Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Komunikasi adalah suatu proses dalam mana seseorang atau beberapa orang, kelompok,
organisasi, dan masyarakat menciptakan, dan menggunakan informasi agar terhubung dengan
lingkungan dan orang lain. Dalam kehidupan sehari-hari manusia selalu ingin berkomunikasi untuk
mewujudkan motif komunikasinya. Mendengarkan merupakan salah satu unsur penting dalam
tercapainya tujuan komunikasi antar pribadi. Hal ini dapat dinyatakan bahwa kemampuan
mendengarkan dari komunikan sangat mempengaruhi apakah pesan yang disampaikan
komunikator sepenuhnya dapat diterima atau tidak.
Mendengar adalah proses aktif dari menerima, memproses dan terkait dengan
perangsangan, hal-hal yang berhubungan dengan pendengaran. Anggapan popular secara umum,
mendengarkan adalah agak lebih aktif dari proses pasif. Mendengarkan tidak terjadi begitu saja.
kita harus membuatnya terjadi. Mendengarkan memerlukan energy dan komitmen untuk terlibat
pada kebanyakan waktu yang sulit. Mendengarkan terikat erat dengan penerimaan rangsangan dan
dengan demikian dibedakan dari mendengar sebagai sebuah proses psikologis. Kata menerima
digunakan disini untuk menyatakan bahwa rangsangan dapat diterima oleh penerima dan yang akan
dipakai untuk sejumlah waktu tanda penerimaan tanda-tanda dan keterikatan. Dalam komunikasi
antarpribadi, kita diharapkan mampu mendengar, memahami dan merespon informasi yang
diberikan, mampu menjadi pendengar yang baik serta menjadi pendengar yang kritis.

B. Rumusan Masalah
1. Apa saja yang terdapat dalam proses- proses mendengarakan?
2. Apakah ada manfaat dalam mendengarkan
3. Masalah apa saja yang terdapat dalam mendengarkan?

C. Tujuan
1. Dapat menegetahui proses-proses mendengarkan
2. Dapat mengetahui manfaat dalam mendengarkan
3. Dapat mengetahui masalah apa saja saat mendengarkan

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. PENTINGNYA MENDENGAR
1. Manfaat profesional
Mendengar dinilai sebagai keahlian yang penting dalam dunia kerja, di segala level mulai terendah
sampai tertinggi. Ini diperlukan untuk berkomunikasi dengan efektif di tempat kerja. Pendengar
yang efektif biasanya dipilih sebagai ketua grup dan manager yang efektif.

2. Manfaat pribadi
Keahlian mendengar penting ketika memulai, mengembangkan dan memelihara hubungan
interpersonal. Sebagian besar orang mengatakan bahwa mereka ingin punya pasangan yang
mendengarkan mereka. Anak perlu belajar mendengarkan orang tua dan orang tua juga harus
mendengarkan anak-anak. Tujuan mendengar ini juga sama dengan tujuan komunikasi yang pernah
dibahas sebelumnya: to learn, to relate, to influence, to play and to help.

B. PROSES MENDENGAR

Mendengarkan adalah proses 1) receiving 2) understanding 3) remembering 4) evaluating dan 5)


responding. Proses-proses ini saling tumpang tindih, ketika kita mendengar, kelima proses terjadi pada saat
yang bersamaan.

1. Stage One: Receiving


Receiving, atau sama juga dengan hearing, adalah proses fisiologis yang terjadi ketika kita menangkap
gelombang suara di gendang telinga kita. Hearing atau receiving ini dilakukan tanpa perlu upaya,
sementara orang harus benar-benar mindful dalam listening.

Untuk meningkatkan kemampuan mendengar:

a. Focus your attention. Fokuskan perhatian pada pesan-pesan verbal dan non verbal pembicara.
Hindari memusatkan perhatian pada apa yang kita akan katakan sebagai respon, karena kita
mungkin jadi tak menangkap apa yang disampaikan

b. Avoid distractions. Hindari hal-hal yang mungkin mengganggu, misalnya matikan atau menjauh
dari musik yang terlalu keras, matikan atau silent handphone.

