Anda di halaman 1dari 9

Jurnal Perikanan (J. Fish. Sci.

) IX (1): 125-133 ISSN: 0853-6384 125

Full Paper
PENGGUNAAN GLYROXYL UNTUK MENGHAMBAT PENURUNAN MUTU
IKAN MAS (Cyprinus carpio) SEGAR

USING OF GLYROXYL TO PREVENT THE DETERIORATION OF FRESH CARP

*)♠) *) *) *) *)
Farida Ariyani , Jovita Tri Murtini , Ninoek Indriati , Dwiyitno , dan Yusma Yenni

Abstract

One of the preservative agents that was claimed having bactericidal effect is glyroxyl. This
study was aimed to observe the effect of glyroxyl on carp’s (Cyprinus carpio) shelf life.
Factorial design was used in this experiment with 9 treatments in triplicates. The fish was
immersed in glyroxyl solution at concentrations of 0 (control), 0.1, 0.3 and 0.5% (w/v) for
5 min. Following immersion, fish was drained and kept in plastic bucket at ambient
temperature. Sampling was done at 0, 12 and 24 h storage and analysis was carried out
organoleptically, chemically (TVB) and microbiologically (TPC, Enterobacter). Results
showed that organoleptically, chemically and microbiologically, there were no significant
different on spoilage inhibition of glyroxyl compared to control. Similar to control, glyroxyl
was able to prevent spoilage of carp fish only up to 12 h. The fish was rejected by panelists
after 12 h of storage. The TVB value and bacterial counts, including Enterobacter, also
increased sharply after that time.

Keywords: carp, glyroxyl, preservation, spoilage


Pengantar Bakteri pembusuk juga mengubah
penampakan dan sifat fisik beberapa
Ikan merupakan bahan makanan yang komponen ikan (Connell, 1980).
sangat mudah rusak karena mengandung
kadar air dan protein cukup tinggi. Di negara tropis seperti di Indonesia, suhu
Pembusukan ikan disebabkan oleh yang tinggi dan kelangkaan/keterbatasan
degradasi daging ikan karena aktivitas es terutama di daerah pelosok merupakan
enzim, perubahan bioki mia dan penyebab terjadinya pembusukan ikan
pertumbuhan m ikroorgani sme yang berlangsung dengan cepat.
(Connell,1980; Pedroza-Menabrito & Membiarkan ikan pada suhu ruang tanpa
Regenstein, 1990; Ashie et al., 1996). es sementara m enunggu waktu
Segera setelah ikan mati, enzim yang penanganan dan pengolahan
terdapat pada ikan mul ai aktif menyebabkan turunnya kualitas ikan yang
mendegradasi daging ikan menjadi pada akhirnya menyebabkan turunnya
substansi yang lebih sederhana dan kualitas produk akhir. Selain kelangkaan
mikroorganisme yang terdapat pada isi es, penyebab lain mengapa nelayan
perut, insang dan kulit berkembang biak enggan membawa es adalah harga es
secara cepat. Bakteri pembusuk mulai yang relatif mahal, penempatan es di kapal
memproduksi produk yang mengandung memerlukan ruang sehingga mengurangi
sulfur yang menimbulkan bau yang tidak kapasitas palka atau kotak tempat atau
enak dan toksin/racun (Hultin, 1991). kotak tempat menyimpan ikan, serta pe-
*)
Pusat Riset Pengolahan Produk dan Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan, Badan Riset Kelautan dan
Perikanan, DKP, Jl. K.S. Tubun, Petamburan VI, Jakarta, 10260. Telp./Fax. : 021-53650158
♠)
Corresponding author E-mail: E-mail:
Penulis untuk korespondensi prppse@cbn.net.id
prppse@cbn.net.id
Copyright©2007, Jurnal Perikanan (Journal of Fisheries Sciences) All Rights Reserved
126 Ariyani et al., 2007

