Uploaf
Uploaf
PENDAHULUAN
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 DEFINISI
Secara normal, ruang pleura mengandung sejumlah kecil cairan sekitar 5
sampai 15 ml yang berfungsi sebagai pelumas yang memungkinkan permukaan
pleura bergerak tanpa ada gesekan. Efusi pleura adalah suatu keadaan dimana
cairan terkumpul pada ruang antara lapisan parietal dan visceral dari pleura akibat
peradangan. Penumpukan cairan disebabkan oleh proses penyakit primer yang
jarang terjadi tetapi biasanya merupakan penyakit sekunder terhadap penyakit lain.
Cairan dalam pleura berupa transudat atau eksudat yang diakibatkan terjadinya
ketidakseimbangan antara produksi dan absorpsi di kapiler dan pleura visceral 1.
Efusi pleura bukanlah diagnosis namun hanya merupakan komplikasi dari penyakit
lain.
2.2 EPIDEMIOLOGI
Langkah pertama dalam evaluasi pasien dengan efusi pleura adalah untuk
menentukan apakah cairan efusi adalah transudat atau eksudat. Efusi eksudatif
didiagnosis jika pasien memenuhi kriteria Light. Serum untuk protein cairan pleura
atau gradien albumin dapat membantu mengkategorikan transudat sesekali yang
salah diidentifikasi sebagai eksudat oleh kriteria ini. Jika pasien memiliki efusi
transudatif, terapi harus diarahkan pada penyebab seperti gagal jantung atau sirosis
yang mendasarinya. Jika pasien memiliki efusi eksudatif, upaya harus dilakukan
untuk menentukan etiologic yaitu pneumonia, kanker, tuberkulosis, dan emboli
paru merupakan penyebab sebagian besar efusi eksudatif.
2.5 PATOFISIOLOGI
Pada kondisi normal dalam rongga pleura terdapat cairan sekitar 15ml
namun jika cairan yang terbentuk dalam rongga pleura melebihi 15 ml maka akan
diabsorbsi dalam pleura dan disebutkan efusi pleura.
Agar cairan pleura terakumulasi untuk membentuk efusi, kemungkinan
bahwa tingkat masuknya cairan harus meningkat dan tingkat cairan dikeluarkan
harus menurun. Jika hanya ada peningkatan dengan jumlah cairan masuk, maka
akan membutuhkan kecepataan lebih dari 30 kali normal untuk melebihi kapasitas
cadangan limfatik; jika jumlah cairan keluar menurun, diperlukan lebih dari satu
bulan dengan jumlah 12 mL per hari cairan keluar untuk menghasilkan efusi yang
dapat dideteksi oleh x-ray thoraks 3. Keseimbangan antara produksi dan absorbsi
bisa terjadi karena adanya tekanan hidrostatik sebesar 9 cm H2o dan tekanan
osmotic koloid sebesar 10 cm H2o. Jadi, dalam pemandangan klinis, kemungkinan
besar pada pasien dengan efusi terdapat keadaan dimana akumulasi cairan pleura
berlebih yang diakibatkan oleh perubahan atau ketidakseimbangan dengan proses
tersebut.
Berikut adalah hasil pemeriksaan fisik dengan hubungan pada volume cairan
yang ditemukan di rongga pleura:
Volume cairan pleura Gambaran klinis
<250-300 cm3 Kemungkinan masih normal
500 cm3 1. Redup pada perkusi.
2. Taktil fremitus menurun atau
melemah.
3. Pernafasan versikuler tetapi
intersitas menurun.
Gambar 6 – Posisi lateral decubitus kiri pada pasien yang sama dengan cairan pleura dalam
jumlah banyak
Pada kasus efusi pleura masif, seluruh hemitoraks akan terdapat
bayangan opasitas. Pada foto tersebut, pergeseran mediastinum dapat
mengidentifikasi penyebab efusi pleura tersebut. Dengan tidak adanya paru
atau mediastinum yang sakit, akumulasi cairan yang besar akan mendorong
mediastinum ke kontralateral. Ketika mediastinum bergeser ke arah efusi
kemungkinan kelainannya adalah di paru dan bronkus utama atau adanya
obstruksi atau keduanya. Ketika mediastinum tetap di medial kemungkinan
penyebabnya adalah tumor.
