Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH BIOTEKNOLOGI

“BIOTEKNOLOGI TANAMAN I”

Di Susun
Oleh : Kelompok 4
Fadel Muhammad (17031123)
Nelda Anda Yeni (17031066)
Rahma Yuliani (17031174)
Sagita Nea Rahmi (17031182)
Sisi Indriani (17031184)
Zara Latifa (17031197)

Dosen Pengampu :
Dr. Irdawati, S.Si, M.Si

JURUSAN BIOLOGI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI PADANG

2019
BIOTEKNOLOGI TANAMAN I

PENGERTIAN KULTUR JARINGAN


Kultur jaringan atau Kultur In Vitro atau Tissue Culture merupakan salah satu cara untuk
memperbanyak tanaman secara vegetatif. Jika diterjemahkan per kata, maka kultur artinya
budidaya dan jaringan yang artinya sekelompok sel yang mempunyai bentuk dan fungsi yang
sama. Kultur jaringan merupakan teknik perbanyakan tanaman dengan cara mengisolasi bagian
tanaman seperti daun, mata tunas, maupun organ-organ tumbuhan dan menumbuhkan bagian-
bagian tersebut dalam media buatan serta tempat steril yang kaya nutrisi tumbuh dalam wadah
tertutup (in vitro) yang tembus cahaya sehingga bagian tanaman dapat memperbanyak diri dan
bergenerasi menjadi tanaman lengkap. Tanaman pertama yang diperbanyak secara besar-besaran
merupakan anggrek. Menyusul setelahnya tanaman hias dan tanaman holtikultura lainnya
sedangkan yang terakhir merupakan perbanyakan tanaman kehutanan. Teknik kultur jaringan
kemudian berkembang menjadi sarana penelitian di bidang fisiologi tanaman dan aspek-aspek
biokimia tanaman. Sekarang ini, teknik kultur jaringan telah mengalami banyak perkembangan
dan penyempurnan. Teknik ini juga telah digunakan dalam industry tanaman, seperti tanaman
tanpa biji, tanaman dengan pertumbuhan yang lambat atau tanaman hibrida. Sumber eksplan
dapat diambil dari tanaman dewasa walaupun tanaman muda lebih baik untuk digunakan,
tanaman hasil cangkokan dan tanaman seedling.

PRINSIP KULTUR JARINGAN


Ilmu yang mendasari kultur jaringan merupakan botani, penyakit tumbuhan, fisiologi tumbuhan,
biologi sel tumbuhan dan genetika tumbuhan. Dalam prinsip kultur jaringan juga tak luput dari
prinsip ilmu tersebut sehingga berkesinambungan satu dengan yang lainnya. Pelaksanaan teknik
kultur jaringan berdasarkan teori sel yang dikemukakan oleh scheiden dan schwan yaitu bahwa
sel mempunyai kemampuan totipotensi. Teori Totipotensi Sel (Total Genetic Potential) ini
merupakan dasar dari kultur jaringan. Totipotensi sel merupakan potensi genetik setiap sel
seperti sel zigot yaitu mampu memperbanyak diri dan berdiferensiasi menjadi tanaman lengkap
dan sempurna apabila diletakkan pada lingkungan yang sesuai. Totipotensi yaitu kemampuan
setiap sel tumbuhan untuk menjadi individu yang sempurna.
Pada tahun 1969, F.C. Steward mengkaji ulang teori tersebut dengan menggunakan objek
empulur wortel. Dengan cara mengambil satu sel empulur wortel, steward bisa
menumbuhkannya menjadi individu wortel. Pada tahun 1954, kultur jaringan dipopulerkan oleh
Muer, Hildebrandt, dan Riker.
Prinsip kultur jaringan pada tanaman ada dua hal,yaitu:

 Mengisolasi bagian dari tanaman dari tanaman induk ke tempat steril


 Menumbuhkan dan mengembangkan bagian tanaman tersebut pada media yang
kondisinya mendorong pertumbuhan bagian tanaman tersebut

Kedua hal tersebut di atas dilakukan dalam kondisi steril dan bebas hama. Eksplan tumbuhan
yang digunakan biasanya yang masih muda tetapi bisa juga menggunakan eksplan dari tumbuhan
yang tua. Respon pertama dari organ tumbuhan yaitu terbentuknya jaringan penutup luka, sel-
selnya terus membelah, jika pembelahannya tidak terkendali akan membentuk massa sel yang
tidak terorganisir atau disebut dengan kalus. Sel-sel kalus ini berbeda dengan sel-sel eksplannya,
sel-sel menjadi tidak terdiferensiasi, proses ini disebut dediferensiasi atau kembali ke keadaan
tidak terdiferensiasi dan terus aktif dalam melakukan pembelahan. Laju pertumbuhan sel di
dalam kultur akan menurun setelah beberapa waktu karna menyusutnya kadar nutrisi pada
eksplan. Untuk itu dilakukan subkultur yaitu pemindahan sel-sel jaringan ke medium baru untuk
mempertahankan laju pertumbuhan sel-sel agar tetap konstan.

