MAKALAH
Disusun untuk memenuhi Tugas Ekologi dan Manajemen Lingkungan yang dibina
oleh Bapak Dr. Fatchur Rohman, M.Si. dan Bapak Prof. Dr. Ir. Suhadi, M.Si.
disusun oleh:
Kelompok 3/ Kelas A/ S2 Pendidikan Biologi
1. Louis Ivana Sasea (190341764451)
2. Muhammad Ihsanuddin (190341864412)
3. Rina Wahyuningsih (190341864427)
i
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami ucapkan kehadirat Tuhan YME, yang telah memberikan
rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan
baik. Makalah berjudul “Bioremediasi dalam Pengendalian Lingkungan” ini disusun
untuk memenuhi tugas mata kuliah Ekologi dan Manajemen Lingkungan.
Penyusunan makalah ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak, maka dalam
kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih kepada Bapak Dr. Fatchur
Rohman, M.Si dan Bapak Prof. Dr. Ir. Suhadi, M.Si. selaku dosen pengampu mata
kuliah Ekologi dan Manajemen Lingkungan. Terima kasih kami sampaikan kepada
rekan-rekan S2 Pendidikan Biologi kelas A, khususnya kelompok 3 yang telah
bekerja sama dalam menyusun tugas makalah ini. Penulis menyadari bahwa makalah
ini masih banyak kekurangan, sehingga kritik dan saran kami diharapkan dari
pembaca.
Penulis
ii
iii
DAFTAR ISI
Halaman
C. TUJUAN ............................................................................................. 3
A. KESIMPULAN .................................................................................. 21
iii
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Meningkatnya populasi global telah menyebabkan peningkatan ekploitasi
sumber daya alam dan sumber-sumber untuk untuk memenuhi kebutuhan pangan,
energi, dan semua kebutuhan lainnya. Revolusi industri merupakan salah satu respon
untuk memenuhi kebutuhan tersebut, namun hal tersebut menghasilkan bahan kimia
organik dan anorganik dalam jumlah banyak yang secara langsung dan tidak langsung
menyebabkan pencemaran habitat berkepanjangan. Durasi kontaminasi sangat
menyita perhatian karena biodegradabilitasnya dianggap sulit. Pencemaran
lingkungan terjadi begitu cepat dan luas sehingga tingkat kontaminasi yang dapat
terdeteksi bahkan dapat ditemukan di perairan laut terjauh (Sardrood, et. al. 2015).
Ketika suatu zat beracun telah mencemari permukaan tanah, maka ia dapat
menguap, tersapu air hujan dan atau masuk ke dalam tanah. Pencemaran yang masuk
ke dalam tanah kemuadian terendap sebagai zat beracun. Zat beracun tersebut
berdampak langsung kepada manusia ketika bersentuhan atau mencemari air tanah
dan udara diatasnya. Pencemaran tanah bisa disebabkan oleh limbah industri, limbah
domestik dan limbah pertanian. Pencemaran tanah juga dapat menyebabkam
perubahan kimiawi tanah yang radikal, yang menyebabkan perubahan metabolisme
dari mikroorganisme endemik dan antropoda yang hidup di lingkungan tanah
tersebut. Akibatnya bahkan dapat memusnahkan beberapa spesies primer dari rantai
makanan (Muslimah, 2015).
Selain polutan dan racun yang dihasilkan dari indutri yang terus menerus
mempengaruhi lingkungan, kejadian bencana lingkungan yang serius seperti
tumpahan minyak di laut. Permukaan bumi ditutup terdiri atas 70% lautan, sementara
itu laut juga merupakan suatu lahan yang kaya dengan sumber daya alam termasuk
keanekaragaman sumber daya hayati yang dapat dimanfaatkan untuk kemakmuran
dan kesejahteraan masyarakat. Tumpahan minyak dari kapal, pengeboran lepas pantai
maupun akibat kecelakaan kapal tanker menjadi sumber utama pencemaran laut
(Sulistyono,2010).
1
2
B. RUMUSAN MASALAH
Rumusan masalah pada makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Apa pengertian bioremediasi?
2. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi bioremediasi?