nanganan ikan dengan es yang kesegarannya karena berasal dari ikan


memerlukan tenaga ekstra. Karena hidup, bebas f orm alin dan pola
beberapa masalah tersebut di atas, maka pembusukan ikan darat dan ikan laut
banyak terjadi praktek menyimpang di adalah sama.
lapangan yang dilakukan oleh nelayan
maupun pengolah dengan menggunakan Segera setelah ikan mati, ikan direndam
bahan tambahan yang tidak aman untuk dalam larutan glyroxyl dengan konsentrasi
mengawetkan ikan sebagai pengganti es, 0 (kontrol); 0,1; 0,3; dan 0,5% (b/v) dengan
diantaranya adalah formalin untuk waktu perendaman 5 menit. Setelah
mengawetkan ikan (Anonim, 2004). selesai perendaman ikan ditiriskan dan
Dengan terkuaknya penggunaan formalin disimpan dalam ember plastik pada suhu
yang jelas dilarang sebagai pengawet kamar. Pengambilan sampel dilakukan
ikan, maka banyak ditawarkan produk pada jam ke-0, 12 dan 24, kemudian
pengawet yang diyakini memiliki potensi dilakukan analisis organoleptik, Total
bakterisidal, salah satunya adalah Volatile Base/TVB, serta mikrobiologi
glyroxyl. (Total Plate Count/TPC dan Enterobacter).
Set iap pengam bilan sam pel, uji
Glyroxyl adalah salah satu bahan yang organoleptik dilakukan pada ikan mentah
diklaim memiliki potensi bakterisidal (Tap, dengan parameter mata, insang, lendir,
2002) dengan bahan aktif H2O2 yang diberi daging, bau, tekstur maupun ikan matang
penstabil gliserin. Bahan ini dipromosikan dengan parameter kenampakan, bau, rasa
mampu menekan/membunuh bakteri dan tekstur. Unt uk keperl uan uji
Gram positif maupun Gram negatif. Dalam organoleptik ikan matang, sampel yang
penggunaannya, glyroxyl dirancang berupa ikan mentah dikukus terlebih
sebagai pembebas kuman maupun dahulu selama 10 menit sebelum
desinfektan (Anonim, 2003). Beberapa disajikan. Analisis organoleptik dilakukan
percobaan untuk mengetahui efektivitas secara hedonik menggunakan skala 9.
penggunaan glyroxyl sebagai anti Analisis yang dilakukan untuk bahan baku
bakterisida telah dilakukan terhadap adalah proksimat (protein dengan metode
berbagai jenis biakan, demikian juga Kjeldahl, lemak dengan metoda Shoxlet,
penggunaan glyroxyl sebagai desinfektan air dengan metoda oven, dan abu dengan
pada permukaan peralatan (Anonim, met ode Furnace (AOAC, 1980),
2003). Namun demikian efektivitas sedangkan untuk analisis kemunduran
glyroxyl dalam mencegah kerusakan ikan mutu ikan yang disimpan menggunakan
khususnya di daerah tropis belum banyak TVB dengan metode Conway mikrodifusi
dilakukan. Untuk itu, uji aplikasi glyroxyl (Siang & Kim, 1992). Untuk melihat
untuk penanganan ikan yang dilengkapi kemunduran mutu secara mikrobiologi
dengan uji laboratorium perlu dilakukan. dilakukan analisis jumlah bakteri total
(TPC) serta Enterobakter dengan metode
Bahan dan Metode pour plate (tuang) (Fardiaz, 1993).
Percobaan dirancang dengan desain acak
Bahan baku yang digunakan adalah ikan lengkap dengan 2 faktor (konsentrasi
mas yang diperoleh dari Sukabumi dengan glyroxyl dan waktu penyimpanan) dengan
kisaran panjang 21-25 cm, lebar 7-9 cm 3 kali ulangan dan data hasil penelitian
dan berat 170-240 g/ekor. Pada umumnya diolah menggunakan program Statistica
ikan mas dijual dalam keadaan hidup dan Rel. 6.0 (StatSoft, Inc.).
tidak diawet kan dengan f ormal in,
sedangkan ikan hasil tangkapan dari laut Hasil dan Pembahasan
sering diawetkan dengan formalin.
Pemilihan jenis ikan mas ini didasarkan Berdasarkan hasil analisis proksimat, ikan
pada pertimbangan bahwa ikan terjamin mas segar yang digunakan dalam percoba-
Copyright©2007, Jurnal Perikanan (Journal of Fisheries Sciences) All Rights Reserved
Jurnal Perikanan (J. Fish. Sci.) IX (1): 125-133 ISSN: 0853-6384 127

