Anda di halaman 1dari 22

Analisis Kelayakan Investasi Perkebunan …

ANALISIS KELAYAKAN INVESTASI PERKEBUNAN


RAKYAT KELAPA SAWIT DENGAN SISTEM BAGI HASIL
DI DESA BUDI ASIH, KECAMATAN PULAU RIMAU,
KABUPATEN BANYUASIN, SUMATERA SELATAN

Trisna Demiyati1) dan Wahyu Budi Priatna2)


1,2)
Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen,Institut Pertanian Bogor
1)
trisna.demiyati@gmail.com
2)
wahdiprit@yahoo.com

ABSTRACT
One of the efforts made in optimizing the potential of Indonesia is the expansion of plantation
estate by the government and the public, either in the form of country estates (PBN), a large
private estates (PBS) and smallholders (PR). Village of Budi Asih, Sub District Banyuasin Pulau
Rimau, Sumatera Selatan has the potential of “unused land” for oil palm plantation
development. This research purpose to analyze plantation invest by smallholder with sharing
system between owner land and investor in Village of Budi Asih, Sub District Banyuasin Pulau
Rimau, Sumatera Selatan .Besides taking into account the feasibility analysis of the aspects of
non-financial (market aspects, technical, management and legal, economic and social,
environmental) and financial aspects, the changes that will happen also to be taken into account
to anticipate the financial impact that occurs on exertion cultivation of this commodity in the
form of changes in production value (TBS productivities;TBS prices) and variabel cost.
Keyword(s): oil palm, invest feasibility analysis, smallholder.

ABSTRAK
Salah satu upaya yang dilakukan dalam pengoptimalan potensi perkebunan Indonesia adalah
perluasan areal perkebunan oleh pemerintah dan masyarakat, baik berupa perkebunan besar
negara (PBN), perkebunan besar swasta (PBS) maupun perkebunan rakyat (PR). Desa Budi
Asih, Kecamatan Pulau Rimau, Banyuasin, Sumatera Selatan memiliki “lahan tidur” yang
potensial untuk pengembangan areal perkebunan kelapa sawit. Penelitian ini bertujuan untuk
menganalisis kelayakan investasi perkebunan rakyat kelapa sawit dengan sistem bagi hasil
antara pemilik lahan dan investor di Desa Budi Asih, Kecamatan Pulau Rimau, Kabupaten
Banyuasin, Sumatera Selatan.Selain memperhitungkan kelayakan dalam aspek-aspek non-
finansial (aspek pasar, teknis, manajemen dan hukum, ekonomi dan sosial, lingkungan) dan
aspek-aspek finansial, perubahan-perubahan yang mungkin terjadi berupa perubahan nilai
produksi (produktivitas TBS; harga jual TBS) dan biaya variabel juga diperhitungkan untuk
mengantisipasi dampak finansial yang terjadi terhadap kelayakan investasi tersebut.
Kata Kunci: : kelapa sawit, analisis kelayakan investasi, sistem bagi hasil.

PENDAHULUAN perkebunan Indonesia adalah perluasan


Latar Belakang areal perkebunan oleh pemerintah dan
Salah satu upaya yang dapat masyarakat, baik berupa perkebunan
dilakukan dalam pengoptimalan potensi besar negara (PBN), perkebunan besar
33
Trisna Demiyati dan Wahyu Budi Priatna

swasta (PBS) maupun perkebunan rakyat. Pemasaran Hasil Pertanian (2009)


Lahan perkebunan besar (PBN dan PBS) mengutip data Oil World terkait per-
terluas tahun 2010 dengan angka kembangan produksi kelapa sawit dunia
sementara 5.032.800 ha adalah kelapa yang menunjukkan Indonesia sebagai
sawit (BPS, 2011). Perkebunan besar penghasil terbesar di tahun 2009 sebesar
tanaman kelapa sawit juga berkembang 45,51 persen produksi dunia dengan
paling pesat dibandingkan sektor per- jumlah 20.250.000 ton (Tabel 2). Namun,
kebunan lainnya, bahkan sampai se- Indonesia belum mampu menjadi acuan
karang peningkatan luas lahannya masih harga pasar internasional4.
terus berlangsung.
Menurut Direktorat Jenderal Tabel 2. Perkembangan Produksi
Perkebunan (2010) luas perkebunan Kelapa Sawit Dunia (000 ton)
kelapa sawit adalah 8,04 juta ha yang Tahun 2005 - 2009*
Negara 2005/06 2006/07 2007/08 2008/09
tersebar hamper di seluruh provinsi di Indonesia 15.520 16.730 18.880 20.250
15.486 15.294 17.567 17.961
Indonesia, dengan penyebaran terbesar di Malaysia
Thailand 795 989 1.123 1.218
Daerah Sumatera3. Perkebunan Besar Colombia
Nigeria
815
693
830
752
850
779
883
793
Swasta masih dominan dibandingkan Ecuador 335 409 404 439
Lainnya 2.380 2.587 2.720 2.949
perkebunan milik rakyat maupun negara Total Dunia 36.024 37.591 42.323 44.493
(Tabel 1). Keterangan : * Data Sementara
Sumber : Oil World, Hamburg, Germany and US
Department of Agriculture
Tabel 1. Luas Areal Kelapa Sawit
Menurut Status Pengusahaan- Saat ini, wilayah sentra perkebunan
nya Tahun 2006 - 2011 (Ha) kelapa sawit di Indonesia antara lain
Tahun PR PBS PBS Total
Provinsi Riau, Kalimantan Tengah,
2006 2.549.572 687.428 3.357.914 6.594.914 Sumatera Utara dan Sumatera Selatan
2007 2.752.172 606.248 3.408.416 6.766.836
2008 2.881.898 602.963 3.878.986 7.363.847 yang ditunjukkan oleh luasan lahan
2009 3.061.413 630.512 4.181.368 7.873.293
2010*) 3.077.629 637.485 4.321.317 8.036.431 perkebunan kelapa sawit. Pada tahun
2011**) 3.090.407 643.952 4.465.809 8.200.168 2010, lahan yang sudah digunakan di
Keterangan : *) Angka Sementara
**) Angka Estimasi wilayah Sumatera Selatan seluas 690.729
Sumber : Ditjen Perkebunan (2011) ha yang terdiri dari: luas areal Perkebunan
Rakyat (PR) sebesar 286.675 ha,
Sebagai produsen kelapa sawit Perkebunan Swasta (PBS) sebesar
terbesar di dunia, sudah selayaknya 390.314 ha dan Perkebunan Negara
Indonesia memiliki kekuatan untuk (PBN) Sebesar 128.780 ha. Para investor
menguasai pasar kelapa sawit dunia. patut mempertimbangkan daerah Suma-
Direktorat Jenderal Pengolahan dan tera Selatan sebagai daerah penanaman

3
Yanuar. 2011. Ekspor Produk Kelapa Sawit Terus Naik.
http://ditjenbun.deptan.go.id/index.php/component/content/article/36-news/203-ekspor-produk-kelapa-sawit-terus-
naik.html [25 November 2011]
4
Administrator.2012. Saatnya Indonesia Menjadi Penentu
Harga.http://www.mediaperkebunan.net/index.php?option=com_content&view=article&id=262:saatnya-indonesia-
menjadi-penentu-harga&catid=2:komoditi&Itemid=2 [21 September 2012]