3. Apa saja jenis-jenis bioremediasi?
4. Bagaimana teknik dan contoh bioremediasi?
5. Apa saja kekurangan dan kelebihan bioremediasi
3
C. TUJUAN
Tujuan penyusunan makalah ini adalah sebagai berikut.
1. Mengetahui pengertian bioremediasi.
2. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi bioremediasi.
3. Mendeskripsikan jenis-jenis bioremediasi.
4. Menjelaskan teknik dan contoh bioremediasi.
5. Menjelaskan kekurangan dan kelebihan bioremediasi.
4
BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN BIOREMEDIASI
Bioremediasi termasuk salah satu pengembangan dari bidang bioteknologi
lingkungan dengan memanfaatkan proses biologi dalam mengendalikan pencemaran.
Bioremediasi bukan merupakan topik baru dalam kajian mikrobiologi terapan, karena
mikroorganisme telah banyak digunakan selama bertahun-tahun untuk mengurangi
senyawa organik dan bahan beracun baik yang berasal dari limbah rumah tangga
maupun industri. Hal yang baru adalah teknik bioremediasi terbukti sangat efektif dan
ramah dari segi ekonomi untuk membersihkan tanah dan air yang terkontaminasi oleh
senyawa-senyawa kimia beracun (Munir, 2006).
Teknologi bioremediasi oleh mikroba merupakan buah pikir yang runtut dan
terintegrasi berbagai bidang ilmu antara lain mikrobiologi, ekologi, fisiologi,
biokimia, dan genetika yang dipadukan dengan menggunakan prinsip rekayasa untuk
memaksimalkan reaksi metabolik mikoorganisme yang diinginkan dalam pemulihan
lingkungan yang terkontaminasi. Penentu keberhasilan dalam pengolahan limbah
pencemar di lingkungan secara biologi adalah mengetahui faktor-faktor yang
berinteraksi dalam biodegradasi.
Remediasi adalah suatu proses dekontaminasi air dan tanah dari senyawa yang
berbahaya, meliputi hidrokarbon (PAH), persistant organic pollutant (POP), logam
berat, pestisida dan lain-lain (Puspitasari & Khaerudin, 2016). Proses remediasi yang
menggunakan mikroorganisme dikenal dengan istilah bioremediasi. Menurut Priadie
(2012), bioremediasi adalah pemanfaatan mikroorganisme yang telah dipilih dan
ditumbuhkan pada polutan tertentu sebagai usaha untuk menurunkan kadar polutan.
Definisi lain bioremediasi adalah pemanfaatan organisme hidup (bakteri,
fungi, tanaman atau enzimnya) terutama mikrorganisme dalam proses penguraian
limbah organik/anorganik polutan untuk mengendalikan kadar kontaminasi pada
lingkungan menjadi suatu bahan yang tidak berbahaya atau konsentrasinya di bawah
batas yang ditentukan oleh lembaga berwenang (Munir, 2006;Vidali,2011). Selain
4
5
itu, bioremediasi juga diartikan sebagai proses pengolahan limbah minyak bumi yang
sudah lama atau tumpahan/ceceran minyak pada lahan terkontaminasi dengan
memanfaatkan makhluk hidup mikroorganisme, tumbuhan atau organisme lain untuk
mengurangi konsentrasi atau menghilangkan daya racun bahan pencemar (KLH,
2003). Pengertian bioremediasi dapat disimpulkan sebagai suatu proses pemanfaatan
organisme untuk mengendalikan kadar kontaminasi supaya berada di bawah standar
yang telah ditentukan atau dalam kata lain menjadi tidak berbahaya.
Pemerintah Indonesia telah mengatur standar baku kegiatan bioremediasi
dalam mengatasi permasalahan lingkungan akibat kegiatan pertambangan dan
perminyakan serta bentuk pencemaran lainnya (logam berat dan pestisida) melalui
Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 128 tahun 2003 tentang Tata
Cara dan Persyaratan Teknis Pengolahan Limbah Minyak Bumi dan Tanah
Terkontaminasi oleh Minyak Bumi Secara Biologis (Bioremediasi) yang
mencantumkan bahwa bioremediasi dilaksanakan dengan memanfaatkan mikroba
lokal.