Gambar 7 – chest radiograph dengan efusi pleura masif kanan
2) CT scan thoraks
CT scan toraks lebih sensitif dibandingkan dengan foto toraks biasa
untuk mendeteksi efusi pleura karena dengan pemeriksaan CT scan dapat
mendeteksi efusi yang sangat minimal dengan volume kurang dari 10 mL
dan mungkin dari volume sekecil 2 mL cairan di ruang pleura.dan mudah
menilai luas, jumlah, dan lokasi dari efusi pleura yang terlokalisir. Pada
gambaran CT scan toraks, cairan yang mengalir bebas akan membentuk
seperti bulan sabit dapa daerah paling bawah, sedangkan penumpukan
cairan yang terlokalisir akan tetap berbentuk lenticular dan relatif tetap
berada dalam ruang tersebut. Selain itu, CT scan toraks dapat digunakan
untuk menilai penebalan pleura, ketidakteraturan, dan massa yang
mengarah keganasan dan penyakit – penyakit lain yang menyebabkan efusi
pleura eksudatif. Dengan menggunakan zat kontras intra vena, CT scan
toraks dapat membedakan penyakit parenkim paru, seperti abses paru.
Emboli paru juga dapat terdeteksi dengan menggunakan zat kontras intra
vena.
3) Ultrasonography (USG)
USG toraks merupakan prosedur yang mudah dilakukan dan
merupakan tindakan yang tidak invasif dan dapat dilakukan di tempat tidur
pasien. USG toraks lebih unggul daripada foto toraks dalam mendiagnosis
efusi pleura dan dapat mendeteksi efusi pleura sekecil 5ml. Meskipun
beberapa hal yang detail hanya bisa terlihat pada CT scan, USG dapat
mengidentifikasi efusi yang terlokalisir, membedakan cairan dari penebalan
pleura, dan dapat membedakan lesi paru antara yang padat dan cair. USG
juga dapat digunakan untuk membedakan penyebab efusi pleura apakah
berasal dari paru atau dari abdomen. Keuntungan dari penggunaan USG
toraks untuk menilai efusi pleura adalah, USG dapat dilakukan di tempat
tidur pasien yang sangat berguna untuk identifikasi cepat lokasi diafragma
dan tingkat interkostal untuk menentukan batas atas efusi pleura.
Gambar 10 – Efusi pleura kanan 7mm, kiri 4mm pada pemeriksaan MRI
breast
5) Torakosentesis diagnostic
Torakosentesis yang dilanjutkan dengan analisis cairan pleura dapat
dengan cepat mempersempit diagnosis banding efusi pleura. Sebagian besar
cairan pleura berwarna kekuningan. Temuan ini tidak spesifik karena cairan
berwarna kekuningan terdapat pada berbagai kasus efusi pleura. Namun
tampilan warna lain efusi pleura dapat membantu untuk mendiagnosis
penyebab efusi pleura 21. Cairan yang mengandung darah dapat ditemukan
pada kasus pneumonia, keganasan, dan hemotoraks. Jika warna cairan
sangat keruh atau seperti susu maka sentrifugasi dapat dilakukan untuk
membedakan empiema dari kilotoraks atau pseudokilotoraks, dan
sebagainya. Setelah dilakukan torakosintesis, cairan harus langsung dikirim
untuk analisis biokimia, mikrobiologi dan pemeriksaan sitologi dimana
akan diperiksa jika ditemukan sel – sel keganasan dalam cairan pleura.
Gambar 11 – Thoracentesis
6) Biopsi pleura
Sebelum efusi pleura tegak didiagnosis dan jika dicurgai disebabkan
oleh keganasan atau nodul pada pleura akan tampak pada CT scan
dengan kontras, maka biopsy jarun dengan tuntutan pemeriksaan CT
merupakan salah satu cara yang tepat untuk menegakan penyebab
keganasan.
2.9 TATALAKSANA
II. Torakosentesis
Torakosentesis merupakan pilihan pertama dan merupakan tindakan
yang sederhana untuk kasus efusi pleura, bukan hanya untuk diagnosis tapi
juga untuk mengurangi gejala yang ditimbulkan akibat efusi pleura
tersebut. Tetapi bagaimanapun juga, torakosintesis yang berulang bukan
pilihan yang tepat untuk penanganan efusi pleura ganas yang progresif.