34
Analisis Kelayakan Investasi Perkebunan …

maupun pengembangan perkebunan atau 2640 ha dengan jenis tanah rawa


kelapa sawit. pasang surut dan “lahan tidur” yang
cukup luas untuk pengusahaan per-
Perumusan Masalah kebunan kelapa sawit. Lahan ini
Kabupaten Banyuasin, Sumatera tergolong “lahan marginal” mengingat
Selatan, mempunyai wilayah seluas jenis tanah berupa rawa pasang surut.
11.832,99 km2 dan terbagi menjadi 17 Berdasarkan karakteristik tanah dan iklim
kecamatan. Sebagian besar luas wilayah serta persyaratan tumbuh tanaman, kelapa
Kabupaten Banyuasin dimanfaatkan sawit mempunyai adaptabilitas yang
untuk pertanian, sedangkan sisanya tinggi di berbagai kondisi lahan (Mulyani
dipergunakan sebagai lahan usaha non et al., 2002).
pertanian termasuk untuk lahan Selain harus memperhitungkan ke-
bangunan, pekarangan dan jalan. layakan dalam aspek-aspek non-finansial
Lahan pertanian dan perkebunan di (aspek pasar, teknis, manajemen dan
Kabupaten ini seluas 919.767 ha terdiri hukum, ekonomi dan sosial, lingkungan)
dari lahan sawah 198.721 ha; perkebunan dan aspek-aspek finansial, perubahan-
206.124 ha; hutan 168.523 ha; rawa, perubahan yang akan terjadi juga menjadi
tambak dan kolam 166.688 ha, tegalan penting diperhitungkan. Hal ini untuk
dan ladang 35.934 ha, padang rumput mengantisipasi dampak finansial yang
dan sementara tidak diusahakan (lahan terjadi terhadap pengusahaan pembudi-
tidur) 143.777 ha (BPS Kab. Banyuasin, dayaan yang dilakukan pada komoditas
2010). ini, baik berupa perubahan produktivitas,
Kelapa sawit merupakan salah satu harga jual dan biaya.
komoditi perkebunan yang banyak Berdasarkan hal-hal tersebut pe-
diusahakan oleh rakyat Kabupaten rumusan masalah yang dikaji dalam
Banyuasin, selain karet dan kelapa. penelitian ini, antara lain :
Produksi kelapa sawit pada tahun 2010 1. Bagaimana kelayakan investasi pe-
yang berasal dari perkebunan rakyat di ngusahaan perkebunan rakyat kelapa
Kabupaten Banyuasin mencapai 35.646 sawit yang ada di Desa Budi Asih,
ton dengan luas areal 17.296 ha. Kecamatan Pulau Rimau, Kabupaten
Penyumbang terbesar produksi kelapa Banyuasin, Sumatera Selatan seluas
sawit dari perkebunan rakyat Kabupaten 80 ha dengan sistem bagi hasil, jika
Banyuasin berasal dari Kecamatan Pulau dilihat dari aspek non-finansial
Rimau yaitu sebanyak 20.149 ton atau meliputi aspek pasar, aspek teknis,
sekitar 56 persen dari total produksi aspek manajemen dan hukum, aspek
kelapa sawit. sosial dan ekonomi, serta aspek
Desa Budi Asih merupakan salah lingkungan?
satu desa di Kecamatan Pulau Rimau 2. Bagaimana kelayakan investasi pe-
yang memiliki lahan potensial untuk ngusahaan perkebunan rakyat kelapa
pengembangan areal perkebunan kelapa sawit yang ada di Desa Budi Asih,
sawit. Desa ini memiliki luas 26,4 km2 Kecamatan Pulau Rimau, Kabupaten

35
Trisna Demiyati dan Wahyu Budi Priatna

Banyuasin, Sumatera Selatan seluas Ruang Lingkup


80 ha dengan sistem bagi hasil jika Ruang lingkup penelitian ini adalah
dilihat dari aspek finansial bagi penelitian terhadap investasi peng-
investor maupun pemilik lahan? usahaan perkebunan rakyat kelapa sawit
3. Adakah manfaat tambahan (incre- oleh seorang investor di lahan seluas 80
mental benefit) bagi pemilik lahan ha milik rakyat yang terletak di Desa Budi
karena adanya perjanjian kerjasama Asih, Kecamatan Pulau Rimau, Kabu-
tersebut? paten Banyuasin, Sumatera Selatan
4. Berapa besar perubahan nilai produksi dengan sistem bagi hasil. Pada sistem
(produktivitas TBS; harga jual TBS) bagi hasil tersebut, terdapat pengalihan
dan biaya variabel yang bisa ditolerir lahan seluas 50 persen (40 ha) milik
(nilai pengganti) oleh investor mau- rakyat kepada investor setelah seluruh
pun pemilik lahan pada investasi tanaman berumur empat tahun (sampai
pengusahaan perkebunan rakyat berbuah normal). Hasil penjualan
kelapa sawit seluas 80 ha dengan produksi tandan buah segar (TBS)
sistem bagi hasil di Desa Budi Asih, sebelum buah normal adalah 50:50
Kecamatan Pulau Rimau, Kabupaten setelah dikurangi total biaya operasional.
Banyuasin, Sumatera Selatan agar Pemilik lahan bertanggung jawab atas
tetap layak secara finansial? tanaman kelapa sawit yang tersisa setelah
dialihkan, sehingga dalam penelitian ini,
Tujuan Penelitian analisis kelayakan yang akan dilakukan
Tujuan penelitian adalah meng- ditujukan pada pemilik lahan dan investor
analisis kelayakan non-finansial dan terhadap adanya investasi tersebut.
finasial investasi pengusahaan per-
kebunan rakyat kelapa sawit bagi investor KERANGKA PEMIKIRAN
maupun pemilik lahan di Desa Budi Asih, Kerangka Pemikiran Teoritis
Kecamatan Pulau Rimau, Kabupaten 1. Studi Kelayakan Bisnis
Banyuasin, Sumatera Selatan seluas 80 ha Studi kelayakan bisnis merupakan
dengan sistem bagi hasil. Menganalisis analisis mengenai manfaat nyata yang
manfaat tambahan (incremental benefit) bisa diberikan sebagai imbalan dari suatu
yang dihasilkan bagi pemilik lahan kegiatan investasi (Nurmalina et.al,
dengan adanya sistem bagi hasil, dan 2010).
menganalisis nilai pengganti (switching
value) pada nilai produksi (produktivitas 2. Aspek Pasar
TBS; harga jual TBS) dan biaya variabel Pada masa sekarang ini, aspek pasar
sebagai batas yang bisa ditolerir oleh memiliki prioritas pertama dan utama dari
investor maupun pemilik lahan agar tetap analisis kelayakan usaha agar tidak
layak secara finansial. menghasilkan kegagalan apabila men-
jalankan suatu usaha. Aspek ini pada
dasarnya mempelajari bagaimana pros-
pek usaha dilihat dari pasar potensialnya,

36
Analisis Kelayakan Investasi Perkebunan …

daya serap pasar terhadap produk yang kelangsungan suatu usaha itu sendiri,
dihasilkan, dan strategi pemasaran yang sebab tidak ada usaha yang akan bertahan
digunakan untuk mencapai target lama apabila tidak bersahabat dengan
penjualan yang telah ditetapkan (Husnan lingkungan (Hufschmidt et.al, 1987
dan Suwarsono, 1997). dalam Nurmalina et.al, 2010).

3. Aspek Teknis 7. Aspek Finansial


Aspek teknis merupakan suatu aspek Analisis finansial dilakukan dengan
yang berkenaan dengan proses pem- tujuan untuk melihat suatu hasil kegiatan
bangunan proyek secara teknis dan investasi dari sisi pelaku usaha. Salah satu
pengoperasiannya setelah proyek tersebut cara untuk melihat kelayakan dari analisis
selesai dibangun (Husnan dan Suwar- finansial adalah dengan menggunakan
sono, 1997). metode cash flow untuk menunjukkan
perubahan kas selama satu kurun waktu
4. Aspek Manajemen dan Hukum tertentu.
Aspek manajemen mempelajari
tentang manajemen dalam masa pem- 8. Kriteria Investasi
bangunan bisnis dan manajemen dalam Kriteria investasi dilakukan untuk
operasi (Nurmalina et.al, 2010). menentukan kelayakan suatu usaha
Aspek hukum terkait dengan bentuk dengan metode umum Discounted Cash
badan usaha yang akan digunakan beserta Flow, yaitu seluruh manfaat dan biaya
kekuatan hukum dan konsekuensinya, untuk setiap tahun didiskonto dengan
jaminan-jaminan yang bisa disediakan discount factor (DF) yang digunakan
bila menggunakan sumber dana berupa untuk mencari nilai sekarang dari nilai
pinjaman, berbagai akta, sertifikat, dan masa yang akan datang (Nurmalina et.al,
izin (Nurmalina et.al, 2010). 2010). Alat analisis yang digunakan
adalah:
5. Aspek Sosial dan Ekonomi a) Net Present Value (NPV)
Pada aspek sosial dan ekonomi, yang Net Present Value (NPV) atau nilai
akan dinilai adalah seberapa besar suatu kini manfaat bersih adalah selisih antara
usaha atau bisnis mempunyai dampak total present value manfaat dengan total
sosial dan ekonomi terhadap masyarakat present value biaya, atau jumlah present
keseluruhan (Nurmalina et.al, 2010). value dari manfaat bersih tambahan
selama umur usaha (Kadariah, 1999).
6. Aspek Lingkungan b) Net Benefit-Cost Ratio
Pada aspek lingkungan, hal yang Net B/C ratio adalah rasio antara
perlu dicermati adalah bagaimana pe- manfaat bersih yang bernilai positif
ngaruh suatu usaha atau bisnis terhadap dengan manfaat bersih yang bernilai
lingkungan. Pertimbangan tentang sistem negatif untuk menilai tingkat efisensi
alami dan kualitas lingkungan dalam penggunaan biaya (Nurmalina et.al,
analisis suatu usaha akan menunjang 2010).

