ABSTRACT
One of the efforts made in optimizing the potential of Indonesia is the expansion of plantation
estate by the government and the public, either in the form of country estates (PBN), a large
private estates (PBS) and smallholders (PR). Village of Budi Asih, Sub District Banyuasin Pulau
Rimau, Sumatera Selatan has the potential of “unused land” for oil palm plantation
development. This research purpose to analyze plantation invest by smallholder with sharing
system between owner land and investor in Village of Budi Asih, Sub District Banyuasin Pulau
Rimau, Sumatera Selatan .Besides taking into account the feasibility analysis of the aspects of
non-financial (market aspects, technical, management and legal, economic and social,
environmental) and financial aspects, the changes that will happen also to be taken into account
to anticipate the financial impact that occurs on exertion cultivation of this commodity in the
form of changes in production value (TBS productivities;TBS prices) and variabel cost.
Keyword(s): oil palm, invest feasibility analysis, smallholder.
ABSTRAK
Salah satu upaya yang dilakukan dalam pengoptimalan potensi perkebunan Indonesia adalah
perluasan areal perkebunan oleh pemerintah dan masyarakat, baik berupa perkebunan besar
negara (PBN), perkebunan besar swasta (PBS) maupun perkebunan rakyat (PR). Desa Budi
Asih, Kecamatan Pulau Rimau, Banyuasin, Sumatera Selatan memiliki “lahan tidur” yang
potensial untuk pengembangan areal perkebunan kelapa sawit. Penelitian ini bertujuan untuk
menganalisis kelayakan investasi perkebunan rakyat kelapa sawit dengan sistem bagi hasil
antara pemilik lahan dan investor di Desa Budi Asih, Kecamatan Pulau Rimau, Kabupaten
Banyuasin, Sumatera Selatan.Selain memperhitungkan kelayakan dalam aspek-aspek non-
finansial (aspek pasar, teknis, manajemen dan hukum, ekonomi dan sosial, lingkungan) dan
aspek-aspek finansial, perubahan-perubahan yang mungkin terjadi berupa perubahan nilai
produksi (produktivitas TBS; harga jual TBS) dan biaya variabel juga diperhitungkan untuk
mengantisipasi dampak finansial yang terjadi terhadap kelayakan investasi tersebut.
Kata Kunci: : kelapa sawit, analisis kelayakan investasi, sistem bagi hasil.
3
Yanuar. 2011. Ekspor Produk Kelapa Sawit Terus Naik.
http://ditjenbun.deptan.go.id/index.php/component/content/article/36-news/203-ekspor-produk-kelapa-sawit-terus-
naik.html [25 November 2011]
4
Administrator.2012. Saatnya Indonesia Menjadi Penentu
Harga.http://www.mediaperkebunan.net/index.php?option=com_content&view=article&id=262:saatnya-indonesia-
menjadi-penentu-harga&catid=2:komoditi&Itemid=2 [21 September 2012]
34
Analisis Kelayakan Investasi Perkebunan …
35
Trisna Demiyati dan Wahyu Budi Priatna
36
Analisis Kelayakan Investasi Perkebunan …
daya serap pasar terhadap produk yang kelangsungan suatu usaha itu sendiri,
dihasilkan, dan strategi pemasaran yang sebab tidak ada usaha yang akan bertahan
digunakan untuk mencapai target lama apabila tidak bersahabat dengan
penjualan yang telah ditetapkan (Husnan lingkungan (Hufschmidt et.al, 1987
dan Suwarsono, 1997). dalam Nurmalina et.al, 2010).
37
Trisna Demiyati dan Wahyu Budi Priatna
38
Analisis Kelayakan Investasi Perkebunan …
Dimana:
Bt = Manfaat pada tahun t 4. Payback Period
Ct = Biaya pada tahun t Metode ini mencoba mengukur
t = Tahun kegiatan usaha
(t = 0,1,2,3,….,n) seberapa cepat investasi bisa kembali.
i = Tingkat DR (%) Usaha yang payback period-nya singkat
atau cepat semakin baik untuk diusahakan
Suatu usaha dinyatakan layak jika (Arifin, 1999).
