0
BAB I
PENDAHULUAN
1
Pada awalnya, standar akuntansi yang diterapkan adalah SAP berbasis cash toward
accrual (CTA) yang ditetapkan dengan PP No. 24 Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi
Pemerintah. SAP berbasis CTA tersebut bersifat sementara, sebagaimana terdapat dalam
Pasal 36 ayat (1) Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara yang
menyatakan bahwa selama pengakuan dan pengukuran pendapatan dan belanja berbasis
akrual belum dilaksanakan, digunakan pengakuan dan pengukuran berbasis kas.
Pada awal perencanaan, sesuai dengan Pasal 70 ayat (2) Undang-Undang Nomor 1
Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara ditegaskan bahwa pelaksanaan pengakuan dan
pengukuran pendapatan dan belanja berbasis akrual dilaksanakan selambat-lambatnya pada
tahun anggaran 2008. Akan tetapu pemerintah baru menetapkan SAP berbasis akrual pada
tahun 2010 yaitu dengan Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 tentang SAP, sebagai
pengganti peraturan sebelumnya PP No 24 Tahun 2005 tentang SAP berbasis CTA. SAP
berbasis akrual tersebut menetapkan bahwa selambat-lambatnya diterapkan mulai tahun
anggaran 2015, sehingga pemerintah daerah dapat menggunakan SAP berbasis CTA pada
masa transisi.
Sebagaimana yang tertuang di dalam PP No. 71 Tahun 2010, dinyatakan bahwa
ketentuan lebih lanjut untuk penerapan SAP akrual pada pemerintah daerah diatur lebih
lanjut menggunakan Peraturan Menteri Dalam Negeri (Permendagri). Menindaklanjuti
amanat tersebut, kemudian diterbitkan Permendagri No. 64 Tahun 2013 tentang Penerapan
SAP Berbasis Akrual pada Pemerintah Daerah. Permendagri tersebut merupakan pedoman
dan acuan pemerintah daerah untuk menyiapkan dua instrument yang penting untuk
menerapkan SAP dalam rangka penyusunan dan penyajian laporan keuangan, yaitu:
kebijakan akuntansi dan sistem akuntansi pemerintah daerah.
Di dalam penyusunan kebijakan akuntansi dan sistem akuntansi pemerintah
daerah, harus mengacu kepada beberapa peraturan, yaitu:
1. Standar Akuntansi Pemerintah (SAP-PP No 71 Tahun 2010);
2. Pedoman Umum Sistem Akuntansi Pemerintahan (PUSAP-Peraturan Menteri
Keuangan No. 238/PMK.05/2011);
3. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah
4. Permendagri No. 64 Tahun 2013;
5. Permendagri, Perda, dan Peraturan Kepala Daerah tentang Pengelolaan Keuangan
Daerah (PKD).
Proses akuntansi akan dapat dijalankan dengan baik apabila kebijakan akuntansi dan sistem
akuntansi telah ditetapkan berdasarkan peraturan tersebut.
2
Seiring dengan telah dikeluarkannya Permendagri No. 64 Tahun 2013 dan yang
diharuskan untuk sudah diterapkan pada tahun 2015, maka pada makalah ini sebagaimana
pokok bahasan yaitu akuntansi pemerintah daerah akan membahas akuntansi pemerintah
daerah dengan berpedoman pada Permendagri tersebut. Sehingga dari makalah ini,
diharapkan kita dapat memahami praktek akuntansi pemerintah daerah yang telah sesuai
dengan peraturan yang berlaku.
3
BAB II
PEMBAHASAN
4
2.2 Penyusunan Kebijakan Akuntansi Pemerintah Daerah
Kebijakan akuntansi merupakan instrumen penting dalam penerapan akuntansi
akrual. Dokumen yang ditetapkan dalam peraturan kepala daerah ini harus dipedomani
dengan baik oleh fungsi-fungsi akuntansi, baik di SKPKD maupun di SKPD. Selain itu,
kebijakan akuntansi juga seyogyanya dipedomani oleh pihak-pihak lain seperti perencana
dan tim anggaran pemerintah daerah.
5
6) PSAP 10 tentang Koreksi Kesalahan, Perubahan Kebijakan Akuntansi,
Perubahan Estimasi Akuntansi, dan Operasi yang tidak Dilanjutkan
7) IPSAP dan Buletin Teknis SAP terkait akun
Penelaahan hal diatas perlu juga merujuk pada referensi peraturan perundangan
dan literature lain untuk dapat:
a. Mengidentifikasi akun-akun yang memerlukan pemilihan metode yang khusus atas
pengakuan atau pengukuran.
b. Mengidentifikasi akun-akun yang memerlukan pengaturan yang lebih rinci atas
kebijakan pengakuan dan pengukurannya.
c. Mengidentifikasi hal-hal yang belum diatur di dalam SAP namun dibutuhkan dalam
kebijakan akuntansi pemerintah daerah. Dalam menyusun hal-hal yang belum diatur
di dalam SAP, perlu memperhatikan:
1) PSAP yang mengatur hal-hal yang mirip dengan masalah terkait.
2) Definisi serta kriteria pengakuan dan kriteria pengukuran atas aset, kewajiban,
pendapatan-LO, beban, pendapatan-LRA, belanja, dan penerimaan/pengeluaran
pembiayaan yang ditetapkan dalam Kerangka Konseptual Standar Akuntansi
Pemerintahan dan PSAP.
Hasil pemilihan metode, pengaturan lebih rinci dan pengaturan halhal yang belum
diatur itulah yang kemudian dicantumkan dalam dokumen kebijakan akuntansi.
6
menetapkan seluruh pertimbangan dalam rangka penyajian laporan keuangan,
pedoman struktur laporan keuangan, dan persyaratan minimal isi laporan
keuangan. Laporan keuangan disusun dengan menerapkan basis akrual.
Pengakuan, pengukuran, dan pengungkapan transaksi-transaksi spesifik dan
peristiwa-peristiwa yang lain, mempedomani standar akuntansi pemerintahan.
b) Ruang Lingkup
Kebijakan akuntansi ini berlaku untuk entitas pelaporan dan entitas akuntansi
dalam menyusun laporan keuangan. Entitas pelaporan yaitu pemerintah daerah,
sedangkan entitas akuntansi yaitu SKPD dan PPKD. Tidak termasuk perusahaan
daerah.
c) Basis Akuntansi
Basis akuntansi yang digunakan dalam laporan keuangan pemerintah daerah yaitu
basis akrual. Namun, dalam hal anggaran disusun dan dilaksanakan berdasar basis
kas, maka LRA disusun berdasarkan basis kas.
7
f) Menyediakan informasi mengenai potensi pemerintah daerah untuk
membiayai penyelenggaraan kegiatan pemerintahan; dan
g) Menyediakan informasi yang berguna untuk mengevaluasi
c. Neraca
Neraca terdiri dari tiga komponen utama yaitu :
1) Aset adalah sumber daya ekonomi yang dikuasai dan atau dimiliki oleh
pemerintah daerah, sebagai akibat dari peristiwa masa lalu dan dari mana
manfaat ekonomi dan atau sosial di masa depan diharapkan dapat diperoleh,
baik oleh pemerintah daerah maupun masyarakat, serta dapat diukur dalam
satuan uang, termasuk sumber daya non keuangan yang diperlukan untuk
penyediaan jasa bagi masyarakat umum dan sumber-sumber daya yang
dipelihara karena alasan sejarah dan budaya.
8
2) Kewajiban adalah utang yang timbul dari peristiwa masa lalu yang
penyelesaiannya mengakibatkan aliran keluar sumber daya ekonomi
pemerintah daerah.
3) Ekuitas adalah kekayaan bersih pemerintah daerah yang merupakan selisih
antara aset dan kewajiban pemerintah daerah
9
3) Ikhtisar pencapaian target keuangan selama tahun pelaporan berikut kendala
dan hambatan yang dihadapi dalam pencapaian target;
4) Informasi tentang dasar penyusunan laporan keuangan dan kebijakan-
kebijakan akuntansi yang dipilih untuk diterapkan atas transaksi-transaksi dan
kejadian-kejadian penting lainnya;
5) Rincian dan penjelasan masing-masing pos yang disajikan pada lembar muka
laporan keuangan;
6) Informasi yang diharuskan oleh Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan
yang belum disajikan dalam lembar muka laporan keuangan; dan
7) Informasi lainnya yang diperlukan untuk penyajian yang wajar, yang tidak
disajikan dalam lembar muka laporan keuangan.
10
prinsipnya, SAPD disusun agar para petugas yang menjalankan fungsi akuntansi dapat
memahami dan menjalankan proses akuntansi dengan baik dan benar.
1. Pendapatan – LRA
Pendapatan-LRA adalah semua penerimaan Rekening Kas Umum Daerah yang menambah
Saldo Anggaran Lebih dalam periode tahun anggaran yang bersangkutan yang menjadi hak
pemerintah, dan tidak perlu dibayar kembali oleh pemerintah.
a. Pengakuan
Pendapatan diakui pada saat:
Diterima di Rekening Kas Umum Daerah; atau
Diterima oleh SKPD; atau
Diterima entitas lain diluar pemerintah daerah atas nama BUD.
b. Pengukuran
Akuntansi Pendapatan-LRA dilaksanakan berdasarkan azas bruto, yaitu dengan
membukukan penerimaan bruto, dan tidak mencatat jumlah netonya (setelah
dikompensasikan dengan pengeluaran).
Pendapatan-LRA diukur dengan menggunakan nilai nominal kas yang masuk ke kas
daerah dari sumber pendapatan dengan menggunakan asas bruto, yaitu pendapatan
dicatat tanpa dikurangkan/dikompensasikan dengan belanja yang dikeluarkan untuk
memperoleh pendapatan tersebut
Dalam hal besaran pengurang terhadap Pendapatan-LRA bruto (biaya) bersifat
variabel terhadap pendapatan dimaksud dan tidak dapat dianggarkan terlebih dahulu
dikarenakan proses belum selesai, maka asas bruto dapat dikecualikan.
Pengecualian azas bruto dapat terjadi jika penerimaan kas dari pendapatan tersebut
lebih mencerminkan aktivitas pihak lain dari pada pemerintah daerah atau
penerimaan kas tersebut berasal dari transaksi yang perputarannya cepat, volume
transaksi banyak dan jangka waktunya singkat.
11
c. Penyajian
Pendapatan-LRA disajikan pada Laporan Realisasi Anggaran dan Laporan Arus Kas.
Pendapatan LRA disajikan dalam mata uang rupiah. Apabila penerimaan kas atas
pendapatan LRA dalam mata uang asing, maka penerimaan tersebut dijabarkan dan
dinyatakan dalam mata uang rupiah. Penjabaran mata uang asing tersebut menggunakan
kurs pada tanggal transaksi.
2. Pendapatan – LO
Pendapatan-LO merupakan hak pemerintah daerah yang diakui sebagai penambah
ekuitas dalam periode tahun anggaran yang bersangkutan dan tidak perlu dibayar kembali.
Pendapatan-LO merupakan pendapatan yang menjadi tanggung jawab dan wewenang entitas
pemerintah, baik yang dihasilkan oleh transaksi operasional, non operasional dan pos luar
biasa yang meningkatkan ekuitas entitas pemerintah. Pendapatan-LO dikelompokkan dari
dua sumber, yaitu transaksi pertukaran (exchange transactions) dan transaksi non-
pertukaran (non-exchange transactions).
Tabel 2.1 Pendapatan – LO Berdasarkan Sumbernya
Uraian exchange transactions Non-exchange transactions
Pengertian manfaat ekonomi yang manfaat ekonomi yang
diterima dari berbagai diterima pemerintah tanpa
transaksi pertukaran kewajiban pemerintah
menyampaikan prestasi
balik atau imbalan balik
kepada pemberi manfaat
ekonomi
Contoh penjualan barang atau jasa pendapatan pajak,
layanan tertentu, dan barter. rampasan, hibah,
sumbangan, donasi dari
entitas di luar entitas
akuntansi dan entitas
pelaporan, dan hasil alam.