Bioremediasi memiliki dua tujuan utama menurut Almuthmainah (2013),
yaitu:
1. Menstimulasi pertumbuhan mikroba baik yang indegenus yaitu mikroba asli
maupun non indigeneus atau mikroba yang sengaja dimasukkan dari luar ke
daerah yang terkontaminasi.
2. Menciptakan kondisi lingkungan yang sesuai untuk meningkatkan intensitas
kontak langsung antara mikroba dengan senyawa kontaminan di lingkungan
baik yang terlarut maupun yang terikat oleh partikel untuk mengalami
biotrasformasi, biodegradasi, bahkan sampai biomineralisasi.
Bioremediasi memanfaatkan bakteri/jamur/tanaman untuk mendegradasi atau
mendetoksifikasi zat berbahaya bagi kesehatan manusia atau lingkungan.
Mikroorganisme dapat berasal dari daerah yang terkontaminasi atau hasil isolasi dari
tempat lain yang dibawa ke tempat yang terkontaminasi. Proses utama bioremediasi
terdiri dari biodegradasi, biotarnsformasi, dan biokatalis.
6
1. Biodegradasi
Biodegradasi adalah suatu proses penguraian oleh aktivitas
mikroorganisme yang mengakibatkan transformasi struktur suatu senyawa
sehingga terjadi perubahan integritas molekuler, dalam proses biodegradasi
terjadi konversi yang lengkap dari bahan-bahan kimia yang kompleks menjadi
produk-produk yang termineralisasi seperti air dan karbon dioksida (&
Nagabhushanam, 2005).
2. Biotransformasi
Pada saat bioremediasi, enzim yang diproduksi oleh mikroorganisme
memodifikasi polutan beracun dengan mengubah struktur kimia polutan
tersebut. Proses biotransformasi pada banyak kasus berujung pada
biodegradasi (Waluyo, 2018).
3. Biokatalis
Enzim yang dihasilkan oleh mikroorganisme juga berperan untuk mengkatalis
reaksi degradasi, sehingga mempercepat proses keseimbangan (Lumbanraja,
2014).
C. JENIS-JENIS BIOREMEDIASI
Bioremediasi yang melibatkan miroba dapat dibedakan menjadi tiga cara
yaitu: Biostimulasi, Bioagumentasi, dan Bioremediasi Intrinsik.
1. Biostimulasi yaitu suatu proses yang dilakukan melalui penambahan zat gizi
tertentu yang dibutuhkan oleh mikroorganisme atau menstimulasi kondisi
lingkungan sedemikian rupa agar mikroorganisme tumbuh dan beraktifitas
lebih baik. Hal ini didasarkan jika kondisi yang dibutuhkan mikroorganisme
untuk tumbuh tidak terpenuhi, mikroorganisme tersebut akan tumbuh lambah
bahkan mati (Adams, 2015).
Contoh dari metode biostimulasi ini dilakukan oleh Munawar dkk.
(2007) mereka melakukan bioremediasi tumpahan minyak mentah dengan
metode biostimulasi nutrien organik di lingkungan pantai Surabaya Timur
dimana lingkungan pantai Surabaya timur ini rawan terkena tumpahan minyak
karena lingkungan ini banyak dilewati kapal-kapal komersial baik lokal
maupun internasional serta kapal-kapal milik Angkatan Laut Indonesia.
Mereka melakukan percobaan dengan menggunakan beberapa petak
tanah berukuran 0,5 m x 0,5 m sebanyak 19 petak contoh dan terdapat 1
kontrol. Kemudian petak tanah tersebut ditambahkan 1 liter minyak mentah
kemudian diberi penambahan nutrien organik berbagai variasi (0,2 kg, 0,3kg
dan 0,4 kg) pada petak tanah tersebut (gambar percobaan peneltian 1).
Variabel yang diteliti dari penelitian ini adalah jumlah bakteri yang tumbuh
10
(cfu/g tanah), kadar minyak mentah di tanah (g/kg tanah), dan bioremediasi
minyak oleh bakteri (%).