an ini mempunyai kadar lemak rendah, bahwa perlakuan perendaman glyroxyl


yaitu sekitar 1,15-2,45% (wb), dengan dengan konsentrasi 0,3% dan 0,5%
kadar protein 6,38-14,24% (wb), kadar air membuat warna daging agak kusam
77,97-81,41% (wb), dan kadar abu 1,19- kebiruan. Hal ini kemungkinan disebabkan
1,93% (wb). Analisis proksimat pada oleh reaksi oksidasi yang dipicu oleh
bahan baku perlu dilakukan untuk peroksida yang merupakan bahan aktif
mengetahui spesifikasi bahan baku yang glyroxyl, sehingga mioglobin yang awalnya
digunakan karena tinggi rendahnya kadar berwarna merah darah menjadi gelap dan
lem ak dan protein dalam bahan kusam (Sikorski & Pan, 1994).
mempengaruhi pola kebusukan ikan.
Pada ikan mentah, kontrol maupun semua
Mutu organoleptik perlakuan perendaman dengan glyroxyl
Analisis sidik ragam terhadap nilai masih menunjukkan angka penerimaan
penerimaan memperlihatkan bahwa tidak yang tinggi (rata-rata di atas 7) meskipun
ada perbedaan mutu yang nyata untuk sudah disimpan selama 12 jam. Meskipun
semua param eter pada ikan yang demikian setelah 24 jam penyimpanan,
direndam dalam glyroxyl maupun kontrol nilai penerimaan untuk semua parameter
(Gambar 1). Meski pun demiki an, menurun sangat nyata (p<0,05) hingga di
beberapa panelis memberikan pernyataan bawah 5 atau mendekati 5 (Gambar 1 dan

Mata Lendir
Insang
9.0 9.0 9.0
7.0 7.0 7.0
5.0 5.0 5.0
3.0 3.0 3.0
1.0 1.0 1.0
0 12 24 0 12 24
0 12 24
Nilai Penerimaan

Bau Tekstur
Daging
9.0 9.0 9.0

7.0 7.0 7.0

5.0 5.0 5.0

3.0 3.0 3.0

1.0 1.0 1.0


0 12 24 0 12 24
0 12 24
Penerim aan Total
36.0
0%
28.0
0.10%
20.0
0.30%
12.0 0.50%
4.0
0 12 24
Waktu penyimpanan (hari)
Gambar 1. Hasil analisis organoleptik ikan mas mentah yang sebelumnya direndam
glyroxyl dan kontrol selama penyimpanan pada suhu kamar
Copyright©2007, Jurnal Perikanan (Journal of Fisheries Sciences) All Rights Reserved
128 Ariyani et al., 2007

Gambar 2). Sama halnya dengan pola Pada ikan mas kukus, penilaian panelis
kerusakan ikan (yang disimpan pada suhu terhadap parameter kenampakan, tekstur
kamar) pada umumnya, degradasi dan dan penerimaan total ikan yang direndam
deteriorasi komponen penyusun ikan glyroxyl tidak berbeda (p>0,05) dengan
secara enzimatis maupun bakteriologis ikan yang tidak direndam glyroxyl (kontrol);
semakin meningkat seiring dengan sedangkan penilaian parameter bau dan
bertambahnya waktu penyimpanan. rasa berbeda nyata (p<0,05). Nilai
Setelah lebih dari 12 jam, aktivitas enzim penerimaan terhadap rasa ikan kukus
maupun perkembangan bakt eri yang sebelumnya direndam glyroxyl dan
pembusuk meningkat tajam sehingga bel um disimpan, lebih rendah
mengakibatkan kerusakan pada ikan yang dibandingkan dengan kontrol. Pada ikan
terlihat jelas secara visual yang pada kukus yang sebelumnya direndam glyroxyl
akhirnya menurunkan nilai penerimaan terdeteksi rasa seperti sabun dan bau
bahkan penolakan oleh panelis. seperti kaporit. Pengukusan akan meng-