12
Tabel 2.2. Jenis Pendapatan – LO untuk SPKD dan PPKD
SKPD PPKD
13
Dana Darurat
Pendapatan Lainnya
Pendapatan antara lain:
Non Surplus Penjualan Aset
Operasional Nonlancar
Surplus Penyelesaian
Kewajiban Jangka
Panjang
Surplus dari Kegiatan
Non Operasional Lainnya
a. Pengakuan
Pengakuan pendapatan – LO atas pendapatan yang diterima PPKD dan SKPD diuraikan
pada tabel berikut:
14
Pendapatan Bunga pembayaran langsung ke
Deposito Komisi Rekening Kas Umum
Potongan dan Selisih Daerah
Nilai Tukar Rupiah
Pendapatan dari
Pengembalian
Fasilitas Sosial dan
Fasilitas Umum
Pendapatan dari
Penyelenggaraan
Pendidikan dan Pelatihan
Pendapatan dari
Angsuran/Cicilan
Penjualan
Hasil dari Pemanfaatan
Kekayaan Daerah
PAD Hasil Eksekusi diakui saat pihak ketiga
Jaminan tidak menunaikan
kewajibannya
Pendapatan Transfer bersamaan dengan
diterimanya kas pada
Rekening Kas Umum
Daerah
Lain-lain Pendapatan
Tergantung proses dan
Daerah yang Sah
persyaratan untuk realisasi
pendapatan hibah (bukan
15
Naskah Perjanjian Hibah
yang ditandatangani)
Pendapatan Non
ketika dokumen sumber
Operasional
berupa Berita Acara
kegiatan (misal: Berita
Acara Penjualan untuk
mengakui Surplus
Penjualan Aset Nonlancar)
telah diterima.
kelompok pendapatan pajak yang didahului oleh penerbitan ketika telah diterbitkan
Surat Ketetapan Pajak Daerah (SKP Daerah) untuk penetapan berupa Surat
kemudian dilakukan pembayaran oleh wajib pajak yang Ketetapan (SK) atas
bersangkutan. pendapatan terkait.
b. Pengukuran
Pengukurannya pendapatan – LO didasarkan atas sumbernya, yaitu:
Pendapatan-LO operasional non pertukaran, diukur sebesar aset yang diperoleh dari
transaksi non pertukaran yang pada saat perolehan tersebut diukur dengan nilai wajar
16
Pendapatan-LO dari transaksi pertukaran diukur dengan menggunakan harga
sebenarnya (actual price) yang diterima ataupun menjadi tagihan sesuai dengan
perjanjian yang telah membentuk harga. Pendapatan-LO dari transaksi pertukaran
harus diakui pada saat barang atau jasa diserahkan kepada masyarakat ataupun entitas
pemerintah lainnya dengan harga tertentu yang dapat diukur secara andal.
Saat wajib pajak membayar pajak (dengan Tanda Bukti Pembayaran/ TBP)
Jurnal LO atau Neraca
Uraian Debit Kredit
Kas di Bendahara Penerimaan XXX
Piutang Pajak...... XXX
Jurnal LRA
Uraian Debit Kredit
Perubahan SAL XXX
Pendapatan Pajak.....LRA XXX
17
Bendahara Penerimaan akan menyetorkan pendapatan tersebut ke Kas Daerah
(dengan Surat Tanda Setoran/ STS)
Jurnal LO atau Neraca
Uraian Debit Kredit
RK PPKD XXX
Kas di Bendahara Penerimaan XXX
Bila Wajib Pajak membayar langsung ke rekening Kas Daerah (berdasarkan Nota
Kredit dari Bank)
Jurnal LO atau Neraca
Uraian Debit Kredit
RK PPKD XXX
Piutang Pajak... XXX
Jurnal LRA
Uraian Debit Kredit
Perubahan SAL XXX
Pendapatan Pajak.....LRA XXX
2) yang didahului dengan penghitungan sendiri oleh wajib pajak (self assessment) dan
dilanjutkan dengan pembayaran oleh wajib pajak berdasarkan perhitungan tersebut.
Ketika bendahara penerimaan SKPD menerima pembayaran pajak dari wajib
pajak
Jurnal LO atau Neraca
Uraian Debit Kredit
Kas di Bendahara Penerimaan XXX
Pendapatan Pajak ...... LO XXX
Jurnal LRA
Uraian Debit Kredit
Perubahan SAL XXX
Pendapatan Pajak.....LRA XXX
18
Saat Bendahara Penerimaan menyetorkan pendapatan tersebut ke Kas Daerah
(dengan Surat Tanda Setoran/ STS)
Jurnal LO atau Neraca
Uraian Debit Kredit
RK PPKD XXX
Kas di Bendahara Penerimaan XXX
Jurnal LRA
Uraian Debit Kredit
Perubahan SAL XXX
Pendapatan Pajak.....LRA XXX
19
Saat Bendahara Penerimaan menyetorkan pendapatan tersebut ke Kas Daerah
(dengan Surat Tanda Setoran/ STS)
Jurnal LO atau Neraca
Uraian Debit Kredit
RK PPKD XXX
Kas di Bendahara Penerimaan XXX
Diakhir tahun atau akhir periode akan diterbitkan bukti memorial untuk
mengakui pendapatan LO
Jurnal LO atau Neraca
Uraian Debit Kredit
Pendapatan Diterima Dimuka XXX
Pendapatan Pajak.......LO XXX
4) yang didahului dengan penghitungan sendiri oleh wajib pajak (self assessment) dan
pembayarannya diterima di muka untuk memenuhi kewajiban selama beberapa
periode ke depan.
Ketika bendahara penerimaan SKPD menerima pembayaran pajak dari wajib
pajak atas pajak yang dibayar untuk periode tertentu
Jurnal LRA
Uraian Debit Kredit
Perubahan SAL XXX
Pendapatan Pajak.....LRA XXX
20
Uraian Debit Kredit
RK PPKD XXX
Kas di Bendahara Penerimaan XXX
b. Pendapatan Retribusi
1) Earned
Ketika diterbitkan Surat Ketetapan Retribusi Daerah/ SKR, SKPD telah berhak
mengakui pendapatan, meskipun belum diterima pembayarannya oleh wajib
retribusi (earned)
21
Jurnal LO atau Neraca
Uraian Debit Kredit
Piutang Retribusi........ XXX
Pendapatan Retribusi.......LO XXX
Saat wajib retribusi membayar retribusi yang terdapat dalam SKR (menerima
Tanda Bukti Pembayaran/ TBP)
Jurnal LO atau Neraca
Jurnal LRA
2) Realized
Saat wajib retribusi membayar retribusi (menerima Tanda Bukti Pembayaran/
TBP)
Jurnal LO atau Neraca
22
Jurnal LRA
Pihak-pihak yang terkait dalam sistem akuntansi pendapatan pada PPKD antara lain
Bendahara PPKD, Fungsi Akuntansi PPKD, dan PPKD selaku BUD.
Dokumen Pelaksanaan Anggaran PPKD (DPA-PPKD) yang sudah dibuat oleh PPKD
dan disetujui oleh sekretaris daerah diserahkan kepada fungsi akuntansi PPKD. Berdasarkan
23
DPA PPKD tersebut, fungsi akuntansi PPKD kemudian akan mencatat Estimasi Pendapatan,
Estimasi Penerimaan Pembiayaan, Apropriasi Belanja, serta Apropriasi Pengeluaran
Pembiayaan. Selisih antara anggaran pendapatan, belanja dan pembiayaan dicatat sebagai
“Estimasi Perubahan SAL”. Jurnal yang dibuat adalah:
24
DAK
Pendapatan Transfer PMK/Dokumen yang
Pemerintah Lainnya : dipersamakan
Dana Otonomi Khusus
Dana Keistimewaan
Dana Penyesuaian
Pendapatan Transfer Keputusan Kepala Daerah
Pemerintah Daerah Lainnya: /Dokumen yang dipersamakan
Pendapatan bagi hasil Pajak
Bantuan Keuangan
Lain-lain Pendapatan Hibah Keputusan Kepala Daerah
Pendapatan Daerah /Dokumen yang dipersamakan
yang Sah Dana Darurat Keputusan Kepala Daerah /PMK
/ Dokumen yang dipersamakan
Pendapatan Lainnya Dokumen yang dipersamakan
Saat Piutang Pendapatan atas Surat Ketetapan itu dibayar oleh Wajib Pajak
(menerima Tanda Bukti Pembayaran/ TBP)
Jurnal LO atau Neraca
Uraian Debit Kredit
Kas di Kas Daerah XXX
Piutang Pajak ..... XXX
25
Jurnal LRA.
Uraian Debit Kredit
Perubahan SAL XXX
Pendapatan Pajak.....LRA XXX
Jurnal LRA
Uraian Debit Kredit
Perubahan SAL XXX
Pendapatan Pajak.....LRA XXX
Jurnal LRA
26
Uraian Debit Kredit
Perubahan SAL XXX
Pendapatan.....LRA XXX
b. Transfer/Dana Perimbangan
Ketika Pemerintah Daerah menerima surat pemberitahuan dari Pemerintah Pusat
terkait ketetapan jumlah dana transfer yang akan diterima oleh Pemerintah
Daerah
Jurnal LO atau Neraca
Uraian Debit Kredit
Piutang Pendapatan...... XXX
Pendapatan Transfer .....- LO XXX
Ketika pemerintah daerah telah menerima dana transfer dari pemerintah pusat.
(berdasarkan Nota Kredit dari Bank)
Jurnal LO atau Neraca
Uraian Debit Kredit
Kas di Kas Daerah XXX
Piutang Pendapatan...... XXX
Jurnal LRA
Uraian Debit Kredit
Perubahan SAL XXX
Pendapatan Transfer.....LRA XXX
27
Ketika hibah diterima oleh Pemerintah Daerah
Jurnal LO atau Neraca
Uraian Debit Kredit
Kas di Kas Daerah XXX
Piutang Pendapatan Hibah XXX
Jurnal LRA
Uraian Debit Kredit
Perubahan SAL XXX
Pendapatan Transfer Hibah LRA XXX
28
3.1 Akuntansi Beban dan Belanja Pemerintah Daerah
1. Klasifikasi
Klasifikasi beban dalam LO menurut PSAP Nomor 12 Peraturan Pemerintah 71 Tahun
2010 dan kewenangan atas beban sebagai berikut:
29
Belanja Kewenangan
Belanja Tidak Langsung
Belanja Pegawai SKPD
Belanja Bunga PPKD
Belanja Subsidi PPKD
Belanja Hibah PPKD
Belanja Bantuan Sosial PPKD
Belanja Bagi Hasil kepada PPKD
Provinsi/Kabupaten/ Kota/ dan Pemerintahan
Desa
Belanja Bantuan Keuangan kepada provinsi/ PPKD
Kabupaten/ Kota dan Pemerintahan Desa
Belanja Tidak Terduga PPKD
Belanja Langsung
Belanja Pegawai SKPD
Belanja Barang dan Jasa SKPD
Belanja Modal SKPD
Klasifikasi belanja dalam LRA menurut PSAP Nomor 02 Peraturan Pemerintah Nomor 71
Tahun 2010 dan kewenangan atas belanja tersebut:
Belanja Kewenangan
Belanja Operasi
Belanja Pegawai SKPD
Belanja Barang SKPD
Bunga PPKD
Subsidi PPKD
Hibah (uang, barang, jasa) PPKD/ SKPD
Bantuan Sosial (uang dan barang) PPKD/ SKPD
Belanja Modal SKPD
Belanja Tanah SKPD
Belanja Peralatan dan Mesin SKPD
Belanja Gedung dan Bangunan SKPD
Belanja Jasa, Irigasi dan Jaringan SKPD
30
Belanja Aset Tetap Lainnya SKPD
Belanja Tak Terduga
Belanja Tak Terduga PPKD
a. Pengakuan Belanja
Belanja Pemerintah Daerah diakui saat terjadinya pengeluaran dari Rekening Kas
Umum Daerah. Namun, khusus untuk belanja yang dilakukan melalui bendahara
pengeluaran, maka pengakuan atas belanja tersebut terjadi saat pertanggungjawaban
atas pengeluaran tersebut disahkan oleh pengguna anggaran.
b. Pengukuran Belanja
Akuntansi belanja dilaksanakan berdasarkan azas bruto dan diukur berdasarkan nilai
nominal yang dikeluarkan dan tercantum dalam dokumen pengeluaran yang sah.