FUNGSI KULTUR JARINGAN


Berikut beberapa fungsi kultur jaringan ;

 Untuk memperbanyak tanaman secara vegetatif


 Untuk pemuliaan tanaman dan menghasilkan tanaman dengan genetic baru yang sudah
diperbaiki dengan pencampuran jenis
 Untuk mempelajari fisiologi tanaman dan hubungannnya dengan penyakit tanaman
 Untuk mempelajari biokimia tanaman, yaitu untuk memperoleh senyawa metabolit
sekunder (nikotin, gosipol, steroid dan lain sebagainya).
 Menghasilkan tanaman baru dengan cepat
D. JENIS KULTUR JARINGAN
Kultur jaringan pada tanaman dibedakan menjadi beberapa golongan berdasarkan bahan tanaman
yang dipakai, yaitu:
1. Kultur Embrio
Kultur embrio merupakan isolasi dan pertumbuhan aseptic embrio zigotik mature dan immature
yang bertujuan mendapatkan tanaman yang viabel. Kultur embrio belum cukup tua yang diambil
dari biji dengan dua macam aplikasi. Pertama sekali, inkompatibilitas pada beberapa spesies atau
kultivar yang timbul setelah pembentukan embrio akan menyebabkan aborsi. Kultur ini dapat
mengatasi aborsi embrio karna hambatan inkompatibilitas. Mempercepat siklus pemuliaan
melalui pengkulturan in vitro bagi embrio yang lambat berkembang.
2. Kultur endosperm
Yang diharapkan dari tanaman ini yaitu menghasilkan tanaman triploid. Dalam pengerjaan kultur
ini yang pertama kali dilakukan merupakan mnginduksi endosperm agar terbentuk kalus,
selanjutnya diusahakan agar terjadi diferensiasi, yaitu memacu terjadinya tunas dan akar.

3. Kultur Ovari
Kultur ovari merupakan kegiatan yang menghasilkan tanaman haploid. Eksplan yang biasa
digunakan untuk inisiasi kultur embrionik somatic. Kultur ini dapat mengatasi aborsi embrio
hibrida pada tahap perkembangan awal karena hambatan inkompatibilitas. Fertilisasi secara in
vitro untuk memproduksi hibrida yang berkerabat jauh mencegah inkompatibilitas stigma dan
stilus yang menghambat perkecambahan polen dan pertumbuhan tabung polen.

4. Kultur Protoplas
Kultur ini merupakan isolasi steril protoplas (sel-sel muda yang telah dilepas dinding selnya
menggunakan enzim). Biasanya kultur ini ditujukan untuk hibridisasi somatic. Kultur ini
biasanya disebut sebagai kultur supensi, karena terdiri dari medium cair dan sel- sel agregat yang
didispersi, karena medianya selalu digoyang. Selama inkubasi jumlah sel tersebut meningkat
sampai titik maksimum.
5. Kultur Organ
Kultur organ merupakan kultur yang dapat menggunakan setiap organ tumbuhan sebagai eksplan
untuk menginisiasi kultur seperti ujung pucuk, tunas aksilar, ujung akar, hipokotil dan embrio.

6. Kultur Biji
Kultur biji atau seed culture berguna untuk meningkatkan efesiensi perkecambahan biji yang
sulit berkecambah secara in vivo. Juga dapat mempercepat perkecambahan melalui aplikasi zat
pengatur tumbuh (hormone). Produksi bibit yang bebas h dan p untuk eksplan atau kultur
meristem.

