DISUSUN OLEH :
NIM : 1608060013
TAHUN 2018/2019
1
KATA PENGANTAR
Pertama-tama saya panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya yang
telah melimpahkan rahmat, dan hidayah-Nya kepada saya, sehingga saya dapat
menyelesaikan makalah tentang TEKNOLOGI SEDIAAN STERIL. Makalah ini
telah saya susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai pihak
sehingga dapat mempelancar pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu saya menyadari sepenuhnya bahwa masih ada banyak
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu
dengan tangan terbuka saya menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar saya
dapat memperbaikinya.
Akhir kata saya berharap semoga makalah ini memberikan manfaat kepada pembaca.
Penyusun
2
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................4
A. LATAR BELAKANG..................................................................4
B. RUMUSAN MASALAH..............................................................5
C. TUJUAN.......................................................................................5
Daftar Pustaka................................................................................................28
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Sediaan steril merupakan salah satu bentuk sediaaan farmasi yang banyak
dipakai, terutama saat pasien dirawat di rumah sakit. Sediaan steril sangat membantu
pada saat pasien dioperasi, diinfus, disuntik, mempunyai luka terbuka yang harus
diobati, dan sebagainya (Lukas, 2006).
Sediaan yang termasuk sediaan steril yaitu sediaan obat suntik bervolume kecil
atau besar, cairan irigasi yang dimaksudkan untuk merendam luka atau lubang operasi,
larutan dialisa dan sediaan biologis seperti vaksin, toksoid, antitoksin, produk penambah
darah dan sebagainya. Sterilitas sangat penting karena cairan tersebut langsung
berhubungan dengan cairan dan jaringan tubuh yang merupakan tempat infeksi dapat
terjadi dengan mudah (Ansel, 1989) .
Sediaan parenteral adalah bentuk sediaan untuk injeksi atau sediaan untuk infus. Injeksi
adalah pemakaian dengan cara penyemprotan larutan atau suspensi ke dalam tubuh
untuk tujuan terapeutik atau diagnostik. Injeksi dapat dilakukan langsung ke dalam
aliran darah, jaringan, atau organ (Lukas, 2006).
4
perawat dalam pemberian pengobatan. Bearti, suntikansuntikan terbanyak dilakukan di
rumah sakit, rumah perawatan dan klinik, sangat sedikit dilakukan dirumah. Ahli
farmasi menyediakan sediaan-sediaan yang disuntikkan untuk dokter dan perawat sesuai
dengan yang dibutuhkan mereka di lembaga, klinik, kantor, atau program perawatan
rumah (Ansel, 1989).
B. RUMUSAN MASALAH
C. TUJUAN
5
BAB II
PEMBAHASAN
Sediaan steril yaitu sediaan terapetis yang bebas mikroroganisme baik vegetatif
atau bentuk sporanya baik patogen atau nonpatogen. Produk steril adalah sediaan
terapetis dalam bentuk terbagi-bagi yang bebas dari mikroorganisme hidup. Formulasi
sediaan steril merupakan salah satu bentuk sediaan farmasi yang banyak dipakai,
terutama saat pasien dirawat di rumah sakit. Sediaan steril sangat membantu pada saat
pasien dioperasi, diinfus, disuntik, mempunyai luka terbuka yang harus diobati, dan
sebagainya. Semuanya sangat membutuhkan kondisi steril karena pengobatan yang
langsung bersentuhan dengan sel tubuh, lapisan mukosa organ tubuh, dan dimasukkan
langsung ke dalam cairan atau rongga tubuh sangat memungkinkan terjadinya infeksi
bila obatnya tidak steril. Oleh karena itu, kita memerlukan sediaan obat yang steril.
Disamping steril, kita pun memerlukan sediaan obat dalam kondisi isohidris dan isotonis
agar tidak mengiritasi. B. Sediaan obat yang harus steril Produk steril adalah sediaan
terapetis dalam bentuk terbagi-bagi yang bebas dari mikroorganisme hidup. Dari
penjelasan yang dipaparkan, sediaan obat yang harus steril itu seperti sebagai berikut:
1. SEDIAAN PARENTERAL
Sediaan parenteral adalah bentuk sediaan untuk injeksi atau sediaan untuk
infus.Injeksi adalah sediaan steril berupa larutan, emulsi, atau suspensi atau serbuk yang
harus dilarutkan atau disuspensikan lebih dahulu sebelum digunakan, yang disuntikkan
dengan cara merobek jaringan ke dalam kulit atau melalui kulit atau selaput lendir. Obat
suntik hingga volume 100 ml disebut sediaan parenteral volume kecil sedangkan apabila
lebih dari itu disebut sediaan parenteral volume besar, yang biasa diberikan secara
intravena. Produk parenteral, selain diusahakan harus steril juga tidak boleh
mengandung partikel yang memberikan reaksi pada pemberian juga diusahakan tidak
6
mengandung bahan pirogenik. Bebas dari mikroba (steril) dapat dilakukan dengan cara
sterilisasi dengan pemanasan pada wadah akhir, namun harus diingat bahwa ada bahan
yang tidak tahan terhadap pemanasan. Untuk itu dapat dilakukan teknik aseptic.
Sediaan steril untuk kegunaan parenteral digolongkan menjadi 5 jenis yang
berbeda yaitu:
a. Obat atau larutan atau emulsi yang digunakan untuk injeksi, ditandai dengan nama
Injeksi
b. Sediaan padat, kering, atau cairan pekat tidak mengandung dapar, pengencer, atau
bahan tambahan lain dan larutan yang diperoleh setelah penambahan pelarut yang sesuai
memenuhi persyaratan injeksi, dan dapat dibedakan dari nama bentuknya disebut steril.
c. Sediaan seperti tertera pada 2, tetapi mengandung satu atau lebih dapar, pengencer
atau bahan tambahan lain dan dapat dibedakan dari nama bentuknya, disebut untuk
injeksi.
d. Sediaan berupa suspensi serbuk dalam medium cair yang sesuai dan tidak disuntikkan
secara iv atau ke dalam saluran spinal, dan dapat dibedakan dari nama bentuknya,
disebut Suspensi Steril.
e. Sediaan padat kering dengan bahan pembawa yang sesuai membentuk larutan yang
memenuhi semua persyaratan untuk suspensi steril setelah penambahan bahan pembawa
yang sesuai, dibedakan dengan nama steril untuk suspensi.
