PENDAHULUAN
Penggunaan bahan baja untuk saat ini maupun di masa mendatang, untuk
struktur jembatan akan memberikan keuntungan yang berlebih terhadap
perkembangan serta kelancaran sarana transportasi antar daerah maupun antar
pulau yang ada diseluruh Indonesia (Siswanto, 1999). Keunggulan dari material
baja adalah sebagai berikut:
1
Mengingat beberapa keunggulan dari material baja dibandingkan dengan material
yang lain, maka material jembatan yang akan dibuat, menggunakan bahan baja.
2
Gambar 1.2 Jembatan
Penyeberangan (foot bridge)
(Sumber : Google Image)
4. Jembatan Darurat
Jembatan darurat adalah jembatan yang direncanakan dan dibuat untuk
kepentingan darurat dan biasanya dibuat hanya sementara. Umumnya jembatan
darurat dibuat pada saat pembuatan jembatan baru dimana jembatan lama harus
dilakukan pembongkaran, dan jembatan darurat dapat dibongkar setelah
jembatan baru dapat berfungsi.
3
Gambar 1.4 Jembatan Darurat
(Sumber : Google Image)
4
Gambar 1.5 Jembatan Lengkung
(Sumber : Google Image)
3. Jembatan cable-stayed
Jembatan cable-stayed menggunakan kabel sebagai elemen pemikul lantai lalu
lintas. Pada cable-stayed kabel langsung ditumpu oleh tower. Jembatan cable-
stayed merupakan gelagar menerus dengan tower satu atau lebih yang
terpasang diatas pilar – pilar jembatan ditengah bentang.
Jembatan cable-stayed memiliki titik pusat massa yang relatif rendah posisinya
sehingga jembatan tipe ini sangat baik digunakan pada daerah dengan resiko
gempa dan digunakan untuk variasi panjang bentang 100 - 600 meter.
5
Gambar 1.7 Jembatan Cable-Stayed
(Sumber : Google Image)
6
5. Jembatan Beton Prategang (prestressed concrete bridge)
Jembatan beton prategang merupakan suatu perkembangan mutakhir dari
bahan beton. Pada Jembatan beton prategang diberikan gaya prategang awal
yang dimaksudkan untuk mengimbangi tegangan yang terjadi akibat beban.
Jembatan beton prategang dapat dilaksanakan dengan dua system yaitu post
tensioning dan pre tensioning. Pada sistem post tensioning tendon prategang
ditempatkan di dalam duct setelah beton mengeras dan transfer gaya prategang
dari tendon pada beton dilakukan dengan penjangkaran di ujung gelagar.
Pada pre tensioning beton dituang mengelilingi tendon prategang yang sudah
ditegangkan terlebih dahulu dan transfer gaya prategang terlaksana karena
adanya ikatan antara beton dengan tendon. Jembatan beton prategang sangat
efisien karena analisa 11 penampang berdasarkan penampang utuh. Jembatan
jenis ini digunakan untuk variasi bentang jembatan 20 - 40 meter.
7
Gambar 1.10 Jembatan Rangka (Truss Bridge)
(Sumber : Google Image)
8
Gambar 1.11 Jembatan Box Girder
(Sumber : Google Image)
1. Jembatan kayu
Jembatan kayu merupakan jembatan sederhana yang mempunyai panjang
relatif pendek dengan beban yang diterima relatif ringan. Meskipun
pembuatannya menggunakan bahan utama kayu, struktur dalam perencanaan
atau pembuatannya harus memperhatikan dan mempertimbangkan ilmu gaya
(mekanika).
9
Jembatan pasangan batu dan bata merupakan jembatan yang konstruksi
utamanya terbuat dari batu dan bata. Untuk membuat jembatan dengan batu
dan bata umumnya konstruksi jembatan harus dibuat melengkung. Seiring
perkembangan jaman jembatan ini sudah tidak digunakan lagi.