Hasilnya menunjuukan bahwa penambahan nutrien organik pada
bioremediasi tumpahan minyak mentah mampu menstimulasi pertumbuhan
mikroba tanah meningkat sampai waktu 4 minggu. Selain itu kadar minyak
dalam tanah juga mengalami penurunan yang signifikan dikarenakan
banyaknya jumlah bakteri tersebut. Hasil ini berbeda nyata antara perlakuan
dan kontrol. Bioremediasi dengan teknik ini mampu menurunkan konsentrasi
minyak sampai dengan 88,25% dari konsentrasi awal dalam waktu 4 minggu.
terdapat logam berat berupa Cu, Fe, Zn, Pb, Mn, Ni, Cr, dan Cd. Sementara
sumber bakteri di isolasi dari timbunan limbah elektroplating dan dari sungai
dekat pembuangan limbah.
Aplikasi bioremediasi pada tanah yang tercemar dilakukan secara ex-
situ. Tanah tersebut diaplikasi dengan mikroorganisme dominan dan
ditambahkan kompos EM4 yang mengandung bakteri sebesar (20%).
Pemeliharaan tanah ditambah pupuk NPK dan disiram setiap hari untuk
menjaga kelembaban. Kemudain setiap bulan di analisis kandungan logam
berat dengan metode TCLP (Toxicity Characteristic Leaching Procedure) dan
diukur menggunakan AAS (Atomic Absorption Specthrphotometer).
Hasilnya terdapat beberapa jenis bakteri yang mampu mendegradasi
logam berat dengan cara menyerap logam berat tersebut ke dalam sel-selnya
sehingga logam tersebut tidak dapat bergerak ke dalam tanah lebih jauh lagi.
Bakteri Bacillus mempunyai kemampuan untuk mendegradasi logam seperti
Cu, Fe, Zn, Ni dan Pb.
D. TEKNIK BIOREMEDIASI
Polutan dapat tersebar dengan mudah di lingkungan terestrial dan akuatik.
Namun dengan bantuan beberapa mikroorganisme polutan dapat diremediasi. Adapun
teknik yang berperan dalam bioremediasi di lingkungan terestrial dan akuatik adalah
sebagai berikut.
1. Teknik bioremediasi di lingkungan terrestrial
Lingkungan terestrial atau tanah apabila tercemar oleh polutan maka akan
merusak lingkungan dan mempengaruhi kehidupan mahluk hidup. Secara umum
untuk menghilangkan polutan pada tanah tersebut, ada beberapa teknik
bioremediasi yang digunakan, yaitu sebagai berikut.
a) Composting
Pada teknik ini, bahan-bahan yang tercemar dicampur dengan bahan
organik padat yang relatif mudah terombak, dan diletakkan membentuk suatu
tumpukan. Bahan organik yang dicampurkan dapat berupa limbah pertanian,
14
pencampur untuk menurunkan kandungan bahan pencemar (8) Dari hasil uji
kemudian dilakukan revegetasi (EPA US, 2016). Salah satu contoh dari hasil
teknik biopile adalah pada penelitian Bioremediasi Limbah Minyak Bumi
dengan Teknik Biopile di Lapangan Klamono Papua ditemukan bahwa bakteri
petrofilik lokal mampu menurunkan TPH sebesar 91,04% selama enam
minggu, sehingga bakteri petrofilik lokal efektif sebagai agen biologis pada
proses bioremediasi limbah minyak bumi dengan metode biopile.
c) Landfarming
Landfarming sering juga disebut dengan landtreatment atau
landapplication. Cara ini merupakan salah satu teknik bioremediasi yang
dilakukan di permukaan tanah. Prosesnya memerlukan kondisi aerob, dapat
dilakukan secara in-situ maupun ex-situ. Beberapa faktor yang perlu
diperhatikan dalam melakukan teknik ini, yaitu kondisi lingkungan, sarana,
pelaksanaan, sasaran dan biaya. Untuk tanah tercemar, tanah hendaknya
memiliki konduktivitas hidrolik sedang seperti lanau (loam) atau lanau
kelempungan (loamy clay). Apabila diterapkan pada tanah lempung dengan
kandungan clay lebih dari 70% akan sulit dilaksanakan. Hal ini disebabkan sifat
lempung yang mudah mengeras apabila terkena air. Kegiatan landfarming
dapat dilakukan secara ex-situ maupun in-situ. Namun bila letak tanah tercemar
jauh diatas muka air (water table) maka landfarming dapat dilakukan secara in-
situ. Pencemar yang tersusun atas bahan yang mempunyai penguapan rendah
masih sesuai untuk ditangani secara landfarming. Bahan pencemar yang mudah
menguap tidak cocok menggunakan teknik ini karena dilakukan secara terbuka
(EPA, 2014).
