Bismillahirrahmanirrahim
shalawat dan sa;am bagi junjungan dan teladan Nabi Muhammad SAW,
keluarga, dan para sahabat beliau yang senantiasa menjadi peneang bagi
serta kedua adik saya Berta Ramadhani Ishaq dan Achmad Iswandi Ishaq,
yang telah memberikan bantuan dan dukungan terbesar buat penulis dalam
menyelesaikan studi.
biasa namun berbekal pengetahuan yang ada serta arahan dan bimbingan,
juga petunjuk dari bapak Prof. Dr. Muhadar, SH.,M.S. selaku pembimbing I
iv
dan bapak Dr. Abd. Asis, S.H.,M.H. selaku pembimbing II yang selalu
memberikan bimbingan.
Penulis juga ingin mengucapkan terima kasih kepada pihak yang telah
1. Prof. Dr. Dwia Aries Tina Pulubuhu, M.A. selaku Rektor Universitas
Hasanuddin Makassar.
Putiyana, Ifanny Oktavia, Dien Aulia, Nurul Camelia, Iin Nur Indah, Tia,
Sul, Rima Islami, Cica Musakkir, Asrini Damayanti, Utiya Dini, Rijal
Alfarezi, Ayu Mangidi, Babal, Iron, Mey, Rini cenrara, Nurul Fitriani,
Ardhi, Khusnul Fauzi, Rizky Nuari, dll yang penulis tidak bisa sebutkan
v
satu persatu dalam memberikan semangat dan motivasi bagi penulis
persatu.
Akhir kata Penulis persembahkan karya ini dan semoga dapat bermanfaat
vi
vii
viii
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ............................................................... 1
B. Rumusan Masalah ....................................................................... 12
C. Tujuan Penulisan ......................................................................... 12
D. Kegunaan Penelitian .................................................................... 13
ix
C. Jenis dan Sumber Data ................................................................ 66
D. Teknik Pengumpulan Bahan Hukum ............................................ 68
E. Analisis Data ................................................................................ 68
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan .................................................................... ............... 111
B. Saran ............................................................................. ............... 112
x
BAB I
PENDAHULUAN
Anak sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa memiliki hak asasi
kualitas sumber daya manusia di masa yang akan datang2. Dalam Pasal
Anak memiliki peran strategis dan negara menjamin hak setiap anak
atas kelangsungan hidup, tumbuh, dan berkembang serta atas
pelindungan dari kekerasan dan diskriminasi.Oleh karena itu,
1
kepentingan terbaik bagi anak patut dihayati sebagai kepentingan
terbaik bagi kelangsungan hidup umat manusia.3
anak disini adalah setiap anak yang berusia di bawah 15 (lima belas)
3Penjelasan UURI Nomor 11 Tahun 2012 Tentang Sistem Peradilan Pidana Anak
4Koes Irianto, Memahami Seksologi, Bandung, Sinar Baru Algesindo, 2010,hal 101
5Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Selanjutnya disingkat (KBBI)
Ekshibitionisme adalah seseorang yang mendapatkan kepuasan seks dengan
memperlihatkan genitalnya pada orang lain yang tidak ingin melihatnya.
2
kasus kejahatan seksual terhadap anak karena adanya perbedaan
merusak masa depan secara fisik saja, tetapi juga akan merusak mental
dan kejiwaan anak, seperti gangguan depresi berat dapat terbawa kelak
atau yang tidak berdaya dan memiliki ketergantungan yang tinggi dengan
Hampir dari setiap kasus yang diungkap, pelakunya adalah orang yang
dominasi atas korban, seperti guru, paman, ayah kandung, ayah tiri, dan
tetangga.
3
Tidak ada satupun karakteristik khusus atau tipe kepribadian yang
Dengan kata lain, siapa pun dapat menjadi pelaku kekerasan seksual
menjadi 1.628 kasus pada tahun 2014, dan 1.936 kasus pada tahun
2015.Adapun pada tahun 2016 hingga bulan April yang lalu sudah 179
Tercatat sebanyak 24% pelaku berasal dari keluarga 56% dari lingkungan
sosial, dan sebanyak 17% dari lingkungan sekolah. Ini menujukkan bahwa
8Solihin,
L. Tindakan Kekerasan pada Anak Dalam Keluarga. Jurnal Pendidikan
Penabur No.03/Th.III/Desember 2004 dalam Gede Arya Suputra, Kajian Teoritis Terhadap
Tindak Pidana Kekerasan seksual Di Indonesia, Lex Crimen Vol. IV/No. 5/Juli/2016. Hal. 57
4
(6,1%), tempat kerja (3,0%), dan tempat lainnya (37,6%) sedangkan
bisa berbaur, bergaul, tanpa ada yang tahu pelaku adalah seorang
9Ibid
10Ratih Probosiwi dan Daud Bahransyaf, Kekerasan seksual Dan Kekerasan
Seksual: Masalah Dan Perlindungan Terhadap Anak, Jurnal Sosio Informa Vol. 01, No. 1,
Januari - April, Tahun 2015, hal. 36
5
Pelaku kejahatan kekerasan seksual memiliki alur dan substansi
Internasional School (JIS) yang dilakukan oleh dua orang guru yang
bernama Neil Bantleman dan Ferdinant Michael atau Ferdinant Tjiong. Neil
menangkap pria bernama Andri Sobari alias Emon yang telah melakukan
kejahatan kekerasan seksual terhadap lebih dari 100 anak usia 4 tahun
11Reza Indragiri Amriel, Kekerasan seksual dan Daya Tangkal Publik, di akses di
http://www.freelists.org/archives /ppi//08-2006/msg00283.html. Tanggal 28 Maret 2017
12Seto Mulyadi, Nasib Anak Di Indonesia, Kompas, Saptu 22 Juli 2015 di akses di
6
KUHPidana tentang perbuatan berlanjut dan dijatuhi hukuman 17 tahun
penjara.13
yang bernama Saiful jamil terhadap anak dibawah umur, artis tersebut
dijerat dengan Pasal 292 KUHPidana tentang perbuatan cabul dan dijatuhi
sebagaimana disebutkan dalam ayat (4) dan ayat (5) dapat dikenai
13Ibid
14Detik news, Kasus Pencabulan, Hukuman Saipul Jamil Diperberat Jadi 5 Tahun
di akses dihttp://news.detik.com/berita/d-3301927/kasus-pencabulan-hukuman-saipul-jamil-
diperberat-jadi-5-tahun tanggal 28 Maret 2017.