NPV lebih besar sama dengan 0 (NPV ≥
0) yang artinya usaha menguntungkan Payback Period = n + [ x 1 tahun ]
atau memberikan manfaat. Jika suatu
usaha mempunyai NPV lebih kecil dari 0 Dimana:
(NPV < 0) maka usaha tersebut tidak n = Tahun terakhir saat cash flow belum bisa menutupi
nilai investasi
layak untuk dijalankan. a = Jumlah investasi
b = Jumlah cash flow pada tahun ke-n
c = Jumlah cash flow pada tahun ke-n+1
2. Net Benefit-Cost Ratio
Suatu usaha atau kegiatan investasi
5. Nilai Pengganti (Switching Value)
dapat dikatakan layak bila Net B/C lebih
Metode ini digunakan untuk men-
besar dari satu (Net B/C > 1) dan
coba mengukur berapa besar risiko yang
dikatakan tidak layak bila Net B/C lebih
mungkin terjadi pendekatan persentase
kecil dari satu (Net B/C < 1). Secara
perubahan perkiraan produktivitas
matematis dapat dinyatakan sebagai
Tandan Buah Segar (TBS), harga TBS,
berikut:
dan seluruh biaya variabel yang bisa
ditolerir terhadap kelayakan finansial
∑ ( )
Net B/C =
( )
………( perkebunan kelapa sawit pada objek
∑ )
( ) penelitian ini.
39
Trisna Demiyati dan Wahyu Budi Priatna
40
Analisis Kelayakan Investasi Perkebunan …
41
Trisna Demiyati dan Wahyu Budi Priatna
LINK) bagi pemilik lahan maupun membeli TBS dengan kisaran harga Rp
investor. 1.600 dalam kondisi siap angkut. Artinya,
terdapat biaya tambahan pemilik lahan
HASIL DAN PEMBAHASAN dan penggarap berupa biaya investasi
Aspek Pasar peralatan dan biaya pemanenan. Sebagai
1. Prospek Pasar Kelapa Sawit pemasok dari perusahaan Pabrik Kelapa
Indonesia Sawit (PKS), pemilik kebun, penggarap
Saat ini, dengan kemajuan teknologi, dan tengkulak perlu memperhatikan
kelapa sawit diolah menjadi beraneka penerapan ISPO (Indonesian Sustainable
ragam produk mulai dari minyak nabati, Palm Oil) yang bersifat wajib bagi
farmasi, kosmetik bahkan bahan bakar perusahaan dalam proses pembangunan
alternatif. China, Eropa dan India perkebunan.
merupakan tiga negara pengkonsumsi
kelapa sawit terbesar di dunia dengan Aspek teknis
perkembangan konsumsi rata-rata 1. Lokasi Kebun
minyak sawit dunia mencapai 8,27 persen Variabel-variabel utama dalam
per tahun (Oil World, 2009). pemilihan lokasi bisnis kelapa sawit,
Pada tahun 2011, produksi sawit antara lain ketersediaan bahan baku, letak
Indonesia mengalami peningkatan pasar yang dituju, tenaga listrik dan air,
dengan proporsi 47 persen dari produksi supply tenaga kerja, dan fasilitas trans-
minyak sawit dunia. Artinya, Indonesia portasi, disesuaikan dengan luasan lahan
merupakan produsen kelapa sawit yang yang tersedia.
memiliki peran dalam produksi minyak
sawit dunia. Menurut Ditjen Perkebunan 1.1. Ketersediaan Bahan Baku
(2011), ekspor CPO Indonesia semakin Bahan baku benih, bahan-bahan
meningkat pada dekade terakhir dengan untuk keperluan perawatan seperti pupuk
laju 7-8 persen per tahun. dan pestisida dibeli dari Palembang
dengan jarak menuju kebun sekitar 105
2. Rencana Pemasaran Perkebunan km. Bila ada kekurangan, bahan-bahan
Objek Penelitian tersebut dibeli di toko terdekat sejauh 4
Pada perkebunan rakyat yang bukan km dari kebun dengan harga yang relatif
merupakan perkebunan plasma (Per- lebih mahal. Toko terdekat tersebut juga
kebunan Rakyat Swadaya), umumnya tidak menjual bahan-bahan dalam jumlah
menjual hasil TBS kepada tengkulak dan besar kepada rakyat.