2
c. Maintain your role as listener. Sebisa mungkin jangan menginterupsi karena kita bisa kehilangan
informasi yang akan disampaikan pembicara.

Bila kita dalam posisi pembicara, dan berharap pendengar kita tidak berprasangka dengan negatif, kita
bisa menggunakan disclaimer: pernyataan yang dimaksudkan agar pesan kita dipahami dan tidak dilihat
secara negatif. Ada beberapa jenis disclaimer:

a. Hedging. Memisahkan diri kita dari pesan, sehingga bila pendengar tidak setuju dengan apa yang
kita katakan, mereka tidak kemudian memusuhi kita. Contohnya: Saya mungkin salah, tapi saya
berpendapat bahwa Haji Lulung adalah orang yang baik

b. Credentialling. Menerangkan posisi diri kita terkait dengan apa yang kita akan katakan.
Contohnya: Jangan salah paham ya, saya bukannya tidak suka dengan transgender, tapi saya tidak
nyaman bila waria diizinkan masuk ke toilet wanita.

c. Sin license. Meminta pendengar untuk mengizinkan kita bicara menyimpang dari apa yang
disepakati secara umum. Contohnya: Saya tahu di kelas ini bukan tempat untuk membicarakan
masalah pribadi, tapi saya sangat ingin tahu apakah kalau saya gagal paham terus menerus itu
diakibatkan karena kemampuan mendengar saya yang buruk?

d. Cognitive disclaimer. Pernyataan bahwa apa yang kita katakan rasional. “Saya tahu kamu
menganggap saya mungkin gila, tapi menurut penelitian batu akik lebih bagus daripada berlian.”

e. Appeals for the suspension of judgments. Minta pendengar untuk mendengar dulu sebelum
cepat-cepat mengambil kesimpulan atau menghakimi.

Disclaimer biasanya berguna bila kita berpikir apa yang kita sampaikan mungkin membuat pendengar
kita marah, atau tersinggung. Namun demikian, penggunaan disclaimer yang berlebihan atau yang
salah bisa membuat orang malah berpikir sebaliknya. Contoh Saya bukan pembohong, tapi …. bila
diucapkan beberapa kali malah mungkin membuat orang berpikir bahwa kita adalah pembohong.

Ketika kita mendengarkan kalimat yang berisikan disclaimer, kita bisa merespon baik pesannya
maupun disclaimernya. Misalnya: Saya tahu kamu bukan anti transgender, tapi waria yang merasa
dirinya wanita mungkin harus dibiarkan memilih toilet mana yang mereka ingin gunakan.

3
2. Stage Two: Understanding

Understanding, atau memahami, adalah tahapan dimana kita mempelajari maksud dari si pembicara,
dengan melihat pada ide pikiran dan emosi. Bila kita cuma memahami salah satu saja, ide saja atau
emosi saja, maka kita bisa mendapatkan gambaran yang tidak seimbang.

Bagaimana meningkatkan pemahaman:

a. Avoid assuming you understand. Hindari berasumsi kita tahu apa yang pembicara akan katakan
segera. Misal: Saya tahu kamu akan lalu bicara mengenai ini, jadi menurut saya … Cara seperti ini
hanya membuat kita kehilangan pesan berikutnya yang mungkin tidak sesuai dengan yang kita
pikirkan.

b. See the speaker’s message from the speaker’s view. Jangan cepat-cepat mengambil kesimpulan
sebelum benar-benar mengerti apa yang dikatakan pembicara.

c. Ask questions for clarification. Tanyakan lebih mendetail tentang maksud pembicara. Ini bukan
hanya menunjukkan bahwa kita mendengarkan, tapi menunjukkan bahwa kita tertarik untuk tahu
lebih banyak. Misalnya: Haji Lulung mungkin terkenal dan sempat jadi trending topic, tapi ketika
kamu bilang dia baik, itu maksudnya benar-benar baik atau sindiran saja?