Kenampakan Bau
9.0 9.0

7.0 7.0

5.0 5.0

3.0 3.0
Nilai Penerimaan

1.0 1.0
0 12 24 0 12 24

Rasa Tekstur
9.0 9.0

7.0 7.0

5.0 5.0

3.0 3.0

1.0 1.0
0 12 24 0 12 24
Penerimaan Total
36.0

28.0 0%
0.10%
20.0 0.30%
0.50%
12.0

4.0
0 12 24
Waktu penyimpanan (hari)
Gambar 2. Hasil analisis organoleptik ikan mas kukus yang sebelumnya direndam glyroxyl
dan kontrol selama penyimpanan pada suhu kamar
Copyright©2007, Jurnal Perikanan (Journal of Fisheries Sciences) All Rights Reserved
Jurnal Perikanan (J. Fish. Sci.) IX (1): 125-133 ISSN: 0853-6384 129

akibatkan terkelupasnya lapisan penstabil tilapia yang disimpan pada suhu kamar di
(gliserin) pada H2O 2 sehingga H2O 2 Filipina ditolak panelis setelah 16,5 jam
kontak langsung dengan daging ikan yang penyimpanan.
mempengaruhi bau maupun rasa ikan.
Total Volatile Base (TVB)
Pola perubahan nilai penerimaan selama Perendam an dengan glyroxyl
penyimpanan terhadap ikan kukus baik mengakibatkan penurunan TVB secara
kontrol maupun ikan yang direndam nyata pada 24 jam penyimpanan
glyroxyl sama dengan pola penerimaan dibandingkan dengan kontrol (Gambar 3).
terhadap ikan mentah. Sam pai Namun demikian, kadar TVB ikan mas
penyimpanan 12 jam, nilai penerimaan yang direndam glyroxyl masih cukup tinggi
masih cukup t inggi unt uk semua yakni 42,5-47,9 mg%N, sedangkan kadar
parameter dan menurun sangat nyata TVB kontrol 72,4 mg%N. Akan tetapi nilai
setelah penyimpanan 24 jam hingga di ini masih lebih rendah dibandingkan
bawah 5, bahkan nilai rasa mencapai nilai dengan hasil penelitian Rubbi et al. (1985)
terendah yakni 1. Pada kondisi ini ikan di mana ikan mas segar yang disimpan
sudah ditolak oleh panelis karena ikan pada suhu kamar di Bangladesh
terlihat sangat tidak segar dan tidak dapat mempunyai kadar TVB 105.8 mg%N
dimakan. Untuk ikan mentah bola mata setelah 23 jam penyimpanan. Total basa
terlihat cekung, pupil keabuan, kornea menguap (TVB) merupakan senyawa hasil
keruh; insang berubah warna menjadi degradasi protein karena aktivitas enzim
gelap dan mulai berlendir; lendir mulai maupun bakteri pembusuk. Pada
tampak nyata pada seluruh permukaan umumnya TVB merupakan salah satu
badan; sayatan daging mulai kusam, indikator terjadinya penurunan mutu atau
dinding perut lunak, rusuk lembek; bau pembusukan pada ikan. Perendaman ikan
amoniak mulai tercium; bekas jari terlihat dengan glyroxyl akan menyebabkan
lama bila ditekan, mudah menyobek terjadinya penghambatan aktivitas enzim
daging dari tulang belakang. Untuk ikan maupun bakteri pembusuk karena
kukus, terdeteksi bau agak amis, sedikit terjadinya kontak antara H 2O 2 yang
tengik, sedikit bau amoniak, daging mulai merupakan bakan aktif glyroxyl dengan
rapuh, terurai dan berair serta tidak dapat ikan, sehingga proses deteriorasi protein
dimakan. Waktu penolakan oleh panelis menjadi TVB terhambat. Dengan demikian
terhadap ikan yang disimpan pada suhu nilai TVB pada ikan yang direndam
kamar berbeda-beda tergantung pada jenis glyroxyl lebih rendah dibandingkan ikan
dan kesegaran ikan sebelum ikan yang tidak direndam glyroxyl (kontrol).
disimpan. Ikan trout Australia yang
disimpan pada suhu 37 oC mul ai Pada awal 12 jam penyimpanan, kadar
mengeluarkan bau asam sesudah 9 jam TVB ikan mas yang direndam glyroxyl
penyimpanan yang diikuti dengan bau maupun kontrol terlihat konstan dan baru
amoniak sesudah 11 jam penyimpanan naik secara nyat a setelah 12 jam
yang bersamaan dengan penolakan oleh penyimpanan (Gambar 3). Perkembangan
panelis (Gorczyca et al., 1985). Lemuru kadar TVB pada ikan sel ama
(Sardinella longiceps) ditolak panelis penyimpanan juga berbeda tergantung
sesudah 10 jam penyimpanan pada suhu pada jenisnya. Untuk ikan lemuru yang
25-26,5oC yang ditandai dengan bau disimpan pada suhu kamar, ikan ditolak
tengik dan bau tidak enak, juga lendir yang panelis pada kadar TVB 20 mg%N setelah
kental dan lengket pada permukaan kulit 10 jam penyimpanan (Nasran, et al.,
ikan (Nasran & Arifudin, 1982); sedangkan 1982), sedangkan kadar TVB untuk sardin
Estrada et al. (1985) menyatakan bahwa Australia yang ditolak panelis setelah 12

