Anda di halaman 1dari 16

2016

Upaya Membangun Citra


Diri Melalui Pembentukan
Personal Branding
Pustakawan

OLEH : MURNIATY, S.SOS.


PUSTAKAWAN PADA PERPUSTAKAAN USU

PERPUSTAKAAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2016
Kata Pengantar

Syukur alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat Rahmat
dan Karunia-Nya akhirnya penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Upaya
Membangun Citra Diri Melalui Pembentukan Personal Branding Pustakawan” ini dengan
baik.
Personal Branding dapat dikatakan sebagai brand/merek seseorang yang menjadi
identitasnya, yang dapat membedakannya dengan orang lain. Personal Branding layaknya
“aura” pada diri seseorang. Orang akan melihat “aura” itu dan mempersepsikan tentang diri
seseorang tersebut dalam benak mereka. Tentunya seseorang ingin citra positiflah yang ada
di benak orang lain ketika mempersepsikan tentang dirinya.
Membentuk Personal Branding pada diri seorang pustakawan merupakan salah satu
upaya yang dapat dilakukan agar seorang pustakawan dapat dipandang dengan citra diri
yang positif (baik) dan lebih dikenal (populer) oleh masyarakat. Pustakawan sebagai unsur
pendukung bagi perkembangan perpustakaan pada sebuah institusi, perlu untuk
membentuk personal branding yang bagus pada dirinya, untuk mengubah pandangan
masyarakat tentang citra diri seorang pustakawan.
Makalah ini disusun sebagai bahan bacaan bagi masyarakat yang tertarik pada
bidang ilmu perpustakaan, khususnya yang ingin menambah wawasan tentang bagaimana
upaya pustakawan dalam membangun citra dirinya melalui pembentukan personal branding
pustakawan. Semoga apa yang penulis sajikan memberikan banyak manfaat bagi para
pembaca pada umumnya, terutama bagi para pustakawan/pengelola perpustakaan di
tanah air. Akhir kata, tiada gading yang tak retak, tiada manusia yang sempurna. Mohon
maaf atas kekurangan yang mungkin ada.

Wassalam Penulis
Murniaty, S.Sos.

i Murniaty: Upaya Membangun Citra Diri Melalui Pembentukan Personal


Branding Pustakawan
DAFTAR ISI

Halaman
Kata Pengantar ............................................................................................................. i
Daftar Isi ....................................................................................................................... ii
1. Pendahuluan ............................................................................................................ 1
2. Apa Itu Brand?.......................................................................................................... 3
3. Apa itu Personal Branding? ..................................................................................... 4
4. Apa itu Personal Branding Pustakawan?.................................................................. 4
5. Bagaimana Membentuk Personal Branding Pustakawan ...................................... 5
6. Penutup .................................................................................................................. 11

Daftar Rujukan ............................................................................................................ 12

ii Murniaty: Upaya Membangun Citra Diri Melalui Pembentukan Personal


Branding Pustakawan
Upaya Membangun Citra Diri
Melalui Pembentukan Personal Branding Pustakawan

Oleh : Murniaty, S.Sos.

“Personal branding ibarat sebuah berlian yang sinarnya cemerlang di mana pun ia berada.
Bukan hanya cemerlang di mata satu atau dua orang saja, tetapi juga bersinar cemerlang di
mata berbagai audiensnya dan memiliki nilai yang tinggi di mata orang-orang sekitarnya”.
(Amalia E. Maulana)

1. Pendahuluan
Di era persaingan global seperti sekarang, keberadaan sebuah profesi (termasuk
anggota profesi) membutuhkan eksistensi diri untuk dikenal oleh masyarakat. Agar dikenal
maka diperlukan usaha-usaha untuk memperkenalkan diri dengan cara yang sistematis dan
kontinu. Salah satunya adalah dengan membangun citra dan citra diri yang baik tentang
profesi dan anggota profesi tersebut. Pencitraan berkaitan dengan personal branding yang
saat ini tengah umum digunakan untuk mengangkat nama orang atau profesi agar menjadi
populer dan dikenal banyak orang.
Menurut Handayani (2015: 101-102): “seiring berkembangnya teknologi, banyak
orang memperkenalkan diri menjadi sebuah brand yang lebih dikenal banyak orang,
sehingga lebih mudah diterima di masyarakat tanpa harus ada proses rumit untuk menjadi
terkenal. Banyak orang yang akhirnya menyadari akan perlunya personal branding dalam
dirinya untuk meningkatkan nilai tambah penampilan dan pandangan orang lain atas
dirinya. Seperti halnya seorang pustakawan, dimana sampai saat ini masyarakat kurang
begitu mengenal profesi pustakawan”.