d. Rephrase. Bahasakan ulang pokok pikiran pembicara dengan kata-kata kita sendiri, bisa dilakukan
dalam hati atau diucapkan untuk mendapatkan konfirmasi bahwa kita benar-benar paham

3. Stage Three: Remembering

Mendengarkan dengan efektif bergantung pada remembering. Contohnya, ketika teman mengatakan
ibunya sakit, minggu depan ketika bertemu kembali dengan dia, kita bisa mengingat kembali ibunya
sakit dan menanyakan keadaannya. Kita bisa mengingat lebih baik bila kita misalnya merekam atau
membuat catatan. Memori atau ingatan terhadap pembicaraan tidak bersifat reproduktif, artinya kita
tidak begitu saja mengingat kembali apa yang disampaikan pembicara, tapi rekonstruktif, kita
mengkonstruksikan pesan yang kita dengar yang masuk akal bagi kita. Kapasitas short-term memory
terbatas, kita hanya bisa menyimpan sedikit hal di sini. Sementara kapasitas long-term memory tidak
terbatas. Untuk memindahkan informasi dari short-term memory ke long term memory, lakukan ini:

4
a. Focus your attention on central ideas. Pusatkan perhatian pada ide-ide pokok. Ketika kuliah,
jangan hanya berfokus pada contoh-contoh yang lucu, tapi pada konsep pentingnya.

b. Organize what you hear. Simpulkan informasi dalam bentuk yang paling mudah diingat. Bila kita
mendengar ada 15 item yang harus dibeli pada saat belanja kantor nanti, akan lebih mudah bila
dikategorikan misalnya seperti ini: ada lima item hardware, ada lima cd program, lima aksesoris
komputer

c. Unite the new with the old. Hubungan informasi yang kita terima dengan apa yang sudah kita
ketahui. Misalnya: untuk mudah mengingat bahwa kita harus belanja buku jilid 2 C++, kita
hubungkan itu dengan ingatan lama bahwa kita pernah membeli buku dari pengarang yang sama.

d. Repeat. Ulangi nama dan konsep utama, bila memungkinkan diucapkan dengan keras. Sebagai
contoh: kita bisa mengucapkan keras-keras lima tahap mendengar.

4. Stage Four: Evaluating

Evaluasi adalah menilai informasi dengan cara tertentu. Bukan hanya informasinya yang kita nilai, tapi
kita juga menilai maksud atau tujuan seseorang mengatakan sesuatu. Contoh: teman kita A mengatakan
kalau dia sedang dekat dengan teman kampus wanita bernama B. Maka kita mungkin bisa menilai kalau
si A mengatakan tersebut karena dia tidak ingin kita mendekati B lagi, atau mungkin ingin mendapatkan
pujian karena bisa mendekati B.

Lakukan ini dalam proses evaluasi ketika mendengar:

a. Resist evaluation. Sampai kita benar-benar paham maksud pembicara, jangan cepat-cepat menilai
atau mengambil kesimpulan.

b. Distinguish facts from opinion. Bedakan fakta dengan opini atau pendapat pribadi. Sebagai
contoh, bedakan antara “Kata Haji Lulung Ahok besar mulut” dengan kalimat “Ahok besar mulut.”

c. Identify any biases. Lihat apakah si pembicara memiliki bias tertentu, memiliki kepentingan
pribadi atau prasangka yang membuat ucapannya tidak netral. Misalkan seorang pencinta batu akik
mengatakan “Batu akik lebih indah dibandingkan berlian.”

5
d. Recognize fallacious forms of reasoning. Sadari bila ada argumen yang salah bila pembicara
melakukan
• name calling (pelabelan)
• testimonial (menggunakan orang terkenal untuk membuat kita menerima pernyataannya, misal
“Bila Marshanda saja bisa melepas dengan emosional berekspresi di video youtube, kita harus
melakukannya), dan
• bandwagon (menyatakan bahwa kita harus melakukan sesuatu karena semua orang melakukannya.
Contoh: mayoritas penduduk dunia percaya bahwa warga Filipina Mary Jane yang akan dihukum
mati tidak bersalah).