37
Trisna Demiyati dan Wahyu Budi Priatna

c) Internal Rate of Return (IRR) hasil pengamatan (observasi) langsung di


IRR adalah persentase keuntungan lapangan dan melalui wawancara dengan
yang akan diperoleh pelaku usaha setiap pemilik lahan dan investor secara sengaja
tahunnya yang juga menunjukkan (purposive). Data sekunder diperoleh dari
kemampuan usaha yang dijalankan dalam data statistik mengenai kelapa sawit yang
mengembalikan bunga pinjaman. IRR ada di Publikasi Badan Pusat Statistik,
juga merupakan tingkat discount rate Direkorat Jenderal Perkebunan, dan
(DR) yang menghasilkan NPV sama instansi lain yang terkait, serta internet.
dengan 0 (Kadariah, 1999).
d) Payback Period Metode Pengolahan dan Analisa Data
Metode ini mencoba mengukur Metode analisis data yang digunakan
seberapa cepat investasi bisa kembali dalam penelitian ini yakni secara
(Nurmalina et.al, 2010). kualitatif dan kuantitatif, meliputi tahap
transfer data, editing data, pengolahan
9. Analisis Nilai Pengganti (Switching data dan interpretasi data secara
Value) deskriptif.
Nilai pengganti merupakan per- Analisis kualitatif digunakan untuk
hitungan untuk mengukur perubahan mengetahui aspek pasar, aspek teknis,
maksimum dari komponen inflow aspek manajemen dan hukum, aspek
maupun outflow dalam cash flow berupa sosial, aspek ekonomi, aspek lingkungan.
perubahan harga, jumlah produksi dan Aspek pasar meliputi pemasaran dan daya
biaya yang masih bisa ditoleransi agar serap pasar serta prospek pasar. Aspek
suatu usaha masih tetap layak (Nurmalina teknis meliputi lokasi bisnis, kriteria
et.al, 2010). pemilihan mesin dan peralatan, proses
produksi dan layout kebun, serta
METODE PENELITIAN teknologi tepat guna. Aspek manajemen
Lokasi dan Waktu Penelitian dan hukum meliputi penentuan pelaksana
Penelitian ini dilaksanakan di per- usaha, jadwal penyelesaian usaha, bentuk
kebunan rakyat kelapa sawit di Desa Budi badan usaha usaha, job description,
Asih, Kecamatan Pulau Rimau, Kabu- jumlah tenaga kerja, izin usaha, ke-
paten Banyuasin, Sumatera Selatan. lengkapan dokumen kepemilikan (akta,
Pemilihan lokasi ini ditentukan secara sertifikat). Aspek sosial, ekonomi, dan
sengaja (purposive sampling) Penelitian lingkungan meliputi peningkatan lapang-
ini dilakukan selama dua bulan pada an kerja, pendapatan, infrastruktur,
bulan Mei-Juni. kemungkinan konflik sosial, dan dampak
lingkungan.
Jenis Data dan Metode Pengumpulan Analisis kuantitatif dilakukan
Data dengan analisis finansial melaui cash
Jenis data yang digunakan dalam flow, laporan laba/rugi, dan kriteria
penelitian ini meliputi data primer dan investasi berupa nilai NPV, IRR, Net B/C
data sekunder. Data primer diperoleh dari ratio, dan Payback Period untuk

38
Analisis Kelayakan Investasi Perkebunan …

mengkaji kelayakan investasi perkebunan Dimana :


Bt = Manfaat pada tahun t
kelapa sawit seluas 80 ha di Desa Budi Ct = Biaya pada tahun t
t = Tahun kegiatan usaha
Asih, Kecamatan Pulau Rimau, (t = 0,1,2,3,….,n)
Kabupaten Banyuasin, Sumatera Selatan i = Tingkat DR (%)
dengan sistem bagi hasil. Analisis
sensitivitas dan nilai pengganti (switching 3. Internal Rate of Return (IRR)
value) juga dilakukan untuk melihat Besaran yang dihasilkan dari
dampak dari ketidakpastian produksi, perhitungan ini adalah dalam satuan
harga, dan biaya. persentase (%). Berikut rumus IRR:

1. Net Present Value (NPV) IRR = i1 + x (i − i )


Secara matematis NPV dapat
dirumuskan sebagai berikut: Dimana:
i1 = Discount rate yang menghasil-kan NPV positif
i2 = Discount rate yang menghasil-kan NPV negatif
NPV = ∑ NPV1 = NPV Positif
( ) NPV2 = NPV Negatif

Dimana:
Bt = Manfaat pada tahun t 4. Payback Period
Ct = Biaya pada tahun t Metode ini mencoba mengukur
t = Tahun kegiatan usaha
(t = 0,1,2,3,….,n) seberapa cepat investasi bisa kembali.
i = Tingkat DR (%) Usaha yang payback period-nya singkat
atau cepat semakin baik untuk diusahakan
Suatu usaha dinyatakan layak jika (Arifin, 1999).
NPV lebih besar sama dengan 0 (NPV ≥
0) yang artinya usaha menguntungkan Payback Period = n + [ x 1 tahun ]
atau memberikan manfaat. Jika suatu
usaha mempunyai NPV lebih kecil dari 0 Dimana:
(NPV < 0) maka usaha tersebut tidak n = Tahun terakhir saat cash flow belum bisa menutupi
nilai investasi
layak untuk dijalankan. a = Jumlah investasi
b = Jumlah cash flow pada tahun ke-n
c = Jumlah cash flow pada tahun ke-n+1
2. Net Benefit-Cost Ratio
Suatu usaha atau kegiatan investasi
5. Nilai Pengganti (Switching Value)
dapat dikatakan layak bila Net B/C lebih
Metode ini digunakan untuk men-
besar dari satu (Net B/C > 1) dan
coba mengukur berapa besar risiko yang
dikatakan tidak layak bila Net B/C lebih
mungkin terjadi pendekatan persentase
kecil dari satu (Net B/C < 1). Secara
perubahan perkiraan produktivitas
matematis dapat dinyatakan sebagai
Tandan Buah Segar (TBS), harga TBS,
berikut:
dan seluruh biaya variabel yang bisa
ditolerir terhadap kelayakan finansial
∑ ( )
Net B/C =
( )
………( perkebunan kelapa sawit pada objek
∑ )
( ) penelitian ini.

39
Trisna Demiyati dan Wahyu Budi Priatna

Asumsi Dasar yang Digunakan 1 ha kayu gelam sebesar Rp 700.000


Sebagai dasar perhitungan dari yang direncanakan kontrak berlanjut
kelayakan finansial di dalam studi sampai seluas 40 ha sehingga meng-
kelayakan usaha, asumsi-asumsi yang hasilkan Rp 28.000.000 pada tahun
digunakan adalah: ketiga sebagai tambahan modal bagi
1. Umur ekonomis yang digunakan investor.
adalah 25 tahun berdasarkan pada 8. Tenaga kerja yang digunakan adalah
umur produktif kelapa sawit dimulai dua orang pekerja tetap dan sejumlah
tahun ke-0. tenaga kerja borongan. Biaya tenaga
2. Tingkat suku bunga yang digunakan kerja tetap sebagai biaya variabel
adalah 5,75 persen berdasarkan sebesar Rp 1.000.000 per orang.
tingkat suku bunga Bank Indonesia Biaya tenaga kerja borongan sebagai
sejak awal Februari sampai Juni. biaya investasi dalam pembuatan
3. Perhitungan cash flow dilakukan saluran air (parit) sepanjang 2400 m
terpisah antara pemilik lahan dan seharga Rp 5.000-5.500 per meter,
investor. pengangkutan tanah untuk bibit
4. Pada cash flow pemilik lahan sebanyak 110 karung seharga Rp
terdapat incremental net benefit atau 10.000 per karung, penanaman
manfaat tambahan karena adanya (pembuatan lubang tanam dan
pembangunan lahan perkebunan tapakan) seharga Rp 5.000 per
kelapa sawit yang sebelumnya hanya tanaman.
mungkin menghasilkan penjualan 9. Benih yang digunakan adalah benih
kayu gelam seluas 80 ha Rp 700.000 sawit DxP sejumlah 110 kotak @
per ha. 200 benih sawit, Rp 300.000 per
5. Pada cash flow investor terdapat kotak.
nilai sisa dari investasi mesin dan 10. Jarak tanam yang digunakan 9x9
peralatan yang digunakan sebesar Rp dengan populasi 121 pohon/ha di
15.040.000 pada tahun ke-27. lahan seluas 80 ha dan proses
6. Biaya pajak yang ditanggung penanaman dua tahap saat bibit
pemilik lahan dan investor adalah 25 berumur 1,5 tahun. Tahap pertama
persen dari laba kotor yang di- telah dilakukan pada tahun ke-2
hasilkan masing-masing dalam seluas 35 ha dan penanaman tahap
pengusahaan perkebunan kelapa kedua direncanakan pada tahun ke-4
sawit. seluas 45 ha. Saat ini umur bibit yang
7. Biaya penebasan kayu gelam yang akan ditanam pada tahap kedua
ditanggung investor pada pembuka- berkisar 3-10 bulan.
an lahan untuk penanaman tahap 11. Biaya perawatan bibit Rp 1.000.000
pertama seluas 40 ha sebesar Rp pada tahun ke-1 dan 3
700.000,00 per ha. Pada pembukaan 12. Polybag untuk proses pembibitan
lahan untuk penanaman tahap kedua tahap pertama digunakan sebanyak
telah terbentuk kontrak pembelian 50 kg dan untuk proses pembibitan