Torakosintesis hanya mengurangi gejala untuk sementara waktu dan akan
membutuhkan kunjungan yang berulang ke rumah sakit untuk
17,21
melakukannya . Indikasi torakosintesis pada kasus efusi pleura
meliputi indikasi diagnostik dan terapeutik.
Pneumothoraks
Hemopneumotoraks
Ruptur esophagus dengan kebocoran lambung ke rongga pleura
3.0 KOMPLIKASI
I. Identitas Pasien
Nama : Ibu S
Tanggal lahir : 14-07-1973
Usia : 44 tahun
Jenis Kelamin : Wanita
Nomor MR : 00-80-11-68
Tanggal masuk : 06-06-2018
Tanggal pemeriksaan : 07-06-2018
Pendidikan terakhir : SMA
ANAMNESIS
Keluhan utama
Pasien datang dengan keluhan batuk sejak 3 hari sebelum masuk rumah sakit.
Riwayat Kebiasaan
Pasien tidak memiliki kebiasaan merokok, dan minum alkohol.
Riwayat Pengobatan
Pasien tidak mengkonsumsi obat-obatan tertentu.
Keadaan Umum
Kesan sakit : Tampak sakit ringan
Kesadaran : Compos mentis
GCS : E4M6V5
Tinggi Badan : 155 cm
Berat Badan : 62 kg
Tanda-tanda vital
Tekanan darah : 130/80 mmHg
Nadi : 82 x/menit, reguler, equal, isi cukup
Suhu : 37,9°C
Frekuensi nafas : 22 x/menit
Saturasi Oksigen : 99%
Pemeriksaan Khusus
Kepala
Tengkorak : normosefali
Muka : normofasial
Mata
Palpebra : edema palpebra sinistra (-)
Kornea : jernih
Pupil : isokor 2mm, RCL (+/+), RCTL (+/+)
Sklera : ikterik (-)
Konjungtiva : anemis (-)
Telinga : otorrhea (-), serumen (+)
Hidung : rhinorrhea (-), sekret (-), deviasi (-), cuping
hidung (-)
Bibir : sianosis (-), mukosa lembab
Gigi dan gusi : gingivitis (-)
Lidah : coated tongue (-), mukosa merah, simetris
Rongga mulut : oral hygiene baik, bersih
Rongga leher
Faring : hiperemis (-)
Tonsil : hiperemis (-), pembesaran (-)
Kelenjar parotis : pembesaran (-)
Leher
Inspeksi
Kelenjar tiroid : skar (-), pembesaran (-), nodul (-)
Jugular venous pressure : 5±2 mmHg
Palpasi
Kaku kuduk : (-)
Kelenjar tiroid : pembesaran (-), massa (-)
Kelenjar getah bening : massa (-)
Paru
Inspeksi : pengembangan paru simetris pada saat statis dan
dinamis, scar
(-), spider naevy (-)
Palpasi : chest expansion asimetris, taktil vokal fremitus +/+
Perkusi : sonor pada seluruh lapang paru
Auskultasi : suara nafas vesikuler +/+, rhonki -/-, wheezing -/-
Jantung
Inspeksi : ictus cordis tidak terlihat
Palpasi : ictus cordis teraba pada ICS 5 midclavicula
sinistra, heave (-), thrill (-)
Perkusi : tidak dilakukan
Auskultasi : S1 S2 reguler, murmur (-), gallop (-)
Abdomen
Inspeksi : bentuk datar, supel, striae (-), caput medusa (-)
Auskultasi : bising usus (+) normal, metallic sound (-), bruit
aorta (-)
Perkusi : timpani di seluruh lapang abdomen
Palpasi : nyeri tekan ringan (-), massa (-) tidak teraba,
splenomegaly
(-), hepatomegaly (-)
Ekstremitas atas
Look : tidak tampak deformitas , skar (-), edema (-),
muscle wasting
(-), baggy pants (-)
Feel : nyeri tekan (-), akral hangat, CRT < 2 detik
Move : range of movement dalam batas normal
Ekstremitas bawah
Look : tidak tampak deformitas , skar (-), edema (-),
muscle wasting
(-), baggy pants (-)
Feel : nyeri tekan (-), akral hangat, CRT < 2 detik
Move : tidak dilakukan
Kesan
Efusi pleura kiri massif
Follow-up
Pada tanggal 08-06-2018
Terpasang WSD pigtail dengan ujung distal setinggi corpus vertebra Th9-10 kiri
RESUME
Pasien wanita umur 44 tahun datang ke rumah sakit umum siloam pada tanggal 06-
06-2018 dengan keluhan batuk sejak 3 hari. Menurut pasien batuk tidak berdahak
namun sekitar seminggu sebelum masuk rumah sakit pasien mengalami keluhan
sesak nafas. Keluhan sesak nafas makin berat dan menggangu kerja sehari-hari.