7
• Menghilangkan pirogen didalam sediaan terutama infuse sebab akan
menyebabkan demam
Rute Pemberian
Rute pemberian sedian parenteral atau injeksi dimuat dalam beberapa
pustaka, antara lain Farmakope Indonesia, Formularium Nasional kedua pustaka
tersebut di dalam antara kurung dan lain sebagainya. Pengetahuan tentang rute
pemebrian ini bukan dimaksudkan agar dapat menyuntikkan dengan benar, tetapi untuk
farmasis lebih ditekankan pada persyaratan produk ditinjau secara farmasis Persyaratan
farmasetik yang dimaksud antara lain pemilihan wadah dengan ukuran yang tepat,
penentuan pH, pemilihan bahan pengawet dan penetapan tonisitas. Untuk jelasnya dapat
diikuti uraian masing-masing rute pemberian injeksi.
8
2. Pemberian intramuskuler
Intramuskuler artinya diantara jaringan otot. Cara ini keceparan absorbsinya
terhitung nomor 2 sesudah intravena. Jarum suntik ditusukkan langsung pada serabut
otot yang letaknya dibawah lapisan subkutis. Penyuntikan dapat di pinggul, lengan
bagian atas. Volume injeksi 1 samapi 3 ml dengan batas sampai 10 ml (PTM—volume
injeksi tetap dijaga kecil, biasanya tidak lebih dari 2 ml, jarum suntik digunakan 1 samai
1 ½ inci.
Problem klinik yang biasa terjadi adalah kerusakan otot atau syaraf, terutama apabila
ada kesalahan dalam teknik pemberian (ini penting bagi praktisi yang berhak
menyuntik). Yang perlu diperhatikan bagi Farmasis anatara lain bentuk sediaan yang
dapat diberikan intramuskuler, yaitu bentuk larutan emulsi tipe m/a atau a/m, suspensi
dalam minyak atau suspensi baru dari puder steril. Pemberian intramuskuler
memberikan efek “depot” (lepas lambat), puncak konsentrasi dalam darah dicapai
setelah 1-2 jam. Faktor yang mempengaruhi pelepasan obat dari jaringan otot (im) anatar
lain : rheologi produk, konsentrasi dan ukuran partikel obat dalam pembawa, bahan
pembawa, volume injeksi, tonisitas produk dan bentuk fisik dari produk. Persyaratan pH
sebaiknya diperhatikan, karena masalah iritasi, tetapi dapat dibuat pH antara 3-5 kalau
bentuk suspensi ukuran partikel kurang dari 50 mikron.
3. Pemberian intravena
Penyuntikan langsung ke dalam pembuluh darah vena untuk mendapatkan efek
segera. Dari segi kefarmasian injeksi IV ini boleh dikata merupakan pilihan untuk
injeksi yang bila diberikan secara intrakutan atau intramuskuler mengiritasi karena pH
dan tonisitas terlalu jauh dari kondisi fisiologis. Kelemahan cara ini adalah karena
kerjanya cepat, maka pemberian antidotum mungkin terlambat. Volume pemberian
dapat dimulai Dari 1 ml hingga 100 ml, bahkan untuk infus dapat lebih besar dari 100
ml. Kecepatan penyuntikan samapi 5 ml diberikan 1 ml/10 detik, sedangkan untuk di
atas 5 ml kecepatannya 1 ml/20 detik. Intravena hanya terbatas untuk pemberian larutan
9
air, kalau merupakan bentuk emulsi harus memenuhi ukuran partikel tertentu. Kalau
dapay diusahakan pH dan tonisitas sesuai dengan keadaan fisiologis.
4. Pemberian intrathekal-intraspinal
Penyuntikan langsung ke dalam cairan serebrospinal pada beberapa temapt. Cara
ini berbeda dengan cara spinal anastesi. Kedua pemberian ini mensyaratkan sediaan
dengan kemurniaannya yang sangat tinggi, karena dearah ini ada barier (sawar) darah
sehingga daerahnya tertutup. Sediaan intraspinal anastesi biasanya dibuat hiperbarik
yaitu cairannya mempunyai tekanan barik lebih tinggi dari tekanan barometer. Cairan
sediaan akan bergerak turun karena gravitasi, oleh sebab itu harus pada posisi pasien
tegak.
5. Intraperitoneal
Penyuntikan langsung ke dalam rongga perut, dimana obat secara cepat
diabsorbsi. Sediaan intraperitoneal dapat juga diberikan secara intraspinal, im,sc, dan
intradermal
6. Intradermal
Cara penyuntikan melalui lapisan kulit superficial, tetapi volume pemberian
lebih kecil dan sc, absorbsinya sangat lambat sehingga onset yang dapat dicapai sangat
lambat.
7. Intratekal
Digunakan khusus untuk bahan obat yang akan berefek pada cairan
serebrospinal. Digunakan untuk infeksi ssp seperti meningitis, juga untuk anestesi
spinal. Intratekal umumnya diinjeksikan secara langsung pada lumbar spinal atau
ventrikel sehingga sediaan dapat berpenetrasi masuk ke dalam daerah yang berkenaan
langsung pada SSP.
10
2. Penggunaan wadah yang cocok, sehingga tidak hanya memungkinkan sediaan tetap
steril , tetapi juga mencegah terjadinya ineraksi antara bahn obat dengan material
dinding wadah.
3. Tersatukan tanpa terjadi reaksi.
4. Bebas kuman.
5. Bebas Pirogen.
6. Isotonis.
7. Isohidris.
8. Bebas partikel melayang
11
3. Bila obat telah diberikan secara parenteral, sukar sekali untuk
menghilangkan/merubah efek fisiologisnya karena obat telah berada dalam sirkulasi
sistemik
4. Harganya relatif lebih mahal, karena persyaratan manufaktur dan pengemasan
5. Masalah lain dapat timbul pada pemberian obat secara parenteral seperti septisema,
infeksi jamur, inkompatibilias karena pencampuran sediaan parenteral dan interaksi
obat
6. Persyaratan sediaan parenteral tentang sterilitas, bebas dari partikulat, bebas dari
pirogen, dan stabilitas sediaan parenteral harus disadari oleh semua personel yang
terlibat.
