Anda di halaman 1dari 4

PEMANTAPAN JADI DIRI BANGSA INDONESIA DI ERA MILENIAL

Dosen Pembimbing: Suyono, S.Sos., M.Pd

Disusun Oleh:

Putresya Dwi Ramadhani

181500224/ Manajemen ( E )

UNIVERSITAS PGRI ADI BUANA SURABAYA


FAKULTAS EKONOMI
PRODI MANAJEMEN
2018
Membangun Karakter Bangsa Berbasis Pancasila

Arus Globalisasi merupakan fenomena menarik yang terjadi dalam kehidupan masyarakat.
Budaya global dan gaya hidup (life style) merupakan dampak paling fenomena. Globalisasi
sendiri sering diartikan sebagai proses mendunianya seluruh kehidupan social, ekonomi, politik
hingga budaya lainnya memiliki batas alias borderless. Inilah yang menjadi keluhan masyarkat
akhir-akhir ini. Generasi muda bangsa yang seharusnya menjadi tokoh dibalik kemajuan bangsa
justru muncul dengan perilaku kesehariannya yang mengesampingkan etika dan moral.
Permasalahan yang terjadi sudah seharusnya dilakukan upaya-upaya yang dapat membangun
karakter bangsa khususnya dalam hal budaya di Era Milenial ini. Pembangunan karakter bangsa
yang sudah diupayakan dengan berbagai bentuk, hingga saat ini belum terlaksanakan dengan
optimal. Masyarakat Indonesia yang terbiasa santun dalam berperilaku, melaksanakan
musyawarah mufakat dalam menyelesaikan masalah, mempunyai kearifan local yang kaya
dengan pluralitas, serta bersikap toleran dan bergotong royong mulai cenderung berubah menjadi
saling mengalahkan dan berperilaku tidak jujur. Semua itu terjadi disebabkan oleh ketidakpastian
jati diri dan karakter bangsa yang belum paham nilai-nilai Pancasila sebagai filosofi Ideologi
bangsa karena keterbatasan perangkat kebijakan dalam mewujudkan nilai-nilai esensi Pancasila.

Wawasan Pendidikan dalam karakter bangsa saat ini dianggap sebagai pelengkap dunia
Pendidikan. Kunci keberhasilan pengembangan karakter pada pendidikan adalah keteladanan
dari para pendidik dan tenaga kependidikan sebagai moral dalam bersikap dan berperilaku.
Empat hal yang harus menjadi perhatian pendidikan, yaitu:

1. Learning To Know ( Untuk Tahu)


2. Learning To Be (Menjadi Diri Sendiri)
3. Learning To Do (Keterlampilan)
4. Learning Life Together (Belajar Hidup Bersama)

Pancasila merupakan tindakan Karakter Budaya Kewarganegaraan sebagai nilai-nilai yang


mengandung keadaban public, Pancasila menjadi dasar bagi perilaku kewarganegaraan bagi
setiap warga Negara. Nilai-nilai kewargaan lahir dari nilai-nilai kepublikan yang disepakati
bersama lintas budaya, agama dan kelompok. Oleh karena itu, setiap warga Negara harus
menghormati kesetaraan itu, dan tidak melakukan penilaian hanya berdasarkan nilai-nilai
primordialnya. Disini tindakan kewargaan didorong oleh keinginan mewujudkan kebaikan
public. Di dalam tindakan ini, nilai-nilai yang memandu ialah Pancasila, konstitusi, konvensi
kenegaraan dan etika public. Pancasila merupakan salah satu integral yang saling melengkapi
dan saling mengunci. Oleh karena itu, demi keutuhan pemahaman dan intergritas nilai-nilai
Pancasila, maka kelima nilai intrinsic setiap sila harus dikaitkan dengan keseluruhan butir nilai
yang terdapat pada sila-sila yang lain. Pancasila juga memuat wawasan tindakan yang menjadi
prinsip bagi karakter kelembagaan Sosial-Politik. Di ujung pengalaman Pancasila, terdapat pula
wawasan tindakan sebagai karakter kelembagaan ekonomi. Di dalam kelembagaan politik adalah
kebersamaan permusyawaratan, di dalam kelembagaan ekonomi adalah “Kooperasi” usaha
bersama dengan semangat tolong menolong. Pancasila bisa dijadikan tolok ukur paradigmatic
untuk mengembangkan dan menguji system pembangunan dan ketahanan nasional Indonesia.
Dalam hal ini, Pancasila sebagai gatra ideology tidak ditempatkan sejajar dengan gatra politik,
ekonomi, social-budaya, pertahanan dan keamanan, melainkan berdiri diatas (mengatasi) gatra-
gatra lainnya.

