Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI HEWAN

“DARAH”

Disusun Oleh :
Muhamad Yasier Abdullah (3415160190)
Dosen Pengampu :
Dr. Rusdi, M. Biomed.

Tanggal praktikum : Rabu, 14 November 2018


Tanggal pengumpulan : Rabu, 28 November 2018

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA


2018
PRAKTIKUM IV
DARAH

A. TUJUAN
1. Untuk mengamati bentuk struktur sel darah
2. Untuk mengetahui konsentrasi sel-sel darah
3. Untuk mengetahui Kristal Hemin
4. Untuk mengetahui fibrin
5. Untuk membandingkan bentuk dan struktur sel darah katak dan manusia.
Mengetahui dan memahami system peredaran darah katak sehingga dapat
membedakan antara pembuluh darah arteri, vena dan kapiler berdasarkan aliran
darahnya.

B. LANDASAN TEORI

Sel darah merah (eritrosit) pada Mammalia dibuat di dalam sumsum tulang.
Eritrosit muda (eritroblast) Mammalia masih mempunyai inti, tidak mempunyai
hemoglobin, dan terdapat dalam sumsum tulang merah. Ketika eritrosit mulai dewasa
akan meninggalkan sumsum tulang, maka inti sel dikeluarkan dan diganti dengan
hemoglobin sehingga eritrosit berwarna merah dan tidak berinti, kecuali pada unta dan
Llama. Sedang pada vertebrata lain, eritrosit dewasa tetap berinti.

Eritrosit meninggalkan sumsum tulang melalui saluran Volkman dan saluran


Harvers di tulang. Komponen darah yang lain adalah: (1) sel darah putih (leukosit)
yang terdiri atas monosit, limfosit, eosinofil, basofil, dan neutrofil. Tiga yang terakhir
mempunyai inti dengan berbagai bentuk sehingga disebut polimorfonuklear (PMN),
2) trombosit (keping darah pembeku), (3) fibrinogen (protein serabut), (4) plasma
darah, (5) hemin, dan lainnya.

Konsentrasi protoplasma sel darah merah manusia adalah 0,89%, sedang sel
darah merah katak adalah sekitar 0,69%. Keadaan ini mempengaruhi pengaturan
keseimbagan air dan mineral pada organisme tersebut.

Darah adalah cairan yang terdapat paad semua mahluk hidup (kecuali
tumbuhan) tingkat tingkat tinggi yang berfungsi mengirimkan yang dibutuhkan oleh
jaringan tubuh, mengangkut bahan-bahn kimia hasil metabolism dan juga sebagai
pertahanan terhadap virus dan bakteri.

Komposisi darah terdiri dari beberapa jenis kapsula yamg membentu 45 %


bagian dari darah. Bagian 55 % yang lain berupa cairan kekuningan yang membentuk
medium cair yang disebut plasma darah.

Korpuskula terdiri dari :

Sel darah merah/eritrosit (sekitar 99 %) : eritrosit tidak mempunyai nucleus sel


ataupun organel, eritrosit mengandung hemoglobin dan mengedarkan oksigen. Sel
darah merah juga berberan penentuan golongonan darah. Orang yang kekurangan
eritrosit menderita penyakit anemia.

Sel darah putih atau leuklosit (0,2 %) : leuklosit bertanggung jawab terhadap
system imun dan bertugas untuk memusnahkan benda-benda yang dianggap asing dan
berbahaya, misalnya virus dan bakteri. Leuklosit bersifat ameboid atau tidak memiliki
bentuk tetap. Orang yang kelebihan leuklosit menderita leukemia, sedangkan orang
yang kekurangan leuklosit menderita penyakit leucopenia.

Keping-keping darah atau trombosit (0,6-1,0 %) : tombosit bertanggung jawab


dalam proses pembekuan darah. Plasma darah pada dasarnya adalah larutan air yang
mengandung:

 Albumin

 Bahan pembeku

 Imunoglobin (antibody)

 Hormone

 Berbagai jenis protein

 Bebagai jenis garam.