40
Analisis Kelayakan Investasi Perkebunan …

tahap kedua diperkirakan sebanyak Rp 1.000.000 sebanyak 3 bulan


60 kg seharga Rp 9.500 per kg pada sekali (1 tahun 4x). Biaya
tahun ke-1 dan 3. transportasi bagi investor adalah
13. Pemupukan bibit dilakukan satu biaya yang dikeluarkan untuk
bulan sekali dengan pupuk NPK dan sampai ke lokasi lahan sebesar Rp
pupuk K-LINK dengan perkiraan 200.000 sebanyak 1 bulan sekali (1
total pemakaian untuk seluruh bibit tahun 12x).
2400 kg (1000 dan 1400 kg) pupuk 21. Hasil produksi tandan buah segar
NPK dan 240 botol (100 dan 140 (TBS) sesuai perkiraan produksi
botol) pupuk K-LINK. TBS BBPPTP pada Tabel 13.
14. Biaya pengangkutan bibit sebesar Rp 22. Hasil produksi TBS dijual kepada
7.750.000 pada tahun ke-1 dan 3. tengkulak dengan harga jual TBS per
15. Biaya angkut tanah bibit sebanyak kg Rp 700 konstan.
50 karung pada pembibitan tahap 23. Pengalihan lahan sebesar 50 persen
pertama dan pada pembibitan tahap (40 ha) dilakukan saat seluruh
kedua diperkirakan 60 karung tanaman kelapa sawit berumur
sebesar Rp 10.000 per karung. empat tahun yaitu pada tahun ke-6.
16. Jumlah tanaman kelapa sawit yang Lahan yang dialihkan (40 ha) adalah
disulam diperkirakan 10% per ha lahan dengan nomor persil 1-20.
dengan biaya penanaman ulang Rp Areal penanaman tahap pertama
2.000 per tanaman. seluas 35 ha dan 5 ha areal
17. Pada pemeliharaan tanaman, kelapa penanaman tahap kedua terletak di
sawit yang telah ditanam dipupuk 4 nomor persil 1-20 yang akan
bulan sekali (1 tahun 3x aplikasi) menjadi milik investor setelah
dengan dosis pupuk NPK 10 kg/ha dialihkan. Pemilik lahan dan
seharga Rp 9.000 per kg dan pupuk investor bertanggung jawab pada
K-LINK 1 botol (1 L)/ha seharga Rp lahan masing-masing setelah peng-
98.000 per botol. alihan lahan.
18. Herbisida yang digunakan adalah 24. Biaya pengalihan lahan merupakan
Paratop dengan dosis 1 botol beban pemilik lahan dengan harga
(10L)/ha disemprotkan 2 bulan lahan Rp 20.000.000 per ha terhitung
sekali (1 tahun 6x aplikasi) dimulai pada tahun ke-6 sebagai biaya inves-
tahun kedua. tasi dengan jumlah Rp 800.000.000.
19. Pestisida yang digunakan sebagai 25. Analisis nilai pengganti (switching
racun tikus adalah Klerat dengan value) dilakukan untuk menganalisis
dosis 1 kg/ha setiap 3 bulan sekali (1 penurunan maksimal pada perkiraan
tahun 4x aplikasi) dimulai tahun produktivitas rata-rata TBS per
kedua. tahun dan harga TBS serta
20. Biaya transportasi bagi pemilik peningkatan maksimal pada biaya
lahan adalah biaya yang dikeluarkan variabel (herbisida Paratop, pestisida
untuk sampai ke lokasi lahan sebesar Klerat, pupuk NPK dan pupuk K-

41
Trisna Demiyati dan Wahyu Budi Priatna

LINK) bagi pemilik lahan maupun membeli TBS dengan kisaran harga Rp
investor. 1.600 dalam kondisi siap angkut. Artinya,
terdapat biaya tambahan pemilik lahan
HASIL DAN PEMBAHASAN dan penggarap berupa biaya investasi
Aspek Pasar peralatan dan biaya pemanenan. Sebagai
1. Prospek Pasar Kelapa Sawit pemasok dari perusahaan Pabrik Kelapa
Indonesia Sawit (PKS), pemilik kebun, penggarap
Saat ini, dengan kemajuan teknologi, dan tengkulak perlu memperhatikan
kelapa sawit diolah menjadi beraneka penerapan ISPO (Indonesian Sustainable
ragam produk mulai dari minyak nabati, Palm Oil) yang bersifat wajib bagi
farmasi, kosmetik bahkan bahan bakar perusahaan dalam proses pembangunan
alternatif. China, Eropa dan India perkebunan.
merupakan tiga negara pengkonsumsi
kelapa sawit terbesar di dunia dengan Aspek teknis
perkembangan konsumsi rata-rata 1. Lokasi Kebun
minyak sawit dunia mencapai 8,27 persen Variabel-variabel utama dalam
per tahun (Oil World, 2009). pemilihan lokasi bisnis kelapa sawit,
Pada tahun 2011, produksi sawit antara lain ketersediaan bahan baku, letak
Indonesia mengalami peningkatan pasar yang dituju, tenaga listrik dan air,
dengan proporsi 47 persen dari produksi supply tenaga kerja, dan fasilitas trans-
minyak sawit dunia. Artinya, Indonesia portasi, disesuaikan dengan luasan lahan
merupakan produsen kelapa sawit yang yang tersedia.
memiliki peran dalam produksi minyak
sawit dunia. Menurut Ditjen Perkebunan 1.1. Ketersediaan Bahan Baku
(2011), ekspor CPO Indonesia semakin Bahan baku benih, bahan-bahan
meningkat pada dekade terakhir dengan untuk keperluan perawatan seperti pupuk
laju 7-8 persen per tahun. dan pestisida dibeli dari Palembang
dengan jarak menuju kebun sekitar 105
2. Rencana Pemasaran Perkebunan km. Bila ada kekurangan, bahan-bahan
Objek Penelitian tersebut dibeli di toko terdekat sejauh 4
Pada perkebunan rakyat yang bukan km dari kebun dengan harga yang relatif
merupakan perkebunan plasma (Per- lebih mahal. Toko terdekat tersebut juga
kebunan Rakyat Swadaya), umumnya tidak menjual bahan-bahan dalam jumlah
menjual hasil TBS kepada tengkulak dan besar kepada rakyat.
atau perusahaan-perusahaan yang datang
mencari TBS. Penjualan kepada teng- 1.2. Letak Pasar yang Dituju
kulak dengan perusahaan berbeda dari Tempat penjualan hasil Tandan
segi pengangkutan maupun harga yang Buah Segar (TBS) yang dituju adalah
ditawarkan. Tengkulak membeli TBS tengkulak dan perusahaan yang ada di
dengan harga Rp 700 dan memanen Provinsi Sumatera Selatan. Harga jual di
sendiri TBS dari kebun. Perusahaan tengkulak relatif konstan Rp 700. Harga

