Anda di halaman 1dari 116

SEMINAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN

AKUNTANSI KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH

KELAS 8D AKUNTANSI ALIH PROGRAM


KELOMPOK V :
ANANG FEBRI SULISTYONO (05)
ELVANES YODA MUSTIKASASTI (11)
HENDRA BAGUS SETIAWAN (17)
LARASATI (23)
RINAWATI (29)
YOFI FADLILLAH (35)

POLITEKNIK KEUANGAN NEGARA STAN


TAHUN 2017

0
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Reformasi di bidang akuntansi terutama untuk penerapan akuntansi berbasis akrual
pada instansi pemerintahan, baik pemerintah pusat maupun pemerintahan daerah, ditandai
dengan dikeluarkannya UU Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara. Hal ini
ditegaskan dalam dalam Pasal 36 ayat (1) yang berbunyi: ”Ketentuan mengenai pengakuan
dan pengukuran pendapatan dan belanja berbasis akrual sebagaimana dimaksud dalam Pasal
1 angka 13, 14, 15, dan 16 undang-undang ini dilaksanakan selambat-lambatnya dalam 5
(lima) tahun. Selama pengakuan dan pengukuran pendapatan dan belanja berbasis akrual
belum dilaksanakan, digunakan pengakuan dan pengukuran berbasis kas.”
Kemudian setelah mengalami proses yang panjang, Standar Akuntansi
Pemerintahan (SAP) yang telah lama dinantikan akhirnya ditetapkan dengan Peraturan
Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 tanggal 13 Juni 2005 tentang Standar Akuntansi
Pemerintahan (PP SAP). Dengan ditetapkannya PP SAP maka untuk pertama kalinya
Indonesia memiliki standar akuntansi pemerintahan.
Reformasi di bidang akuntansi dan pelaporan keuangan tidak hanya terjadi di
pemerintah pusat, tetapi juga pada pemerintah daerah (pemda). Reformasi pada pemerintah
daerah telah dilakukan sejak keluarnya PP No. 105 Tahun 2000 tentang Pengelolaan dan
Pertanggungjawaban Keuangan Daerah. Di dalam peraturan tersebut menyatakan bahwa
penatausahaan dan pertanggungjawaban keuangan daerah berpedoman standar akuntansi
keuangan pemerintah daerah yang berlaku. Kemudian pada tahun 2005 diterbitkan standar
akuntansi pemerintah yaitu PP No. 58 Tahun 2005 dan sekaligus mencabut PP No. 105
Tahun 2000.
Akuntansi keuangan daerah merupakan akuntansi yang mencatat dan melaporkan
pengaruh dari transaksi keuangan daerah sehubungan dengan pelaksanaan APBD.
Penyelenggaraan akuntansi pemerintah daerah harus merujuk pada Standar Akuntansi
Pemerintahan (SAP) maupun pada peraturan yang terkait dengan pengelolaan keuangan
daerah, antara lain PP No. 58 Tahun 2005 yang kemudian dijelaskan lebih lanjut dengan
Peraturan Menteri Dalam Negeri (Permendagri) No. 1 Tahun 2006 tentang Pedoman
Pengelolaan Keuangan Daerah sebagaimana direvisi dengan Permendagri No. 59 Tahun
2007 dan terakhir diubah dengan Permendagri No. 21 Tahun 2011.

1
Pada awalnya, standar akuntansi yang diterapkan adalah SAP berbasis cash toward
accrual (CTA) yang ditetapkan dengan PP No. 24 Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi
Pemerintah. SAP berbasis CTA tersebut bersifat sementara, sebagaimana terdapat dalam
Pasal 36 ayat (1) Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara yang
menyatakan bahwa selama pengakuan dan pengukuran pendapatan dan belanja berbasis
akrual belum dilaksanakan, digunakan pengakuan dan pengukuran berbasis kas.
Pada awal perencanaan, sesuai dengan Pasal 70 ayat (2) Undang-Undang Nomor 1
Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara ditegaskan bahwa pelaksanaan pengakuan dan
pengukuran pendapatan dan belanja berbasis akrual dilaksanakan selambat-lambatnya pada
tahun anggaran 2008. Akan tetapu pemerintah baru menetapkan SAP berbasis akrual pada
tahun 2010 yaitu dengan Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 tentang SAP, sebagai
pengganti peraturan sebelumnya PP No 24 Tahun 2005 tentang SAP berbasis CTA. SAP
berbasis akrual tersebut menetapkan bahwa selambat-lambatnya diterapkan mulai tahun
anggaran 2015, sehingga pemerintah daerah dapat menggunakan SAP berbasis CTA pada
masa transisi.
Sebagaimana yang tertuang di dalam PP No. 71 Tahun 2010, dinyatakan bahwa
ketentuan lebih lanjut untuk penerapan SAP akrual pada pemerintah daerah diatur lebih
lanjut menggunakan Peraturan Menteri Dalam Negeri (Permendagri). Menindaklanjuti
amanat tersebut, kemudian diterbitkan Permendagri No. 64 Tahun 2013 tentang Penerapan
SAP Berbasis Akrual pada Pemerintah Daerah. Permendagri tersebut merupakan pedoman
dan acuan pemerintah daerah untuk menyiapkan dua instrument yang penting untuk
menerapkan SAP dalam rangka penyusunan dan penyajian laporan keuangan, yaitu:
kebijakan akuntansi dan sistem akuntansi pemerintah daerah.
Di dalam penyusunan kebijakan akuntansi dan sistem akuntansi pemerintah
daerah, harus mengacu kepada beberapa peraturan, yaitu:
1. Standar Akuntansi Pemerintah (SAP-PP No 71 Tahun 2010);
2. Pedoman Umum Sistem Akuntansi Pemerintahan (PUSAP-Peraturan Menteri
Keuangan No. 238/PMK.05/2011);
3. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah
4. Permendagri No. 64 Tahun 2013;
5. Permendagri, Perda, dan Peraturan Kepala Daerah tentang Pengelolaan Keuangan
Daerah (PKD).
Proses akuntansi akan dapat dijalankan dengan baik apabila kebijakan akuntansi dan sistem
akuntansi telah ditetapkan berdasarkan peraturan tersebut.

2
Seiring dengan telah dikeluarkannya Permendagri No. 64 Tahun 2013 dan yang
diharuskan untuk sudah diterapkan pada tahun 2015, maka pada makalah ini sebagaimana
pokok bahasan yaitu akuntansi pemerintah daerah akan membahas akuntansi pemerintah
daerah dengan berpedoman pada Permendagri tersebut. Sehingga dari makalah ini,
diharapkan kita dapat memahami praktek akuntansi pemerintah daerah yang telah sesuai
dengan peraturan yang berlaku.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang yang telah disampaikan di atas, maka kami
merumuskan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana format laporan keuangan pemerintah daerah?
2. Bagaimana kebijakan akuntansi yang diterapkan pada pemerintah daerah?
3. Bagaimana jurnal terkait akuntansi pemerintah daerah?
4. Bagaimana penyajian laporan keuangan pemerintah daerah?

1.3 Tujuan Penulisan


Berdasarkan rumusan masalah di atas, makalah ini disusun bertujuan untuk:
1. mengetahui format laporan keuangan pemerintah daerah?
2. mengetahui kebijakan akuntansi yang diterapkan pada pemerintah daerah?
3. mengetahui jurnal terkait akuntansi pemerintah daerah?
4. mengetahui contoh penyajian laporan keuangan di pemerintah daerah?

3
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Gambaran Umum Pengelolaan Keuangan Daerah


Dalam rangka pelaksanaan kewenangan Pemerintah Daerah sebagaimana
ditetapkan dalam Undang-undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah,
timbul hak dan kewajiban daerah yang dapat dinilai dengan uang sehingga perlu dikelola
dalam suatu sistem pengelolaan keuangan daerah. Pengelolaan keuangan daerah
sebagaimana dimaksud sebelumnya merupakan sub sistem dari system pengelolaan
keuangan negara dan merupakan elemen pokok dalam penyelenggaraan pemerintahan
daerah.
Pengelolaan Keuangan Daerah adalah keseluruhan kegiatan yang meliputi
perencanaan, pelaksanaan, penatausahaan, pelaporan, pertanggungjawaban, dan
pengawasan keuangan daerah. Pengelolaan keuangan daerah yang diatur dalam peraturan
menteri ini meliputi kekuasaan pengelolaan keuangan daerah, azas umum dan struktur
APBD, penyusunan rancangan APBD, penetapan APBD, penyusunan dan penetapan APBD
bagi daerah yang belum memiliki DPRD, pelaksanaan APBD, perubahan APBD,
pengelolaan kas, penatausahaan keuangan daerah, akuntansi keuangan daerah,
pertanggungjawaban pelaksanaan APBD, pembinaan dan pengawasan pengelolaan
keuangan daerah, kerugian daerah, dan pengelolaan keuangan BLUD (Badan Layanan
Umum Daerah).
Pengelolaan keuangan daerah dilaksanakan oleh pemegang kekuasaan pengelola
keuangan daerah. Kepala daerah selaku kepala pemerintah daerah adalah pemegang
kekuasaan pengelolaan keuangan daerah dan mewakili pemerintah daerah, dalam
kepemilikan kekayaan daerah yang dipisahkan. Kepala daerah perlu menetapkan pejabat‐
pejabat tertentu dan para bendahara untuk melaksanakan pengelolaan keuangan daerah. Para
pengelola keuangan daerah tersebut adalah:
1. Pemegang Kekuasaan Pengelolaan Keuangan Daerah,
2. Koordinator Pengelolaan Keuangan Daerah (Koordinator PKD)
3. Pejabat Pengelola Keuangan Daerah (PPKD)
4. Pejabat Pengguna Anggaran/Pengguna Barang (PPA/PB)
5. Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan (PPTK)
6. Pejabat Penatausahaan Keuangan Satuan Kerja Perangkat Daerah (PPK-SKPD)
7. Bendahara Penerimaan dan Bendahara Pengeluaran.

4
2.2 Penyusunan Kebijakan Akuntansi Pemerintah Daerah
Kebijakan akuntansi merupakan instrumen penting dalam penerapan akuntansi
akrual. Dokumen yang ditetapkan dalam peraturan kepala daerah ini harus dipedomani
dengan baik oleh fungsi-fungsi akuntansi, baik di SKPKD maupun di SKPD. Selain itu,
kebijakan akuntansi juga seyogyanya dipedomani oleh pihak-pihak lain seperti perencana
dan tim anggaran pemerintah daerah.

2.2.1 Komponen utama kebijakan akuntansi pemerintah daerah


Penyusunan kebijakan akuntansi daerah dilakukan melalui tahapan penelaahan
berdasarkan komponen utama yaitu:
a. Penyusunan kebijakan akuntansi pelaporan keuangan:
Tahapan penyusunan kebijakan akuntansi terkait laporan keuangan dimulai dari
pengumpulan rujukan atau referensi berupa peraturan perundangan dan literatur lain
yang terkait dengan kebijakan akuntansi laporan keuangan pemerintah daerah.
Sebagai rujukan utama adalah Lampiran I Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun
2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan, khususnya:
1) PSAP 01 tentang Penyajian Laporan Keuangan
2) PSAP 02 tentang Laporan Realisasi Anggaran
3) PSAP 03 tentang Laporan Arus Kas
4) PSAP 04 tentang Catatan atas Laporan Keuangan
5) PSAP 11 tentang Laporan Keuangan Konsolidasian
6) PSAP 12 tentang Laporan Operasional
7) IPSAP dan Buletin Teknis SAP terkait pelaporan keuangan
b. Penyusunan kebijakan akuntansi akun:
Tahapan penyusunan kebijakan akuntansi terkait akun dimulai dari mempelajari SAP
khususnya pernyataan terkait akun-akun. Sebagai rujukan utama adalah Lampiran I
Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi
Pemerintahan,
khususnya:
1) PSAP 05 tentang Akuntansi Persediaan
2) PSAP 06 tentang Akuntansi Investasi
3) PSAP 07 tentang Akuntansi Aset Tetap
4) PSAP 08 tentang Akuntansi Konstruksi Dalam Pengerjaan
5) PSAP 09 tentang Akuntansi Kewajiban

5
6) PSAP 10 tentang Koreksi Kesalahan, Perubahan Kebijakan Akuntansi,
Perubahan Estimasi Akuntansi, dan Operasi yang tidak Dilanjutkan
7) IPSAP dan Buletin Teknis SAP terkait akun

Penelaahan hal diatas perlu juga merujuk pada referensi peraturan perundangan
dan literature lain untuk dapat:
a. Mengidentifikasi akun-akun yang memerlukan pemilihan metode yang khusus atas
pengakuan atau pengukuran.
b. Mengidentifikasi akun-akun yang memerlukan pengaturan yang lebih rinci atas
kebijakan pengakuan dan pengukurannya.
c. Mengidentifikasi hal-hal yang belum diatur di dalam SAP namun dibutuhkan dalam
kebijakan akuntansi pemerintah daerah. Dalam menyusun hal-hal yang belum diatur
di dalam SAP, perlu memperhatikan:
1) PSAP yang mengatur hal-hal yang mirip dengan masalah terkait.
2) Definisi serta kriteria pengakuan dan kriteria pengukuran atas aset, kewajiban,
pendapatan-LO, beban, pendapatan-LRA, belanja, dan penerimaan/pengeluaran
pembiayaan yang ditetapkan dalam Kerangka Konseptual Standar Akuntansi
Pemerintahan dan PSAP.
Hasil pemilihan metode, pengaturan lebih rinci dan pengaturan halhal yang belum
diatur itulah yang kemudian dicantumkan dalam dokumen kebijakan akuntansi.

2.2.2 Penyajian kebijakan akuntansi pelaporan keuangan dan kebijakan


akuntansi akun
Untuk memberikan gambaran bentuk penyajian kebijakan akuntansi pemerintah
daerah, dibawah ini diuraikan mengenai kebijakan akuntansi pelaporan keuangan dan
kebijakan akuntansi akun yang dapat dijadikan sebagai panduan dalam penyusunan
kebijakan akuntansi pemerintah daerah.

2.2.2.1 Kebijakan Akuntansi Pelaporan Keuangan


1. Pendahuluan
a) Tujuan penyusunan kebijakan akuntansi
Laporan keuangan untuk tujuan umum adalah laporan keuangan yang ditujukan
untuk memenuhi kebutuhan bersama sebagian besar pengguna laporan termasuk
lembaga legislative sebagaimana ditetapkan dalam ketentuan peraturan
perundangundangan. Untuk mencapai tujuan tersebut, kebijakan akuntansi ini

6
menetapkan seluruh pertimbangan dalam rangka penyajian laporan keuangan,
pedoman struktur laporan keuangan, dan persyaratan minimal isi laporan
keuangan. Laporan keuangan disusun dengan menerapkan basis akrual.
Pengakuan, pengukuran, dan pengungkapan transaksi-transaksi spesifik dan
peristiwa-peristiwa yang lain, mempedomani standar akuntansi pemerintahan.
b) Ruang Lingkup
Kebijakan akuntansi ini berlaku untuk entitas pelaporan dan entitas akuntansi
dalam menyusun laporan keuangan. Entitas pelaporan yaitu pemerintah daerah,
sedangkan entitas akuntansi yaitu SKPD dan PPKD. Tidak termasuk perusahaan
daerah.
c) Basis Akuntansi
Basis akuntansi yang digunakan dalam laporan keuangan pemerintah daerah yaitu
basis akrual. Namun, dalam hal anggaran disusun dan dilaksanakan berdasar basis
kas, maka LRA disusun berdasarkan basis kas.

2. Tujuan Laporan Keuangan


Tujuan umum laporan keuangan adalah menyajikan informasi mengenai
posisi keuangan, realisasi anggaran, saldo anggaran lebih, arus kas, hasil operasi, dan
perubahan ekuitas suatu entitas pelaporan yang bermanfaat bagi para pengguna dalam
membuat dan mengevaluasi keputusan mengenai alokasi sumber daya.
Secara spesifik, tujuan pelaporan keuangan pemerintah daerah adalah untuk
menyajikan informasi yang berguna untuk pengambilan keputusan dan untuk
menunjukkan akuntabilitas entitas pelaporan atas sumber daya yang dikelola, dengan:
a) Menyediakan informasi mengenai posisi sumber daya ekonomi, kewajiban,
dan ekuitas pemerintah daerah;
b) Menyediakan informasi mengenai perubahan posisi sumber daya ekonomi,
kewajiban, dan ekuitas pemerintah daerah;
c) Menyediakan informasi mengenai sumber, alokasi, dan penggunaan sumber
daya ekonomi;
d) Menyediakan informasi mengenai ketaatan realisasi terhadap anggaran yang
ditetapkan;
e) Menyediakan informasi mengenai cara entitas pelaporan mendanai
aktivitasnya dan memenuhi kebutuhan kasnya;

7
f) Menyediakan informasi mengenai potensi pemerintah daerah untuk
membiayai penyelenggaraan kegiatan pemerintahan; dan
g) Menyediakan informasi yang berguna untuk mengevaluasi

3. Komponen Laporan Keuangan


a. Laporan Realisasi Anggaran
Laporan Realisasi Anggaran menggambarkan perbandingan antara anggaran
dengan realisasinya dalam satu periode pelaporan. LRA terdiri dari :
1) pendapatan-LRA merupakan semua penerimaan kas daerah yang menambah
ekuitas dana di tahun anggaran yang menjadi hak pemda dan tidak dibayar
kembali.
2) belanja merupakan semua pengeluaran kas daerah yang mengurangi ekuitas di
tahun anggaran dan tidak diperoleh pembayarannya kembali oleh pemda.
3) transfer merupakan penerimaan atau pengeluaran oleh suatu entitas pelaporan
lain termasuk dana perimbangan dan dana bagi hasil
4) pembiayaan merupakan setiap penerimaan/pengeluaran yang tidak
berpengaruh pada kekayaan bersih entitas yang perlu dibayar kembali dan/atau
akan diterima kembali. Pembiayaaan dibagi menjadi dua yaitu penerimaan
merupakan pinjaman/divestasi dan pengeluaran merupakan pembayaran
kembali atas pemberian pinjaman.

b. Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih (LPSAL)


LPSAL menyajikan informasi kenaikan atau penurunan saldo anggaran lebih
tahun pelaporan dibandingkan dengan tahun sebelumnya.

c. Neraca
Neraca terdiri dari tiga komponen utama yaitu :
1) Aset adalah sumber daya ekonomi yang dikuasai dan atau dimiliki oleh
pemerintah daerah, sebagai akibat dari peristiwa masa lalu dan dari mana
manfaat ekonomi dan atau sosial di masa depan diharapkan dapat diperoleh,
baik oleh pemerintah daerah maupun masyarakat, serta dapat diukur dalam
satuan uang, termasuk sumber daya non keuangan yang diperlukan untuk
penyediaan jasa bagi masyarakat umum dan sumber-sumber daya yang
dipelihara karena alasan sejarah dan budaya.

8
2) Kewajiban adalah utang yang timbul dari peristiwa masa lalu yang
penyelesaiannya mengakibatkan aliran keluar sumber daya ekonomi
pemerintah daerah.
3) Ekuitas adalah kekayaan bersih pemerintah daerah yang merupakan selisih
antara aset dan kewajiban pemerintah daerah

d. Laporan Operasional (LO)


Laporan Operasional menyajikan ikhtisar sumber daya ekonomi yang
menambah ekuitas dan penggunaannya yang dikelola oleh pemerintah pusat/daerah
untuk kegiatan penyelenggaraan pemerintahan dalam satu periode pelaporan.
Unsur-unsur di dalam LO terdiri dari :
1) Pendapatan-LO, hak pemerintah sbg penambah kekayaan bersih.
2) Beban, kewajiban pemerintah sbg pengurang kekayaan bersih.
3) Transfer, hak penerimaan atau kewajiban pengeluaran uang antar entitas
pelaporan. Contoh : dana perimbangan dan DBH.
4) Akun Luar Biasa, pendapatan luar biasa atau beban luar biasa dr kejadian atau
transaksi bukan merupakan operasi biasa.

e. Laporan Arus Kas (LAK)


Laporan Arus Kas menyajikan informasi kas sehubungan dengan aktivitas
pemerintah dan yang menggambarkan saldo awal, penerimaan, pengeluaran, dan saldo
akhir kas pemerintah daerah selama periode tertentu. LAK terdiri dari : aktivitas
operasi, aktivitas investasi, aktivitas pendanaan dan transitoris.

f. Laporan Perubahan Ekuitas (LPE)


Laporan Perubahan Ekuitas menyajikan informasi kenaikan atau penurunan
ekuitas tahun pelaporan dibandingkan dengan tahun sebelumnya.

g. Catatan atas Laporan Keuangan (CALK)


Catatan atas Laporan Keuangan menyajikan tentang :
1) Informasi umum tentang entitas pelaporan dan entitas akuntansi;
2) Informasi tentang kebijakan fiskal/keuangan dan ekonomi makro;

9
3) Ikhtisar pencapaian target keuangan selama tahun pelaporan berikut kendala
dan hambatan yang dihadapi dalam pencapaian target;
4) Informasi tentang dasar penyusunan laporan keuangan dan kebijakan-
kebijakan akuntansi yang dipilih untuk diterapkan atas transaksi-transaksi dan
kejadian-kejadian penting lainnya;
5) Rincian dan penjelasan masing-masing pos yang disajikan pada lembar muka
laporan keuangan;
6) Informasi yang diharuskan oleh Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan
yang belum disajikan dalam lembar muka laporan keuangan; dan
7) Informasi lainnya yang diperlukan untuk penyajian yang wajar, yang tidak
disajikan dalam lembar muka laporan keuangan.