Secara fisiologi, kepentingan darah yang utama pada hewan untuk mengangkut
bahan makanan dan gas pernafasan, dari bagian permukaan hewan ke berbagai sel
yang melaksanakan metabolism didalam tubuhnya. Fungsi lain peredaran darah untuk
mengangkut hormone dan bahan lain, serta berperan dalam pengaturan suhu tubuh.
Fungsi darah yang berhubungan dengan sistem perlundungan, berperan dalam reaksi
imunitas. Secara keseluruhan darah juga harus mampu melaksanakan pencegahan agar
tidak terjadi kehilangan sejumlah volume darah karena luka atau sebab lain sehingga
harus ada mekanisme pembekuan darah. ( Darmadi Goenarso. 2005. Hal 31)

Pada heawan vertebrata memiliki sistem peredaran darah tertutup, darah


mengalir ke pembuluh yang sinambung. Pada avertebrata, sistem peredaran darahnya
masih belum sempurna sehingga darah sering mengalir tidak melalui pembuluh darah
atau terdapat pembuluh darah yang putus; sistem ini dikenal sebagai sistem peredaran
darah terbuka. ( Darmadi Goenarso. 2005. Hal 31)

Sel darah merah ( red blood cell ) atau eritrosit ( erythrocyte) sejauh ini
merupakan sel darah yang paling banyak jumlahnya jauh melebihi yang lain. Setiap
milliliter kubik darah mengandung 5 sampai 6 juta sel darah merah, dan terdapat
sekitar 25 triliun jenis sel ini didalam keseluruhan 5 liter darah dalam tubuh. Sebuah
eritrosit manusia berbentuk cakram bikonkaf. Bagian tengahnya lebih tipis
dibandingkan bagian tepinya, erittrosit mamalia tidak mengandung nucleus( inti)
semua sel darah merah merah tidak memiliki mitokondria dan menghasilkan ATP
secara eksklusif melalui metabolisme anaerobic. Fungsi utama eritrosit adalah
membawa oksigen, dan sangat tidak efisien metabolisme eritrosit bersifat aerobik dan
mengkonsumsi sebagian oksigen yang mereka bawa. Ukuran eritrosit yang kecil (
berdiameter sekitar 12 µm ) juga sesuai dengan fungsinya supaya dapat diangkut
oksigen harus segera berdisfusi melalui membrane plasma sel darah merah. Semakin
kecil sel darah merah semakin besar pula luas permukaan membrane plasma dalam
suatu volume darah. Bentuk bikonkaf juga menambah luas permukaanya. (Campbell
Reece Mitchael. 2004. Hal 54)

Terdapat 5 sel utama darah putih ( white blood cell) atau leoklosit yaitu
monosit,neotrofil, basofil, eoinofil, dan limfosit. Fungsinya secara kolektif adalah
untuk melawan dan memerangi infeksi dengan berbagai cara sebagai contoh monosit
dan neotrofil adalah pagosit, yang menelan dan mencerna bakteri dan serpihan sel-sel
mati dari tubuh kita sendiri. Limposit akan terspesialisasi menjadi sel B dan sel T yang
menghasilkan respon kekebalan melawan zat-zat asing. Sel darah putih menghabiskan
sebagian besar waktunya diluar sistem sirkulasi berpatroli dalam cairan interstisial dan
sisitem limpatik. Dimana sebagian besar pertempuran melalui pathogen dilakukan.
Secara normal satu milliliter kubik darah manusia mempunyai sekitar 5000 samapi
10000 leokolsit. Jumlah ini akan meningkat sementara waktu ketika tubuh sedang
perang melawan suatu infeksi. . (Campbell Reece Mitchael. 2004. Hal 55)
Keping darah (patelet) atau trombosit adalah fragmen-fragmen sel dalam
diameter 2 sampai 3 µm. Keping darah tidak mempunyai nucleus dan bermula sebagai
fragmen sitoplamatik yang memisah dari sel besar dari sunsum tulang. Keping darah
kemudian memasuki darah yang berfungsi proses penting dalam penggumpalan, .
(Campbell Reece Mitchael. 2004. Hal. 55)

Unsur-unsur seluler darah (erotrosit,leuklosit dan trombosit) aka n menjadi


rusak dan digantikan secara konstran sepajang hidup seseorang. Eritrosit, leuklosoit
dan trombosit berkemang dari sumber yang sama, satu populasi tunggal sel yang
disebut sel induk pluriprotein (pluri protein stem cell) dalam susmsum merah tulang.
Khususnya tulang rusuk, tulang punggung, tulang dada dan pelvis. (Pluri protein
berarti sel-sel ini mempunyai potensi berdeferensiasi menjadi setiap jenis sel yang
menghasilkan trombosit). Sel nduk yang berpluri protein itu muncul pada tahap awal
perkembangan embrio dan populasinya kemudian memperbaharui diri sendiri darah
dan unsure seleluler.