12
Sedangkan virus yang dapat menyebabkan meningitis antara lain: virus co
xsackie, virus gondongan dan virus koriomeningitis limfositik. Ampisilin
merupakan salah satu antibiotik yang dapat digunakan untuk mengobati
meningitis.Penggunaanya biasa dikombinasi dengan sulbaktam untuk
meningkatkan aktivitas nya. Dosis lazim yang digunakan adalah: 1,5 gr – 3gr
kombinasi antara ampisilin dengan sulbaktam dengan perbandingan 2:1.
berdasarkan literatur 375 mg kombinasi tersebut larut dalam 1 ml air. Sehingga
bentuk sediaan yang dipakai adalah ampul rekonstitusi karena ampisilin tidak
stabil pada air pada waktu yang lama.
2. Injeksi Antibiotik Golongan Beta Laktam
Suspensi kering adalah sediaan khusus dengan preparat berbentuk serbuk
kering yang baru dirubah menjadi suspensi dengan penambahan airr sesaat
sebelum digunakan. Kebanyakan dari obat-obat yang dibuat dari campuran
kering untuk suspensi oral adalah obat-obat anatibiotik karena obat-obat seperti
antibiotik tidak stabil untuk disimpan dalam periode tertentu dengan adanya
cairan pembawa air maka lebih sering diberikan sebagai campuran serbuk
keringuntuk dibuat suspensi pada waktu pada waktu akan diberikan. Alasan
pembuatan suspensi kering salah satunya adalah karena obat-obat tertentu tidak
stabil secara kimia bila ada dalam larutan tapi stabil bila disuspensi. Suspensi
kering dibuat dengan granulasi maupun tanpa granulasi.
Granulasi adalah suatu metode yang memperbesar ukuran partikel serbuk
guna memperbaiki sifat alir serbuk.
Persyaratan pada sebuah granulat sebaiknya :
a. Dalam bentuk dan warana yang sedapat mungkin teratur
b. Memiliki sifat alir yang baik
c. Tidak terlalu kering
d. Hancur baik dalam air
e. Menunjukkan kekompakan mekanis yang memuaskan
13
3. Injeksi Vitamin C
Vitamin C tidak boleh diberikan secara oral kepada pasien dalam kondisi
tertentu seperti pasien penderita maag. Namun pada keaadaan defisiensi vitamin C
pasien tersebut harus segera diberikan suplemen vitamin C. Oleh sebab itu vitamin c
dibuat dalam bentuk sediaan injeksi. Injeksi intravena vitamin C dapat menyebabkan
pusing dan pingsan, oleh sebab itu vitamin C dibuat dalam bentuk injeksi intra
muscular, walaupun pemberian secara IM akan meninggalkan rasa sakit ditempat
suntikan. Pemerian obat IM memberikan efek obat yang kurang tepat, tetapi biasanya
efek berlangsung lebih lama dari yang dihasilkan
INFUS
Infus cairan intravena (intravenous fluids infusion) adalah pemberian sejumlah
cairan ke dalam tubuh, melalui sebuah jarum, ke dalam pembuluh vena (pembuluh
balik) untuk menggantikan kehilangan cairan atau zat-zat makanan dari tubuh. Sediaan
parenteral volume besar umumnya diberikan lewat infus intravena untuk menambah
cairan tubuh, elektrolit, atau untuk memberi nutrisi. Infus intravena adalah sediaan
parenteral dengan volume besar yang ditujukan untuk intravena. Pada umumnya cairan
infus intravena digunakan untuk pengganti cairan tubuh dan memberikan nutrisi
tambahan, untuk mempertahankan fungsi normal tubuh pasien rawat inap yang
membutuhkan asupan kalori yang cukup selama masa penyembuhan atau setelah
operasi. Selain itu ada pula kegunaan lainnya yakni sebagai pembawa obat-obat lain.
Cairan infus intravena dikemas dalam bentuk dosis tunggal, dalam wadah plastik atau
gelas, steril, bebas pirogen serta bebas partikel-partikel lain. Oleh karena volumenya
yang besar, pengawet tidak pernah digunakan dalam infus intravena untuk menghindari
toksisitas yang mungkin disebabkan oleh pengawet itu sendiri. Cairan infus intravena
biasanya mengandung zat-zat seperti asam amino, dekstrosa, elektrolit dan vitamin.
Walaupun cairan infus intravena yang diinginkan adalah larutan yang isotonis
untuk meminimalisasi trauma pada pembuluh darah, namun cairan hipotonis maupun
14
hipertonis dapat digunakan. Untuk meminimalisasi iritasi pembuluh darah, larutan
hipertonis diberikan dalam kecepatan yang lambat. Keuntungan pemberian infus
intravena adalah menghasilkan kerja obat yang cepat dibandingkan cara-cara
pemberian lain dan tidak menyebabkan masalah terhadap absorbsi obat. Sedangkan
kerugiannya yaitu obat yang diberikan sekali lewat intravena maka obat tidak dapat
dikeluarkan dari sirkulasi seperti dapat dilakukan untuk obat bila diberikan per oral,
misalnya dengan cara dimuntahkan.
Persyaratan :
1. Sesuai kandungan bahan obat yang dinyatakan didalam etiket dan yang ada dalam
sediaan; terjadi pengurangan efek selama penyimpanan akibat perusakan obat secara
kimia.
2. Penggunaan wadah yang cocok, yang tidak hanyamemungkinkan sediaan tetap
steril tetapi juga mencegahterjadinya interaksi bahan obat dengan material dinding
wadah.
3. Tersatukan tanpa terjadi reaksi. untuk itu, beberapa faktor yang paling banyak
menentukan adalah:
a) bebas kuman
b) bebas pirogen
c) bebas pelarut yang secara fisiologis tidak netral
d) isotonis
e) isohidris
f) bebas bahan melayang
15
monosakarida dibawa langsung ke sel jaringan organ tertentu dan mengalami proses
metabolisme lbh lanjut. Karena pengaruh berbagai faktor dan hormon insulin yg
dihasilkan oleh kelenjar pankreas, hati dapat mengatur kadar glukosa dalam darah.
Kadar glukosa dalam darah merupakan faktor yg sgt penting utk kelancaran kerja
tubuh.
2. Infus iv ringer laktat
Jika untuk mengatasi kondisi kekurangan volume darah, larutan natrium
klorida 0,9% - 1,0% menjadi kehilangan maka secara terapeutik sebaiknya
digunakan larutan ringer, larutan ini mengandung KCl dan CaCl2 disamping NaCl.