Mengapa profesi pustakawan masih belum dikenal secara meluas oleh masyarakat?
Menurut penulis, karena pustakawan sebagai sebuah profesi belum dapat menunjukkan jati
dirinya sebagai profesi yang profesional di mata masyarakat. Saat ini masih banyak
masyarakat yang belum mengetahui bahwa untuk dapat menggeluti profesi pustakawan
dibutuhkan sejumlah kompetensi yang harus dipenuhi, yaitu kompetensi pendidikan,
keterampilan, dan kepribadian. Semua kompetensi ini harus mengacu kepada standar yang
tinggi, karena profesi pustakawan memiliki kode etik yang harus dipatuhi dan standar
sertifikasi yang harus dicapai, agar pustakawannya sebagai anggota profesi dapat
menjalankan tugas kepustakawanannya secara profesional sesuai standar yang telah
ditentukan.

1 Murniaty: Upaya Membangun Citra Diri Melalui Pembentukan Personal


Branding Pustakawan
Di sisi lain, seorang pustakawan sebagai anggota profesi juga belum menunjukkan
citra diri kepustakawanannya di mata masyarakat luas. Sebuah ‘citra diri’ dalam banyak hal
mempunyai arti yang sama dengan reputasi. Istilah ini mengacu pada bagaimana cara
pandang masyarakat/pemustaka terhadap sosok seorang pustakawan. Apakah dia seorang
pustakawan yang sangat cerdas? Seorang ahli dalam bidang perpustakaan? Seorang yang
dapat dipercaya dalam tugasnya memenuhi kebutuhan informasi pemustaka? Apa yang
sering dibicarakan oleh pustakawan? Apa yang sering dipakai dalam penampilannya sehari-
hari? Bagaimana dia bersikap terhadap pemustaka? Semua pertanyaan tersebut akan
muncul ketika masyarakat/pemustaka ingin mengetahui tentang citra diri seorang
pustakawan.
Secara sederhana citra diri seorang pustakawan dapat diartikan sebagai “gambaran
pustakawan terhadap diri sendiri atau pikiran pustakawan tentang pandangan masyarakat
terhadap dirinya”. Pengertian ini akan memunculkan beberapa pertanyaan yang sangat
fundamental: pustakawan ingin dipahami oleh masyarakat/pemustaka sebagai apa? Atau,
citra apa yang pustakawan inginkan bagi dirinya sendiri? Pertanyaan itu menjadi
fundamental karena pada dasarnya pustakawan sendirilah yang bertanggung jawab atas
citra dirinya. Pustakawan sendirilah yang bertanggung jawab atas kesalahpahaman
masyarakat terhadap citra pustakawan.
Dengan kata lain, apa yang dipahami masyarakat tentang citra diri pustakawan
sebenarnya dibentuk oleh akumulasi sikap, perilaku, dan cara pustakawan
mengekspresikan diri. Kemunculan pustakawan ke masyarakat, dalam bentuk apapun,
melalui suatu proses waktu. Secara perlahan-lahan akan membentuk “kesan atau imej”
tertentu dalam benak masyarakat. Apa yang mereka lihat, apa yang mereka dengar tentang
pustakawan, itulah yang menjadi faktor pembentuk citra diri pustakawan di benak
masyarakat. Jadi, citra diri pustakawan adalah “kesan imajinatif yang terbentuk dalam benak
masyarakat dalam rentang waktu tertentu dan terbentuk oleh keseluruhan informasi
tentang diri pustakawan yang sampai kepada masyarakat”.
Citra diri sangat ditentukan oleh kinerja. Kinerja sangat tergantung pada kompetensi
atau kapasitas internal yang dimiliki seorang pustakawan. Kinerja juga mengacu kepada
total produktivitas kerja seorang pustakawan sehari-hari. Jika seorang pustakawan diberi
kesempatan untuk mengelola sebuah perpustakaan, maka kinerja akan terlihat dari