42
Analisis Kelayakan Investasi Perkebunan …

jual di perusahaan mengikuti perkem- dengan perjanjian bagi hasil. Surat


bangan harga CPO yang terjadi di pasar. Keputusan Menteri Kehutanan dan
Perkebunan No. 107/KPTS-II/1999 tgl 3
1.3. Tenaga Listrik dan Air Maret 1999 dalam Mangoensoekarjo dan
Pada lokasi perkebunan ini listrik Semangun (2000), usaha perkebunan
dipasok dari mesin listrik 300 watt yang dibagi menjadi Usaha Perkebunan Besar
diletakkan di rumah singgah bagi pekerja. Skala Kecil (UPBSK) dengan luas areal
Hal ini karena aliran listrik belum masuk 25-200 ha, Usaha Perkebunan Besar
desa. Kebutuhan air diambil dari aliran air Skala Menengah (UPBSM) dengan luas
(saluran irigasi) dan air hujan yang di- areal 200-1000 ha, dan Usaha Perkebunan
tampung dalam tong air fiber. Saluran air Besar Skala Besar (UPBSB) dengan luas
(parit cacing) juga dibuat untuk mem- areal lebih dari 1000 ha. Berdasarkan hal
perlancar pengairan perkebunan. Tong air tersebut maka perkebunan dalam objek
fiber yang dimiliki sebanyak 2 buah di- penelitian ini tergolong Usaha
letakkan di rumah singgah untuk perse- Perkebunan Besar Skala Kecil (UPBSK).
diaan air keperluan sehari-hari seperti
masak, mandi, dan mencuci. 3. Proses Produksi
 Pemilihan benih
1.4. Supply Tenaga Kerja Jenis bibit yang dipilih adalah benih
Pekerja tetap di perkebunan ini DxP yang terkumpul dalam kotak seharga
merupakan keluarga dari pemilik modal @Rp 300.000 dengan jumlah 200 benih
(penggarap). Untuk beberapa pekerjaan per kotak sehingga harga setiap benih Rp
yang membutuhkan banyak pekerja 1.500. Pembelian benih dilakukan dua
digunakan pekerja borongan yang berasal kali transaksi dengan 45 kotak untuk
dari masyarakat setempat. persiapan penanaman kelapa sawit tahap
pertama seluas 35 ha, dan 65 kotak untuk
1.5. Fasilitas Transportasi:
persiapan penanaman 45 ha.
Alat transportasi yang dapat diguna-
kan menuju perkebunan ini adalah motor
 Pengecambahan benih
dan mobil pribadi. Infrastrukur jembatan
Kegiatan pengecambahan benih di-
dalam keadaan baik. Sedangkan infra-
lakukan sendiri secara sederhana. Proses
struktur jalan dalam keadaan kurang baik
ini dilakukan di Palembang, tempat
dengan kondisi yang penuh lumpur dan
tinggal pemilik modal (penggarap)
berlubang.
sehingga mudah dalam perawatan dan
pengawasan.
2. Luas Produksi
Penentuan lahan produksi seluas 80
 Pembibitan
ha ini didasarkan pada kemampuan
Perkebunan rakyat ini ditanam
finansial yang dimiliki pemilik modal
secara manual mulai dari pembibitan
(investor) dan kesepakatan atas keter-
awal (pre-nursery). Setelah bibit berumur
sediaan lahan yang bisa diusahakan
3-4 bulan dan berdaun 4-5 helai, bibit

43
Trisna Demiyati dan Wahyu Budi Priatna

diangkut ke lokasi perkebunan untuk buatan parit cacing ini tidak berpola
segera dilakukan pembibitan utama karena pembuatan parit hanya disekitar
(nursery). Pemupukan dilakukan satu air yang banyak tergenang. Jumlah parit
bulan sekali dengan memberikan pupuk yang telah dibuat pada persiapan lahan
majemuk NPK (Urea, TSP, KCL) dan pertama adalah 1,2 km dengan dua kali
pupuk K-link Bioboost lisensi Malaysia pengerjaan, yaitu 1 km dan 200 m.
secara tidak bersamaan. Saat ini, bibit Pembuatan parit ini akan bertambah saat
yang belum ditanam masih berumur 3-10 penanaman tahap kedua dengan perkiraan
bulan. panjang pembuatan parit yang sama, yaitu
1,2 km lagi.
 Persiapan lahan dan penanaman
Lahan perkebunan dalam penelitian  Pemeliharaan tanaman
ini dipenuhi dengan pohon gelam dan Kegiatan-kegiatan yang harus di-
rumput liar, sehingga perlu dilakukan lakukan dalam pemeliharaan tanaman di
land clearing (persiapan lahan) yaitu perkebunan ini antara lain penyulaman,
dengan menebang pohon gelam dan penanaman tanaman kacang-kacangan
membakar maupun menebas rumput liar. (LCC), pembentukan piringan (bokoran),
Pada persiapan lahan tahap pertama pemupukan, dan pemangkasan daun.
seluas 40 ha, persiapan lahan yang telah
dilakukan adalah dengan menebas pohon  Pengendalian Gulma, Hama, dan
gelam menggunakan mesin penebas kayu Penyakit
dan membakar kayu yang tersisa serta Gulma yang ada di perkebunan ini
memotong rumput liar menggunakan adalah rumput liar yang tingginya dapat
mesin pemotong rumput dan parang. menutupi tanaman kelapa sawit yang
Awal tahun ini terdapat penawaran telah ditanam. Pengendalian yang di-
kontrak terhadap pembelian kayu gelam lakukan untuk mengatasi rumput liar ini
seluas 1 ha. Tawaran ini diambil oleh adalah dengan menyemprotkan herbisida
penggarap (investor) dengan kesepakatan berupa racun rumput (Herbisida) Paratop
kayu gelam ditebas dan diangkut oleh dan membabatnya dengan mesin
pekerja dari pembeli kayu. Penawaran ini pemotong rumput maupun parang.
diharapkan berlanjut untuk memper- Pada perkebunan tersebut, hama
mudah dan mempermurah kegiatan yang sangat mengancam pertumbuhan
persiapan lahan tahap dua. dan perkembangan tanaman ini adalah
Keadaan tanah yang berjenis rawa tikus dan babi. Pengendalian hama tikus
pasang surut menyebabkan perlunya adalah dengan memberikan pestisida
saluran air (parit) tambahan agar tidak ada berupa racun tikus Klerat. Cara yang
air yang menggenang. Air yang meng- dilakukan untuk pengendalian hama babi
genang ini dapat membuat tanaman adalah dengan memasang jaring babi di
kelapa sawit yang baru ditanam mem- sekeliling perkebunan.
busuk. Saluran air tambahan ini (saluran
air tersier) disebut parit cacing. Pem-

44
Analisis Kelayakan Investasi Perkebunan …

 Pemanenan 2. Status Lahan


Tanaman kelapa sawit mulai ber- Lahan perkebunan seluas 80 hektar
buah setelah 2,5 tahun (30 bulan) dan yang menjadi objek penelitian ini
masak 5,5 bulan setelah penyerbukan. berlokasi di Desa Budi Asih, Kecamatan
Pemanenan pertama biasanya jika Pulau Rimau, Kabupaten Banyuasin,
tanaman telah berumur 31 bulan, Sumatera Selatan dengan status lahan
sedikitnya 60 persen buah telah matang milik keluarga Hamdjah. Status lahan ini
panen. adalah berupa sertifikat lama dan surat
akte pengoperan lahan atas nama
4. Layout Kebun Bambang Gatot Sugiharto dan
Luas lahan produksi perkebunan Rustantinah yang masing-masing memi-
kelapa sawit dengan sistem bagi hasil ini liki hak atas lahan seluas 40 hektar.
adalah 80 ha dengan jarak tanam yang Surat kepemilikan lahan ini belum
digunakan 9x9 m dan jumlah pohon 121 didaftarkan di notaris, namun hanya
pohon/ha. berupa sertifikat lama disertai dengan
bukti keterangan pembelian lahan dengan
Aspek Manajemen dan Hukum kuitansi bermaterai. Padahal, fungsi dari
1. Manajemen Pembangunan pendaftaran tanah ini adalah untuk
Perkebunan dan Operasi menjamin kepastian hukum atas tanah
Manajemen yang dilakukan pada yang dimiliki (Febriantina R, 2010).
pembangunan perkebunan rakyat tersebut Alasan belum didaftarkannya lahan
masih sederhana. Pekerja tetap di tersebut adalah karena keterbatasan dana
perkebunan merupakan keluarga dari untuk keperluan administrasi.
pemilik modal (penggarap), yang
berjumlah dua orang. Penyelesaian 3. Perjanjian Kerjasama
pekerjaan diserahkan kepada pekerja Perjanjian kerjasama dilakukan pada
dengan komando pemilik modal. Pekerja tahun 2009 oleh pihak pertama (Lia
borongan digunakan untuk pekerjaan Rusmiyati Hamdjah) dan pihak kedua
yang berat dan memakan waktu banyak, (Bambang Teguh Sugiharto) sebagai
seperti pengangkutan bibit, pembuatan pemilik lahan serta pihak ketiga (M. Nasir
parit cacing, penebasan kayu gelam, Nata) sebagai investor (pemilik modal)
pembuatan tapakan, dan pengangkutan sekaligus pengelola lahan. Perjanjian ini
tanah bibit. mengalami kekeliruan pemilik lahan
Manajemen operasi perkebunan karena setelah perjanjian dibuat, ternyata
rakyat ini masih belum ditentukan karena pemilik lahan seharusnya masih atas
setelah seluruh tanaman berumur 4 tahun, nama Bambang Gatot Sugiharto dan
pemilik modal dan pemilik lahan tidak Rustantinah. Sampai saat ini perjanjian
lagi terikat perjanjian. Artinya pe- tersebut masih belum diperbaiki. Namun,
ngurusan kebun dilakukan oleh masing- jika ada permasalahan mengenai hal
masing pihak. tersebut para pihak yang bersangkutan
akan mengurusnya di notaris.