2.2.2.2 Kebijakan Akuntansi Akun


a. Aset
b. Kewajiban
c. Ekuitas
d. Pendapatan LRA
e. Belanja
f. Transfer
g. Pembiayaan
h. Pendapatan LO
i. Beban
j. Koreksi Kesalahan

2.3 Sistem Akuntansi Pemerintah Daerah (SAPD)


Sistem akuntansi pemerintah daerah (SAPD) merupakan suatu instrument untuk
mengoperasionalkan prinsip-prinsip akuntansi yang telah ditetapkan dalam SAP dan
kebijakan akuntansi. SAPD menunjukkan rangkaian proses akuntansi yang terdiri dari
proses identifikasi transaksi keuangan, menjurnal ke dalam buku jurnal, memposting ke
buku besar, menyusun neraca saldo, menyusun kertas kerja konsolidasian, dan diakhiri
dengan penyusunan laporan keuangan.
Sebagai sebuah pedoman, SAPD menjelaskan siapa melakukan apa dan
menegaskan tentang transaksi apa saja yang dicatat dan bagaimana mencatatnya. Pada

10
prinsipnya, SAPD disusun agar para petugas yang menjalankan fungsi akuntansi dapat
memahami dan menjalankan proses akuntansi dengan baik dan benar.

2.3.1 Akuntansi Pendapatan Pemerintah Daerah


Akuntansi pendapatan pemerintah daerah dilaksanakan berdasarkan Peraturan
Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 64 Tahun 2013 Tentang Penerapan
Standar Akuntansi Pemerintahan Berbasis Akrual Pada Pemerintah Daerah. Pada
Permendagri Nomor 64 Tahun 2013, terdapat dua jenis pendapatan yaitu pendapatan – LRA
dan pendapatan – LO.

1. Pendapatan – LRA
Pendapatan-LRA adalah semua penerimaan Rekening Kas Umum Daerah yang menambah
Saldo Anggaran Lebih dalam periode tahun anggaran yang bersangkutan yang menjadi hak
pemerintah, dan tidak perlu dibayar kembali oleh pemerintah.

a. Pengakuan
Pendapatan diakui pada saat:
 Diterima di Rekening Kas Umum Daerah; atau
 Diterima oleh SKPD; atau
 Diterima entitas lain diluar pemerintah daerah atas nama BUD.
b. Pengukuran
 Akuntansi Pendapatan-LRA dilaksanakan berdasarkan azas bruto, yaitu dengan
membukukan penerimaan bruto, dan tidak mencatat jumlah netonya (setelah
dikompensasikan dengan pengeluaran).
 Pendapatan-LRA diukur dengan menggunakan nilai nominal kas yang masuk ke kas
daerah dari sumber pendapatan dengan menggunakan asas bruto, yaitu pendapatan
dicatat tanpa dikurangkan/dikompensasikan dengan belanja yang dikeluarkan untuk
memperoleh pendapatan tersebut
 Dalam hal besaran pengurang terhadap Pendapatan-LRA bruto (biaya) bersifat
variabel terhadap pendapatan dimaksud dan tidak dapat dianggarkan terlebih dahulu
dikarenakan proses belum selesai, maka asas bruto dapat dikecualikan.
 Pengecualian azas bruto dapat terjadi jika penerimaan kas dari pendapatan tersebut
lebih mencerminkan aktivitas pihak lain dari pada pemerintah daerah atau
penerimaan kas tersebut berasal dari transaksi yang perputarannya cepat, volume
transaksi banyak dan jangka waktunya singkat.

11
c. Penyajian
Pendapatan-LRA disajikan pada Laporan Realisasi Anggaran dan Laporan Arus Kas.
Pendapatan LRA disajikan dalam mata uang rupiah. Apabila penerimaan kas atas
pendapatan LRA dalam mata uang asing, maka penerimaan tersebut dijabarkan dan
dinyatakan dalam mata uang rupiah. Penjabaran mata uang asing tersebut menggunakan
kurs pada tanggal transaksi.

2. Pendapatan – LO
Pendapatan-LO merupakan hak pemerintah daerah yang diakui sebagai penambah
ekuitas dalam periode tahun anggaran yang bersangkutan dan tidak perlu dibayar kembali.
Pendapatan-LO merupakan pendapatan yang menjadi tanggung jawab dan wewenang entitas
pemerintah, baik yang dihasilkan oleh transaksi operasional, non operasional dan pos luar
biasa yang meningkatkan ekuitas entitas pemerintah. Pendapatan-LO dikelompokkan dari
dua sumber, yaitu transaksi pertukaran (exchange transactions) dan transaksi non-
pertukaran (non-exchange transactions).
Tabel 2.1 Pendapatan – LO Berdasarkan Sumbernya
Uraian exchange transactions Non-exchange transactions
Pengertian manfaat ekonomi yang manfaat ekonomi yang
diterima dari berbagai diterima pemerintah tanpa
transaksi pertukaran kewajiban pemerintah
menyampaikan prestasi
balik atau imbalan balik
kepada pemberi manfaat
ekonomi
Contoh penjualan barang atau jasa pendapatan pajak,
layanan tertentu, dan barter. rampasan, hibah,
sumbangan, donasi dari
entitas di luar entitas
akuntansi dan entitas
pelaporan, dan hasil alam.

Kebijakan akuntansi pendapatan-LO meliputi kebijakan akuntansi pendapatan-LO


untuk PPKD dan kebijakan akuntansi pendapatan-LO untuk SKPD.

12
Tabel 2.2. Jenis Pendapatan – LO untuk SPKD dan PPKD
SKPD PPKD

Pendapatan hanya sebagian dari PAD: Pendapatan pendapatan yang diperoleh


Asli Daerah  pendapatan pajak Asli Daerah daerah yang dipungut
daerah dalam hal berdasarkan Peraturan Daerah
instansi pungutan pajak sesuai dengan Peraturan
terpisah dari BUD, Perundang-Undangan.
 pendapatan retribusi Dikelompokkan ke dalam tiga
daerah, kategori:
 hasil pengelolaan  PAD Melalui Penetapan,
kekayaan daerah yang  PAD Tanpa Penetapan,
dipisahkan, dan dan
 sebagian dari lain-lain  PAD dari Hasil Eksekusi
PAD yang sah Jaminan.
Pendapatan Dana yang diterima
Transfer/ pemerintah daerah dari
Dana pemerintah pusat maupun
Perimbangan pemerintah daerah lainnya.
Antara lain:
 DBH/ DAU/ DAK/
Pendapatan Transfer
Pemerintah Pusat
 Pendapatan Transfer
Pemerintah Lainnya
 Pendapatan Transfer
Pemerintah Daerah
Lainnya
 Bantuan Keuangan
Lain-lain kelompok pendapatan lain
Pendapatan yang tidak termasuk dalam
Daerah yang kategori pendapatan
Sah sebelumnya. antara lain:
 Pendapatan Hibah

13
 Dana Darurat
 Pendapatan Lainnya
Pendapatan antara lain:
Non  Surplus Penjualan Aset
Operasional Nonlancar
 Surplus Penyelesaian
Kewajiban Jangka
Panjang
 Surplus dari Kegiatan
Non Operasional Lainnya

a. Pengakuan

Pendapatan – LO diakui saat:


 Timbulnya hak atas pendapatan. Kriteria ini dikenal juga dengan earned.
 Pendapatan direalisasi, yaitu adanya aliran masuk sumber daya ekonomi baik sudah
diterima pembayaran secara tunai (realized) maupun masih berupa piutang
(realizable).

Pengakuan pendapatan – LO atas pendapatan yang diterima PPKD dan SKPD diuraikan
pada tabel berikut:

Tabel 2.3. Pengakuan Pendapatan – LO pada PPKD

Jenis Pendapatan Kriteria Saat Pengakuan

PAD Melalui Penetapan  Tuntutan Ganti Kerugian diakui ketika telah


(TGR) Daerah diterbitkan Surat Ketetapan
 Pendapatan Denda atas atas pendapatan terkait
Keterlambatan
Pelaksanaan Pekerjaan
 Pendapatan Denda Pajak
 Pendapatan Denda
Retribusi
PAD Tanpa Penetapan  Penerimaan Jasa Giro diakui ketika pihak terkait
telah melakukan

14
 Pendapatan Bunga pembayaran langsung ke
Deposito Komisi Rekening Kas Umum
 Potongan dan Selisih Daerah
Nilai Tukar Rupiah
 Pendapatan dari
Pengembalian
 Fasilitas Sosial dan
Fasilitas Umum
 Pendapatan dari
Penyelenggaraan
Pendidikan dan Pelatihan
 Pendapatan dari
Angsuran/Cicilan
Penjualan
 Hasil dari Pemanfaatan
Kekayaan Daerah
PAD Hasil Eksekusi diakui saat pihak ketiga
Jaminan tidak menunaikan
kewajibannya
Pendapatan Transfer bersamaan dengan
diterimanya kas pada
Rekening Kas Umum
Daerah

Dalam hal kurang salur


saat terbitnya peraturan
mengenai penetapan
alokasi

Lain-lain Pendapatan
Tergantung proses dan
Daerah yang Sah
persyaratan untuk realisasi
pendapatan hibah (bukan

15
Naskah Perjanjian Hibah
yang ditandatangani)
Pendapatan Non
ketika dokumen sumber
Operasional
berupa Berita Acara
kegiatan (misal: Berita
Acara Penjualan untuk
mengakui Surplus
Penjualan Aset Nonlancar)
telah diterima.

Tabel 2.4. pengakuan pendapatan – LO pada SPKD (PAD)

Kriteria Pendapatan Saat Pengakuan

kelompok pendapatan pajak yang didahului oleh penerbitan ketika telah diterbitkan
Surat Ketetapan Pajak Daerah (SKP Daerah) untuk penetapan berupa Surat
kemudian dilakukan pembayaran oleh wajib pajak yang Ketetapan (SK) atas
bersangkutan. pendapatan terkait.

kelompok pendapatan pajak yang didahului dengan ketika telah diterbitkan


penghitungan sendiri oleh wajib pajak (self assessment) dan penetapan berupa Surat
dilanjutkan dengan pembayaran oleh wajib pajak berdasarkan Ketetapan (SK) atas
perhitungan tersebut. Selanjutnya, dilakukan pemeriksaan pendapatan terkait.
terhadap nilai pajak yang dibayar apakah sudah sesuai, kurang
atau lebih bayar untuk kemudian dilakukan penetapan.
kelompok pendapatan retribusi yang pembayarannya diterima diakui ketika
untuk memenuhi kewajiban dalam periode tahun berjalan. pembayaran telah
diterima.

b. Pengukuran
Pengukurannya pendapatan – LO didasarkan atas sumbernya, yaitu:
 Pendapatan-LO operasional non pertukaran, diukur sebesar aset yang diperoleh dari
transaksi non pertukaran yang pada saat perolehan tersebut diukur dengan nilai wajar

16
 Pendapatan-LO dari transaksi pertukaran diukur dengan menggunakan harga
sebenarnya (actual price) yang diterima ataupun menjadi tagihan sesuai dengan
perjanjian yang telah membentuk harga. Pendapatan-LO dari transaksi pertukaran
harus diakui pada saat barang atau jasa diserahkan kepada masyarakat ataupun entitas
pemerintah lainnya dengan harga tertentu yang dapat diukur secara andal.

3. Sistem Akuntansi SKPD


Pihak-pihak yang terkait pada sistem akuntansi sistem akuntansi pendapatan pada SKPD
antara lain Pejabat Penatausahaan Keuangan SKPD (PPK-SKPD), Bendahara Penerimaan
SKPD dan PA/KPA.
Dengan memperhatikan sumber, sifat dan prosedur penerimaan pendapatan maka
pengakuan pendapatan di SKPD dapat diklasifikasikan ke dalam beberapa alternatif jurnal
standar sebagai berikut:
a. Pendapatan Pajak
1) yang didahului dengan adanya penetapan terlebih dahulu (earned).
 Ketika diterbitkan Surat Ketetapan Pajak Daerah/ SKP

Jurnal LO atau Neraca

Uraian Debit Kredit


Piutang Pajak........ XXX
Pendapatan Pajak.......LO XXX

 Saat wajib pajak membayar pajak (dengan Tanda Bukti Pembayaran/ TBP)
Jurnal LO atau Neraca
Uraian Debit Kredit
Kas di Bendahara Penerimaan XXX
Piutang Pajak...... XXX

Jurnal LRA
Uraian Debit Kredit
Perubahan SAL XXX
Pendapatan Pajak.....LRA XXX

17
 Bendahara Penerimaan akan menyetorkan pendapatan tersebut ke Kas Daerah
(dengan Surat Tanda Setoran/ STS)
Jurnal LO atau Neraca
Uraian Debit Kredit
RK PPKD XXX
Kas di Bendahara Penerimaan XXX

 Bila Wajib Pajak membayar langsung ke rekening Kas Daerah (berdasarkan Nota
Kredit dari Bank)
Jurnal LO atau Neraca
Uraian Debit Kredit
RK PPKD XXX
Piutang Pajak... XXX

Jurnal LRA
Uraian Debit Kredit
Perubahan SAL XXX
Pendapatan Pajak.....LRA XXX

2) yang didahului dengan penghitungan sendiri oleh wajib pajak (self assessment) dan
dilanjutkan dengan pembayaran oleh wajib pajak berdasarkan perhitungan tersebut.
 Ketika bendahara penerimaan SKPD menerima pembayaran pajak dari wajib
pajak
Jurnal LO atau Neraca
Uraian Debit Kredit
Kas di Bendahara Penerimaan XXX
Pendapatan Pajak ...... LO XXX

Jurnal LRA
Uraian Debit Kredit
Perubahan SAL XXX
Pendapatan Pajak.....LRA XXX

18
 Saat Bendahara Penerimaan menyetorkan pendapatan tersebut ke Kas Daerah
(dengan Surat Tanda Setoran/ STS)
Jurnal LO atau Neraca
Uraian Debit Kredit
RK PPKD XXX
Kas di Bendahara Penerimaan XXX

 Apabila ditemukan adanya kurang bayar setelah pemeriksaan pajak


Akan diterbitkan Surat Keterangan Kurang Bayar/ SKPKB. SKPD mengakui
adanya penambahan Pendapatan LO
Jurnal LO atau Neraca
Uraian Debit Kredit
Piutang Pajak........ XXX
Pendapatan Pajak.......LO XXX
 Apabila ditemukan adanya lebih bayar setelah pemeriksaan pajak
Akan diterbitkan Surat Keterangan Lebih Bayar/ SKPLB. SKPD mengakui
adanya pengurangan Pendapatan LO
Jurnal LO atau Neraca
Uraian Debit Kredit
Pendapatan Pajak.......LO XXX
Utang Kelebihan Pembayaran Pajak XXX

3) yang pembayarannya dilakukan di muka oleh wajib pajak untuk memenuhi


kewajiban selama beberapa periode ke depan.
 Ketika bendahara penerimaan SKPD menerima pembayaran pajak dari wajib
pajak atas pajak yang dibayar untuk periode tertentu
Jurnal LO atau Neraca
Uraian Debit Kredit
Kas di Bendahara Penerimaan XXX
Pendapatan Diterima Dimuka XXX

Jurnal LRA
Uraian Debit Kredit
Perubahan SAL XXX
Pendapatan Pajak.....LRA XXX

19
 Saat Bendahara Penerimaan menyetorkan pendapatan tersebut ke Kas Daerah
(dengan Surat Tanda Setoran/ STS)
Jurnal LO atau Neraca
Uraian Debit Kredit
RK PPKD XXX
Kas di Bendahara Penerimaan XXX

 Diakhir tahun atau akhir periode akan diterbitkan bukti memorial untuk
mengakui pendapatan LO
Jurnal LO atau Neraca
Uraian Debit Kredit
Pendapatan Diterima Dimuka XXX
Pendapatan Pajak.......LO XXX

4) yang didahului dengan penghitungan sendiri oleh wajib pajak (self assessment) dan
pembayarannya diterima di muka untuk memenuhi kewajiban selama beberapa
periode ke depan.
 Ketika bendahara penerimaan SKPD menerima pembayaran pajak dari wajib
pajak atas pajak yang dibayar untuk periode tertentu

Jurnal LO atau Neraca


Uraian Debit Kredit
Kas di Bendahara Penerimaan XXX
Pendapatan Diterima DImuka XXX

Jurnal LRA
Uraian Debit Kredit
Perubahan SAL XXX
Pendapatan Pajak.....LRA XXX

 Saat Bendahara Penerimaan menyetorkan pendapatan tersebut ke Kas Daerah


(dengan Surat Tanda Setoran/ STS)

Jurnal LO atau Neraca

20
Uraian Debit Kredit
RK PPKD XXX
Kas di Bendahara Penerimaan XXX

 Apabila ditemukan adanya kurang bayar setelah pemeriksaan pajak


Akan diterbitkan Surat Keterangan Kurang Bayar/ SKPKB. SKPD mengakui
adanya Pendapatan LO dan Piutang Pajak
Jurnal LO atau Neraca
Uraian Debit Kredit
Pengakuan Pendapatan –LO pada saat pemeriksaan
Pendapatan Diterima DImuka XXX
Pendapatan Pajak.......LO XXX
Pengakuan Piutang atas Pajak Kurang Bayar
Piutang Pajak........ XXX
Pendapatan Pajak.......LO XXX

 Apabila ditemukan adanya lebih bayar setelah pemeriksaan pajak


Akan diterbitkan Surat Keterangan Lebih Bayar/ SKPLB. SKPD mengakui
adanya Pendapatan LO dan Utang Kelebihan Pembayaran Pajak
Jurnal LO atau Neraca
Uraian Debit Kredit
Pengakuan Pendapatan –LO pada saat pemeriksaan
Pendapatan Diterima DImuka XXX
Pendapatan Pajak.......LO XXX
Pengakuan Utang atas Pajak Lebih Bayar
Pendapatan Pajak.......LO XXX
Utang Kelebihan Pembayaran Pajak XXX

b. Pendapatan Retribusi
1) Earned
 Ketika diterbitkan Surat Ketetapan Retribusi Daerah/ SKR, SKPD telah berhak
mengakui pendapatan, meskipun belum diterima pembayarannya oleh wajib
retribusi (earned)

21
Jurnal LO atau Neraca
Uraian Debit Kredit
Piutang Retribusi........ XXX
Pendapatan Retribusi.......LO XXX

 Saat wajib retribusi membayar retribusi yang terdapat dalam SKR (menerima
Tanda Bukti Pembayaran/ TBP)
Jurnal LO atau Neraca

Uraian Debit Kredit


Kas di Bendahara Penerimaan XXX
Piutang Retribusi........ XXX

Jurnal LRA

Uraian Debit Kredit


Perubahan SAL XXX
Pendapatan Retribusi.....LRA XXX

 Saat Bendahara Penerimaan menyetorkan pendapatan tersebut ke Kas Daerah


(dengan Surat Tanda Setoran/ STS)
Jurnal LO atau Neraca

Uraian Debit Kredit


RK PPKD XXX
Kas di Bendahara Penerimaan XXX

2) Realized
 Saat wajib retribusi membayar retribusi (menerima Tanda Bukti Pembayaran/
TBP)
Jurnal LO atau Neraca

Uraian Debit Kredit


Kas di Bendahara Penerimaan XXX
Pendapatan Retribusi.......LO XXX

22
Jurnal LRA

Uraian Debit Kredit


Perubahan SAL XXX
Pendapatan Retribusi.....LRA XXX

 Saat Bendahara Penerimaan menyetorkan pendapatan tersebut ke Kas Daerah


(dengan Surat Tanda Setoran/ STS)
Jurnal LO atau Neraca

Uraian Debit Kredit


RK PPKD XXX
Kas di Bendahara Penerimaan XXX

Berikut adalah rangkuman jurnal standar untuk pencatatan pendapatan di SKPD:

4. Sistem Akuntansi PPKD

Pihak-pihak yang terkait dalam sistem akuntansi pendapatan pada PPKD antara lain
Bendahara PPKD, Fungsi Akuntansi PPKD, dan PPKD selaku BUD.
Dokumen Pelaksanaan Anggaran PPKD (DPA-PPKD) yang sudah dibuat oleh PPKD
dan disetujui oleh sekretaris daerah diserahkan kepada fungsi akuntansi PPKD. Berdasarkan

23
DPA PPKD tersebut, fungsi akuntansi PPKD kemudian akan mencatat Estimasi Pendapatan,
Estimasi Penerimaan Pembiayaan, Apropriasi Belanja, serta Apropriasi Pengeluaran
Pembiayaan. Selisih antara anggaran pendapatan, belanja dan pembiayaan dicatat sebagai
“Estimasi Perubahan SAL”. Jurnal yang dibuat adalah:

Uraian Debit Kredit


Estimasi Pendapatan XXX
Estimasi Penerimaan Pembiayaan XXX
Estimasi Perubahan SAL XXX
Apropriasi Belanja XXX
Apropriasi Pengeluaran Pembiayaan XXX

Dokumen yang digunakan dalam akuntansi pendapatan PPKD antara lain:


Tabel 2.5. Dokumen dalam akuntansi pendapatan PPKD
Jenis Pendapatan Dokumen

Pendapatan Asli Pajak Daerah Surat Ketetapan Pajak (SKP)


Daerah Daerah
Hasil Pengelolaan Kekayaan Hasil RUPS/Dokumen yang
Daerah yang Dipisahkan dipersamakan
Lain-lain PAD yang Sah :
Penjualan Aset yang Dokumen Kontrak Penjualan
dipisahkan /Perjanjian Penjualan/Dokumen
yang dipersamakan.
Jasa giro/bunga deposito Nota Kredit/sertifikat deposito /
dokumen yang dipersamakan.
Tuntutan Ganti Rugi SK Pembebanan/SKP2K /
SKTJM/ Dokumen yang
dipersamakan
Pendapatan Pendapatan Transfer PMK/Dokumen yang
Transfer Pemerintah Pusat : dipersamakan
Bagi Hasil Pajak
Bagi hasil bukan Pajak
DAU

24
DAK
Pendapatan Transfer PMK/Dokumen yang
Pemerintah Lainnya : dipersamakan
Dana Otonomi Khusus
Dana Keistimewaan
Dana Penyesuaian
Pendapatan Transfer Keputusan Kepala Daerah
Pemerintah Daerah Lainnya: /Dokumen yang dipersamakan
Pendapatan bagi hasil Pajak
Bantuan Keuangan
Lain-lain Pendapatan Hibah Keputusan Kepala Daerah
Pendapatan Daerah /Dokumen yang dipersamakan
yang Sah Dana Darurat Keputusan Kepala Daerah /PMK
/ Dokumen yang dipersamakan
Pendapatan Lainnya Dokumen yang dipersamakan

Dengan memperhatikan sumber, sifat dan prosedur penerimaan pendapatan maka


pengakuan pendapatan di SKPD dapat diklasifikasikan ke dalam beberapa alternatif jurnal
standar sebagai berikut:
a. Pendapatan Asli Daerah
1) PAD melalui Penetapan
 Ketika PPKD menerbitkan Dokumen Ketetapan yang mengindikasikan adanya
hak Pemda atas suatu pendapatan
Jurnal LO atau Neraca
Uraian Debit Kredit
Piutang Pendapatan...... XXX
Pendapatan Pajak .....- LO XXX

 Saat Piutang Pendapatan atas Surat Ketetapan itu dibayar oleh Wajib Pajak
(menerima Tanda Bukti Pembayaran/ TBP)
Jurnal LO atau Neraca
Uraian Debit Kredit
Kas di Kas Daerah XXX
Piutang Pajak ..... XXX

25
Jurnal LRA.
Uraian Debit Kredit
Perubahan SAL XXX
Pendapatan Pajak.....LRA XXX

2) PAD Tanpa Penetapan


 Ketika Pihak ketiga melakukan pembayaran PAD Tanpa Penetapan (menerima
Tanda Bukti Pembayaran/ TBP)
Jurnal LO atau Neraca
Uraian Debit Kredit
Kas di Kas Daerah XXX
Pendapatan Pajak .....- LO XXX

Jurnal LRA
Uraian Debit Kredit
Perubahan SAL XXX
Pendapatan Pajak.....LRA XXX

3) PAD dari Hasil Eksekusi Jaminan


 Ketika Pihak ketiga melakukan pembayaran uang jaminan bersamaan dengan
pembayaran perizinan (menerima Tanda Bukti Pembayaran/ TBP)
Jurnal LO atau Neraca
Uraian Debit Kredit
Kas di Kas Daerah XXX
Utang Jaminan... XXX

 Pada saat pihak ketiga tidak menunaikan kewajibannya


PPKD akan mengeksekusi uang jaminan yang sebelumnya telah disetorkan
Jurnal LO atau Neraca
Uraian Debit Kredit
Utang Jaminan... XXX
Pendapatan.....- LO XXX

Jurnal LRA
26
Uraian Debit Kredit
Perubahan SAL XXX
Pendapatan.....LRA XXX

b. Transfer/Dana Perimbangan
 Ketika Pemerintah Daerah menerima surat pemberitahuan dari Pemerintah Pusat
terkait ketetapan jumlah dana transfer yang akan diterima oleh Pemerintah
Daerah
Jurnal LO atau Neraca
Uraian Debit Kredit
Piutang Pendapatan...... XXX
Pendapatan Transfer .....- LO XXX

 Ketika pemerintah daerah telah menerima dana transfer dari pemerintah pusat.
(berdasarkan Nota Kredit dari Bank)
Jurnal LO atau Neraca
Uraian Debit Kredit
Kas di Kas Daerah XXX
Piutang Pendapatan...... XXX

Jurnal LRA
Uraian Debit Kredit
Perubahan SAL XXX
Pendapatan Transfer.....LRA XXX

c. Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah


Dalam contoh ini lain-lain pendapatan daerah yang sah adalah pendapatan hibah.
 Ketika Naskah Perjanjian Hibah Daerah yang ditandatangani
Jurnal LO atau Neraca
Uraian Debit Kredit
Piutang Pendapatan Hibah XXX
Pendapatan Transfer Hibah LO XXX

27
 Ketika hibah diterima oleh Pemerintah Daerah
Jurnal LO atau Neraca
Uraian Debit Kredit
Kas di Kas Daerah XXX
Piutang Pendapatan Hibah XXX

Jurnal LRA
Uraian Debit Kredit
Perubahan SAL XXX
Pendapatan Transfer Hibah LRA XXX

Berikut adalah jurnal standar untuk pencatatan pendapatan di PPKD:

28
3.1 Akuntansi Beban dan Belanja Pemerintah Daerah
1. Klasifikasi
Klasifikasi beban dalam LO menurut PSAP Nomor 12 Peraturan Pemerintah 71 Tahun
2010 dan kewenangan atas beban sebagai berikut:

Tabel 2.6. Klasifikasi Beban menurut PSAP


BEBAN KEWENANGAN
Beban Operasi -LO
Beban Pegawai SKPD
Beban Barang dan Jasa SKPD
Beban Bunga PPKD
Beban Subsidi PPKD
Beban Hibah SKPD dan PPKD
Beban Bantuan Sosial PPKD
Beban Penyusutan dan Amortisasi SKPD
Beban Penyisihan Piutang SKPD
Beban Lain-lain SKPD
Beban Transfer
Beban Transfer Bagi Hasil Pajak Daerah PPKD

Beban Transfer Bagi Hasil Pendapatan Lainnya PPKD


Beban Transfer Bantuan Keuangan ke Pemerintah Daerah PPKD
Lainnya
Beban Transfer Bantuan Keuangan ke Desa PPKD
Beban Transfer Bantuan Keuangan Lainnya PPKD
Beban Transfer Dana Otonomi Khusus PPKD
Defisit Non Operasional PPKD
Beban Luar Biasa PPKD

Sedangkan klasifikasi belanja dapat disajikan sesuasi dengan format Permendagri


Nomor 13 Thaun 20016 dan format PSAP 71 tahun 2010. Berikut ini disajikan klasifikasi
belanja dalam format APBD menurut Permendagri Nomor 13 Tahun 2006:

Tabel 2.7. Klasifikasi Belanja Menurut Premendagri Nomor 13 Tahun 2006

29
Belanja Kewenangan
Belanja Tidak Langsung
Belanja Pegawai SKPD
Belanja Bunga PPKD
Belanja Subsidi PPKD
Belanja Hibah PPKD
Belanja Bantuan Sosial PPKD
Belanja Bagi Hasil kepada PPKD
Provinsi/Kabupaten/ Kota/ dan Pemerintahan
Desa
Belanja Bantuan Keuangan kepada provinsi/ PPKD
Kabupaten/ Kota dan Pemerintahan Desa
Belanja Tidak Terduga PPKD
Belanja Langsung
Belanja Pegawai SKPD
Belanja Barang dan Jasa SKPD
Belanja Modal SKPD

Klasifikasi belanja dalam LRA menurut PSAP Nomor 02 Peraturan Pemerintah Nomor 71
Tahun 2010 dan kewenangan atas belanja tersebut:
Belanja Kewenangan
Belanja Operasi
Belanja Pegawai SKPD
Belanja Barang SKPD
Bunga PPKD
Subsidi PPKD
Hibah (uang, barang, jasa) PPKD/ SKPD
Bantuan Sosial (uang dan barang) PPKD/ SKPD
Belanja Modal SKPD
Belanja Tanah SKPD
Belanja Peralatan dan Mesin SKPD
Belanja Gedung dan Bangunan SKPD
Belanja Jasa, Irigasi dan Jaringan SKPD

30
Belanja Aset Tetap Lainnya SKPD
Belanja Tak Terduga
Belanja Tak Terduga PPKD

2. Pengakuan dan Pengukuran Belanja dan Beban Pemerintah Daerah


1.1. Belanja (LRA)

Pemerintah Daerah mengakui belanja sebagai bentuk pelaksanaan anggaran berbasis


kas dalam suatu periode pelaporan. Menurut Pasal 1 Peraturan Menteri Dalam Negeri No.
64 Tahun 2013, Belanja Pemerintah Daerah adalah semua pengeluaran dari Rekening Kas
Umum Daerah yang mengurangi Saldo Anggaran Lebih dalam periode tahun anggaran
bersangkutan yang tidak akan diperoleh pembayarannya kembali oleh pemerintah daerah.

a. Pengakuan Belanja

Belanja Pemerintah Daerah diakui saat terjadinya pengeluaran dari Rekening Kas
Umum Daerah. Namun, khusus untuk belanja yang dilakukan melalui bendahara
pengeluaran, maka pengakuan atas belanja tersebut terjadi saat pertanggungjawaban
atas pengeluaran tersebut disahkan oleh pengguna anggaran.

b. Pengukuran Belanja

Akuntansi belanja dilaksanakan berdasarkan azas bruto dan diukur berdasarkan nilai
nominal yang dikeluarkan dan tercantum dalam dokumen pengeluaran yang sah.

1.2. Beban (LO)

Selain mengakui belanja yang berbasis kas, Pemerintah Daerah juga mengakui beban
sebagai wujud penerapan dari akuntansi berbasis akrual. Pengertian beban menurut
Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 64 Tahun 2013 Pasal 1 adalah penurunan manfaat
ekonomi atau potensi jasa dalam periode pelaporan yang menurunkan ekuitas, yang dapat
berupa pengeluaran atau konsumsi aset atau timbulnya kewajiban.

c. Pengakuan Beban

Beban diakui pada saat: (1) timbulnya kewajiban, (2) terjadi konsumsi aset, atau (3)
terjadinya penurunan manfaat ekonomi atau potensi jasa.

 Saat timbulnya kewajiban

31
Saat timbulnya kewajiban adalah pada saat terjadi peralihan hak dari pihak lain ke
pemerintah tanpa diikuti keluarnya kas dari kas umum daerah. Contoh: tagihan
rekening listrik dan telepon yang belum dibayar pemerintah
 Saat terjadi konsumsi aset
Yang dimaksud dengan terjadinya konsumsi aset adalah saat pengeluaran kas
kepada pihak lain yang tidak didahului timbulnya kewajiban dan/atau konsumsi aset
nonkas dalam kegiatan operasional pemerintah.
 Saat terjadi penurunan manfaat ekonomi atau potensi jasa
Pengakuan beban terjadi pada saat penurunan nilai aset sehubungan dengan
penggunaan ase bersangkutan/berlalunya waktu. Contoh penurunan manfaat
ekonomi atau potensi jasa adalah penyusutan atau amortisasi.

a. Pengakuan Beban pada PPKD


1) Beban Bunga

Beban Bunga merupakan alokasi pengeluaran pemerintah daerah untuk


pembayaran bunga (interest) yang dilakukan atas kewajiban penggunaan pokok
utang (principal outstanding) termasuk beban pembayaran biaya-biaya yang terkait
dengan pinjaman dan hibah yang diterima pemerintah daerah seperti biaya
commitment fee dan biaya denda.

Beban Bunga meliputi Beban Bunga Pinjaman dan Beban Bunga Obligasi. Beban
bunga diakui saat bunga tersebut jatuh tempo untuk dibayarkan. Untuk keperluan
pelaporan keuangan, nilai beban bunga diakui sampai dengan tanggal pelaporan
walaupun saat jatuh tempo melewati tanggal pelaporan.

2) Beban Subsidi

Beban Subsidi merupakan pengeluaran atau alokasi anggaran yang diberikan


pemerintah daerah kepada perusahaan/lembaga tertentu agar harga jual
produksi/jasa yang dihasilkan dapat terjangkau oleh masyarakat. Beban subsidi
diakui pada saat kewajiban pemerintah daerah untuk memberikan subsidi telah
timbul.

3) Beban Hibah

32
Beban Hibah merupakan beban pemerintah dalam bentuk uang, barang, atau jasa
kepada pemerintah, pemerintah daerah lainnya, perusahaan daerah, masyarakat,
dan organisasi kemasyarakatan, yang bersifat tidak wajib dan tidak mengikat.

Pengakuan beban hibah sesuai Naskah Hibah Perjanjian Daerah (NPHD) dilakukan
bersamaan dengan penyaluran belanja hibah, mengingat kepastian beban tersebut
belum dapat ditentukan berdasarkan NPHD karena harus dilakukan verifikasi atas
persyaratan penyaluran hibah.

4) Beban Bantuan Sosial

Beban Bantuan Sosial merupakan beban pemerintah daerah dalam bentuk uang atau
barang yang diberikan kepada individu, keluarga, kelompok dan/atau masyarakat
yang sifatnya tidak secara terus menerus dan selektif yang bertujuan untuk
melindungi dari kemungkinan terjadinya resiko sosial.

Pengakuan beban bantuan sosial dilakukan bersamaan dengan penyaluran belanja


bantuan sosial, mengingat kepastian beban tersebut belum dapat ditentukan
sebelum dilakukan verifikasi atas persyaratan penyaluran bantuan sosial.

5) Beban Penyisihan Piutang

Beban Penyisihan Piutang merupakan cadangan yang harus dibentuk sebesar


persentase tertentu dari akun piutang terkait ketertagihan piutang. Beban
Penyisihan Piutang diakui saat akhir tahun.

6) Beban Transfer

Beban Transfer merupakan beban berupa pengeluaran uang atau kewajiban untuk
mengeluarkan uang dari pemerintah daerah kepada entitas pelaporan lain yang
diwajibkan oleh peraturan perundang-undangan. Beban transfer diakui saat
diterbitkan SP2D atau pada saat timbulnya kewajiban pemerintah daerah (jika
terdapat dokumen yang memadai). Dalam hal pada akhir Tahun Anggaran terdapat
pendapatan yang harus dibagihasilkan tetapi belum disalurkan dan sudah diketahui
daerah yang berhak menerima, maka nilai tersebut dapat diakui sebagai beban.

b. Pengakuan Beban pada SKPD


1) Beban Pegawai
33
Beban pegawai merupakan kompensasi terhadap pegawai baik dalam bentuk uang
atau barang, yang harus dibayarkan kepada pejabat negara, pegawai negeri sipil,
dan pegawai yang dipekerjakan oleh pemerintah daerah yang belum berstatus PNS
sebagai imbalan atas pekerjaan yang telah dilaksanakan, kecuali pekerjaan yang
berkaitan dengan pembentukan modal.

Pembayaran atas beban pegawai dapat dilakukan melalui mekanisme UP/GU/TU


seperti honorarium non PNS, atau melalui mekanisme LS seperti beban gaji dan
tunjangan.

Beban pegawai yang pembayarannya melalui mekanisme LS, beban pegawai diakui
saat diterbitkan SP2D atau pada saat timbulnya kewajiban pemerintah daerah (jika
terdapat dokumen yang memadai).

Beban pegawai yang pembayarannya melalui mekanisme UP/GU/TU, beban


pegawai diakui ketika bukti pembayaran beban (misal: bukti pembayaran honor)
telah disahkan pengguna anggaran.

2) Beban Barang

Beban Barang merupakan penurunan manfaat ekonomi dalam periode pelaporan


yang menurunkan ekuitas, yang dapat berupa pengeluaran atau konsumsi aset atau
timbulnya kewajiban akibat transaksi pengadaan barang dan jasa yang habis pakai,
perjalanan dinas, pemeliharaan termasuk pembayaran honorarium kegiatan kepada
non pegawai dan pemberian hadiah atas kegiatan tertentu terkait dengan suatu
prestasi. Beban barang diakui ketika bukti penerimaan barang atau Berita Acara
Serah Terima ditandatangani. Dalam hal pada akhir tahun masih terdapat barang
persediaan yang belum terpakai, maka dicatat sebagai pengurang beban.

d. Pengukuran Beban

Pengukuran beban Pemerintah Daerah dibedakan berdasarkan sumber munculnya beban


tersebut, yaitu beban yang berasal dari transaksi non pertukaran dan beban yang berasal
dari transaksi pertukaran.

a. Beban dari transaksi non pertukaran diukur sebesar aset yang digunakan atau
dikeluarkan yang pada saat perolehan tersebut diukur dengan nilai wajar.

34
b. Beban dari transaksi pertukaran diukur dengan menggunakan harga sebenarnya
(actual price) yang dibayarkan ataupun yang menjadi tagihan sesuai dengan
perjanjian yang telah membentuk harga.

B. Sistem Akuntansi Belanja dan Beban Pemerintah Daerah


1. Akuntansi Belanja dan Beban SKPD
Pihak-pihak yang melaksanakan sistem akuntansi beban SKPD adalah sebagai berikut:
a. Pejabat Penatausahaan Keuangan SKPD
b. Bendahara Pengeluaran SKPD

Jurnal Standar

1. Beban dan Belanja Pegawai


a. Menggunakan Mekanisme LS
Pengakuan beban dan pegawai yang menggunakan mekanisme LS dilakukan
berdasarkan SP2D LS dimana pembayaran tersebut langsung ditransfer kepada rekening
masing-masing PNSD. SP2D LS ini menjadi dasar bagi PPK-SKPD untuk mencatat
“Beban Gaji Pokok” di debit dan “RK PPKD” di kredit dengan jurnal:
Jurnal LO dan Neraca
Uraian Debit Kredit
Beban Gaji Pokok XXX
RK PPKD XXX

Sebagai transaksi realisasi anggaran terhadap realisasi belanja pegawai, PPK-SKPD


mencatat “Belanja Gaji Pokok” di debit dan “Perubahan SAL” di kredit dengan jurnal:
Jurnal LRA
Uraian Debit Kredit
Belanja Gaji Pokok XXX
Perubahan SAL XXX

Beban dan Belanja pegawai yang pembayarannya melalui mekanisme LS dimana


pembayaran ditransfer ke Bendahara Pengeluaran kemudian oleh bendahara pengeluaran
melakukan pembayaran ke masing masing PNS. Berdasarkan SP2D LS Gaji dan
Tunjangan, maka jurnal standar:
35
Jurnal LO dan Neraca

Uraian Debit Kredit


Kas di BP XXX
RK PPKD XXX
Beban Gaji Pokok XXX
Kas di BP XXX

Jurnal LRA
Uraian Debit Kredit
Belanja Gaji Pokok XXX
Perubahan SAL XXX

b. Menggunakan Mekanisme UP/GU/TU


Pengakuan beban pegawai yang menggunakan mekanisme UP/GU/TU dilakukan
berdasarkan SP2D UP/GU/TU. Beban dan Belanja pegawai (misalnya pembayaran
lembur) yang pembayarannya melalui mekanisme UP/GU/TU dimana pembayaran
oleh Bendahara Pengeluaran melakukan pembayaran ke masing masing PNS maka
jurnal:
Jurnal LO dan Neraca
Uraian Debit Kredit
Beban Uang Lembur PNS XXX
Kas di BP XXX

Jurnal LRA
Uraian Debit Kredit
Belanja Uang Lembur PNS XXX
Perubahan SAL XXX

2. Belanja dan Beban Barang dan Jasa


Pembelian Barang dan Jasa yang pembayarannya melalui mekanisme LS ada 2
pendekatan yang digunakan yaitu pendekatan beban dan pendekatan aset :
1) Pendekatan Beban

36
a. Mekanisme LS
Pendekatan Beban akan diakui jika pembelian Barang dan Jasa dimana Barang
dan jasa tersebut akan digunakan/dikonsumsi segera. Contohnya seperti
pembelian barang dan jasa berupa ATK yang akan langsung digunakan serta
pembelian tersebut belum dilakukan pembayaran barang dan jasa yang dibeli
telah diterima dengan surat BAST dari rekanan.
Jurnal LO dan Neraca
Uraian Debit Kredit
Beban Persediaan ATK XXX
Utang Belanja ATK XXX