10
4. Jembatan baja
Jembatan baja pada umumnya digunakan untuk jembatan dengan bentang yang
panjang dengan beban yang diterima cukup besar. Seperti halnya beton
prategang, penggunaan jembatan baja banyak digunakan dan bentuknya lebih
bervariasi, karena dengan jembatan baja bentang yang panjang biayanya lebih
ekonomis.
5. Jembatan komposit
Jembatan komposit merupakan perpaduan antara dua bahan yang sama atau
berbeda dengan memanfaatkan sifat menguntungkan dari masing – masing
bahan tersebut, sehingga kombinasinya akan menghasilkan elemen struktur
yang lebih efisien.
11
BAB II
2.1 UMUM
Konstruksi jembatan adalah suatu konstruksi bangunan pelengkap sarana
trasportasi jalan yang menghubungkan suatu tempat ke tempat yang lainnya, yang
dapat dilintasi oleh sesuatu benda bergerak misalnya suatu lintas yang terputus
akibat suatu rintangan atau sebab lainnya, dengan cara melompati rintangan
tersebut tanpa menimbun / menutup rintangan itu dan apabila jembatan terputus
maka lalu lintas akan terhenti. Lintas tersebut bisa merupakan jalan kendaraan,
jalan kereta api atau jalan pejalan kaki, sedangkan rintangan tersebut dapat berupa
jalan kenderaan, jalan kereta api, sungai, lintasan air, lembah atau jurang.
Jembatan juga merupakan suatu bangunan pelengkap prasarana lalu lintas
darat dengan konstruksi terdiri dari pondasi, struktur bangunan bawah dan
struktur bangunan atas, yang menghubungkan dua ujung jalan yang terputus
akibat bentuk rintangan melalui konstruksi struktur bangunan atas.
Jembatan adalah jenis bangunan yang apabila akan dilakukan perubahan
konstruksi, tidak dapat dimodifikasi secara mudah, biaya yang diperlukan relatif
mahal dan berpengaruh pada kelancaran lalu lintas pada saat pelaksanaan
pekerjaan. Jembatan dibangun dengan umur rencana 100 tahun untuk jembatan
besar, minimum jembatan dapat digunakan 50 tahun.Ini berarti, disamping
kekuatan dan kemampuan untuk melayani beban lalu lintas, perlu diperhatikan
juga bagaimana pemeliharaan jembatan yang baik.
Karena perkembangan lalu lintas yang ada relatip besar, jembatan yang
dibangun, biasanya dalam beberapa tahun tidak mampu lagi menampung volume
lalu lintas, sehingga biasanya perlu diadakan pelebaran.Untuk memudahkan
pelebaran perlu disiapkan desain dari seluruh jembatan sehingga dimungkinkan
dilakukan pelebaran dikemudian hari, sehingga pelebaran dapat dilaksanakan
dengan biaya yang murah dan konstruksi menjadi mudah.
12
persyaratan teknis yang berlaku, sehingga dicapai pelaksanaan yang efektif dan
efisien, biaya dan mutu serta waktu yang telah ditentukan.
Untuk tanah pondasi lunak adalah kurang cocok bila dibuat suatu jembatan
pelengkung, mengingat gaya horizontal yang besar dan memerlukan pondasi tiang
pancang miring, yang sulit dilaksanakan. Untuk tanah keras atau batu cadas yang
menghubungkan jurang yang dalam, sangat cocok bila dibangun jembatan
pelengkung.Selain itu juga sangat cocok di bangun di pegunungan yang memiliki
tanah pendasar atau pondasi yang curam. Dengan adanya gaya horizontal pada
pondasi, maka gaya geser vertikal pada tanah pondasi bisa diimbangi oleh gaya
horizontal, sehingga bahaya longsoran dapat dikurangi.
13
dipertimbangkan pemakaian konstruksi baja apakah masih sesuai mengingat
faktor perkaratan.
