonesia, penyebab kematian utama pada semua umur adalah stroke (15,4%),
yang disusul oleh TB (7,5%), Hipertensi (6,8%), dan cedera (6,5%). Hasil Riskesdas 2007,
prevalensi stroke di Indonesia ditemukan sebesar 8,3 per 1.000 penduduk, dan yang telah
didiagnosis oleh tenaga kesehatan adalah 6 per 1.000. Prevalensi stroke tertinggi Indonesia
dijumpai di Nanggroe Aceh Darussalam (16,6 per 1.000 penduduk) dan terendah di Papua
(3,8 per 1.000 penduduk).

C. KLASIFIKASI

Menurut Gambaran Klinik Dan Temporal Profile :

 Improving stroke
 Worsening stroke
 Stabel stroke

Menurut Tipe Stroke :

 Stroke Infark : Aterotrombotik, Tromboemboli, Kardioemboli


 Stroke perdarahan
 PIS (Perdarahan intraserebral)
 PSA(Perdarahan subarahnoidal)

Menurut Lesi Vaskular :


 Sistem karotis
 Sistem vertebrobasiler
JENIS PATOLOGIS STROKE

18
STROKE INFARK

Tanda klinis disfungsi atau kerusakan jaringan otak yang disebabkan kurangnya aliran
darah ke otak sehingga mengganggu kebutuhan darah dan oksigen di jaringan otak.

GAMBARAN KLINIS

Gambaran klinis pada stroke infark :

1. Gejala klinis Infark aterotrombotik


• Usia lebih tua
• Onset saat istirahat
• Didahului TIA
• Tidak ditemukan tanda-tanda TTIK
• Tidak ditemukan kaku kuduk
• Defisit neurologis biasanya worsening
• Tekanan darah biasanya sedang sampai tinggi.

2. Gejala klinis Infark tromboemboli


• Onset saat aktivitas
• Tidak ditemukan tanda-tanda TTIK
• Tidak ditemukan kaku kuduk

19
• Defisit neurologis
• Pada CT Scan ditemukan hipodens di daerah kortikal dan subkortikal

3. Gejala klinis Infark kardioemboli


• Dapat mengenai semua umur
• Onset saat aktivitas
• Dapat ditemukan tanda-tanda TTIK
• Defisit neurologis maksimal saat onset
• Tekanan darah biasanya normal
• Pada pemeriksaan fisik dan penunjang ditemukan adanya kelainan jantung
• Pada CT Scan ditemukan infark dikotikal yang luas atau multipel dan Infark
berdarah ( Akibat reperfusi )

Gejala klinis stroke perdarahan :

1. Gejala klinis stroke perdarahan intraserebral


 Onset saat aktifitas
 Adanya tanda-tanda TTIK
 Dapat ditemukan kaku kuduk, bila perdarahan masuk ventrikel
 Defisit neurologis maksimal
 Tekanan darah tinggi
 CT Scan gambaran hiperdens

2. Gejala klinis stroke perdarahan intraserebral


 Onset saat istirahat
 Adanya tanda-tanda TTIK
 Dapat ditemukan tanda rangsang meningeal
 Defisit neurologis
 CT Scan gambaran hiperdens
FAKTOR RESIKO

a. Usia

20
Usia adalah faktor risiko tunggal terpenting. Sekitar 30% stroke terjadi pada usia
65 tahun dan 70% terjadi pada usia 65 tahun atau lebih. Faktor risiko meningkat
dua kali lipat untuk setiap dekade setelah usia 55 tahun.

b. Hipertensi
Setelah usia, hipertensi adalah faktor risiko stroke terkuat. Faktor risiko meningkat
seiring dengan peningkatan tekanan darah. Di Framingham, faktor risiko relatif
stroke untuk peningkatan 10 mmHg sistolik adalah 1,9 untuk pria dan 1,7 untuk
wanita setelah faktor risiko stroke yang lain dikontrol. Peningkatan tekanan
sistolik dan diastolik atau keduanya mempercepat terjadinya aterosklerosis.

c. Diabetes Melitus
Setelah faktor-faktor risiko stroke lainnya telah terkontrol, diabetes meningkatkan
risiko stroke tromboembolik sekitar dua hingga tiga kali lipat dibandingkan
dengan orang tanpa diabetes. Diabetes merupakan predisposisi terhadap iskemik
serebral dengan mempercepat aterosklerosis pada pembuluh darah besar seperti
arteri koroner atau karotis atau dengan efek lokal pada mikrosirkulasi serebral.

d. Penyakit jantung
Individu dengan penyakit jantung jenis yang mana saja mempunyai risiko lebih
dari dua kali terkena stroke dibandingkan dengan orang dengan fungsi jantung
normal. Penyakit arteri koroner merupakan indikator kuat keberadaan penyakit
vaskular aterosklerotik dan berpotensi menjadi sumber emboli. Penyakit jantung
kongestif, Penyakit jantung hipertensi Berhubungan dengan peningkatan stroke.
Fibrilasi atrial berperan kuat dalam stroke emboli dan fibrilasi atrial meningkatkan
risiko stroke hingga 17 kali.