atau perusahaan-perusahaan yang datang
mencari TBS. Penjualan kepada teng- 1.2. Letak Pasar yang Dituju
kulak dengan perusahaan berbeda dari Tempat penjualan hasil Tandan
segi pengangkutan maupun harga yang Buah Segar (TBS) yang dituju adalah
ditawarkan. Tengkulak membeli TBS tengkulak dan perusahaan yang ada di
dengan harga Rp 700 dan memanen Provinsi Sumatera Selatan. Harga jual di
sendiri TBS dari kebun. Perusahaan tengkulak relatif konstan Rp 700. Harga
42
Analisis Kelayakan Investasi Perkebunan …
43
Trisna Demiyati dan Wahyu Budi Priatna
diangkut ke lokasi perkebunan untuk buatan parit cacing ini tidak berpola
segera dilakukan pembibitan utama karena pembuatan parit hanya disekitar
(nursery). Pemupukan dilakukan satu air yang banyak tergenang. Jumlah parit
bulan sekali dengan memberikan pupuk yang telah dibuat pada persiapan lahan
majemuk NPK (Urea, TSP, KCL) dan pertama adalah 1,2 km dengan dua kali
pupuk K-link Bioboost lisensi Malaysia pengerjaan, yaitu 1 km dan 200 m.
secara tidak bersamaan. Saat ini, bibit Pembuatan parit ini akan bertambah saat
yang belum ditanam masih berumur 3-10 penanaman tahap kedua dengan perkiraan
bulan. panjang pembuatan parit yang sama, yaitu
1,2 km lagi.
Persiapan lahan dan penanaman
Lahan perkebunan dalam penelitian Pemeliharaan tanaman
ini dipenuhi dengan pohon gelam dan Kegiatan-kegiatan yang harus di-
rumput liar, sehingga perlu dilakukan lakukan dalam pemeliharaan tanaman di
land clearing (persiapan lahan) yaitu perkebunan ini antara lain penyulaman,
dengan menebang pohon gelam dan penanaman tanaman kacang-kacangan
membakar maupun menebas rumput liar. (LCC), pembentukan piringan (bokoran),
Pada persiapan lahan tahap pertama pemupukan, dan pemangkasan daun.
seluas 40 ha, persiapan lahan yang telah
dilakukan adalah dengan menebas pohon Pengendalian Gulma, Hama, dan
gelam menggunakan mesin penebas kayu Penyakit
dan membakar kayu yang tersisa serta Gulma yang ada di perkebunan ini
memotong rumput liar menggunakan adalah rumput liar yang tingginya dapat
mesin pemotong rumput dan parang. menutupi tanaman kelapa sawit yang
Awal tahun ini terdapat penawaran telah ditanam. Pengendalian yang di-
kontrak terhadap pembelian kayu gelam lakukan untuk mengatasi rumput liar ini
seluas 1 ha. Tawaran ini diambil oleh adalah dengan menyemprotkan herbisida
penggarap (investor) dengan kesepakatan berupa racun rumput (Herbisida) Paratop
kayu gelam ditebas dan diangkut oleh dan membabatnya dengan mesin
pekerja dari pembeli kayu. Penawaran ini pemotong rumput maupun parang.
diharapkan berlanjut untuk memper- Pada perkebunan tersebut, hama
mudah dan mempermurah kegiatan yang sangat mengancam pertumbuhan
persiapan lahan tahap dua. dan perkembangan tanaman ini adalah
Keadaan tanah yang berjenis rawa tikus dan babi. Pengendalian hama tikus
pasang surut menyebabkan perlunya adalah dengan memberikan pestisida
saluran air (parit) tambahan agar tidak ada berupa racun tikus Klerat. Cara yang
air yang menggenang. Air yang meng- dilakukan untuk pengendalian hama babi
genang ini dapat membuat tanaman adalah dengan memasang jaring babi di
kelapa sawit yang baru ditanam mem- sekeliling perkebunan.