Kemudian dilakukan pembayaran melalui mekanisme SP2D LS


Jurnal LO dan Neraca maka jurnal standar:
Uraian Debit Kredit
Utang Belanja ATK XXX
RK PPKD XXX

Jurnal LRA
Uraian Debit Kredit
Belanja ATK XXX
Perubahan SAL XXX

b. Menggunakan Uang Persediaan (UP)


Bendahara Pengeluaran SKPD menyerahkan bukti transaksi beban barang
dengan menggunakan uang persediaan. Pengakuan beban barang yang
menggunakan uang persediaan dilakukan berdasarkan bukti transaksi beban
barang. Bukti transaksi ini menjadi dasar bagi PPK-SKPD untuk mencatat
“Utang Belanja… (sesuai rincian objek terkait)” di debit dan “Kas di Bendahara
Pengeluaran” di kredit dengan jurnal:
Jurnal LO dan Neraca
Uraian Debit Kredit
Utang Belanja ATK XXX
Kas di Bendahara Pengeluaran XXX

37
Sebagai transaksi realisasi anggaran terhadap realisasi belanja, PPK-SKPD
mencatat “Belanja Barang dan Jasa (sesuai rincian objek terkait)” di debit dan
“Perubahan SAL” di kredit dengan jurnal:
Uraian Debit Kredit
Belanja ATK XXX
Perubahan SAL XXX

Apabila perhitungan persediaan menggunakan metode perpetual


maka pada akhir periode akuntansi tidak perlu dilakukan jurnal
penyesuaian. Selanjutnya apabila perhitungan persediaan menggunakan metode
periodik, maka fungsi akuntansi melakukan Penghitungan fisik (Stock Opname)
terhadap barang dan jasa yang dibeli dan belum digunakan, dan berdasarkan hasil
stock opname tersebut jurnal standar:
Jurnal LO dan Neraca
Uraian Debit Kredit
Beban ATK XXX
Persediaan ATK XXX

2) Pendekatan Aset
Pendekatan Aset akan diakui jika pembelian Barang dan Jasa dimana Barang dan
Jasa tersebut akan digunakan/dikosumsi dalam jangka waktu lama atau untuk
berjaga jaga.
Contohnya Pembelian ATK untuk digunakan dalam jangka waktu satu periode
atau sifatnya jaga-jaga serta belum dilakukan pembayaran, Barang dan jasa yang
dibeli telah diterima dengan Surat Berita Acara Serah Terima Barang dari
Rekanan. Berdasarkan kejadian tersebut maka jurnal standar:
Jurnal LO dan Neraca
Uraian Debit Kredit
Persediaan ATK XXX
Utang Belanja ATK XXX

38
Kemudian dilakukan pembayaran melalui mekanisme SP2D. LS maka jurnal
standar:
Jurnal LO dan Neraca
Uraian Debit Kredit
Utang Belanja ATK XXX
RK PPKD XXX

Jurnal LRA
Uraian Debit Kredit
Belanja ATK XXX
Perubahan SAL XXX

3. Hibah dan Bantuan Sosial


Beban hibah dan Bantuan Sosial dalam bentuk barang, pengakuannya pada saat
penanda tanganan Naskah Perjanjian Hibah Daerah (NPHD)/Surat Perjanjian Bantuan
Sosial/ dokumen yang dipersamakan atau dapat juga pada saat penyerahan kepada
penerima hibah/bantuan sosial. Beban hibah dan Bantuan Sosial menggunakan dua
metode pendekatan yaitu:
1) Pendekatan Beban
SKPD melakukan pembelian Barang dan jasa yang akan dihibahkan/diserahkan
kepada pihak ketiga dan Barang dan jasa tersebut telah diterima dari rekanan
dengan BAST dari Rekanan ke SKPD dan akan tetapi belum dilakukan
pembayaran, serta kemudian barang tersebut langsung diserahkan ke penerima
hibah bersamaan dengan NPHD atau dokumen yang sah ditanda tangani maka
jurnal standar:
Jurnal LO dan Neraca
Uraian Debit Kredit
Beban Barang ….yang akan diserahkan kepada XXX
masyarakat
Utang Belanja Barang ….yang akan diserahkan XXX
pada pihak ketiga

39
Kemudian PPK SKPD melakukan pembayaran kepada rekanan dengan mekanisme
LS maka pencatatan atas pembayaran tersebut dengan jurnal standar:
Jurnal LO dan Neraca
Uraian Debit Kredit
Utang Belanja Barang ….yang akan diserahkan pada XXX
pihak ketiga
RK PPKD XXX

Jurnal LRA
Uraian Debit Kredit
Belanja Barang ….yang akan diserahkan pada pihak XXX
ketiga
Perubahan SAL XXX

Pada akhir periode fungsi akuntansi akan melakukan Penghitungan fisik (Stock
Opname) terhadap barang dan jasa yang dibeli dan belum digunakan dan berdasarkan
hasil stock
opname maka jurnal standar:
Uraian Debit Kredit
Persediaan Barang ….yang akan diserahkan pada pihak XXX
ketiga
Beban Barang ….yang akan diserahkan pada pihak XXX
ketiga

2) Pendekatan Aset
SKPD melakukan pembelian Barang dan jasa yang akan dihibahkan/diserahkan
kepada pihak ketiga dan Barang dan jasa tersebut telah diterima dari rekanan
dengan Berita Acara Serah Terima dari Rekanan ke SKPD dan akan tetapi belum
dilakukan pembayaran, serta NPHD/Surat Perjanjian Bantuan Sosial/Dokumen
yang dipersamakan telah ditanda tangani akan tetapi barang tersebut belum
diserahkan ke ke penerima hibah. Berdasarkan kejadian tersebut, maka jurnal
standar:
Jurnal LO dan Neraca

40
Uraian Debit Kredit
Persediaan Barang ….yang akan diserahkan pada pihak XXX
ketiga
Utang Belanja Barang XXX
Kemudian PPK SKPD melakukan pembayaran kepada rekanan
dengan mekanisme LS maka pencatatan atas pembayaran
tersebut dengan jurnal standar:
Jurnal LO dan Neraca
Uraian Debit Kredit
Utang Belanja Barang XXX
RK PPKD XXX

Jurnal LRA
Uraian Debit Kredit
Belanja Hibah kepada kelompok masyarakat XXX
Perubahan SAL XXX

Setelah itu barang yang akan diserahkan kepada Masyarakat oleh kepala SKPD
melakukan penyerahan barang kepada penerima hibah/bantuan sosial dimana
berdasarkan NPHD/Surat Perjanjian/Dokumen yang dipersamakan yang telah
ditanda tangani maka jurnal standar:
Jurnal LO dan Neraca
Uraian Debit Kredit
Beban Barang ….yang akan diserahkan pada pihak XXX
ketiga
Persediaan Barang ….yang akan diserahkan pada XXX
pihak ketiga

4. Beban Penyusutan dan Amortisasi


Beban Penyusutan dan amortisasi adalah alokasi yang sistematis atas nilai aset tetap
yang dapat disusutkan (depreciable assets) selama masa manfaat aset yang
bersangkutan. Beban penyusutan SKPD jurnal standar:
Jurnal LO dan Neraca

41
Uraian Debit Kredit
Beban Penyusutan XXX
Akumulasi Pemyusutan XXX

5. Beban Penyisihan Piutang


Beban penyisihan piutang adalah taksiran nilai piutang yang tidak dapat diterima
pembayarannya dimasa yang akan datang dari seseorang dan/atau korporasi dan/atau
entitas lain. Jurnal standar beban penyisihan piutang:
Jurnal LO dan Neraca
Uraian Debit Kredit
Beban Penyisihan Piutang XXX
Penyisihan Piutang XXX

2. Akuntansi Belanja dan Beban PPKD


Pihak-pihak yang melaksanakan sistem akuntansi beban PPKD adalah sebagai berikut:
a. Pejabat Penatausahaan Keuangan PPKD
b. Bendahara Pengeluaran PPKD

Jurnal Standar

a. Beban Bunga
Berdasarkan Dokumen Perjanjian Utang yang ditandatangani oleh Pemerintah Daerah,
Fungsi Akuntansi PPKD membuat bukti memorial terkait pengakuan beban bunga untuk
diotorisasi oleh PPKD. Berdasarkan Bukti memorial untuk pengakuan beban tersebut,
Fungsi Akuntansi PPKD melakukan pencatatan “Beban Bunga Utang Pinjaman” di debit
dan “Utang Bunga Kepada Pemerintah” di kredit dengan jurnal:
Uraian Debit Kredit
Beban Bunga Utang Pinjaman XXX
Utang Bunga Kepada Pemerintah XXX

Selanjutnya dilaksanakan proses penatausahaan untuk pembayaran beban bunga


tersebut. Berdasarkan mekanisme SP2D LS pengeluaran kas untuk pelunasan utang
bunga tersebut, Fungsi Akuntansi PPKD akan melakukan pencatatan “Utang Bunga
Kepada Pemerintah ” di debit dan “Kas di Kas Daerah” di kredit dengan jurnal:

42
Jurnal LO dan Neraca
Uraian Debit Kredit
Utang Bunga Kepada Pemerintah XXX
Kas di Kas Daerah XXX

Sebagai transaksi realisasi anggaran terhadap belanja bunga, Fungsi Akuntansi PPKD
mencatat “Belanja Bunga Utang Pinjaman” di debit dan “Perubahan SAL” di kredit
dengan jurnal:
Jurnal LRA
Uraian Debit Kredit
Belanja Bunga Utang Pinjaman XXX
Perubahan SAL XXX

b. Beban Subsidi
Berdasarkan Surat Keputusan Kepala Daerah/Perjanjian/Dokumen yang dipersamakan
tentang pemberian subsidi oleh Pemerintah Daerah kepada entitas lain, maka fungsi
akuntansi PPKD melakukan pencatatan “Beban Subsidi kepada BUMD” di debit dan
“Utang Belanja Subsidi BUMD” di kredit dengan jurnal:
Jurnal LO dan Neraca
Uraian Debit Kredit
Beban Subsidi kepada BUMD XXX
Utang Belanja Subsidi BUMD XXX

Selanjutnya dilaksanakan proses penatausahaan untuk pembayaran beban subsidi


tersebut mulai dari pengajuan SPP, pembuatan SPM hingga penerbitan SP2D.
Berdasarkan SP2D LS untuk pelunasan utang subsidi tersebut, Fungsi Akuntansi PPKD
mencatat “Utang Belanja Subsidi BUMD” di debit dan
“Kas di Kas Daerah” di kredit dengan jurnal:
Jurnal LO dan Neraca
Uraian Debit Kredit
Utang Belanja Subsidi BUMD XXX
Kas di Kas Daerah XXX

43
Sebagai transaksi realisasi anggaran terhadap belanja subsidi, Fungsi Akuntansi PPKD
mencatat “Belanja Subsidi kepada BUMD” di debit dan “Perubahan SAL” di kredit
dengan jurnal:
Jurnal LRA
Uraian Debit Kredit
Belanja Subsidi kepada BUMD XXX
Perubahan SAL XXX

c. Beban Hibah
Pemerintah Daerah menerbitkan SK tentang nama-nama penerima hibah daerah dan
telah menandatangani NPHD/Dokumen yang dipersamakan tentang pemberian hibah
kepada kelompok masyarakat. Pengakuan beban hibah sesuai NPHD dilakukan
bersamaan dengan penyaluran belanja hibah, mengingat kepastian beban tersebut belum
dapat ditentukan berdasarkan NPHD karena mengingat masih perlu ditindaklanjuti
dengan penerbitan dokumen pencairan. Untuk itu atas pengakuan beban hibah, Fungsi
Akuntansi PPKD mencatat “Beban Hibah kepada masyarakat” di debit dan “Utang
Belanja Lain-lain” di kredit dengan jurnal:
Jurnal LO dan Neraca
Uraian Debit Kredit
Beban Hibah kepada masyarakat XXX
Utang Belanja Lain-lain XXX

Sebagai transaksi realisasi anggaran terhadap pencairan bantuan Hibah dengan


menerbitkan SP2D LS dan dilakukan penyerahan kepada yang berhak dalam bentuk
uang, maka Fungsi Akuntansi PPKD mencatat “Utang Belanja Lain-lain” di debit dan
“Kas di Kas Daerah” di kredit dengan jurnal:
Jurnal LO dan Neraca
Uraian Debit Kredit
Utang Belanja Lain-lain XXX
Kas di Kas Daerah XXX

Jurnal LRA
Uraian Debit Kredit

44
Belanja hibah kepada masyarakat XXX
Perubahan SAL XXX

d. Beban Bantuan Sosial


Pengakuan beban transfer dilakukan saat dikeluarkannya Surat Keputusan Kepala
Daerah dan Surat Perjanjian tentang penerima bantuan social berupa uang. Sehingga
berdasarkan SK dan Surat Perjanjian tersebut, Fungsi Akuntansi PPKD akan mencatat
“Beban Bantuan Sosial kepada Organisasi Sosial Masyarakat” di debit dan “Utang
Belanja Lain-lain” di kredit dengan jurnal:
Jurnal LRA dan Neraca
Uraian Debit Kredit
Beban Bantuan Sosial kepada Organisasi Sosial XXX
Masyarakat
Utang Belanja Lain-lain XXX

Sebagai transaksi realisasi anggaran yang dilakukan oleh Pemerintah Daerah dengan
melakukan pencairan bantuan social dengan diterbitkannya SP2D dan pembayaran
kepada yang berhak, maka Fungsi Akuntansi PPKD mencatat jurnal:
Jurnal LO dan Neraca
Uraian Debit Kredit
Utang Belanja Lain-lain XXX
Kas di Kas Daerah XXX

Jurnal LRA
Uraian Debit Kredit
Belanja Sosial kepada Organisasi Sosial Masyarakat XXX
Perubahan SAL XXX

e. Beban Transfer Bagi Hasil Pajak Daerah Dan Bantuan Keuangan


Pengakuan beban transfer dilakukan saat dikeluarkannya Surat Keputusan Kepala
Daerah dan Surat Perjanjian tentang tentang Bagi Hasil Pajak Ke kabupaten/kota.
Sehingga berdasarkan SK tersebut, Fungsi Akuntansi PPKD akan melakukan pencatatan
dengan jurnal:

45
Jurnal LO dan Neraca
Uraian Debit Kredit
Beban Transfer …. XXX
Utang Transfer …... XXX

Sebagai transaksi realisasi anggaran dengan dilakukannya pencairan dana bagi hasil
pajak melalui penerbitan SP2D LS, Fungsi Akuntansi PPKD mencatat dengan jurnal:
Jurnal LO dan Neraca
Uraian Debit Kredit
Utang Transfer …… XXX
Kas di Kas Daerah XXX

Jurnal LRA
Uraian Debit Kredit
Transfer …… kepada Pemda XXX
Perubahan SAL XXX

Jadi, secara umum, akuntansi belanja dan beban pada pemerintah daerah mirip dengan
akuntansi belanja dan beban pada pemerintah pusat dalam hal pengakuan dan
pengukurannya. Perbedaannya hanya pada nama-nama akun dalam laporan keuangannya.

46
3.1 Akuntansi Aset Pemerintah Daerah
1. Kas dan Setara Kas
Definisi kas dan setara kas pada SAPD Nomor 5 mengacu pada PSAP Nomor 1
tentang Penyajian Laporan Keuangan Paragraf 8, di mana kas didefinisikan sebagai
uang tunai dan saldo simpanan di bank yang setiap saat dapat digunakan untuk
membiayai kegiatan pemerintah daerah yang sangat likuid yang siap
dijabarkan/dicairkan menjadi kas serta bebas dari risiko perubahan nilai yang signifikan.
Sedangkan setara kas sebagai investasi jangka pendek yang sangat likuid yang siap
dijabarkan menjadi kas serta bebas dari risiko perubahan nilai yang signifikan. Setara
kas pada pemerintah daerah ditujukan untuk memenuhi kebutuhan kas jangka pendek
atau untuk tujuan lainnya. Suatu investasi disebut setara kas kalau investasi dimaksud
mempunyai masa jatuh tempo kurang dari 3 bulan dari tanggal perolehannya.
Kas terdiri dari Kas yang dikuasai, dikelola dan dibawah tanggung jawab di Kas
Daerah, Kas di Bendahara Penerimaan, Kas di Bendahara Pengeluaran dan Kas di
Badan Layanan Umum Daerah (BLUD). Termasuk dalam kategori kas adalah setara kas
yang merupakan investasi jangka pendek yang sangat likuid dan siap dicairkan menjadi
kas dengan jatuh tempo kurang dari 3 bulan tanggal perolehannya.
Kas dan setara kas yang yang dikuasai dan dibawah tanggung jawab bendahara umum
daerah terdiri dari:
a. saldo rekening kas daerah, yaitu saldo rekening-rekening pada bank yang
ditentukan oleh kepala daerah untuk menampung penerimaan dan pengeluaran.
b. setara kas, antara lain berupa surat utang negara (SUN)/obligasi dan deposito
kurang dari 3 bulan, yang dikelola oleh bendahara umum daerah.

47
Tabel 2.7. Klasifikasi Kas dan Setara Kas

Sumber : SAPD Nomor 5


Jurnal standar terkait kas dan setara kas pada SKPD maupun PPKD mengikuti transaksi
penerimaan kas dan pengeluaran kas pada sistem akuntansi akun-akun Pendapatan-LO,
Beban, Aset, Kewajiban, dan Ekuitas. Jika kas dan setara kas bertambah maka akan dicatat
disisi “debit” sedangkan jika kas dan setara kas berkurang akan dicatat disisi “kredit”.
 Jurnal Standar – Kas dan Setara Kas Saat Bertambah

 Jurnal Standar – Kas dan Setara Kas Saat Berkurang

2. Investasi Jangka Pendek

48
Investasi Jangka Pendek adalah investasi yang dapat segera diperjualbelikan atau
dicairkan serta dimiliki 3 (tiga) bulan sampai dengan 12 (dua belas) bulan terhitung
mulai tanggal pelaporan. Investasi jangka pendek dapat berupa:
a. Deposito
b. Surat Utang Negara (SUN)
c. Sertifikat Bank Indonesia (SBI), dan
d. Surat Perbendaharaan Negara (SPN)

3. Piutang
 Piutang diakui saat:
c. Diterbitkan surat ketetapan; atau
d. Telah diterbitkan surat penagihan dan telah dilaksanakan penagihan; atau
e. Belum dilunasi sampai dengan akhir periode pelaporan.
 Piutang dicatat dan diukur sebesar:
a. Nilai yang belum dilunasi dari setiap tagihan yang ditetapkan; atau
b. Nilai bersih yang dapat direalisasikan (net realizable value).

Piutang yang disajikan sebesar nilai bersih yang dapat direalisasikan (net realizable
value), oleh karenanya terhadap piutang yang diperkirakan tidak akan tertagih dilakukan
penyisihan. Penyisihan piutang tidak tertagih dilakukan melalui estimasi berdasarkan
umur piutang (aging schedule). Piutang dalam aging schedule dibedakan menurut jenis
piutang, baik dalam menetapkan umur maupun penentuan besaran yang akan
disisihkan.

49
Tabel 2.8. Klasifikasi Piutang

Sumber : SAPD Nomor 6


 SISTEM AKUNTANSI PIUTANG DI SKPD
(1) Pihak-pihak Terkait
Pihak pihak yang terkait dalam sistem akuntansi piutang antara lain Pejabat
Penatausahaan Keuangan SKPD (PPK-SKPD) dan Bendahara Penerimaan SKPD.

(2) Dokumen yang digunakan

(3) Jurnal Standar

 Pada saat Diterbitkan SKR Daerah oleh SKPD maka jurnal standar:
Jurnal LO dan Neraca

 Jika Wajib Retribusi melakukan pembayaran maka jurnal standar:


Jurnal LO dan Neraca

Jurnal LRA

 Apabila Wajib Retribusi menyetor langsung ke kas daerah pada Bank yang
ditunjuk, maka pada saat diterima Nota Kredit dari bank, jurnal standar:
Jurnal LO dan Neraca

50
Jurnal LRA

 Pada saat diterima Nota Kredit dari bank untuk pembayaran yang bersumber dari
piutang maka jurnal standar:
Jurnal LO dan Neraca

Jurnal LRA

 SISTEM AKUNTANSI PIUTANG DI PPKD


(1) Pihak-pihak Terkait
Pihak-pihak yang terkait dalam sistem akuntansi piutang antara lain Pejabat Penatausahaan
Keuangan PPKD (PPK-PPKD) dan Bendahara Penerimaan PPKD.