45
Trisna Demiyati dan Wahyu Budi Priatna

Status perjanjian kerjasama bagi masyarakat Desa Budi Asih tergolong


hasil adalah sah dengan pengesahan oleh menengah yaitu sebesar Rp 600.000 per
Notaris Darmawan, SH yang bertempat di bulan dengan mata pencaharian ber-
Palembang. Perjanjian kerjasama ini sawah, kuli bangunan ataupun buruh tani.
terbilang khusus karena sistem bagi hasil Adanya investasi perkebunan rakyat di
yang dimaksud bukan tanaman pangan Desa Budi Asih ini akan membuka
melainkan tanaman tahunan yang memi- lapangan kerja berupa pekerja borongan
liki umur perjanjian lebih dari 3 tahun dan dan dapat meningkatkan pendapatan
selain bagi hasil 50:50 yang dihasilkan masyarakat setempat.
sampai buah normal (tanaman berumur 4
tahun), terdapat pengalihan lahan seluas 2. Infrastruktur
40 hektar dari pemilik lahan kepada Pembangunan dan peningkatan fasi-
pengolah lahan. litas transportasi, seperti jalan dan
jembatan penting untuk menunjang
4. Kemungkinan Konflik Sosial mobilisasi antar daerah sehingga pen-
Pada tahun 2011, terdapat per- distribusian barang dan jasa semakin
masalahan terkait status lahan yang lancar dan berdampak pada peningkatan
sempat mengganggu pembangunan per- pertumbuhan ekonomi. Saat ini, jalan
kebunan di lokasi penelitian ini. Masalah yang telah diaspal banyak mengalami
tersebut antara lain; (1) Hak pengelolaan kerusakan, sehingga peninjauan dan
oleh perusahaan inti yang diajukan oleh perbaikan jalan perlu dilakukan oleh
pemerintah daerah setempat; (2) dan pemerintah secara kontinu.
gangguan dari masyarakat atas pe-
ngakuan kepemilikan lahan dengan bukti Aspek Lingkungan
SKT (Surat Keterangan Tanah) yang 1. Isu Lingkungan Perkebunan
dikeluarkan pemerintah daerah untuk hak Kelapa Sawit
pengelolaan tanah bagi penduduk setem- Aspek lingkungan merupakan suatu
pat. Namun saat ini permasalahan terse- hal yang penting untuk diperhatikan demi
but sudah diselesaikan sehingga pem- membangun perkebunan kelapa sawit
bangunan perkebunan dapat dilanjutkan. yang berkelanjutan (sustainable). Tun-
tutan dari permintaan pasar internasional
Aspek Sosial dan Ekonomi untuk selalu menghasilkan produk
1. Peningkatan Lapangan Kerja dan minyak sawit lestari semakin tinggi, baik
Pendapatan untuk perkebunan besar maupun untuk
Jumlah penduduk Desa Budi Asih perkebunan rakyat. Isu lingkungan kelapa
sebanyak 1874 dengan jumlah penduduk sawit yang banyak disoroti, antara lain
laki-laki lebih banyak dari perempuan, tentang pembakaran lahan, konversi
yaitu sebanyak 967 orang dan 907 orang. lahan terhadap kelangsungan keaneka-
Jumlah penduduk yang berumur pro- ragaman hayati, dan penyerapan air yang
duktif (15 tahun keatas) sebanyak 655 berlebihan.
orang (34,95%). Pendapatan rata-rata

46
Analisis Kelayakan Investasi Perkebunan …

Pembukaan lahan kelapa sawit Sertifikasi ISPO dilakukan oleh


dengan cara dibakar mengakibatkan gas setiap perusahaan dengan izin usaha
CO2 terlepas ke udara, sehingga memicu berupa Izin Usaha Perkebunan (IUP), Izin
kerusakan lingkungan berupa pemanasan Usaha Perkebunan untuk Budidaya (IUP-
global dan perubahan iklim. Apabila jenis B), dan atau Izin Usaha Perkebunan untuk
lahan yang diusahakan adalah lahan Pengolahan (IUP-P), Izin Tetap Usaha
gambut maka emisi CO2 yang dihasilkan Perkebunan (ITUP), dan Surat Pen-
akan lebih banyak karena kadar air yang daftaran Usaha Perkebunan (SPUP).
tinggi membuat proses pembakaran tidak
sempurna5. 3. Dampak Moratorium Penggunaan
Perambahan hutan konservasi untuk Lahan Gambut dan Penerapan
dijadikan perkebunan kelapa sawit telah ISPO Bagi Perkebunan Rakyat
banyak terjadi. Salah satu kasusnya Isu lingkungan yang ada pada
adalah pembukaan lahan pada hutan perkebunan ini bukan berupa konversi
konservasi seluas 49.948 Ha di Sumatera lahan terhadap keanekaragaman hayati
Selatan (Gumbira, 2010). Pengembangan maupun penyerapan air yang berlebihan.
lahan tersebut telah mengakibatkan Perkebunan rakyat merupakan usaha
kerusakan hutan, erosi, dan rusaknya perkebunan yang diusahakan rakyat di
biodiversity (Khoiri, 2006 dalam lahan miliknya sendiri yang artinya
Gumbira, 2010). pemerintah setempat telah memberikan
hak atas pengelolaan lahan. Lahan pasang
2. Penerapan ISPO (Indonesian surut mengindikasikan pasokan air
Sustainable Palm Oil) cukup. Saluran irigasi berupa parit
Menghadapi tuntutan yang masih berfungsi untuk menjaga air agar tidak
berkembang secara dinamis, maka tergenang yang akan mengakibatkan
pengembangan kelapa sawit ke depan tanaman membusuk.
dalam rangka memenuhi permintaan Pada umumnya, perkebunan rakyat
tuntutan pasar, dan berlandaskan Undang tidak memiliki izin usaha perkebunan
Undang Dasar 1945, dikembangkan apapun karena skala usaha masih kecil
serangkaian langkah sistematis dan dan tidak termasuk pelaku usaha yang
mendasar menuju tersusunnya pem- diwajibkan memiliki izin usaha per-
bangunan kelapa sawit menurut sistem kebunan. Perkebunan yang menjadi objek
Indonesia, yaitu Indonesian Sustainable penelitian ini terletak di lahan pasang
Palm Oil (ISPO) (Ditjenbun, 2010). surut yang termasuk lahan gambut.
Kepatuhan penerapan ISPO bersifat Instruksi Presiden Nomor 10 Tahun 2011
mandatory, yang artinya wajib, sehingga (Inpres No. 10/2011) tentang Penundaan
akan dilakukan penindakan bagi yang Pemberian Izin Baru dan Penyempurnaan
melanggar. Tata Kelola Hutan Alam Primer dan

5
Admin. 2010. Pembangunan Kelapa Sawit Berbasis Gas Rumah Kaca: Tinjauan Krisis. http://sawitwatch.or.id/ [22
Februari 2011]