Beberapa larutan modifikasi jg mengandung NaHCO3 maka larutan dapat
disterilakan dengan panas yang stabil.Pengautoklafan larutan natrium hidrogen
karbonat hanya diproses mempunyai penyaringan kuman. larutan ini bersifat
hipertonis. Harap diperhatikan laju tetesan per menit. Laju tetesan maksimal 5 ml
per menit
3. Infus IV mengandung ammonium klorida
Ammonium klorida digunakan sebagai z.a yang dapat berkhasiat untuk
pengobatan gangguan metabolisme alkalosis dalam tubuh serta menggantikan ion
klorida yang hilang dalam tubuh.
4. Infus IV mengandung elektrolit dan karbohidrat
Walaupun cairan infus intravena yang diinginkan adalah larutan yang isotonis
untuk meminimalisasi trauma pada pembuluh darah, namun cairan hipotonis
maupun hipertonis dapat digunakan.Untuk meminimalisasi iritasi pembuluh darah,
larutan hipertonis diberikan dalam kecepatan yang lambat.
16
tutup yang diputar atau plastik yang dipatahkan, sehingga memungkinkan
pengisian larutan dengan cepat. Larutan ini digunakan untuk merendam atau
mencuci luka-luka Sayatan bedah atau jaringan tubuh dan dapat pula mengurangi
pendarahan.Digunakan untuk merendam luka/mencuci luka, sayatan bedah atau
jaringan/organ tubuh Diberi label sama seperti injeksi.
Larutan irigasi adalah sediaan steril berupa larutan dalam jumlah yang besar
( 3 liter ). Larutan irigasi adalah larutan steril, bebas pyrogen yang digunakan untuk
tujuan pencucian dan pembilasan. Larutan irigasi sediaan larutan dalam jumlah
besar. Larutan tidak disuntikkan kedalam vena, tapi digunakan diluar sistem
peredaran darah dan umumnya menggunakan jenis tutup yang diputar atau plastik
yang dipatahkan , sehingga memungkinkan pengisian larutan dengan cepat.
Larutan irigasi harus memiliki standard yang sama dengan larutan parenteral,
karena selama pemberian dengan irigasi, sejumlah zat dari larutan dapat memasuki
aliran darah secara langsung melalui pembuluh darah luka yang terbuka atau
membrane mukossa yang lecet.
17
dapat terjadi dengan mudah. Larutan irigasi merupakan larutan steril yang
disyaratkan bebas pirogen. Pirogen merupakan suatu produk mikroorganisme,
terutama dari bakteri gram negatif dan dapat berupa endotoksin dari bakteri ini.
Endotoksin ini terdiri dari suatu senyawa komplek yang terdiri dari lipopolsakarida
yang progenik, suatu protein dan suatu lipid yang inert
Contoh laritan irigasi
1. Sodium chloride untuk irigasi, Ringers untuk irigasi, Steril water untuk
irigasi Label/etiket : “bukan untuk obatsuntik”. Sodium Klorida ( NaCl )
secara umum digunakan untuk irigasi ( seperti irigasi pada rongga tubuh,
jaringan atau luka ). Larutan irigasi NaCl hipotonis 0,45% dapat digunakan
sendiri atau tanpa penambahan bahan tambahan lain. Larutan irigasi NaCl
0,9% dapat digunakan untuk mengatasi iritasi pada luka.
2. Larutan irigasi glisin digunakan selama operasi kelenjar prostat dan prosedur
transuretral lainnya. Larutan yg digunakan untuk luka dan kateter uretra yg
mengenai jaringan tubuh hrs disterilkan dgn cara aseptis.
3. LVPs 1. Water for Injection USP 2. Dextrose Injection USP
4. SVPs 1. Ranitidin injection USP 2. Progesteron injection BP 3. Epinephrine
Oil Suspension USP 4. Sterile Ceftazidine USP 5. Diamorphine injection BP
5. BETADINE
Suatu larutan organik dari bahan aktif Polivinil-Pirolidon, yang merupakan
kompleks Iodine yang larut dalam air. Fungsi : Sebagai desinfektan dan anti
septik lokal yang juga dapat membunuh jamur, virus, Protozoadan spora.
Bau : Khas, tidak menyengat.
Warna : Hitam-kekuning-kuningan.
Komposisi : Mundidone (Polyvinyl pyrolidone Iodine murni)
Konsentrasi :
- Betadine Gargle 1%
- Betadine skin cleaner 7,5%
- Betadine solution 10%
18
- Betadine ointment 10%
- Betadine vag. Douche 10%
- Betadine vaginal GCL 10%
- Betadine shampoo 4%
Perhatian : Larutan povidium yodium tidak untuk diminum atau ditelan, atau
juga untuk mencuci mata.Side effect : Dapat menimbullkan metabolilk asidosis
bila povidium yodium digunakan pada luka bakaryang luas, diare-bila terminum.
6. HIDROGEN PEROKSIDA (H2O2)
Bau : Merangsang (menyengat) dan kecut.
Warna : Bening kebiruan.
Komposisi :
- H2O (air)
- O2 (oksigen)
Bila bersentuhan dengan tubuh pada jaringan luka atau mukosa, maka akan terjadi
pengelupasan O2 karena adanya enzim katalase dalam sel.
Konsentrasi :
a. Untuk desinfektan dan mencuci luka – 0,3% - 6%
b. Untuk sterilisasi – 6% - 25%
c. Larutan H2O2 yang biasa dipakai (standar) – 3%
Gunanya
d. Vagina douche (mendesinfeksi vagina)
e. Sebagai antiseptik yang non toxid
f. Desinfektan luka dan borok
g. Untuk deodorant
h. Untuk kumur-kumur Problem
7. YODIUM TINCTURE
Nama obat : Yodium Tincture
19
Bau : Khas, menyengat
Warna: Coklat
3. SEDIAAN MATA
FI III : Tetes mata adalah sediaan steril yang berupa larutan atau suspensi yang
digunakan dengan cara meneteskan obat pada selaput lendir mata disekitar kelopak
mata dari bola mata. Parrot : Larutan mata (colluria) Obat yang dimasukkan ke dalam
mata harus diformulasi dan disiapkan dengan pertimbangan yang diberikan untuk
tonisitas, pH, stabilitas, viskositas dan sterilisasi. Sterilisasi ini diinginkan karena
kornea dan jaringan bening ruang anterior adalah media yang bagus untuk
mikroorganisme dan masuknya larutan mata yang terkontaminasi ke dalam mata yang
trauma karena kecelakaan atau pembedahan dapat menyebabkan kehilangan
penglihatan. Teks Book of Pharmaceutics : Tetes mata adalah cairan steril atau larutan
berminyak atau suspensi yang ditujukan untuk dimasukkan ke dalam saccus
conjungtival. Mereka dapat mengandung bahan-bahan antimikroba seperti antibiotik,
bahan antiinflamasi seperti kortikosteroid, obat miotik seperti fisostigmin sulfat atau
obat midriatik seperti atropin sulfat.