2 Murniaty: Upaya Membangun Citra Diri Melalui Pembentukan Personal


Branding Pustakawan
pertumbuhan dan perkembangan akhir dari seluruh indikator makro kesuksesan mengelola
perpustakaan. Jadi, citra diri pustakawan merupakan cerminan kinerja seorang pustakawan
yang dapat dilihat, diterima dan dirasakan oleh masyarakat/pemustaka. Baik buruknya citra
diri pustakawan merupakan gambaran atas upaya yang telah dilakukan dan prestasi yang
telah dicapai oleh seorang pustakawan. Jadi, untuk membangun citra diri pustakawan yang
positif (baik) upaya pertama yang harus dilakukan adalah memperbaiki kinerja.
Upaya lainnya yang dapat dilakukan agar seorang pustakawan dapat dipandang
dengan citra diri yang positif (baik) dan lebih dikenal (populer) oleh masyarakat adalah
dengan membentuk Personal Branding pada diri pustakawan. Pustakawan sebagai unsur
pendukung bagi perkembangan perpustakaan pada sebuah institusi perlu untuk membentuk
personal branding yang bagus pada dirinya, untuk mengubah pandangan masyarakat
tentang citra diri seorang pustakawan. Apa itu Personal Branding? Bagaimana upaya
pustakawan dalam membangun citra dirinya melalui pembentukan Personal Branding
tersebut? Melalui tulisan ini penulis akan menguraikannya.

2. Apa itu Brand?


Sebelum membicarakan tentang personal branding, perlu diuraikan terlebih dahulu
tentang pengertian brand. Brand/merek adalah sebuah nama, istilah, tanda, simbol,
ataupun hal lain yang dapat menjadi sebuah identitas seseorang, barang, ataupun jasa.
Brand berguna untuk membedakan seseorang, barang, ataupun jasa dengan seseorang,
barang, ataupun jasa lainnya, yang memiliki keahlian ataupun ciri yang serupa.
Brand/merek juga dapat diartikan sebagai “proses menciptakan sebuah identitas
yang dikaitkan dengan persepsi, emosi, dan perasaan tertentu terhadap identitas tersebut”
(Peter Montoya dalam Pradana, 2014).
Mengapa seseorang, barang, ataupun jasa memerlukan brand/merek? Dari segi
pemasaran Kotler dalam Simamora (2002: 3) mengatakan:
“keberadaan merek bermanfaat bagi pembeli, perantara, produsen, maupun publik. Bagi
pembeli, merek bermanfaat untuk menceritakan mutu dan membantu memberi perhatian
terhadap produk-produk baru yang mungkin bermanfaat bagi mereka. Bagi penjual, merek
bermanfaat memberikan perlindungan hukum atas keistimewaan atau ciri khas produknya,
dan bagi publik merek bermanfaat untuk memberi jaminan mutu terhadap produk yang
diberi merek”.

3 Murniaty: Upaya Membangun Citra Diri Melalui Pembentukan Personal


Branding Pustakawan
Apa saja yang bisa memiliki brand? Apakah pustakawan bisa memiliki brand? Kalau
ingin membentuk imej dalam benak masyarakat, segala sesuatu memerlukan brand,
termasuk dunia perpustakaan dan profesi pustakawan. Jika pustakawan ingin membentuk
imej yang kuat dalam benak masyarakat, citra dirinya ingin dikenal dan lebih populer di
telinga masyarakat, maka pustakawan perlu menciptakan brand sendiri. Sekarang, jika saya
menyebut nama Hendro Wicaksono, apa yang terlintas di benak anda? Tentunya SLiMs
bukan? Selanjutnya, kalau saya menyebut Putu Laxman Pendit, apa yang terlintas di benak
anda? Pasti perpustakaan digital bukan? Mengapa mereka dengan mudah dapat dikenali
sebagai ahli dalam kedua bidang tersebut, karena mereka sudah menciptakan sendiri brand
diri mereka. Menarik sekali bukan? Mereka berhasil membangun brand mereka sendiri,
mereka mempunyai spesialisasi/keahlian dan keunikan tersendiri, sehingga orang dengan
cepat dapat mengenali spesialisasi mereka dari personal branding yang mereka bangun.

3. Apa itu Personal Branding?


Pengertian Personal Branding sangatlah luas. Secara defenitif Personal Branding
dapat dikatakan sebagai brand/merek seseorang yang menjadi identitasnya, yang dapat
membedakannya dengan orang lain.
Handayani (2015: 103) mengatakan: “Personal Branding adalah proses dimana
orang-orang dan karir mereka ditandai sebagai sebuah merek”.
Seorang konsultan branding dan ethnographer Amalia E. Maulana (2015)
mengatakan: “Personal Branding sangat penting untuk membangun REPUTASI, baik untuk
kehidupan pribadi maupun untuk karir seseorang. Personal Branding bukan bertujuan untuk
menjadikan diri terkenal, tetapi menjadikannya ORANG TERPILIH. Personal Brand
CEMERLANG adalah seseorang yang selalu dipilih dalam setiap kesempatan dan dipercaya
bisa memberikan benefit yang diharapkan oleh stakeholders-nya”.