47
Trisna Demiyati dan Wahyu Budi Priatna

Lahan Gambut tidak berdampak pada pada tahun ke-6, pemilik lahan men-
perkebunan rakyat karena tidak di- dapatkan bagian 50 persen dari hasil
wajibkan melakukan izin usaha per- penjualan tandan buah segar (TBS)
kebunan. Namun, pembakaran lahan tanaman kelapa sawit pada penanaman
yang dilakukan perkebunan objek tahap pertama seluas 35 ha dan pe-
penelitian ini pada awal pembukaan lahan nanaman tahap kedua seluas 45 ha.
40 ha tetap tidak dapat dibenarkan. Pada Setelah pengalihan lahan, nilai produksi
pembukaan lahan selanjutnya diharapkan pemilik lahan hanya berasal dari
pembakaran lahan tidak dilakukan lagi. penanaman tahap kedua seluas 40 ha.
Penerapan ISPO bagi perkebunan rakyat Komponen outflow terdiri dari biaya
sangat berpengaruh mengingat hasil TBS investasi, biaya operasional dan biaya
yang dihasilkan perkebunan objek pajak.Biaya investasi meliputi biaya pra
penelitian ini akan dijual kepada teng- investasi (biaya administrasi pembuatan
kulak maupun perusahaan yang memiliki perjanjian di notaris, biaya transportasi)
pabrik kelapa sawit (PKS). dan biaya pengalihan tanah. Biaya
operasional meliputi biaya variabel
Aspek Finansial (herbisida Paratop, pestisida Klerat,
1. Cash Flow pupuk NPK, pupuk K-LINK) dan biaya
Beberapa komponen yang dipakai tetap (biaya tenaga kerja, biaya
dalam penyusunan cahflow, antara lain transportasi). Biaya pajak diasumsikan
infow, outflow, manfaat bersih, dan sebesar 25 persen.
manfaat bersih tambahan (Incremental Manfaat bersih (net benefit) di-
Net Benefit) bila diperlukan. Umur peroleh dari selisih antara komponen
ekonomis perkebunan kelapa sawit inflow dan outflow. Manfaat bersih tam-
adalah selama 25 tahun. Arus kas bahan (incremental net benefit) dihasil-
diasumsikan selama 27 tahun karena kan karena diperhitungkannya lahan apa-
adanya tambahan waktu proses penana- bila tidak digunakan sebagai lahan
man yang dilakukan secara dua tahap. perkebunan kelapa sawit (tanpa bisnis)
yaitu dengan hasil penjualan kayu gelam
1.1. Cash Flow Pemilik Lahan Rp 700.000 per ha seluas 80 ha dengan
Komponen-komponen cash flow total penerimaan penjualan kayu gelam
pemilik lahan meliputi inflow, outflow, Rp 56.000.000. Manfaat bersih yang
manfaat bersih (net benefit) dan manfaat dihasilkan lahan karena pembangunan
bersih tambahan (incremental net perkebunan kelapa sawit adalah Rp
benefit). Komponen inflow terdiri dari 3.661.687.500 sehingga manfaat bersih
nilai produksi dan hasil penjualan kayu tambahan (incremental net benefit) yang
gelam. Nilai produksi yang dihasilkan dihasilkan Rp 3.605.687.500.
berasal dari tanaman kelapa sawit pada
penanaman tahap pertama dan kedua. 1.2. Cash Flow Investor
Sebelum pengalihan lahan, saat seluruh Bagi investor, komponen cash flow
tanaman kelapa sawit berumur 4 tahun, meliputi inflow, outflow, dan manfaat

48
Analisis Kelayakan Investasi Perkebunan …

bersih. Pada komponen inflow, nilai sebesar 25 persen. Biaya investasi terdiri
produksi diperoleh dari tanaman kelapa dari mesin dan peralatan yang digunakan
sawit penanaman tahap pertama dan merupakan bagian dari investasi yang
kedua. Sebelum pengalihan lahan, mengalami penyusutan sesuai dengan
investor mendapatkan bagian 50 persen umur teknis dan harga satuan dari mesin
dari hasil penjualan tandan buah segar dan peralatan yang digunakan (Tabel 3).
(TBS) tanaman kelapa sawit pada
penanaman tahap pertama seluas 35 ha 2. Laporan Laba/ Rugi
dan penanaman tahap kedua seluas 45 ha. 2.1. Laporan Laba/Rugi Pemilik lahan
Setelah pengalihan lahan, nilai produksi Komponen penerimaan perkebunan
pemilik lahan berasal dari tanaman kelapa bagi pemilik lahan adalah hasil produksi
sawit pada penanaman tahap pertama dengan nilai yang sama, seperti pada cash
seluas 35 ha dan penanaman tahap kedua flow. Pada komponen ini laporan
seluas 5 ha. laba/rugi berbeda dengan penyusunan
Hasil kayu gelam didapatkan dari cash flow yang memasukkan hasil kayu
kontrak penjualan kayu gelam seluas 1 ha gelam pada komponen inflow untuk
Rp 700.000. Kontrak penjualan tersebut memperoleh manfaat bersih tambahan
diharapkan berlanjut hingga 40 ha untuk (incremental net benefit).
mempercepat pembukaan lahan yang Komponen biaya operasional sama
direncanakan selesai pada tahun ketiga. seperti pada cash flow, terdiri dari biaya
Investor memperoleh nilai sisa dari mesin variabel (berupa herbisida Paratop,
dan peralatan yang diinvestasikan. pestisida Klerat, pupuk K-LINK dan
pupuk NPK) dan biaya tetap (berupa
Tabel 3. Mesin dan Peralatan yang biaya tenaga kerja dan biaya transportasi).
Digunakan Selisih nilai produksi seluruh biaya
Umur Harga
No. Uraian Unit teknis satuan operasional menghasilkan laba kotor.
(Thn) (Rp) Besar pajak yang wajib dibayarkan
1. Tangki penyemprot 2 5 400.000
rumput adalah 25 persen dari laba kotor yang
2. Mesin pemotong 1 5 2.950.000 dihasilkan.
rumput
3. Mesin penebang 1 5 1.300.000
kayu 2.2. Laporan Laba/Rugi Investor
4. Parang 5 3 100.000
5. Linggis 1 3 50.000 Komponen penerimaan bagi investor
6. Pendodos 1 3 50.000 adalah hasil produksi dan penjualan kayu
7 Pisau pemotong 4 2 80.000
rumput gelam seperti pada cash flow. Komponen
8. Pisau pemotong 3 2 60.000 biaya operasional hampir sama seperti
rumput dari gergaji
pita pada cash flow, terdiri dari biaya variabel
9. Drum air isi 200 L 1 5 200.000 (berupa herbisida Paratop, pestisida
Klerat, pupuk K-LINK dan pupuk NPK)
Komponen outflow terdiri dari biaya dan biaya tetap (berupa biaya tenaga kerja
investasi, biaya operasional (biaya dan biaya transportasi).
variabel; biaya tetap), dan biaya pajak

49
Trisna Demiyati dan Wahyu Budi Priatna

Komponen yang berbeda dibanding- 4. Nilai Pengganti (Switching Value)


kan cash flow adalah adanya biaya Metode ini mencoba mengukur
penyusutan terhadap barang-barang berapa besar perubahan produktivitas,
investasi seperti rumah singgah, tong air, harga, dan biaya yang bisa ditolerir
jaring babi, mesin-mesin dan peralatan terhadap kelayakan finansial perkebunan
pertanian sebagai biaya tetap yang kelapa sawit ini. Besar pajak yang wajib
dikeluarkan setiap tahun. Besar pajak dibayarkan berubah seiring dengan
yang wajib dibayarkan adalah 25 persen perubahan hasil produksi.
dari laba kotor yang dihasilkan. Berdasarkan hasil analisis tersebut,
baik bagi pemilik lahan mapun investor,
3. Kriteria Investasi persentase penurunan produktivitas dan
Kriteria investasi dilakukan untuk harga TBS memiliki nilai yang lebih
menetukan kelayakan suatu usaha dengan rendah dari persentase peningkatan
metode umum Discounted Cash Flow, seluruh biaya variabel (Tabel 5). Hal ini
yaitu seluruh manfaat dan biaya untuk menunjukkan penurunan produktivitas
setiap tahun didiskonto dengan discount dan harga TBS lebih sensitif di-
factor (DF) yang digunakan untuk bandingkan peningkatan seluruh biaya
mencari nilai sekarang dari nilai masa variabel. Penurunan produktivitas dapat
yang akan datang. Kriteria investasi yang dicegah dengan pemeliharaan tanaman
digunakan adalah NPV, Net B/C, IRR dan yang tepat. Penurunan harga TBS dapat
Payback Period (Tabel 4) dikendalikan dengan peraturan peme-
rintah setempat mengenai harga TBS di
. tingkat tengkulak.

Tabel 4. Ringkasan Analisis Kriteria Investasi


Kriteria Investasi Batas Kelayakan Nilai Analisis Bagi Pemilik Lahan Nilai Analisis Bagi Investor
NPV ≥0 Rp 983.132.527,25 Rp 1.425.349.441,46
Net B/C >1 2,15 3,70
IRR >DR, DR= 5.75% 13,74% 21,13%
Payback Period <25 tahun 13,038 tahun 9,133 tahun

Tabel 5. Ringkasan Analisis Nilai Pengganti (switching value)


Batas Batas
Uraian Kelayakann Bagi Kelayakann
Pemilik Lahan Bagi Investor
Penurunan produktivitas (asumsi harga TBS/kg Rp 700,00 dan
biaya yang sama) dan harga jual maksimal TBS/kg (asumsi 26,92% 38,31%
perkiraan produktivitas dan biaya yang sama)
Peningkatan biaya variabel maksimal (asumsi perkiraan
50,76% 80,83%
produktivitas dan harga tetap)