Panjang
No Tipe Jembatan Contoh jembatan dan Panjangnya
Bentang (m)
14
Elemen struktur jembatan sebenarnya dapat dibedakan menjadi bagian atas
(super-structure) dan bagian bawah (sub-structure). Bangunan bawah jembatan
menyalurkan bebandari bangunan atas jembatan ke tapak atau pondasi.
15
2.4 RANGKA BAJA
Rangka baja adalah struktur jembatan yang terdiri dari rangkaian batang-
batang baja yang di hubungkn satu dengan yang lain. Beban atau muatan yang di
pikul oleh struktur ini akan di uraikan dan disalurkan kepada batang-batang baja
struktur tersebut, sebagai gaya-gaya tekan dan tarik, melalui titik-titik pertemuan
batang ( titik buhul ). Garis netral tiap-tiap batang yang bertemu pada titik buhul
harus saling berpotongan pada satu titik saja,untuk menghindari timbulnya titik
sekunder (Asiyanto,2008).
16
1. Kekuatan (strength)
2. Kekakuan (stiffness)
3. Ekonomis
Macam-macam alat sambung yaitu:
1. Baut(bolt)
2. Paku keling (rivet)
3. Las (welding)
4. Paku pin
BAB 3
Survey Data
Desain Awal :
Penentuan:
Type struktur
Bahan struktur
Data Umum Jembatan
Data Teknis Jembatan
Hitungan awal
17
Penentuan Desain
Penentuan:
Desain Struktur
Penentuan Profil
Perhitungan Beban
Modifikasi
Desain Akhir :
Modifikasi akhir
Model struktur akhir
Hitungan akhir
Gambar
18
BAB 4
PEMBEBANAN JEMBATAN
1. Beban tetap.
2. Beban lalu-lintas.
3. Beban lingkungan ( angin, hujan, gempa, dsb.)
4. Beban-beban lainnya.
Berdasarkan lamanya bekerja, beban dibedakan menjadi 2, yaitu :
1. Beban tetap : beban yang bekerja sepanjang waktu atau pada jangka waktu
yang lama.
2. Beban transient : beban yang bekerja dalam jangka waktu yang pendek.
19
Tabel 4.1 Berat isi untuk beban mati
Pengambilan kerapatan massa yang besar, aman untuk suatu keadaan batas
akan tetapi tidak untuk keadaan yang lainnya. Untuk mengatasi hal tersebut dapat
digunakan faktor beban terkurangi. Akan tetapi, apabila kerapatan massa diambil
dari suatu jajaran nilai, dan nilai yang sebenarnya tidak bisa ditentukan dengan
tepat, perencana harus memilih di antara nilai tersebut yang memberikan keadaan
yang paling kritis.
20
4.2.2 Berat Sendiri
Berat sendiri adalah berat bagian tersebut dan elemen-elemen struktural
lain yang dipikulnya, termasuk dalam hal ini adalah berat bahan dan bagian
jembatan yang merupakan elemen struktural, ditambah dengan elemen
nonstruktural yang dianggap tetap. Adapun faktor beban yang digunakan untuk
berat sendiri dapat dilihat pada Tabel 3.2.
Tipe
s u
Keadaan Batas Layan (γ MS) Keadaan Batas Ultimit (γ MS )
Beban
Bahan Biasa Terkurangi
21
Faktor beban (γMS)
Tipe
s u
Keadaan Batas Layan (γ MS) Keadaan Batas Ultimit (γ MS )
Beban
Keadaan Biasa Terkurangi
(1)
Umum 1,00 2,00 0,70
Tetap
Khusus (terawasi) 1,0 1,40 0,80
(Sumber: Pembebanan Untuk Jembatan SNI 1725:2016)
Pengaruh dari alat pelengkap dan sarana umum yang ditempatkan pada
jembatan harus dihitung seakurat mungkin. Berat pipa untuk saluran air bersih,
saluran air kotor dan lainlainnya harus ditinjau pada keadaan kosong dan penuh
sehingga keadaan yang paling membahayakan dapat diperhitungkan.