(2) Dokumen yang digunakan

Tabel 2.9. Dokumen Piutang

51
Sumber : SAPD Nomor 6

(3) Jurnal Standar


 Telah diterima dokumen berupa PMK/Perpres/Surat Keputusan Kepala
Daerah/Kontrak/Surat Perjanjian/Dokumen yang dipersamakan dan belum diterima
pembayaran maka fungsi akuntansi akan melakukan jurnal standar:
Jurnal LO dan Neraca

52
 Telah diterima Nota Kredit dari bank/bukti tanda terima pembayaran/bukti penerimaan
kas/dokumen yang dipersamakan dimana terjadi pemindahbukuan ke kas daerah, oleh
itu bendahara penerimaan akan mencatat sebagai penerimaan kas untuk pelunasan
piutang maka fungsi akuntansi melakukan jurnal standar:
Jurnal LO dan Neraca

Jurnal LRA

4. Persediaan
PSAP Nomor 05 Peraturan Pemerintah Nomor 71 tahun 2010 menyatakan bahwa
persediaan adalah aset lancar dalam bentuk barang atau perlengkapan yang
dimaksudkan untuk mendukung kegiatan operasional pemerintah dan barang-barang
yang dimaksudkan untuk dijual dan/atau diserahkan dalam rangka pelayanan kepada
masyarakat.
Suatu aset dapat diklasifikasikan sebagai persediaan manakala aset tersebut
memenuhi salah satu kriteria yang disebutkan dalam PSAP Nomor 05, yaitu:
a. Barang atau perlengkapan (supplies) yang digunakan dalam rangka kegiatan
operasional pemerintah. Termasuk dalam kelompok ini adalah barang pakai habis
seperti alat tulis kantor, barang tak pakai habis seperti komponen peralatan dan pipa,
dan barang bekas pakai seperti komponen bekas;
b. Bahan atau perlengkapan (supplies) yang akan digunakan dalam proses produksi.
Persediaan dalam kelompok ini meliputi bahan yang digunakan dalam proses
produksi seperti bahan baku pembuatan alat-alat pertanian, dan lain-lain;
c. Barang dalam proses produksi yang dimaksudkan untuk dijual atau diserahkan
kepada masyarakat. Contoh persediaan yang termasuk dalam kelompok ini adalah
alat-alat pertanian setengah jadi;

53
d. Barang yang disimpan untuk dijual atau diserahkan kepada masyarakat dalam
rangka kegiatan pemerintahan. Contohnya adalah hewan/tanaman.

 Dalam Bagan Akun Standar Permendagri Nomor 64 Tahun 2013, persediaan


diklasifikasikan berikut:
Tabel 2.10. Klasifikasi Persediaan

Sumber : SAPD Nomor 7


 Dokumen yang Digunakan
Dokumen-dokumen yang digunakan dalam sistem akuntansi persediaan antara lain adalah:
(1) Bukti Belanja Persediaan
Dokumen ini merupakan dokumen sumber untuk melakukan jurnal pengakuan beban
persediaan dan belanja persediaan dengan cara pembayaran UP.
(2) Berita Acara Serah Terima Barang
Dokumen ini merupakan dokumen sumber untuk melakukan jurnal atas pengakuan
beban persediaan dengan cara pembayaran LS.
(3) Berita Acara Pemeriksaan Persediaan
Dokumen ini merupakan dokumen sumber untuk melakukan jurnal penyesuaian untuk
pengakuan beban persediaan setelah dilakukannya stock opname.
(4) SP2D LS

54
Dokumen ini merupakan dokumen sumber untuk pengakuan belanja persediaan dengan
cara pembayaran LS.

 Pencatatan persediaan dilakukan dengan:


f. Metode Perpetual, untuk jenis persediaan yang sifatnya continues dan membutuhkan
kontrol yang besar, seperti obat-obatan. Dengan metode perpetual, pencatatan
dilakukan setiap ada persediaan yang masuk dan keluar, sehingga nilai/jumlah
persediaan selalu ter-update.
g. Metode Periodik, untuk persediaan yang penggunaannya sulit diidentifikasi, seperti
Alat Tulis Kantor (ATK). Dengan metode ini, pencatatan hanya dilakukan pada saat
terjadi penambahan, sehingga tidak meng-update jumlah persediaan. Jumlah
persediaan akhir diketahui dengan melakukan stock opname pada akhir periode.
Persediaan dinilai dengan metode FIFO (First In First Out). Harga pokok dari barang-
barang yang pertama kali dibeli akan menjadi harga barang yang digunakan/dijual pertama
kali. Sehingga nilai persediaan akhir dihitung dimulai dari harga pembelian terakhir.
 Jurnal Standar

55
5. Investasi Jangka Panjang
Penilaian investasi jangka panjang dilakukan dengan tiga metode yaitu:
h. Metode biaya
Investasi jangka panjang dicatat sebesar biaya perolehan. Penghasilan atas investasi
jangka panjang tersebut diakui sebesar bagian hasil yang diterima dan tidak mempengaruhi
besarnya investasi pada badan usaha/badan hukum yang terkait. Penghasilan tersebut diatas
diakui sebagai pendapatan dari bagian laba atas penyertaan modal (Hasil Pengelolaan
Kekayaan Daerah yang Dipisahkan).

i. Metode ekuitas
Investasi awal dicatat sebesar biaya perolehan dan ditambah atau dikurangi sebesar
bagian laba atau rugi pemerintah setelah tanggal perolehan. Bagian laba kecuali dividen
dalam bentuk saham yang diterima pemerintah akan mengurangi nilai investasi pemerintah.
Bagian laba ini diakui sebagai pendapatan dari bagian laba atas penyertaan modal dan
mengurangi nilai investasi pemerintah daerah. Penyesuaian terhadap nilai investasi juga
diperlukan untuk mengubah porsi kepemilikan investasi pemerintah, misalnya adanya
perubahan yang timbul akibat pengaruh valuta asing serta revaluasi aset tetap.

j. Metode nilai bersih yang dapat direalisasikan

56
Metode ini digunakan terutama untuk kepemilikan yang akan dilepas/dijual dalam
jangka waktu dekat. Pemilihan metode penilaian investasi didasarkan pada kriteria sebagai
berikut:
1) Kepemilikan kurang dari 20% menggunakan metode biaya terkecuali kepemilikan itu
berpengaruh signifikan menggunakan metode ekuitas;
2) Kepemilikan 20% atau lebih menggunakan metode ekuitas; dan
3) Kepemilikan bersifat nonpermanen menggunakan metode nilai bersih yang
direalisasikan.

6. Aset Tetap
Aset tetap diklasifikasikan berdasarkan kesamaan dalam sifat atau fungsinya dalam
aktivitas operasi entitas. Klasifikasi aset tetap menurut PSAP Nomor 7 adalah sebagai
berikut:
a. Tanah
Tanah yang dikelompokkan sebagai aset tetap ialah tanah yang diperoleh dengan maksud
untuk dipakai dalam kegiatan operasional pemerintah daerah dan dalam kondisi siap
dipakai.
b. Peralatan dan Mesin
Peralatan dan mesin mencakup mesin-mesin dan kendaraan bermotor, alat elektonik,
inventaris kantor, dan peralatan lainnya yang nilainya signifikan, masa manfaatnya lebih
dari 12 bulan, dan dalam kondisi siap pakai.
c. Gedung dan Bangunan
Gedung dan bangunan mencakup seluruh gedung dan bangunan yang diperoleh dengan
maksud untuk dipakai dalam kegiatan operasional pemerintah daerah dan dalam kondisi
siap dipakai.
d. Jalan, Irigasi, dan Jaringan
Jalan, irigasi, dan jaringan mencakup jalan, irigasi, dan jaringan yang dimiliki dan/atau
dikuasai oleh pemerintah daerah; dan dalam kondisi siap dipakai.
e. Aset Tetap Lainnya
Aset tetap lainnya mencakup aset tetap yang tidak dapat dikelompokkan ke dalam
kelompok aset tetap di atas, yang diperoleh dan dimanfaatkan untuk kegiatan operasional
pemerintah daerah dan dalam kondisi siap dipakai.
f. Konstruksi Dalam Pengerjaan

57
Konstruksi dalam pengerjaan mencakup aset tetap yang sedang dalam proses
pembangunan yang pada tanggal laporan keuangan belum selesai seluruhnya.

Dalam Bagan Akun Standar Permendagri Nomor 64 Tahun 2013, kode rekening untuk
jenis aset tetap sama dengan pengklasifikasian di PSAP Nomor 7 di atas. Namun demikian,
obyek dan rincian obyeknya didetailkan dengan lebih rinci.

 Penilaian Aset Tetap


k. Biaya Perolehan
Aset tetap dinilai dengan biaya perolehan. Apabila penilaian aset tetap dengan
menggunakan biaya perolehan tidak memungkinkan maka nilai aset tetap didasarkan pada
nilai wajar pada saat perolehan. Biaya perolehan adalah jumlah kas atau setara kas yang
dibayarkan atau nilai wajar imbalan lain yang diberikan untuk memperoleh suatu aset pada
saat perolehan atau konstruksi yang terdiri dari harga belinya atau konstruksinya, termasuk
bea impor dan setiap biaya yang dapat diatribusikan secara langsung sampai dengan aset
tersebut dalam kondisi dan tempat yang siap untuk dipergunakan. Biaya perolehan dari
masing-masing Aset Tetap yang diperoleh secara gabungan ditentukan dengan
mengalokasikan harga gabungan tersebut berdasarkan perbandingan nilai wajar masing-
masing aset yang bersangkutan.
Biaya perolehan Aset Tetap yang dibangun dengan cara swakelola meliputi:
(1) biaya langsung untuk tenaga kerja, bahan baku;
(2) biaya tidak langsung termasuk biaya perencanaan dan pengawasan, perlengkapan,
tenaga listrik, sewa peralatan; dan
(3) semua biaya lainnya yang terjadi berkenaan dengan pembangunan Aset Tetap
tersebut.
Pengukuran Aset Tetap harus memperhatikan kebijakan pemerintah daerah
mengenai ketentuan nilai satuan minimum kapitalisasi Aset Tetap. Jika nilai perolehan Aset
Tetap di bawah nilai satuan minimum kapitalisasi maka atas Aset Tetap tersebut tidak dapat
diakui dan disajikan sebagai Aset Tetap, namun tetap diungkapkan dalam Catatan Atas
Laporan Keuangan.
Nilai satuan minimum kapitalisasi adalah pengeluaran pengadaan baru. Contoh nilai
satuan minimum kapitalisasi aset tetap untuk per satuan peralatan dan mesin, dan alat olah
raga, hewan yang sama dengan atau lebih dari Rp 1.000.000,00 (satu juta rupiah). Nilai
Satuan Minimum Kapitalisasi Aset Tetap dikecualikan terhadap pengeluaran untuk tanah,

58
jalan/irigasi/jaringan, dan aset tetap lainnya berupa koleksi perpustakaan dan barang
bercorak kesenian, peralatan untuk proses belajar mengajar. Besaran nilai minimum
kapitalisasi aset tetap dan jenisnya ditetapkan oleh kepala daerah.

l. Pengeluaran Setelah Perolehan


Suatu pengeluaran setelah perolehan atau pengeluaran pemeliharaan akan
dikapitalisasi jika memenuhi kriteria sebagai berikut:
(1) Manfaat ekonomi atas aset tetap yang dipelihara:
(a) bertambah ekonomis/efisien, dan/atau
(b) bertambah umur ekonomis, dan/atau
(c) bertambah volume, dan/atau
(d) bertambah kapasitas produksi.
(2) Nilai pengeluaran belanja atas pemeliharaan aset tetap tersebut harus sama dengan
atau melebihi nilai satuan minimum kapitalisasi Aset Tetap. Nilai satuan minimum
kapitalisasi adalah penambahan nilai aset tetap dari hasil pengembangan,
reklasifikasi, renovasi, dan restorasi. Contoh ditetapkan nilai satuan minimum
kapitalisasi untuk pemeliharaan gedung dan bangunan sama dengan atau melebihi
dari Rp 20.000.000,00 (dua puluh juta rupiah).

c. Penyusutan Aset Tetap


Penyusutan adalah alokasi yang sistematis atas nilai suatu aset tetap yang dapat
disusutkan (depreciable assets) selama masa manfaat aset yang bersangkutan. Nilai
penyusutan untuk masing-masing periode diakui sebagai pengurang nilai tercatat aset tetap
dalam neraca dan beban penyusutan dalam laporan operasional.
Aset Tetap Lainnya berupa hewan, tanaman, dan buku perpustakaan tidak dilakukan
penyusutan secara periodik, melainkan diterapkan penghapusan pada saat Aset Tetap
Lainnya tersebut sudah tidak dapat digunakan atau mati. Metode penyusutan yang digunakan
adalah metode garis lurus dengan estimasi masa manfaat.
Khusus penambahan masa manfaat aset tetap karena adanya perbaikan terhadap
aset tetap baik berupa overhaul dan renovasi disajikan tersendiri pada modul implementasi
SAP Berbasis Akrual pada Pemerintah Daerah. Sedangkan formula penghitungan
penyusutan barang milik daerah adalah sebagai berikut:
Nilai yang dapat disusutkan
Penyusutan per periode = ----------------------------------------------
Masa manfaat

59
Keterangan formula adalah sebagai berikut:
i. Penyusutan per periode merupakan nilai penyusutan untuk aset tetap suatu periode
yang dihitung pada akhir tahun;
ii. Nilai yang dapat disusutkan merupakan nilai buku per 31 Desember 2014 untuk Aset
Tetap yang diperoleh sampai dengan 31 Desember 2014. Untuk Aset Tetap yang
diperoleh setelah 31 Desember 2014 menggunakan nilai perolehan; dan
iii. Masa manfaat adalah periode suatu Aset Tetap yang diharapkan digunakan untuk
aktivitas pemerintahan dan/atau pelayanan publik atau jumlah produksi atau unit
serupa yang diharapkan diperoleh dari aset untuk aktivitas pemerintahan dan/atau
pelayanan publik.
 Jurnal Standar
Berikut adalah jurnal standar untuk pencatatan aset tetap di SKPD:

7. Aset Lainnya
Aset lainnya adalah aset pemerintah selain aset lancar, investasi jangka panjang, aset
tetap dan dana cadangan. Aset lainnya antara lain aset tak berwujud, kemitraan dengan pihak
ketiga, kas yang dibatasi penggunaannya, dan aset lain-lain. Ruang lingkup yang diatur pada
bagian ini hanya aset tak berwujud, kemitraan dengan pihak ketiga, dan aset lain-lain yang
berasal dari penghentian penggunaan aktif aset tetap pemerintah.

60
a. Aset Tak Berwujud
1) Jenis Aset Tak Berwujud:
a) Goodwill
Goodwill adalah kelebihan nilai yang diakui oleh suatu entitas akibat adanya
pembelian kepentingan/saham di atas nilai buku. Goodwill dihitung berdasarkan selisih
antara nilai entitas berdasarkan pengakuan dari suatu transaksi peralihan/penjualan
kepentingan/saham dengan nilai buku kekayaan bersih perusahaan.
b) Hak Paten atau Hak Cipta
Hak-hak ini pada dasarnya diperoleh karena adanya kepemilikan kekayaan
intelektual atau atas suatu pengetahuan teknis atau suatu karya yang dapat menghasilkan
manfaat bagi entitas. Di samping itu dengan adanya hak ini dapat mengendalikan
pemanfaatan aset tersebut dan membatasi pihak lain yang tidak berhak untuk
memanfaatkannya.
c) Royalti
Nilai manfaat ekonomi yang akan/dapat diterima atas kepemilikan hak cipta/hak
paten/hak lainnya pada saat hak dimaksud akan dimanfaatkan oleh orang, instansi atau
perusahaan lain.
d) Software
Software computer yang masuk dalam kategori Aset Tak Berwujud adalah software
yang bukan merupakan bagian tak terpisahkan dari hardware komputer tertentu. Jadi
software ini adalah yang dapat digunakan di komputer lain.
e) Lisensi
Adalah izin yang diberikan pemilik Hak Paten atau Hak Cipta yang diberikan kepada
pihak lain berdasarkan perjanjian pemberian hak untuk menikmati manfaat ekonomi dari
suatu Hak Kekayaan Intelektual yang diberi perlindungan dalam jangka waktu dan syarat
tertentu.
(f) Hasil Kajian/Penelitian yang memberikan manfaat jangka panjang
Hasil kajian/pengembangan yang memberikan manfaat jangka panjang adalah suatu
kajian atau pengembangan yang memberikan manfaat ekonomis dan/atau sosial dimasa
yang akan datang yang dapat diidentifikasi sebagai aset.
g) Aset Tak Berwujud Lainnya
Aset Tak berwujud Lainnya merupakan jenis aset tak berwujud yang tidak dapat
dikelompokkan ke dalam jenis aset tak berwujud yang ada.
h) Aset Tak Berwujud dalam Pengerjaan

61
Terdapat kemungkinan pengembangan suatu Aset Tak Berwujud yang diperoleh
secara internal yang jangka waktu penyelesaiannya melebihi satu tahun anggaran atau
pelaksanaan pengembangannya melewati tanggal pelaporan. Dalam hal terjadi seperti ini,
maka atas pengeluaran yang telah terjadi dalam rangka pengembangan tersebut sampai
dengan tanggal pelaporan harus diakui sebagai Aset Tak Berwujud dalam Pengerjaan
(intangible asset – work in progress), dan setelah pekerjaan selesai kemudian akan
direklasifikasi menjadi Aset Tak Berwujud yang bersangkutan

2) Pengakuan
Untuk dapat diakui sebagai Aset Tak Berwujud harus dapat dibuktikan bahwa
aktivitas/kegiatan tersebut telah memenuhi:
(a) Definisi dari Aset Tak Berwujud; dan
(b) Kriteria pengakuan.
Aset Tak Berwujud harus memenuhi kriteria sebagai berikut:
(a) Kemungkinan besar diperkirakan manfaat ekonomi di masa datang yang diharapkan
atau jasa potensial yang diakibatkan dari Aset Tak Berwujud tersebut akan mengalir
kepada/dinikmati oleh entitas; dan
(b) Biaya perolehan atau nilai wajarnya dapat diukur dengan andal.

3) Pengukuran
Aset Tak Berwujud diukur dengan harga perolehan, yaitu harga yang harus dibayar
entitas untuk memperoleh suatu Aset Tak Berwujud hingga siap untuk digunakan dan Aset
Tak Berwujud tersebut mempunyai manfaat ekonomi yang diharapkan dimasa datang atau
jasa potensial yang melekat pada aset tersebut akan mengalir masuk kedalam entitas tersebut.
Terhadap Aset Tak Berwujud dilakukan amortisasi, kecuali atas Aset Tak Berwujud yang
memiliki masa manfaat tak terbatas. Amortisasi dapat dilakukan dengan berbagai metode
seperti garis lurus, metode saldo menurun dan metode unit produksi.
Biaya untuk memperoleh Aset Tak Berwujud dengan pembelian terdiri dari:
(a) Harga beli, termasuk biaya import dan pajak-pajak, setelah dikurangi dengan
potongan harga dan rabat; dan
(b) Setiap biaya yang dapat diatribusikan secara langsung dalam membawa aset tersebut
ke kondisi yang membuat aset tersebut dapat bekerja untuk penggunaan yang
dimaksudkan.
Contoh dari biaya yang dapat diatribusikan secara langsung adalah:

62
i. Biaya staff yang timbul secara langsung agar aset tersebut dapat digunakan;
ii. Biaya professional yang timbul secara langsung agar aset tersebut dapat
digunakan; dan
iii. Biaya pengujian untuk menjamin aset tersebut dapat berfungsi secara baik.

Pengukuran Aset Tak Berwujud yang diperoleh secara internal adalah:


(a) Aset Tak Berwujud dari kegiatan pengembangan yang memenuhi syarat pengakuan,
diakui sebesar biaya perolehan yang meliputi biaya yang dikeluarkan sejak
memenuhi kriteria pengakuan;
(b) Pengeluaran atas unsur tidak berwujud yang awalnya telah diakui oleh entitas sebagai
beban tidak boleh diakui sebagai bagian dari harga perolehan Aset Tak Berwujud di
kemudian hari; dan
(c) Aset Tak Berwujud yang dihasilkan dari pengembangan software komputer, maka
pengeluaran yang dapat dikapitalisasi adalah pengeluaran tahap pengembangan
aplikasi. Aset yang memenuhi definisi dan syarat pengakuan aset tak berwujud,
namun biaya perolehannya tidak dapat ditelusuri dapat disajikan sebesar nilai wajar.

4) Penyajian dan Pengungkapan


ATB disajikan dalam neraca sebagai bagian dari “Aset Lainnya”. Hal-hal yang
diungkapkan dalam Laporan Keuangan atas Aset Tak Berwujud antara lain sebagai berikut:
(a) Masa manfaat dan metode amortisasi;
(b) Nilai tercatat bruto, akumulasi amortisasi dan nilai sisa Aset Tak Berwujud; dan
(c) Penambahan maupun penurunan nilai tercatat pada awal dan akhir periode, termasuk
penghentian dan pelepasan Aset Tak Berwujud.

b. Aset Kemitraan dengan Pihak Ketiga


1) Jenis Aset Kemitraan dengan Pihak Ketiga
a) Aset Kerjasama/Kemitraan adalah aset tetap yang dibangun atau digunakan untuk
menyelenggarakan kegiatan kerjasama/kemitraan.
b) Bangun Guna Serah (BGS), adalah pemanfaatan barang milik daerah berupa tanah
oleh pihak lain dengan cara mendirikan bangunan dan/atau sarana berikut
fasilitasnya, kemudian didayagunakan oleh pihak lain tersebut dalam jangka waktu
tertentu yang telah disepakati, untuk selanjutnya diserahkan kembali tanah beserta
bangunan dan/atau sarana berikut fasilitasnya setelah berakhirnya jangka waktu.