e. Merokok

21
Beberapa laporan termasuk sejumlah meta analisis menunjukkan bahwa merokok
sigaret meningkatkan risiko stroke pada semua usia dan kedua jenis kelamin. Derajat
risiko berkorelasi dengan jumlah komsumsi rokok sigaret

f. Obesitas
Obesitas, terutama abdominal obesity, dihubungkan dengan peningkatan risiko
hipertensi, diabetes, hiperlipidemia, sleep apnea, penyakit jantung koroner, dan stroke.
Berat relatif lebih dari 30% di atas rata-rata merupakan kontributor independen terhadap
aterosklerosis.

DIAGNOSA

1. ANAMNESIS
Terdapat banyak cara dan teknik melakukan anamnesis. Pada dasarnya perlu diingat :
a. Bagaimana perjalanan penyakit dan hubungan masing-masing gejala (
temporal profile). Profil waktu banyak berhubungan dengan etiologi, sedang
pemeriksaan neurologis pada umumnya hanya menentukan lokalisasi dan luasnya
kerusakan saraf.
b. Gejala awal, apakah bersifat fluktuatif, konik progresif, perlahan. Gejala yang ringan
dan telah berlangsung lama sering dilupakan, sehingga harus dilakukan aloanamnesis.
c. Apakah ada anggota keluarga / famili yang berpenyakit sama.

22
d. Gejala-gejala yang penting dan perlu ditanyakan misalnya sakit kepala , pusing atau
vertigo, kejang, gangguan kesadaran, perubahan mental, lumpuh, gangguan sensorik,
gangguan miksi dan defekasi, panca indera, gangguan motorik, gangguan bicara,
gangguan menelan, gangguan bicara, dan insomnia.
e. Istilah penderita harus benar-benar dimengerti karena istilah penderita sering berbeda
dengan pengertian pemeriksa.

2. PEMERIKSAAN FISIK
Pemeriksaan fisik, meliputi penilaian respirasi, sirkulasi, oksimetri, dan suhu tubuh.
Pemeriksaan kepala dan leher (misalnya cedera kepala akibat jatuh saat kejang, bruit
karotis, dan tanda-tanda distensi vena jugular pada gagal jantung kongestif). Pemeriksaan
torak (jantung dan paru), abdomen, kulit dan ekstremitas.

PEMERIKSAAN PENUNJANG

1. CT scan dan MRI


Pemeriksaan paling penting untuk mendiagnosis subtipe dari sroke adalah Computerised
Topography (CT) dan Magnetic Resonance Imaging (MRI) pada kepala. Mesin CT dan
MRI masing-masing merekam citra sinar X atau resonansi magnet. Setiap citra individual
memperlihatkan irisan melintang otak, mengungkapkan daerah abnormal yang ada di
dalamnya.

Pada CT, pasien diberi sinar X dalam dosis sangat rendah yang digunakan menembus
kepala. Sinar X yang digunakan serupa dengan pada pemeriksaan dada, tetapi dengan
panjang ke radiasi yang jauh lebih rendah. Pemeriksaan memerlukan waktu 15 – 20 menit,
tidak nyeri, dan menimbulkan resiko radiasi minimal keculi pada wanita hamil. CT sangat
handal mendeteksi perdarahan intrakranium, tetapi kurang peka untuk mendeteksi stroke
iskemik ringan, terutama pada tahap paling awal. CT dapat memberi hasil negatif-semu
(yaitu, tidak memperlihatkan adanya kerusakan) hingga separuh dari semua kasus stroke
iskemik.

Mesin MRI menggunakan medan magnetik kuat untuk menghasilkan dan mengukur
interaksi antara gelombang-gelombang magnet dan nukleus di atom yang bersangkutan
(misalnya nukleus Hidrogen) di dalam jaringan kepala. Pemindaian dengan MRI biasanya
berlangsung sekitar 30 menit. Alat ini tidak dapat digunakan jika terdapat alat pacu jantung
atau alat logam lainnya di dalam tubuh.. Pemeriksaan MRI aman, tidak invasif, dan tidak

23
menimbulkan nyeri. MRI lebih sensitif dibandingkan CT dalam mendeteksi stroke iskemik,
bahkan pad stadium dini. Alat ini kurang peka dibandingkan CT dalam mendeteksi
perdarahan intrakranium ringan.

2. Pungsi lumbal
Pungsi lumbal kadang dilakukan jika diagnosa stroke belum jelas. Sebagai contoh,
tindakan ini dapat dilakukan untuk menyingkirkan infeksi susunan saraf pusat serta cara ini
juga dilakukan untuk mendiagnosa perdarahan subaraknoid. Prosedur ini memerlukan
waktu sekitar 10-20 menit dan dilakukan di bawah pembiusan lokal.

