MATA KULIAH
ADMINISTRASI DAN ASPEK HUKUM
PEMBANGUNAN
DOSEN:
ELIATUN, ST., MT.
DISUSUN OLEH:
MAHBOB, ST.
NIM. 1820828310047
MANAJEMEN KONSTRUKSI
PROGRAM STUDI MAGISTER TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BANJARMASIN
2019
BAB I. PENDAHULUAN
1.2. Tujuan
Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk
memenuhi tugas mata kuliah Administrasi dan Aspek
Hukum Pembangunan mengenai penyelesaian sengketa
kontrak konstruksi sebelum sampai melibatkan pihak
ketiga (mediasi, arbitrase, dll) dan kaitannya dengan
kontrak konstruksi dan aspek hukumnya.
1.3. Permasalahan
1.3.1. Prinsip-prinsip hukum apakah yang harus
dipatuhi dalam suatu kontrak konstruksi?
1.3.2. Aspek hokum apa saja kah yang perlu
diperhatikan dalam kontrak konstruksi sehingga
tidak berdampak hukum?
1.3.3. Faktor-faktor apakah yang menyebabkan
terjadinya sengketa konstruksi?
1.3.4. Jenis sengketa kontrak konstruksi apakah yang
sering terjadi dalam pelaksanaan suatu kontrak
konstruksi?
1.3.5. Kekuatan dokumen apa yang diperlukan dalam
sengketa konstruksi?
BAB II PEMBAHASAN
Penyebab Sengketa
No. Jenis Sengketa
A B C D E F G H I J
1. Biaya
2. Waktu
Pelaksanaan
3. Lingkup
Pekerjaan
4. Gabungan
Biaya, Waktu &
Lingkup
Pekerjaan
Dimana:
A = Perijinan
B = Surat Perjanjian Kerjasama (Kontrak)
C = Persyaratan Kontrak
D = Gambar Rencana
E = Spesifikasi Teknis
F = Rencana Anggaran Biaya
G = Administrasi Kontrak
H = Kondisi Lapangan
I = Kondisi Eksternal
J = Etika Profesi
Dari tabel duiatas terlihat, bahwasanya jenis
sengketa yang paling sering terjadi adalah gabungan
biaya, waktu dan lingkup pekerjaan. Jenis sengketa ini
sering terjadi saat pelaksanaan konstruksi karena sering
terjadinya perubahan perubahan lingkup pekerjaan
pada waktu pelaksanaan konstruksi, yang bagi penyedia
jasa (kontraktor) dapat mengakibatkan adanya
perubahan biaya pada pelaksanaan pekerjaan dan juga
dapat berakibat adanya perubahan waktu pelaksanaan
konstruksi. Dalam hal ini, batasan dana (anggaran) yang
dimiliki oleh pemilik pada saat pelaksanaan konstruksi
juga sangat berpengaruh terhadap terjadinya sengketa.
Menurut survey yang dilakukan Soekirno, dkk
(2006) yang ditulis dalam makalah yang ditulis oleh
Poernomo Soekirno, dkk (FTSL, ITB Bandung), terhadap
beberapa kontraktor nasional di Jawa Timur, penyebab
sengketa yang sering terjadi berdasarkan hasil survei
tersebut adalah kondisi eksternal (26,79%), gambar
rencana (21,43%), kondisi lapangan (19,64%) dan
spesifikasi teknis (16,07%). Temuan ini sejalan dengan
kenyataan bahwa pada tahap pelaksanaan konstruksi
bangunan gedung, kinerja kontraktor dipengaruhi oleh
perubahan kondisi eksternal, seperti kebijakan
pemerintah dalam ekonomi dan fiskal, serta kondisi
sosial. Sebagai contoh bila terjadi lonjakan perubahan
harga atau biaya baik tenaga kerja, bahan/material,
peralatan dll, dapat menyebabkan tersendatnya
pelaksanaan pekerjaan di lapangan karena harga
kontrak awal yang diajukan oleh penyedia jasa
(kontraktor) sangat jauh berbeda dengan harga pada
saat pelaksanaan pekerjaan. Agar pekerjaan dapat tetap
diselesaikan maka penyedia jasa (kontraktor) akan
mengajukan permintaan perubahan kepada pihak
pemilik baik perubahan biaya, perubahan waktu
maupun gabungan antara perubahan biaya, waktu dan
lingkup pekerjaan (jasa). Pada tahun 2005, kondisi
ekonomi dalam negeri masih belum stabil, termasuk
adanya kenaikan harga dasar bahan bakar minyak
(BBM) yang signifikan, mempengaruhi harga-harga
bahan dasar material untuk pekerjaan konstruksi dan
menyebabkan terjadinya pembengkakan biaya untuk
menyelesaikan pekerjaan konstruksi. Perubahan
gambar rencana sering terjadi di lapangan. Gambar
rencana berbeda dengan hasil akhir pembangunan
sesuai yang diinginkan oleh pihak pemilik. Pada tahap
pelaksanaan pembangunan sering pihak pemilik
memerintahkan perubahan-perubahan terhadap
gambar rencana, yang berakibat pada klaim dari pihak
penyedia jasa (kontraktor) berupa permintaan
perubahan baik biaya, waktu maupun gabungan antara
perubahan biaya, waktu dan lingkup pekerjaan (jasa).