7. Kultur Kalus
Kultur ini merupakan induksi dan pertumbuhan aseptic kalus secara in vitro. Kalus biasanya
terdiri dari dari kumpulan sel parenkim yang lepas tidak berbentuk dan berasal dari sel- sel yang
sedang aktif ditanaman induk. Faktor pendorong yang berperan dalam repoduksi kalus
merupakan hormon auksin dan sitokinin. Dengan menggunakan teknik kultur jaringan, kalus
dapat dibentuk oleh jaringan tanaman yang biasanya tidak mampu membentuk kalus. Bahan
tanaman yang dipakai dalam kultur kalus merupakan jaringan vaskuler kambium, parenkim,
perikel dari akar, kotilidon, mesophil dan jaringan provaskuler. Pertumbuhan kalus secara umum
dalam kultur jaringan melibatkan hubungan yang sangat komplek antara bahan tanaman yang
digunakan, komposisi media dan kondisi lingkungan selama masa inkubasi. Hasil dari kultur
kalus merupakan varian genetic baru yang berguna dan memproduksi produk kimia yang
bermanfaat.

8. Kultur Meristem (Shoot Apex)


Menurut Cutter (1965) dibedakan antara meristem pucuk (apical meristem) dan tunas pucuk
(Shoot apex). Meristem pucuk merupakan titik tumbuh, sedangkan tunas pucuk merupakan titik
tumbuh ditambah beberapa daun primordia. Kultur pucuk ini bermanfaat bila digunakan untuk
meminimalisir penyakit dari tanaman, misalnya untuk mendapatkan tanaman yang bebas virus
pada dahlia dan kentang. Karena titik tumbuh merupakan bagian yang belum mempunyai
jaringan vaskuler, sehingga virus atau penyakit lain belum bisa ditranslokasikan di daerah tunas
tersebut. Beberapa faktor nutrisi yang berperan dalam keberhasilan kultur meristem yaitu
hormone auksin, sitokinin dan hormone lainnya yang membantu pertumbuhan dan
perkembangan tumbuhan.
Kultur meristem maupun kultur pucuk bisa dilakukan dalam media padat maupun cair. Bila
menggunakan media cair, bisa juga diberi kertas saring yang dilipat seperti huruf M, dan ujung
kaki lipatas dikenakan cairan media sehingga hanya rembesan media yang digunakan oleh bahan
tanaman yang diletakkan di ujung lipatan kertas.

9. Kultur Anther dan Pollen


Tujuan kultur anther dan pollen merupakan untuk menghasilkan tanaman haploid dari spora yang
monoploid, mikro spora atau serbuk sari yang belum masak, penting untuk tujuan pemuliaan.
Juga dapat berhasil hampir pada berbagi jenis spesies. Produksi galur-galur diploid homozigot
melalui penggandaan kromosom dengan demikian mereduksi waktu yang dibutuhkan untuk
memproduksi galur inbred. Tanaman haploid yang sudah dihasilkan kemudian digandakan
dengan colenkim atau dengan teknik regenerasi menjadi diploid homozygote yang fertil.

METODE KULTUR JARINGAN


Metode kultur jaringan dikembangkan untuk membantu memperbanyak tanaman, khususnya
untuk tanaman yang sulit dikembangbiakkan secara generatif. Tahapan yang dilakukan dalam
perbanyakan tanaman dengan teknik kultur jaringan merupakan:

1. Pembuatan media
Media merupakan faktor penentu dalam perbanyakan dengan kultur jaringan. Komposisi media
yang digunakan tergantung dengan jenis tanaman yang akan diperbanyak dan harus steril. Media
yang digunakan biasanya terdiri dari garam mineral, vitamin, dan hormon. Selain itu, diperlukan
juga bahan tambahan seperti agar, gula, dan lain-lain untuk membantu pertumbuhan tumbuhan.
Hormon tumbuhan yang ditambahkan juga bervariasi, baik jenisnya maupun jumlahnya,
tergantung dengan tujuan dari kultur jaringan yang dilakukan. Media yang sudah jadi
ditempatkan pada tabung reaksi atau botol-botol kaca. Ada dua penggolongan media tumbuh
yaitu padat (berupa padatan gel sperti agar) dan cair(nutrisi yang dilarutkan dalam air).
2. Inisiasi
Inisiasi merupakan pengambilan eksplan dari bagian tanaman yang akan dikulturkan. Bagian
tanaman yang sering digunakan untuk kegiatan kultur jaringan merupakan tunas. Tetapi juga bisa
dilakukan dengan organ-organ lainnya serta dari potongan yang berasal dari kecambah atau
jaringan tanaman dewasa yang mengandung jaringan meristem.