20
untuk dicatat bahwa ini bukan mikroorganisme yang jarang, namun juga ditemukan
disaluran intestinal, dikulit normal manusia dan dapat menjadi kontaminan yang ada
diudara.
Infeksi mata dari organisme ini yang dapat menyebabkan kebutaan. Ini
khususnya berbahaya untuk penggunaan produk nonsteril di dalam mata ketika kornea
dibuka. Bahanbahan partikulat dapat mengiritasi mata, ketidaknyamanan pada pasien
dan metode ini tersedia untuk pengeluarannya. Selain itu jika terjadiiritasi pada jaringan
didalam mata rangsangan berat yang dapat menyebabkan hilangnya daya penglihatan
atau tetap terlukanya mata.
Untuk membuat sediaan yang tersatukan, maka kita perlu memperhatikan beberapa
faktor persyaratan berikut :
1. Harus steril atau bebas dari mikroorganisme
2. Sedapat mungkin harus jernih
3. Harus mempunyai aktivitas terapi yang optimal
4. Harus tidak mengiritasi dan tidak menimbulkan rasa sakit pada mata, maka
dikehendaki sedapat mungkin harus isotonis.
5. Dapat mempertahankan aktivitasnya dalam kondisi normal
6. Viskositas dalam larutan mata
7. Surfaktan dalam pengobatan mata
8. Pewadahan
21
mata.Dasar salep yang dimanfaatkan untuk salep mata harus bertitik lebur atau titik
melumer mendekati suhu tubuh Keuntungan utama salep mata terhadap larutan untuk
mata adalah penambah waktu hubungan antara obat dengan mata. Pengkajian telah
menunjukkan bahwa waktu kontak antara obat dengan mata, dua sampai empat kali
lebih besar apabila dipakai salep dibandingkan jika dipakai larutan garam. Satu
kekurangan bagi penggunaan salep mata adalah kaburnya pandangan yang terjadi,
begitu dasar salep meleleh dan menyebar melalui lensa mata.
Contoh obat salep mata :
CENDOS MYCOS Salep Mata
Komposisi: Hidrokortison Asetat 0.5% Kloramfenikol 0.2%
Indikasi: Untuk mata tidak bernanah.
2. TETES MATA
Guttae ophthalmiceae atau tetes mata adalah sediaan steril berupa larutan atau
suspensi yang digunakan dengan cara meneteskan obat pada selaput lendir mata di
sekitar kelopak mata dan bola mata. Tetes mata harus memenuhi syarat-syarat yang
telah ditentukan yaitu : steril, sedapat mungkin isohidris, dan sedapat mungkin isotonis.
Tetes mata berupa larutan harus jernih, bebas partikel asing, benang dan serat. Larutan
obat mata adalah larutan steril, bebas partikel asing, merupakan sediaan yang dibuat
dan dikemas sedemikian rupa hingga sesuai digunakan pada mata. Pembuatan larutan
obat mata membutuhkan perhatian khusus dalam hal toksisitas bahan obat, nilai
isotonisitas, kebutuhan akan dapar, kebutuhan akan pengawet (dan jika perlu pemilihan
pengawet), sterilisasi dan kemasan yang tepat. Bila obatnya tidak tahan pemanasan,
maka sterilisasi dicapai dengan menggunakan pelarut steril, dilarutkan obatnya secara
aseptis, dan menggunakan penambahan zat pengawet dan botol atau wadah yang steril.
Isotonis dan pH yang dikehendaki diperoleh dengan menggunakan pelarut yang cocok.
22
dan kemudian menjadi isotonis dengan 0,9% larutan natrium klorida, perhitungan
untuk penyiapan larutan mata isotonis telah disederhanakan. Farmasis selanjutnya
selalu menuntut, sebagai bagian dari praktek profesionalnya, untuk menyiapkan larutan
mata yang isotonis. Tonisitas adalah tekanan osmotik yang diberikan oleh garam dalam
larutan berair. Larutan mata adalah isotonik dengan cairan lain ketika magnetudo sifat
koligatif larutan adalah sama. Larutan yang dipertimbangkan isotonik ketika
tonisitasnya sama dengan larutan NaCl 0,9%.
Perhitungan isotonisitas dalam suatu waktu mendapat penekanan yang lebih
berat. Calon farmasis harus diajarkan persyaratan yang lebih mendetail dan peralatan
untuk mencapai tonisitas, kadang-kadang kerusakan disebabkan oleh faktor lain seperti
sterilitas dan stabilitas. Sebenarnya mata lebih toleran terhadap variasi tonisitas
daripada suatu waktu yang diusulkan. Mata biasanya dapat mentoleransi larutan yang
ekuivalen dalam rentang 0,5-1,8% NaCl. Memberikan pilihan, isotonisitas selalu
diinginkan dan khususnya penting dalam larutan intraokuler. Namun demikian, ini
tidak dibutuhkan menjadi perkara yang berlebihan ketika total stabilitas produk
dipertimbangkan. Tonisitas berarti tekanan osmotik yang dihasilkan oleh larutan dari
keberadaan padatan terlarut atau tidak larut. Cairan mata dan cairan tubuh lainnya
memberikan tekanan osmotik sama dengan garam normal atau 0,9% larutan NaCl.
Larutan yang mempunyai jumlah bahan terlarut lebih besar daripada cairan mata
disebut hipertonik. Sebaliknya, cairan yang mempunyai sedikit zat terlarut mempunyai
tekanan osmotik lebih rendah disebut hipotonik. Mata dapat mentoleransi larutan yang
mempunyai nilai tonisitas dalam range dari ekuivalen 0,5% sampai 1,6% NaCl tanpa
ketidaknyamanan yang besar. Tonisitas pencuci mata mempunyai hal penting lebih
besar daripada tetes mata karena volume larutan yang digunakan.