busuk. Saluran air tambahan ini (saluran
air tersier) disebut parit cacing. Pem-
44
Analisis Kelayakan Investasi Perkebunan …
45
Trisna Demiyati dan Wahyu Budi Priatna
46
Analisis Kelayakan Investasi Perkebunan …
5
Admin. 2010. Pembangunan Kelapa Sawit Berbasis Gas Rumah Kaca: Tinjauan Krisis. http://sawitwatch.or.id/ [22
Februari 2011]
47
Trisna Demiyati dan Wahyu Budi Priatna
Lahan Gambut tidak berdampak pada pada tahun ke-6, pemilik lahan men-
perkebunan rakyat karena tidak di- dapatkan bagian 50 persen dari hasil
wajibkan melakukan izin usaha per- penjualan tandan buah segar (TBS)
kebunan. Namun, pembakaran lahan tanaman kelapa sawit pada penanaman
yang dilakukan perkebunan objek tahap pertama seluas 35 ha dan pe-
penelitian ini pada awal pembukaan lahan nanaman tahap kedua seluas 45 ha.
40 ha tetap tidak dapat dibenarkan. Pada Setelah pengalihan lahan, nilai produksi
pembukaan lahan selanjutnya diharapkan pemilik lahan hanya berasal dari
pembakaran lahan tidak dilakukan lagi. penanaman tahap kedua seluas 40 ha.
Penerapan ISPO bagi perkebunan rakyat Komponen outflow terdiri dari biaya
sangat berpengaruh mengingat hasil TBS investasi, biaya operasional dan biaya
yang dihasilkan perkebunan objek pajak.Biaya investasi meliputi biaya pra
penelitian ini akan dijual kepada teng- investasi (biaya administrasi pembuatan
kulak maupun perusahaan yang memiliki perjanjian di notaris, biaya transportasi)
pabrik kelapa sawit (PKS). dan biaya pengalihan tanah. Biaya
operasional meliputi biaya variabel
Aspek Finansial (herbisida Paratop, pestisida Klerat,
1. Cash Flow pupuk NPK, pupuk K-LINK) dan biaya
Beberapa komponen yang dipakai tetap (biaya tenaga kerja, biaya
dalam penyusunan cahflow, antara lain transportasi). Biaya pajak diasumsikan
infow, outflow, manfaat bersih, dan sebesar 25 persen.
manfaat bersih tambahan (Incremental Manfaat bersih (net benefit) di-
Net Benefit) bila diperlukan. Umur peroleh dari selisih antara komponen
ekonomis perkebunan kelapa sawit inflow dan outflow. Manfaat bersih tam-
adalah selama 25 tahun. Arus kas bahan (incremental net benefit) dihasil-
diasumsikan selama 27 tahun karena kan karena diperhitungkannya lahan apa-
adanya tambahan waktu proses penana- bila tidak digunakan sebagai lahan
man yang dilakukan secara dua tahap. perkebunan kelapa sawit (tanpa bisnis)
yaitu dengan hasil penjualan kayu gelam
1.1. Cash Flow Pemilik Lahan Rp 700.000 per ha seluas 80 ha dengan
Komponen-komponen cash flow total penerimaan penjualan kayu gelam
pemilik lahan meliputi inflow, outflow, Rp 56.000.000. Manfaat bersih yang
manfaat bersih (net benefit) dan manfaat dihasilkan lahan karena pembangunan
bersih tambahan (incremental net perkebunan kelapa sawit adalah Rp
benefit). Komponen inflow terdiri dari 3.661.687.500 sehingga manfaat bersih
nilai produksi dan hasil penjualan kayu tambahan (incremental net benefit) yang
gelam. Nilai produksi yang dihasilkan dihasilkan Rp 3.605.687.500.