Produksi sel darah merah dikontrol oleh mekanisme umpan balik negative
yang sensitive terhadap jumlah oksigen yang mencapai jaringa melalui darah. Jika
jaringan itu tidak menerima oksigen yang mecukupi, ginjal akan mengubah sejenis
protein plasma menjadi horon yang disebut ertitroprotein yang merangsang produksi
eritrosit dalam sum-sum tulang. Jika darah mengirimkan lebih banyak oksigen
dibanding dengan yang dapat digunakan oleh jaringan. Konsentrasi protein akan
berkurang dan produksi eritrosit berkurang, dan berproduksi eritrosit akan lambat.
(Campbell Reece Mitchael. 2004. Hal 55)

C. METODOLOGI
Alat : Bahan
- Objek glass - Darah Manusia
- Pipet - BTB
- Gelas ukur - Larutan NaCl 0,9%
- Cover glass - Metilen violet
- Tissu - Larutan Turk
- Lap bersih - Darah katak
- Label
- Mikroskop
Cara kerja
1. Pengamatan Struktur Sel Darah
Darah manusia

Ambil 2 gelas objek

Masing-masing diberi 2 tetes darah. Pada gelas


objek pertama beri 2-3 tetes bromo timol biru dan
pada gelas objek kedua diberi 2-3 tetes larutan Turk.

Kemudian tambahkan 1 tetes larutan NaCl 0,9%.

Tutuplah dengan kaca penutup dan amati dengan mikroskop.

Darah Katak :

Ambil 2 gelas objek

Masing-masing diberi 2 tetes darah. Pada gelas


objek pertama beri 2-3 tetes bromo timol biru dan
pada gelas objek kedua diberi 2-3 tetes larutan Turk.

Kemudian tambahkan 1 tetes larutan NaCl 0,7%.

Tutuplah dengan kaca penutup dan amati dengan mikroskop.


2. Konsentrasi Sel-sel Darah

Teteskan 2 tetes darah anda di atas gelas objek

Tambahkan 2 tetes larutan 0.9 % NaCl.

Amati dengan mikroskop

Ulangi percobaan di atas dengan menggunakkan larutan NaCl


berturut-turut dengan konsentrasi sebagai berikut: 0.01%, 0.7%, dan
1%.

3. Kristal Hemin

Teteskan 2-3 tetes darah di gelas objek. Kemudian ratakan dengan ujung gelas
objek (buat prepat gosok). Panaskanlah sebentar di atas nyala api yang kecil.

Teteskan larutan yang mengandung KCl 0.1 gram, KI 0.1 gram dan asam asetat
glacial 100 mL. Tutuplah dengan kaca penutup dan panaskanlah kembali di
atas nyala api yang kecil sampai larutan itu mendidih.

Tambahkanlah lagi beberapa tetes larutan di atas pada preparat tersebut


kemudian amatilah di bawah mikroskop. Ulangi percobaan di atas dengan
menggunakan darah katak.
4. Fibrin

Teteskan 3-4 tetes darah anda di atas kaca objek

Biarkanlah supaya darah tersebut membeku.

Tambahkan beberapa tetes zat warna metil violet dan


tutup dengan kaca penutup.

Amatilah di bawah mikroskop.


D. HASIL PENGAMATAN
1. Struktur sel darah

Darah Perlakuan Hasil

1. 2 tetes darah + 2-3 1. Berbentuk bulat


tetes BTB +1 tetes berukuran kecil dengan
Manusia NaCl 0,9 % inti
2. 2 tetes darah + 2-3 2. Berbentuk bulat
tetes Turk +1 tetes berukuran kecil
NaCl 0,9 %
1. 2 tetes darah + 2-3 1. Berbentuk lonjong
tetes BTB +1 tetes dengan inti
Katak NaCl 0,7 % 2. Berbentuk bulat
2. 2 tetes darah + 2-3 berukuran kecil
tetes Turk +1 tetes
NaCl 0,7 %