Dengan pencuci mata dan dengan bantuan penutup mata, mata dicuci dengan
larutan kemudian overwhelming kemampuan cairan mata untuk mengatur beberapa
perbedaan tonisitas. Jika tonisitas pencuci mata tidak mendekati cairan mata, dapat,
menghasilkan nyeri dan iritasi.
Keuntungan obat tetes mata :
23
1. Larutan mata memiliki kelebihan dalam hal homogeny, bioavailabilitas, dan
kemudahan penanganan.
2. Suspense mata memiliki kelebihan dimana adanya partikel zat aktif dapat
memperpanjang waktu tinggal pada mata sehingga meningkatkan waktu
terdisolusinya oleh air mata, sehingga terjadi peningkatan bioavailabilitas dan efek
terapinya.
3. Tidak menganggu penglihatan ketika digunakan
24
HCL tetrasiklin bersifat relatif stabil.Dalam bentuk larutan tetrasiklin sangat labil
jadi cepat berkurang potensinya.
c. Obat tetes mata hidrokortison asetat
Hidrokortison adalah suatu hormon glukokortikoid yang dihasilkan oleh korteks
adrenal, hidrokortison memiliki khasiat farmakologi sebagai anti radang, misalnya
akibat trauma, alergi dan infeksi.Hidrokortison juga memiliki daya immunosupresi
dan anti alergi. Hidrokortison dapat dibuat sebagai sediaan tetes mata untuk
mengobati proses peradangan seperti radang pada selaput mata, selaput bening, dan
pinggir kelopak mata (conjungtivitis, creatitis, blepharitis).
Hidrokortison asetat bersifat tidak larut dalam air sehingga hidrokortison asetat
dibuat sediaan suspense obat mata untuk mengobati inflamasi pada mata.Bentuk
sediaan suspense dapat meningkatkan waktu kontak obat dengan kornea, sehingga
memberikan kerja lepas lambat yang lebih lama.
d. Obat tetes mata na diklofenak
Sediaan obat mata yang sering digunakan adalah sediaan tetes mata karena
dianggap lebih mudah dan nyaman digunakan. Zat aktif yang digunakan dalam
percobaan adalah
Natrium diklofenak yang berkhasiat sebagai antiinflamasi setelah operasi
katarak
e. Obat tetes mata sebagai miotika (pilokarpin hcl)
Pilokarpin HCl dibuat sedian tetes mata karena berfungsi sebagai miotik untuk
pengobatan glaucoma. Sediaan tetes mata merupakan sediaan dosis ganda
sehingga diperlukan bahan pengawet seperti Benzalkonium klorida.
Glaukoma adalah penyakit mata dimana terdapat peninggian tekanan intraokuler, yang
bila cukup lama dan tekanannya cukup tinggi dapat menyebabkan kerusakan anatomis
dan fungsional. Pilokarpin HCl merupakan bahan obat yang khas digunakan pada mata
(opthalmologika) dengan kerja penyempit pupil (miotika)
Pilokarpin merupakan obat kolinergik golongan alkaloid tumbuhan, yang
bekerja pada efektor muskarinik dan sedikit memperlihatkan sedikit efek nikotinik
25
sehingga dapat merangsang kerja kelenjar air mata dan dapat menimbulkan miosis
dengan larutan 0,5-3%. Obat tetes mata dengan zat aktif Pilokarpin berkhasiat
menyembuhkan glaukoma dan mata kering. Dosis Pilokarpin yang paling umum
digunakan untuk sediaan tetes mata adalah 1 – 4% .
f. Obat tetes mata tetrahydrozolin hcl (anti iritasi dan alergi)
Obat tetes mata dengan zat aktif Tetrahydrozolin HCl berkhasiat menyembuhkan
secara simtomatis edema konjungtiva, hyperemia sekunder yang disebabkan alergi
mata, iritasi ringan dan konjungtivitis katarak. Efek penyembuhan termasuk iritasi
terbakar, iritasi mata, rasa gatal, rasa sakit dan mata berair yang berlebihan.Dosis
Tetrahydrozolin HCl paling umum digunakan untuk sediaan tetes mata adalah 0,05%
g. Obat tetes mata epinefrin HCL
Epinefrin HCL secara topikal digunakan untuk mengurangi tekanan intraokuler
penderita glaukoma sudut lebar berdasarkan efek vasokonstriksi lokal yang
menyebabkan pembentukan cairan mata berkurang.
h. Obat tetes mata difenhidramin hcl
Untuk sediaan larutan topikal biasanya mengandung 1-2% difenhidramin HCL.
Obat tetes mata difenhidramin HCL merupakan suatu larutan obat mata yang dapat
melawan peradangan karena sebab-sebab mekanis, kimia atau
imunologik.difenhidramin merupakan suatu antihistamin golongan etanolamin yang
dapat digunakan untuk pengobatan reaksi hipersensitifitas atau keadaan lain yang
disertai pelepasan histamin endogen berlebih .padabeberapa orang reaksi
hipersensitifitas pada mata yang disebabkan oleh alergi dari luar ( misalnya : debu,asap).
Tanda yang terlihat pada reaksi hipersensitifitas atau masuknya alergi dari luar berupa
mata perih dan gatal.
i. Obat tetes mata gentamisin HCl
Gentamisin sistemik diindikasikan untuk infeksi oleh kuman gram negatif yang
sensitif antara lain E coli, serratia, klebsiela,pseudomonas, proteus
j. Obat tetes mata polimiksin B sulfat
26
Polimiksin B sulfat aktif terhadap berbagai kuman negatif terutama Psaeruginosa
obat ini bekerja dengan mengganggu fungsi pengaturan osmosis oleh membran
sitoplasma kuman. Jarang terjadi resisten pada antibiotik ini.
27
• Masalah-masalah lain yang mungkin timbul dari pemakaian sediaan
radiofarmaka.
Rancangan radiofarmaka pada umumnya harus memenuhi syarat-syarat tertentu
antara lain
1) Untuk diagnostik
• Waktu paruh pendek
• Aktivitas serendah mungkin
• Pemancar gamma • Suntikan harus steril
• Energi yang dipancarkan 30- 600 KeV.
2) Untuk Terapi
• Waktu paruh panjang
• Aktivitas disesuaikan dengan perhitungan yang diperlukan
• Pemancaran beta murni
• Terlokalisir ditempat yang diobati
• Energi yang dipancarkan antara 500 –1000 KeV.
