Anda di halaman 1dari 8

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Semua orang akan mengalami proses menjadi tua,dan masa tua merupakan masa
hidup manuasia yang terakhir dimana pada masa ini seseorang mengalami kemunduran
fisik,mental, dan sosial sedikit demi sedikit sehingga tidak dapat melakukan tugasnya
sehari-hari lagi. Proses menjadi tua menggambarkan betapa proses tersebut dapat
diinterferensi sehingga dapat mencapai hasil yang sangat optimal. Secara umum orang
lanjut usia dalam meniti kehidupannya dapat dikategorikan dalam dua macam sikap,
pertama masa tua akan diterima dengan wajar melalui kesadaran yang mendalam,
sedangkan yang kedua manusia usia lanjut dalam menyikapi hidupnya cenderung menolak
datangnya masa tua, kelompok ini tidak mau menerima realitas yang ada
Dalam bidang geriatric masalah etika ( termasuk hukum) sangat penting artinya,
bahkan diantara berbagai cabang kedokteraan mungkin pada cabang inilah etika dan
hukum paling berperan Kane (1994) dkk menyatakan :’’ ethic is fundamental part of
geriatrics. While it is central to the practice of medicine it self, the dependent nature of
geriartice patients, makes it a special concern…..’’.
Berbagai hal yang sangat perlu diperhatikan adalah antara lain keputusan tentang
mati hidup penderita. Apakah pengobatan diteruskan atau dihentikan. Apakah perlu
tindakan resuitasi, apakah makanan tambahan perinfuse tetap diberikan pada penderita
kondisi yang sudah jelas akan meninggal? Dalam geriatric aspek etik ini erat dengan aspek
hukum sehingga berbicara mengenai kedua aspek etik ini sering disatukan dalam satu
pembicaraan. Aspek hukum penderita dengan kemampuan kognitif yang sudah sangat
rendah seperti pada penderita demensia sangat erat kaitannya dengan segi etik. Antara lain
berbagai hal mengenai pengurusan harta benda penderita lansia yang tidak mempunyai
anak dan sebagainya.
Beberapa hal tersebut perlu mendapatkan perhatian di Indonesia dimana geriatric
merupakan bidang ilmu yang baru saja mulai berkembang. Oleh karena itu, beberapa dari
prinsip etika yang dikemukakan berikut ini sering belum terdapat /dilaksanakan di
Indonesia. Pengertian dan pengetahuan hal ini akan memberi gambaran bagaimana
seharusnya masalah etika dan hukum pada perumatan penderita lanjut usia diberlakukan.
1.2 RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana standar gerontology ?
2. Apa pengertian etik keperawatan lansia ?
3. Bagaiamanakah prinsip etik tersebut?
4. Apa yang dimaksud informed consent?
5. Apasajakah peraturan yang berkaitan dengan kesejahteraan lansia?
1.3 TUJUAN PENULISAN
1. Mengetahui standar gerontology
2. Mengetahui pengertian etik keperawatan lansia
3. Mengetahui prinsip etik
4. Mengetahui informend consent
5. Mengetahui peraturan yang berkaitan dengan kesejahteraan lansia.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 STANDAR GERONTOLOGI

Praktek keperawatan professional diarahkan dengan mempergunakan standar praktek yang


merefleksikan tingkat dan harapan dan pelayanan, serta dapat digunakan untuk evaluasi praktek
keperawatan yang telah diberikan.

Standar keperawatan gerontology menurut American nursing association (ANA) adalah