5. Stage Five: Responding

Responding terjadi dalam dua fase, yang pertama adalah immediate feedback atau respon yang kita
buat sementara pembicara masih berbicara (misal interaksi langsung) dan delayed feedback, respon
yang kita berikan setelah pembicara selesai berbicara (komentar di Path). Feedback ini mengirimkan
informasi ke pembicara mengenai apa yang kita pikirkan atau rasakan terhadap pesan-pesannya.

Pada immediate feedback, seperti misalnya “I see” atau “Oh ya?” membuat pembicara tahu kita sedang
mendengarkan dan mengerti, sementara delayed feedback memungkinkan kita untuk menarik benang
merah, atau garis besar apa yang dibicarakan.

Lakukan ini dalam merespon pembicara:

a. Support the speaker. Dukung pembicara dengan menggunakan berbagai cara misalnya
mengangguk tanda paham pada interaksi langsung, klik like di FB atau komentar di FB/Path atau
blog.

b. Own your responses. Bertanggung jawab terhadap respon yang kita katakan. Alih-alih
mengatakan “Ga ada orang yang berpikir negatif seperti kamu” kita bisa mengatakan “Saya pikir
kamu agak negatif ketika bereaksi terhadap kritik.” Di media sosial, gunakan akun pribadi
sungguhan, bukan akun anonim.

c. Resist responding to another’s feeling with solving the person’s problem. Bila seseorang
bercerita untuk tujuan curhat, jangan cepat-cepat menggurui atau memberi nasihat untuk
menyelesaikan masalah, kecuali kalau diminta.

6
d. Focus on the other person. Jangan sibuk melakukan hal lain ketika mendengarkan. Misalnya
ketika orang cerita, jangan sibuk sms-an atau chatting di WA.

e. Avoid being a thought-competing listener. Jangan cepat-cepat memotong pembicara ketika dia
baru sedikit berbicara dan kita kemudian melanjutkan pembicaraannya seakanakan kita tahu apa
yang akan dia katakan. Misal, A sedang berbicara bahwa dia melihat gaun yang biru hitam itu
berwarna emas putih. Sebelum A selesai cerita, B langsung memotong “Saya sudah lihat itu
perdebatannya. Tahu ga sih, orang yang melihat emas putih itu sakit mata.”

C. LISTENING BARRIERS

Ini adalah empat jenis rintangan bagi seseorang untuk mendengarkan dengan efektif:

1. Distractions: Physical and Mental


Gangguan fisik seperti masalah pendengaran, lingkungan yang berisik, musik yang keras. Sebagai
pembicara dan pendengar, hindari atau hilangkan gangguan fisik ini. Gangguan mental misalnya,
memikirkan tentang hal lain ketika mendengarkan, misalnya memikirkan tentang kencan di akhir pekan
ketika sedang mendengarkan teman curhat, atau dalam keadaan emosional sehingga tidak bisa
mendengarkan dengan baik.

2. Biases and Prejudice


Rintangan yang kedua adalah bias dan prasangka terhadap kelompok tertentu. Misalnya, ada
anggapan bahwa hanya laki-laki yang bisa tahu banyak soal komputer, maka ketika perempuan
berbicara mengenai komputer tidak terlalu didengarkan. Ketika kita sedang menjadi pendengar,
hilangkan bias-bias semacam ini. Ketika sedang jadi pembicara, sadari bahwa pendengar kita bisa bias,
dan katakan hal seperti: “Saya tahu banyak orang berpikir perempuan tidak mengerti komputer, tapi
tahu ga sih, saya baca majalan PC Plus tiap bulan.”