3. EKG
EKG digunakan untuk mencari tanda-tanda kelainan irama jantung atau penyakit
jantung sebagai kemungkinan penyebab stroke. Prosedur EKG biasanya membutuhkan
waktu hanya beberapa menit serta aman dan tidak menimbulkan nyeri.

4. Foto toraks
Foto sinar-X toraks adalah proses standar yang digunakan untuk mencari kelainan
dada, termasuk penyakit jantung dan paru. Bagi pasien stroke, cara ini juga dapat
memberikan petunjuk mengenai penyebab setiap perburukan keadaan pasien. Prosedur ini
cepat dan tidak menimbulkan nyeri, tetapi memerlukan kehati-hatian khusus untuk
melindungi pasien dari pajanan radiasi yang tidak diperlukan.

5. Pemeriksaan darah dan urine


Pemeriksaan ini dilakukan secara rutin untuk mendeteksi penyebab stroke dan untuk
menyingkirkan penyakit lain yang mirip stroke. Pemeriksaan yang direkomendasikan:
a.Analisis urine mencakup penghitungan sel dan kimia urine untuk mengidentifikasi infeksi
dan penyakit ginjal.
b. Hitung darah lengkap untuk melihat penyebab stroke seperti trombositosis,
trombositopenia, polisitemia, anemia (termasuk sikle cell disease).
c.Glukosa darah untuk melihat DM, hipoglikemia, atau hiperglikemia.
d. Lipid serum untuk melihat faktor risiko stroke.
TATALAKSANA

1. Tindakan Awal

24
a.ABCs Bed rest
b. Kepala dan tubuh atas dalam posisi 300 dengan bahu pada sisi lemah diganjal dengan
bantal.
c.Periksa kadar oksigen, bila hipoksia berikan oksigen. (pemberian Oksigen 1-2 L / menit)
d. Pemasangan infus (RL 20 tpm/menit)
e.Monitor jantung (ECG)
f. Nutrisi enteral dgn nasogastrik tube (NGT)
g. Pemasangan dauer kateter urin.

2. Nonmedikamentosa :

 Diet rendah garam 200-400 mg / hari


 Diet cukup kalori :
 Energi cukup, yaitu 24-25 Kkal/kg BB. Pada fase akut energi diberikan 1100-1500 KKal/hari.
 Protein cukup, yaitu 0,8-1 gr/kgBB.
 Lemak Cukup, yaitu 20-25% dari kebutuhan Energi total. Utamakan sumber lemak tidak
jenuh ganda, batasi sumber lemak jenuh yaitu < 10% dari kebutuhan energi total. Kolesterol
dibatasi < 300 mg.
 Karbohidrat cukup, yaitu 60-70% dari kebutuhan Energi total. Untuk pasien dengan diabetes
mellitus diutamakan karbohidrat kompleks.

3. Hipertensi :
Tekanan darah tidak perlu segera diturunkan,kecuali bila tekanan sistolik ≥220 mmHg,
diastolik ≥120 mmHg, penurunan tekanan darah 20%

Obat yang direkomendasikan : Nikardipin, Diltiazem, Labetolol atau Nitropruside


intravena.

4. Tekanan Intrakranial Meningkat

25
 Manitol bolus 20% 1-1,5 gr/kgBB dilanjutkan dengan 6 x 100 cc (0.5gr/kgBB) dalam 15-20
menit dengan pemantauan osmolaitas antara 300-320 mmol.

PENCEGAHAN :

 Mengatur pola makan yang sehat

 Menghindari stress dan beristirahat yang cukup

 Melakukan olahraga yang teratur

 Menghentikan rokok

 Menghindari minum alkohol dan penyalahgunaan obat

DAFTAR PUSTAKA

Basuki, Andi & Dian, Sofiati, dkk. 2012. Kegawatdaruratan Neurologi. Bandung:
Departemen/UPF Ilmu Penyakit Saraf Fakultas Kedokteran UNPAD / RS. Hasan
Sadikin
Caplan RL. Stroke a clinical approach. 4th ed. Boston: Butterworth, 2009: 349-68

26
Dian, Sofiati, & Amalia, Lisda, dkk. 2013. Pemeriksaan Fisik Dasar Neurologi Berbasis
Ilustrasi Kasus. Bandung: Departemen/UPF Ilmu Penyakit Saraf Fakultas
Kedokteran UNPAD / RS. Hasan Sadikin
Guideline Stroke Tahun 2011. Pokdi Stroke Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia

(PERDOSSI). Bagian Ilmu Penyakit Saraf Rsud Arifin Achmad Pekanbaru Fakultas

Kedokteran UR

Setyopranoto, Ismail. 2011. Stroke: Gejala dan Penatalaksanaan. RSUP Dr Sardjito/ Bagian

Ilmu Penyakit Saraf, Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta,

Indonesia

27

Anda mungkin juga menyukai