3. Sterilisasi
Sterilisasi merupakan segala kegiatan dalam kultur jaringan harus dilakukan di tempat yang
steril, yaitu di laminar flow dan menggunakan alat-alat yang juga steril. Sterilisasi juga dilakukan
terhadap peralatan, yaitu menggunakan etanol yang disemprotkan secara merata pada peralatan
yang digunakan. Teknisi yang melakukan kultur jaringan juga harus steril. Biasanya medianya
disterilkan dengan zat tertentu dan dibakar.

4. Multiplikasi
Multiplikasi merupakan kegiatan memperbanyak calon tanaman dengan menanam eksplan pada
media. Kegiatan ini dilakukan di laminar flow untuk menghindari adanya kontaminasi yang
menyebabkan gagalnya pertumbuhan eksplan dan diletakkan pada rak-rak dan ditempatkan di
tempat yang steril pada suhu kamar.

5. Pengakaran
Pengakaran merupakan fase dimana eksplan akan menunjukkan adanya pertumbuhan akar yang
menandai bahwa proses kultur jaringan yang dilakukan mulai berjalan dengan baik. Diamati
setiap hari untuk melihat pertumbuhan dan perkembangan akar serta untuk melihat adanya
kontaminasi oleh bakteri ataupun jamur yang ditandai dengan eksplan menjadi berwarna putih
atau biru (disebabkan jamur) atau busuk (disebabkan bakteri).

6. Aklimatisasi
Aklimatisasi merupakan kegiatan memindahkan eksplan keluar dari ruangan, masa adaptasi
tanaman hasil pembiakan secara kultur jaringan yang semula kondisinya terkendali (in vitro),
kemudian berubah pada lingkungan lapangan yang kondisinya tidak terkendali lagi (ex vitro).
Disamping itu tanaman juga harus mengubah pola hidupnya dari tanaman heterotrof ke autotrof.
Dibantu dengan pemasangan sungkup atau penutup. Setelah bibit mampu beradaptasi dengan
lingkungan barunya maka secara bertahap sungkup dilepaskan dan pemeliharaan bibit dilakukan
dengan cara yang sama dengan pemeliharaan bibit generatif.

F. FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KULTUR JARINGAN


1. Genotip
Tanaman dikotil dan monokotil berbeda dalam pertumbuhannya. Tanaman dikotil lebih mudah
dikembangkan dalam kultur jaringan. Pertumbuhan tumbuhan secara in vivo, juga mudah secara
in vitro. Tetapi sebaliknya yang bisa dilakukan secara in vitro tidak dapat secara in vivo.
2. Media
Komposisi media, zat pengatur tumbuhan dan media yang digunakan baik padat maupun cair
sangat mempengaruhi pertumbuhan tumbuhan dalam kultur jaringan
3. Faktor lingkungan
Faktor lingkungan yang mencolok merupakan ph, temperature, kelembaban dan cahaya
mempengaruhi perkembangan dan pertumbuhan.
4. Ukuran container (botol ukur)
Berkaitan dengan konsentrasi oksigen dan karbondoiksida etilen atau senyawa lainnya di ruang
sisa dalam container.
5. Umur tanaman dan jaringan
Jaringan embrionik mempunyai kemampuan regenerasi lebih besar, misalnya biji dan embrio.
Makin tua umur tanaman kemampuannya dalam regenerasi semakin menurun. Rejuvenasi atau
peremajan tanaman, dapat menghasilkan tunas-tunas yang dapat dipakai sebagai sumber eksplan.
6. Tahap fisiologis
Eksplan yang diambil pada tahap vegetative lebih mudah mengalami regenerasi secara in vitro
dibanding diambil pada tahap generative.
7. Kesehatan tanaman
Eksplan yang diambil dari tanaman yang sehat akan tumbuh lebih baik selama in vitro
8. Pengaruh musim
Musim, mempengaruhi baik buruknya pertumbuhan eksplan, ada kaitannya dengan cadangan
makanan yang tersimpan, dormansi, pertumbuhan dan sebagainya.
9. Kondisi pertumbuhan
Tanaman yang tumbuh di rumah kaca, mengalami etiolasi dan baik jika dipakai sumber eksplan.
10. Posisi eksplant pada tanaman
Semakin tinggi posisi sumber eksplan pada pohon, kemungkinan terbentuknya akar adventif
makin rendah.
11. Ukuran eksplan
Ukuran eksplan yang lebih besar lenih mudah tumbuh dan beregenerasi, karena persediaan
cadangan makanan yang dimiliki lebih besar. Kadang-kadang menyebabkan nutrisi pada media
tidak berpengaruh. Pada kultur jaringan tertentu, diperlukan ukuran eksplan yang kecil untuk
diperoleh pertumbuhan yang diinginkan misalnya pada kultur meristem.
12. Pelukaan
Luas pelukaan pada eksplan mempengaruhi pertumbuhan dan jumlah nutrisi yang dapat diserap
dari luka meningkatkan produksi etilen.
13. Metode inokulasi
Letak eksplan yangdiletakkan terbalik atau apolar, pertumbuhan akar adventif dan tunas lebih
mudah dan cepat, dibandingkan tumbuhan normalnya.
14. Pemeliharaan
Kalus yang diletakkan di tengah-tengah populasi sel, akan mengeluarkan substansi ke medium
yang akan member pengaruh positif pada pembelahan sel
15. Preparasi
Persiapan tanaman yang akan dipakai sebagai sumber eksplan dan sterilisasinya baik perlakuan
hormone atau nutrisi untuk menghasilkan eksplan yang dapat tumbuh dengan baik.