Bentuk bias lain adalah closed-mindedness, pikiran yang tertutup, contohnya homofobia. Bila kita
pendengar, sadari bahwa apapun yang akan kita dengar berguna untuk menambah pengetahuan lepas
dari apakah kita menyetuji atau tidak. Bila sedang berperan sebagai pembicara, sadari bahwa ada orang-
orang yang tertutup pikirannya. Kita bisa mengatakan “Saya tahu banyak orang tidak setuju dengan
orientasi seksual yang menyimpang, tapi melempari mereka dengan batu sampai mati seperti yang
dilakukan ISIS adalah kesalahan.”

7
3. Lack of appropriate focus
Fokus yang berkurang bisa disebabkan oleh beberapa hal. Misalnya, pembahasan membuat kita
teringat akan hal lain di masa lalu. (Misalnya A sedang membicarakan tugas kelompok di rumah B,
lalu B malah mengingat bahwa makanan di rumah A enak dan A memiliki adik perempuan yang cantik).
Sebagai pendengar, usahakan kita fokus pada pokok pembicaraan. Bila kita sebagai pembicara, hindari
mengatakan hal-hal yang membuat orang teralih fokus. Masalah mendengar lainnya adalah kita hanya
mendengar informasi yang menarik perhatian kita. Sebagai pendengar, pemikiran seperti ini hanya akan
membuat kita kehilangan informasi yang belum kita ketahui. Sebagai pembicara, bicarakan topik yang
relevan sehingga orang tidak kehilangan minat.

Kesalahan fokus yang ketiga adalah bila pendengar berfokus pada respon yang mau disampaikan alih-
alih mendengarkan pembicaraan. Misalnya, A bilang lagu ini bagus, enak didengar. Sebelum A selesai
mengatakan kenapa menurut dia lagu itu bagus, B sudah memotong dengan mengatakan “tidak ah, lagu
itu monoton.” Sebagai pendengar, bila kita fokus pada respon, kita mungkin akan kehilangan inti pesan.
Bila kita sebagai pembicara, sadari bila ada orang yang bersikap seperti itu dengan mengatakan “Saya
tahu kamu mungkin tidak setuju, tapi biarin saya selesaikan dulu apa yang mau saya bilang, habis itu
kita bahas, oke?”

4. Premature judgment
bentuk paling nyata dari penilaian yang terburu-buru adalah berasumsi kita tahu apa yang akan
dikatakan pembicara, karenanya tak perlu mendengar sampai selesai. Bila kita sedang jadi pendengar,
dengarkan dulu, nilai kemudian. Bila kita sebagai pembicara, sadari kecenderungan ini dan katakan
“Saya ingin kamu dengarkan dulu sebelum berpikir .. “

D. GAYA MENDENGAR YANG EFEKTIF

Gaya mendengarkan tergantung dari situasi, seperti tujuan, siapa partner bicara dan jenis pesannya. Seni
mendengarkan adalah memilih gaya yang tepat dengan melihat pada lima dimensi mendengarkan ini:

1. Emphatic and Objective Listening


Emphatic – mendengarkan dengan merasakan apa yang orang lain rasakan. Mendengarkan
emphatic dapat memperat hubungan Anda.

Objective – mendengarkan tanpa melibatkan unsur perasaan dan hanya melihat kenyataan secara
objektif.

8
Ketika mendengarkan cerita teman yang sedang bersedih karena gagal di mata kuliah Komunikasi
Budaya, Anda ikut sedih dan membayangkan bagaimana jika berada di posisinya. Namun Anda juga
harus berpikiran objektif dengan melihat alasan nyata mengapa ia bisa sampai gagal. Mungkin saja
kegagalan itu terjadi karena ia memang malas belajar.