Copyright©2007, Jurnal Perikanan (Journal of Fisheries Sciences) All Rights Reserved


130 Ariyani et al., 2007

80

Kadar TVB (mg%N)


0.0%
60
0.1%
40 0.3%
0.5%
20

0
0 12 24
Waktu penyim panan (jam )
Gambar 3. Kadar TVB ikan mas mentah yang sebelumnya direndam glyroxyl dan kontrol
selama penyimpanan pada suhu kamar

jam penyimpanan pada suhu kamar pada ikan mas mentah yang direndam
mencapai 23 mg%N (Ariyani, 2000). Pada glyroxyl maupun yang tidak direndam
percobaan ini nilai TVB setelah 12 jam glyroxyl (kontrol); sedangkan perbedaan
penyimpanan adalah 21,5-25,2 mg%N, waktu penyim panan mem beri kan
tetapi secara organoleptik belum ditolak perbedaan nyata pada jumlah bakteri total
panelis. Penolakan oleh panelis terjadi maupun enterobakter (Gambar 4). Pada
setelah 24 jam penyimpanan dengan awal percobaan sebelum penyimpanan,
kadar TVB 42,5-47,9 mg%N, dan kadar jumlah bakteri total berkisar 102 - 103 cfu/
TVB kontrol 72,4 mg%N. Nilai batas g sedangkan jumlah enterobakter berkisar
penerimaan TVB untuk ikan dari perairan 101 - 102 cfu/g. Jumlah ini meningkat
dingin yang disimpan dengan es berkisar dengan bertam bahnya waktu
30-40 mg%N (Huss, 1988), sedangkan penyimpanan baik pada ikan mas yang
untuk ikan berlemak seperti herring dan direndam glyroxyl maupun kontrol
mackerel, batas maksimum kadar TVB (Gambar 4). Setelah 12 jam penyimpanan
adalah 20 mg%N (Sikorski et al., 1990). jumlah bakteri total dan enterobakter pada
ikan mas yang direndam glyroxyl berturut-
Nilai TVB dipengaruhi oleh jenis ikan, hal turut adalah 10 5 -10 6 dan 10 5 cfu/g,
ini disebabkan karena perbedaan pola sedangkan untuk kontrol jumlah bakteri
pembusukan untuk jenis ikan yang total dan enterobakter berturut-turut
berbeda selama penyimpanan. Ikan adalah 106 dan 105 cfu/g.
berkadar lemak tinggi sangat mudah rusak
dan lebih cepat terdeteksi secara sensoris Hal ini sejalan dengan hasil yang diperoleh
atau visual dibandingkan ikan berkadar Estrada et al. (1985) yang menunjukkan
lemak rendah. Dengan demikian untuk bahwa pada 12 jam penyimpanan pada
tingkat kerusakan visual yang sama, nilai suhu kamar di Filipina, jumlah total bakteri
TVB ikan berkadar lemak tinggi lebih dan enterobakter pada ikan mujair
rendah dari nilai TVB ikan berlemak mencapai 106-107 cfu/g. Hal yang sama
rendah. Demikian juga untuk ikan berkulit juga dinyatakan oleh Gorczyca & Len
keras dan kompak, seperti tilapia, nilai (1985) bahwa enterobakter dan jumlah
TVB pada saat ikan ditolak lebih kecil bakteri total pada beberapa ikan tropis
dibandingkan dengan ikan berkulit lunak yang disimpan selama 13 jam pada suhu
seperti sardin (Estrada et al., 1985). kamar berturut-turut berkisar 107-108 dan
108-109 cfu/g.
Jumlah Bakteri Total (TPC) dan
Enterobakter Pada penyimpanan selanjutnya (24 jam)
Berdasarkan hasil analisis sidik ragam, jumlah bakteri total pada ikan mas yang
tidak ada perbedaan nyata (p>0,05) direndam glyroxyl mencapai 109-1010 cfu/
jumlah bakteri total maupun enterobakter g dan jumlah enterobakter mencapai 107-
Copyright©2007, Jurnal Perikanan (Journal of Fisheries Sciences) All Rights Reserved
Jurnal Perikanan (J. Fish. Sci.) IX (1): 125-133 ISSN: 0853-6384 131

Enterobakter Jumlah Total Bakteri


12 12

Log jumlah bakteri (cfu/g) 9 9


6 6
3 3
0 0
0 12 24 0 12 24
0% 0.10% 0% 0.10%
0.30% 0.50% 0.30% 0.50%
Waktu penyimpanan (jam)
Gambar 4. Jumlah total bakteri (TPC) dan enterobakter ikan mas mentah yang sebelumnya
direndam glyroxyl dan kontrol selama penyimpanan pada suhu kamar