Penyebab sengketa lainnya yang mempengaruhi
pelaksanaan pekerjaan adalah kondisi lapangan (kondisi
cuaca, kondisi tanah, kondisi topografi, dll), spesifikasi
teknis, surat perjanjian kerjasama (kontrak),
persyaratan kontrak dan administrasi kontrak.
Pada survey yang sama, juga didiskusikan
mengenai cara penyelesaian sengketanya. Jenis
penyelesaian sengketa yang sering digunakan dalam
sengketa pada tahap pelaksanan pekerjaan konstruksi
adalah negosiasi yaitu sekitar 90%. Hal ini dikarenakan
jenis penyelesaian negosiasi lebih mudah dan dianggap
tidak akan mengganggu jalannya pelaksanaan
pekerjaan dan hasil penyelesaian sengketa dapat
memuaskan semua pihak yang terlibat dalam kontrak.
Suatu kecenderungan terlihat dari hasil survei ini,
bahwa karena kebanyakan proyek yang dikerjakan
adalah proyek pemerintah dan dikerjakan oleh
perusahaan kualifikasi menengah, maka sengketa yang
terjadi sebaiknya diselesaikan dengan jalan negosiasi
antar pihak saja. Hal ini sangat terkait dengan
kekhawatiran dari pihak kontraktor jika sengketa akan
menyebabkan kehilangan pekerjaan yang
bersangkutan, karena untuk mendapatkan proyek
tersebut relatif sulit. Dengan demikian, bila terjadi
sengketa maka perusahaan kontraktor berusaha
enyelesaikan dengan negosiasi agar hubungan baik
dapat tetap terjaga dan berusaha sebisa mungkin
menghindari konflik dengan pihak pemilik. Lembaga
arbitrase (BANI, Arbitrase Adhoc) digunakan bila jenis
penyelesaian sengketa negosiasi yang telah ditempuh
sebelumnya tidak dapat menghasilkan keputusan yang
dapat memuaskan semua pihak.
3.1. Kesimpulan
3.1.1. Bahwasanya dokumen kontrak sangat penting
dicermati, dipahami dan dilaksanakan dengan
sebaik-baiknya oleh para pihak yang terlibat
didalamnya, karena mengandung aspek hukum
yang berdampak hukum bila Para Pihak lalai
dalam melaksanakan kewajibannya.
3.1.2. Dalam pelaksanaan suatu proyek konstruksi
dengan tingkat kompleksitas sumber daya,
metode, serta permasalahan lainnya, sangat
memungkinkan timbulnya suatu
perselisihan/sengketa. Untuk itu Para Pihak
harus dapat menyelesaikannya dengan sebaik-
baiknya dengan keputusan yang tidak merugikan
salah satu pihak yang bersengketa.
3.1.3. Jenis sengketa yang banyak terjadi dalam
pelaksanaan suatu kontrak konstruksi lebih
banyak disebabkan oleh faktor eksternal yang
sejalan dengan kenyataan bahwasanya kinerja
kontraktor selaku penyedia jasa dipengaruhi oleh
perubahan eksternal tersebut. Untuk itu Pihak
Penyedia harus lebih proaktif dalam
menyampaikan permasalahan-permasalahan
yang dapat menimbulkan perselisihan/sengketa
di dalam pelaksanaan konstruksi.
3.2. Saran
Untuk meminimalkan potensi terjadinya sengketa
dalam suatu pelaksanaan kontrak proyek konstruksi,
para pihak disarankan untuk:
1. Memahami administrasi kontrak dan
pengadministrasian kontrak tersebut.
2. Memahami kontrak secara keseluruhan termasuk
aspek hokum yang terkandung di dalam kontrak
tersebut.
3. Memenuhi kewajibannya sesuai kontrak.
4. Mengelola kontrak dengan fair.
5. Meminta bantuan Lembaga hukum dalam
pengesahan isi dokumen kontrak.
DAFTAR PUSTAKA