63
c) Bangun Serah Guna (BSG), adalah pemanfaatan barang milik daerah berupa tanah
oleh pihak lain dengan cara mendirikan bangunan dan/atau sarana berikut
fasilitasnya, dan setelah selesai pembangunannya diserahkan untuk didayagunakan
oleh pihak lain tersebut dalam jangka waktu tertentu yang disepakati.
d) Kerjasama Pemanfaatan (KSP) adalah pendayagunaan Barang Milik Daerah oleh
pihak lain dalam jangka waktu tertentu dalam rangka peningkatan penerimaan
daerah.
e) Sewa, adalah pemanfaatan barang milik daerah oleh pihak lain dalam jangka waktu
tertentu dengan menerima imbalan uang tunai.
f) Masa kerjasama/kemitraan adalah jangka waktu dimana Pemerintah Daerah dan
mitra kerjasama masih terikat dengan perjanjian kerjasama/kemitraan.

2) Pengakuan
a) Aset Kerjasama/Kemitraan diakui pada saat terjadi perjanjian kerjasama/ kemitraan,
yaitu dengan perubahan klasifikasi aset dari aset tetap menjadi aset
kerjasama/kemitraan.
b) Aset Kerjasama/Kemitraan berupa Gedung dan/atau sarana berikut fasilitasnya,
dalam rangka kerja sama BSG, diakui pada saat pengadaan/pembangunan Gedung
dan/atau Sarana berikut fasilitasnya selesai dan siap digunakan untuk
digunakan/dioperasikan.
c) Setelah masa perjanjian kerjasama berakhir, aset kerjasama/kemitraan harus diaudit
oleh aparat pengawas fungsional sebelum diserahkan kepada Pengelola Barang.
d) Penyerahan kembali objek kerjasama beserta fasilitasnya kepada Pengelola Barang
dilaksanakan setelah berakhirnya perjanjian dituangkan dalam berita acara serah
terima barang.
e) Setelah masa pemanfaatan berakhir, tanah serta bangunan dan fasilitas hasil
kerjasama/ kemitraan ditetapkan status penggunaannya oleh Pengelola Barang.
f) Klasifikasi aset hasil kerjasama/kemitraan berubah dari “Aset Lainnya” menjadi
“Aset Tetap” sesuai jenisnya setelah berakhirnya perjanjian dan telah ditetapkan
status penggunaannya oleh Kepala Daerah.

3) Pengukuran
a) Aset yang diserahkan oleh Pemerintah Daerah untuk diusahakan dalam perjanjian
kerjasama/kemitraan harus dicatat sebagai aset kerjasama/kemitraan sebesar nilai

64
bersih yang tercatat pada saat perjanjian atau nilai wajar pada saat perjanjian, dipilih
yang paling objektif atau paling berdaya uji.
b) Dana yang ditanamkan Pemerintah Daerah dalam Kerjasama/Kemitraan dicatat
sebagai penyertaan Kerjasama/Kemitraan. Di sisi lain, investor mencatat dana yang
diterima ini sebagai kewajiban.
c) Aset hasil kerjasama yang telah diserahkan kepada pemerintah setelah berakhirnya
perjanjian dan telah ditetapkan status penggunaannya, dicatat sebesar nilai bersih
yang tercatat atau sebesar nilai wajar pada saat aset tersebut diserahkan, dipilih yang
paling objektif atau paling berdaya uji.

4) Penyajian dan Pengungkapan


Aset kerjasama/kemitraan disajikan dalam neraca sebagai aset lainnya. Dalam hal
sebagian dari luas aset kemitraan (tanah dan atau gedung/bangunan), sesuai perjanjian,
digunakan untuk kegiatan operasional SKPD, harus diungkapkan dalam CaLK. Aset
kerjasama/kemitraan selain tanah harus dilakukan penyusutan selama masa kerja sama.
Masa penyusutan aset kemitraan dalam rangka Bangun Guna Serah (BGS) melanjutkan
masa penyusutan aset sebelum direklasifikasi menjadi aset kemitraan. Masa penyusutan aset
kemitraan dalam rangka Bangun Serah Guna (BSG) adalah selama masa kerjasama.
Sehubungan dengan pengungkapan yang lazim untuk aset, pengungkapan berikut
harus dibuat untuk aset kerjasama/kemitraan :
a) Klasifikasi aset yang membentuk aset kerjasama
b) Penentuan biaya perolehan aset kerjasama/kemitraan
c) Penentuan depresiasi/penyusutan aset kerjasama/kemitraan.
Setelah aset diserahkan dan ditetapkan penggunaannya, aset hasil kerjasama disajikan dalam
neraca dalam klasifikasi aset tetap.

c. Aset Lain-Lain
Aset Lain-lain digunakan untuk mencatat aset lainnya yang tidak dapat
dikelompokkan dalam aset tak berwujud, tagihan penjualan angsuran, tuntutan
perbendaharaan, tuntutan ganti rugi, dan kemitraan dengan pihak ketiga.
1) Definisi Aset Lain-lain
Aset tetap yang dimaksudkan untuk dihentikan dari penggunaan aktif pemerintah
direklasifikasi ke dalam Aset Lain-lain. Hal ini dapat disebabkan karena rusak berat, usang,

65
dan/atau aset tetap yang tidak digunakan karena sedang menunggu proses
pemindahtanganan (proses penjualan, sewa beli, penghibahan, penyertaan modal).
2) Pengakuan
Pengakuan aset lain-lain diakui pada saat dihentikan dari penggunaan aktif
pemerintah dan direklasifikasikan ke dalam aset lain-lain.
3) Pengukuran
Aset tetap yang dimaksudkan untuk dihentikan dari penggunaan aktif pemerintah
direklasifikasi ke dalam Aset Lain-lain menurut nilai tercatatnya. Aset lain – lain yang
berasal dari reklasifikasi aset tetap disusutkan mengikuti kebijakan penyusutan aset tetap.
Proses penghapusan terhadap aset lain – lain dilakukan paling lama 12 bulan
sejak direklasifikasi kecuali ditentukan lain menurut ketentuan perundang-undangan.
4) Penyajian dan Pengungkapan
Aset Lain-lain disajikan di dalam kelompok Aset Lainnya dan diungkapkan secara
memadai di dalam CaLK. Hal-hal yang perlu diungkapkan antara lain adalah faktor-faktor
yang menyebabkan dilakukannya penghentian penggunaan, jenis aset tetap yang dihentikan
penggunaannya, dan informasi lainnya yang relevan.

8. Penyusutan Aset Tetap dan Amortisasi Aset Tidak Berwujud

a. Dokumen yang Digunakan


Dokumen-dokumen yang digunakan dalam sistem akuntansi penyusutan adalah:
 Bukti Memorial
Dokumen ini merupakan dokumen sumber untuk melakukan penyusutan dan
amortisasi aset tetap/aset tidak berwujud.
b. Jurnal Standar
Beban penyusutan dan amortisasi dijurnal setiap akhir periode (bulanan, triwulanan,
semesteran atau tahunan). Setiap penyusutan akan dijurnal sebagai berikut:

66
3.1 Sistem Akuntansi Beban dan Kewajiban Pemerintah Daerah
C. KEWAJIBAN
1. Definisi
Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 Lampiran I PSAP Nomor 09 tentang
Kewajiban mendefinisikan bahwa kewajiban adalah utang yang timbul dari peristiwa masa
lalu yang penyelesaiannya mengakibatkan aliran keluar sumber daya ekonomi pemerintah
daerah. Kewajiban pemerintah daerah tersebut dapat muncul akibat melakukan pinjaman
kepada pihak ketiga, perikatan dengan pegawai yang bekerja pada pemerintahan, kewajiban
kepada masyarakat, alokasi / realokasi pendapatan ke entitas lainnya, atau kewajiban kepada
pemberi jasa. Sebagai akibat dari konsekuensi atas kontrak atau peraturan perundang-
undangan, kewajiban memiliki sifat mengikat dan dapat dipaksakan secara hukum. Sistem
akuntansi kewajiban adalah suatu proses yang dimulai dari pembelian / pengadaan barang /
jasa (secara kredit) yang dibuktikan dengan dokumen yang sah sampai kepada proses
penyelesaian / pembayaran utang yang bersangkutan.
2. Klasifikasi

Klasifikasi kewajiban didasarkan kepada waktu jatuh tempo penyelesainnya yaitu


kewajiban jangka pendek dan kewajiban jangka panjang. Suatu kewajiban diklasifikasikan
sebagai kewajiban jangka pendek jika diharapkan dibayar dalam waktu 12 bulan setelah
tanggal pelaporan. Semua kewajiban lainnya diklasifikasikan sebagai kewajiban jangka
panjang.

Berdasarkan PSAP Berbasis Akrual Nomor 09 tentang Kewajiban, pos-pos kewajiban


terdiri dari:

a. Kewajiban Jangka Pendek


Kewajiban jangka pendek merupakan kewajiban yang diharapkan dibayar dalam
waktu paling lama 12 bulan setelah tanggal pelaporan. Kewajiban jangka pendek
antara lain utang transfer pemerintah daerah, utang kepada pegawai, utang bunga,
utang jangka pendek kepada pihak ketiga, utang Perhitungan Fihak Ketiga (PFK),
dan bagian lancar utang jangka panjang.

67
b. Kewajiban Jangka Panjang
Kewajiban jangka panjang adalah kewajiban yang diharapkan dibayar dalam waktu
lebih dari 12 (dua belas) bulan setelah tanggal pelaporan. Selain itu, kewajiban yang
akan dibayar dalam waktu 12 bulan dapat diklasifikasikan sebagai kewajiban jangka
panjang jika:
1. Jangka waktu aslinya adalah untuk periode lebih dari 12 bulan
2. entitas bermaksud untuk mendanai kembali (refinance) kewajiban tersebut
atas dasar jangka panjang
3. maksud tersebut didukung dengan adanya suatu perjanjian pendaan kembali
(refinancing), atau adanya penjadwalan kembali terhadap pembayaran, yang
diselesaikan sebelum pelaporan keuangan disetujui.

Dalam Bagan Akun Standar, kewajiban diklasifikasikan sebagai berikut:


Uraian Kewajiban Kewenangan
Kewajiban Jangka Pendek Utang Perhitungan Fihak Ketiga (PFK) SKPD
Utang Bunga SKPD
Bagian Lancar Utang Jangka Panjang SKPD
Pendapatan Diterima Dimuka SKPD
Utang Belanja SKPD
Utang Jangka Pendek Lainnya SKPD
Kewajiban Jangka Panjang Utang Dalam Negeri PPKD
Utang Jangka Panjang Lainnya PPKD

Ketika dilakukan penjabaran berdasarkan kewenangannya, Kewajiban Jangka Pendek


SPKD terdiri dari:

a. Utang Perhitungan Fihak Ketiga (PFK)


b. Pendapatan Diterima Dimuka
c. Utang Beban
d. Utang Jangka Pendek Lainnya

Kewajiban Jangka Pendek PPKD terdiri dari:

a. Utang Bunga
b. Bagian Lancar Utang Jangka Panjang
c. Utang Beban
d. Utang Jangka Pendek Lainnya

68
Sementara itu klasifikasi kewajiban jangka panjang hanya terdapat di PPKD. Kewajiban
Jangka Panjang PPKD terdiri dari:

a. Utang Dalam Negeri


b. Utang Luar Negeri
c. Utang Jangka Panjang Lainnya

3. Pengakuan

Kewajiban diakui pada saat:

a. Dana pinjaman diterima oleh pemerintah


b. Dana pinjaman dikeluarkan oleh kreditur sesuai dengan kesepakatan pemerintah
daerah
c. Pada saat kewajiban timbul

Kewajiban dapat timbul dari:

a. Transaksi dengan pertukaran (exchange transaction)


b. Transaksi tanpa pertukaran (non-exchange transaction) sesuai hukum yang berlaku
dan kebijakan yang diterapkan, yang belum dibayar lunas sampai dengan saat tanggal
pelaporan
c. Kejadian yang berkaitan dengan pemerintah (government-related events)
d. Kejadian yang diakui pemerintah (government-acknowledged events)

4. Pengukuran

Kewajiban dicatat sebesar nilai nominal yang mencerminkan nilai kewajiban pemerintah
daerah pada saat pertama kali transaksi berlangsung.

5. Pengungkapan
Dalam pengungkapan pada Catatan atas Laporan Keuangan terkait dengan kewajiban,
harus diungkapkan pula hal-hal sebagai berikut:
 Jumlah saldo kewajiban jangka pendek dan jangka panjang yang diklasifikasikan
berdasarkan pemberi pinjaman;
 Jumlah saldo kewajiban berupa utang pemerintah berdasarkan jenis sekuritas
utang pemerintah dan jatuh temponya;

69
 Bunga pinjaman yang terutang pada periode berjalan dan tingkat bunga yang
berlaku;
 Konsekuensi dilakukannya penyelesaian kewajiban sebelum jatuh tempo;
 Perjanjian restrukturisasi utang meliputi:
1) Pengurangan pinjaman;
2) Modifikasi persyaratan utang;
3) Pengurangan tingkat bunga pinjaman;
4) Pengunduran jatuh tempo pinjaman;
5) Pengurangan nilai jatuh tempo pinjaman; dan
6) Pengurangan jumlah bunga terutang sampai dengan periode
pelaporan.
 Jumlah tunggakan pinjaman yang disajikan dalam bentuk daftar umur utang
berdasarkan kreditur;
 Biaya pinjaman:
 Perlakuan biaya pinjaman;
 Jumlah biaya pinjaman yang dikapitalisasi pada periode yang bersangkutan;
 Tingkat kapitalisasi yang dipergunakan

6. Penyajian
Kewajiban Jangka Pendek maupun Kewajiban Jangka Panjang pemerintah daerah
disajikan di sisi pasiva bagian kewajiban. Berikut adalah contoh penyajian Kewajiban
Jangka Pendek maupun Kewajiban Jangka Panjang dalam Neraca Pemerintah Daerah:

70
7. Akuntansi Kewajiban pada PPKD

Pihak-pihak yang terkait dalam pelaksanaan sistem akuntansi kewajiban PPKD adalah
sebagai berikut:

a) Fungsi Akuntansi PPKD


Dalam sistem akuntansi kewajiban, fungsi akuntansi pada PPKD dengan memiliki
tugas sebagai berikut:
1) mencatat transaksi/kejadian investasi lainnya berdasarkan bukti-bukti transaksi
yang sah ke Buku Jurnal Umum;
2) memposting jurnal-jurnal transaksi/kejadian investasi ke dalam Buku Besar
masing-masing rekening (rincian objek);
3) menyusun laporan keuangan, yang terdiri dari Laporan Realisasi Anggaran
(LRA), Laporan Perubahan SAL (LP-SAL), Laporan Operasional (LO),
Laporan Perubahan Ekuitas (LPE), Neraca dan Catatan atas Laporan Keuangan
(CaLK).

b) Kuasa BUD
Dalam sistem akuntansi kewajiban, BUD melakukan fungsi mengadministrasi
penerimaan utang, pembahayaran utang dan reklasifikasi utang, sehingga BUD
memiliki tugas:

71
1. menyiapkan dokumen transaksi penerimaan, pembayaran dan reklasifikasi
utang;
2. menyiapkan bukti memorial untuk pencatatan akuntansi oleh Fungsi Akuntansi
PPKD yang sebelumnya disahkan oleh Kepala SKPKD.

c) PPKD
Dalam sistem akuntansi kewajiban, PPKD memiliki tugas menandatangani laporan
keuangan Pemerintah Daerah sebelum diserahkan kepada BPK.

Langkah-langkah teknis yang biasa diterapkan dalam pengelolaan kewajiban, antara lain:

1. Penerimaan Utang
Berdasarkan Nota Kredit yang menunjukkan telah masuknya penerimaan
pembiayaan ke rekening kas daerah, Fungsi Akuntansi PPKD mengakui adanya
kewajiban jangka panjang dengan mencatat jurnal “ Kas di Kas Daerah” di debit dan
“Kewajiban Jangka Panjang (sesuai rincian objek terkait)” dikredit, dengan jurnal:
Uraian Debit Kredit
Kas di Kas Daerah XXX
Kewajiban Jangka Panjang…… XXX

Sebagai transaksi realisasi anggaran terhadap realisasi penerimaan pembiayaan,


Fungsi Akuntansi PPKD mencatat “Estimasi Perubahan SAL” di debit dan “Penerimaan
Pembiayaan” di kredit dengan jurnal:

Uraian Debit Kredit


Estimasi Perubahan SAL XXX
Penerimaan Pembiayaan XXX

2. Pembayaran Kewajiban
Realisasi pembayaran kewajiban dilakukan melalui proses penatausahaan yang
dimulai dari pengajuan SPP, pembuatan SPM hingga penerbitan SP2D. Berdasarkan
SP2D tersebut, Fungsi Akuntansi PPKD mencatat “Kewajiban Jangka Panjang (sesuai
rincian objek terkait)” di debit dan “Kas di Kas Daerah” di kredit dengan jurnal:

72
Uraian Debit Kredit
Kewajiban Jangka Panjang…… XXX
Kas di Kas Daerah XXX

Sebagai transaksi realisasi anggaran terhadap realisasi pengeluaraan pembiayaan,


Fungsi Akuntansi PPKD juga mencatat “Pengeluaran Pembiayaan” di debit dan
“Estimasi Perubahan SAL” di kredit dengan jurnal:

Uraian Debit Kredit


Pengeluaran Pembiayaan XXX
Estimasi Perubahan SAL XXX

3. Reklasifikasi Utang
Berdasarkan Dokumen Perjanjian Utang, Fungsi Akuntansi PPKD menyiapkan bukti
memorial terkait pengakuan bagian utang jangka panjang yang harus dibayar tahun ini.
Setelah diotorisasi oleh PPKD, bukti memorial tersebut menjadi dasar bagi Fungsi
Akuntansi PPKD untuk melakukan pengakuan reklasifikasi dengan mencatat
“Kewajiban Jangka Panjang” di debit dan “Bagian Lancar Utang Jangka Panjang” di
kredit dengan jurnal:
Uraian Debit Kredit
Kewajiban Jangka Panjang XXX
Bagian Lancar Utang Jangka Panjang XXX

8. Akuntansi Kewajiban pada SKPD

Pihak-pihak yang terkait dalam prosedur akuntansi kewajiban SKPD adalah:

a) Pejabat Penatausahaan Keuangan (PPK-SKPD)


Dalam sistem akuntansi kewajiban, PPK-SKPD melaksanakan fungsi akuntansi pada
SKPD dengan memiliki tugas sebagai berikut:
1) mencatat transaksi/kejadian investasi lainnya berdasarkan bukti-bukti
transaksi yang sah ke Buku Jurnal Umum;

73
2) memposting jurnal-jurnal transaksi/kejadian investasi ke dalam Buku Besar
masing-masing rekening (rincian objek);
3) menyusun laporan keuangan, yang terdiri dari Laporan Realisasi Anggaran
(LRA), Laporan Operasional (LO), Laporan Perubahan Ekuitas (LPE),
Neraca dan Catatan atas Laporan Keuangan (CaLK).

b) Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan (PPTK)


Dalam sistem akuntansi kewajiban, PPTK melaksanakan fungsi untuk pengadaan
barang/jasa kegiatan, dengan memiliki tugas sebagai berikut:
1) melakukan pembelian/pengadaan barang/jasa berdasarkan kebutuhan
kegiatan dengan menggunakan nota pesanan/ dokumen lain yang
dipersamakan;
2) menerima barang berdasarkan nota pesanan dengan dibuktikan dengan Berita
Acara Serah Terima Barang (BAST);
3) menyiapkan dokumen pembayaran.

c) Pejabat Pengelola Keuangan Daerah (PPKD)


Dalam sistem akuntansi kewajiban, PPKD terlibat dalam hal pengadaan barang/jasa
oleh SKPD dilakukan dengan mekanisme pembayaran LS, sehingga fungsi akuntansi
PPKD memiliki tugas:
1) Menyampaikan dokumen transaksi yang dilakukan dengan mekanisme LS
kepada SKPD;
2) Melakukan pengecekan terhadap transaksi konsolidasi antara PPKD dan
SKPD untuk meyakinkan kebenaran pencatatan yang dilakukan oleh fungsi
akuntansi SKPD.

d) Penguna Anggaran (PA/KPA)


Dalam sistem akuntansi kewajiban, PA/KPA menandatangani laporan keuangan
yang telah disusun oleh Fungsi Akuntansi SKPD.