Selanjutnya dalam artikelnya Perdana (2016) mengatakan: “Personal Branding


merupakan suatu proses seseorang untuk membentuk dan menciptakan dirinya
(pribadinya), yang pada akhirnya dapat meningkatkan citra dirinya dengan keunggulan
(nilai/value) dan keistimewaan/keunikan/perbedaan yang tidak dimiliki kebanyakan orang
serta membuat orang lain mau menghargai dirinya”.

4. Apa itu Personal Branding Pustakawan?


Pustakawan adalah sebuah profesi, sama seperti profesi lainnya, seperti guru,
dokter, arsitek, pengacara atau petani. Setiap profesi memiliki keunikan, tugas, dan

4 Murniaty: Upaya Membangun Citra Diri Melalui Pembentukan Personal


Branding Pustakawan
perannya masing-masing. Tidak kalah pentingnya, sebuah profesi menuntut profesionalitas
dari setiap individu yang masuk atau bergabung dalam profesi tersebut.
Sebagai sebuah profesi, adalah hal yang lumrah bila terjadi persaingan, baik dengan
profesi lain maupun antara sesama individu di dalam satu profesi. Profesi pustakawan
sebagai pengelola dan pemberi layanan informasi misalnya, pasti akan mengalami
persaingan dengan profesi lain yang sejenis seperti dokumentalis, arsiparis,
wartawan/jurnalis atau profesi lain sebagai pekerja informasi. Persaingan juga dapat terjadi
dengan sesama pustakawan, dimana misalnya ada pustakawan yang bekerja dengan
profesional, dengan sejumlah kompetensi yang mumpuni (menggunakan ilmu, keahlian,
keterampilan, dan kepribadian yang baik). Di sisi lain ada pustakawan yang bekerja dengan
kompetensi yang biasa-biasa saja.
Menghadapi hal seperti ini maka seorang pustakawan harus mampu menjadikan
dirinya sebagai pustakawan yang memiliki Personal Branding, yaitu pustakawan yang
memiliki keunggulan, keistimewaan, keunikan yang tidak dimiliki pustakawan lainnya, dan
memiliki nilai saing tinggi, sehingga orang lain akan menghargainya dan menjadikannya
“terpilih” diantara yang lain, sebagaimana yang dikatakan oleh Maulana (2015):
“membangun personal brand adalah bagaimana seseorang agar bisa menjadi orang yang
unggul, istimewa, dan memiliki nilai saing tinggi”.
Dengan demikian, penulis dapat menyimpulkan bahwa “Personal Branding
pustakawan merupakan citra diri seorang pustakawan, yang ada di benak semua orang
(masyarakat/pemustaka), yang akan membuat semua orang memandang seorang
pustakawan berbeda dari yang lain karena keunggulan, keistimewaan, keunikan, dan
perbedaan yang dimilikinya, dan memiliki nilai saing yang tinggi, sehingga semua orang akan
menghargainya”.

5. Bagaimana Membentuk Personal Branding Pustakawan?


Lalu, bagaimana membangun personal branding pustakawan agar bisa menjadi
pustakawan yang unggul, istimewa, memiliki keunikan dan memiliki nilai saing tinggi?
Mengadopsi pendapat Peter Montoya dalam bukunya The Brand Called You (2005), ada 6
tips cara membangun personal branding pustakawan, yaitu: 1) Ciptakan nilai positif pada
pikiran masyarakat/pemustaka dan berikan alasan yang reasonable kenapa mereka harus