7
Hukum kebiri ini menjadi alasan sebagai upaya hukum baru terhadap
memberikan efek jera. Namun disisi lain hukum yang telah ada dan
tindak pidana kekerasan seksual juga akibat dari trauma psikologis yang
sifaat dendam yang sulit dihilangkan. Akibat sifat dendam tersebut bisa
yang antara lain Deklarasi Jenewa tentang Hak-hak Anak tahun 1924
8
mengesahkan Declaration of the Rights of the Child (Deklarasi Hak-Hak
Deklarasi Wina tahun 1993 yang dihasilkan oleh Konferensi Dunia tentang
15Muladi dan Barda Nawawi Arief, Bunga Rampai Hukum Pidana, Alumni,
Bandung, 1992, hal.108
16Moch.Faisal Salam, Hukum Acara Peradilan Anak di Indonesia, Mandar Maju,
9
Instrumen-instrumen di atas telah menetapkan seperangkat hak anak
Kejahatan Kekerasan seksual (Studi Komparasi Di Berbagai Negara Asing), Jurnal Sasi
Vol.17 No.2 Bulan April – Juni 2011. Hal. 38
18Reimon Supusepa, Ibid.
19Arif Gosita, Masalah Perlindungan Anak (Kumpulan Karangan), BIP Kelompok
10
Penanganan kejahatan kekerasan seksual terhadap anak-anak jika
unsur penyebab kejahatan tidak akan terjadi jika tidak ada korban.20Antara
belum tentu si anak sebagai korban merasa rela dan aman.Banyak korban
itu perlu adanya hukum yang bisa memberikan keadilan yang setimpal
11
bagi korban terhadap apa yang dilakukan oleh pelaku kejahatan kekerasan
Kekerasan Seksual.
B. Rumusan Masalah
kejahatan seksual?
C. Tujuan Penulisan
kejahatan seksual`
seksual.
12
D. Kegunaan Penelitian
Ada dua aspek kegunaan yang ingin di harapkan dari penelitian ini,
seksual
13
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
teori perlindungan hukum ini bersumber dari teori hukum alam atau aliran
hukum alam.Aliran ini dipelopori oleh Plato, Aristoteles (murid Plato), dan
bahwa hukum itu bersumber dari Tuhan yang bersifat universal dan abadi,
serta antara hukum dan moral tidak boleh dipisahkan.Para penganut aliran
ini memandang bahwa hukum dan moral adalah cerminan dan aturan
hukum lahir dari suatuketentuan hukum dan segala peraturan hukum yang
21 Satjipto Raharjo, Ilmu Hukum, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, 2000, hal.53
14
anggota masyarakat dan antara perseorangan dengan pemerintah yang
adalah melindungi rakyat dari bahaya dan tindakan yang dapat merugikan
22Ibid. hal. 5
23
Satjipto Rahardjo, Sisi-Sisi Lain Dari Hukum Di Indonesia, Kompas, Jakarta,
2003, hal. 121
24 Phillipus M. Hadjon, Perlindungan Hukum Bagi Rakyat Indonesia, PT. Bina Ilmu,
15
a) Perlindungan Hukum Preventif Perlindungan yang diberikan oleh
pemerintah dengan tujuan untuk mencegah sebelum terjadinya
pelanggaran. Hal ini terdapat dalam peraturan perundang- undangan
dengan maksud untuk mencegah suatu pelanggaran serta
memberikan rambu-rambu atau batasan-batasan dalam melakukan
suatu kewajiban.
26
Phillipus M. Hadjon, Op.Cit. hal. 30
16
terhadap tindak pemerintahan adalah prinsip negara hukum.Dikaitkan
dengan pengakuan dan perlindungan terhadap hak-hak asasi
manusia, pengakuan dan perlindungan terhadap hak-hak asasi
manusia mendapat tempat utama dan dapat dikaitkan dengan tujuan
dari negara hukum.
Hal senada juga dijelaskan oleh Barda Nawawi Arif yang mengemukakan
bahwa terkait dengan perlindungan korban maka terdapat dua makna yaitu
27
Barda Nawawi Arif, Masalah Penegakan Hukum dan Kebijakan Penanggulangan
Kejahatan, PT Citra Aditya Bakti, Bandung, hal.56
17
pada Pancasila dan prinsip Negara Hukum yang berdasarkan Pancasila.
bagi anak merupakan salah satu cara melindungi tunas bangsa di masa
28
RikaSaraswati. Hukum Perlindungan Anak di Indonesia. Citra Aditya Bakti.
Bandung, 2009. Hal. 23
29
Shole Soeaidy Dan Zulkhair, Dasar Hukum Perlindungan Anak, CV.Novindo Pustaka
Mandiri, Jakarta, 2011, hal. 4
18
Lebih lanjut perlindungan terhadap anak harus bertumpuh pada
Anak wajib dilindungi agar mereka tidak menjadi korban tindakan siapa
saja (individu, kelompok, organisasi, swasta, maupun Pemerintah) baik
secara langsung maupun tidak langsung. Lebih lanjut, bahwa
Perlindungan anak adalah suatu kegiatan bersama yang bertujuan
mengusahakan pengamanan, pengadaan dan pemenuhan
kesejahteraan rohaniah dan jasmaniah anak atau remaja yang sesuai
dengan kepentingan dan hak asasinya.
30
Ibid. hal. 5
31 Arif gosita, Masalah Perlindungan Anak, Jakarta, Akademi pressindo,1989, hal.
35.
32Zulkhair
dan Sholeh Soeaidy.Dasar Hukum Perlindungan Anak. Jakarta: CV.
Novindo Pustaka Mandiri. 2001.hal.4
19
Menurut Pra Yuawana dalam Seminar Perlindungan Anak/Remaja
yaitu 33:
a) Segala daya upaya yang dilakukan secara sadar oleh setiap orang
maupun lembaga pemerintah dan swasta yang bertujuan
mengusahakan pengamanan, penguasaan dan pemenuhan
kesejahteraan.