KEUNTUNGAN DAN KERUGIAN KULTUR JARINGAN


1. Keuntungan Kultur Jaringan

 Pengadaan bibit tidak tergantung musim dan dapat dilakukan sepanjang tahun.
 Bibit dapat diproduksi dalam jumlah banyak dengan waktu yang relatif lebih cepat (dari
satu mata tunas yang sudah respon dalam 1 tahun dapat dihasilkan minimal 10.000
planlet/bibit)
 Bibit yang dihasilkan seragam atau identik dengan induk
 Bibit yang dihasilkan bebas penyakit (menggunakan organ tertentu)
 Biaya pengangkutan bibit relatif lebih murah dan mudah
 Dalam proses pembibitan bebas dari gangguan hama, penyakit, dan deraan lingkungan
lainnya.
 Metabolit sekunder tanaman segera didapat tanpa perlu menunggu tanaman dewasa
 Dapat memperbanyak tanaman langka dalam waktu singkat
 Dapat menghasilkan senyawa metabolit sekunder yang berguna dalam bidang farmasi.

2. Kerugian kultur Jaringan

 Bibit hasil kultur jaringan sangat rentan terhadap hama penyakit dan udara luar
 Kultur jaringan dinilai mahal dan sulit.
 Membutuhkan modal ivestasi awal yang tinggi untuk bangunan (laboratorium khusus),
peralatan dan perlengkapan.
 Diperlukan persiapan teknisi yang handal untuk mengerjakan perbanyakan kultur
jaringan agar dapat memperoleh hasil memuaskan.

CONTOH KULTUR JARINGAN PADA TANAMAN

Sesuai dengan namanya, teknik kultur jaringan menggunakan potongan jaringan tanaman dan
menumbuhkannya dalam medium bernutrisi. Istilah kultur jaringan (tissue culture) digunakan
secara lebih luas untuk mencakup beberapa variasi, seperti kultur meristem untuk propagasi
tanaman bebas virus (contoh: anggrek, stroberry, anggur, dan kentang), kultur protoplas,
suspensi sel, kultur jaringan dan organ (Gamborg, 2002), serta kultur pollen untuk menghasilkan
tanaman haploid (Guha dan Meheshwari, 1966). Secara umum, tujuan dari pemuliaan tanaman
menggunakan teknik kultur jaringan dapat diperoleh dengan cara:
1. Inisiasi dan penumbuhan kultur.
2. Melakukan modifikasi tertentu yang mencakup propagasi klon, eliminasi virus, seleksi
varietas dan transformasi genetik.
3. Regenerasi tanaman dengan modifikasi yang diinginkan
DAFTAR PUSTAKA

Asnawati, Wattimena GA, Machmud M, Purwito A. 2002. Studi regenerasi dan


produksi protoplas mesofil daun beberapa klon tanaman kentang
(Solanum tumberosum L.) Buletin Agronomi 20 (3):87-91.

Hartman HT, Kester DE, Davis-Jr FT. 1990. Plant Propagation: Principles and
Practices. New Jersey: Practice-Hall International, Inc.

Santoso U, Nursandi F. 2003. Kultur Jaringan Tanaman. Malang: Universitas


Muhammadiya Malang Press.

Suryowinoto M. 1991. Pemuliaan Tanaman secara In Vitro. Yogyakarta:


Kanisius.

Zulkarnaen. 2009. Kultur Jaringan Tanaman: Solusi Perbanyakan Tanaman Budi


Daya. Jakarta: Bumi Aksara

Anda mungkin juga menyukai