PERPUSTAKAAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2016
Kata Pengantar
Syukur alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat Rahmat
dan Karunia-Nya akhirnya penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Upaya
Membangun Citra Diri Melalui Pembentukan Personal Branding Pustakawan” ini dengan
baik.
Personal Branding dapat dikatakan sebagai brand/merek seseorang yang menjadi
identitasnya, yang dapat membedakannya dengan orang lain. Personal Branding layaknya
“aura” pada diri seseorang. Orang akan melihat “aura” itu dan mempersepsikan tentang diri
seseorang tersebut dalam benak mereka. Tentunya seseorang ingin citra positiflah yang ada
di benak orang lain ketika mempersepsikan tentang dirinya.
Membentuk Personal Branding pada diri seorang pustakawan merupakan salah satu
upaya yang dapat dilakukan agar seorang pustakawan dapat dipandang dengan citra diri
yang positif (baik) dan lebih dikenal (populer) oleh masyarakat. Pustakawan sebagai unsur
pendukung bagi perkembangan perpustakaan pada sebuah institusi, perlu untuk
membentuk personal branding yang bagus pada dirinya, untuk mengubah pandangan
masyarakat tentang citra diri seorang pustakawan.
Makalah ini disusun sebagai bahan bacaan bagi masyarakat yang tertarik pada
bidang ilmu perpustakaan, khususnya yang ingin menambah wawasan tentang bagaimana
upaya pustakawan dalam membangun citra dirinya melalui pembentukan personal branding
pustakawan. Semoga apa yang penulis sajikan memberikan banyak manfaat bagi para
pembaca pada umumnya, terutama bagi para pustakawan/pengelola perpustakaan di
tanah air. Akhir kata, tiada gading yang tak retak, tiada manusia yang sempurna. Mohon
maaf atas kekurangan yang mungkin ada.
Wassalam Penulis
Murniaty, S.Sos.
Halaman
Kata Pengantar ............................................................................................................. i
Daftar Isi ....................................................................................................................... ii
1. Pendahuluan ............................................................................................................ 1
2. Apa Itu Brand?.......................................................................................................... 3
3. Apa itu Personal Branding? ..................................................................................... 4
4. Apa itu Personal Branding Pustakawan?.................................................................. 4
5. Bagaimana Membentuk Personal Branding Pustakawan ...................................... 5
6. Penutup .................................................................................................................. 11
“Personal branding ibarat sebuah berlian yang sinarnya cemerlang di mana pun ia berada.
Bukan hanya cemerlang di mata satu atau dua orang saja, tetapi juga bersinar cemerlang di
mata berbagai audiensnya dan memiliki nilai yang tinggi di mata orang-orang sekitarnya”.
(Amalia E. Maulana)
1. Pendahuluan
Di era persaingan global seperti sekarang, keberadaan sebuah profesi (termasuk
anggota profesi) membutuhkan eksistensi diri untuk dikenal oleh masyarakat. Agar dikenal
maka diperlukan usaha-usaha untuk memperkenalkan diri dengan cara yang sistematis dan
kontinu. Salah satunya adalah dengan membangun citra dan citra diri yang baik tentang
profesi dan anggota profesi tersebut. Pencitraan berkaitan dengan personal branding yang
saat ini tengah umum digunakan untuk mengangkat nama orang atau profesi agar menjadi
populer dan dikenal banyak orang.
Menurut Handayani (2015: 101-102): “seiring berkembangnya teknologi, banyak
orang memperkenalkan diri menjadi sebuah brand yang lebih dikenal banyak orang,
sehingga lebih mudah diterima di masyarakat tanpa harus ada proses rumit untuk menjadi
terkenal. Banyak orang yang akhirnya menyadari akan perlunya personal branding dalam
dirinya untuk meningkatkan nilai tambah penampilan dan pandangan orang lain atas
dirinya. Seperti halnya seorang pustakawan, dimana sampai saat ini masyarakat kurang
begitu mengenal profesi pustakawan”.
Mengapa profesi pustakawan masih belum dikenal secara meluas oleh masyarakat?
Menurut penulis, karena pustakawan sebagai sebuah profesi belum dapat menunjukkan jati
dirinya sebagai profesi yang profesional di mata masyarakat. Saat ini masih banyak
masyarakat yang belum mengetahui bahwa untuk dapat menggeluti profesi pustakawan
dibutuhkan sejumlah kompetensi yang harus dipenuhi, yaitu kompetensi pendidikan,
keterampilan, dan kepribadian. Semua kompetensi ini harus mengacu kepada standar yang
tinggi, karena profesi pustakawan memiliki kode etik yang harus dipatuhi dan standar
sertifikasi yang harus dicapai, agar pustakawannya sebagai anggota profesi dapat
menjalankan tugas kepustakawanannya secara profesional sesuai standar yang telah
ditentukan.
2) Konsisten
Brand yang baik adalah brand yang konsisten, baik dari jenis produk yang
ditawarkan, target pasarnya dan juga logonya. Coba kita lihat bagaimana brand-brand
besar semacam Apple atau Microsoft yang mampu menguasai pasar dengan
kekonsistenannya. Sampai kapanpun kita langsung mengingat brand-brand itu melalui
produk dan logonya.
Kalau diterapkan dalam pembentukan Personal Branding pustakawan, maka
diperlukan konsistensi pustakawan dalam berperilaku. Konsisten tidaklah mudah, karena
butuh keberanian untuk ‘setia’ pada perilaku, karakter, dan spesialisasi/keahlian
pustakawan. Konsisten dan cemerlang pada satu keahlian, akan membuat orang terus
mengingat diri pustakawan. Seperti yang telah dicontohkan sebelumnya, jika orang
berbicara tentang SLiMs maka orang akan membayangkan wajah seorang Hendro
Wicaksono dalam benaknya, karena konsistensinya pada bidang keahlian yang
digelutinya.