Selain mengakui belanja yang berbasis kas, Pemerintah Daerah juga mengakui beban
sebagai wujud penerapan dari akuntansi berbasis akrual. Pengertian beban menurut
Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 64 Tahun 2013 Pasal 1 adalah penurunan manfaat
ekonomi atau potensi jasa dalam periode pelaporan yang menurunkan ekuitas, yang dapat
berupa pengeluaran atau konsumsi aset atau timbulnya kewajiban.
c. Pengakuan Beban
Beban diakui pada saat: (1) timbulnya kewajiban, (2) terjadi konsumsi aset, atau (3)
terjadinya penurunan manfaat ekonomi atau potensi jasa.
31
Saat timbulnya kewajiban adalah pada saat terjadi peralihan hak dari pihak lain ke
pemerintah tanpa diikuti keluarnya kas dari kas umum daerah. Contoh: tagihan
rekening listrik dan telepon yang belum dibayar pemerintah
Saat terjadi konsumsi aset
Yang dimaksud dengan terjadinya konsumsi aset adalah saat pengeluaran kas
kepada pihak lain yang tidak didahului timbulnya kewajiban dan/atau konsumsi aset
nonkas dalam kegiatan operasional pemerintah.
Saat terjadi penurunan manfaat ekonomi atau potensi jasa
Pengakuan beban terjadi pada saat penurunan nilai aset sehubungan dengan
penggunaan ase bersangkutan/berlalunya waktu. Contoh penurunan manfaat
ekonomi atau potensi jasa adalah penyusutan atau amortisasi.
Beban Bunga meliputi Beban Bunga Pinjaman dan Beban Bunga Obligasi. Beban
bunga diakui saat bunga tersebut jatuh tempo untuk dibayarkan. Untuk keperluan
pelaporan keuangan, nilai beban bunga diakui sampai dengan tanggal pelaporan
walaupun saat jatuh tempo melewati tanggal pelaporan.
2) Beban Subsidi
3) Beban Hibah
32
Beban Hibah merupakan beban pemerintah dalam bentuk uang, barang, atau jasa
kepada pemerintah, pemerintah daerah lainnya, perusahaan daerah, masyarakat,
dan organisasi kemasyarakatan, yang bersifat tidak wajib dan tidak mengikat.
Pengakuan beban hibah sesuai Naskah Hibah Perjanjian Daerah (NPHD) dilakukan
bersamaan dengan penyaluran belanja hibah, mengingat kepastian beban tersebut
belum dapat ditentukan berdasarkan NPHD karena harus dilakukan verifikasi atas
persyaratan penyaluran hibah.
Beban Bantuan Sosial merupakan beban pemerintah daerah dalam bentuk uang atau
barang yang diberikan kepada individu, keluarga, kelompok dan/atau masyarakat
yang sifatnya tidak secara terus menerus dan selektif yang bertujuan untuk
melindungi dari kemungkinan terjadinya resiko sosial.
6) Beban Transfer
Beban Transfer merupakan beban berupa pengeluaran uang atau kewajiban untuk
mengeluarkan uang dari pemerintah daerah kepada entitas pelaporan lain yang
diwajibkan oleh peraturan perundang-undangan. Beban transfer diakui saat
diterbitkan SP2D atau pada saat timbulnya kewajiban pemerintah daerah (jika
terdapat dokumen yang memadai). Dalam hal pada akhir Tahun Anggaran terdapat
pendapatan yang harus dibagihasilkan tetapi belum disalurkan dan sudah diketahui
daerah yang berhak menerima, maka nilai tersebut dapat diakui sebagai beban.
Beban pegawai yang pembayarannya melalui mekanisme LS, beban pegawai diakui
saat diterbitkan SP2D atau pada saat timbulnya kewajiban pemerintah daerah (jika
terdapat dokumen yang memadai).
2) Beban Barang
d. Pengukuran Beban
a. Beban dari transaksi non pertukaran diukur sebesar aset yang digunakan atau
dikeluarkan yang pada saat perolehan tersebut diukur dengan nilai wajar.
34
b. Beban dari transaksi pertukaran diukur dengan menggunakan harga sebenarnya
(actual price) yang dibayarkan ataupun yang menjadi tagihan sesuai dengan
perjanjian yang telah membentuk harga.
Jurnal Standar
Jurnal LRA
Uraian Debit Kredit
Belanja Gaji Pokok XXX
Perubahan SAL XXX
Jurnal LRA
Uraian Debit Kredit
Belanja Uang Lembur PNS XXX
Perubahan SAL XXX
36
a. Mekanisme LS
Pendekatan Beban akan diakui jika pembelian Barang dan Jasa dimana Barang
dan jasa tersebut akan digunakan/dikonsumsi segera. Contohnya seperti
pembelian barang dan jasa berupa ATK yang akan langsung digunakan serta
pembelian tersebut belum dilakukan pembayaran barang dan jasa yang dibeli
telah diterima dengan surat BAST dari rekanan.
Jurnal LO dan Neraca
Uraian Debit Kredit
Beban Persediaan ATK XXX
Utang Belanja ATK XXX
Jurnal LRA
Uraian Debit Kredit
Belanja ATK XXX
Perubahan SAL XXX
37
Sebagai transaksi realisasi anggaran terhadap realisasi belanja, PPK-SKPD
mencatat “Belanja Barang dan Jasa (sesuai rincian objek terkait)” di debit dan
“Perubahan SAL” di kredit dengan jurnal:
Uraian Debit Kredit
Belanja ATK XXX
Perubahan SAL XXX
2) Pendekatan Aset
Pendekatan Aset akan diakui jika pembelian Barang dan Jasa dimana Barang dan
Jasa tersebut akan digunakan/dikosumsi dalam jangka waktu lama atau untuk
berjaga jaga.
Contohnya Pembelian ATK untuk digunakan dalam jangka waktu satu periode
atau sifatnya jaga-jaga serta belum dilakukan pembayaran, Barang dan jasa yang
dibeli telah diterima dengan Surat Berita Acara Serah Terima Barang dari
Rekanan. Berdasarkan kejadian tersebut maka jurnal standar:
Jurnal LO dan Neraca
Uraian Debit Kredit
Persediaan ATK XXX
Utang Belanja ATK XXX
38
Kemudian dilakukan pembayaran melalui mekanisme SP2D. LS maka jurnal
standar:
Jurnal LO dan Neraca
Uraian Debit Kredit
Utang Belanja ATK XXX
RK PPKD XXX
Jurnal LRA
Uraian Debit Kredit
Belanja ATK XXX
Perubahan SAL XXX
39
Kemudian PPK SKPD melakukan pembayaran kepada rekanan dengan mekanisme
LS maka pencatatan atas pembayaran tersebut dengan jurnal standar:
Jurnal LO dan Neraca
Uraian Debit Kredit
Utang Belanja Barang ….yang akan diserahkan pada XXX
pihak ketiga
RK PPKD XXX
Jurnal LRA
Uraian Debit Kredit
Belanja Barang ….yang akan diserahkan pada pihak XXX
ketiga
Perubahan SAL XXX
Pada akhir periode fungsi akuntansi akan melakukan Penghitungan fisik (Stock
Opname) terhadap barang dan jasa yang dibeli dan belum digunakan dan berdasarkan
hasil stock
opname maka jurnal standar:
Uraian Debit Kredit
Persediaan Barang ….yang akan diserahkan pada pihak XXX
ketiga
Beban Barang ….yang akan diserahkan pada pihak XXX
ketiga
2) Pendekatan Aset
SKPD melakukan pembelian Barang dan jasa yang akan dihibahkan/diserahkan
kepada pihak ketiga dan Barang dan jasa tersebut telah diterima dari rekanan
dengan Berita Acara Serah Terima dari Rekanan ke SKPD dan akan tetapi belum
dilakukan pembayaran, serta NPHD/Surat Perjanjian Bantuan Sosial/Dokumen
yang dipersamakan telah ditanda tangani akan tetapi barang tersebut belum
diserahkan ke ke penerima hibah. Berdasarkan kejadian tersebut, maka jurnal
standar:
Jurnal LO dan Neraca
40
Uraian Debit Kredit
Persediaan Barang ….yang akan diserahkan pada pihak XXX
ketiga
Utang Belanja Barang XXX
Kemudian PPK SKPD melakukan pembayaran kepada rekanan
dengan mekanisme LS maka pencatatan atas pembayaran
tersebut dengan jurnal standar:
Jurnal LO dan Neraca
Uraian Debit Kredit
Utang Belanja Barang XXX
RK PPKD XXX
Jurnal LRA
Uraian Debit Kredit
Belanja Hibah kepada kelompok masyarakat XXX
Perubahan SAL XXX
Setelah itu barang yang akan diserahkan kepada Masyarakat oleh kepala SKPD
melakukan penyerahan barang kepada penerima hibah/bantuan sosial dimana
berdasarkan NPHD/Surat Perjanjian/Dokumen yang dipersamakan yang telah
ditanda tangani maka jurnal standar:
Jurnal LO dan Neraca
Uraian Debit Kredit
Beban Barang ….yang akan diserahkan pada pihak XXX
ketiga
Persediaan Barang ….yang akan diserahkan pada XXX
pihak ketiga
41
Uraian Debit Kredit
Beban Penyusutan XXX
Akumulasi Pemyusutan XXX
Jurnal Standar
a. Beban Bunga
Berdasarkan Dokumen Perjanjian Utang yang ditandatangani oleh Pemerintah Daerah,
Fungsi Akuntansi PPKD membuat bukti memorial terkait pengakuan beban bunga untuk
diotorisasi oleh PPKD. Berdasarkan Bukti memorial untuk pengakuan beban tersebut,
Fungsi Akuntansi PPKD melakukan pencatatan “Beban Bunga Utang Pinjaman” di debit
dan “Utang Bunga Kepada Pemerintah” di kredit dengan jurnal:
Uraian Debit Kredit
Beban Bunga Utang Pinjaman XXX
Utang Bunga Kepada Pemerintah XXX
42
Jurnal LO dan Neraca
Uraian Debit Kredit
Utang Bunga Kepada Pemerintah XXX
Kas di Kas Daerah XXX
Sebagai transaksi realisasi anggaran terhadap belanja bunga, Fungsi Akuntansi PPKD
mencatat “Belanja Bunga Utang Pinjaman” di debit dan “Perubahan SAL” di kredit
dengan jurnal:
Jurnal LRA
Uraian Debit Kredit
Belanja Bunga Utang Pinjaman XXX
Perubahan SAL XXX
b. Beban Subsidi
Berdasarkan Surat Keputusan Kepala Daerah/Perjanjian/Dokumen yang dipersamakan
tentang pemberian subsidi oleh Pemerintah Daerah kepada entitas lain, maka fungsi
akuntansi PPKD melakukan pencatatan “Beban Subsidi kepada BUMD” di debit dan
“Utang Belanja Subsidi BUMD” di kredit dengan jurnal:
Jurnal LO dan Neraca
Uraian Debit Kredit
Beban Subsidi kepada BUMD XXX
Utang Belanja Subsidi BUMD XXX
43
Sebagai transaksi realisasi anggaran terhadap belanja subsidi, Fungsi Akuntansi PPKD
mencatat “Belanja Subsidi kepada BUMD” di debit dan “Perubahan SAL” di kredit
dengan jurnal:
Jurnal LRA
Uraian Debit Kredit
Belanja Subsidi kepada BUMD XXX
Perubahan SAL XXX
c. Beban Hibah
Pemerintah Daerah menerbitkan SK tentang nama-nama penerima hibah daerah dan
telah menandatangani NPHD/Dokumen yang dipersamakan tentang pemberian hibah
kepada kelompok masyarakat. Pengakuan beban hibah sesuai NPHD dilakukan
bersamaan dengan penyaluran belanja hibah, mengingat kepastian beban tersebut belum
dapat ditentukan berdasarkan NPHD karena mengingat masih perlu ditindaklanjuti
dengan penerbitan dokumen pencairan. Untuk itu atas pengakuan beban hibah, Fungsi
Akuntansi PPKD mencatat “Beban Hibah kepada masyarakat” di debit dan “Utang
Belanja Lain-lain” di kredit dengan jurnal:
Jurnal LO dan Neraca
Uraian Debit Kredit
Beban Hibah kepada masyarakat XXX
Utang Belanja Lain-lain XXX
Jurnal LRA
Uraian Debit Kredit
44
Belanja hibah kepada masyarakat XXX
Perubahan SAL XXX
Sebagai transaksi realisasi anggaran yang dilakukan oleh Pemerintah Daerah dengan
melakukan pencairan bantuan social dengan diterbitkannya SP2D dan pembayaran
kepada yang berhak, maka Fungsi Akuntansi PPKD mencatat jurnal:
Jurnal LO dan Neraca
Uraian Debit Kredit
Utang Belanja Lain-lain XXX
Kas di Kas Daerah XXX
Jurnal LRA
Uraian Debit Kredit
Belanja Sosial kepada Organisasi Sosial Masyarakat XXX
Perubahan SAL XXX
45
Jurnal LO dan Neraca
Uraian Debit Kredit
Beban Transfer …. XXX
Utang Transfer …... XXX
Sebagai transaksi realisasi anggaran dengan dilakukannya pencairan dana bagi hasil
pajak melalui penerbitan SP2D LS, Fungsi Akuntansi PPKD mencatat dengan jurnal:
Jurnal LO dan Neraca
Uraian Debit Kredit
Utang Transfer …… XXX
Kas di Kas Daerah XXX
Jurnal LRA
Uraian Debit Kredit
Transfer …… kepada Pemda XXX
Perubahan SAL XXX
Jadi, secara umum, akuntansi belanja dan beban pada pemerintah daerah mirip dengan
akuntansi belanja dan beban pada pemerintah pusat dalam hal pengakuan dan
pengukurannya. Perbedaannya hanya pada nama-nama akun dalam laporan keuangannya.
