Anda di halaman 1dari 12

GALENIKA I

Rizki Febriyanti, M. Farm, Apt

CV:
Nama : Rizki Febriyanti, M. Farm., Apt
TTL : Tegal, 27 Februari 1983
Alamat : Jl. Martoloyo Gg. 1 No. 43 Rt 02/ 09, Panggung, Tegal
Hp : 0815 6628 469
Email : rizki.febriyanti83@gmail.com

Riwayat:
Pendidikan : Univ. Setiabudi Surakarta (S1 Farmasi & Apoteker)
Univ. Pancasila Jakarta (Magister Farmasi.OBA)

Pekerjaan : SMK Muhammadiyah Lebaksiu (Staff Pengajar / 2008-2011)


LPK Bina Husada ( Staff Pengajar / 2011-2012)
Apotik Metta Farma ( Aping / 2011-2012)
Apotek Permata Tegal ( APA / 2008- sekarang)
PoliTeknik Harapan Bersama (Staff Pengajar / 2011- skrg)

Organisasi : Sekretaris PC IAI Kota Tegal (2010 – 2014)


Sekretaris PC IAI Kota Tegal (2014– sekarang)
Penarikan (Extraction)
Yaitu suatu cara untuk menarik satu atau lebih zat dari bahan asal, umumnya zat berkhasiat tersebut
dapat ditarik, namun khasiatnya tidak berubah.

Tujuan utama ekstraksi ialah mendapatkan atau memisahkan sebanyak mungkin zat-zat yang
memiliki khasiat pengobatan (concentrata) dari zat-zat yang tidak bermanfaat agar lebih mudah
dipergunakan dan disimpan dibandingkan simplisia asal, dan tujuan pengobatan lebih terjamin.
Ekstraksi  proses pemisahan suatu zat atau beberapa dari suatu padatan atau cairan dengan
bantuan pelarut

Pemisahan terjadi atas dasar kemampuan larutan yang berbeda dari komponen-komponen tersebut

Ekstraksi biasa digunakan untuk memisahkan dua zat berdasarkan perbedaan kelarutan

Ekstrak  sediaan kering, kental, atau cair dibuat dengan menyaring simplisia nabati dan hewani
menurut cara yang cocok, di luar pengaruh matahari yang langsung.
Untuk menentukan penggunaan cairan penyari hrs memperhatikan bbrp faktor antara lain:

1. Mempunyai kelarutan zat dalam menstrum


2. Tidak menyebabkan simplisia menjadi rusak atau hilang zat berkhasiatnya
3. Harga yang ekonomis
4. Jenis sediaan yang akan di buat.
Cara-cara Penarikan
A. Maserasi
adalah cara penarikan simplisia dengan merendam simplisia tersebut dalam cairan penyari
pada suhu biasa atau memakai pemanasan. Ph Belanda VI menetapkan suhunya 15-25⁰ C.

Maserasi  proses pengekstrakan simplisia dengan menggunakan pelarut dengan beberapa


kalipengocokan atau pengadukan pada suhu kamar

Umumnya cara maserasi tidak dipergunakan pada pembuatan sediaan galenik yang pekat
seperti ekstrak .
Prinsip:

Penyarian zat aktif yang dilakukan dengan cara merendam serbuk simplisia dalam cairan
penyari yang sesuai pada temperatur kamar , terlindung dari cahaya.
Cairan penyari akan masuk ke dalam sel melewati dinding sel. Isi sel akan larut karena adanya
perbedaan konsentrasi antara larutan di dalam sel dengan di luar sel. Larutan yang
konsentrasinya tinggi akan terdesak keluar dan diganti oleh cairan penyari dengan konsentrasi
rendah ( proses difusi ). Peristiwa tersebut berulang sampai terjadi keseimbangan konsentrasi
antara larutan di luar sel dan di dalam sel .
Keuntungan  peralatannya sederhana

Kerugian  waktu yang diperlukan untuk mengekstraksi sampel cukup lama, cairan penyari
yang digunakan lebih banyak, tidak dapat digunakan untuk bahan-bahan yang mempunyai
tekstur keras seperti benzoin, tiraks dan lilin.

B. Perkolasi

Suatu cara penarikan memakai alat yang disebut perkolator yang simplisianya terendam
dalam cairan penyari, zat-zat akan terlarut dan larutan tersebut akan menetes secara beraturan
sampai memenuhi syarat yang telah ditetapkan.
Pada proses penarikan ini, cairan penyari akan turun perlahan lahan dari atas melalui
simplisia (berlainan dengan maserasi yang cairannya tidak mengalir)
• Perkolasi  estraksi dengan pelarut yang selalu
baru sampai sempurna (exhaustive extraction)
umumnya dilakukan pada suhu kamar.
• Perkolasi  proses penyarian simplisia dengan
jalan melewatkan pelarut yang sesuai secara
lambat pada simplisia dalam suatu percolator.