20
Kerjasama dan koordinasi diperlukan dalam melancarkan kegiatan
perlindungan anak yang rasional, bertanggungjawab dan bermanfaat
antara partisipan yang bersangkutan.
victimogen
21
Dasar tersebut merupakan pedoman pengkajian, evaluasi apakah
ketentuan-ketentuan yang dibuat dan pelaksanaan yang direncanakan
benar-benar rasional, positif, bertanggungjawab dan bermanfat bagi
yang bersangkutan, yang dapat diambil dan dikembangkan dari
pancasila, UURI Dasar 1945, ajaran dan pandangan yang positif dari
agama atau nilai sosial yang tradisional atau modern.
lainnya.
22
5. Anak yang cacat fisik, mental dan lemah kedudukan sosialnya
lainnya34
B. Pengertian Anak
memberikan arti bagi orang tuanya. Arti di sini mengandung maksud memberikan
isi, nilai, kepuasan, kebanggaan, dan rasa penyempurnaan diri yang disebabkan
oleh keberhasilan orang tuanya yang telah memiliki keturunan, yang akan
34
Nurini Aprilianda, Laporan Akhir Pengkajian Hukum Tentang Model Pembinaan
Anak Berbasis Pendidikan Layak Anak Dalam Sistem Pemasyarakatan,Pusat Penelitian Dan
Pengembangan Sistem Hukum Nasional Badan Pembinaan Hukum Nasional Kementerian
Hukum Dan Hak Asasi Manusia Ri 2014. hal. 35
23
dikonotasikan sebagai manusia yang belum mencapai kematangan fisik,
(KUHPidana)
atau dengan kata lain KUHPidana adalah acuan dasar dalam hukum
KUHPidana.
24
Dalam KUHPidana juga terdapat Pasal yang memberikan salah
satu unsur pengertian tentang anak, seperti yang terdapat pada Bab IX
tahun. Hal ini dapat dilihat dalam isi pasal tersebut, yaitu :
25
lima belas tahun, seperti tercantum dalam bunyi pasal yakni
dibawah umur enam belas tahun dalam pasal 283 ayat (1) yang
26
yang belum mencapai usia dewasa sepenuhnya atau hanya untuk
dewasa.36
“Mereka yang belum mencapai umur genap dua puluh satu tahun,
dan tidak lebih dahulu telah kawin”. Menurut Pasal ini, bahwa semua
orang yang belum genap 21 (dua puluh satu) tahun dan belum kawin
di mata hukum.
36
R. Subekti. Pokok-Pokok Hukum Perdata, Cet 31. Jakarta. PT Internasa. 2003.
hal. 55
27
belas) tahun atau belum pernah melangsungkan perkawinan ada
kekuasaannya”.
UURI Hukum Perdata yaitu 21 (dua puluh satu) tahun, dan UURI
Anak.
28
umum di indonesia menurut hukum adat dianggap sudah dewasa 37.Hak
tersebut.
29
a. Setiap anak berhak untuk dapat hidup, tumbuh,
berkembang, dan berpartisipasi secara wajar sesuai dengan
harkat dan martabat kemanusiaan, serta mendapatkan
perlindungan dari kekrasan dan diskriminasi (Pasal 4)
b. Setiap anak berhak atas suatu nama sebagai identitas diri dan
status kewarganegaraan (Pasal 5)
c. Setiap anak berhak untuk beribadah menurut agamanya,
berpikir dan berekspresi sesuai dengan tingkat keceradasan
dan usianya, dalam bimbingan orang tua (Pasal 6)
d. Setiap anak berhak untuk mengetahui orang tuanya, dibesarkan
dan diasuh oleh orang tuanya sendiri ( Pasal 7 ayat 1)
e. Setiap anak berhak memperoleh pelayanan kesehatan dan
jaminan sosial sesuai dengan kebutuhan fisik, mental, spiritual,
dan sosial (Pasal 8)
f. Setiap anak berhak memperoleh pendidikan dan pengajaran
dalam rangka pengembangan pribadinya dan tingkat
kecerdasannya sesuai dengan minat dan bakatnya (Pasal 9
ayat 1)
g. Setiap anak berhak menyatakan dan didengar pendapatnya,
menerima, mencari, dan memberikan informasi sesuai
tingkat kecerdasan dan usianya demi pengembangan dirinya
sesuia dengan nilai-nilai kesusilaan dan kepatutan (Pasal 10)
h. Setiap anak selama dalam pengasuhan orang tua, wali,
atau pihak lain manapun yang bertanggung jawab atas
pengasuhan, berhak mendapat perlindungan dari perlakuan :
Diskirminasi; Eksploitasi baik ekonomi maupun seksual;
Penelantaran; Kekejaman; Kekerasan dan penganiayaan;
Ketidakadilan; Perlakuan salah lainnya (Pasal 13 ayat 1)
Selain di atur mengenai hak-hak anak, diatur pula kewajiban anak yaitu
30
C. Konvensi Hak Anak Tahun 1989
Konvensi hak anak tahun 1989 yang disepakati dalam siding majlis
yaitu :
dalam Prespektif Konvensi Hak Anak, PT. Citra Aditya, Bandung, 1999, hal. 33
31
a. Hak terhadap kelangsungan hidup (survival rights)
Yaitu hak-hak anak dalam Konvensi Hak Anak yang meliputi hak-
hidup di dalam Konvensi Hak Anak terdapat pada pasal 6 dan pasal
berikut :
primer (rights to the child enjoyment of the high test attainable standart
32
of health and facilities for the treatment of illness and rehabilitation
dalam Konvensi Hak Anak berkaitan pula dengan beberapa pasal yang
33
martabat kemanusiaan anak. Penekanan diletakkan pada
perlunya kerja sama internasional guna menjamin hak ini;
h. Pasal 30, mengatur tentang hak-hak anak dari kelompok
masyarakat minoritas dan penduduk asli untuk hidup dalam
alam budaya serta mengamalkan dan menggunakan bahasa
mereka sendiri;
i. Pasal 32, mengatur tentang kewajiban negara untuk melindungi
anak-anak dari keterlibatan dalam pekerjaan yang mengancam
kesehatan, pendidikan atau perkembangan mereka, untuk
menetapkan batas usia minimum untuk bekerja, serta
menetapkan aturan bagi kondisi kerja;
j. Pasal 34, mengatur tentang hak anak atas perlindungan dari
eksploitasi dan penganiayaan seksual, termasuk prostitusi dan
keterlibatan dalam pornografi;
k. Pasal 35, mengatur tentang kewajiban negara untuk menjalani
segala upaya guna mencegah penjualan, penyelundupan dan
penculikan anak;
l. Pasal 38, mengatur tentang kewajiban negara untuk
menghormati dan menjamin dihormatinya UURI kemanusiaan
yang berlaku bagi anak-anak
Yaitu hak-hak anak dalam Konvensi Hak Anak yang meliputi hak
40Ibid
34
1. Pasal 10, tentang hak anak untuk berkumpul kembali
bersama orang tuanya dalam kesatuan keluarga, apakah
dengan meninggalkan atau memasuki negara tertentu untuk
maksud tersebut
2. Pasal 11, tentang kewajiban negara untuk mencegah dan
mengatasi penculikan atau penguasaan anak di luar negeri
3. Pasal 16, tentang hak anak untuk memperoleh perlindungan