5 Murniaty: Upaya Membangun Citra Diri Melalui Pembentukan Personal


Branding Pustakawan
memilih anda di antara pustakawan lainnya. Bisa dipastikan performa anda akan dikenal
secara luas sebagai pustakawan yang menyenangkan dan terpercaya; 2) Pustakawan harus
berbeda dengan yang lain. Intinya adalah pasti ada satu hal yang membuat seorang
pustakawan mempunyai nilai lebih dan ini adalah potensi; 3) Fokuskan bidang yang diterjuni
seminimal mungkin. Ini akan membuat pustakawan menjadi spesialis; 4) Perkuat jejaring
(networking) dengan masyarakat/pemustaka yang menjadi klien atau bahkan kompetitor
pustakawan; 5) Perkuat teknologi untuk memberi informasi tentang diri pustakawan,
keahlian apa yang ditekuni dan bagaimana cara berbisnis dengan pustakawan; 6) Jaga
kualitas Personal Branding pustakawan, jangan sampai melemah jika tidak ingin ditinggalkan
dan dilupakan masyarakat/pemustaka.
Personal Branding dibentuk melalui proses terus menerus dan berkesinambungan.
Dengan kata lain, membangun Personal Branding adalah upaya terus menerus yang tiada
henti. Sekalipun seorang pustakawan sudah memiliki Personal Branding yang kuat dalam
dirinya, maka dia harus terus menjaga kualitas nilai/value dari brand-nya agar tetap terjaga
kesinambungannya.
Selanjutnya, dalam upaya membentuk personal branding yang bagus bagi seorang
pustakawan, ada beberapa langkah yang harus dilakukan, yaitu:
1) Membangun karakter diri pustakawan
Membangun karakter diri merupakan hal pertama yang harus dilakukan oleh
seorang pustakawan jika ingin membentuk Personal Branding pada dirinya. “Karakter”
biasanya erat kaitannya dengan aktifitas apa yang sering dilakukan oleh seorang
pustakawan, bahkan termasuk di dalamnya apa yang dipikirkan, dikatakan dan apa yang
dipakai oleh seorang pustakawan sehari-hari. Karakter sangat menentukan apakah
seorang pustakawan dipersepsikan sebagai pribadi yang positif atau negatif.
Untuk mencapai sebuah kesuksesan atau kepopuleran, seorang pustakawan
harus memiliki karakter diri yang kuat sehingga mampu mendukung kesuksesannya.
Karakter yang lemah akan membuat seorang pustakawan terabaikan dan mudah
dilupakan orang. Dalam membangun karakter diri, beberapa hal yang harus diperhatikan
antara lain:

6 Murniaty: Upaya Membangun Citra Diri Melalui Pembentukan Personal


Branding Pustakawan
• Mengenali potensi diri
Membangun karakter diri dapat dimulai dengan mengenali potensi diri
pustakawan, seperti misalnya kelebihan ataupun keunikan apa yang dimiliki yang
membedakannya dengan pustakawan lain, misalnya ahli mengkatalog, ahli dalam
otomasi perpustakaan, ahli dalam berkomunikasi dengan pemustaka, ahli dalam
literasi informasi, ahli dalam pelayanan referensi, dan lain-lain. Satu keahlian saja
sudah cukup asal dilakukan secara profesional, daripada banyak hal tetapi dilakukan
dengan biasa-biasa saja. Mengenali potensi diri akan membimbing pustakawan dalam
memilih cita-cita atau mimpi apa yang akan diraihnya untuk kesuksesan berkarir
sebagai pustakawan.

• Memiliki kepercayaan diri


Menurut Thantaway dalam Kamus istilah Bimbingan dan Konseling dalam Utari
(2005: 72): “percaya diri adalah kondisi mental atau psikologis diri seseorang yang
memberi keyakinan kuat pada dirinya untuk berbuat atau melakukan sesuatu
tindakan”.
Selanjutnya Herwanto dalam Utari (2015: 76) menjelaskan: orang yang
memiliki percaya diri yang tinggi memiliki ciri-ciri sebagai berikut: a) penampilan rapi,
bersih, dan penuh percaya diri; b) kreatif dan terus memperbaiki kualitas dirinya; c)
senang dengan pekerjaannya; d) bangga apabila telah melaksanakan pekerjaan
dengan baik; e) berusaha membuat inovasi dengan mencari-cari hal yang baru; dan f)
berupaya meningkatkan kinerjanya dan memiliki dorongan untuk berprestasi.

Bagi pustakawan, kepercayaan diri berkaitan dengan rasa percaya diri


pustakawan terhadap profesi yang dijalaninya. Apabila pustakawan telah memiliki ciri-
ciri seperti tersebut di atas, maka tidak diragukan lagi pustakawan akan dipandang
dengan citra yang positif oleh masyarakat/pemustaka. Pustakawan akan bangga
menyebut profesinya, senang menjalani pekerjaannya, bekerja dengan penuh totalitas
dan kualitas, sehingga pemustaka akan mendapatkan pelayanan prima sesuai yang
diharapkan.