• Tujuan perkolasi  upaya zat berkhasiat tertarik


seluruhnya dan biasanya dilakukan untuk zat
berkhasiat yang tahan ataupun tidak tahan
pemanasan.
Prinsip :

 serbuk simplisia ditempatkan dalam suatu bejana silinder , yang bagian bawahnya diberi
sekat berpori. Cairan penyari dialirkan dari atas ke bawah melalui serbuk tersebut, cairan
penyari akan melarutkan zat aktif sel-sel yang dilalui sampai mencapai keadaan jenuh. Gerak
kebawah disebabkan oleh kekuatan gaya beratnya sendiri dan cairan diatasnya, dikurangi
dengan daya kapiler yang cenderung untuk menahan.
• Keuntungan :
o Tidak terjadi kejenuhan
o Pengaliran meningkatkan difusi (dengan dialiri cairan penyari sehingga zat seperti
terdorong u/ keluar dari sel)

• Kerugian :
– Cairan penyari lebih banyak
– Resiko cemaran mikroba u/ penyari air karena dilakukan secara terbuka.
C. Refluks
Refluks  ekstraksi dengan pelarut pada temperatur titik didihnya, selama waktu tertentu dan
jumlah pelarut yang relatif konstan dengan adanya pendingin balik.

Ekstraksi refluks digunakan untuk mengektraksi bahan-bahan yang tahan terhadap pemanasan
Prinsip :

Penarikan komponen kimia yang dilakukan dengan cara sampel dimasukkan ke dalam labu alas
bulat bersama-sama dengan cairan penyari lalu dipanaskan, uap-uap cairan penyari
terkondensasi pada kondensor bola menjadi molekul-molekul cairan penyari yang akan turun
kembali menuju labu alas bulat, akan menyari kembali sampel yang berada pada labu alas bulat,
demikian seterusnya berlangsung secara berkesinambungan sampai penyarian sempurna,
penggantian pelarut dilakukan sebanyak 3 kali setiap 3-4 jam. Filtrat yang diperoleh
dikumpulkan dan dipekatkan.
• Keuntungan  digunakan untuk mengekstraksi sampel2 yang memiliki tekstur kasar

• Kerugian  butuh volume total pelarut yang besar dan sejumlah manipulasi operator

D. Soxhletasi
• Soxhlet  ekstraksi menggunakan pelarut yang selalu baru yang umumnya dilakukan
dengan alat khusus sehingga terjadi ektraksi kontiniu dengan jumlah pelarut yang relatif
konstan dengan adanya pendingin balik.

• Prinsip  ekstraksi menggunakan pelarut yang selalu baru yang umumnya sehingga terjadi
ekstraksi kontiyu dengan jumlah pelarut konstan dengan adanya pendingin balik
• Keuntungan :
– Dapat digunakan untuk sampel dengan tekstur yang lunak dan tidak tahan terhadap
pemanasan secara langsung.
– Digunakan pelarut yang lebih sedikit
– Pemanasannya dapat diatur

• Kerugian :
– Karena pelarut didaur ulang, ekstrak yang terkumpul pada wadah di sebelah bawah terus-
menerus dipanaskan sehingga dapat menyebabkan reaksi peruraian oleh panas.

– Jumlah total senyawa-senyawa yang diekstraksi akan melampaui kelarutannya dalam pelarut
tertentu sehingga dapat mengendap dalam wadah dan membutuhkan volume pelarut yang lebih
banyak untuk melarutkannya.

– Bila dilakukan dalam skala besar , mungkin tidak cocok untuk menggunakan pelarut dengan
titik didih yang terlalu tinggi,
E. Digerasi

suatu cara penarikan yang suhunya sedikit lebih tinggi daripada maserasi. Ph. Belanda VI
menetapkan suhunya adalah 35- 45 ⁰C, sedangkan USP 40-60 ⁰C.
Digesti  maserasi kinetik (dengan pengadukan kontiniu) pada temperatur yang lebih tinggi
dari suhu kamar
• Secara umum dilakukan pada suhu 40-50 C

• Keuntungan dari pemanasan :


Kekentalan pelarut brkurang, sehingga dapat mengakibatkan berkurangnya lapisan2 batas
Daya melarutkan cairan penyari akan meningkat
Koefisien difusi berbanding lurus dengan suhu absolut dan berbanding terbalik dengan
kekentalan
Pembagian Tinctura
Menurut cara pembuatan