dari gangguan terhadap kehidupan pribadi
4. Pasal 19, tentang kewajiban negara untuk melindungi anak
dari segala bentuk salah perlakuan yang dilakukan oleh orang
tua atau orang lain yang bertanggung jawab atas pengasuhan
mereka;
5. Pasal 20, tentang kewajiban negara untuk memberikan
perlindungan khusus bagi anak-anak yang kehilangan
lingkungan keluarga mereka
6. Pasal 21, tentang adopsi dimana pada negara yang
mengakui adopsi hanya dilakukan untuk kepentingan terbaik
bagi anak
7. Pasal 25, tentang peninjauan secara periodik terhadap anak-
anak yang ditempatkan dalam pengasuhan oleh negara
karena alasan perawatan, perlindungan dan penyembuhan
8. Pasal 32, tentang kewajiban negara untuk melindungi anak-
anak dari keterlibatan dari pekerjaan yang mengancam
kesehatan, pendidikan atau perkembangan mereka
9. Pasal 33, tentang hak anak atas perlindungan dari penyalah
gunaan obat bius dan narkotika serta keterlibatan dari produksi
dan distribusi
10. Pasal 34, tentang hak anak atas perlindungan dari eksploitasi
dan penganiayaan seksual terhadap prostitusi dan keterlibatan
dalam pornografi
11. Pasal 35, tentang kewajiban negara untuk menjajaki segala
upaya guna mencegah penjualan penyelundupan dan
penculikan anak
12. Pasal 36, tentang hak anak atas perlindungan dari semua
bentuk eksploitasi yang belum tercantum dalam pasal 32,pasal
33, pasal 34 dan pasal 35
13. Pasal 37, tentang larangan terhadap penyiksaan, perlakuan
atau hukuman yang kejam, hukuman mati, penjara seumur
hidup, dan penahanan semena-mena atau perampasan
kebebasan terhadap anak
14. Pasal 39, tentang kewajiban negara untuk menjamin agar
anak yang menjadi korban konflik bersenjata, penganiayaan,
penelantaran, salah perlakuan atau eksploitasi, memperoleh
35
perawatan yang layak demi penyembuhan dan re-integrasi
sosial mereka
15. Pasal 40, tentang hak bagi anak-anak yang didakwa ataupun
yang diputuskan telah melakukan pelanggaran untuk tetap
dihargai hak asasinya dan khususnya, untuk menerima manfaat
dari segenap proses hukum atau bantuan hukum lainnya dalam
penyiapan dan pengajuan pembelaan mereka. Prinsip demi
hukum dan penetapainstitusional sedapat mungkin dihindari.
keluarga
menimpa anak
segala bentuk pendidikan (formal dan non formal) dan hak untuk
41
Ibid. hal.35
36
pendidikan dan sekaligus memberikan langkah konkret untuk
ayat 1 berbunyi :
37
8. Hak untuk memperoleh pengembangan kesehatan dan fisik (the
rights to health and physical development); Hak untuk didengar
pendapatnya (the rights to be hear)
9. Hak atas keluarga (the rights to family).
anak
hak anak atas partisipasi di dalam Konvensi Hak Anak, yang terdiri
atas :
38
a. Hak anak untuk berpendapat dan memperoleh pertimbangan
atas pendapatnya;
b. Hak anak untuk mendapatkan dan mengetahui informasi
serta untuk berekspresi;
c. Hak anak untuk berserikat; dan menjalin hubungan untuk
bergabung;
d. Hak anak untuk memperoleh akses informasi yang layak dan
terlindungi dari informasi yang tidak sehat;
e. Hak anak untuk memperoleh informasi tentang Konvensi Hak
Anak
39
dengan harkat dan martabat kemanusiaan, serta
mendapatkan perlindungan dari kekrasan dan diskriminasi
(Pasal 4)
b. Setiap anak berhak atas suatu nama sebagai identitas diri dan
status kewarganegaraan (Pasal 5)
c. Setiap anak berhak untuk beribadah menurut agamanya,
berpikir dan berekspresi sesuai dengan tingkat
keceradasan dan usianya, dalam bimbingan orang tua (Pasal
6)
d. Setiap anak berhak untuk mengetahui orang tuanya,
dibesarkan dan diasuh oleh orang tuanya sendiri ( Pasal 7
ayat 1)
e. Setiap anak berhak memperoleh pelayanan kesehatan
dan jaminan sosial sesuai dengan kebutuhan fisik, mental,
spiritual, dan sosial (Pasal 8)
f. Setiap anak berhak memperoleh pendidikan dan
pengajaran dalam rangka pengembangan pribadinya dan
tingkat kecerdasannya sesuai dengan minat dan bakatnya
(Pasal 9 ayat 1)
g. Setiap anak berhak menyatakan dan didengar
pendapatnya, menerima, mencari, dan memberikan
informasi sesuai tingkat kecerdasan dan usianya demi
pengembangan dirinya sesuia dengan nilai-nilai kesusilaan
dan kepatutan (Pasal 10)
h. Setiap anak selama dalam pengasuhan orang tua, wali,
atau pihak lain manapun yang bertanggung jawab atas
pengasuhan, berhak mendapat perlindungan dari perlakuan
: Diskirminasi; Eksploitasi baik ekonomi maupun seksual;
Penelantaran; Kekejaman; Kekerasan dan penganiayaan;
Ketidakadilan; Perlakuan salah lainnya (Pasal 13 ayat 1)
Selain di atur mengenai hak-hak anak, diatur pula kewajiban anak yaitu
setiap anak berkewajiban untuk menghormati orang tua, wali, guru, mencintai
40
D. Konsep Korban
adanya korban tindak pidana dan juga pelaku tindak pidana.Dimana dalam
terjadinya suatu tindak pidana ini tentunya yang sangat dirugikan adalah
korban yang menderita langsung, akan tetapi korban tidak langsung pun
suami, anak yang kehilangan bapak, orang tua yang kehilangan anaknya,
dan lainnya.42
63
41
telah berusaha untuk menuntut dan menghukum pelaku kekerasan
tersebut44
c. Muladi, korban (victim) adalah orang-orang yang baik secara
individu maupun kolektif telah menderita kerugian, termasuk
kerugian fisik atau mental, emosional, ekonomi, atau gangguan
substansial terhadap hak- haknya yang fundamental melalui
perbuatn atau komisi yang melanggar hukum pidana di masing-
masing Negara, termasuk penyalahgunaan kekuasaan.45
d. UURINomor 23 tahun 2004 tentang penghapusan kekerasan
dalam rumah tangga Korban adalah orang yang mengalami
kekerasan dan/atau ancaman kekerasan dalam lingkup rumah
tangga
e. UURINomor 27 tahun 2004 tentang komisi kebenaran dan
rekonsiliasi, Korban adalah perseorangan atau kelompok orang
yang mengalami penderitaan, baik fisik, mental, maupun,
emosional, kerugian ekonomi, atau mengalami pengabaian,
pengurungan, atau perampasan hak-hak dasarnya sebagai akibat
pelannggaran hak asasi manusia berat, termasuk korban ahli
warisnya.