• Memiliki komitmen dan kreatifitas


Memiliki komitmen menunjukkan seseorang serius terhadap apa yang ingin
dicapai dalam hidupnya. Komitmen adalah siap melakukan semua upaya yang
7 Murniaty: Upaya Membangun Citra Diri Melalui Pembentukan Personal
Branding Pustakawan
dibutuhkan untuk mencapai sebuah impian, sebuah brand yang diinginkan, apapun
resiko yang akan dihadapi di depan.
Pustakawan yang kreatif adalah pustakawan yang memiliki daya cipta yang unik,
baik yang terlihat ataupun tidak (ide, konsep, solusi, dan lain-lain). Produk kerja yang
dihasilkan dapat berupa suatu inovasi dan keunggulan dalam sebuah bidang pekerjaan
di perpustakaan, dapat pula dilakukan dengan cara menggabungkan, mengubah,
merancang ulang, atau mengemas kembali produk kerja yang sudah ada sebelumnya.
Bagi seorang pustakawan, memiliki kreatifitas yang tinggi sangat dibutuhkan
untuk memberi warna baru pada dunia kerja perpustakaan. Kenyataan yang ada
sekarang ini, sedikit sekali pustakawan yang memiliki kreativitas tinggi dan melakukan
inovasi-inovasi pada bidang kerjanya. Kebanyakan yang ada saat ini pustakawan sudah
cukup puas dengan melakukan tugas-tugas rutin dan mengikuti aturan yang sudah ada
dalam lingkungan pekerjaan mereka.

• Berani keluar dari zona nyaman dan berani mengambil resiko


Membangun karakter berarti belajar cara menangani situasi yang sulit atau tidak
nyaman, bukan mengeluh atau bahkan jatuh terpuruk. Jika pustakawan ingin dirinya
dan profesinya dianggap, dilihat, dan diperhitungkan oleh masyarakat, jalannya tidak
mudah. Semuanya melalui proses dan tahapan-tahapan yang seringkali tidak
menyenangkan untuk dijalani.
Untuk membangun karakter, seorang pustakawan harus berani mengambil
resiko kegagalan. Karakter dibangun ketika seseorang menghadapi kemungkinan
adanya kegagalan. Belajarlah untuk mendorong diri menuju kesuksesan, mengatasi
kekurangan, dan menjadi orang yang lebih baik, apapun hasil yang diraih. Mengambil
risiko berarti berkomitmen terhadap pekerjaan-pekerjaan sulit yang mungkin terlalu
sulit untuk ditangani.

• Berkomitmen untuk memperbaiki diri


Membangun karakter adalah tahap penting dari pembelajaran seumur hidup.
Jika seorang pustakawan ingin menjadi sumber inspirasi orang lain, ingin dihormati di

8 Murniaty: Upaya Membangun Citra Diri Melalui Pembentukan Personal


Branding Pustakawan
komunitas pustakawan, dianggap sebagai orang yang berkarakter tinggi, lakukan
upaya aktif untuk memperbaiki diri sendiri hari demi hari.

2) Konsisten
Brand yang baik adalah brand yang konsisten, baik dari jenis produk yang
ditawarkan, target pasarnya dan juga logonya. Coba kita lihat bagaimana brand-brand
besar semacam Apple atau Microsoft yang mampu menguasai pasar dengan
kekonsistenannya. Sampai kapanpun kita langsung mengingat brand-brand itu melalui
produk dan logonya.
Kalau diterapkan dalam pembentukan Personal Branding pustakawan, maka
diperlukan konsistensi pustakawan dalam berperilaku. Konsisten tidaklah mudah, karena
butuh keberanian untuk ‘setia’ pada perilaku, karakter, dan spesialisasi/keahlian
pustakawan. Konsisten dan cemerlang pada satu keahlian, akan membuat orang terus
mengingat diri pustakawan. Seperti yang telah dicontohkan sebelumnya, jika orang
berbicara tentang SLiMs maka orang akan membayangkan wajah seorang Hendro
Wicaksono dalam benaknya, karena konsistensinya pada bidang keahlian yang
digelutinya.

3) Buat perbedaan (differensiasi) dengan yang lain


Pada dasarnya setiap orang memiliki keunikan dan perbedaan dengan orang
lain. Keunikan dan perbedaan tersebut menjadi modal dasar untuk membangun brand
yang kuat. Maka mengembangkan keunikan dan perbedaan itu secara tepat akan
membuat seseorang terlihat otentik, berbeda dengan yang lain dan menjadi menarik.
Sebagai contoh karakter “Jeng Kelin” yang begitu menjengkelkan berhasil dihidupkan
oleh artis Nictagina dan berhasil melekat menjadi sebuah brand yang kuat dalam diri
Nictagina, karena setiap kali kita memandangnya maka sosok Jeng Kelin akan segera
hadir dalam imajinasi kita.
Bagi pustakawan, sisi keunikan dan perbedaan dengan pustakawan yang lain
dapat diperlihatkan dengan memiliki keahlian atau keterampilan dalam bidang tertentu,
yang dilakukan secara intens dan profesional, misalnya memiliki keahlian dalam
memimpin, keahlian dalam bidang teknologi informasi, keahlian dalam menelusur