22
Gambar 4.1 Beban Lajur “D”
(Sumber: Pembebanan Untuk Jembatan SNI 1725:2016)
Tabel 4.4 Faktor beban lajur “D”
Faktor beban ( γ TD ¿
Tipe
Jembatan Keadaan Batas Layan Keadaan Ultimit
Beban
S
(γ )
TD (γ UTD )
Beton 1.00 1.80
Transien Boks Girder
1.00 2.00
Baja
23
satu lajur lalu-lintas rencana.Kendaraan truk ”T” harus ditempatkan di tengah-
tengah lajur lau-lintas rencana
Dimana :
LAV = panjang bentang rata-rata dari kelompok bentang yang
disambungkan secara menerus.
Lmax = panjang bentang mbebanmum dalam kelompok bentang yang
24
disambung secara menerus.
Untuk pembebanan truk "T", FBD diambil 30%. Nilai FBD yang dihitung
digunakan pada seluruh bagian bangunan yang berada di atas permukaan tanah.
Untuk bagian bangunan bawah dan fondasi yang berada di bawah garis
permukaan, nilai FBD harus diambil sebagai peralihan linier dari nilai pada garis
permukaan tanah sampai nol pada kedalaman 2 m. Untuk bangunan yang
terkubur, seperti halnya gorong-gorong dan struktur baja-tanah, nilai FBD jangan
diambil kurang dari 40% untuk kedalaman nol dan jangan kurang dari 10% untuk
kedalaman 2 m. Untuk kedalaman antara bisa diinterpolasi linier. Nilai FBD yang
digunakan untuk kedalaman yang dipilih harus diterapkan untuk bangunan
seutuhnya.
Gambar 4.3 Faktor beban dinamis untuk beban T untuk pembebanan lajur “D”
(Sumber: Pembebanan Untuk Jembatan SNI 1725:2016)
Faktor beban ( γ TD ¿
Tipe
Jembatan Keadaan Batas Layan Keadaan Ultimit
Beban
S U
(γ )
TD (γ TD )
Beton 1.00 1.80
Transien Boks Girder
1.00 2.00
Baja
25
4.3.4 Pembebanan untuk Pejalan Kaki
Semua komponen trotoar yang lebih lebar dari 600 mm harus direncanakan
untuk memikul beban pejalan kaki dengan intensitas 5 kPa dan dianggap bekerja
secara bersamaan dengan beban kendaraanpada masing-masing lajur kendaraan.
Jika trotoar dapat dinaiki maka beban pejalan kaki tidak perlu dianggap bekerja
secara bersamaan dengan beban kendaraan. Jika ada kemungkinan trotoar berubah
fungsi di masa depan menjadi lajur kendaraan, maka beban hidup kendaraan harus
diterapkan pada jarak 250 mm dari tepi dalam parapet untuk perencanaan
komponen jembatan lainnya. Dalam hal ini, faktor beban dinamis tidak perlu
dipertimbangkan.
26
Beban angin harus diasumsikan terdistribusi secara merata pada permukaan
yang terekspos oleh angin. Luas area yang diperhitungkan adalah luas area dari
semua komponen, termasuk sistem lantai dan railing yang diambil tegak lurus
terhadap arah angin. Untuk jembatan dengan elevasi lebih tinggi dari 10.000 mm
diatas permukaan tanah atau permukaan air, kecepatan angin rencana (VDZ) harus
dihitung dengan persamaan sebagai berikut:
V 10
V DZ =2.5V o ( )
VB
z
ln( )
zo
………………………...................................
(3.4)
Keterangan :
V DZ = kecepatan angin rencana pada elevasi rencana, Z (km/jam)
V 10 = kecepatan angin pada elevasi 10.000 mm diatas permukaan
tanah atau diatas permukaan air rencana (km/jam)
V VB = keceptan angin rencana yaitu 90 hingga 126 km/jam pada elevasi 10.000
mm.