f. Pasal 1 ayat (3) UURI Republik Indonesia Nomor 21 Tahun 2007
Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan Orang
Korban adalah seseorang yang mengalami penderitaan psikis,
mental,fisik,seksual,ekonomi,dan/atausosial,yang diakibatkan
tindak pidana perdagangan orang.
g. Pasal 1 ayat (3) UURI Nomor 31 Tahun 2014 Tentang Perubahan
Atas UURI Nomor 13 Tahun 2006 Tentang Perlindungan Saksi
Dan Korbanadalahorangyangmengalami penderitaan fisik, mental,
dan/atau kerugian ekonomi yang diakibatkan oleh suatu tindak
pidana.
42
atau tanggungan langsung dari korban dan orang-orang yang mengalami
yaitu:
46Ibid. hal 52
43
b. Latent or predisposed victims adalah mereka yang mempunyai
karakter tertentu cenderung menjadi korban pelanggaran tertentu;
c. Propocative victims adalah mereka yang menimbulkan kejahatan
atau pemicu kejahatan;
d. Participating victims adalah mereka yang tidak menyadari atau
memiliki perilaku lain sehingga memudahkan dirinya menjadi
korban;
e. False victims adalah mereka yang menjadi korban karena dirinya
sendiri47
sebagai berikut:
47Taufik Makarao, Tindak Pidana Narkotika . Ghalia Indonesia . Jakarta: 2005, hal.17
44
jawabannya sepenuhnya terletak pada korban karena sekaligus
sebagai pelaku kejahatan;
7. Political victimsadalah korban karena lawan politiknya. Secara
sosiologis, korban ini tidak dapat dipertanggungjawabkan kecuali
adanya perubahan konstelasi politik.48
sebagai berikut.
bertanggung jawab.
45
korban. Pihak yang bersalah adalah korban karena ia juga sebagai
pelaku.49
yang berkompeten.
terlebih dahulu suatu informasi yang memadai mengenai hak-hak apa saja
menimpa dirinya.
diterima oleh pelaku bisa juga tidak, tergantung kondisi yang memengaruhi
46
kejadian yang menimpa dirinya ( karena kejadian ini merupakan aib bagi
47
sementara maupun berdasarkan penetapan perintah perlindungan
dari pengadilan
setiap tingkat
perundang-undangan
juga telah menetapkan beberapa hak korban ( saksi ) agar lebih mudah
c. Provide information
f. Restitution an compensation
mulai dari hak atas bantuan keuangan ( financial) hingga hak atas
pelayanan medis dan bantuan hukum, tidak berarti kewajiban dari korban
48
kejahatan diabaikan eksistitensinya karena melalui peran korban dan
signifikan.
antara lain:
dan keluarganya
49
Korban tidak saja dipahami sebagai obyek dari suatu kejahatan tetapi
disebut Pedofilia.Kata itu berasal dari bahasa Yunani, paedo (anak) dan
50
Evy Rachmawati, Sisi Kelam Pariwisata di Pulau Dewata,
http://www.kompas.com/kompas-cetak/0509/28/humaniora/2083218.htm.
51
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Balai
Pustaka, 2011.hal.456
52 Kartono Kartini, Psikologi Abnormal dan Abnormalitas Seksual, Bandung, Mandar
50
kekerasan seksual seringkali menandakan ketidakmampuan berhubungan
stimulasi oral pada anak, penetrasi pada mulut anak, vagina atau anus
dengan jari, benda asing atau alat kelamin laki-laki. Korban dari
51
uang agar anak tersebut percaya, setia dan menyayangi pelaku, sehingga
1. Terlalu Obsesif
Seorang pedofil cenderung memiliki sifat obsesif yang
berlebihan.Ia akan terus mengejar sasaran yang telah ditentukannya
dan tidak akan berhenti sebelum sasaran itu tercapai. Sasaran disini
berupa anak-anak yang memang dijadikan sebagai objek pelampiasan
hasrat seksual para kekerasan seksual.Contoh kasusnya bisa dilihat
dari pengakuan Emon (tersangka kekerasan seksual yang baru-baru ini
tertangkap).Pengakuan Emon ini diungkapkan oleh Ketua Komnas
Perlindungan Anak, Arist Merdeka Sirait yang mengemukakan bahwa
“Biasanya mereka (pedofil) memiliki sifat obsesif.Ia akan terus mengejar
sasaran yang telah ditentukan. Biasanya menyasar satu anak tertentu.