46
3.1 Akuntansi Aset Pemerintah Daerah
1. Kas dan Setara Kas
Definisi kas dan setara kas pada SAPD Nomor 5 mengacu pada PSAP Nomor 1
tentang Penyajian Laporan Keuangan Paragraf 8, di mana kas didefinisikan sebagai
uang tunai dan saldo simpanan di bank yang setiap saat dapat digunakan untuk
membiayai kegiatan pemerintah daerah yang sangat likuid yang siap
dijabarkan/dicairkan menjadi kas serta bebas dari risiko perubahan nilai yang signifikan.
Sedangkan setara kas sebagai investasi jangka pendek yang sangat likuid yang siap
dijabarkan menjadi kas serta bebas dari risiko perubahan nilai yang signifikan. Setara
kas pada pemerintah daerah ditujukan untuk memenuhi kebutuhan kas jangka pendek
atau untuk tujuan lainnya. Suatu investasi disebut setara kas kalau investasi dimaksud
mempunyai masa jatuh tempo kurang dari 3 bulan dari tanggal perolehannya.
Kas terdiri dari Kas yang dikuasai, dikelola dan dibawah tanggung jawab di Kas
Daerah, Kas di Bendahara Penerimaan, Kas di Bendahara Pengeluaran dan Kas di
Badan Layanan Umum Daerah (BLUD). Termasuk dalam kategori kas adalah setara kas
yang merupakan investasi jangka pendek yang sangat likuid dan siap dicairkan menjadi
kas dengan jatuh tempo kurang dari 3 bulan tanggal perolehannya.
Kas dan setara kas yang yang dikuasai dan dibawah tanggung jawab bendahara umum
daerah terdiri dari:
a. saldo rekening kas daerah, yaitu saldo rekening-rekening pada bank yang
ditentukan oleh kepala daerah untuk menampung penerimaan dan pengeluaran.
b. setara kas, antara lain berupa surat utang negara (SUN)/obligasi dan deposito
kurang dari 3 bulan, yang dikelola oleh bendahara umum daerah.
47
Tabel 2.7. Klasifikasi Kas dan Setara Kas
48
Investasi Jangka Pendek adalah investasi yang dapat segera diperjualbelikan atau
dicairkan serta dimiliki 3 (tiga) bulan sampai dengan 12 (dua belas) bulan terhitung
mulai tanggal pelaporan. Investasi jangka pendek dapat berupa:
a. Deposito
b. Surat Utang Negara (SUN)
c. Sertifikat Bank Indonesia (SBI), dan
d. Surat Perbendaharaan Negara (SPN)
3. Piutang
Piutang diakui saat:
c. Diterbitkan surat ketetapan; atau
d. Telah diterbitkan surat penagihan dan telah dilaksanakan penagihan; atau
e. Belum dilunasi sampai dengan akhir periode pelaporan.
Piutang dicatat dan diukur sebesar:
a. Nilai yang belum dilunasi dari setiap tagihan yang ditetapkan; atau
b. Nilai bersih yang dapat direalisasikan (net realizable value).
Piutang yang disajikan sebesar nilai bersih yang dapat direalisasikan (net realizable
value), oleh karenanya terhadap piutang yang diperkirakan tidak akan tertagih dilakukan
penyisihan. Penyisihan piutang tidak tertagih dilakukan melalui estimasi berdasarkan
umur piutang (aging schedule). Piutang dalam aging schedule dibedakan menurut jenis
piutang, baik dalam menetapkan umur maupun penentuan besaran yang akan
disisihkan.
49
Tabel 2.8. Klasifikasi Piutang
Pada saat Diterbitkan SKR Daerah oleh SKPD maka jurnal standar:
Jurnal LO dan Neraca
Jurnal LRA
Apabila Wajib Retribusi menyetor langsung ke kas daerah pada Bank yang
ditunjuk, maka pada saat diterima Nota Kredit dari bank, jurnal standar:
Jurnal LO dan Neraca
50
Jurnal LRA
Pada saat diterima Nota Kredit dari bank untuk pembayaran yang bersumber dari
piutang maka jurnal standar:
Jurnal LO dan Neraca
Jurnal LRA
51
Sumber : SAPD Nomor 6
52
Telah diterima Nota Kredit dari bank/bukti tanda terima pembayaran/bukti penerimaan
kas/dokumen yang dipersamakan dimana terjadi pemindahbukuan ke kas daerah, oleh
itu bendahara penerimaan akan mencatat sebagai penerimaan kas untuk pelunasan
piutang maka fungsi akuntansi melakukan jurnal standar:
Jurnal LO dan Neraca
Jurnal LRA
4. Persediaan
PSAP Nomor 05 Peraturan Pemerintah Nomor 71 tahun 2010 menyatakan bahwa
persediaan adalah aset lancar dalam bentuk barang atau perlengkapan yang
dimaksudkan untuk mendukung kegiatan operasional pemerintah dan barang-barang
yang dimaksudkan untuk dijual dan/atau diserahkan dalam rangka pelayanan kepada
masyarakat.
Suatu aset dapat diklasifikasikan sebagai persediaan manakala aset tersebut
memenuhi salah satu kriteria yang disebutkan dalam PSAP Nomor 05, yaitu:
a. Barang atau perlengkapan (supplies) yang digunakan dalam rangka kegiatan
operasional pemerintah. Termasuk dalam kelompok ini adalah barang pakai habis
seperti alat tulis kantor, barang tak pakai habis seperti komponen peralatan dan pipa,
dan barang bekas pakai seperti komponen bekas;
b. Bahan atau perlengkapan (supplies) yang akan digunakan dalam proses produksi.
Persediaan dalam kelompok ini meliputi bahan yang digunakan dalam proses
produksi seperti bahan baku pembuatan alat-alat pertanian, dan lain-lain;
c. Barang dalam proses produksi yang dimaksudkan untuk dijual atau diserahkan
kepada masyarakat. Contoh persediaan yang termasuk dalam kelompok ini adalah
alat-alat pertanian setengah jadi;
53
d. Barang yang disimpan untuk dijual atau diserahkan kepada masyarakat dalam
rangka kegiatan pemerintahan. Contohnya adalah hewan/tanaman.
54
Dokumen ini merupakan dokumen sumber untuk pengakuan belanja persediaan dengan
cara pembayaran LS.
55
5. Investasi Jangka Panjang
Penilaian investasi jangka panjang dilakukan dengan tiga metode yaitu:
h. Metode biaya
Investasi jangka panjang dicatat sebesar biaya perolehan. Penghasilan atas investasi
jangka panjang tersebut diakui sebesar bagian hasil yang diterima dan tidak mempengaruhi
besarnya investasi pada badan usaha/badan hukum yang terkait. Penghasilan tersebut diatas
diakui sebagai pendapatan dari bagian laba atas penyertaan modal (Hasil Pengelolaan
Kekayaan Daerah yang Dipisahkan).
i. Metode ekuitas
Investasi awal dicatat sebesar biaya perolehan dan ditambah atau dikurangi sebesar
bagian laba atau rugi pemerintah setelah tanggal perolehan. Bagian laba kecuali dividen
dalam bentuk saham yang diterima pemerintah akan mengurangi nilai investasi pemerintah.
Bagian laba ini diakui sebagai pendapatan dari bagian laba atas penyertaan modal dan
mengurangi nilai investasi pemerintah daerah. Penyesuaian terhadap nilai investasi juga
diperlukan untuk mengubah porsi kepemilikan investasi pemerintah, misalnya adanya
perubahan yang timbul akibat pengaruh valuta asing serta revaluasi aset tetap.
56
Metode ini digunakan terutama untuk kepemilikan yang akan dilepas/dijual dalam
jangka waktu dekat. Pemilihan metode penilaian investasi didasarkan pada kriteria sebagai
berikut:
1) Kepemilikan kurang dari 20% menggunakan metode biaya terkecuali kepemilikan itu
berpengaruh signifikan menggunakan metode ekuitas;
2) Kepemilikan 20% atau lebih menggunakan metode ekuitas; dan
3) Kepemilikan bersifat nonpermanen menggunakan metode nilai bersih yang
direalisasikan.
6. Aset Tetap
Aset tetap diklasifikasikan berdasarkan kesamaan dalam sifat atau fungsinya dalam
aktivitas operasi entitas. Klasifikasi aset tetap menurut PSAP Nomor 7 adalah sebagai
berikut:
a. Tanah
Tanah yang dikelompokkan sebagai aset tetap ialah tanah yang diperoleh dengan maksud
untuk dipakai dalam kegiatan operasional pemerintah daerah dan dalam kondisi siap
dipakai.
b. Peralatan dan Mesin
Peralatan dan mesin mencakup mesin-mesin dan kendaraan bermotor, alat elektonik,
inventaris kantor, dan peralatan lainnya yang nilainya signifikan, masa manfaatnya lebih
dari 12 bulan, dan dalam kondisi siap pakai.
c. Gedung dan Bangunan
Gedung dan bangunan mencakup seluruh gedung dan bangunan yang diperoleh dengan
maksud untuk dipakai dalam kegiatan operasional pemerintah daerah dan dalam kondisi
siap dipakai.
d. Jalan, Irigasi, dan Jaringan
Jalan, irigasi, dan jaringan mencakup jalan, irigasi, dan jaringan yang dimiliki dan/atau
dikuasai oleh pemerintah daerah; dan dalam kondisi siap dipakai.
e. Aset Tetap Lainnya
Aset tetap lainnya mencakup aset tetap yang tidak dapat dikelompokkan ke dalam
kelompok aset tetap di atas, yang diperoleh dan dimanfaatkan untuk kegiatan operasional
pemerintah daerah dan dalam kondisi siap dipakai.
f. Konstruksi Dalam Pengerjaan
57
Konstruksi dalam pengerjaan mencakup aset tetap yang sedang dalam proses
pembangunan yang pada tanggal laporan keuangan belum selesai seluruhnya.