2. Konsentrasi Darah
Konsentrasi
No. Keterangan
Larutan

1 Ukuran eritrosit setelah diteteskan NaCL 0,4% lebih besar


NaCl 0,4 %
dibandingkan dengan ukuran eritrosit sebelum diberi larutan

2 Ukuran eritrosit setelah diteteskan dengan NaCl 0,7% lebih besar


NaCl 0,6 % dibandingkan dengan ukuran sel eritrosit yang diteteskan NaCl
0,4%

3 Ukuran eritrosit setelah diteteskandengan NaCl 0,9% lebih kecil


NaCl 0,8 % dibandingkan dengan ukuran sel eritrosit yang diteteskan NaCl
0,7%

4 Ukuran eritrosit setelah diteteskan dengan NaCl 1% lebih kecil


NaCl 1 % dibandingkan dengan ukuran sel eritrosit yang diteteskan NaCl
0,9%
3. Hemin
Darah Perlakuan Hasil

Darah + Terdapat kristal berukuran


KCl 0.1 gram, KI 0.1 gram kecil berwarna kecoklatan
Manusia dan asam asetat glacial 100
mL + dipanaskan

Darah + Terdapat kristal berukuran


KCl 0.1 gram, KI 0.1 gram kecil berwarna kecoklatan
Katak dan asam asetat glacial 100
mL + dipanaskan

4. Fibrin
Darah Perlakuan Hasil

Manusia Darah + metil violet Terdapat benang halus

E. PEMBAHASAN
1. Pengamatan Struktur Sel Darah
Manusia :

BTB 400 X TURK 400 X


Katak :

BTB 400 X TURK 400 X

Pada praktikum struktur sel darah, setelah darah diletakan di gelas objek larutan
yg ditambahkan pertama kali adalah larutan turk dan BTB di dua objek glass yang
berbeda. Larutan turk pada praktikum ini berfungsi untuk mengencerkan sel darah
yang bereaksi terhadap sel darah putih sedangkan penggunaan bromtimol biru
(BTB) karena dapat bereaksi dengan sel darah merah dan untuk mengetahui strultur
sel darah merah. Bromotimol biru (BTB) umum digunakan sebagai indikator asam
karbon dan akan berubah menjadi kuning saat terdapat senyawa asam. Eritrosit
mengikat CO2 (karbon dioksida) dan bereaksi dengan BTB sehingga warna eritrosit
pada mikroskop menjadi kekuningan. Kandungan reagen Turk disusun atas asam
asetat dan pewarna violet. Reagen Turk banyak digunakan untuk melakukan
perhitungan jumlah leukosit pada darah. Untuk mempermudah menghitung leukosit,
reagen Turk akan mengeliminasi sel darah merah (eritrosit) melalui proses
hemolysis akibat dari asam asetat. Sementara sel-sel darah putih akan dideteksi
karena adanya pewarnaan dari pewarna violet.
Penambahan BTB dan Turk dimaksudkan untuk melihat dua respon dari dua
perlakua yang berbeda pada darah, turk untuk mengencerkan sehingga sel sel akan
tampak lebih longgar, sedangkan BTB untuk mengikat darah sehingga sel darah
tampak lebih berdekatan. Selanjutnya dilakukan penambahan NaCl pada kedua
sample darah bertujuan untuk mengetahui peristiwa isotonis pada darah katak dan
manusia. Pada sel darah manusia diteteskan 0,9% NaCl karena larutan NaCl 0,9%
merupakan larutan isotonis yang mempunyai komposisi yang sama dengan cairan
tubuh manusia sedangkan pada katak diteteskan larutan NaCl 0,7% karena larutan
NaCl 0,7 % juga merupakan larutan isotonis pada katak, sehingga sel darah akan
tetap stabil dan memiliki bentuk yang sama seperti biasanya. Hal ini dilakukan untuk
menjaga agar sel darah tetap berada pada kondisi aslinya dalam pembuluh darah,
sehingga tidak terjadi proses koagulasi saat keluar dari pembuluh darah. Hasil yang
ditemukan pada praktikum kali ini yaitu untuk sel darah merah pada manusia, terlihat
bentuknya bulat, bikonkaf dan tidak memiliki inti. Namun, kami tidak dapat melihat
leukosit pada sel darah manusia. Hal ini dapat dikarenakan larutan Turk yang dipakai
sudah kadaluarsa dan kurangnya ketelitian dalam praktikum kali ini. Sedangkan
hasil yang diperoleh pada sel darah merah pada katak yaitu berbentuk lonjong, pipih,
berukuran besar dan memiliki init ditengah . Sama seperti sel darah manusia, kami
tidak dapat mengamati leukosit pada sel darah katak.