Selain keluhan batuk dan sesak nafas pasien tidak merasakan keluhan lain. Ibu S
memiliki riwayat Ca ovarium dan sudah dilakukan Op HTSOB. Sebagai follow up
post-op dilakukan pemeriksaan penunjang CT abdomen kontras dan ditemukan
lymphadenopathy multiple pada region abdomen tengah bawah, nodul hipodens
(HU:44) batas tegas pada lien, dan penebalan pleura ringan basal paru kiri. Dari
pemeriksaan penunjang darah rutin ditemukan anemia. Kemudian dari pemeriksaan
foto toraks ditemukan efusi pleura pada paru kiri.
Diagnosis kerja
Efusi pleura kiri masif et cause metastasis lymphatik
ANALISA KASUS
Pada kasus ini, pasien datang dengan keluhan batuk yang muncul sekitar
seminggu yang lalu namun sejak 3 hari sebelum masuk rumah sakit keluhan batuk
memberat. Menurut pasien batuk tidak berdahak, tidak ada keluhan lain seperti
berkeringat pada malam hari, penurunan berat bedan atau demam. Oleh karena
pasien tidak mengalami keluhan tersebut maka diagnosis TB paru dapat
disingkirkan untuk sementara. Namun pasien mengalami keluhan sesak nafas sejak
3 hari yang lalu. Jika mengobservasi gejala sesak yang dialami oleh pasien lebih
mengarahkan gambaran klinis dari efusi pleura, pneumothoraks atau pneumonia.
Sebelum pasien masuk rumah sakit pada tanggal 7/06/2018, pasien memliki
riwayat Ca ovarium. Pasien telah melakukan pengobatan dan operasi histerektomi
untuk mengangkat ovarium sekaligus uterus. Dari riwayat penyakit sebelumnya
dapat dicurigakan bahwa efusi pada pasien ini disebabkan oleh metastasis ke paru
dari Ca ovarium.
Dari pemeriksaan fisik tidak terdapat yang khas pada pasien ini selain
keluhan yang pasien mengaku sendiri. Pada pemeriksaan jantung pasien, suara
jantung S1 S2 normal dan tidak terdapat suara tambahan seperti gallop atau
murmur. Hal ini dan fakta bahwa pasien ini tidak memiliki keluhan seperti dyspnea
on exersion maka diagnosis gagal jantung dapat di singkirkan. Pada pemeriksaan
paru bunyi pernafasan vesikuler dan tidak terdengar suara rhonki atau wheezing
dapat singkirkan penyakit asma. Chest expansion asimetris namun tidak terdapat
taktil fremitus menurun pada seluruh lapangan paru maka dapat singkirkan
pneumothoraks. Pasien dia tidak memliki riwayat merokok atau minum alkohol.
Ditemukan kadar haemoglobin dan eritrosit rendah pada pemerikaan
hematologi. Dari ini dapat kesan bahwa pasien sedang mengalami anemia. Pasien
kurang yakin jika dia memiliki riwayat anemia sebelum ini.