Dalam Bagan Akun Standar Permendagri Nomor 64 Tahun 2013, kode rekening untuk
jenis aset tetap sama dengan pengklasifikasian di PSAP Nomor 7 di atas. Namun demikian,
obyek dan rincian obyeknya didetailkan dengan lebih rinci.
58
jalan/irigasi/jaringan, dan aset tetap lainnya berupa koleksi perpustakaan dan barang
bercorak kesenian, peralatan untuk proses belajar mengajar. Besaran nilai minimum
kapitalisasi aset tetap dan jenisnya ditetapkan oleh kepala daerah.
59
Keterangan formula adalah sebagai berikut:
i. Penyusutan per periode merupakan nilai penyusutan untuk aset tetap suatu periode
yang dihitung pada akhir tahun;
ii. Nilai yang dapat disusutkan merupakan nilai buku per 31 Desember 2014 untuk Aset
Tetap yang diperoleh sampai dengan 31 Desember 2014. Untuk Aset Tetap yang
diperoleh setelah 31 Desember 2014 menggunakan nilai perolehan; dan
iii. Masa manfaat adalah periode suatu Aset Tetap yang diharapkan digunakan untuk
aktivitas pemerintahan dan/atau pelayanan publik atau jumlah produksi atau unit
serupa yang diharapkan diperoleh dari aset untuk aktivitas pemerintahan dan/atau
pelayanan publik.
Jurnal Standar
Berikut adalah jurnal standar untuk pencatatan aset tetap di SKPD:
7. Aset Lainnya
Aset lainnya adalah aset pemerintah selain aset lancar, investasi jangka panjang, aset
tetap dan dana cadangan. Aset lainnya antara lain aset tak berwujud, kemitraan dengan pihak
ketiga, kas yang dibatasi penggunaannya, dan aset lain-lain. Ruang lingkup yang diatur pada
bagian ini hanya aset tak berwujud, kemitraan dengan pihak ketiga, dan aset lain-lain yang
berasal dari penghentian penggunaan aktif aset tetap pemerintah.
60
a. Aset Tak Berwujud
1) Jenis Aset Tak Berwujud:
a) Goodwill
Goodwill adalah kelebihan nilai yang diakui oleh suatu entitas akibat adanya
pembelian kepentingan/saham di atas nilai buku. Goodwill dihitung berdasarkan selisih
antara nilai entitas berdasarkan pengakuan dari suatu transaksi peralihan/penjualan
kepentingan/saham dengan nilai buku kekayaan bersih perusahaan.
b) Hak Paten atau Hak Cipta
Hak-hak ini pada dasarnya diperoleh karena adanya kepemilikan kekayaan
intelektual atau atas suatu pengetahuan teknis atau suatu karya yang dapat menghasilkan
manfaat bagi entitas. Di samping itu dengan adanya hak ini dapat mengendalikan
pemanfaatan aset tersebut dan membatasi pihak lain yang tidak berhak untuk
memanfaatkannya.
c) Royalti
Nilai manfaat ekonomi yang akan/dapat diterima atas kepemilikan hak cipta/hak
paten/hak lainnya pada saat hak dimaksud akan dimanfaatkan oleh orang, instansi atau
perusahaan lain.
d) Software
Software computer yang masuk dalam kategori Aset Tak Berwujud adalah software
yang bukan merupakan bagian tak terpisahkan dari hardware komputer tertentu. Jadi
software ini adalah yang dapat digunakan di komputer lain.
e) Lisensi
Adalah izin yang diberikan pemilik Hak Paten atau Hak Cipta yang diberikan kepada
pihak lain berdasarkan perjanjian pemberian hak untuk menikmati manfaat ekonomi dari
suatu Hak Kekayaan Intelektual yang diberi perlindungan dalam jangka waktu dan syarat
tertentu.
(f) Hasil Kajian/Penelitian yang memberikan manfaat jangka panjang
Hasil kajian/pengembangan yang memberikan manfaat jangka panjang adalah suatu
kajian atau pengembangan yang memberikan manfaat ekonomis dan/atau sosial dimasa
yang akan datang yang dapat diidentifikasi sebagai aset.
g) Aset Tak Berwujud Lainnya
Aset Tak berwujud Lainnya merupakan jenis aset tak berwujud yang tidak dapat
dikelompokkan ke dalam jenis aset tak berwujud yang ada.
h) Aset Tak Berwujud dalam Pengerjaan
61
Terdapat kemungkinan pengembangan suatu Aset Tak Berwujud yang diperoleh
secara internal yang jangka waktu penyelesaiannya melebihi satu tahun anggaran atau
pelaksanaan pengembangannya melewati tanggal pelaporan. Dalam hal terjadi seperti ini,
maka atas pengeluaran yang telah terjadi dalam rangka pengembangan tersebut sampai
dengan tanggal pelaporan harus diakui sebagai Aset Tak Berwujud dalam Pengerjaan
(intangible asset – work in progress), dan setelah pekerjaan selesai kemudian akan
direklasifikasi menjadi Aset Tak Berwujud yang bersangkutan
2) Pengakuan
Untuk dapat diakui sebagai Aset Tak Berwujud harus dapat dibuktikan bahwa
aktivitas/kegiatan tersebut telah memenuhi:
(a) Definisi dari Aset Tak Berwujud; dan
(b) Kriteria pengakuan.
Aset Tak Berwujud harus memenuhi kriteria sebagai berikut:
(a) Kemungkinan besar diperkirakan manfaat ekonomi di masa datang yang diharapkan
atau jasa potensial yang diakibatkan dari Aset Tak Berwujud tersebut akan mengalir
kepada/dinikmati oleh entitas; dan
(b) Biaya perolehan atau nilai wajarnya dapat diukur dengan andal.
3) Pengukuran
Aset Tak Berwujud diukur dengan harga perolehan, yaitu harga yang harus dibayar
entitas untuk memperoleh suatu Aset Tak Berwujud hingga siap untuk digunakan dan Aset
Tak Berwujud tersebut mempunyai manfaat ekonomi yang diharapkan dimasa datang atau
jasa potensial yang melekat pada aset tersebut akan mengalir masuk kedalam entitas tersebut.
Terhadap Aset Tak Berwujud dilakukan amortisasi, kecuali atas Aset Tak Berwujud yang
memiliki masa manfaat tak terbatas. Amortisasi dapat dilakukan dengan berbagai metode
seperti garis lurus, metode saldo menurun dan metode unit produksi.
Biaya untuk memperoleh Aset Tak Berwujud dengan pembelian terdiri dari:
(a) Harga beli, termasuk biaya import dan pajak-pajak, setelah dikurangi dengan
potongan harga dan rabat; dan
(b) Setiap biaya yang dapat diatribusikan secara langsung dalam membawa aset tersebut
ke kondisi yang membuat aset tersebut dapat bekerja untuk penggunaan yang
dimaksudkan.
Contoh dari biaya yang dapat diatribusikan secara langsung adalah:
62
i. Biaya staff yang timbul secara langsung agar aset tersebut dapat digunakan;
ii. Biaya professional yang timbul secara langsung agar aset tersebut dapat
digunakan; dan
iii. Biaya pengujian untuk menjamin aset tersebut dapat berfungsi secara baik.
63
c) Bangun Serah Guna (BSG), adalah pemanfaatan barang milik daerah berupa tanah
oleh pihak lain dengan cara mendirikan bangunan dan/atau sarana berikut
fasilitasnya, dan setelah selesai pembangunannya diserahkan untuk didayagunakan
oleh pihak lain tersebut dalam jangka waktu tertentu yang disepakati.
d) Kerjasama Pemanfaatan (KSP) adalah pendayagunaan Barang Milik Daerah oleh
pihak lain dalam jangka waktu tertentu dalam rangka peningkatan penerimaan
daerah.
e) Sewa, adalah pemanfaatan barang milik daerah oleh pihak lain dalam jangka waktu
tertentu dengan menerima imbalan uang tunai.
f) Masa kerjasama/kemitraan adalah jangka waktu dimana Pemerintah Daerah dan
mitra kerjasama masih terikat dengan perjanjian kerjasama/kemitraan.
2) Pengakuan
a) Aset Kerjasama/Kemitraan diakui pada saat terjadi perjanjian kerjasama/ kemitraan,
yaitu dengan perubahan klasifikasi aset dari aset tetap menjadi aset
kerjasama/kemitraan.
b) Aset Kerjasama/Kemitraan berupa Gedung dan/atau sarana berikut fasilitasnya,
dalam rangka kerja sama BSG, diakui pada saat pengadaan/pembangunan Gedung
dan/atau Sarana berikut fasilitasnya selesai dan siap digunakan untuk
digunakan/dioperasikan.
c) Setelah masa perjanjian kerjasama berakhir, aset kerjasama/kemitraan harus diaudit
oleh aparat pengawas fungsional sebelum diserahkan kepada Pengelola Barang.
d) Penyerahan kembali objek kerjasama beserta fasilitasnya kepada Pengelola Barang
dilaksanakan setelah berakhirnya perjanjian dituangkan dalam berita acara serah
terima barang.
e) Setelah masa pemanfaatan berakhir, tanah serta bangunan dan fasilitas hasil
kerjasama/ kemitraan ditetapkan status penggunaannya oleh Pengelola Barang.
f) Klasifikasi aset hasil kerjasama/kemitraan berubah dari “Aset Lainnya” menjadi
“Aset Tetap” sesuai jenisnya setelah berakhirnya perjanjian dan telah ditetapkan
status penggunaannya oleh Kepala Daerah.
3) Pengukuran
a) Aset yang diserahkan oleh Pemerintah Daerah untuk diusahakan dalam perjanjian
kerjasama/kemitraan harus dicatat sebagai aset kerjasama/kemitraan sebesar nilai
64
bersih yang tercatat pada saat perjanjian atau nilai wajar pada saat perjanjian, dipilih
yang paling objektif atau paling berdaya uji.
b) Dana yang ditanamkan Pemerintah Daerah dalam Kerjasama/Kemitraan dicatat
sebagai penyertaan Kerjasama/Kemitraan. Di sisi lain, investor mencatat dana yang
diterima ini sebagai kewajiban.
c) Aset hasil kerjasama yang telah diserahkan kepada pemerintah setelah berakhirnya
perjanjian dan telah ditetapkan status penggunaannya, dicatat sebesar nilai bersih
yang tercatat atau sebesar nilai wajar pada saat aset tersebut diserahkan, dipilih yang
paling objektif atau paling berdaya uji.
c. Aset Lain-Lain
Aset Lain-lain digunakan untuk mencatat aset lainnya yang tidak dapat
dikelompokkan dalam aset tak berwujud, tagihan penjualan angsuran, tuntutan
perbendaharaan, tuntutan ganti rugi, dan kemitraan dengan pihak ketiga.
1) Definisi Aset Lain-lain
Aset tetap yang dimaksudkan untuk dihentikan dari penggunaan aktif pemerintah
direklasifikasi ke dalam Aset Lain-lain. Hal ini dapat disebabkan karena rusak berat, usang,
65
dan/atau aset tetap yang tidak digunakan karena sedang menunggu proses
pemindahtanganan (proses penjualan, sewa beli, penghibahan, penyertaan modal).
2) Pengakuan
Pengakuan aset lain-lain diakui pada saat dihentikan dari penggunaan aktif
pemerintah dan direklasifikasikan ke dalam aset lain-lain.
3) Pengukuran
Aset tetap yang dimaksudkan untuk dihentikan dari penggunaan aktif pemerintah
direklasifikasi ke dalam Aset Lain-lain menurut nilai tercatatnya. Aset lain – lain yang
berasal dari reklasifikasi aset tetap disusutkan mengikuti kebijakan penyusutan aset tetap.
