Asashahsahsj HJHJHa
Asashahsahsj HJHJHa
KELOMPOK IV :
Djamhariadin P07133216064
Kustini P07133216066
KEMENTERIAN KESEHATAN RI
POLITEKNIK KESEHATAN YOGYAKARTA
2017
BAB I
PENDAHULUAN
b. Tugas
Melakukan Penelitian dan Pengembangan Pengendalian Penyakit Bersumber
Binatang.
c. Fungsi
1) Penyusunan rencana dan program penelitian dan pengembangan
pengendalian penyakit bersumber binatang.
2) Pelaksanaan kerjasama penelitian dan pengembangan pengendalian penyakit
bersumber binatang.
3) Pelaksanaan monitoring, evaluasi dan penyusunan laporan penelitian dan
pengembangan pengendalian penyakit bersumber binatang.
4) Pelaksanaan penelitian dan pengembangan pengendalian penyakit sesuai
keunggulannya.
5) Penentuan karakteristik epidemiologi penyakit bersumber binatang.
6) Pengembangan metode dan teknik pengendalian penyakit bersumber
binatang.
7) Pengelolaan sarana penelitian dan pengembangan pengendalian penyakit
bersumber binatang serta pelayanan masyarakat.
8) Pengembangan jejaring informasi dan ilmu pengetahuan teknologi kesehatan.
9) Pelaksanaan diseminasi dan promosi hasil-hasil penelitian dan pengembangan
pengendalian penyakit bersumber binatang.
10) Pelaksanaan urusan ketatausahaan dan kerumahtanggaan. Berikut ini adalah
Struktur Organisasi Balai Litbang P2B2 Banjarnegara sesuai dengan
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor : 920/Menkes/Per/V/2011
Sumber Daya
a. Sumber Daya Manusia
Sampai dengan Desember 2014, Balai Litbang P2B2 Banjarnegara memiliki
pegawai sebanyak 61 orang yang terdiri dari 38 orang PNS, 20 orang tenaga
kontrak dan 3 orang CPNS tahun 2013. Grafik berikut menggambarkan fluktuasi
jumlah pegawai Balai Litbang P2B2 Banjarnegara selama dua belas tahun
terakhir.
b. Sarana Prasarana
1) Gedung Kantor
Gedung kantor A seluas 280 m2 dibangun pada tahun 2010, terdiri atas dua
lantai. Lantai pertama terdiri dari ruang Kepala Balai, ruang Kepala Sub
Bagian Tata Usaha, ruang sekretaris pimpinan, dan ruang staf administrasi.
Sedangkan lantai dua terdiri dari ruang Kepala Seksi dan staf program dan
kerjasama, ruang Kepala Seksi dan staf pelayanan penelitian, dan ruang
peneliti.
2) Laboratorium Terpadu
Gedung laboratorium terpadu seluas 564 m2 dibangun pada tahun
2010 terdiri atas dua lantai. Lantai pertama terdiri dari Instalasi Rodentologi,
Parasitologi, Entomologi, Bakteriologi. Sedangkan lantai dua terdiri dari
ruang teknisi, ruang diskusi dan ruang kendali IT, instalasi Epidemiologi, GIS
dan Statistik serta ruang menyusui.
1.1 Instalasi Parasitologi
Instalasi parasitologi memiliki kemampuan antara lain : Pembuatan
preparat malaria sediaan darah tipis dan tebal, Pembuatan preparat malaria
dan filaria dengan pewarnaan giemsa, Pemeriksaan parasit malaria dan
filaria secara mikroskopis, Pemeriksaan parasit malaria dengan rapid test,
Menghitung densitas (human malaria) pada sediaan darah tipis dan tebal,
Menghitung parasitemia pada hewan coba, Pembuatan preparat
endoparasit dan pemeriksaaan serta bisa melakukan pemeriksaan telur
cacing pada feses tikus.
1.2 Instalasi Entomologi
a) Ruang praktikum entomologi
Instalasi entomologi memiliki kemampuan antara lain : Mampu
mengidentifikasi nyamuk dewasa, serta mengidentifikasi telur dan
jentik nyamuk, menghitung siklus gonotropik, mendeteksi kejadian
transovari pada nyamuk aedes, Identifikasi nyamuk penular malaria
(menemukan sporozoit) dan filariasis (larva cacing ditubuh nyamuk),
menghitung umur relatif nyamuk, menentukan bionomik/perilaku
nyamuk vektor malaria di suatu daerah endemis malaria, Instalasi
entomologi juga mampu mengidentifikasi pinjal pada tikus dan
pemeriksaan / identifikasi ektoparasit pada tikus. Instalasi
entomologi juga memiliki kemampuan untuk melakukan ujiuji yaitu
susceptibility atau resistensi nyamuk dewasa terhadap insektisida,
melakukan bioassay pada nyamuk dewasa (IRS, fogging) dan jentik,
dan mampu melakukan uji presipitin pada nyamuk Kemampuan lain
yang dimiliki Instalasi Entomologi adalah pembuatan awetan nyamuk
(pinning) dan jentik ( mounting), pembuatan replika nyamuk.