Z = elevasi struktur diukur dari permukaan tanah atau permukaan
air dimana beban angina dihitung (Z > 10.000 mm)
V 0 = kecepatan gesekan angin (km/jam)
V 0 = panjang gesekan di hulu jembatan (mm)
2
V DZ
PD =PB ( ) ………………………....................................................
VB
(3.5)
keterangan:
Gaya total beban angin tidak boleh diambil kurang dari 4,4 kN/mm pada bidang
tekan dan 2,2 kN/mm pada bidang hisap pada struktur rangka dan pelengkung,
27
serta tidak kurang dari 4,4 kN/mm pada balok atau gelagar.
Keterangan :
28
Tabel 4.6 Temperatur jembatan rata-rata nominal
CATATAN (1) Temperatur jembatan rata-rata minimum bisa dikurangi 5°C untuk
lokasi yang terletak pada ketinggian lebih besar dari 500 m
di atas permukaan laut
Koefisien Modulus
Bahan Perpanjangan akibat Elastisitas
suhu (α) (MPa)
29
4700√f’c
Keterangan:
EQ adalah gaya gempa horizontal statis (kN)
Csm adalah koefisien respons gempa elastis
Rd adalah faktor modifikasi respons
Wt adalah berat total struktur terdiri dari beban mati dan beban hidup
yang sesuai (kN)
Koefisien respons elastik Csm diperoleh dari peta percepatan batuan dasar
dan spektra percepatan sesuai dengan daerah gempa dan periode ulang gempa
rencana. Koefisien percepatan yang diperoleh berdasarkan peta gempa dikalikan
dengan suatu faktor amplifikasi sesuai dengan keadaan tanah sampai kedalaman
30 m di bawah struktur jembatan. Ketentuan pada standar ini berlaku untuk
jembatan konvensional. Pemilik pekerjaan harus menentukan dan menyetujui
ketentuan yang sesuai untuk jembatan nonkonvensional. Ketentuan ini tidak perlu
digunakan untuk struktur bawah tanah, kecuali ditentukan lain oleh pemilik
pekerjaan. Pengaruh gempa terhadap gorong-gorong persegi dan bangunan bawah
tanah tidak perlu diperhitungkan kecuali struktur tersebut melewati patahan aktif.
30
Pengaruh ketidakstabilan keadaan tanah (misalnya : likuifbeban, longsor, dan
perpindahan patahan) terhadap fungsi jembatan harus diperhitungkan. Perhitungan
pengaruh gempa terhadap jembatan termasuk beban gempa, cara analisis, peta
gempa, dan detail struktur mengacu pada SNI 2833:2008 Standar perencanaan
ketahanan gempa untuk jembatan.
� = ∑ 𝜂𝑖𝛾𝑖�𝑖 …………………..............................................…………(3.8)
1
𝜂𝑖 = ≤ 1 …………………...................................................…
ηD η R η1
(3.10)
keterangan:
γi = faktor beban
31
Qi = gaya atau beban yang bekerja pada jembatan
batas daya layan yaitu kombinasi antara beban mati (MS), beban mati tambahan
(MA), tekanan tanah (TA), beban arus dan hanyutan (EU), susut (SH), gaya
1. Beban permanen
MS = beban mati komponen struktural dan non struktural jembatan
PR = prategang
2. Beban transien
SH = gaya akibat susut/rangkak
TR = gaya sentrifugal
32
TC = gaya akibat tumbukan kendaraan
EQ = gaya gempa
BF = gaya friksi
EF = gaya apung
33
BAB 5
PERMODELAN
Gambar 5.1
2. klik kanan pada mouse lalu pilih Edit Grid Data Modify/Show System.