Seimbangkan mendengar dengan empati dan obyektif dengan melakukan ini:

a. Memahami pesan dari sudut pandang speakers


b. Menyetarakan diri ketika terlibat dalam komunikasi dua arah. Untuk meningkatkan keterbukaan
dan rasa empati, cobalah hilangkan berbagai penghalang dan hambatan saat berkomunikasi.
c. Berusaha untuk memahami pikiran dan perasaan orang lain
d. Hindari mendengarkan yang bertujuan mencari kesalahan speakers dan menyerang balik.
e. Berusaha untuk tetap mendengarkan secara objektif. Jangan menilai pesan dengan melihat siapa
orangnya karena akan menghilangkan sisi positif dan negatif dari seseorang. Musuh belum tentu
selalu salah, teman belum tentu selalu benar.

2. Nonjudgmental and critical listening


Mendengarkan dengan efektif dengan melakukan kedua ini sekaligus: nonjudgmental dan critical.
Kita perlu mendengarkan tanpa menghakimi atau menilai, dengan pemikiran terbuka untuk memahami.
Tapi kita juga perlu mendengarkan dengan kritis untuk mengevaluasi apa yang kita dengarkan. Namun
caranya seperti ini: pertama dengarkan dulu tanpa menilai atau menghakimi, setelah selesai dan kita
paham maksudnya baru kita bisa menilai atau mengevaluasi.

a. Tetap berpikiran terbuka.


b. Hindari menyederhanakan atau menghilangkan bagian-bagian yang tidak Anda inginkan secara
berlebihan.
c. Hindari memaknai atau menginterpretasikan pesan dengan pandangan menurut Anda sendiri yang
bias, terpengaruh dengan kecurigaan, dan ekspetasi.
d. Hindari penekanan hanya pada satu atau dua aspek dari pesan yang disampaikan. Anda harus
mendengarkan dan memahami seluruh isi pesan jika ingin menilai atau mengkritisi.
e. Menyadari adanya kekeliruan bahasa.

3. Surface and Depth Listening


Pesan pada umumnya memiliki arti yang jelas yang bisa ditangkap melalui surface listening —
mengartikan kata-kata secara denotatif. Sementara depth listening dilakukan dengan mendengarkan
makna yang terdalam. Misalnya, bila orang tua mengeluh tentang lelahnya bekerja, makna

9
permukaannya adalah dia benar-benar lelah. Sementara makan mendalamnya adalah dia ingin anak-
anaknya lebih menghargai dia. Contoh lain, bila seseorang minta pendapat tentang baju barunya, pesan
permukaannya adalah benar-benar cuma minta pendapat, sementara pesan dalamnya adalah dia ingin
dipuji.

Bagaimana mengatur surface dan depth listening:

a. Fokus pada pesan verbal dan nonverbal


b. Mendengarkan pesan yang sifatnya konten dan relasional
c. Memperhatikan kalimat speakers yang menggambarkan dirinya sendiri
d. Dalam mencari makna yang tersembunyi, jangan mengabaikan makna harfiah

4. Polite and impolite listening


Tunjukkan kesopanan bukan saja ketika kita sedang berbicara, tapi juga ketika sedang mendengarkan.
Tentu saja ada waktu-waktu di mana kita bersikap tidak sopan ketika mendengar, misalnya ketika si
pembicara menggunakan kata-kata kasar atau diskriminatif. Kita mungkin mengabaikan pesan seperti
itu.
Bersikap sopan dalam mendengar bisa dilakukan dengan:

a. Hindari menginterupsi speakers yang sedang berbicara


b. Memberikan tindakan respon yang mendukung bagi speakers
c. Menunjukkan rasa empati kepada speakers
d. Menjaga kontak mata. Bergantung pada latar belakang budaya. Ada budaya yang mengajarkan
untuk menatap mata lawan bicaranya sebagai bentuk kesopanan dan kejujuran, namun ada juga
budaya yang mengajarkan untuk menundukkan kepala ketika berbicara.
e. Jika harus menyampaikan kritik negatif, ucapkan tanpa usaha menyerang dan mempermalukan
speakers secara personal.

5. Active and passive listening


Active listening adalah proses menyatakan kembali apa pendengar pikirkan maksud (pikiran dan
perasaan) pembicara. Ini bukan cuma sekedar mengulang kata-kata, tapi bagaimana pemahaman kita
terhadap pesan dari pembicara.