Ia akan berusaha mendapatkannya sampai dapat, layaknya pacar,"
2. Bersifat Layaknya Predator
Ciri kedua yang dimiliki seorang pedofil adalah sifat layaknya
predator yang memangsa siapapun anak yang ada di depan matanya.
Contoh kasusnya seperti penjelasan Ketua Komnas Perlindungan Anak
dibawah ini.“Seperti Emon ini. Ia itu pengakuannya setiap ada anak
yang masuk ke kolam renang (Lio Santa) akan dia sergap. Walaupun
pengakuannya tidak semua diperlakukan secara kasar, tapi ada juga
yang sekadar dipegang bahunya,”
3. Bersifat Agresif
Seorang pedofil biasanya memiliki sifat agresif yang tinggi.Ia tidak
segan melakukan apa saja demi mendapatkan anak incarannya,
bahkan dengan kekerasan sekalipun. Ciri yang satu ini ditegaskan
dengan argumen Wakapolda Jabar, Brigjen Pol Ricko Amelza Dahniel.
“Mereka (pedofil) ini memiliki ciri-ciri khusus, seperti memiliki sifat
agresif dan introvert. Hal ini perlu diketahui bukan hanya oleh orangtua,
tapi juga dikenalkan sejak dini terhadap anak-anak,”
4. Introvert
Ciri yang terakhir adalah sifat introvert. Introvert itu artinya suka
menyendiri dan terkesan tertutup dari kehidupan sosial. Namun perlu
digaris bawahi bahwa tidak semua orang yang memiliki sifat introvert
52
bisa dikatakan sebagai pedofil. Seorang intorvert itu belum tentu pedofil,
namun seorang pedofil umumnya memiliki sifat introvert.
5. Lihai Dalam Merayu Anak
Menurut Psikolog yang juga dosen Bimbingan Konseling FKIP
Universitas Lampung Shinta Mayasari, pedofil merasa lebih mampu
berinteraksi dengan anak-anak.Mereka umumnya bukan orang asing
bagi anak karena punya akses untuk berinteraksi secara intensif. Pedofil
memiliki pengalaman untuk mengamati anak-anak yang rapuh,yang
terlihat pendiam, pasif, senang menyendiri. Mereka akan mendekati
anak-anak ini dengan memberi perhatian, kasih sayang, bahkan hadiah
untukmendapatkan kepercayaan. Pelan-pelan mulai mengajarkan anak
tentang seksseperti memperlihatkan gambar, bermain peran sebagai
pasangan, menyentuh secara halus terlebih dahulu, dan
seterusnya.Sehingga, anak-anak tidak menyadari bahwa merrka
sedang dilecehkan secara seksual.
beberapa tipe kekerasan seksual yaitu “Tipe pertama adalah mereka yang
56
Muhammad Asnawi, Liku-Liku Seks Menyimpang, Nuansa Cendekia, 2012.hal 95
53
individu yang memiliki hasrat erotis abnormal terhadap anak-
banyak dilakukan oleh ayah (31%), selebihnya oleh laki-laki lain (19%),
kakek (10%), baby sister (7%), paman (5%), teman laki-laki ibu (5%),
sepupu (4,5%), kakek (4%), anak lain (3,5%) dan lain-lain (2%)58.
Diantara kasus yang ada, pelaku pedofil banyak yang sudah memiliki
54
korbannya dengan menjadi teman atau pendamping yang baik bagi anak
yang melibatkan anak-anak sebagai upaya untuk lebih dekat dengan calon
korban. Selain itu upaya lain untuk memuaskan gairah seksualnya adalah
dengan membujuk anak-anak atau korban dengan hal yang bisa menarik
kesenangan seksual.
55
F. Peraturan Perlindungan Hukum Anak Di Indonesia
Hal ini dibuktikan dengan banyaknya anak zaman sekarang yang memilih
zaman sekarang lebih memilih main didalam rumah Selain faktor gadget,
faktor dari orang tua juga mempengaruhi perilaku anak. Anak terkadang
kejahatantindak pidana.
oleh anak dapat mengakibatkan kerugian baik jagka pendek dan jangka
56
psikologis, emosional, gangguan setres pasca trauma. Kekerasan seksual
pada tahun 2015 sebanyak 339 kasus kekerasan terhadap anak yang
terjadi dibulan januari sampai mei. Kasus tersebut 50% diantaranya adalah
57
merupakan alat hukum yang mampu melindungi anak dalam berbagai
seksual telah diatur dalam UURI nomor 23 Tahun 2002 sebagaimana telah
hal yang disebutkan, ada pasal yang lain menjelaskan bukan hanya
kembali masalah fisik dan mental anak, biasanya yang masyarakt sorot
hukuman.
58
kesengsaraan atau penderitaan secara !isik, seksual, psikologis, dan;atau
G. Kerangka Pikir
seksual tidak selalu ditujukan pada sesama jenis (umumnya oleh pria
59
Undang-undang 23 tahun 2004 tentang Penghapusan kekerasan Dalam Rumah tangga.
59
dewasa terhadap anak laki), tapi bisa juga dilakukan terhadap lawan
secara fisik dan mentaln ya.Oleh karena itu anak memerlukan perlindungan
60
perlakuan tanpa diskriminasi, sehingga anak mendapatkan kesempatan
61
BAGAN KERANGKA PIKIR
Terwujudnya Perlindungan
Hukum atas Anak yang
Optimal
62
H. Definisi Operasional
tahun.
63
7. Pengawasan adalah proses dalam menetapkan ukuran kinerja kerja
11. Kultur Hukum adalah sikap manusia (termasuk budaya hukum aparat
12. Sarana dan Prasarana adalah segala sesuatu yang dapat dipakai
13. Optimal adalah suatu proses untuk mencapai hasil yang ideal.
64
BAB III
METODE PENELITIAN
hukum bagi anak korban kejahatan kekerasan seksual. Tipe penelitian ini
B. Lokasi Penelitian
65
C. Jenis dan Sumber Data
narasumber terkait.
dari bahan hukum primer, bahan hukum sekunder, dan bahan hukum
tertier.