28
perunut untuk mendeteksi (diagnosa) berbagai jenis penyakit misalnya : Xe-133
digunakan untuk mendeteksi penyakit paruparu.P-32 untuk penyakit mata, tumor dan
hati.Fe-59 untuk mempelajari pembentukan sel darah merah.Kadang-kadang,
radioisotope yang digunakan untuk diagnosa, juga digunakan untuk terapi yaitu dengan
dosis yang lebih kuat misalnya, I-131 juga digunakan untuk terapi kanker kelenjar tiroid.
29
dirancang untuk mengurangi risiko kontaminasi bakteri selama persiapan perlakuan
ekstrak alergen dan set diagnostik . Langkah-langkah yang direkomendasikan meliputi
kebersihan pribadi yang baik, mencuci tangan dan penggunaan antiseptik untuk
membersihkan permukaan kerja dan botol tops sebelum transfer. Dua set pedoman
dapat dirujuk dalam penyusunan klinik prosedur operasi standar tertentu.
USP dibuat turunkan rekomendasi untuk ekstrak alergen di bawah asumsi bahwa
pencampuran ekstrak alergen melibatkan transfer sederhana zat steril dengan adanya
bahan pengawet.
♣ Setiap resep harus berisi :
• Pasien mengidentifikasi dan informasi kontak ( dan gambar jika mungkin )
• Nama preparer
• Tanggal persiapan
• Nama , konsentrasi dan volume untuk setiap alergen
• Jenis dan volume pengencer • produsen Stock alergen dan nomor lot
• Tanggal kedaluwarsa
♣ Label botol perawatan setiap pasien harus berisi minimal :
• pengidentifikasi 2 pasien (misalnya , nama dan tanggal lahir )
• Konsentrasi dalam vol / vol
• Kode warna atau kode alfanumerik (1 untuk konsentrasi tertinggi jika nomor)
• Kadaluarsa atau "melampaui penggunaan " tanggal”
♣ Pemeriksaan jaminan kualitas Tambahan
Sebelum digunakan atau pengiriman , pemeriksaan jaminan kualitas tambahan
harus dilakukan , idealnya dengan rekan kerja . Sesuai dengan Praktek Parameter
rekomendasi label , label pemeriksaan terakhir harus dilakukan . Ini harus terdiri dari
memverifikasi bahwa label berisi nama yang tepat , isi yang tepat (alergen) , konsentrasi
benar , nomor alfanumerik yang tepat dalam urutan yang benar dengan terendah = 1
(jika nomor yang digunakan), tanggal kadaluarsa kanan ( encer botol mungkin memiliki
tanggal kadaluwarsa sebelumnya dari lebih terkonsentrasi botol)
30
Selain itu, " warna cek " dari solusi di setiap vial harus dilakukan . Solusi dalam
botol konsentrat pemeliharaan harus paling gelap dalam warna dan botol harus lebih
ringan dalam warna dengan masing-masing 10 kali lipat pengenceran. Paling lemah
kekuatan botol harus berisi solusi berwarna ringan.
Bila menggunakan botol - kode warna , kode warna botol cek harus dilakukan .
Botol di set pengobatan harus diatur dalam urutan ( Red / pemeliharaan , Kuning , Biru,
Hijau dan Silver) . Untuk setiap kode warna botol konsentrasi label di vol / vol atau
nomor harus sesuai dengan apa yang direkomendasikan dalam Parameter Praktek untuk
itu kode warna ( lihat Tabel X1 dan Tabel XII dari Practice Parameters ) . Selain itu ,
warna larutan harus menjadi warna yang konsisten untuk pengenceran yang (lebih
ringan jika tidak botol pemeliharaan red )
Semua botol juga harus menjalani pemeriksaan endapan . Solusi dalam setiap
botol harus diperiksa untuk kehadiran bahan partikulat atau padat dan kekeruhan . Jika
ditemukan , botol mungkin terkontaminasi atau mengandung endapan alergen baku
ekstrak isinya .
Kontaminasi dapat menjadi sumber mikroba bakteri atau lainnya, tetapi mungkin
juga akibat dari bahan padat diperkenalkan seperti kejadian langka fragmen stopper
botol dari manufaktur atau menusuk berulang . Setiap temuan abnormal selama salah
satu dari pemeriksaan ini harus diikuti dengan investigasi untuk penyebab dan , dalam
banyak kasus , mulai lagi dari awal dan re - pencampuran set vial bahwa pasien .
♣ Stabilitas dan penyimpanan Allergenik Ekstrak
Stabilitas dan potensi ekstrak alergen dapat dikompromikan oleh suhu tinggi ,
kontaminasi , dan protease degradasi protein alergi kunci yang bertanggung jawab
untuk keberhasilan imunoterapi .
Beberapa tindakan yang diambil oleh produsen ekstrak saham dan personil
kesehatan untuk meminimalkan risiko kehilangan potensi ekstrak selama penyimpanan
normal dan penggunaan .
Pengenceran ekstrak saja dapat mempengaruhi potensi jangka panjang dari
ekstrak. Sebagai contoh, ekstrak diencerkan memiliki konsentrasi yang lebih rendah
31
dari pengawet dan stabilisator penting . Selain itu , konsentrasi yang lebih rendah dari
protein menurun 3 dimensi struktur protein stabilisasi dicapai melalui interaksi protein-
protein yang difasilitasi pada konsentrasi protein yang lebih tinggi. Akhirnya
pengenceran juga dapat memperbesar efek penurunan protein alergi karena mengikat
situs di botol kaca yang pada dasarnya tidak signifikan pada konsentrasi protein yang
lebih tinggi .
Langkah-langkah pengolahan Produsen meliputi aditif yang menstabilkan protein
alergi dan pengawet yang mencegah kontaminasi dari ekstrak saham dan individu set
perawatan pasien yang berasal dari mereka . Pengawet ditambahkan ke larutan ekstrak
alergen untuk mencegah pertumbuhan mikroba dalam hal bakteri atau jamur yang
diperkenalkan ke dalam larutan selama proses persiapan atau ketika jarum dimasukkan
ke dalam botol untuk pemberian imunoterapi . Semua ekstrak alergen harus
mengandung bahan pengawet yang bakteriostatik . Agen bakteriostatik mencegah
pertumbuhan kontaminan mikroba seperti bakteri , tetapi tidak selalu membunuh
mikroorganisme . Sterilisasi dan pasteurisasi proses yang membunuh mikroorganisme
yang kurang umum digunakan .