Langkah-langkah teknis yang biasa diterapkan dalam pengelolaan kewajiban, antara lain:

Ketika SKPD melakukan suatu transaksi pembelian barang dan jasa yang telah dilaksanakan
dan pelunasan belum dilakukan sehingga terjadi utang, berdasarkan pendekatan beban PPK-
SKPD akan mengakui adanya utang/kewajiban akibat transaksi tersebut dengan mencatat

74
“Beban…. (sesuai rincian objek terkait)” di debit dan “Utang Belanja” di kredit dengan
jurnal:

Jurnal LO dan Neraca

Uraian Debit Kredit


Beban………….. XXX
Utang Belanja XXX

Disamping pendekatan beban, terdapat pendekatan lain yaitu menggunakan pendekatan aset.
Maka dalam kasus pembelian aset tetap dan pelunasan belum dilakukan, PPK-SKPD
mencatat “Aset Tetap” di debit dan “Utang Belanja” di kredit dengan jurnal:

Jurnal LO atau Neraca

Uraian Debit Kredit


Aset Tetap XXX
Utang Belanja XXX

Pada saat SKPD melakukan pembayaran utang, maka PPK-SKPD mencatat “Utang Belanja”
di debit dan “Kas di Bendahara Pengeluaran” (untuk kasus belanja menggunakan UP) atau
“RK PPKD” (untuk kasus belanja dengan mekanisme LS) di kredit dengan jurnal:

Uraian Debit Kredit


Utang Belanja XXX
Kas di Bendahara Pengeluaran XXX

ATAU

Uraian Debit Kredit


Utang Belanja XXX
RK PPKD XXX

D. EKUITAS

75
Secara umum, neraca menggambarkan posisi keuangan pemerintah daerah mengenai
aset, kewajiban, dan ekuitas pada tanggal tertentu. pemerintah daerah mengklasifikasikan
asetnya dalam aset lancar dan nonlancar serta mengklasifikasikan kewajibannya menjadi
kewajiban jangka pendek dan jangka panjang dalam neraca. Sedangkan ekuitas adalah
kekayaan bersih pemerintah yang merupakan selisih antara aset dan kewajiban pemerintah
pada tanggal laporan. Akun ekuitas pada Pemerintah Daerah terdiri dari:

1) Ekuitas
Ekuitas adalah kekayaan bersih pemerintah yang merupakan selisih antara asset dan
kewajiban pemerintah pada tanggal laporan. Saldo ekuitas berasal dari ekuitas awal
ditambah (dikurang) oleh Surplus/Defisit LO dan perubahan lainnya seperti koreksi nilai
persediaan, selisih revaluasi Aset Tetap, dan lain-lain.
2) Ekuitas SAL
Ekuitas SAL digunakan untuk mencatat akun perantara dalam rangka penyusunan
Laporan Realisasi Anggaran dan Laporan Perubahan SAL, mencakup antara lain
Estimasi Pendapatan, Estimasi Penerimaan Pembiayaan, Apropriasi Belanja, Apropriasi
Pengeluaran Pembiayaan, dan Estimasi Perubahan SAL, Surplus/Defisit-LRA.
3) Ekuitas untuk Dikonsolidasikan
Ekuitas untuk Dikonsolidasikan digunakan untuk mencatat reciprocal account untuk
kepentingan konsolidasi, yang mencakup antara lain Rekening Koran PPKD.

Penyusunan Laporan Perubahan Ekuitas

Fungsi Akuntansi PPKD/SPKD membuat Laporan Perubahan Ekuitas menggunakan data

76
Ekuitas Awal dan data perubahan ekuitas periode berjalan yang salah satunya diperoleh dari
Laporan Operasional yang telah dibuat sebelumnya. Laporan Perubahan Ekuitas ini akan
menggambarkan pergerakan ekuitas PPKD/SKPD. Berikut adalah contoh format Laporan
Perubahan Ekuitas PPKD/SKPD Pemerintah Provinsi/Kabupaten/Kota:

Beberapa pos-pos yang disajikan di dalam Laporan Perubahan Ekuitas antara lain:

a. Ekuitas awal;
b. Surplus/defisit-LO pada periode bersangkutan;
c. Koreksi yang langsung menambah/mengurangi ekuitas, yang antara lain berasal dari
dampak kumulatif yang disebabkan oleh perubahan kebijakan akuntansi dan koreksi
kesalahan mendasar, seperti:
1) Koreksi kesalahan mendasar dari persediaan yang terjadi pada periode
sebelumnya;
2) Perubahan nilai aset tetap karena revaluasi aset tetap.
d. Ekuitas akhir.

AKUNTANSI KOREKSI KESALAHAN


1. Definisi
Koreksi merupakan tindakan pembetulan secara akuntansi agar akun/pos yang tersaji
dalam laporan keuangan entitas menjadi sesuai dengan yang seharusnya. Kesalahan
merupakan penyajian akun/pos yang secara signifikan tidak sesuai dengan yang seharusnya
yang mempengaruhi laporan keuangan periode berjalan atau periode sebelumnya. Sehingga
koreksi kesalahan merupakan tindakan untuk membetulkan kesalahan penyajian dalam suatu
akun/pos. Koreksi kesalahan diungkapkan pada Catatan atas Laporan Keuangan. Ada
beberapa penyebab bisa terjadinya kesalahan. Antara lain disebabkan karena keterlambatan
penyampaian bukti transaksi oleh pengguna anggaran, kesalahan hitung, kesalahan
penerapan standar dan akuntansi, kelalaian, dan lain-lain. Kesalahan juga bisa ditemukan di
periode yang sama saat kesalahan itu dibuat, namun bisa pula ditemukan pada periode di
masa depan. Itulah sebabnya akan ada perbedaan perlakuan terhadap beberapa kesalahan
tersebut.

2. Klasifikasi
Ditinjau dari sifat kejadiannya, terdapat 2 (dua) jenis kesalahan yaitu:

a. Kesalahan tidak berulang

77
Kesalahan tidak berulang adalah kesalahan yang diharapkan tidak akan terjadi kembali.
Dapat dikelompokkan menjadi 2 (dua) jenis:
i. Kesalahan tidak berulang yang terjadi pada periode berjalan
ii. Kesalahan tidak berulang yang terjadi pada periode sebelumnya
1. Ditemukan kesalahan saat Laporan Keuangan belum diterbitkan
2. Ditemukan kesalahan saat Laporan Keuangan sudah diterbitkan

b. Kesalahan berulang
Kesalahan berulang merupakan kesalahan yang disebabkan sifat alamiah (normal)
dari jenis-jenis transaksi tertentu yang diperkirakan akan terjadi secara berulang. Misalnya
penerimaan pajak dari wajib pajak yang memerlukan koreksi sehingga perlu dilakukan
restitusi atau tambahan pembayaran dari wajib pajak.
Sistem akuntansi koreksi kesalahan yang diatur dalam modul ini adalah sistem
akuntansi koreksi kesalahan yang terjadi di SKPD dan sistem akuntansi koreksi kesalahan
yang terjadi di PPKD. Penyebab terjadinya kesalahan antara lain disebabkan karena
keterlambatan penyampaian bukti transaksi oleh pengguna anggaran, kesalahan hitung,
kesalahan penerapan standar dan akuntansi, kelalaian, dan lain-lain. Kesalahan juga bisa
ditemukan di periode yang sama saat kesalahan itu dibuat, namun bisa pula ditemukan pada
periode di masa depan. Itulah sebabnya akan ada perbedaan perlakuan terhadap beberapa
kesalahan tersebut. Dari sifat kejadiannya, koreksi kesalahan dapat terjadi berulang dan tidak
berulang.

3. Pihak-pihak terkait
Pihak-pihak yang terkait dalam sistem akuntansi koreksi kesalahan di SKPD terdiri atas
PPK-SKPD dan PA/KPA. Sedangkan pihak-pihak yang terkait dalam sistem akuntansi
koreksi kesalahan di PPKD terdiri atas fungsi Akuntansi PPKD dan PPKD.

4. Dokumen yang digunakan


Dokumen yang digunakan dalam sistem akuntansi kewajiban antara lain:
a. Peraturan Kepala Daerah tentang Kebijakan Akuntansi Pemerintah Daerah;
b. Bukti Memorial/Dokumen lain yang dipersamakan;
c. SP2D.

5. Jurnal standar dan ilustrasi


a. Kesalahan tidak berulang
i. Kesalahan tidak berulang yang terjadi pada periode berjalan

78
Kesalahan jenis ini, baik yang mempengaruhi posisi kas maupun yang tidak, dilakukan
dengan pembetulan pada akun yang bersangkutan dalam periode berjalan. Baik pada akun
pendapatan LRA, belanja, pendapatn LO, maupun beban.

Ilustrasi:
Pengembalian pendapatan hibah yang diterima pada tahun yang bersangkutan kepada
pemerintah pusat karena terjadi kesalahan pengiriman oleh pemerintah pusat.
Jurnal Semula:
Jurnal LO dan Neraca
Uraian Debit Kredit
Kas di Kas Daerah XXX
Pendapatan Hibah dari Pemerintah-LO XXX

Jurnal LRA
Uraian Debit Kredit
Perubahan SAL XXX
Pendapatan Hibah dari Pemerintah-LRA XXX

Jurnal koreksi:
Jurnal LO dan Neraca
Uraian Debit Kredit
Pendapatan Hibah dari Pemerintah-LO XXX
Kas di Kas daerah XXX

Jurnal LRA
Uraian Debit Kredit
Pendapatan Hibah dari Pemerintah-LO XXX
Perubahan SAL XXX

ii. Kesalahan tidak berulang yang terjadi pada periode sebelumnya


1. Kesalahan ditemukan pada saat Laporan Keuangan belum diterbitkan
Apabila laporan keuangan belulm diterbitkan, maka dilakukan dengan pembetulan pada
akun yang bersangkutan, baik pada akun pendapatan-LRA atau akun belanja, maupun
akun pendapatan-LO atau akun beban.

79
Ilustrasi:
Terjadi pengembalian belanja pegawai tahun lalu karena salah perhitungan jumlah gaji.
Jurnal semula:
Asumsi pelaksanaan anggaran mengikuti kode rekening Bagan Akun Standar (BAS)
Jurnal LO dan Neraca
Uraian Debit Kredit
Beban Pegawai-LO XXX
RK PPKD XXX

Jurnal LRA
Uraian Debit Kredit
Belanja Pegawai-LRA XXX
Perubahan SAL XXX

Jurnal koreksi:
Jurnal LO dan Neraca
Uraian Debit Kredit
RK PPKD XXX
Beban Pegawai-LO XXX

Jurnal LRA
Uraian Debit Kredit
Perubahan SAL XXX
Belanja Pegawai-LRA XXX

2. Kesalahan ditemukan pada saat Laporan Keuangan sudah diterbitkan


Koreksi kesalahan atas pengeluaran belanja sehingga mengakibatkan penerimaan kembali
belanja yang tidak berulang yang terjadi pada periode-periode sebelumnya dan menambah
posisi kas, apabila laporan keuangan periode tersebut sudah diterbitkan, dilakukan dengan
pembetulan pada akun pendapatan lain-lain LRA. Dalam hal mengakibatkan pengurangan
kas dilakukan dengan pembetulan pada akun Saldo Anggaran Lebih.
Ilustrasi:
Terjadi pengembalian belanja pegawai tahun lalu karena salah perhitungan jumlah gaji.

80
Jurnal semula:
Asumsi pelaksanaan anggaran mengikuti kode rekening BAS
Jurnal LO dan Neraca
Uraian Debit Kredit
Beban Gaji Pokok PNS-LO XXX
Kas di Bendahara Pengluaran XXX

Jurnal LRA
Uraian Debit Kredit
Belanja Gaji Pokok PNS-LRA XXX
Perubahan SAL XXX

Jurnal koreksi:
Jurnal LO dan Neraca
Uraian Debit Kredit
Kas di daerah XXX
Ekuitas XXX

Jurnal LRA
Uraian Debit Kredit
Perubahan SAL XXX
Surplus/Defisit LRA XXX

b. Kesalahan berulang dan sistematik


adalah kesalahan yang disebabkan alamiah (normal) dari jenis-jenisn transaksi tertentu yang
diperkirakan akan terjadi secara berulang. Contohnya adalah penerimaan pajak dari wajib
pajak yang memerlukan koreksi sehingga perlu dilakukan restitusi atau tambahan
pembayaran dari wajib pajak.
Kesalahan berulang tidak memerlukan koreksi melainkan dicatat pada saat terjadi
pengeluaran kas untuk mengembalikan kelebihan pendapatan dengan mengurangi
pendapatan-LRA maupun pendapatan-LO yang bersangkutan.
Ilustrasi:

81
Pada tanggal 15 Mei 2017, Dinas Pendapatan Pemkot A menerima pendapatan hotel bulan
April dari Hotel ABC sebesar Rp 35.000.000,-
Asumsi pelaksanaan anggaran mengikuti kode rekening BAS
Jurnal LO dan Nerca
Uraian Debit Kredit
Kas di Kas Daerah 35.000.000
Pajak Hotel -LO 35.000.000

Jurnal LRA
Uraian Debit Kredit
Perubahan SAL 35.000.000
Pajak Hotel -LRA 35.000.000

Ilustrasi:
Pada tanggal 25 Mei 207, atas pajak hotle yang diterima dari Hotel ABC dan terjadi
kelebihan pembayaran sebesar Rp7.000.000,-
Jurnal LO dan Neraca
Uraian Debit Kredit
Pajak Hotel-LO 7.000.000
Kas di Kas Daerah 7.000.000

Jurnal LRA
Uraian Debit Kredit
Pajak Hotel-LRA 7.000.000
Perubahan SAL 7.000.000

PELAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH


1. Penyusunan Laporan Keuangan PPKD
Laporan Keuangan pada tingkat PPKD yang dihasilkan melalui proses akuntansi
secara periodik yang dilakukan oleh Fungsi Akuntansi PPKD. Jurnal dan posting yang
telah dilakukan terhadap transaksi keuangan menjadi dasar dalam penyusunan laporan
keuangan.
Dari 7 Laporan Keuangan wajib yang terdapat dalam Peraturan Pemerintah Nomor
71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan, terdapat 5 Laporan Keuangan yang

82
dibuat oleh PPKD sebagai entitas akuntansi, yaitu:
a. Laporan Realisasi Anggaran (LRA);
b. Neraca;
c. Laporan Operasional (LO);
d. Laporan Perubahan Ekuitas (LPE); dan
e. Catatan atas Laporan Keuangan (CaLK).

Pihak-pihak yang terkait dalam prosedur penyusunan laporan keuangan adalah:


a. Fungsi Akuntansi PPKD
b. PPKD

Langkah-langkah teknis penyusunan laporan keuangan PPKD, meliputi:


1) Menyiapkan Kertas Kerja
Fungsi Akuntansi PPKD menyiapkan kertas kerja (worksheet) yang merupakan alat
bantu untuk menyusun Laporan Keuangan yang berguna untuk mempermudah proses
pembuatan laporan keuangan yang dihasilkan secara manual.
Format kertas kerja dapat disesuaikan sesuai dengan perkembangan kebutuhan
dengan informasi minimal yang harus termuat di dalamnya tercantum dalam tabel
sebagai berikut.

Prosedur pengisian kertas kerja adalah sebagai berikut:


a) Mengisi Neraca Saldo Sebelum Penyesuaian
Fungsi Akuntansi PPKD melakukan rekapitulasi saldo-saldo buku besar
menjadi neraca saldo. Angka-angka neraca saldo tersebut diletakkan di kolom
“Neraca Saldo”.
b) Membuat Jurnal Penyesuaian
Selanjutnya ialah membuat jurnal penyesuaian dengan tujuan melakukan
penyesuaian atas saldo pada akun-akun tertentu dan pengakuan atas transaksi-
transaksi yang bersifat akrual. Jurnal penyesuaian tersebut diletakkan dalam

83
kolom “Penyesuaian”.
Jurnal penyesuaian yang diperlukan antara lain digunakan untuk:
 Koreksi kesalahan/Pemindahbukuan
 Pencatatan jurnal yang belum dilakukan
 Pencatatan piutang, persediaan dan atau aset lainnya pada akhir tahun
c) Membuat Neraca Saldo Setelah Penyesuaian
Fungsi Akuntansi PPKD melakukan penyesuaian atas neraca saldo
berdasarkan jurnal penyesuaian yang telah dibuat sebelumnya. Nilai yang telah
disesuaikan diletakkan pada kolom “Neraca Saldo Setelah Penyesuaian”.
2) Menyusun Laporan Keuangan
a) Menyusun LRA, membuat jurnal penutup LRA, dan Neraca Saldo setelah Penutupan
LRA
Berdasarkan Neraca Saldo yang telah disesuaikan, Fungsi Akuntansi PPKD
mengidentifikasi akun-akun yang termasuk dalam komponen Laporan Realisasi
Anggaran dan kemudian disajikan dalam “Laporan Realisasi Anggaran”.
Bersamaan dengan pembuatan LRA, Fungsi Akuntansi PPKD membuat
jurnal penutup. Prinsip penutupan ini adalah membuat nilai akun-akun LRA
menjadi 0. Jurnal penutup tersebut dilakukan dalam 3 tahap, sebagai berikut:
i. Jurnal Penutup untuk menutup jurnal penganggaran yang dibuat di awal
tahun anggaran
Uraian Debit Kredit
Apropriasi Belanja XXX
Apropriasi Pengeluaran Pembiayaan XXX
Pengeluaran Pembiayaan XXX
Estimasi Pendapatan XXX
Estimasi Penerimaan Pembiayaan XXX

ii. Jurnal Penutup untuk realisasi anggaran, ditutup pada akun surplus/defisit-
LRA
Uraian Debit Kredit
Pendapatan – LRA XXX
Penerimaan Pembiayaan XXX
Belanja XXX
Pengeluaran Pembiayaan XXX

84
Surplus/Defisit - LRA XXX

iii. Jurnal Penutup untuk menutup akun surplus/defisit – LRA pada akun
Estimasi Perubahan SAL yang terbentuk selama transaksi.
Uraian Debit Kredit
Surplus/Defisit- LRA XXX
Estimasi Perubahan SAL XXX
Kemudian setelah membuat jurnal penutup, Fungsi Akuntansi PPKD
menyusun Neraca Saldo setelah Penutupan LRA. Berikut ini adalah format LRA
PPKD:

85
b) Menyusun LO, jurnal penutup LO, dan Neraca Saldo setelah Penutupan LO

86
Fungsi Akuntansi PPKD mengidentifikasi akun-akun yang termasuk dalam
komponen Laporan Operasional untuk kemudian membuat Laporan Operasional.
Bersamaan dengan pembuatan LO, Fungsi Akuntansi PPKD membuat jurnal
penutup. Prinsip penutupan ini adalah membuat nilai akun-akun LO menjadi 0.
Berikut ini contoh jurnal penutup LO.
Uraian Debit Kredit
Pendapatan-LO XXX
Surplus/Defisit...-LO XXX
Beban XXX
Kemudian setelah membuat jurnal penutup, Fungsi Akuntansi PPKD
menyusun Neraca Saldo setelah Penutupan LO. Berikut ini adalah format LO
PPKD:

87
88
c) Menyusun Neraca, jurnal penutup akhir, dan Neraca Saldo Akhir
Berdasarkan Neraca Saldo setelah Penutupan LO, Fungsi Akuntansi PPKD
membuat Neraca. Bersamaan dengan pembuatan Neraca, Fungsi Akuntansi PPKD
membuat jurnal penutup akhir untuk menutup akun Surplus/Defisit…–LO ke akun
Ekuitas. Berikut contoh jurnal penutup akhir.
Uraian Debit Kredit
Surplus/Defisit...-LO XXX
Ekuitas XXX
Setelah membuat jurnal penutup akhir, Fungsi Akuntansi PPKD menyusun
Neraca Saldo Akhir yang akan menjadi Neraca Awal untuk periode akuntansi yang
selanjutnya. Berikut merupakan contoh format neraca PPKD Pemerintah
Provinsi/Kabupaten/Kota.

89
90
d) Menyusun Laporan Perubahan Ekuitas
Selanjutnya, Fungsi Akuntansi PPKD membuat Laporan Perubahan Ekuitas
menggunakan data Ekuitas Awal dan data perubahan ekuitas periode berjalan yang
salah satunya diperoleh dari Laporan Operasional yang telah dibuat sebelumnya.
Laporan Perubahan Ekuitas ini akan menggambarkan pergerakan ekuitas PPKD.
Berikut ini merupakan contoh format Laporan Perubahan Ekuitas PPKD
Pemerintah Provinsi/Kabupaten/Kota.

e) Menyusun Catatan atas Laporan Keuangan


Catatan atas Laporan Keuangan meliputi penjelasan naratif atau rincian dari
angka yang tertera dalam Laporan Realisasi Anggaran, Laporan Operasional,
Laporan Perubahan Ekuitas, dan Neraca. Hal-hal yang diungkapkan di dalam Catatan
atas Laporan Keuangan antara lain:
i. Informasi umum tentang Entitas Pelaporan dan Entitas Akuntansi;
ii. Informasi tentang kebijakan fiskal/keuangan dan ekonomi makro;
iii. Ikhtisar pencapaian target keuangan selama tahun pelaporan berikut kendala
dan hambatan yang dihadapi dalam pencapaian target;
iv. Informasi tentang dasar penyusunan laporan keuangan dan kebijakan-
kebijakan akuntansi yang dipilih untuk diterapkan atas transaksi-transaksi
dan kejadian-kejadian penting lainnya;
v. Rincian dan penjelasan masing-masing pos yang disajikan pada lembar muka
laporan keuangan;
vi. Informasi yang diharuskan oleh Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan

91
yang belum disajikan dalam lembar muka laporan keuangan; dan
vii. Informasi lainnya yang diperlukan untuk penyajian yang wajar, yang tidak
disajikan dalam lembar muka laporan keuangan.
Berikut ini merupakan contoh format Catatan atas Laporan Keuangan
Pemerintah Provinsi/Kabupaten/Kota.