66
2) Kitab UURI Hukum Pidana
Perlindungan Anak
Korban
67
online yang memuat berita terkait dengan permasalahan yang
diteliti.
yang memiliki relevansi dengan materi kajian dan telah terpublikasi, seperti
dari para sarjana hukum untuk dikritisi ataupun sebagai dasar pembenar
E. Analisis Data
fakta - fakta sosial yang terjadi. Penelitian kuantitatif ini dilakukan dengan
harus disimpulkan
68
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Seksual.
anak oleh pemerintah harus didasarkan pada Prinsip Hak Anak yaitu
belas) tahun, termasuk anak yang masih dalam kandungan. Itu artinya,
sebagai anak.
69
ke lembaganya terus meningkat. Tahun 2013, ada 2.011 kasus kekerasan
menjadi 1.628 kasus pada tahun 2014, dan 1.936 kasus pada tahun 2015.
Adapun pada tahun 2016 hingga bulan April yang lalu sudah 179 kasus
berasal dari keluarga 56% dari lingkungan sosial, dan sebanyak 17% dari
(48,7%), sekolah (4,6%), tempat umum (6,1%), tempat kerja (3,0%), dan
61 Op.Cit,. hal.4
70
aduan terhadap kasus kekerasan seksual terhadap anak selama tiga
tahun terakhir. Berikut ini penulis melampirkan data kasus kekerasan anak
di Kota Makassar :
2015 89 Kasus
Dari data diatas bahwa pada tahun 2015 terdapat 89 (delapan puluh
sembilan) kasus, tahun 2016 terdapat 100 (seratus) kasus dan sampai
kekerasan seksual.
Dari data tersebut dapat diamati bahwa selama tiga tahun terakhir
undang-undang.
71
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 59 ayat (2) huruf j dilakukan melalui
upaya:
kesusilaan
b. Rehabilitasi sosial
dan
1. Bantuan hukum
diberikan baik diminta ataupun tidak diminta oleh korban. Hal ini
72
penting untuk dilakukan mengingat masih rendahnya tingkat
bagi yang tidan mampu biayanya ditanggung oleh negara. UURI ini
hukum.
upaya:
62
Dikdik M.Arief Mansur dan Elisatris Gultom. Op.cit. hal.147.
73
a) Penanganan yang cepat, termasuk pengobatan dan/atau
pemulihan.
proses peradilan.
74
perlndungan hukum bagi anak korban kejahatan kekerasan seksual
75
e) Pembebasan dari penyiksaan, penghukuman, atau perlakuan lain
derajatnya.
Disabilitas.
i) Pemberian pendidikan.
undangan.
76
Lebih lanjut, dalam Peraturan Pemerintah nomor 2 tahun 2002 menjabarkan
tahun 2002 diatur prosedur dan mekanisme perlindungan yaitu dalam pasal 5
berdasarkan :
jasa atau
77
menyampaikan adalah Komnas HAM, kejaksaan, atau pengadilan
aparat keamanan.
aparat keamanan.
78
semua anak tidak terkecuali termasuk anak yang berhadapan dengan
hak anak agar dapat hidup, tumbuh, dan berkembang dan berpartisipasi
yaitu :
konvensi hak anak dan perlindungan HAM yang terpatri dalam UUDNRI 1945
menegaskan :
Daerah, Masyarakat, Keluarga, dan Orang Tua atau Wali berkewajiban dan
79
Pemerintah, dan Pemerintah Daerah tersebut dilakukan sebagaimana dalam
Pasal 21
dan bahasa, status hukum, urutan kelahiran dan kondisi fisik dan/atau
mental.
hak anak.
perlindungan anak
80
f. Ketentuan lebih lanjut mengenai kebijakan kabupaten/ kota layak anak
Pasal 22
Pasal 23
dan kewajiban orangtau, wali, atau orang lain yang secara hukum
Pasal 24
Pasal 25
81
(2) Kewajiban dan tanggungjawab masyarakat sebagaimana dimaksud
2. Rehabilitasi
mental, juga pemulihan fisik jika korban menderita fisik misalnya pada
82
melaksanakan penyelenggaraan kesejahteraan sosial bagi Anak.
Adapun Rumah Antara adalah bagian dari proses layanan LPKS yang
layanan lanjutan.
lama. Salah satu hal teknis yang bisa dilakukan adalah dengan
3. Pencegahan
aturan perundang-undangan.
83
UURI Perlindungan Anak menegaskan bahwa
dan peran aktif antara pihak dalam upaya pencegahan baik upaya-
84
Bantuan hukum dan bantuan lainnya juga berhak didapatkan oleh
menyatakan bahwa:
5 (lima) tahun dan paling lama 15 (lima belas) tahun dan denda
85
Berdasarkan rumusan Pasal 81 UURI No. 35 tahun 2014, maka
d. Adanya bujukan
f. Pelaku
UURI No.35 tahun 2014 ini, menggunakan istilah “setiap orang” yang
tipu muslihat atau dibujuk oleh orang yang lebih dewasa. Laki-laki dan
86
Anak merupakan tindak pidana biasa, karena itu tidak mensyaratkan
adanya pengaduan. Hal ini agak berbeda dengan jenis tindak pidana
yang diatur dalam Pasal 287 KUHP yang membedakan jenis tindak
e) Ketentuan Pidana
penjara paling singkat 5 (lima) tahun dan paling lama 15 (lima belas)
rupiah).
pula bagi Setiap Orang yang dengan sengaja melakukan tipu muslihat,
87
tenaga kependidikan, maka pidananya ditambah 1/3 (sepertiga) dari
dengan hukum.
kewajiban pihak lain atas dirinya. Pihak lain yang dimaksud bisa
88
dengan kewajiban asasi manusia kemudian melahirkan keadilan asasi
manusia.
pencegahan belum sepenuhnya optimal, hal ini terlihat dari anak sebagai
dari jumlah anak yang menjadi korban kejahatan kekerasan seksual yang
89
B. Kendala-kendala dalam memberikan perlindungan hukum
tinggi hak asasi manusia yang juga tercantum di dalam Hak Asasi
Anak).
90
lainnya. Makin meningkatnya suasana kekerasan dan
sangat gawat. Di mana dia tidak lagi merasa aman bermain bersama
kendala yang masih butuh perhatian serius dari semua pihak yang
91
perlindungan hukum bagi anak korban kekerasan sebagaimana
1. Subtansi Hukum
menurut penegak hukum itu aturan hukumnya sama sekali tidak di atur
92
UURI yang yang bersifat secara khusus dengan UURI yang bersifat
keadilan. Untuk itu maka demi menghindari agar jangan sampai terjadi
peraturan hukum yang dalam hal ini UURI No 35 Tahun 2014 Tentang
93
hukum harus terejawantahkan, mulai dari unit terkecil keluarga, lingkup
maupun pusat.
ketika mengacu pada fakta empiris yang ada maka pada ranah inilah
adalah anak. Berdasarkan dengan data dan fakta yang ada, skenario
perubahan kelak.