berasal dari tanaman kelapa sawit pada
penanaman tahap pertama dan kedua. 1.2. Cash Flow Investor
Sebelum pengalihan lahan, saat seluruh Bagi investor, komponen cash flow
tanaman kelapa sawit berumur 4 tahun, meliputi inflow, outflow, dan manfaat
48
Analisis Kelayakan Investasi Perkebunan …
bersih. Pada komponen inflow, nilai sebesar 25 persen. Biaya investasi terdiri
produksi diperoleh dari tanaman kelapa dari mesin dan peralatan yang digunakan
sawit penanaman tahap pertama dan merupakan bagian dari investasi yang
kedua. Sebelum pengalihan lahan, mengalami penyusutan sesuai dengan
investor mendapatkan bagian 50 persen umur teknis dan harga satuan dari mesin
dari hasil penjualan tandan buah segar dan peralatan yang digunakan (Tabel 3).
(TBS) tanaman kelapa sawit pada
penanaman tahap pertama seluas 35 ha 2. Laporan Laba/ Rugi
dan penanaman tahap kedua seluas 45 ha. 2.1. Laporan Laba/Rugi Pemilik lahan
Setelah pengalihan lahan, nilai produksi Komponen penerimaan perkebunan
pemilik lahan berasal dari tanaman kelapa bagi pemilik lahan adalah hasil produksi
sawit pada penanaman tahap pertama dengan nilai yang sama, seperti pada cash
seluas 35 ha dan penanaman tahap kedua flow. Pada komponen ini laporan
seluas 5 ha. laba/rugi berbeda dengan penyusunan
Hasil kayu gelam didapatkan dari cash flow yang memasukkan hasil kayu
kontrak penjualan kayu gelam seluas 1 ha gelam pada komponen inflow untuk
Rp 700.000. Kontrak penjualan tersebut memperoleh manfaat bersih tambahan
diharapkan berlanjut hingga 40 ha untuk (incremental net benefit).
mempercepat pembukaan lahan yang Komponen biaya operasional sama
direncanakan selesai pada tahun ketiga. seperti pada cash flow, terdiri dari biaya
Investor memperoleh nilai sisa dari mesin variabel (berupa herbisida Paratop,
dan peralatan yang diinvestasikan. pestisida Klerat, pupuk K-LINK dan
pupuk NPK) dan biaya tetap (berupa
Tabel 3. Mesin dan Peralatan yang biaya tenaga kerja dan biaya transportasi).
Digunakan Selisih nilai produksi seluruh biaya
Umur Harga
No. Uraian Unit teknis satuan operasional menghasilkan laba kotor.
(Thn) (Rp) Besar pajak yang wajib dibayarkan
1. Tangki penyemprot 2 5 400.000
rumput adalah 25 persen dari laba kotor yang
2. Mesin pemotong 1 5 2.950.000 dihasilkan.
rumput
3. Mesin penebang 1 5 1.300.000
kayu 2.2. Laporan Laba/Rugi Investor
4. Parang 5 3 100.000
5. Linggis 1 3 50.000 Komponen penerimaan bagi investor
6. Pendodos 1 3 50.000 adalah hasil produksi dan penjualan kayu
7 Pisau pemotong 4 2 80.000
rumput gelam seperti pada cash flow. Komponen
8. Pisau pemotong 3 2 60.000 biaya operasional hampir sama seperti
rumput dari gergaji
pita pada cash flow, terdiri dari biaya variabel
9. Drum air isi 200 L 1 5 200.000 (berupa herbisida Paratop, pestisida
Klerat, pupuk K-LINK dan pupuk NPK)
Komponen outflow terdiri dari biaya dan biaya tetap (berupa biaya tenaga kerja
investasi, biaya operasional (biaya dan biaya transportasi).
variabel; biaya tetap), dan biaya pajak
49
Trisna Demiyati dan Wahyu Budi Priatna
50
Analisis Kelayakan Investasi Perkebunan …
51
Trisna Demiyati dan Wahyu Budi Priatna
52
Analisis Kelayakan Investasi Perkebunan …
53
Trisna Demiyati dan Wahyu Budi Priatna
54