9 Murniaty: Upaya Membangun Citra Diri Melalui Pembentukan Personal


Branding Pustakawan
informasi, keahlian dalam mengajar, melakukan literasi informasi, dan lain-lain. Keahlian
atau keterampilan ini akan menjadi sesuatu yang istimewa dan menjadi ciri khasnya,
sehingga ketika orang-orang melihat atau menyebut namanya maka orang akan langsung
mengenali personal branding-nya. Hal ini akan memperlihatkan orang yang memiliki
brand yang kuat akan terlihat istimewa dan berbeda dari yang lain.

4) Buat passion
Banyak pustakawan yang mengatakan pekerjaan di perpustakaan adalah
pekerjaan yang membosankan, karena setiap hari hanya berinteraksi dengan buku,
informasi, dan pemustaka. Hal ini bisa terjadi karena pustakawan cenderung untuk
bekerja dan melakukan sesuatu dengan biasa saja secara rutin. Mereka melakukan
pekerjaan seperti mesin, ada tombol mulai dan ada tombol berhenti. Tidak terlalu
bersemangat, tidak terpancar rasa senang dan gembira pada pekerjaannya. Bekerja
karena kewajiban yang harus dilakukan. Hasil dari pekerjaan tidak ada yang luar biasa
dan spektakuler. Alhasil dari bulan ke bulan, bahkan tahun ke tahun tidak ada
perkembangan pada diri pustakawan, baik dari segi karir ataupun pribadinya.
Mengapa hal demikian bisa terjadi, karena pustakawan tidak bekerja berdasarkan
passion. Ternyata yang mempengaruhi seseorang dalam melakukan sesuatu adalah
passion. Apakah passion itu? Seberapa pentingkah passion tersebut dalam membentuk
Personal Branding seseorang?
Berik Wicaksono (2012: 1) dalam artikelnya mengatakan: “pasion bisa diartikan
sebuah perasaan atau emosi terhadap suatu hal yang membuat seseorang sangat
berantusias dalam melakukannya. Passion bisa juga perpaduan antara kenikmatan,
makna dan perasaan (combination of pleasure, meaning and emotion). Passion adalah
gairah yang benar-benar memotivasi seseorang, yang selalu membuat seseorang
bersemangat untuk melakukan dan tidak pernah bosan untuk melakukan suatu
pekerjaan”.

Jika seorang pustakawan ingin membangun Personal Branding yang kuat, maka
mulailah bekerja dengan passion. Bekerja dengan passion akan membuat pustakawan
bekerja dengan rasa senang, gembira, penuh semangat dan gairah. Pasion akan
meningkatkan daya kemauan pustakawan untuk melakukan banyak hal, membuat yang
tidak mungkin menjadi mungkin. Bekerja dengan passion membuat energi yang
dikeluarkan begitu kuat sehingga hasil pekerjaan menjadi luar biasa, sehingga lambat

10 Murniaty: Upaya Membangun Citra Diri Melalui Pembentukan Personal


Branding Pustakawan
laun pustakawan tersebut menjadi ahli dan profesional pada bidang kerja yang
disukainya.
Saat ini masih banyak pustakawan yang merasa apatis menjalani profesi
pustakawan, karena merasa menjalani karir tanpa masa depan yang cerah. Di saat seperti
inilah dibutuhkan pustakawan yang memiliki semangat yang tinggi dalam bekerja.