94
No.018/ PUURI-III/ 2005 Mahkamah Konstitusi sebagaimana
permohonan uji materil pasal 86 tersebut tidak dapat diterima. Bila kita
cermati baik dari segi yuridis maupun sosiologis memang tidak ada
dan panduan bagi para penegak hukum dalam menjalankan tugas dan
itu aturan hukumnya sama sekali tidak di atur dalam UURI itu,
63
Putusan MK No.018/ PUU-III/ 2005 Tentang Perlindungan Anak.
95
Perlindungan Anak yang menjadi dasar untuk memberikan
96
sesuai keputusan presiden nomor 36 tahun 1990 tentang
telah merumuskan sanksi pidana yang sudah cukup berat baik berupa
dengan baik hal ini dapat dilihat dari maraknya kasus kekerasan
kurang jelas.
2. Struktur Hukum
97
berhadapan dengan hukum pada umurnya dan lebih khusus terhadap
anak yang mengalami korban kekerasan. Struktur hukum itu mulai dari
umumnya tidak ada saksi lain selain korban itu sendiri yang
korban yang tidak terus terang disebabkan rasa takut, malu, trauma
dan adanya ancaman dari pelaku, dan saksi tidak hadir di dalam
98
Situasi dan kondisi yang berbeda jika anak sebagai pelaku tindak
dan kompensasi, sarana ini sangat penting bagi anak guna pemulihan
99
Penuntut umum pada kejaksaan negeri yang mewakili Negara
anak belum diatur dengan jelas dalam UURI Perlindungan Anak, maka
seksual.
100
sosial tersebut merupakan posisi tertentu didalam struktur
dituntut memiliki sikap dan perilaku yang tidak tercela. Jika mental
para penegak hukum tidak baik dan tidak berorientasi pada kebenaran
dan juga “public opinion” sangat kuat disini. Realitas yang ada di
sekali tak tersentuh oleh hukum. Untuk itu sangat diperlukan adanya
peran aktif tidak hanya dari masyarakat tapi juga yang utama adalah
101
perhatian ekstra dari para aparat penegak hukum, sehingga akan
memberikan respon yang baik. Hal ini terjadi karena selama ini dalam
dapat dilihat dari naiknya kasus dari tahun ke tahun serta minimnya
102
anak serta proaktif untuk memberikan perlindungan hak-hak anak
3. Kultur Hukum
baik sehingga patut untuk dipatuhi dan apa yang dianggap buruk
yang mantap dalam sikap dan tindakan sebagai rangkaian nilai akhir
103
penerapannya akan terus mengalami perkembangan, bisa pada
hukum. Peraturan hukum ini yang kemudian harus menjadi alat (Tools)
Oleh sebab itu Instrumen hukum dalam hal ini UURI Perlindungan
Anak selain harus terukur dalam ranah praktis juga harus memuat
terhadap anak.
kita jumpai bahwa aktor utama yang cukup berperan disini adalah
praktek tersebut. Hal ini terbukti dari tingginya angka kekerasan yang
104
4. Sarana dan Prasarana
terbentur pada faktor fasilitas yang tidak memadai atau bahkan sama
105
rumah penampungan dan perlidungan bagi anak-anak terlantar serta
seolah hanya menjadi utophia semata, karena realisasi selama ini jauh
anak dengan fungsi KPAI Sebagai sebuah lembaga negara yang tugas
pokok dan fungsinya memang fokus pada pada masalah anak. Hal ini
106
koherensi norma dalam UURI Perlindungan Anak dengan aturan lain
107
terjadi. Dalam konteks ini orang tua dikategorikan lalai dan sadar akan
Maka prinsip dasar dalam aturan pemidanaan orang tua bisa dimintai
konsekeunsi hukum apa yang akan diterima, hal ini yang belum
khusus kepada anak. Kata lembaga negara lainnya ini yang kemudian
bias sebab tidak bisa ditafsir bebas dan tidak spesifik mengarah
108
kepada salah satu badan atau lembaga negara yang dilimpahkan
hukum.
seksual, salah satu hal yang pernah diwacanakan adalah kebiri bagi
pelaku tindak kejahatan. Hanya persoalan hukuman kebiri ini tidak bisa
tokoh yang selama ini dikenal sebagai pemerhati anak dan komnas
109
dan/atau merendahkan martabat kemanusiaan. Hukuman mati dan
kontra hal yang perlu digaris bawahi adalah bahwa anak adalah aset
bangsa.
110
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
jaminan sosial sesuai dengan kebutuhan fisik, mental, spiritual, dan sosial
hukum sendiri yang sebahagian muatan norma dalam pasal masih bias
111
Penyelenggaraan Kesejahteraan Sosial. Adanya disharmonisasi antara
pelaksanaan ini yang belum mengatur lebih teknis dan spesifik dalam hal
adalah dari substansi hukum, stuktur hukum, kultur hukum dan sarana
B. Saran
112
suatu perubahan peraturan perundang-undangan disesuaikan dengan
113
DAFTAR PUSTAKA
B. Buku
I Ketut Donder dan I Ketut Wisarja, 2010, Filsafat Ilmu : Apa, Bagaimana,
untuk Apa Ilmu.Pengetahuan itu dan Hubungannya dengan Agama,
Paramita, Surabaya,
Jimly Asshiddiqie, 2009, Pengantar Ilmu Hukum Tata Negara, PT. Raja
Grafindo Persada,Jakarta,
114
Muladi dan Barda Nawawi Arief, 1992, Bunga Rampai Hukum Pidana,
Alumni, Bandung,
115
___________, masalah santunan korban kejahatan. BPHN. Jakarta
Satjipto Raharjo, 2000, Ilmu Hukum, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung,
C. Perundang-undangan
116
UURI Nomor 31 tahun 2014 tentang Perlindungan Saksi dan Korban
D. Jurnal
E. Internet
117