Instalasi entomologi juga menyediakan material hewan coba
(telur,jentik,nyamuk) serta pinning.
b) Rearing Nyamuk
Rearing nyamuk merupakan bagian dari kegiatan instalasi
entomologi, kegiatan ini bertujuan untuk mengembangbiakkan koloni
nyamuk. Saat ini koloni yang ada adalah nyamuk dari genus Aedes,
terdapat rak untuk penetasan telur, serta pemeliharaan jentik dan
nyamuk. Ruang rearing terhubung dengan kandang hewan yang
didalamnya digunakan untuk memelihara marmut yang digunakan
untuk pakan nyamuk.
Kegiatan rearing entomologi larva yang berubah menjadi pupa
di catat jumlahnya. Dari hasil pencatatan dapat di buat grafik untuk
mengetahui perkembangan pupa nyamuk.
1.3 Instalasi Rodentologi
a) Ruang praktikum Rodentologi
Instalasi rodentologi memiliki kemampuan antara lain :
(1) Taksonomi (inventarisasi spesies dan identifikasi)
(2) Berbagai ragam teknik trapping (pengumpulan tikus) baik hidup
maupun mati
(3) Metode pengawetan spesimen baik basah maupun kering
(4) Uji reproduksi
(5) Koloni rodent
(6) Menyediakan hewan coba tikus.
b) Ruang Rearing Mencit
Ruang rearing mencit merupakan bagian dari instalasi
rodentologi. Menempati ruang berukuran 50 m2, terdapat 1 unit Mice
cage and racks dan box kandang. Ruang ini digunakan untuk
mengembangbiakkan mencit (Mus musculus albino) galur swiss dan
balb-c serta tikus putih (Rattus norvegicus albino) yang digunakan
untuk penelitian, baik oleh peneliti Balai Litbang P2B2 Banjarnegara
maupun dari instansi lain.
1.4 Instalasi Bakteriologi
Kemampuan instalasi bakteriologi antara lain :
a) Melakukan pemeriksaan bakteri Leptospira dengan metode kultur
b) Melakukan pemeriksaan bakteri Leptospira dengan metode PCR
c) Melakukan pemeriksaan penyakit Leptospirosis menggunakan rapid
diagnostic test
d) Melakukan pemeriksaan bakteri pes dengan metode pengecatan
wayson
e) Melakukan pemeriksaan dan identifikasi serotype virus Dengue
dengan metode RT-PCR
f) Melakukan pemeriksaan virus Dengue dengan metode imunositokimia
g) Melakukan pemeriksaan virus Chikungunya dengan metode RT-PCR
h) Melakukan uji bakteriologi dari berbagai sampel seperti feses atau air
1.5 Instalasi Epidemiologi dan Biostatistik
3) Studio Multimedia
Berupa bangunan seluas 180 m2, dengan 2 set meja tamu, 6 unit AC,
80 kursi, LCD viewer, layar ukuran 6 x 4 m, perangkat audio / sound system,
DVD Player. Memiliki koleksi film antara lain film tentang kehidupan tikus,
film “Awas Leptospirosis”, film tentang filariasis, film tentang demam
berdarah dengue dan film kunjungan PAUD/TK.
4) Perpustakaan
Perpustakaan menyediakan buku-buku referensi untuk menunjang
kegiatan penelitian dan pengembangan dengan jumlah koleksi 677 judul buku
dan 856 eksemplar, untuk koleksi majalah dan jurnal sebanyak 52 judul jurnal
dan majalah dengan jumlah total 319 eksemplar.
5) Green House
Green house dibangun selain untuk penghijauan di lingkungan kantor
juga ditujukan untuk koleksi dan memelihara berbagai tanaman pengusir
nyamuk berdasarkan referensi dan tanaman pemandul tikus.