108 cfu/g, sedangkan jumlah bakteri total lam percobaan ini jauh lebih kecil yaitu
dan enterobakter untuk kontrol berturut- 0,1-0,5%. Meskipun demikian, dengan
turut adalah 108 dan 107 cfu/g. konsentrasi yang jauh lebih kecil tersebut
perendaman dalam glyroxyl sudah
Berdeda dengan hasil penelitian efektifitas mengubah karakteristik ikan secara
glyroxyl sebagai antimikroba yang telah sensoris/organoleptik.
dilakukan (Tap, 2002), pada percobaan ini
efektifitas glyroxyl dalam menghambat Kesimpulan dan Saran
pertumbuhan bakteri pada ikan tidak
terlihat. Hal ini kemungkinan disebabkan Kesimpulan
pada percobaan ini, parameter 1. Penggunaan glyroxyl sebagai bahan
kemunduran mutu secara mikrobilogis pengawet pada ikan mas ternyata
yang diukur adalah total jumlah bakteri tidak mampu menghambat proses
(TPC) dalam jaringan ikan sedangkan uji kemunduran mutu apabila ikan
mikrobiologis yang dilakukan Tap (2002) disimpan pada suhu kamar, bahkan
menggunakan biakan murni dari beberapa perendam an dengan glyroxyl
jenis bakteri antara lain Proteus mirabilis, memberikan pengaruh yang kurang
Pseudomonas aeruginosa, Staphylo- baik secara organoleptik.
coccus aureus dan Streptococcus 2. Sebagaimana pola kemunduran mutu
faecium. Karena analisis TPC pada ikan yang disimpan pada suhu kamar,
percobaan ini dilakukan pada ekstrak ikan mas hanya dapat disimpan
jaringan ikan, diduga sebagian H 2O 2 hingga 12 jam pada suhu kamar.
sebagai bahan aktif glyroxyl bereaksi/
berikatan dengan komponen dalam Saran
jaringan ikan khususnya lemak sehingga Untuk melihat efektivitas glyroxyl untuk
dapat menurunkan efektifitasnya. Di mencegah proses penurunan mutu
samping itu, kosentrasi glyroxyl yang kesegaran ikan pada rantai dingin, perlu
digunakan dalam penelitian Tap (2002) dilakukan penelitian penggunaan glyroxyl
lebih tinggi yaitu 2,5-3,0% dan dapat untuk penyimpanan pada suhu rendah
mereduksi jumlah bakteri sebagai biakan terutama untuk jenis i kan yang
murni sebesar 4,3 cfu/g, sedangkan mempunyai nilai ekonomis tinggi.
konsentrasi glyroxyl yang digunakan da-