Pasien datang dengan hasil CT scan telah dilakukan pada tanggal
19/03/2018. Ditemukan beberapa hal yang tidak normal pada pemeriksaan CT
yaitu; pada KGB regio abdomen tengah bawah terdapat lymphadenopathy multiple
dengan ukuran +/- 0,77cm sampai 1,21cm. Kemudian ditemukan nodul hipodens
dengan batas tegas pada lien. Dari hasil tersebut dapat dicurigakan jika terjadi
metastasis dari ca ovarium sebelumnya. Karena sudah dilakukan operasi HTSOB
maka pada CT scan uterus dan ovarium tidak tervisualisasi. Pada pleura paru
ditemukan penebalan ringan yang mengarahkan untuk curiga terjadinya efusi
pleura. Karena pemeriksaan ini dilakukan sekitar 3 bulan sebelum pasien masuk
rumah sakit pada bulan juni, maka, dapat kesan bahwa efusi yang sedang dialami
oleh pasien pada saat ini bersifat kronis.
Pada tanggal 7/06/2018 pasien menjalani foto throaks karena pasien datang
ke rumah sakit dengan keluhan batuk dan sesak nafas yang mencapai tingkat berat
sehingga menggangu kerja sehari-hari. Dari pemeriksaan X-ray foto thoraks
ditemukan perselubungan pada seluruh lapang paru kiri yang menutupi sinus
kostofrenikus dan diafragma serta batas jantung kiri. Trakea, bronkus serta
mediastinum tampak terdorong ke sisi kanan yang lebih sehat. Karena terdapat
cairan pada seluruh lapangan paru kiri maka CTR tidak dapat dinilai dan aorta tidak
tampak. Intercostal space tampak melebar, hal ini khas pada kasus efusi pleura.
Semua tanda-tanda yang ditemukan pada pemeriksaan xray thoraks, mengarahkan
diagnosis ke arah efusi pleura. Karena seluruh lapang paru kiri ditutupi oleh cairan
dan sudah terdapat trakea dan bronkus yang terdorong maka efusi pleura yang telah
dicurgai pada pasien ini mempunyai sifat masif. Maka dari observasi ini dapat
mengkatakan bahwa Ibu S mengalami efusi pleura kiri masif.
Menurut penelitian dari Taghizadieh A et al Sensitivitas chest radiograph
atau foto thoraks pada kasus efusi pleura adalah 66.7% (95% CI: 35.4-88.7) dan
spesifisitas terdapat 77.8% (95% CI: 51.9-92.6). Dengan nilai tersebut tampaknya
cukup dapat diandalkan diagnosis tetapi pemeriksaan radiologis ini bukan terbaik
untuk mendiagnosis efusi pleura.Sensitivitas chest x-ray pada kasus community
acquired pneumonia adalah 100.0% (95% CIL 85.4-100.0) namun spesifisitas 0.0
(95% CI: 0.0-94.5%).
Dari penelitian lain dapat hasil quantitatif bahwa pemeriksaan CT scan
mempunyai sensitivitas setinggi 91.7% dan spesifisitas 91.7% dengan akurasi
91.7% pada kasus efusi keganasan dan pada penebalan pleura parietal dinilai
dengan sensitivitas 75%, spesifisitas 83.3%, dengan akurasi 79.2%. Dari
pemeriksaan USG, terdapat sensitivitas 93% (95%, CI: 89% hingga 96%), dan
spesifisitas adalah 96% (95% CI: 95% hingga 98%) untuk mendiagnosa efusi
pleura. Pemeriksaan MRI memberikan sensitivitas 90,6% dan spesifisitas 85%
berhubungan dengan mendiagnosis efusi pleura.
Jika dibanding dengan pemeriksaan foto thoraks dengan CT scan, USG
dan MRI, maka pemeriksaan dengan nilai sensitivitas dan spesifisitas yang paling
tinggi adalah USG kemudian CT scan dan MRI, terakhir adalah Xray.
Namun pada pasien ini pemeriksaan yang dilakukan adalah xray oleh karena pasien
ini datang dengan keluhan yang masih belum terdiagnosa maka pemeriksaan
radiologis ini diperlukan untuk menyingkirkan diagnosis banding seperti
pneumonia dan TB paru sekaligus mengarahkan diagnosis ke arah Efusi pleura.
Dengan pemeriksaan tersebut, terapi yang segera dibutuhkan oleh pasien seperti
pemasangan pigtail catheter dapat dilakukan.