Pembagian Tinctura
Menurut kekerasan (perbandingan bahan dasar dengan cairan penyari)
Pembagian Tinctura
Berdasarkan cairan penariknya
Ekstrak (Extracta)
Adalah sediaan pekat yang diperoleh dengan mengekstraksi zat aktif dari simplisia nabati atau
hewani menggunakan pelarut yang sesuai, kemudian semua atau hampir semua pelarut
diuapkan dan massa atau serbuk yang tersisa diperlakukan sedemikian sehingga memenuhi
baku yang ditetapkan.
Macam-macam ekstrak
Ekstrak cair biasanya masih mengandung sejumlah pelarut tertentu (kadar air > 20%)
Ekstrak kental,merupakan ekstrak yang pelarutnya telah diuapkan sampai batas tertentu (kadar
air > 10-20%,bahkan 30%),
Ekstrak kering adalah ekstrak yang ditambahkan serbuk pengisi, seperti,laktosa, avicel,
maltodekstrin, amilum atau bahan pengisi lain yang inert dengan perbandingan tertentu,
kemudian dikeringkan dalam oven.

Ekstrak kering juga dapat diperoleh dengan menguapkan seluruh pelarut yang digunakan
pada saat penyarian, hingga benar-benar kering menghasilkan massa berupa serbuk, tetapi cara
seperti ini jarang digunakan pada skala industri, karena lamanya proses pengeringan dan
khawatir merusak zat aktif dari ekstrak.
Ekstrak Hiosiami (Hyosyami Extractum)
Cara pembuatan : sama dengan cara pembuatan Belladonae Extractum yang dibuat dari serbuk
hiosiamin
Ekstrak hiosiami kental disimpan dalam persediaan dalam bentuk serbuk yang dibuat sebagai
berikut :
Gerus 1 bagian ekstrak dengan 2 bagian pati atau laktosa keringkan pada suhu tidak lebih dari
80 0C, tambahkan sejumlah pati atau laktosa kering hingga tapat 3 bagian. Simpan dalam wadah
berisi zat pengering.
Infus (Infusa)
Adalah sediaan cair yang dibuat dengan mengekstraksi simplisia nabati dengan air pada suhu 90
⁰C selama 15 menit.
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam membuat sediaan infus
Jumlah Simplisia
Kecuali dinyatakan lain, infus yang mengandung bukan bahan berkhasiat keras di buat dengan
menggunakan 10 % simplisia.
Derajat Halus Simplisia
Yang digunakan untuk infus harus mempunyai deajat halus sebagai berikut :

Banyaknya Air Ekstra


Umumnya untuk membuat sediaan infus diperlukan penambahan air sebanyak 2 kali berat
simplisia. Air ekstra ini perlu karena simplisia yang kita gunakan pada umumnya dalam keadaan
kering.

Cara Menyerkai

Pada umumnya infus di serkai selagi panas, kecuali infus simplisia yang mengandung minyak
atsiri, diserkai setelah dingin. Infus daun sena, infus asam jawa dan infus simplisia lain yang
mengandung lendir tidak boleh diperas.
Untuk decocta Condurango diserkai dingin, karena zat berkhasiatnya larut dalam keadaan panas,
akan mengendap dalam keadaan dingin.
Infus daun sena harus diserkai setelah dingin karena infus daun sena mengandung zat yang dapat
menyebabkan sakit perut yang larut dalam air panas, tetapi tidak larut dalam air dingin.
Untuk asam jawa sebelum dibuat infus di buang bijinya dan diremas dengan air hingga massa
seperti bubur.
Untuk buah adas manis dan buah adas harus dipecah dahulu.
Bila sediaan tidak disebutkan derajat kehalusannya, hendaknya diambil derajat kehalusan suatu
bahan dasar yang keketalannya sama / sediaan galenik dengan bahan yang sama.

Penambahan Bahan-Bahan Lain


Pada pembuatan infus kulit kina ditambahkan asam sitrat 10% dari bobot bahan berkhasiat dan
pada pembuatan infus simplisia yang mengandung glikosida antrakinon, ditambahkan Natrium
karbonat 10% dari bobot simplisia.

INFUS
Infusa adalah sediaan cair yang dibuat dengan mengektraksi simplisia nabati dengan air pada
suhu 900 C selama 15 menit (FI IV)

CARA PEMBUATAN
Campur simplisia dengan air secukupnya, panaskan di atas tangas air selama 15 menit terhitung
mulai suhu mencapai 900 C sambil sesekali diaduk.
Saring selagi panas melalui kain flanel.
Tambahkan air panas secukupnya melalui ampas hingga diperoleh volume infus yang
dikehendaki.
Air aromatik
Adalah larutan jernih dan jenuh dalam air dari minyak mudah menguap atau senyawa
aromatikatau bahan mudah menguap lain.

Air aromatik adalah larutan jenuhminyak atsiri atau zat-zat beraroma dalam air.