4) Buat passion
Banyak pustakawan yang mengatakan pekerjaan di perpustakaan adalah
pekerjaan yang membosankan, karena setiap hari hanya berinteraksi dengan buku,
informasi, dan pemustaka. Hal ini bisa terjadi karena pustakawan cenderung untuk
bekerja dan melakukan sesuatu dengan biasa saja secara rutin. Mereka melakukan
pekerjaan seperti mesin, ada tombol mulai dan ada tombol berhenti. Tidak terlalu
bersemangat, tidak terpancar rasa senang dan gembira pada pekerjaannya. Bekerja
karena kewajiban yang harus dilakukan. Hasil dari pekerjaan tidak ada yang luar biasa
dan spektakuler. Alhasil dari bulan ke bulan, bahkan tahun ke tahun tidak ada
perkembangan pada diri pustakawan, baik dari segi karir ataupun pribadinya.
Mengapa hal demikian bisa terjadi, karena pustakawan tidak bekerja berdasarkan
passion. Ternyata yang mempengaruhi seseorang dalam melakukan sesuatu adalah
passion. Apakah passion itu? Seberapa pentingkah passion tersebut dalam membentuk
Personal Branding seseorang?
Berik Wicaksono (2012: 1) dalam artikelnya mengatakan: “pasion bisa diartikan
sebuah perasaan atau emosi terhadap suatu hal yang membuat seseorang sangat
berantusias dalam melakukannya. Passion bisa juga perpaduan antara kenikmatan,
makna dan perasaan (combination of pleasure, meaning and emotion). Passion adalah
gairah yang benar-benar memotivasi seseorang, yang selalu membuat seseorang
bersemangat untuk melakukan dan tidak pernah bosan untuk melakukan suatu
pekerjaan”.
Jika seorang pustakawan ingin membangun Personal Branding yang kuat, maka
mulailah bekerja dengan passion. Bekerja dengan passion akan membuat pustakawan
bekerja dengan rasa senang, gembira, penuh semangat dan gairah. Pasion akan
meningkatkan daya kemauan pustakawan untuk melakukan banyak hal, membuat yang
tidak mungkin menjadi mungkin. Bekerja dengan passion membuat energi yang
dikeluarkan begitu kuat sehingga hasil pekerjaan menjadi luar biasa, sehingga lambat
5) Membangun NetLibrarian
Pustakawan saat ini harus mampu mengembangkan dirinya menjadi Netter
Librarian atau lebih dikenal dengan pustakawan berjejaring. Jejaring personal sangat
diperlukan untuk pengembangan diri dan memasarkan Personal Branding yang dimiliki
pustakawan. Sekarang ini banyak sekali media komunikasi umum dan sosial yang dapat
dimanfaatkan oleh seorang pustakawan untuk membangun jejaring dan memasarkan
brand-nya, misalnya melalui facebook, twitter, instagram, membuat blog pustakawan,
atau melalui organisasi profesi, ikatan alumni, dan berbagai perhimpunan pustakawan.
Selain itu pustakawan juga dapat memanfaatkan berbagai jenis media massa seperti
televisi, surat kabar, jurnal, majalah ataupun buletin perpustakaan untuk membangun
komunikasi dengan masyarakat luas.
Membangun jejaring akan membuat seorang pustakawan lebih intens untuk
berkomunikasi dengan pustakawan yang lain, sehingga jika pustakawan memiliki sebuah
keahlian, keunikan, keunggulan, ataupun sejumlah prestasi yang membanggakan akan
mudah dikenali oleh pustakawan yang lain. Hal ini merupakan satu cara untuk
mempromosikan Personal Branding-nya kepada pustakawan lain atau masyarakat.
Selain hal di atas, menurut Widuri (2015: 53-55): melalui berjejaring pustakawan
akan mengambil banyak manfaat, pertama transfer pengetahuan (knowledge transfer),
kedua memberikan motivasi pada pustakawan yang lain untuk selalu berpikir dan
bersikap positif, ketiga membuka peluang untuk mendapatkan pekerjaan (getting a job)
yang lebih baik, keempat sarana silaturahmi bagi para pustakawan, kelima sarana
promosi perpustakaan dan pustakawan, keenam sarana berbagi informasi diantara
pustakawan dan pemustaka.
6. Penutup
Personal Branding adalah satu hal yang sangat penting dan menjadi syarat utama
dalam menunjang kesuksesan seseorang, termasuk pustakawan. Personal Branding
layaknya “aura” pada diri seseorang. Orang akan melihat “aura” itu dan mempersepsikan
Daftar Rujukan:
Maulana, Amalia E. 2015. Personal Branding: Membangun Citra Diri Yang Cemerlang.
Jakarta: Etnomark.
Montoya. Peter. 2005. The Brand Called You: The Ultimate Personal Branding Handbook to
Transform Anyone into an Indispensable Brand.
Simamora, Bilson. 2002. Aura Merek: 7 Langkah Membangun Merek Yang Kuat. Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama.
Utary, Sri. 2015. “Konsep Diri Untuk Meningkatkan Percaya Diri Pustakawan” di dalam
Bangga Menjadi Pustakawan. Oleh Agung Nugrohoadhi [et. all]. Yogyakarta: Ladang
Kata, 2015, Halaman 70-78.
Widuri, Noorika Retno. 2015. “Memperbaiki Pola Pikir (Mindset) Pustakawan” di dalam
Bangga Menjadi Pustakawan. Oleh Agung Nugrohoadhi [et. all]. Yogyakarta: Ladang
Kata, 2015, Halaman 50-60.