1. Standar I : organisasi pelayanan keperawatan gerontologi.


Yaitu semua pelayanan keperawatan gerontology harus direncanakan diorganisasi dan
dilakukan oleh seorang eskutif perawat ( has baccalaureale or master’s preparation and
experience in gerontological nursing and administrasion of long-term care services or acute
–care services for older patients).
2. Standar II : Teori.
Perawat disini harus berpatisipasi dalam mengembangkan dan melakukan percobaan yang
didasari oleh teori untuk mengambil keputusan klinik. Perawat juga menggunakan konsep
teonik yang digunakan sebagai petunjuk untuk melaksanakan praktek keperawatan
gerontology yang lebih efektif.
3. Standar III : pengumpulan data.
Status kesehatan pada klien dikaji secara terus menerus dengan comprehensive, akurat dan
sistematis. Informasi yang didapatkan selama pengkajian kesehatan harus dapat
dipecahkan dengan mengunkan pendekatan dan interdisipliner team kesehatan termasuk
didalamnya lansia dan keluarga.
4. Standar IV : Diagnosa keperawatan
Perawat dengan menggunakan data yang telah diperoleh untuk menentukan diagnosa
keperawatan yang tepat sesuai dengan prioritasnya.
5. Standar V : Perencanaan dan kontinuitas dan pelayanan
Perawat mengembangkan perencanaan yang berhubungan dengan klien dan orang lain
yang berkaitan. Untuk mencapai tujuan dan prioritas dan perencanaan keperawatan sesuai
dengan yang dibutuhkan oleh klien. Perawat dapat menggunakan terapeutik,
preventif,restorative dan rehabilitasif. Perencanaan peraatan ini bermanfaat untuk
membantu klien dalam mencapai dan mempertahankan tingkat kesehatan, kesejahteraan,
kualitas hidup yang tinggi ( optimal) dan serta mati dalam damai.
6. Standar VI : Intervensi
Perencanaan pelayanan yang telah ada digunakan sebagai petunjuk dalam memberikan
intervensi unutk mengembalikan fungsi dan mencegah terjadinya komplikasi dan excess
disability pada klien.
7. Standar VII : Evaluasi
Perawat harus melakukan evaluasi secara terus menerus terhadap respon klien dan keluarga
terhadap intervensi yang telah diberikan. Di samping itu evaluasi juga digunakan untuk
menentukan tingkat keberhasilan dan mengevaluasi kembali data dasarnya, diagnosanya
dan perencanaan.
8. Standar VIII: Kolaborasi interdisipliner
Kolaborasi perawat dengan displin ilmu yang lain ( team kesehatan ) sangat penting
dilakukan dalam memberikan pelayanan kesehatan terhadap klien( lansia). Hal ini dapat
dilakukan dengan mengadakan pertemuan yang rutin untuk menentukan perencanaan yang
tepat sesuai dengan perubahan kebutuhan yang ditemukan pada klien.
9. Standar IX : Rescarch
Perawat harus ikut berpartisipasi dalam mengembangkan penelitian untuk memperkuat
pengetahuan dibidang keperawatan gerontology menyebarluaskan hasil penelitian yang
diperolehnya dan digunakan dalam praktek keperawatan.
10. Standar X : Fthics
Perawat menggunakan kode etik keperawatan (ANA) sebagai petunjuk etik dalam
mengambil keputusan didalam pratek
11. Standar XI : Professional Development
Perawat harus mempunyai asumsi bahwa perkembangan dan kontribusi profesionalisme
keperawatan merupakan tanggung jawab dan sangat berkaitan erat dengan perkembangan
interdisplin ilmu yang lain. Dalam hal ini perawat juga harus mampu mengevaluasi
perkembangan dalam praktek kualitas yang diberikan.
Standar ini dikembangkan oleh dan untuk perawat gerontology sendiri sehingga perawat
harus hams mempunyai peraturan yang jelas untuk mengevaluasi bila terjadi pelanggaran
yang menyimpang dan standar praktek yang seharusnya diberikan. Standar ini akan
memberikan kualitas pelayanan yang terbaik bagi masyarakat.

2.2 PENGERTIAN ETIK KEPERAWATAN LANSIA

Etik merupakan prinsip yang menyangkut benar dan salah, baik dan buruk dalam hubungan
dengan orang lain. Etik merupakan studi tentang perilaku, karakter dan motof yang baik serta
ditenkankan pada penepatan apa yang baik dan berbagai bagi semua orang. Secara umum,
terminology etik dan moral adalah sama. Etik memiliki terminology yang berbeda dengan moral
bila istilah etik mengarhkan terminologinya untuk penyelidikan filosofis atau kajian tentang
masalah atau ditentu tertentu. Moral mendeskripsikan perilaku actual,kebiasaan dan kepercayaan
sekelompok orang atau kelompok tertentu. Etik juga dapat digunakan untuk mendeprisikan suatu
pola atau cara hidup. Sehingga etik mereflesikan sifat, prinsip dan standar seorang yang
mempengaruhi perilaku professional. Cara hidup moral perawat telah dideskripsikan sebagi etik
keperawatan. Berdasarkan urain diatas dapat disimpulkan bahwa etik merupakan istilah yang
digunakan untuk merefleksikan bagaimana seharusnya manusia berperilaku,apa yang seharusnya
dilakukan seseorang terhadap orang lain.

Keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan professional yang merupakan bagian integral
dari pelayanan kesehatan, didasarkan pada ilmu dan kiat keperawatan ditujukan kepada
individu,keluarga, kelompok, dan masyarakat baik sehat maupun sakit yang mencakup seluruh
proses kehidupan manusia. Perawat sebagai profesi dan bagian integral dari pelayanan kesehatan
tidak saja membutuhkan kesabaran. Kemampuannya untuk ikut mengatsi masalah- masalah
kesehatan tentu harus juga diandalkan.

Etik keperawatan merupakan bentuk ekspresi bagaimana perawat seharusnya mengatur diri
sendiri,dan etika keperawatan diatur dalam kode etik keperawatan.

Aspek legal etik keperawatan adalah aspek aturan keperawatan dalam memberikan asuhan
keperawatan sesuai lingkup wewenang dan tanggung jawabnya pada berbagai tatanan pelayanan
termasuk hak dan kewajibannya yang diatur dalam undang-undang keperawatan.
Usia lanjut dikatakan sebagi tahap akhir perkembangan pada daur kehidupan manusia (
budi anna keliat, 1999 dalam buku siti Maryam,dkk. 2008) sedangkan menurut pasal 1 ayat
(2),(3),(4) UU No.13 tahun 1998 tentang kesehatan dikatakan bahwa usia lanjut adalah seseorang
yang telah mencapai usia lebih dari 60 tahun (R.siti Maryam,dkk,2008 :32)

Etik dalam keperawatan gerontik merupakan pola perilaku harus dilakukan oleh seorang
perawat ( rule of condust) dalam memberikan pelayanan keperawatan pada usia lanjut.