Air aromatik harus :

- Mempunyai bau dan rasa yang menyerupai bahan asal

- Bebas bau empirematik atau bau lain

- Tidak berwarna

- Tidak berlendir
Air aromatik yang tertera dalam FI II ada 3 yaitu
Aqua foeniculi adalah larutan jenuh minyak adas dalam air.
Aqua mentha piperitae adalah larutan jenuh minyak permen dalam air.
Aqua rosae adalah larutan jenuh minyak mawar dalam air
CARA PEMBUATAN AIR AROMATIK
1. Larutkan minyak atsiri sejumlah yang tertera dalam masing-masing monografi dalam 60 mL
etanol 95%.
2. Tambahkan air sedikit demi sedikit sampai volume 100 mL sambil dikocok kuat-kuat.
3. Tambahkan 500 mg talk, kocok, diamkan, saring.
4. Encerkan 1 bagian filtrat dengan 39 bagian air.

NB :
Etanol berfungsi untuk menambah kelarutan minyak atsiri dalam air.
Talk berguna untuk membantu pendistribusia minyak dalam air dan menyempurnakan
pengendapan kotoran sehingga aqua aromatik yang dihasilkan jernih.
Minyak lemak
Adalah campuran senyawa asam lemak bersuku tinggi (berbobot molekul tinggi dan berantai
carbon panjang) dengan gliserin.

Syarat –syarat minyak lemak :


o harus jernih,
o harus larut dalam segala perbandingan dalam CHCl3, eter, dll,
o harus memenuhi syarat-syarat minyak mineral, minyak harsa, dan minyak-minyak
asing lainnya, senyawa belerang, dan logam berat

Cara identifikasi minyak lemak, pada kertas meninggalkan noda lemak.


Penggunaan minyak lemak
Contoh-contoh minyak lemak
Cara mendapatkan minyak lemak :

- Diperas pada suhu biasa, misal oleum arachidis, oleum olivale, oleum ricini.

- Diperas pada suhu panas, misal : oleum cacao, oleum cocos.

Minyak atsiri
Adalah campuran bahan-bahan berbau keras dan menguap, yang diperoleh baik dengan cara
penyulingan atau perasan simplisia segar maupun sintetis.

Minyak atsiri diperoleh dari tumbuh-tumbuhan contohnya daun, bunga, buah, atau dibuat secara
sintetis
Contoh-contoh minyak atsiri
Syarat-syarat minyak atsiri
CARA MEMPEROLEH MINYAK ATSIRI
• Cara pemerasan
• Cara penyulingan (destilasi)
a. Cara langsung (menggunakan api langsung)
Bahan yang akan diolah dimasukan ke dalam bejana di atas pelat berlubang dan
bejana berisi air. Uap air naik melalui lubang dan akan melewati pwndingin,
kemudian minyak yang keluar dengan uap air ditampung.
b. Cara tidak langsung (destilasi uap)
Bahan yang akan diolah dimasukkan ke dalam sebuah bejana dan ditambah dengan
air. Alirkan ke dalamnya uap air yang berasal dari bejana lain.
Dari cara a dan b di atas, pada bejana penampungan akan terdapat 2 lapisan, yaitu air dan
minyak atsiri.
Letak m inyak atsiri dan air tergantung pada BJ. Jika BJ minyak atsiri > BJ air, maka
minyak atsiri terdapat di bawah, dan sebaliknya.
CONTOH MINYAK ATSIRI
Oleum foeniculi
Oleum anisi
Oleum caryophilli
Oelum citri
Oleum aurantii
Oleum eucalypti
Oleum mentha piperitae
Oleum cinnamommi
Oleum citronella
Oleum rossae
Sirop
Adalah sediaan cair berupa larutan yang mengandung sakarosa, kadar sakarosa tidak kurang dari
64 % dan tidak lebih dari 66%

Contoh-contoh sediaan sirop : ferrosi iodidi sirupus sirupus thymi, sirupus simplex

Pada pembuatan sirop dari simplisia yang mengandung glikosida antrakuinon ditambahkan
Na2CO3 sejumlah 10% bobot simplisia.
Sirop
Kecuali dinyatakan lain, pada pembuatan sirop simplisia untuk persediaan ditambahkan metil
paraben 0,25 % b/v atau pengawet lain yang cocok.

Kadar gula dalam sirop pada suhu kamar maksimum 66% sakarosa, jika lebih tinggi akan terjadi
pengkristalan, tetapi jika lebih rendah dari 62% sirop akan membusuk.

BJ sirop kira-kira 1,3

Untuk mencegah sirop tidak menjadi busuk, dapat ditambahkan bahan pengawet misalnya
nipagin.
Dalam perdagangan ada yang dikenal dengan dry sirup yaitu sirup berbentuk kering yang jika
akan dipakai ditambahkan sejumlah pelarut tertentu atau aqua destilata, biasanya berisi zat-zat
yang tidak stabil dalam suasana berair
Terimakasih

Anda mungkin juga menyukai