Kemudian pada X Grid Data isikan sesuai bentang truss persegmen
panjangnya pada kolom Ordinate. Untuk Z Grid Data diisi sesuai data
ketinggian truss tersebut pada kolom Ordinate. Sedangkan untuk Ordinate
pada Y Grid Data diisi sesuai dengan data lebar jembatan (sesuai gambar).
Kemudian pilih OK dan OK lagi.
34
Gambar 5.2
3. Menginput data material baja yang digunakan dengan mutu baja BJ 55 (fu =
550 MPa dan fy = 410 MPa) dan mutu beton (f’c) = 25 MPa
Pilih Define Materials
Pilih Add New Material kemudian diisikan sesuai pada gambar OK
4. Menginput penampang baja sesuai data profil paja yang digunakan yaitu:
35
Pilih Define Frame Sections
Pilih Add New Property kemudian pilih penampang I (IWF)
Gelagar Melintang (GM) : profil IWF 1000.350.16.25
Batang Diagonal (web) (BD) : profil IWF 400.400.13.21
Gelagar memanjang (GP) : profil IWF 1000.400.16.28
Gelagar memanjang tegah (GPT) : profil IWF 400.400.13.21
Bracing Atas (BA) : profil IWF 400.400.13.21
Ikatan angin (A) : profil L 130.130.9.21
36
5. Menginput data slab jembatan yang digunakan yaitu:
Pilih Define Area Sections
Pilih Add New Section kemudian diisi ketebalan Slab (plat lantai
jembatan) = 0,2 m
37
6. Mulai menggambar model struktur jembatan truss pada grid yang telah dibuat
dengan cara pilih Draw Frame/Cable Element. Penggambaran dilakukan
sesuai denah rangka yang telah dibuat sebelumnya. Metode penggambaran
yaitu terputus tiap segmennya pada tiap – tiap joint sambungan sesuai dengan
penempatan masing – masing nama batangnya.
38
Gambar
7. Menggambar slab (plat lntai) jembatan truss dengan cara pilih Draw
Rectangular Area Element. Penggambaran dilakukan sesuai denah slab
yang telah dibuat sebelumnya. Metode penggambaran yaitu pada setiap
segmen rangka gelagar jembatannya.
8. Setelah itu dipasangi tumpuan pada masing – masing ujung dari struktur
truasnya, yaitu berupa tumpuan sendi dan rol
Klik terlebih dahulu titik yang akan dipasangi tumpuan sendi (ujung kiri
truss)
Kemudian pilih Assign Joint Restraints kemudian pilih pada bagian
tumpuan sendi OK
Klik lagi titik yang akan dipasangi tumpuan rol (ujung kanan truss)
39
9. Untuk menampilan prespektif 3D dari struktur jembatan truss yang telah
digambar, maka:
Klik Set Display Option pada kolom General centang Extrude View
OK
40
10. Untuk mendapatkan nilai Periode Alami (T) dan Berat Jembatan (Wt) maka
harus dilakukan proses Running Analysis. Namun sebelum itu jembatan perlu
disatukan dulu dalam satu grup.
Blok seluruh bagian jembatan
Pilih Assign Assign to Group Add New Group kemudian OK
Kemudian lakukan Proses Running dengan cara klik Run Analysis (F5)
11. Untuk melihat nilai periode alami pilih Display Show Deformed Shape
(F6) dalam koloh Case pilih Modal kemudian OK
41
Kemudian pada Other Defenitions pilih Table ; Group 3 – masses and
weight OK
42
15. Menginput Beban hidup pejalan kaki di daerah trotoar
Bagian Slab (plat lantai) yang menumpu trotoar jembatan terlebih dahulu
di blok.
Kemudian Assign Area Loads Uniform to Frame
Masukan nilai beban hidup (Live) = 4,0 kN/m2 OK
16. Memasukan beban lajur akibat beban kendaraan lalu lintas rencana pada
gelagar memanjang.
a. Beban lajur merata (Q) pada gelagar memanjang
Gelagar memanjang jembatan terlebih dahulu di blok.