Kemungkinan pelaksanaannya apabila tersedia lahan, alat berat untuk
menggali dan meratakan tanah, serta kondisi lingkungan yang mendukung.
Apabila ini dipenuhi, maka memungkinkan untuk diterapkan teknik
landfarming secara ex-situ. Kondisi lingkungan; iklim di lingkungan tempat
kegiatan landfarming sangat mempengaruhi proses. Apabila dilaksanakan
secara ex-situ, tanah tercemar yang diambil dari lokasi yang tercemar
16
dibersihkan terlebih dahulu dari batu-batu dan bahan lain. Selanjutnya tanah
dicampur dengan nutrien dan pHnya diatur. Penambahan nutrient juga disebut
biostimulation. Pada jenis tanah tertentu, perlu ditambahkan bahan penyangga
berupa serbuk gergaji, kompos, atau bahan organik lain untuk meningkatkan
porositas dan konduktivitas hidrolik. Setelah tercampur, tanah ditebarkan di
lahan pengolah (EPA, 2014). Salah satu contoh dari hasil teknik landfarming
yaitu pada penelitian penggunaan Biokompos dalam Bioremediasi Lahan
Tercemar Limbah Minyak Bumi di dapatkan hasil bahwa penambahan kompos
dan urea dapat meningkatkan efisiensi degradasi TPH dan diperoleh hubungan
positif antara jumlah penambahan kompos dan urea terhadap tingkat degradasi
TPH.
2. Teknik bioremediasi di lingkungan akuatik
Lingkungan akuatik atau perairan apabila tercemar oleh polutan juga akan
merusak lingkungan dan mempengaruhi kehidupan mahluk hidup. Oleh sebab
itu, bioremediasi juga dilakukan di lingkungan akuatik atau perairan. Namun
bioremediasi yang dilakukan di perairan cukup sulit karena terdapat beberapa
faktor pembatas, antara lain :
a. Jumlah bakteri (semakin lama waktu degradasi, maka semakin tinggi total
bakteri sampai batas tertentu sebelum terjadi fase kematian).
b. Suhu air laut yang rendah.
c. Kurangnya sumber nitrogen dan garam fosfat yang diperlukan untuk
pertumbuhan bakteri menyebabkan degradasi alami yang dilakukan bakteri
terjadi dalam waktu lama.
Pencemaran yang paling sering terjadi pada lingkungan akuatik adalah di
laut, dengan jenis polutannya minyak bumi. Ketika minyak masuk ke lingkungan
laut, maka minyak tersebut dengan segera akan mengalami perubahan secara
fisik dan kimia. Adapun bioremediasi yang bisa diterapkan pada tumpahan
minyak yaitu sebagai berikut.
a. Nutrient Enrichment
17
pestisida dan herbisida, maupun nutrisi dalam air seperti nitrogen dan fosfat
pada perairan tergenang (Great Lakes Bio Systems. Inc. Co Orb-3.com/).
Pengembangan IPTEK dalam bioremediasi untuk detoksifikasi atau
menurunkan polutan dalam pengendalian pencemaran air telah menjadikan
metoda ini menjadi lebih menguntungkan dibandingkan dengan metoda yang
menggunakan bahan kimia. Bahkan, saat ini, flokulan umum yang berbahan
baku Alam untuk menurunkan bahan pencemar air sungai telah bisa
digantikan dengan bioflokulan yang mikroorganismanya diisolasi dari proses
lumpur aktif dan diketahui dapat menurunkan turbiditi sebesar 84-94%). Selain
itu, kehandalan mikroba termasuk diantaranya bakteri, jamur, dan protozoa
dalam pengolahan air limbah dan peranannya dalam menjaga
keseimbangan ekologis perairan sudah banyak dielaborasi (Hamdiyati,
2013).