2. Pengaruh Konsentrasi Sel Darah


Pada percobaan konsentrasi sel-sel darah dilakukan dengan cara meneteskan 2
tetes darah manusia pada gelas objek dan ditambahkan 2 tetes larutan 0,4% NaCl
dan amati dengan mikroskop. Lakukan hal yang sama dengan menggunakan larutan
NaCl dengan konsetrasi 0,7%, 0,9% dan 1%.
Pada percobaan 0,4% diperoleh ukuran eritrosit yang diteteskan 0,4% NaCl
ukurannya lebih besar dibandingkan dengan ukuran eritrosit yang tidak diberikan
larutan NaCl atau eritrosit normal. Ini dikarenakan 0,4% termasuk larutan hipotonis
sehingga sel darah akan mengembang karena air osmosis ke dalam sel.
Pada percobaan dengan larutan 0,7% diperoleh ukuran eritrosit dengan ukuran
lebih besar dari ukuran eritrosit dengan larutan 0,4%. Hal ini dikarenakan terjadinya
perbedaan tekanan osmotik antara larutan NaCl 0,7% dengan plasma sel. Larutan
yang hipotonik terhadap plasma dapat mengakibatkan sel tersebut menggembung
karena masuknya air ke dalam sel melalui membran plasma sel yang semipermeabel.
Dan pada percobaan 0,9% diperoleh ukuran eritrosit dengan ukuran lebih kecil
dari ukuran eritrosit dengan larutan 0,7%. Ukuran eritrosit dengan larutan 0,9% sama
dengan ukuran pada sel eritrosit normal, hal ini menandakan bahwa telah terjadi
keseimbangan antara cairan ekstrasel dan intrasel (isotonis). Karena larutan eritrosit
memiliki kosentrasi 0,9%, sehingga tidak terjadi perpindahan cairan keluar sel
maupun kedalam sel.
Pada percobaan terakhir dengan larutan 1% diperoleh ukuran eritrosit dengan
ukuran lebih kecil dibandingkan dengan eritrosit dengan larutan 0,9%. Hal ini sesuai
dengan prinsip peristiwa osmosis karena larutan NaCl 1% bersifat hipertonik
terhadap plasma sel. Sehingga sel menjadi mengerut atau krenasi, dikarenakan sel
mengalami plasmolisis.
3. Kristal Hemin
Hemin merupakan klorida heme dengan Fe2+ yang telah menjadi Fe3+, sehingga
hemin merupakan suatu gugus nitrogenosa nonprotein yang mengandung besi
(dikenal sebagai gugus heme) (Sherwood,2001). Reagen KCl 0,1 gram berfungsi
meliliskan membran sel darah., reagen KI 0,1 gram berfungsi mewarnai hemin
sedangkan asam asetat glasial 100 ml berfungsi memisahkan heme dan globin.
Proses pemanasan berfungsi agar protein globin pada haemoglobin terdenaturasi,
sehingga kristal hemin dapat teramati. Hasil yang didapatkan ialah kristal hemin
pada manusia berbentuk seperti butiran pasir berwarna merah sedangkan pada katak
kristal hemin berbentuk belah ketupat berwarna coklat.