Kemudian Assign Frame Load Distributed
Masukan nilai beban hidup (Live) merata = 1,7 kN/m2 OK
b. Beban terpusat (P) pada ½ bentang, ¼ bentang kiri, dan ¼ bentang kanan
43
Klik joint bagian tengah jembatan, joint ¼ dari kiri jembatan, dan ¼
dari kanan jembatan
Kemudian Assign Joint Loads Forces
Pada kolom Force Global Z masukan nilai beban hidup (Live)
terpusat = -102,9 kN OK
c. Beban terpusat horisontal akibat gaya rem pada joint gelagar memanjang
Klik joint pada gelagar yang akan diberikan beban horisontal akibat
gaya rem
Kemudian Assign Joint Loads Forces
Pada kolom Force Global X masukan nilai beban hidup (Live)
terpusat = 5,10 kN OK
44
17. Beban terpusat horisontal akibat beban angin pada joint truss jembatan
(bidang samping)
Klik joint pada truss yang akan diberikan beban horisontal akibat gaya
tekan dan hisap
Kemudian Assign Joint Loads Forces
Pada kolom Force Global Y masukan nilai beban angin (Wind) tekan =
15,01 kN dan angin hisap = 7,41 kN OK
45
18. Memasukan beban gempa statik ekivalen pada pusat massa (diafraghma) slab
lantai jembatan
Terlebih dahulu membuat diafraghma pada lantai jembatan dengan cara
blok seluruh gelagar dan lantai jembatan kemudian Assign Joint
Constraints
Kemudian dibuat diafraghma lantainya
46
Pilih Define Load Cases kemudian klik pada bagian EQx
kemudian pilih Modify Lateral Load
Ulangi cara yang sama untuk EQy, Pada kolom FY di isikan nilai beban
gempa lateral arah Y sebesar 1810,4384 kN lalu OK.
19. Memasukan beban ultimit kombinasi dari semua beban yang bekerja secara
besaramaan dengan kombunasi sebagai berikut:
Comb 1 : 1,4DL
Comb 2 : 1,2DL + 1,6LL
Comb 3 : 1,2DL + 1LL + 1EQX + 0,3EQY
Comb 4 : 1,2DL + 1LL – 1EQX – 0,3EQY
Comb 5 : 1,2DL + 1LL + 0,3EQX + 1EQY
Comb 6 : 1,2DL + 1LL – 0,3EQX – 1EQY
Comb 7 : 1,2DL + 1LL + 1,6WL
Comb 8 : 1,2DL + 1LL – 1,6WL
Pilih Define Combinations Add New Combo
47
Masukan kombinasi beban tersebut satu persatu sesuai kode kombinasinya
lalu OK
20. Setelah dipastikan semua benar, maka dilakukan proses Running Analisys
dengan cara:
Klik Run Analysis (atau tekan F5)
Kemudian klik Run Now dan tunggu sampai proses selesai Analysis
Complete kemudian OK
21. Cek kapasitas penampang dengan cara
Klik Start Steel Design/Check of Structure
Tunggu sampai prosesnya selesai kemudian perhatikan gradasi warnanya
(jangan sampai ada batang yang berwarna merah)
22. Mencari nilai gaya dalam perbatang sesuai kode masing – masing batang
Blok batang yang akan dicari nilai gaya dalamnya, misal batang Gelagar
Memanjang (GP) IWF 400.400. 13.21
48
Pilih Select Select Properties Frame Sections kemudian pilih
GP OK. Maka semua batang Gelagar Memanjang (GP) IWF 400.400.
13.21 akan terblok secara otomatis.
Pilih Display Show Tables kemudian pilih Frame Output OK
49
Klok joint pada gelagar ditengah bentang untuk mendapatkan nilai
lendutan ½ L
Pilih Display Show Tables kemudian pilih Frame Output
Displacement OK
50