50
Analisis Kelayakan Investasi Perkebunan …

KESIMPULAN DAN SARAN dan biaya variabel bagi pemilik lahan


Kesimpulan dan investor dihasilkan penurunan
Berdasarkan hasil analisis yang di- perkiraan produktivitas dan harga jual
lakukan, maka dapat disimpulkan bebe- TBS lebih sensitif dibandingkan
rapa hal yang terkait mengenai kajian peningkatan biaya variabel maksimal.
kelayakan usaha perkebunan rakyat Penurunan perkiraan produktivitas
kelapa sawit di Desa Budi Asih dengan dan harga jual TBS maksimal bagi
sistem bagi hasil, yaitu: pemilik lahan adalah 26,92 persen dan
1. Berdasarkan analisis kelayakan aspek peningkatan biaya variabel maksimal
non-finansial yang terdiri dari aspek adalah 50,76 persen. Penurunan
pasar, aspek teknis, aspek manajemen perkiraan produktivitas dan harga jual
dan hukum, aspek sosial, aspek TBS maksimal bagi investor adalah
ekonomi, dan aspek lingkungan yang 38,31 persen dan peningkatan biaya
dilakukan belum layak dilaksanakan, variabel maksimal adalah 80,83
namun dapat dilanjutkan dengan persen.
beberapa penyesuaian tambahan.
2. Berdasarkan analisis kelayakan finan- Saran
sial pada analisis kriteria investasi, Saran yang dapat disampaikan untuk
investor memiliki nilai yang lebih baik kelanjutan dan keberlangsungan usaha
dibandingkan bagi pemilik lahan. yang lebih baik di masa yang akan datang,
Kriteria investasi bagi pemilik lahan yaitu penyesuaian yang perlu dilakukan
dihasilkan NPV>0 sebesar Rp pada aspek non-finansial sebagai berikut:
983.132.527,25; Net B/C>1 sebesar 1. Adanya penerapan ISPO pada setiap
2,15; IRR>DR sebesar 13,74 persen; perusahaan mengharuskan pemilik
dan payback period<25 tahun selama lahan dan investor menyesuaikan
13,038 tahun, sehingga layak untuk persyaratan ISPO karena hasil TBS
dilaksanakan. Kriteria investasi yang ada di tengkulak akan kembali
investor dihasilkan NPV>0 sebesar Rp dijual kepada perusahaan.
1.425.349.441,46; Net B/C>1 sebesar 2. Terkait aspek teknis, penambahan
3,70; IRR>DR sebesar 21,13 persen; parit dan pemupukan unsur B sangat
dan payback period<25 tahun selama penting diperhatikan agar tanaman
9,133 tahun sehingga layak untuk kelapa sawit berproduksi optimal
dilaksanakan. karena usaha ini relatif lebih sensitif
3. Berdasarkan analisis kelayakan terhadap penurunan produktivitas
finansial terdapat incremental net dibandingkan seluruh peningkatan
benefit bagi pemilik lahan sebesar Rp seluruh biaya variabel.
3.605.687.500 dengan adanya inves- 3. Terkait aspek manajemen dan hukum,
tasi perkebunan kelapa sawit tersebut. investor perlu menuliskan jadwal
4. Berdasarkan analisis nilai pengganti kegiatan dan penyelesaian usaha.
terhadap nilai produksi (perkiraan Penyegeraan pengurusan pendaftaran
produktivitas TBS; harga jual TBS) tanah di Pejabat Pembuat Akta Tanah

51
Trisna Demiyati dan Wahyu Budi Priatna

(PPAT) juga perlu dilakukan pemilik Tanah Kabupaten Banyuasin


tanah agar memiliki kepastian hukum [terhubung berkala]
atas kepemilikan lahan, mencegah http://banyuasinkab.bps.go.id/index.
konflik sosial dan memperlancar php?option=com_content&view=arti
cle&id=51:topografi-hidrologi-
pengurusan pengalihan hak milik
klimatologi-dan-jenis-
tanah sesuai perjanjian. tanah&catid=35:keadaan-
4. Terkait aspek sosial dan ekonomi geografi&Itemid=40 [10 Februari
pemerintah perlu melakukan penin- 2012]
jauan dan perbaikan jalan untuk
[BPS] Badan Pusat Statistik Kabupaten
kelancaran kegiatan usaha masyarakat Banyuasin. 2012. Statistik
setempat. Kecamatan Pulau Rimau 2011
5. Terkait aspek lingkungan, investor [terhubung berkala]
tidak melakukan pembakaran saat http://banyuasinkab.bps.go.id/images
land clearing pada proses penanaman /publikasi_2011/statda%20pulau%2
tahap kedua untuk menjaga keles- 0rimau%202011/index.html [10
tarian lingkungan dan terkait pene- Februari 2012]
rapan ISPO pada setiap perusahaan [BPS] Badan Pusat Statistik Provinsi
yang ada di Indonesia. Sumatera Selatan. 2011. Sumatera
6. Pemerintah setempat sebaiknya me- Selatan Dalam Angka 2011.
lakukan peninjauan dan pengaturan [terhubung berkala].
harga yang terjadi di tengkulak agar http://sumsel.bps.go.id/images/publi
harga di tingkat petani tidak terlalu kasi/flipping/Statda%20Sumsel%20
2011/Statda%20Sumsel%202011.ht
rendah ketika terjadi penurunan harga
ml [6 Juni 2012]
CPO yang berdampak pada harga
tandan buah segar (TBS). Sesuai hasil [BBPPTP] Balai Besar Pengkajian dan
analisis switching value, penurunan Pengembangan Teknologi Pertanian.
2008. Teknologi Budidaya Kelapa
harga TBS ini akan berdampak pada
Sawit [terhubung berkala].
kelayakan finansial usaha.
http://lampung.litbang.deptan.go.id/i
nd/images/stories/publikasi/sawit.pdf
[27 Maret 2012]
DAFTAR PUSTAKA
[Deptan] Departemen Pertanian. 2011.
[BKPM] Badan Koordinasi Penanaman Permentan No 19/2011 Pedoman
Modal.2010. Luas Lahan Perkebunan Perkebunan Kelapa Sawit
Kelapa Sawit di Berbagai Daerah Berkelanjutan Indonesia [terhubung
Indonesia [terhubung berkala]. berkala]
http://regionalinvestment.bkpm.go.id http://ditjenbun.deptan.go.id/perbenp
/newsipid/id/commodity.php?ic=2 [3 ro/images/Pdf/kebijakan/lamp1ispo.
Maret 2012] pdf [16 April 2012].
[BPS] Badan Pusat Statistik Kabupaten [Ditjenbun] Direktorat Jenderal
Banyuasin. 2012. Topografi, Perkebunan. 2010. Pembangunan
Hidrologi, Klimatologi dan Jenis Kelapa Sawit Berkelanjutan, Sikap

52
Analisis Kelayakan Investasi Perkebunan …

Dasar Bangsa Indonesia [terhubung Febriantina R. 2010. Kewenangan


berkala]. Pejabat pembuat Akta Tanah (PPAT)
http://ditjenbun.deptan.go.id/budtana dalam Pembuatan Akta Otentik
n/index.php?option=com_content&v [tesis]. Semarang: Program Studi
iew=article&id=66:pembangunan- Magister Kenotariatan. Program
kelapa-sawit-berkelanjutan-sikap- Pascasarjana Universitas
dasar-bangsa- Dipenogoro.
indonesia&catid=15:home&Itemid=
Gumbira, S. 2010. Review Kajian,
1 [24 Maret 2012]
Penelitian dan Pengembangan
[Ditjenbun] Direktorat Jenderal Agroindustri Startegis Nasional:
Perkebunan. 2011. Diskusi “Industri Kelapa Sawit, Kakao, Gambir
Sawit Pasca Moratorium, Mau [terhubung berkala].
Kemana?”. [terhubung berkala]. http://journal.ipb.ac.id/index.php/jur
http://ditjenbun.deptan.go.id/budtana naltin/article/viewFile/1109/186 [7
n/index.php?option=com_content&v Juli 2012]
iew=article&id=84:diskusi-industri-
Husnan dan Suwarsono. 1997. Studi
sawit-pasca-moratorium-mau-
Kelayakan Proyek. UPP AMP
kemana&catid=15:home&Itemid=1
YKPN.Yogyakarta.
[24 Maret 2012]
Kadariah, L dan C. Gray. 1999. Pengantar
[Ditjen PPHP] Direktorat Jenderal
Evaluasi Proyek. Lembaga Penerbit
Pengolahan dan Pemasaran Hasil
Fakultas Ekonomi Universitas
Pertanian.2011. Perkembangan
Indonesia. Jakarta.
Harga Komoditi Dunia Tahun 2009
[terhubung Mangoensoekarjo, S dan Semangun, H.
berkala].http://pphp.deptan.go.id/xpl 2000, editor. Manajemen Agrobisnis
ore/index.php?dir=STATISTIK- Kelapa Sawit. Yogyakarta: Gadjah
INFORMASI/2009/Statistik%20200 Mada University Press.
9 [6 Juni2012] Nurmalina R, Sarianti T, Karyadi A.
2010. Studi Kelayakan Bisnis.
Bogor: Departemen Agribisnis
FEM-IPB.

53
Trisna Demiyati dan Wahyu Budi Priatna

54

Anda mungkin juga menyukai