Gambar 1. Ikatan Kimia pembentuk Kristal Hemin

Hal yang berperan dalam perubahan warna pada bercak darah adalah perubahan
hemoglobin menjadi methemoglobin yang menyebabkan warna darah yang awalnya
adalah merah tua menjadi merah kecoklatan. Kristal hemin merupakan kristal
berbentuk batang dan berwarna coklat kehitaman. Hal ini menyebabkan bercak darah
tersebut menjadi sulit dibedakan dengan bercak noda lain yang berwarna
kecoklatan.Sehingga keberadaan kristal hemin ini dapat dijadikan indikator bahwa
suatu sampel merupakan darah (Puspitaati,2016).
4. Fibrin
Pada pengamatan ini digunakan darah manusia yang diteteskan di atas kaca
objek dan ditunggu selama beberapa waktu sampai darah membeku. Hal ini bertujuan
agar fibrin dapat diamati di bawah mikroskop karena fibrin merupakan protein non-
globular yang terlibat dalam proses pembekuan darah. Untuk mempermudah
pengamatan, diteteskan zat warna yaitu metil violet. Setelah diamati didapatkan hasil
yaitu terlihatnya fibrin yang berwarna biru keunguan. Fibrin terbentuk ketika pembuluh
darah sobek, prosesnya kompleks dan melibatkan banyak reaksikimia yang disebut
clotting factors.
Peristiwa utama yang terjadi pada pembentukan bekuan darah adalah perubahan
protein plasma yang larut fibrinogen (factor I) menjadi protein plasma yang tidak larut,
fibrin (Shier, 2010). Fibrin adalah protein plasma yang berperandalam proses
pembekuan darah. Protrombin (faktor II) adalah alfa globulin yang terus menerus
diproduksi oleh hati dan merupakan komponen normal dari plasma. Dengan adanya ion
kalsium, aktivator protrombin mengubah protrombin menjadi thrombin (faktor IIa).
Thrombin mengkatalisis reaksi yang memotong-motongfibrinogen (faktor I). Fragmen
fibrinogen bergabung dan membentuk benang-benang fibrin yang panjang. Fibrinogen
adalah protein plasma yanglarut, tetapi fibrin tidak. Thrombin juga mengaktivasi faktor
XIII yang memperkuat dan menstabilkan benang fibrin (Shier, 2010).

Gambar 2. Proses Pembentukan Fibrin

Benang
fibrin

Perbesaran 100x
F. KESIMPULAN
1. Sel darah merah pada manusia dan katak memiliki bentuk yang sama, yitu bikonkaf,
yang berfungsi untuk mempercepat laju difusi oksigen,
2. Larutan isotonis yang paling maksimal untuk menjaga sel darah merah pada manusia
tetap berada pada kondisi aslinya adalah NaCl 0,9%, sedangkan pada sel darah katak
adalah NaCl 0,7%. Ketika larutan isotonis lebih besar, sel darah dapat mengalami
hemolisis dan pada akhirnya terjadi krenasi. Namun, ketika larutan isotonis lebih
rendah, sel darah merah dapat mengembang, karena air dari lingkungan masuk
kedalam sel tersebut.
3. Hemin merupakan penyusun hemoglobin (pigmen warna merah) pada sel darah
merah dan dapat dijadikan indikator suatu zat dikatakan sebagai darah. Dengan
adanya hemin pada darah, dapan menjadi indicator bahwa suatu sample dikatakan
sebagai darah, karena terdapat hemin didalamnya.
4. Fibrin adalah protein plasma yang berperan dalam proses pembekuan darah dan
peristiwa utama dalam proses pembentukan bekuan darah adalah perubahan fragmen
fibrinogen menjadi benang-benang fibrin.
DAFTAR PUSTAKA

Bray, J.J., Cragg, P. A., Mackninght, A.D., & Mills, R. G. (2003). Human Phsiology

Fourth Edition.Tokyo: Blackwell Printing.

Campbell, Neil A. dkk. (2004). Biologi: Jilid 3. Jakarta: Erlangga.

Darmadi Goenarso, dkk. 2005. Fisiologi Hewan. UT. Jakarta

Ganong.2002.Buku Ajar Fisiologi Kedokteran.Jakarta:EGC

Guyton. 1990. Fisiologi Manusia dan Mekanisme Penyakit. Jakarta: EGC

Puspitaati,A., Prastowo, W., MH Napitupulu, O. 2016.Penggunaan Tes Teichmann

untuk Mengidentifikasi Bercak Darah yang Menempel pada Pakaian dengan

Paparan Air Tawar, Tanah, dan Udara bebas. Malang: Majalah Kesehatan

FKUB Volume 3, Nomer 1, Maret 2016

Tuti Kurniati MPd, dkk. 2009. Zoology Vetebrata. Prodi Pendidikan Biologi UIN

SGD. Bandung

Sherwood, Lauralee. (2001).Fisiologi Manusia: dari Sel ke Sistem. Jakarta: EGC

Suripto. Struktur Hewan. ITB.bandung

Anda mungkin juga menyukai