Copyright©2007, Jurnal Perikanan (Journal of Fisheries Sciences) All Rights Reserved


132 Ariyani et al., 2007

Ucapan Terima Kasih development. A. Reilly (Ed.). Sym-


posium held in conjunction with the
Ucapan terima kasih disampaikan kepada Sixth Session of the IPFC Working
PT Baginda Putri Majusejahtera yang Party on Fish Technol ogy and
telah menyediakan dana untuk penelitian Marketing. RMI T, Melbourne,
ini. Australia, 23-26 October 1984. FAO:
133-145.
Daftar Pustaka
Fardiaz, S. 1993. Mikrobiologi pangan.
Anonymous. 2003. Glyroxyl. Approved Penuntun praktek-praktek laborato-
decontamination and desinfentant rium. Jurusan Ilmu dan Teknologi
agent. Kon-Des Milieutechnologie Pangan. Fakultas Pertanian. IPB.
B.V, Burgermeester Stramanweg Bogor. 308 p.
Amsterdam. 2 p.
Gorczyca, E., J.L. Sumner, D. Cohen and
Anonim. 2004. Laporan teknis hasil P. Brady. 1985. Mesophilic fish
peneliti an, Kelom pok Penel iti spoilage. Food Technol. Aust. 37 (1):
Keamanan Pangan. Bagian Proyek 24-26.
Riset Pengolahan Produk dan Sosial
Ekonomi Kelautan dan Perikanan, Gorczyca, E. and P.P. Len. 1985.
BRKP, DKP. Mesophilic spoilage of bay trout
(Atripis trutta), bream (Acanthro-
AOAC. 1980. Of ficial methods of pagrus butcheri) and mul let
analysis of the association of official (Aldroichetta forsteri). In : Spoilage of
analytical chemists, 13thed. AOAC, tropical fish and product development.
Inc. Arlington. Virginia. 1018 p. A. Reilly (Ed.). Symposium held in
conjunction with the Sixth Session of
Ariyani, F. 2000 Quality changes of the IPFC W orking Party on Fish
sardines (Sardinella neopilchardus) at Technology and Marketing. RMIT,
Indonesian ambient temperature. Melbourne, Australia, 23-26 October
Indonesian Journal of Agricultural 1984. FAO: 123-132.
Science. 1(1): 21-28.
Heruwati, E.S. 2005. Laporan penelitian
Ashie, I.N.A., J.P. Smith and B.K. penggunaan glyrox yl pada
Simpson. 1996. Spoilage and shelf- penanganan ikan segar. Pusat Riset
lif e extension of f resh fish and Pengolahan Produk dan Sosial
shellfish. Crit. Rev. Food Sci. Nutr. 36 Ekonomi Kelautan dan Perikanan,
(1&2): 87-121. BRKP-DKP. 18 p.