Fenol adalah pengawet bakteriostatik umum ditambahkan ke ekstrak alergen
dan digunakan pada konsentrasi akhir sekitar 0,4 % . Satu mungkin sakit- efek dari
menggunakan fenol adalah bahwa hal itu mungkin denaturasi ( terungkap atau
kerusakan ) protein alergi bahkan jika dalam 50 % glycerin.13, 14 albumin serum
manusia dapat melindungi terhadap efek samping fenol pada proteins. 13 alergi
pengawet diakui lainnya seperti thimersol dan methylparaben tidak umum digunakan
dalam persiapan ekstrak alergen . 70 % isopropanol adalah disinfektan tetapi tidak
pengawet . Disinfektan adalah agen antimikroba diterapkan pada benda-benda non-
hidup ( misalnya, meja ). Dengan demikian mereka tidak " melestarikan " kelangsungan
hidup , potensi atau kemurnian . Desinfektan juga harus dibedakan dari antibiotik yang
membunuh mikroorganisme dalam tubuh . Pembersih adalah disinfektan tingkat tinggi
yang membunuh lebih dari 99,9 % dari mikroorganisme sasaran . Sterilisasi mengacu
pada penghapusan lengkap dari semua mikroorganisme .
32
Ada beberapa " rutin " prosedur operasi yang bila dilakukan secara konsisten
harus mempromosikan stabilitas ekstrak dan mengurangi kesalahan yang terkait
dengan penggunaan bahan usang : • Secara rutin memeriksa tanggal kadaluwarsa pada
semua produk • Yakinkan bahwa persediaan saham di kulkas secara rutin diputar
sedemikian rupa sehingga produk berakhir ditempatkan di depan dan digunakan
pertama • Pastikan tanggal kedaluwarsa pada label untuk pengobatan dan set diagnostik
selambatlambatnya ekstrak saham digunakan dengan tanggal kedaluwarsa awal •
Segera membuang atau produk terpisah yang telah kedaluwarsa • Yakinkan bahwa
nampan penyimpanan ekstrak alergen pribadi yang disimpan pada suhu yang
direkomendasikan • Yakinkan bahwa ekstrak disimpan dingin selama waktu yang lama
pencampuran
Allergi Ekstrak harus steril kerena:
♥ Berhubungan langsung dengan cairan tubuh
♥ menggores atau menusuk kulit dengan jarum steril khusus, dan depositkan
sejumlah kecil ekstrak alergen ke dalam kulit
♥ Setiap tubuh manusia memiliki antigen dan antibody yang berbeda-beda
sehingga obat harus dibuat steril agar tidak menimbulkan reaksi berlebihan pada
tubuh dan terkedang mengalami reaksi anafilaktik jika obat masuk kedalam tubuh
secara cepat. Pada dasarnya alergi dapat dicegah dengan cara menjauhi allergen
yang dapat menimbulkan reaksi berlebihan pada tubuh , dengan demikian tubuh
merasa aman dari reaksi yang berlebihan
Contoh obat yang beredar:
1 gram ampicillin diencerkan 5 cc aquades. Ambil larutan tersebut 0,1 cc
kemudian diencerkan himgga 1 cc. Masukkan obat secara intradermal/intracutan
0,01-0,1 cc
33
6. DIAGNOSTIC AGENT
Diagnostik merupakan salah satu metode pemeriksaan dalam ilmu pengobatan
pencegahan (preventive medicine) penyakit infeksi, didasarkan atas reaksi antara suatu
antibody dengan antigen yang bersangkutan.Untuk ini digunakan suntikan intrakutan
diatas kulit (imunity skin test) dengan suatu antigen dengan kadar serendah2nya yang
masih memungkinkan adanya reaksi. Reaksi positif dalam bentuk semacam benjolan
diatas kulit, menunjukkan bahwa tubuh sudah mengandung antibody tertentu. _ Hasil
negatip, berarti tubuh tidak memiliki antibody tersebut, dlm keadaanini orang harus
diberi vaksin untuk mengebalkan tubuh secara aktif Reaksi TUBERKULIN,
merupakan salah satu tes kekebalan yg terkenal untuk mendiagnosa penyakit
tuberculose (Mantoux skin test ) Zat-zat yang diberikan kepada pasien secara
oral/parenteral untuk menentukan keadaan fungsional dari suatu organ tubuh atau untuk
membantu dokter menentukan diagnose penyakit dan juga digunakan dalam reaksi
imunisasi
Contoh :Injeksi Evans Blue, yang digunakan dalam penentuan volume darah.
34
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Sediaan steril yaitu sediaan terapetis yang bebas mikroroganisme baik vegetatif
atau bentuk sporanya baik patogen atau nonpatogen. Produk steril adalah sediaan
terapetis dalam bentuk terbagi-bagi yang bebas dari mikroorganisme hidup. Formulasi
sediaan steril merupakan salah satu bentuk sediaan farmasi yang banyak dipakai,
terutama saat pasien dirawat di rumah sakit.
Sterilisasi adalah proses yang dirancang untuk menciptakan keadaan steril.
Secara tradisional keaadan sterill adalah kondisi mutlak yang tercipta sebagai akibat
penghancuran dan penghilangan semua mikroorganisme hidup.
Obat-obat yang harus steril adalah:
1. Larutan Parental
2. Obat mata
3. Preparat radiofarmasi
4. Solution for irrigation
5. Allergenic ekstrak
6. Diagnostic agent
Suatu sediaan harus steril itu disebabkan karena berhubungan langsung dengan tubuh
terutama cairan seperti pembuluh darah sebab cairan tubuh tidak mempunyai daya tahan
yang cukup kuat.
B. SARAN
Diharapkan setelah terselesaikannya makalah ini, bagi mahasiswa dapat
mengetahui sediaan yang harus steril dan membuatnya secara aseptis didalam kegiatan
praktikum. Dan bagi pembaca semoga dapat memberikan manfaat yaitu mengetahui apa
saja sediaan steril.
35
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 1979. Farmakope Indonesia edisi III, Departemen Kesehatan Republik
Indonesia, Jakarta
Anonim. 1995. Farmakope Indonesia edisi IV, Departemen Kesehatan Republik
Indonesia, Jakarta
Anief, M. 1990. ”Ilmu Meracik Obat”. Gajah Mada University Press, Yogyakarta.
Agoes, Goeswandi., 1967, Larutan Parenteral,Multi Karja,Surabaya Lukas, S., 2006.
Formulasi Steril. C.V. Yogyakarta
36