Proses penghapusan terhadap aset lain – lain dilakukan paling lama 12 bulan
sejak direklasifikasi kecuali ditentukan lain menurut ketentuan perundang-undangan.
4) Penyajian dan Pengungkapan
Aset Lain-lain disajikan di dalam kelompok Aset Lainnya dan diungkapkan secara
memadai di dalam CaLK. Hal-hal yang perlu diungkapkan antara lain adalah faktor-faktor
yang menyebabkan dilakukannya penghentian penggunaan, jenis aset tetap yang dihentikan
penggunaannya, dan informasi lainnya yang relevan.
66
3.1 Sistem Akuntansi Beban dan Kewajiban Pemerintah Daerah
C. KEWAJIBAN
1. Definisi
Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 Lampiran I PSAP Nomor 09 tentang
Kewajiban mendefinisikan bahwa kewajiban adalah utang yang timbul dari peristiwa masa
lalu yang penyelesaiannya mengakibatkan aliran keluar sumber daya ekonomi pemerintah
daerah. Kewajiban pemerintah daerah tersebut dapat muncul akibat melakukan pinjaman
kepada pihak ketiga, perikatan dengan pegawai yang bekerja pada pemerintahan, kewajiban
kepada masyarakat, alokasi / realokasi pendapatan ke entitas lainnya, atau kewajiban kepada
pemberi jasa. Sebagai akibat dari konsekuensi atas kontrak atau peraturan perundang-
undangan, kewajiban memiliki sifat mengikat dan dapat dipaksakan secara hukum. Sistem
akuntansi kewajiban adalah suatu proses yang dimulai dari pembelian / pengadaan barang /
jasa (secara kredit) yang dibuktikan dengan dokumen yang sah sampai kepada proses
penyelesaian / pembayaran utang yang bersangkutan.
2. Klasifikasi
67
b. Kewajiban Jangka Panjang
Kewajiban jangka panjang adalah kewajiban yang diharapkan dibayar dalam waktu
lebih dari 12 (dua belas) bulan setelah tanggal pelaporan. Selain itu, kewajiban yang
akan dibayar dalam waktu 12 bulan dapat diklasifikasikan sebagai kewajiban jangka
panjang jika:
1. Jangka waktu aslinya adalah untuk periode lebih dari 12 bulan
2. entitas bermaksud untuk mendanai kembali (refinance) kewajiban tersebut
atas dasar jangka panjang
3. maksud tersebut didukung dengan adanya suatu perjanjian pendaan kembali
(refinancing), atau adanya penjadwalan kembali terhadap pembayaran, yang
diselesaikan sebelum pelaporan keuangan disetujui.
a. Utang Bunga
b. Bagian Lancar Utang Jangka Panjang
c. Utang Beban
d. Utang Jangka Pendek Lainnya
68
Sementara itu klasifikasi kewajiban jangka panjang hanya terdapat di PPKD. Kewajiban
Jangka Panjang PPKD terdiri dari:
3. Pengakuan
4. Pengukuran
Kewajiban dicatat sebesar nilai nominal yang mencerminkan nilai kewajiban pemerintah
daerah pada saat pertama kali transaksi berlangsung.
5. Pengungkapan
Dalam pengungkapan pada Catatan atas Laporan Keuangan terkait dengan kewajiban,
harus diungkapkan pula hal-hal sebagai berikut:
Jumlah saldo kewajiban jangka pendek dan jangka panjang yang diklasifikasikan
berdasarkan pemberi pinjaman;
Jumlah saldo kewajiban berupa utang pemerintah berdasarkan jenis sekuritas
utang pemerintah dan jatuh temponya;
69
Bunga pinjaman yang terutang pada periode berjalan dan tingkat bunga yang
berlaku;
Konsekuensi dilakukannya penyelesaian kewajiban sebelum jatuh tempo;
Perjanjian restrukturisasi utang meliputi:
1) Pengurangan pinjaman;
2) Modifikasi persyaratan utang;
3) Pengurangan tingkat bunga pinjaman;
4) Pengunduran jatuh tempo pinjaman;
5) Pengurangan nilai jatuh tempo pinjaman; dan
6) Pengurangan jumlah bunga terutang sampai dengan periode
pelaporan.
Jumlah tunggakan pinjaman yang disajikan dalam bentuk daftar umur utang
berdasarkan kreditur;
Biaya pinjaman:
Perlakuan biaya pinjaman;
Jumlah biaya pinjaman yang dikapitalisasi pada periode yang bersangkutan;
Tingkat kapitalisasi yang dipergunakan
6. Penyajian
Kewajiban Jangka Pendek maupun Kewajiban Jangka Panjang pemerintah daerah
disajikan di sisi pasiva bagian kewajiban. Berikut adalah contoh penyajian Kewajiban
Jangka Pendek maupun Kewajiban Jangka Panjang dalam Neraca Pemerintah Daerah:
70
7. Akuntansi Kewajiban pada PPKD
Pihak-pihak yang terkait dalam pelaksanaan sistem akuntansi kewajiban PPKD adalah
sebagai berikut:
b) Kuasa BUD
Dalam sistem akuntansi kewajiban, BUD melakukan fungsi mengadministrasi
penerimaan utang, pembahayaran utang dan reklasifikasi utang, sehingga BUD
memiliki tugas:
71
1. menyiapkan dokumen transaksi penerimaan, pembayaran dan reklasifikasi
utang;
2. menyiapkan bukti memorial untuk pencatatan akuntansi oleh Fungsi Akuntansi
PPKD yang sebelumnya disahkan oleh Kepala SKPKD.
c) PPKD
Dalam sistem akuntansi kewajiban, PPKD memiliki tugas menandatangani laporan
keuangan Pemerintah Daerah sebelum diserahkan kepada BPK.
Langkah-langkah teknis yang biasa diterapkan dalam pengelolaan kewajiban, antara lain:
1. Penerimaan Utang
Berdasarkan Nota Kredit yang menunjukkan telah masuknya penerimaan
pembiayaan ke rekening kas daerah, Fungsi Akuntansi PPKD mengakui adanya
kewajiban jangka panjang dengan mencatat jurnal “ Kas di Kas Daerah” di debit dan
“Kewajiban Jangka Panjang (sesuai rincian objek terkait)” dikredit, dengan jurnal:
Uraian Debit Kredit
Kas di Kas Daerah XXX
Kewajiban Jangka Panjang…… XXX
2. Pembayaran Kewajiban
Realisasi pembayaran kewajiban dilakukan melalui proses penatausahaan yang
dimulai dari pengajuan SPP, pembuatan SPM hingga penerbitan SP2D. Berdasarkan
SP2D tersebut, Fungsi Akuntansi PPKD mencatat “Kewajiban Jangka Panjang (sesuai
rincian objek terkait)” di debit dan “Kas di Kas Daerah” di kredit dengan jurnal:
72
Uraian Debit Kredit
Kewajiban Jangka Panjang…… XXX
Kas di Kas Daerah XXX
3. Reklasifikasi Utang
Berdasarkan Dokumen Perjanjian Utang, Fungsi Akuntansi PPKD menyiapkan bukti
memorial terkait pengakuan bagian utang jangka panjang yang harus dibayar tahun ini.
Setelah diotorisasi oleh PPKD, bukti memorial tersebut menjadi dasar bagi Fungsi
Akuntansi PPKD untuk melakukan pengakuan reklasifikasi dengan mencatat
“Kewajiban Jangka Panjang” di debit dan “Bagian Lancar Utang Jangka Panjang” di
kredit dengan jurnal:
Uraian Debit Kredit
Kewajiban Jangka Panjang XXX
Bagian Lancar Utang Jangka Panjang XXX
73
2) memposting jurnal-jurnal transaksi/kejadian investasi ke dalam Buku Besar
masing-masing rekening (rincian objek);
3) menyusun laporan keuangan, yang terdiri dari Laporan Realisasi Anggaran
(LRA), Laporan Operasional (LO), Laporan Perubahan Ekuitas (LPE),
Neraca dan Catatan atas Laporan Keuangan (CaLK).
Langkah-langkah teknis yang biasa diterapkan dalam pengelolaan kewajiban, antara lain:
Ketika SKPD melakukan suatu transaksi pembelian barang dan jasa yang telah dilaksanakan
dan pelunasan belum dilakukan sehingga terjadi utang, berdasarkan pendekatan beban PPK-
SKPD akan mengakui adanya utang/kewajiban akibat transaksi tersebut dengan mencatat
74
“Beban…. (sesuai rincian objek terkait)” di debit dan “Utang Belanja” di kredit dengan
jurnal:
Disamping pendekatan beban, terdapat pendekatan lain yaitu menggunakan pendekatan aset.
Maka dalam kasus pembelian aset tetap dan pelunasan belum dilakukan, PPK-SKPD
mencatat “Aset Tetap” di debit dan “Utang Belanja” di kredit dengan jurnal:
Pada saat SKPD melakukan pembayaran utang, maka PPK-SKPD mencatat “Utang Belanja”
di debit dan “Kas di Bendahara Pengeluaran” (untuk kasus belanja menggunakan UP) atau
“RK PPKD” (untuk kasus belanja dengan mekanisme LS) di kredit dengan jurnal:
ATAU
D. EKUITAS
75
Secara umum, neraca menggambarkan posisi keuangan pemerintah daerah mengenai
aset, kewajiban, dan ekuitas pada tanggal tertentu. pemerintah daerah mengklasifikasikan
asetnya dalam aset lancar dan nonlancar serta mengklasifikasikan kewajibannya menjadi
kewajiban jangka pendek dan jangka panjang dalam neraca. Sedangkan ekuitas adalah
kekayaan bersih pemerintah yang merupakan selisih antara aset dan kewajiban pemerintah
pada tanggal laporan. Akun ekuitas pada Pemerintah Daerah terdiri dari:
1) Ekuitas
Ekuitas adalah kekayaan bersih pemerintah yang merupakan selisih antara asset dan
kewajiban pemerintah pada tanggal laporan. Saldo ekuitas berasal dari ekuitas awal
ditambah (dikurang) oleh Surplus/Defisit LO dan perubahan lainnya seperti koreksi nilai
persediaan, selisih revaluasi Aset Tetap, dan lain-lain.
2) Ekuitas SAL
Ekuitas SAL digunakan untuk mencatat akun perantara dalam rangka penyusunan
Laporan Realisasi Anggaran dan Laporan Perubahan SAL, mencakup antara lain
Estimasi Pendapatan, Estimasi Penerimaan Pembiayaan, Apropriasi Belanja, Apropriasi
Pengeluaran Pembiayaan, dan Estimasi Perubahan SAL, Surplus/Defisit-LRA.
3) Ekuitas untuk Dikonsolidasikan
Ekuitas untuk Dikonsolidasikan digunakan untuk mencatat reciprocal account untuk
kepentingan konsolidasi, yang mencakup antara lain Rekening Koran PPKD.
76
Ekuitas Awal dan data perubahan ekuitas periode berjalan yang salah satunya diperoleh dari
Laporan Operasional yang telah dibuat sebelumnya. Laporan Perubahan Ekuitas ini akan
menggambarkan pergerakan ekuitas PPKD/SKPD. Berikut adalah contoh format Laporan
Perubahan Ekuitas PPKD/SKPD Pemerintah Provinsi/Kabupaten/Kota:
Beberapa pos-pos yang disajikan di dalam Laporan Perubahan Ekuitas antara lain:
a. Ekuitas awal;
b. Surplus/defisit-LO pada periode bersangkutan;
c. Koreksi yang langsung menambah/mengurangi ekuitas, yang antara lain berasal dari
dampak kumulatif yang disebabkan oleh perubahan kebijakan akuntansi dan koreksi
kesalahan mendasar, seperti:
1) Koreksi kesalahan mendasar dari persediaan yang terjadi pada periode
sebelumnya;
2) Perubahan nilai aset tetap karena revaluasi aset tetap.
d. Ekuitas akhir.
2. Klasifikasi
Ditinjau dari sifat kejadiannya, terdapat 2 (dua) jenis kesalahan yaitu:
77
Kesalahan tidak berulang adalah kesalahan yang diharapkan tidak akan terjadi kembali.