Connell, J.J. 1980. Control of fish quality: Hul tin, H.O. 1991. Biochemi cal
4. Quality deterioration and defects deterioration of fish muscle. In :
in products. England. Fishing New Quality assurance in the fish industry.
Books Ltd. 56-105. H.H. Huss, M. Jakobsen, and J.
Liston, (Eds.). Proceedings of an
Estrada, M., M. Olympia, R. Mateo, A. International Conference, Copen-
Mil la, A. del a Cruz and M. hagen, Denmark, 26-30 August
Embuscado. 1985. Mesophi lic 1991:125-138.
spoilage of whiting (Sillago maculata)
and tilapia (Oreochromis niloticus). In Huss, H.H. 1988. Fresh fish - Quality and
: Spoilage of tropical fish and product quality changes. A training manual.
FAO of the UNO, Rome, 134p.
Copyright©2007, Jurnal Perikanan (Journal of Fisheries Sciences) All Rights Reserved
Jurnal Perikanan (J. Fish. Sci.) IX (1): 125-133 ISSN: 0853-6384 133

Nasran, S. dan R. Arifudin. 1982. Study total volatile basic nitrogen (TVB-N)
deterioratif lemuru pada suhu kamar by Conway’s microdiffusion method.
dan suhu dingin. Prosiding Seminar (1% boric acid and 0.02N hydrochloric
Perikanan Lemuru. S. Nurhakim, acid). In : Laboratory Manual on
Budihardjo dan Suparno (Eds.), Analytical Methods and Procedures
Banyuwangi, Java Timur, Indonesia, for Fish and Fish Products. 2nd Ed.
18-21 January 1982 : 33-154. K. Miwa, and L.S. Ji., (Eds.). Marine
Fish. Res, Dep., SEAFDEC,
Pedroza-Menabrito, A. and J.M. Singapore. p. B-8.1-B-8.5.
Regenstein. 1990. Shelf-life extension
of fresh fish-A review Part III-Fish Sikorski Z.E., A. Kolakowska and J.R.
quality and methods of assessment. Burt. 1990. Postharvest biochemical
J. Food Qual. 13: 209-223. and microbial changes. In : Seafood:
resources, nutritional composition and
Rubbi S.F., M. Muslemuddin, Majeda preservation. Z.E. Sikorski (Ed.). CRC
Begum, S. S. Johan and A.T.A. Press Inc., Boca Raton, FL. 55-75.
Ahmed. 1985. Handling of six species
of fresh fish of Bangladesh. In : Sikorski, Z.E. and B.S. Pan. 1994.
Spoilage of tropical fish and product Preservation of seafood quality. In :
dev elopm ent. A. Reilly (Ed.). Seaf oods chemistry, processing
Symposium held in conjunction with technology and quality. F. Shahidi and
the Sixth Session of the IPFC J.R. Botta (Eds.). Chapman & Hall.
Working Party on Fish Technology Glasgow. 168-196.
and Marketing. RMIT, Melbourne,
Australia, 23-26 October 1984. FAO: Tap, S.H.M. 2002. The microbicidal
108-122. eff ect of glyroxyl, according to
EST for food hygiene. TNO Nutrition
Siang, N.C. and L. L. Ki m. 1992. and Food Research. Kon-Des
Determination of trimethylamine oxide Milieutechnologie. Amsterdam. 1-10.
(TMAO-N), trimethylamine (TMA-N),

Copyright©2007, Jurnal Perikanan (Journal of Fisheries Sciences) All Rights Reserved

Anda mungkin juga menyukai