2. Penyusunan Laporan Keuangan SKPD


Laporan Keuangan yang dihasilkan pada tingkat SKPD dihasilkan melalui proses
akuntansi lanjutan yang dilakukan oleh PPK-SKPD. Jurnal dan posting yang telah dilakukan
terhadap transaksi keuangan menjadi dasar dalam penyusunan laporan keuangan.
Dari 7 Laporan Keuangan wajib yang terdapat dalam Peraturan Pemerintah Nomor 71
Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan, terdapat 5 Laporan Keuangan yang
dibuat oleh SKPD, yaitu:

92
a. Laporan Realisasi Anggaran (LRA);
b. Neraca;
c. Laporan Operasional (LO);
d. Laporan Perubahan Ekuitas (LPE); dan
e. Catatan atas Laporan Keuangan (CaLK).

Pihak-pihak yang terkait dalam prosedur penyusunan laporan keuangan adalah:


a) Pejabat Penatausahaan Keuangan (PPK-SKPD)
b) Pengguna Anggaran

Gambar 2.11. Proses Penyusunan Laporan Keuangan PPKD dan SKPD

Langkah-langkah teknis penyusunan laporan keuangan SKPD, meliputi:


1) Menyiapkan Kertas Kerja
PPK-SKPD menyiapkan kertas kerja (worksheet) sebagai alat untuk menyusun
Laporan Keuangan. Kertas kerja adalah alat bantu yang digunakan dalam proses pembuatan
Laporan Keuangan. Kertas kerja berguna untuk mempermudah proses pembuatan laporan
keuangan yang dihasilkan secara manual. Bentuknya format sama dengan yang terdapat
pada PPKD.

93
Prosedur pengisian kertas kerja masih sama dengan yang dilakukan pada PPKD, yaitu:
a) Mengisi Neraca Saldo Sebelum Penyesuaian
PPK-SKPD melakukan rekapitulasi saldo-saldo buku besar menjadi neraca
saldo. Angka-angka neraca saldo tersebut diletakkan di kolom “Neraca Saldo”.
b) Membuat Jurnal Penyesuaian
Selanjutnya ialah membuat jurnal penyesuaian dengan tujuan melakukan
penyesuaian atas saldo pada akun-akun tertentu dan pengakuan atas transaksi-
transaksi yang bersifat akrual. Jurnal penyesuaian tersebut diletakkan dalam kolom
“Penyesuaian”.
Jurnal penyesuaian yang diperlukan antara lain digunakan untuk:
 Koreksi kesalahan/Pemindahbukuan
 Pencatatan jurnal yang belum dilakukan
 Pencatatan piutang, persediaan dan atau aset lainnya pada akhir tahun
c) Membuat Neraca Saldo Setelah Penyesuaian
PPK-SKPD melakukan penyesuaian atas neraca saldo berdasarkan jurnal
penyesuaian yang telah dibuat sebelumnya. Nilai yang telah disesuaikan diletakkan
pada kolom “Neraca Saldo Setelah Penyesuaian”.

2) Menyusun Laporan Keuangan


a) Menyusun LRA, membuat jurnal penutup LRA, dan Neraca Saldo setelah Penutupan
LRA
Berdasarkan Neraca Saldo yang telah disesuaikan, Akuntansi SKPD
mengidentifikasi akun-akun yang termasuk dalam komponen Laporan Realisasi
Anggaran dan kemudian disajikan dalam “Laporan Realisasi Anggaran”.
Bersamaan dengan pembuatan LRA, Akuntansi SKPD juga membuat jurnal
penutup. Prinsip penutupan ini adalah membuat nilai akun-akun LRA menjadi 0.
Berikut ini contoh jurnal penutup LRA. Jurnal penutup tersebut dilakukan dalam 3
tahap, sebagai berikut:
i. Jurnal Penutup untuk menutup jurnal penganggaran yang dibuat di awal tahun
anggaran
Uraian Debit Kredit
Apropriasi Belanja XXX
Estimasi Perubahan SAL XXX
Estimasi Pendapatan XXX

94
ii. Jurnal Penutup untuk realisasi anggaran, ditutup pada akun surplus/defisit–LRA
Uraian Debit Kredit
Pendapatan–LRA XXX
Belanja XXX
Surplus/Defisit-LRA XXX

iii. Jurnal Penutup untuk menutup akun surplus/defisit–LRA pada akun Estimasi
Perubahan SAL yang terbentuk selama transaksi.
Uraian Debit Kredit
Surplus/Defisit-LRA XXX
Estimasi Perubahan SAL XXX
Kemudian, setelah membuat jurnal penutupan, Akuntansi SKPD menyusun
Neraca Saldo setelah Penutupan LRA. Berikut ini adalah format LRA pendapatan
dan belanja SKPD.

3) Menyusun LO, jurnal penutup LO dan Neraca Saldo setelah Penutupan LO


Berdasarkan Neraca Saldo setelah Penutupan LRA, Akuntansi SKPD
mengidentifikasi akun-akun yang termasuk dalam komponen Laporan Operasional untuk

95
kemudian disajikan dalam Laporan Operasional.
Bersamaan dengan pembuatan LO, Akuntansi SKPD juga membuat jurnal
penutup. Prinsip penutupan ini adalah membuat nilai akun-akun LO menjadi 0.
Kemudian, setelah membuat jurnal penutupan, Akuntansi SKPD menyusun Neraca
Saldo setelah Penutupan LO. Berikut ini contoh jurnal penutup LO dan format LO.
Uraian Debit Kredit
Pendapatan-LO XXX
Surplus/Defisit...-LO XXX
Beban XXX

(3) Menyusun Neraca, membuat jurnal penutup akhir, dan Neraca Saldo akhir
Berdasarkan Neraca Saldo setelah Penutupan LO, Akuntansi SKPD
membuat Neraca. Bersamaan dengan pembuatan Neraca, Akuntansi SKPD membuat
jurnal penutup akhir untuk menutup akun Surplus (Defisit) – LO ke akun Ekuitas.
Berikut ini contoh jurnal penutup akhir.
Uraian Debit Kredit
Surplus/Defisit...-LO XXX
Ekuitas XXX

96
Kemudian, setelah membuat jurnal penutup akhir, Akuntansi SKPD
menyusun Neraca Saldo Akhir. Neraca Saldo Akhir ini akan menjadi Neraca Awal
untuk periode akuntansi yang selanjutnya. Berikut ini merupakan contoh format
Neraca SKPD Pemerintah Provinsi/Kabupaten/Kota.

97
(4) Menyusun Laporan Perubahan Ekuitas
Selanjutnya, Akuntansi SKPD membuat Laporan Perubahan Ekuitas

98
menggunakan data Ekuitas Awal dan data perubahan ekuitas periode berjalan yang
salah satunya diperoleh dari Laporan Opersional yang telah dibuat sebelumnya.
Laporan Perubahan Ekuitas ini akan menggambarkan pergerakan ekuitas SKPD.
Berikut ini merupakan contoh format Laporan Perubahan Ekuitas

(5) Menyusun Catatan atas Laporan Keuangan


Catatan atas Laporan Keuangan meliputi penjelasan naratif atau rincian dari angka yang
tertera dalam Laporan Realisasi Anggaran, Laporan Perubahan SAL, Laporan Operasional,
Laporan Perubahan Ekuitas, Neraca, dan Laporan Arus Kas. Hal-hal yang diungkapkan
di dalam Catatan atas Laporan Keuangan antara lain:
i. Informasi umum tentang Entitas Pelaporan dan Entitas Akuntansi;
ii. Informasi tentang kebijakan fiskal/keuangan dan ekonomi makro;
iii. Ikhtisar pencapaian target keuangan selama tahun pelaporan berikut kendala dan
hambatan yang dihadapi dalam pencapaian target;
iv. Informasi tentang dasar penyusunan laporan keuangan dan kebijakan-kebijakan
akuntansi yang dipilih untuk diterapkan atas transaksi-transaksi dan kejadian-
kejadian penting lainnya. Rincian dan penjelasan masing-masing pos yang disajikan
pada lembar muka laporan keuangan;
v. Informasi yang diharuskan oleh Pernyataan Standar
vi. Akuntansi Pemerintahan yang belum disajikan dalam lembar muka laporan
keuangan; dan
vii. Informasi lainnya yang diperlukan untuk penyajian yang wajar, yang tidak disajikan
dalam lembar muka laporan keuangan.
Berikut ini merupakan contoh format Catatan atas Laporan Keuangan SKPD
Pemerintah Provinsi/Kabupaten/Kota.

99
3. Penyusunan Laporan Keuangan Konsolidasian Pemerintah Daerah
Laporan Keuangan Konsolidasian adalah suatu laporan keuangan yang merupakan
gabungan keseluruhan laporan keuangan entitas pelaporan, atau entitas akuntansi, sehingga
tersaji sebagai satu entitas tunggal.
Laporan keuangan pemerintah daerah disusun dengan melakukan proses konsolidasi dari
seluruh laporan keuangan entitas akuntansi yang terdapat pada pemerintah daerah. Neraca
saldo dari semua entitas akuntansi SKPD dan entitas akuntansi PPKD menjadi dasar dalam
penyusunan laporan keuangan.
Terdapat 7 Laporan Keuangan yang dibuat oleh PPKD, yaitu:
a. Laporan Realisasi Anggaran (LRA);
b. Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih (SAL);
c. Neraca;
d. Laporan Operasional (LO);

100
e. Laporan Arus Kas (LAK);
f. Laporan Perubahan Ekuitas (LPE); dan
g. Catatan atas Laporan Keuangan (CaLK).

Gambar 2.12. Proses Penyusunan Laporan Keuangan Konsolidasi Pemda

Pihak-pihak yang melaksanakan penyusunan laporan keuangan pemerintah daerah


adalah sebagai berikut :
a. Fungsi Akuntansi PPKD
b. PPKD

Langkah-langkah teknis penyusunan laporan konsolidasi pemda, meliputi:


1) Menyiapkan Kertas Kerja Konsolidasi
Fungsi Akuntansi PPKD menyiapkan kertas kerja (worksheet) dengan lajur sesuai
banyaknya SKPD dan PPKD sebagai alat untuk menyusun Neraca Saldo Gabungan
SKPD dan PPKD. Kertas kerja ini adalah alat bantu yang digunakan untuk menyiapkan
kolom neraca saldo pemerintah daerah dalam kertas kerja penyusunan Laporan

101
Keuangan Pemerintah Daerah untuk mempermudah proses pembuatan laporan
keuangan secara manual.
Neraca Saldo SKPD dan Neraca Saldo PPKD yang dimasukkan kedalam kertas
kerja konsolidasi adalah Neraca Saldo yang sudah disesuaikan. Setelah memasukkan
semua neraca saldo kedalam kertas kerja konsolidasi, Fungsi Akuntansi PPKD membuat
jurnal eliminasi untuk menghapus akun transitoris yaitu RK PPKD dan RK SKPD.
Berdasarkan Neraca Saldo SKPD dan Neraca Saldo PPKD serta Jurnal Eliminasi,
Fungsi Akuntansi PPKD mengisi Neraca Saldo Pemerintah Daerah.
Untuk eliminasi kedua akun tersebut, fungsi akuntansi PPKD mencatat “RK-
PPKD” di debit dan “RK-SKPD” di kredit dengan jurnal:
Uraian Debit Kredit
RK-PPKD XXX
RK-SKPD XXX

Format kertas kerja dapat disesuaikan sesuai dengan perkembangan kebutuhan


dengan informasi minimal yang harus termuat di dalamnya tercantum dalam tabel
sebagai berikut

2) Menyusun Laporan Keuangan Konsolidasi


a. Menyusun LRA, membuat jurnal penutup LRA, dan Neraca Saldo setelah
Penutupan LRA
Berdasarkan Neraca Saldo Pemerintah Daerah, Fungsi Akuntansi PPKD
mengidentifikasi akun-akun yang termasuk dalam komponen Laporan Realisasi
Anggaran dan kemudian disajikan dalam “Laporan Realisasi Anggaran”.

102
Nilai kolom debit dan kredit pada kolom “Laporan Realisasi Anggaran”
dijumlahkan. Selisih antara kedua nilai ini merupakan nilai “SILPA tahun
berjalan”. Nilai ini ditempatkan di bawah kolom yang nilainya lebih kecil, sehingga
akan diperoleh nilai yang seimbang antara kolom debit dan kredit.
Bersamaan dengan pembuatan LRA, PPKD juga membuat jurnal penutup
untuk membuat nilai akun-akun LRA menjadi 0. Berikut contoh jurnal penutup
LRA dan format Laporan Realisasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
Uraian Debit Kredit
Pendapatan-LRA XXX
Penerimaan Pembiayaan–LRA XXX
Apropriasi Belanja XXX
Apropriasi Pengeluaran Pembiayaan XXX
Estimasi Perubahan SAL XXX
Belanja XXX
Pengeluaran Pembiayaan–LRA XXX
Estimasi Pendapatan XXX
Estimasi Penerimaan Pembiayaan XXX

103
104
b. Menyusun LO, membuat jurnal penutup LO dan Neraca Saldo setelah Penutupan
LO
Berdasarkan Neraca Saldo setelah Penutupan LRA, Fungsi Akuntansi
PPKD mengidentifikasi akun-akun yang termasuk dalam komponen Laporan
Operasional untuk kemudian membuat Laporan Operasional.
Bersamaan dengan pembuatan LO, PPKD juga membuat jurnal penutup.
Prinsip penutupan ini adalah membuat nilai akun-akun LO menjadi 0. Berikut ini
contoh jurnal penutup LO.
Uraian Debit Kredit
Pendapatan-LO XXX
Surplus/Defisit...-LO XXX
Beban XXX
Kemudian, setelah membuat jurnal penutupan, Akuntansi PPKD menyusun
Neraca Saldo setelah Penutupan LO. Berikut ini merupakan contoh format
Laporan Operasional.

105
c. Menyusun Neraca, membuat jurnal penutup akhir, dan Neraca Saldo Akhir
Berdasarkan Neraca Saldo setelah Penutupan LO, Fungsi Akuntansi PPKD

106
membuat Neraca. Bersamaan dengan pembuatan Neraca, PPKD membuat jurnal
penutup akhir untuk menutup akun Surplus/Defisit–LO ke akun Ekuitas. Berikut
ini contoh jurnal penutup akhir.
Uraian Debit Kredit
Surplus/Defisit...-LO XXX
Ekuitas XXX
Setelah membuat jurnal penutup akhir, Fungsi Akuntansi PPKD menyusun
Neraca Saldo Akhir. Neraca Saldo Akhir ini akan menjadi Neraca Awal untuk
periode akuntansi yang selanjutnya. Berikut ini merupakan contoh format Neraca
Pemerintah Provinsi/Kabupaten/Kota.

107
108
d. Menyusun Laporan Perubahan SAL
Dari Laporan Realisasi Anggaran yang telah dibuat sebelumnya, Fungsi
Akuntansi PPKD dapat menyusun Laporan Perubahan SAL. Laporan Perubahan
SAL ini merupakan akumulasi SiLPA periode berjalan dan tahun-tahun
sebelumnya. Berikut ini merupakan contoh format Laporan Perubahan Saldo
Anggaran Lebih Pemerintah Daerah.

e. Menyusun Laporan Perubahan Ekuitas


Selanjutnya, Fungsi Akuntansi PPKD membuat Laporan Perubahan Ekuitas
menggunakan data Ekuitas Awal dan data perubahan ekuitas periode berjalan yang
salah satunya diperoleh dari Laporan Operasional yang telah dibuat sebelumnya.
Laporan Perubahan Ekuitas ini akan menggambarkan pergerakan ekuitas PPKD.
Berikut ini merupakan contoh format Laporan Perubahan Ekuitas
Pemerintah Daerah.

f. Menyusun Laporan Arus Kas


Laporan Arus Kas disusun oleh Bendahara Umum Daerah. Inti unsur dari
Laporan Arus Kas ialah penerimaan dan pengeluaran kas. Informasi tersebut dapat

109
diperoleh dari Buku Besar Kas dan juga jurnal yang telah dibuat sebelumnya.
Semua transaksi terkait Arus Kas tersebut kemudian diklasifikasikan ke dalam
aktivitas operasi, aktivitas investasi, aktivitas pendanaan, aktivitas transitoris.
Berikut ini merupakan contoh format Laporan Arus Kas Pemerintah Daerah.
Berikut ini merupakan contoh format Laporan Arus Kas Pemerintah Daerah.

110
111
g. Menyusun Catatan atas Laporan Keuangan
Catatan atas Laporan Keuangan meliputi penjelasan atau rincian dari angka
yang tertera dalam Laporan Realisasi Anggaran, Laporan Perubahan SAL, Laporan
Operasional, Laporan Perubahan Ekuitas, Neraca, dan Laporan Arus Kas. Hal-hal
yang diungkapkan di dalam Catatan atas Laporan Keuangan antara lain:
 Informasi umum tentang Entitas Pelaporan dan Entitas Akuntansi;
 Informasi tentang kebijakan keuangan dan ekonomi makro;
 Ikhtisar pencapaian target keuangan selama tahun pelaporan berikut kendala
dan hambatan yang dihadapi dalam pencapaian target;
 Informasi tentang dasar penyusunan laporan keuangan dan kebijakan-
kebijakan akuntansi yang dipilih untuk diterapkan atas transaksi-transaksi dan
kejadian-kejadian penting lainnya;
 Rincian dan penjelasan masing-masing pos yang disajikan pada lembar muka
laporan keuangan;
 Informasi yang diharuskan oleh Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan
yang belum disajikan dalam lembar muka laporan keuangan; dan
 Informasi lainnya yang diperlukan untuk penyajian yang wajar, yang tidak
disajikan dalam lembar muka laporan keuangan.

Berikut ini merupakan contoh format Catatan atas Laporan Keuangan


Pemerintah Provinsi/Kabupaten/Kota.

112
113
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Pemerintah Pusat dan pemerintah daerah saat ini sedang mengupayakan untuk
mengimplementasikan sistem akuntansi berbasi akrual secara penuh. Hal ini telah sesuai
dengan amanat Undang Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara.
Namun demikian, dalam penyusunan anggaran, pemerintah pusat masih menggunakan
basis kas.
2. Sebagai pedoman pelaksanaan sistem akuntansi berbasis akrual pada Pemerintah
Daerah, telah diterbitkan Permendagri No. 64 Tahun 2013 tentang Penerapan SAP
Berbasis Akrual pada Pemerintah Daerah.
3. Sesuai dengan Kebijakan Akuntansi Pemerintah Daerah, terdapat tujuh Laporan
Keuangan Pemerintah Daerah pokok yang terdiri atas Neraca, Laporan Realisasi
Anggaran, Laporan Arus Kas, Laporan Operasional, Laporan Perubahan Ekuitas,
Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih, Catatan atas Laporan Keuangan.

B. Saran
1. Kedepannya, bila pemerintah akan melakukan perubahan sistem akuntansi ataupun
kebijakan akuntansi lainnya, sebaiknya diawali dengan pilot project sehingga
berbagai hambatan ataupun resiko kegagalan dapat dimitigasi.
2. Supaya dapat dikembangkan Kebijakan Akuntansi Pemerintah Daerah dan Sistem
Akuntansi Pemerintah Daerah yang terintegrasi antar pemerintah daerah di
Indonesia.

114
DAFTAR PUSTAKA

Amriani, T. N. 2014. Menyongsong Penerapan Akuntansi Pemerintahan Berbasis Akrual.


Retrived from http://www.bppk.kemenkeu.go.id/berita-makassar/19410-
menyongsong-penerapan-akuntansi-pemerintahan-berbasis-akrual diakses pada 8
Maret 2017 pukul 10.23 WIB
Athukorala, Sarath Lakshman dan Barry Reid. 2003. Accrual Budgeting and Accounting in
Government and Its Relevance for Developing Member Countries. Asian
Development Bank: Manila
Blondal, Jhon R. 2004. Issues in Accrual Budgeting. OECD Journal on Budgeting . Vol.4
N0.1,(103-119)
Riyasa, I Putu. 2009. Tugas dan Wewenang Kuasa BUD. Retrived from http://govauditor
.blogspot.co.id/2009/08/tugas-dan-wewenang-kuasa-bud.html diakses pada 10
Juni 2017 pukul 10.23 WIB
Syahral, Ahmad. 2016. Pengelola Keuangan Daerah. Retrived from http://syahralahmad
.blogspot.co.id/2016/06/pengelola-keuangan-daerah.html diakses pada 11 Juni
2017 pukul 21.57 WIB

Peraturan Pemerintah No. 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan


Peraturan Pemerintah No. 58 tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah
Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 64 Tahun 2013 tentang Penerapan SAP Berbasis
Akrual pada Pemerintah Daerah

Anda mungkin juga menyukai