5) Membangun NetLibrarian
Pustakawan saat ini harus mampu mengembangkan dirinya menjadi Netter
Librarian atau lebih dikenal dengan pustakawan berjejaring. Jejaring personal sangat
diperlukan untuk pengembangan diri dan memasarkan Personal Branding yang dimiliki
pustakawan. Sekarang ini banyak sekali media komunikasi umum dan sosial yang dapat
dimanfaatkan oleh seorang pustakawan untuk membangun jejaring dan memasarkan
brand-nya, misalnya melalui facebook, twitter, instagram, membuat blog pustakawan,
atau melalui organisasi profesi, ikatan alumni, dan berbagai perhimpunan pustakawan.
Selain itu pustakawan juga dapat memanfaatkan berbagai jenis media massa seperti
televisi, surat kabar, jurnal, majalah ataupun buletin perpustakaan untuk membangun
komunikasi dengan masyarakat luas.
Membangun jejaring akan membuat seorang pustakawan lebih intens untuk
berkomunikasi dengan pustakawan yang lain, sehingga jika pustakawan memiliki sebuah
keahlian, keunikan, keunggulan, ataupun sejumlah prestasi yang membanggakan akan
mudah dikenali oleh pustakawan yang lain. Hal ini merupakan satu cara untuk
mempromosikan Personal Branding-nya kepada pustakawan lain atau masyarakat.
Selain hal di atas, menurut Widuri (2015: 53-55): melalui berjejaring pustakawan
akan mengambil banyak manfaat, pertama transfer pengetahuan (knowledge transfer),
kedua memberikan motivasi pada pustakawan yang lain untuk selalu berpikir dan
bersikap positif, ketiga membuka peluang untuk mendapatkan pekerjaan (getting a job)
yang lebih baik, keempat sarana silaturahmi bagi para pustakawan, kelima sarana
promosi perpustakaan dan pustakawan, keenam sarana berbagi informasi diantara
pustakawan dan pemustaka.

6. Penutup
Personal Branding adalah satu hal yang sangat penting dan menjadi syarat utama
dalam menunjang kesuksesan seseorang, termasuk pustakawan. Personal Branding
layaknya “aura” pada diri seseorang. Orang akan melihat “aura” itu dan mempersepsikan

11 Murniaty: Upaya Membangun Citra Diri Melalui Pembentukan Personal


Branding Pustakawan
tentang diri seseorang tersebut dalam benak mereka. Tentunya seseorang ingin citra
positiflah yang ada di benak orang lain ketika mempersepsikan tentang dirinya.
Tidak semua orang memiliki Personal Branding yang bagus, tapi kebanyakan orang
sukses pasti memiliki Personal Branding yang bagus. Personal Branding yang terpancar pada
diri seorang pustakawan, bisa menjadi positif atau negatif tergantung bagaimana
pustakawan itu ingin menampilkannya. Jika pustakawan ingin masyarakat mempersepsikan
dirinya dan profesinya sebagai brand yang bagus/positif, maka bangunlah brand
pustakawan yang bagus/positif. Personal Branding yang bagus akan membuat seorang
pustakawan berada dalam top of mind masyarakat/pemustaka. Namanya juga akan lebih
cepat dideteksi oleh para head hunter untuk menjadi rekan kerja/bisnis mereka. Hal ini
tentu akan lebih menguntungkan bagi pengembangan karir pustakawan.

Daftar Rujukan:

Handayani, Rina. 2015. Personal Branding Pustakawan di Perpustakaan. Jurnal Pustakaloka,


Vol. 7. No. 1 Tahun 2015.

Maulana, Amalia E. 2015. Personal Branding: Membangun Citra Diri Yang Cemerlang.
Jakarta: Etnomark.

Montoya. Peter. 2005. The Brand Called You: The Ultimate Personal Branding Handbook to
Transform Anyone into an Indispensable Brand.

Perdana, Agoez. 2015. Membangun Personal Branding. Sumber:


http://www.kompasiana.com/agoezperdana/membangun-personal-branding
Tanggal akses 9 Februari 2016.

Pradana, Rangga. 2014. 7 Strategi Membangun Personal Branding.


Sumber: http://media.dayakreatif.com/7-strategi-membangun-personal-branding/
Tanggal akses 19 Februari 2016.

Simamora, Bilson. 2002. Aura Merek: 7 Langkah Membangun Merek Yang Kuat. Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama.

Utary, Sri. 2015. “Konsep Diri Untuk Meningkatkan Percaya Diri Pustakawan” di dalam
Bangga Menjadi Pustakawan. Oleh Agung Nugrohoadhi [et. all]. Yogyakarta: Ladang
Kata, 2015, Halaman 70-78.

12 Murniaty: Upaya Membangun Citra Diri Melalui Pembentukan Personal


Branding Pustakawan
Wicaksono, Berik. 2012. Arti dan Defenisi Passion.
Sumber : http://www.berikwicaksono.com/motivasi/arti-dan-defini-passion.html.
Tanggal akses 23 Februari 2016.

Widuri, Noorika Retno. 2015. “Memperbaiki Pola Pikir (Mindset) Pustakawan” di dalam
Bangga Menjadi Pustakawan. Oleh Agung Nugrohoadhi [et. all]. Yogyakarta: Ladang
Kata, 2015, Halaman 50-60.

13 Murniaty: Upaya Membangun Citra Diri Melalui Pembentukan Personal


Branding Pustakawan

Anda mungkin juga menyukai