Pancasila juga sebagai moral Publik yang bisa membawa kita kearah perwujudan cita-cita
nasional memerlukan landasan persatuan yang kuat. Dengan kata lain, modal social itu harus
tumbuh diatas modal moral.

Inti Moral Publik , ada enam nilai moral public:

 Care (Kemanusiaan): Peduli terhadap budaya yang mengancam keselamatan bersama


 Fairness (Keadilan Sosial): Rasa keadilan dan kepantasan
 Liberty (Kemanusiaan): Kebebasan dengan menjunjung tinggi hak-hak dasar manusia
 Loyalty (Persatuan Kebangsaan): Kesetiaan pada instusi, tradisi dan consensus
bersama
 Authority (Kerakyatan): Respek terhadap otoritas yang disepakati bersama
 Sancity (Ketuhanan): Menghormati nilai-nilai yang dipandang paling “suci”

PEMBELAJARAN PPKN DI ERA REVOLUSI INDUSTRI 4.0

Di Revolusi Industri 4,0 ini, kita memang dituntut untuk lebih kreatif, mandiri serta lebih
pintar. Internet terutama social media salah satu contoh perkembangan teknologi di era ini.
Perkembangan teknologi di Revolusi Industri 4,0 ini tidak hanya memberikan sesuatu positif
namun juga memberikan sesuatu negatif. Era I 4,0 dan selanjutnys 75% pekerjaan melibatkan
kemampuan sains, teknologi, teknik dan matematika, internet of things, pembelajaran sepanjang
hayat. Butuh kompetensi, revolusi industry 4.0 ditandai dengan hadirnya empat hal, yaitu
computer super, kecerdasan buatan (artificial intelligency), system siber (cyber system), dan
kolaborasi manufaktur. Revolusi industry 4.0, berjalan secara exponensial. Kemungkinan
miliaran manusia akan terhubung mobile devices, dengan kemampuan dan kekuatan untuk
memproses, menyimpan dan mengakses pengetahuan melalui internet, sangat tidak terbatas.
Luasan seta kedalaman dampak perubahan telah, sedang dan akan mentransformasi system
produksi, manajemen, serta tata kelola pemerintahan.

Literasi teknologi informasi dan komunikasi (information and communication technology


literacy). Literasi teknologi informasi dan komunikasi (TIK) menjadi kewajiban bagi guru 4.0.
Literasi TIK hatrus dilakukan agar tidak tertinggal dengan peserta didik. Literasi TIK merupakan
dasar yang harus dikuasai guru 4.0 agar mampu menghasilkan peserta didik yang siap bersaing
dalam menghadapi revolusi industry. Literasi manusia, agar manusia berfungsi dengan baik di
lingkungan manusia, yaitu:
 Keterlampilan
1. Kepemimpinan (leader ship)
2. Bekerja dalam tim (team work)
 Kelincahan dan kematangan budaya
 Enterpreneurship

Literasi baru, keterlampilam belajar baru sedang berlangsung Pedagogi dan Andragogi. Bukan
tentang teknologi (atau intensinya) tetapi tentang penggunaan kreatif partisipatori actual.

Pembelajaran PPKN di era Digital dan Revolusi Industri 4.0, penggunaa kreatif teknologi
untuk pembelajaran yaitu, berpikir kritis, kolaborasi, kreativitas, pemecahan masalah, berpikir
komputasional dengan permainan dalam pembelajaran, pemograman kredit, robot pendidikan
dan pembelajaran melalui kreasi permainan. Di era Revolusi Industri 4.0 banyak pekerjaan
dilakukan oleh robot maka berhati-hatilah pekerjaan guru/dosen akan di ambil ahli oleh robot
bahkan banyak ancaman informasi.

PANCASILA ACADEMY 4.0

1. Mengembalikan Pancasila sebagai ideology utama bangsa


2. Mengembangkan Pancasila sebagai ideology menjadi Pancasila sebagai ilmu atau
emistemologi Pancasila
3. Mengusahakan Pancasila memiliki konstitensi dengan produk-produk perundangan,
koherensi antar sila dan korespindensi dengan realita social
4. Pancasila haruslah mampu mengakomodasi kepentingan secara horizontal (rakyat), tidak
hanya secara vertical (Negara) dan
5. Menjadikan Pancasila sebagai sarana dan pondasi kritik kebijakan bangsa. Kesemuanya
juga perlu diinternalisasikan melalui Pancasila academy 4.0

Anda mungkin juga menyukai