2.3 PRINSIP ETIK

1. Respect ( hak untuk dihormati)


Perawat harus menghargai atau menghormati hak-hak klien.
2. Autonomy ( hak pasien memilih )
Prinsip otonomi didasarkan pada keyakinan bahwa individu maupun berpikir
logis dan mampu membuat keputusan sendiri. Orang dewasa dianggap kompeten
dan memiliki kekuatan membuat sendiri,memilih dan memiliki keputusan atau
pilihan yang harus dihargai oleh orang lain. Prinsip otonomi merupakan bentuk
respek terhadap seseorang atau dipandang sebagai persetujuan tidak memaksa dan
bertindak secara rasional. Otonomi merupakan hak kemandirian dan kebebasan
individu yang menuntut perbedaan diri. Praktek professional merefleksikan
otonomi saat perawat menghargai hak-hak klien dalam membuat keputusan
tentang perawatan dirinya.
3. Beneficence ( bertindak untuk keuntungan orang lain/ klien)
Beneficence berarti hanya melakukan sesuatu yang baik, kebaikan memerlukan
pencegahan dari kesalahan atau kejahatan, penghapusan kesalahan atau kejahatan
dan peningkatan kebaikan oleh diri dan orang lain. Terkadang dalam situasi
pelayanan kesehatan, terjadi konflik antara prinsip ini dengan otonomi.
4. Non – maleficence ( utamakan tidak mencederai orang lain)
Prinsip ini berarti tidak menimbulkan bahaya / cedera fisik dan psikologis pada
klien.
5. Confidentiality ( hak kerahasiaan )
Aturan dalam prinsip kerahasiaan adalah informasi tentang klien harus dijaga
privasi klien. Segala sesuatu yang terdapat dalam dokumen catatan kesehatan
klien hanya boleh dibaca dalam rangka pengobatan klien. Tidak ada seseorang
dapat memperoleh informasi tersebut kecuali jika diijinkan oleh klien dengan
bukti persetujuan. Diskusi tentang klien diluar area pelayanan menyampaikan
pada teman atau keluarga tentang klien dengan tenaga kesehatan lain harus
dihindari.
6. Justice ( keadilan )
Prinsip keadilan dibutuhkan untuk terpai yang sama dan adil terhadap orang lain
yang menjungjung prinsip-prinsip moral, legal dan kemanusian. Nilai ini
direfleksikan dalam praktek professional ketika perawat bekerja untuk terapi yang
benar sesuai hukum, standar praktek dan keyakinan yang benar untuk
memperoleh kualitas pelayanan kesehatan.
7. Fidelity ( loyalty / ketaatan )
Prinsip fidelity dibutuhkan individu untuk menghargai janji dan komitmen
terhadp orang lain. Perawat setia pada komitmennya dan menepati janji serta
menyimpan rahasia klien. Ketaatan, kesetiaan, adalah kewajiban seseorang untuk
mempertahankan komitmen yang dibuatnya. Kesetiaan mengambarkan kepatuhan
perawat terhadap kode etik yang menyatakan bahwa tanggung jawab dasar dari
perawat adalah untuk meningkatkan kesehatan, mencegah penyakit, memulihkan
kesehatan dan meminimalkan penderitaan.
8. Veracity ( truthfulness & honesty)
Kewajiaban untuk mengatakan kebenaran.
a. Terkait erat dengan prinsip otonomi, khususnya terkait informed-consent.
b. Prinsip veracity mengikat pasien dan perawat untuk selalu mengutarkan
kebenaran.

Prinsip veracity berarti penuh dengan kebenaran. Nilai ini diperlukan oleh
pemberian pelayanan kesehatan untuk menyampaikan kebenaran pada setiap
klien dan untuk menyakinkan bahwa klien sangat berarti. Prinsip veracity
berhubungan dengan kemampuan seseorang untuk mengatakan kebenaran.
Informasi harus ada agar menjadi akurat, kompresensif, dan objektif untuk
memfasilitasi pemahaman dan penerimanan materi yang ada, dan mengatakan
yang sebenarnya kepada klien tentang segala sesuatu yang berhubungan
dengan keadaan dirinya selama menjalani perawatan. Walaupun demikian
terdapat beberapa argument mengatakan adanya batasan untuk kejujuran
seperti jika kebenaran akan kesalahan prognosis klien untuk pemulihan atau
adanya hubungan paternalistic bahwa doctors knows best sebab individu
penuh tentang kondisinya. Kebenaran merupakan dasar dalam membangun
hubungan saling percaya.

Anda mungkin juga menyukai