Lebih lanjut mikroorganisme yang digunakan biasanya yang
menempel, mikroorganisme ini keberadaannya menempel pada suatu
permukaan misalnya pada batuan ataupun tanaman air. Selanjutnya
diaplikasikan pada Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPA) misalnya dengan
sistem trickling filter. Selama pengolahan aerobik air limbah domestik, genus
bakteri yang sering ditemukan berupa Gram-negatif berbentuk batang
heterotrofik organisme, termasuk Zooglea, Pseudomonas, Chromobacter,
Achromobacter, Alcaligenes dan Flavobacterium. Filamentous bakteri seperti
genera Beggiatoa, Thiotrix dan Sphaerotilus juga ditemukan dalam biofilm,
sebagaimana organisme seperti genera Beggiatoa, Thiotrix dan Sphaerotilus
juga ditemukan dalam biofilm, sebagaimana organisme seperti Nitrosomonas
dan nitrifikasi Nitrobacter. (Priadie, 2012).
2. Bioremediasi dalam Tanah
Pada tahun 90-an, penanganan dan pengelolaan limbah padat di
industri kertas umumnya dibuang secara timbunan terbuka (open dumping) di
lokasi sekitar pabrik. Menurut Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup
No. 33 Tahun 2009 (pasal 3) tentang Tata Cara Pemulihan Lahan
19
kemampuan mikroba untuk mengubah logam yang semula aktif menjadi tidak
aktif, (Sugesti, dkk., 2011)
F. KELEBIHAN DAN KEKURANGAN BIOREMIDIASI
Suatu metode pasti memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing, di
mana kekurangan tersebut pasti sudah dipertimbangkan dan diminimalisir. Pada
penerapan bioremediasi memiliki kelebihan dan kekurangan sebagai berikut.
1. Kelebihan Bioremidiasi
Menurut Cookson (1995), kelebihan bioremediasi sebagai berikut.
a. Proses pelaksanaan dapat dilakukan langsung di daerah tersebut
dengan lahan yang terbatas.
b. Mengubah polutan bukan hanya memindahkannya.
c. Proses degradasi dapat dilaksanakan dalam jangka waktu yang cepat.
d. Bioremediasi sangat aman digunakan karena menggunakan
mikroba yang secara alamiah sudah ada dilingkungan (tanah).
e. Bioremediasi tidak menggunakan/menambahkan bahan kimia
berbahaya.
f. Teknik pengolahannya mudah diterapkan dan murah biaya.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
1. Bioremediasi adalah sebagai suatu proses pemanfaatan organisme untuk
mengendalikan kadar kontaminasi supaya berada di bawah standar yang telah
ditentukan atau dalam kata lain menjadi tidak berbahaya. Bioremediasi terdiri
dari proses biodegradasi, biokatalis, dan biotransformasi.
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi bioremediasi adalah populasi organisme,
nutrisi, dan lingkungan meliputi suhu, pH, oksigen, dan kadar air.
3. Jenis-jenis bioremediasi terdiri dari a) biostimulasi yaitu yaitu suatu proses
yang dilakukan melalui penambahan zat gizi tertentu yang dibutuhkan oleh
mikroorganisme atau menstimulasi kondisi lingkungan sedemikian rupa agar
mikroorganisme tumbuh dan beraktifitas lebih baik, b) Bioagumentasi yaitu
penambahan produk mikroba tertentu ke dalam limbah untuk meningkatkan
efisiensi dalam pengolahan limbah secara biologi, dan c) Bioremediasi
Intrinsik yaitu jenis bioremediasi yang terjadi secara alami (tanpa campur
tangan manusia) dalam air ataupun tanah yang tercemar limbah.
4. Teknik bioremediasi terdiri dari teknik teresterial misalnya
composting,biopile, landfarming. Sedangkan teknik bioremediasi di
lingkungan akuatik misalnya nutrient enrichment, seeding with naturally
occuring microorganisms, dan seeding with genetically enginineered
microorganisms (GEM). Contoh bioremediasi adalah Bioremediasi Limbah
Minyak Bumi dengan Teknik Biopile di Lapangan Klamono Papua.
5. Kekurangan bioremediasi diantaranya pengotornya bersifat toksik, tidak
semua bahan kimia dapat dibioremediasi, membutuhkan lokasi tertentu,
membutuhkan pemantauan ekstensif. Sedangkan kelebihannya adalah biaya
yang murah, aman, tidak menggunakan bahan kimia.
21
22
DAFTAR PUSTAKA