Dapat dikelompokkan menjadi 2 (dua) jenis:
i. Kesalahan tidak berulang yang terjadi pada periode berjalan
ii. Kesalahan tidak berulang yang terjadi pada periode sebelumnya
1. Ditemukan kesalahan saat Laporan Keuangan belum diterbitkan
2. Ditemukan kesalahan saat Laporan Keuangan sudah diterbitkan
b. Kesalahan berulang
Kesalahan berulang merupakan kesalahan yang disebabkan sifat alamiah (normal)
dari jenis-jenis transaksi tertentu yang diperkirakan akan terjadi secara berulang. Misalnya
penerimaan pajak dari wajib pajak yang memerlukan koreksi sehingga perlu dilakukan
restitusi atau tambahan pembayaran dari wajib pajak.
Sistem akuntansi koreksi kesalahan yang diatur dalam modul ini adalah sistem
akuntansi koreksi kesalahan yang terjadi di SKPD dan sistem akuntansi koreksi kesalahan
yang terjadi di PPKD. Penyebab terjadinya kesalahan antara lain disebabkan karena
keterlambatan penyampaian bukti transaksi oleh pengguna anggaran, kesalahan hitung,
kesalahan penerapan standar dan akuntansi, kelalaian, dan lain-lain. Kesalahan juga bisa
ditemukan di periode yang sama saat kesalahan itu dibuat, namun bisa pula ditemukan pada
periode di masa depan. Itulah sebabnya akan ada perbedaan perlakuan terhadap beberapa
kesalahan tersebut. Dari sifat kejadiannya, koreksi kesalahan dapat terjadi berulang dan tidak
berulang.
3. Pihak-pihak terkait
Pihak-pihak yang terkait dalam sistem akuntansi koreksi kesalahan di SKPD terdiri atas
PPK-SKPD dan PA/KPA. Sedangkan pihak-pihak yang terkait dalam sistem akuntansi
koreksi kesalahan di PPKD terdiri atas fungsi Akuntansi PPKD dan PPKD.
78
Kesalahan jenis ini, baik yang mempengaruhi posisi kas maupun yang tidak, dilakukan
dengan pembetulan pada akun yang bersangkutan dalam periode berjalan. Baik pada akun
pendapatan LRA, belanja, pendapatn LO, maupun beban.
Ilustrasi:
Pengembalian pendapatan hibah yang diterima pada tahun yang bersangkutan kepada
pemerintah pusat karena terjadi kesalahan pengiriman oleh pemerintah pusat.
Jurnal Semula:
Jurnal LO dan Neraca
Uraian Debit Kredit
Kas di Kas Daerah XXX
Pendapatan Hibah dari Pemerintah-LO XXX
Jurnal LRA
Uraian Debit Kredit
Perubahan SAL XXX
Pendapatan Hibah dari Pemerintah-LRA XXX
Jurnal koreksi:
Jurnal LO dan Neraca
Uraian Debit Kredit
Pendapatan Hibah dari Pemerintah-LO XXX
Kas di Kas daerah XXX
Jurnal LRA
Uraian Debit Kredit
Pendapatan Hibah dari Pemerintah-LO XXX
Perubahan SAL XXX
79
Ilustrasi:
Terjadi pengembalian belanja pegawai tahun lalu karena salah perhitungan jumlah gaji.
Jurnal semula:
Asumsi pelaksanaan anggaran mengikuti kode rekening Bagan Akun Standar (BAS)
Jurnal LO dan Neraca
Uraian Debit Kredit
Beban Pegawai-LO XXX
RK PPKD XXX
Jurnal LRA
Uraian Debit Kredit
Belanja Pegawai-LRA XXX
Perubahan SAL XXX
Jurnal koreksi:
Jurnal LO dan Neraca
Uraian Debit Kredit
RK PPKD XXX
Beban Pegawai-LO XXX
Jurnal LRA
Uraian Debit Kredit
Perubahan SAL XXX
Belanja Pegawai-LRA XXX
80
Jurnal semula:
Asumsi pelaksanaan anggaran mengikuti kode rekening BAS
Jurnal LO dan Neraca
Uraian Debit Kredit
Beban Gaji Pokok PNS-LO XXX
Kas di Bendahara Pengluaran XXX
Jurnal LRA
Uraian Debit Kredit
Belanja Gaji Pokok PNS-LRA XXX
Perubahan SAL XXX
Jurnal koreksi:
Jurnal LO dan Neraca
Uraian Debit Kredit
Kas di daerah XXX
Ekuitas XXX
Jurnal LRA
Uraian Debit Kredit
Perubahan SAL XXX
Surplus/Defisit LRA XXX
81
Pada tanggal 15 Mei 2017, Dinas Pendapatan Pemkot A menerima pendapatan hotel bulan
April dari Hotel ABC sebesar Rp 35.000.000,-
Asumsi pelaksanaan anggaran mengikuti kode rekening BAS
Jurnal LO dan Nerca
Uraian Debit Kredit
Kas di Kas Daerah 35.000.000
Pajak Hotel -LO 35.000.000
Jurnal LRA
Uraian Debit Kredit
Perubahan SAL 35.000.000
Pajak Hotel -LRA 35.000.000
Ilustrasi:
Pada tanggal 25 Mei 207, atas pajak hotle yang diterima dari Hotel ABC dan terjadi
kelebihan pembayaran sebesar Rp7.000.000,-
Jurnal LO dan Neraca
Uraian Debit Kredit
Pajak Hotel-LO 7.000.000
Kas di Kas Daerah 7.000.000
Jurnal LRA
Uraian Debit Kredit
Pajak Hotel-LRA 7.000.000
Perubahan SAL 7.000.000
82
dibuat oleh PPKD sebagai entitas akuntansi, yaitu:
a. Laporan Realisasi Anggaran (LRA);
b. Neraca;
c. Laporan Operasional (LO);
d. Laporan Perubahan Ekuitas (LPE); dan
e. Catatan atas Laporan Keuangan (CaLK).
83
kolom “Penyesuaian”.
Jurnal penyesuaian yang diperlukan antara lain digunakan untuk:
Koreksi kesalahan/Pemindahbukuan
Pencatatan jurnal yang belum dilakukan
Pencatatan piutang, persediaan dan atau aset lainnya pada akhir tahun
c) Membuat Neraca Saldo Setelah Penyesuaian
Fungsi Akuntansi PPKD melakukan penyesuaian atas neraca saldo
berdasarkan jurnal penyesuaian yang telah dibuat sebelumnya. Nilai yang telah
disesuaikan diletakkan pada kolom “Neraca Saldo Setelah Penyesuaian”.
2) Menyusun Laporan Keuangan
a) Menyusun LRA, membuat jurnal penutup LRA, dan Neraca Saldo setelah Penutupan
LRA
Berdasarkan Neraca Saldo yang telah disesuaikan, Fungsi Akuntansi PPKD
mengidentifikasi akun-akun yang termasuk dalam komponen Laporan Realisasi
Anggaran dan kemudian disajikan dalam “Laporan Realisasi Anggaran”.
Bersamaan dengan pembuatan LRA, Fungsi Akuntansi PPKD membuat
jurnal penutup. Prinsip penutupan ini adalah membuat nilai akun-akun LRA
menjadi 0. Jurnal penutup tersebut dilakukan dalam 3 tahap, sebagai berikut:
i. Jurnal Penutup untuk menutup jurnal penganggaran yang dibuat di awal
tahun anggaran
Uraian Debit Kredit
Apropriasi Belanja XXX
Apropriasi Pengeluaran Pembiayaan XXX
Pengeluaran Pembiayaan XXX
Estimasi Pendapatan XXX
Estimasi Penerimaan Pembiayaan XXX
ii. Jurnal Penutup untuk realisasi anggaran, ditutup pada akun surplus/defisit-
LRA
Uraian Debit Kredit
Pendapatan – LRA XXX
Penerimaan Pembiayaan XXX
Belanja XXX
Pengeluaran Pembiayaan XXX
84
Surplus/Defisit - LRA XXX
iii. Jurnal Penutup untuk menutup akun surplus/defisit – LRA pada akun
Estimasi Perubahan SAL yang terbentuk selama transaksi.
Uraian Debit Kredit
Surplus/Defisit- LRA XXX
Estimasi Perubahan SAL XXX
Kemudian setelah membuat jurnal penutup, Fungsi Akuntansi PPKD
menyusun Neraca Saldo setelah Penutupan LRA. Berikut ini adalah format LRA
PPKD:
85
b) Menyusun LO, jurnal penutup LO, dan Neraca Saldo setelah Penutupan LO
86
Fungsi Akuntansi PPKD mengidentifikasi akun-akun yang termasuk dalam
komponen Laporan Operasional untuk kemudian membuat Laporan Operasional.
Bersamaan dengan pembuatan LO, Fungsi Akuntansi PPKD membuat jurnal
penutup. Prinsip penutupan ini adalah membuat nilai akun-akun LO menjadi 0.
Berikut ini contoh jurnal penutup LO.
Uraian Debit Kredit
Pendapatan-LO XXX
Surplus/Defisit...-LO XXX
Beban XXX
Kemudian setelah membuat jurnal penutup, Fungsi Akuntansi PPKD
menyusun Neraca Saldo setelah Penutupan LO. Berikut ini adalah format LO
PPKD:
87
88
c) Menyusun Neraca, jurnal penutup akhir, dan Neraca Saldo Akhir
Berdasarkan Neraca Saldo setelah Penutupan LO, Fungsi Akuntansi PPKD
membuat Neraca. Bersamaan dengan pembuatan Neraca, Fungsi Akuntansi PPKD
membuat jurnal penutup akhir untuk menutup akun Surplus/Defisit…–LO ke akun
Ekuitas. Berikut contoh jurnal penutup akhir.
Uraian Debit Kredit
Surplus/Defisit...-LO XXX
Ekuitas XXX
Setelah membuat jurnal penutup akhir, Fungsi Akuntansi PPKD menyusun
Neraca Saldo Akhir yang akan menjadi Neraca Awal untuk periode akuntansi yang
selanjutnya. Berikut merupakan contoh format neraca PPKD Pemerintah
Provinsi/Kabupaten/Kota.
89
90
d) Menyusun Laporan Perubahan Ekuitas
Selanjutnya, Fungsi Akuntansi PPKD membuat Laporan Perubahan Ekuitas
menggunakan data Ekuitas Awal dan data perubahan ekuitas periode berjalan yang
salah satunya diperoleh dari Laporan Operasional yang telah dibuat sebelumnya.
Laporan Perubahan Ekuitas ini akan menggambarkan pergerakan ekuitas PPKD.
Berikut ini merupakan contoh format Laporan Perubahan Ekuitas PPKD
Pemerintah Provinsi/Kabupaten/Kota.
91
yang belum disajikan dalam lembar muka laporan keuangan; dan
vii. Informasi lainnya yang diperlukan untuk penyajian yang wajar, yang tidak
disajikan dalam lembar muka laporan keuangan.
Berikut ini merupakan contoh format Catatan atas Laporan Keuangan
Pemerintah Provinsi/Kabupaten/Kota.
92
a. Laporan Realisasi Anggaran (LRA);
b. Neraca;
c. Laporan Operasional (LO);
d. Laporan Perubahan Ekuitas (LPE); dan
e. Catatan atas Laporan Keuangan (CaLK).
93
Prosedur pengisian kertas kerja masih sama dengan yang dilakukan pada PPKD, yaitu:
a) Mengisi Neraca Saldo Sebelum Penyesuaian
PPK-SKPD melakukan rekapitulasi saldo-saldo buku besar menjadi neraca
saldo. Angka-angka neraca saldo tersebut diletakkan di kolom “Neraca Saldo”.
b) Membuat Jurnal Penyesuaian
Selanjutnya ialah membuat jurnal penyesuaian dengan tujuan melakukan
penyesuaian atas saldo pada akun-akun tertentu dan pengakuan atas transaksi-
transaksi yang bersifat akrual. Jurnal penyesuaian tersebut diletakkan dalam kolom
“Penyesuaian”.