A: “Saya sudah mengerjakan tugas semalaman, tapi tiba-tiba lampu mati, dan saya harus mengulang
kembali tugas tersebut.”

B: “Wah, kamu pasti kesal dan lelah. Tidak terbayang harus mengulang tugas dari awal lagi.”

10
Fungsi dari active listening yang pertama adalah membantu kita sebagai pendengar untuk mengecek
ulang sejauh mana pemahaman kita terhadap apa yang dikatakan pembicara dan terlebih lagi
maksudnya. Ini juga memberikan kesempatan bagi pembicara untuk mengklarifikasi bila kita
menangkap dengan salah.

Kedua melalui active listening, pembicara tahu bahwa kita menerima dan menghargai perasaannya.

Ketiga active listening membuat pembicara bisa lebih jauh mengeksplorasi perasaan dan pikirannya.

Cara melakukan active listening:

a. Memparafrasekan maksud speakers dengan kata-kata yang mudah dimengerti diri sendiri.
b. Tunjukkan sikap memahami perasaan speakers
c. Ajukan pertanyaan

E. CULTURE, GENDER AND LISTENING

Kesulitan mendengar dengan baik tak terhindarkan ketika ada perbedaan dalam sistem komunikasi antara
pembicara dan pendengar yang dipengaruhi oleh budaya dan gender.

Culture and listening


Ada tiga faktor budaya yang mempengaruhi bagaimana seseorang mendengar:

a. Language and speech. Pahami bahkan orang-orang yang menggunakan bahasa yang sama, arti
dari kata bisa berbeda. Ini lebih sulit lagi, ketika orang berkomunikasi bukan dengan bahasa ibu
mereka. Penerjemahan tidak akan pernah benar-benar menangkap maksud dari suatu kata di bahasa
yang berbeda. Kata rumah bisa berarti rumah di atas lahan yang luas bagi orang-orang dari daerah
pertanian dengan lahan lebar, namun bisa berarti ruangan kecil di apartemen di tengah kota.

b. Nonverbal behavior. Pembicara dari budaya yang berbeda memiliki bahasa non verbal yang
berbeda, terkait apa yang pantas atau tidak pantas dilakukan di tempat umum.

c. Feedback. Anggota budaya tertentu memberikan feedback yang langsung dan jujur, sementara dari
budaya lain, mungkin feedback positif lebih penting dibandingkan bila harus jujur mengungkapkan
ketidaksetujuan.

11
Gender and listening

Laki-laki dan perempuan memiliki gaya mendengar yang berbeda.

a. Rapport and report talk. Laki-laki dalam komunikasi ingin dihargai, sehingga cenderung
menunjukkan pengetahuan dan keahlian, sementara perempuan, dalam komunikasi ingin disukai
sehingga cenderung menunjukkan persetujuan sehingga hubungan lebih dekat.

b. Listening cues. Perempuan lebih banyak menunjukkan respon, verbal dan non verbal ketika
mendengarkan dibandingkan laki-laki.

c. Amount and purposes of listening. Laki-laki lebih sedikit mendengarkan perempuan,


dibandingkan perempuan mendengarkan laki-laki. Ini karena mendengarkan biasanya diposisikan
lebih inferior dibandingkan orang yang berbicara.

12
BABA III

PENUTUP

Kesimpulan

Dalam mendengarkan terdapat beberapa proses yaitu receiving, understanding, remembering, evaluating
dan, responding. Proses-proses ini saling tumpang tindih, ketika kita mendengar, kelima proses terjadi pada
saat yang bersamaan. Lalu Gaya mendengarkan tergantung dari situasi, seperti tujuan, siapa partner bicara
dan jenis pesannya.

13
Daftar Pustaka

Devito, A Joseph. The Interpersonal Communication Book (Tenth Edition). 2009. Jakarta: Pearson
Education Inc.

14

Anda mungkin juga menyukai