Jurnal penyesuaian yang diperlukan antara lain digunakan untuk:
Koreksi kesalahan/Pemindahbukuan
Pencatatan jurnal yang belum dilakukan
Pencatatan piutang, persediaan dan atau aset lainnya pada akhir tahun
c) Membuat Neraca Saldo Setelah Penyesuaian
PPK-SKPD melakukan penyesuaian atas neraca saldo berdasarkan jurnal
penyesuaian yang telah dibuat sebelumnya. Nilai yang telah disesuaikan diletakkan
pada kolom “Neraca Saldo Setelah Penyesuaian”.
94
ii. Jurnal Penutup untuk realisasi anggaran, ditutup pada akun surplus/defisit–LRA
Uraian Debit Kredit
Pendapatan–LRA XXX
Belanja XXX
Surplus/Defisit-LRA XXX
iii. Jurnal Penutup untuk menutup akun surplus/defisit–LRA pada akun Estimasi
Perubahan SAL yang terbentuk selama transaksi.
Uraian Debit Kredit
Surplus/Defisit-LRA XXX
Estimasi Perubahan SAL XXX
Kemudian, setelah membuat jurnal penutupan, Akuntansi SKPD menyusun
Neraca Saldo setelah Penutupan LRA. Berikut ini adalah format LRA pendapatan
dan belanja SKPD.
95
kemudian disajikan dalam Laporan Operasional.
Bersamaan dengan pembuatan LO, Akuntansi SKPD juga membuat jurnal
penutup. Prinsip penutupan ini adalah membuat nilai akun-akun LO menjadi 0.
Kemudian, setelah membuat jurnal penutupan, Akuntansi SKPD menyusun Neraca
Saldo setelah Penutupan LO. Berikut ini contoh jurnal penutup LO dan format LO.
Uraian Debit Kredit
Pendapatan-LO XXX
Surplus/Defisit...-LO XXX
Beban XXX
(3) Menyusun Neraca, membuat jurnal penutup akhir, dan Neraca Saldo akhir
Berdasarkan Neraca Saldo setelah Penutupan LO, Akuntansi SKPD
membuat Neraca. Bersamaan dengan pembuatan Neraca, Akuntansi SKPD membuat
jurnal penutup akhir untuk menutup akun Surplus (Defisit) – LO ke akun Ekuitas.
Berikut ini contoh jurnal penutup akhir.
Uraian Debit Kredit
Surplus/Defisit...-LO XXX
Ekuitas XXX
96
Kemudian, setelah membuat jurnal penutup akhir, Akuntansi SKPD
menyusun Neraca Saldo Akhir. Neraca Saldo Akhir ini akan menjadi Neraca Awal
untuk periode akuntansi yang selanjutnya. Berikut ini merupakan contoh format
Neraca SKPD Pemerintah Provinsi/Kabupaten/Kota.
97
(4) Menyusun Laporan Perubahan Ekuitas
Selanjutnya, Akuntansi SKPD membuat Laporan Perubahan Ekuitas
98
menggunakan data Ekuitas Awal dan data perubahan ekuitas periode berjalan yang
salah satunya diperoleh dari Laporan Opersional yang telah dibuat sebelumnya.
Laporan Perubahan Ekuitas ini akan menggambarkan pergerakan ekuitas SKPD.
Berikut ini merupakan contoh format Laporan Perubahan Ekuitas
99
3. Penyusunan Laporan Keuangan Konsolidasian Pemerintah Daerah
Laporan Keuangan Konsolidasian adalah suatu laporan keuangan yang merupakan
gabungan keseluruhan laporan keuangan entitas pelaporan, atau entitas akuntansi, sehingga
tersaji sebagai satu entitas tunggal.
Laporan keuangan pemerintah daerah disusun dengan melakukan proses konsolidasi dari
seluruh laporan keuangan entitas akuntansi yang terdapat pada pemerintah daerah. Neraca
saldo dari semua entitas akuntansi SKPD dan entitas akuntansi PPKD menjadi dasar dalam
penyusunan laporan keuangan.
Terdapat 7 Laporan Keuangan yang dibuat oleh PPKD, yaitu:
a. Laporan Realisasi Anggaran (LRA);
b. Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih (SAL);
c. Neraca;
d. Laporan Operasional (LO);
100
e. Laporan Arus Kas (LAK);
f. Laporan Perubahan Ekuitas (LPE); dan
g. Catatan atas Laporan Keuangan (CaLK).
101
Keuangan Pemerintah Daerah untuk mempermudah proses pembuatan laporan
keuangan secara manual.
Neraca Saldo SKPD dan Neraca Saldo PPKD yang dimasukkan kedalam kertas
kerja konsolidasi adalah Neraca Saldo yang sudah disesuaikan. Setelah memasukkan
semua neraca saldo kedalam kertas kerja konsolidasi, Fungsi Akuntansi PPKD membuat
jurnal eliminasi untuk menghapus akun transitoris yaitu RK PPKD dan RK SKPD.
Berdasarkan Neraca Saldo SKPD dan Neraca Saldo PPKD serta Jurnal Eliminasi,
Fungsi Akuntansi PPKD mengisi Neraca Saldo Pemerintah Daerah.
Untuk eliminasi kedua akun tersebut, fungsi akuntansi PPKD mencatat “RK-
PPKD” di debit dan “RK-SKPD” di kredit dengan jurnal:
Uraian Debit Kredit
RK-PPKD XXX
RK-SKPD XXX
102
Nilai kolom debit dan kredit pada kolom “Laporan Realisasi Anggaran”
dijumlahkan. Selisih antara kedua nilai ini merupakan nilai “SILPA tahun
berjalan”. Nilai ini ditempatkan di bawah kolom yang nilainya lebih kecil, sehingga
akan diperoleh nilai yang seimbang antara kolom debit dan kredit.
Bersamaan dengan pembuatan LRA, PPKD juga membuat jurnal penutup
untuk membuat nilai akun-akun LRA menjadi 0. Berikut contoh jurnal penutup
LRA dan format Laporan Realisasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
Uraian Debit Kredit
Pendapatan-LRA XXX
Penerimaan Pembiayaan–LRA XXX
Apropriasi Belanja XXX
Apropriasi Pengeluaran Pembiayaan XXX
Estimasi Perubahan SAL XXX
Belanja XXX
Pengeluaran Pembiayaan–LRA XXX
Estimasi Pendapatan XXX
Estimasi Penerimaan Pembiayaan XXX
103
104
b. Menyusun LO, membuat jurnal penutup LO dan Neraca Saldo setelah Penutupan
LO
Berdasarkan Neraca Saldo setelah Penutupan LRA, Fungsi Akuntansi
PPKD mengidentifikasi akun-akun yang termasuk dalam komponen Laporan
Operasional untuk kemudian membuat Laporan Operasional.
Bersamaan dengan pembuatan LO, PPKD juga membuat jurnal penutup.
Prinsip penutupan ini adalah membuat nilai akun-akun LO menjadi 0. Berikut ini
contoh jurnal penutup LO.
Uraian Debit Kredit
Pendapatan-LO XXX
Surplus/Defisit...-LO XXX
Beban XXX
Kemudian, setelah membuat jurnal penutupan, Akuntansi PPKD menyusun
Neraca Saldo setelah Penutupan LO. Berikut ini merupakan contoh format
Laporan Operasional.
105
c. Menyusun Neraca, membuat jurnal penutup akhir, dan Neraca Saldo Akhir
Berdasarkan Neraca Saldo setelah Penutupan LO, Fungsi Akuntansi PPKD
106
membuat Neraca. Bersamaan dengan pembuatan Neraca, PPKD membuat jurnal
penutup akhir untuk menutup akun Surplus/Defisit–LO ke akun Ekuitas. Berikut
ini contoh jurnal penutup akhir.
Uraian Debit Kredit
Surplus/Defisit...-LO XXX
Ekuitas XXX
Setelah membuat jurnal penutup akhir, Fungsi Akuntansi PPKD menyusun
Neraca Saldo Akhir. Neraca Saldo Akhir ini akan menjadi Neraca Awal untuk
periode akuntansi yang selanjutnya. Berikut ini merupakan contoh format Neraca
Pemerintah Provinsi/Kabupaten/Kota.
107
108
d. Menyusun Laporan Perubahan SAL
Dari Laporan Realisasi Anggaran yang telah dibuat sebelumnya, Fungsi
Akuntansi PPKD dapat menyusun Laporan Perubahan SAL. Laporan Perubahan
SAL ini merupakan akumulasi SiLPA periode berjalan dan tahun-tahun
sebelumnya. Berikut ini merupakan contoh format Laporan Perubahan Saldo
Anggaran Lebih Pemerintah Daerah.
109
diperoleh dari Buku Besar Kas dan juga jurnal yang telah dibuat sebelumnya.
Semua transaksi terkait Arus Kas tersebut kemudian diklasifikasikan ke dalam
aktivitas operasi, aktivitas investasi, aktivitas pendanaan, aktivitas transitoris.
Berikut ini merupakan contoh format Laporan Arus Kas Pemerintah Daerah.
Berikut ini merupakan contoh format Laporan Arus Kas Pemerintah Daerah.
110
111
g. Menyusun Catatan atas Laporan Keuangan
Catatan atas Laporan Keuangan meliputi penjelasan atau rincian dari angka
yang tertera dalam Laporan Realisasi Anggaran, Laporan Perubahan SAL, Laporan
Operasional, Laporan Perubahan Ekuitas, Neraca, dan Laporan Arus Kas. Hal-hal
yang diungkapkan di dalam Catatan atas Laporan Keuangan antara lain:
Informasi umum tentang Entitas Pelaporan dan Entitas Akuntansi;
Informasi tentang kebijakan keuangan dan ekonomi makro;
Ikhtisar pencapaian target keuangan selama tahun pelaporan berikut kendala
dan hambatan yang dihadapi dalam pencapaian target;
Informasi tentang dasar penyusunan laporan keuangan dan kebijakan-
kebijakan akuntansi yang dipilih untuk diterapkan atas transaksi-transaksi dan
kejadian-kejadian penting lainnya;
Rincian dan penjelasan masing-masing pos yang disajikan pada lembar muka
laporan keuangan;
Informasi yang diharuskan oleh Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan
yang belum disajikan dalam lembar muka laporan keuangan; dan
Informasi lainnya yang diperlukan untuk penyajian yang wajar, yang tidak
disajikan dalam lembar muka laporan keuangan.
112
113
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Pemerintah Pusat dan pemerintah daerah saat ini sedang mengupayakan untuk
mengimplementasikan sistem akuntansi berbasi akrual secara penuh. Hal ini telah sesuai
dengan amanat Undang Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara.
Namun demikian, dalam penyusunan anggaran, pemerintah pusat masih menggunakan
basis kas.
2. Sebagai pedoman pelaksanaan sistem akuntansi berbasis akrual pada Pemerintah
Daerah, telah diterbitkan Permendagri No. 64 Tahun 2013 tentang Penerapan SAP
Berbasis Akrual pada Pemerintah Daerah.
3. Sesuai dengan Kebijakan Akuntansi Pemerintah Daerah, terdapat tujuh Laporan
Keuangan Pemerintah Daerah pokok yang terdiri atas Neraca, Laporan Realisasi
Anggaran, Laporan Arus Kas, Laporan Operasional, Laporan Perubahan Ekuitas,
Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih, Catatan atas Laporan Keuangan.
B. Saran
1. Kedepannya, bila pemerintah akan melakukan perubahan sistem akuntansi ataupun
kebijakan akuntansi lainnya, sebaiknya diawali dengan pilot project sehingga
berbagai hambatan ataupun resiko kegagalan dapat dimitigasi.
2. Supaya dapat dikembangkan Kebijakan Akuntansi Pemerintah Daerah dan Sistem
Akuntansi Pemerintah Daerah yang terintegrasi antar pemerintah daerah di
Indonesia.
114
DAFTAR PUSTAKA