Praktik Identifikasi dan Pembedahan Nyamuk
A. Pelaksanaan
Hari / Tanggal : Senin, 17 April 2017
Tempat : Laboratorium Entomologi
B. DASAR TEORI
Vektor adalah anthropoda yang dapat menimbulkan dan menularkan suatu
infectious agent dari sumber infeksi kepada induk semag yang rentan. Bagi dunia
kesehatan masyarakat, binatang yang termasuk kelompok vector yang dapat merugikan
kehidupan manusia karena disamping mengganggu secara langsung juga sebagai
perantara penularan penyakit. Hewan yang termasuk kedalam vector penyakit yaitu salah
satunya Nyamuk. Vector nyamuk yang terdapat di pemukiman perkotaan dapat
memberikan dampak terhadap kesehatan masyarakat, antara lain nyamuk AedesAegypti
(menyebabkan penyakit demam beradarah dan cikungunya),Anopheles (menyebabkan
penyakit malaria) dan nyamuk Culex (menyebabkan penyakit kaki gajah).
Bahan:
1. Nyamuk segar
2. Chloroform
3. Kapas
4. Air
E. Prosedur Kerja
1. Matikan nyamuk menggunakan kapas yang telah diberi Chloroform
2. Nyamuk yang telah mati diletakkan pada objek glass yang telah ditetesi air.
3. Tempelkan abdomen mengenai aquades (lakukan dibawah mikroskop stereo).
4. Cara peletakan nyamuk yaitu bagian kepala diletakkan pada bagian kiri, dan pada
abdomen dibagian kanan.
5. Gunakan 2 jarum bedah yaitu untuk melakukan pembedahan abdomen, tangan kiri
memegang jarum yang tumpul dan ditusukkan pada toraks sedangkan tangan kanan
memegang jarum yang runcing yang diletakkan pada bagian ujung abdomen.
6. Tangan kanan yang memegang jarum runcing yang merobek segmen perut ruas
dengan cara ditarik perlahan-lahan ke belakang, sampai ovarium keluar.
7. Setelah ovarium keluar lakukan pemeriksaan dibawah mikroskop compound dengan
pembesaran 100 kali , amati ovarium apakah parous dan nulliparous dengan
mengetahui ciri sebagai berikut:
- Apabila yang tracheola sudah terurai dan tidak menggulung, berarti nyamuk
sudah pernah bertelur atau parous.
- Apabila tracheola masih menggulung, berarti nyamuk belum pernah bertelur atau
nulliparous.
G. Kesimpulan
Dari praktikum tersebut dapat disimpulkan bahwa umur populasi dari nyamuk
(parrousitas) dapat ditentukan melalui identifikasi ovarium nyamuk dan semakin tinggi
nilai parrositas nyamuk maka semakin tinggi potensi penyebaran nyamuk.
IDENTIFIKASI PAKAN DARAH NYAMUK DENGAN METODE
IMUNODIFUSI
A. Dasar Teori
Nyamuk merupakan salah satu vektor yang berperan penting dalam penularan
penyakit. Karakterisitik perilaku nyamuk dalam penularan penyakit bervariasi antara
spesies nyamuk di satu daerah dengan spesies di daerah yang lain. Salah satu aspek
yang penting dalam interaksi vektor dengan inangnya adalah perilaku kesukaan pakan
darah (host preference), dimana setiap spesies vektor akan memilih spesies inang
dalam kisaran yang terbatas.
Salah satu penyakit yang penularannya dipengaruhi oleh perilaku kesukaan
pakan darah dari nyamuk vektornya adalah malaria. Sebagaimana diketahui, nyamuk
Anopheles memiliki host preference dengan kisaran yang luas meliputi, manusia,
ternak, unggas hingga kelompok reptile. Spesies Anopheles yang lebih suka
menghisap darah manusia (antropofilik) akan menjadi vektor yang kompeten dalam
proses penularan malaria.
Teknik serokgi berdasarkan reaksi imunodifusi menggunakan gel agar telah
digunakan secara luas untuk mengidentifikasi darah inang dalam tubuh vektor. Reaksi
positif ditunjukkan dengan sebuah garis presipitasi yang terbentuk pada darah
pertemuan antara antigen dan antibody. Dasar dari teknik ini adalah adanya migrasi
antigen dan antibody bersamaan ke arah masing-masing melalui matrix gel agar. Pada
saat terjadi kontak antara antigen dan antibodi spesifik maka keduanya akan
membentuk sebuah garis presipitasi yang terperangkap dalam matrix gel agar dan
menghasilkan suatu garis yang dapat dilihat dengan mata telanjang. Garis presipitasi
akan terbentuk apabila konsentrasi antigen dan antibodi berada dalam kondisi
optimum.
C. Cara Kerja:
Pengumpulan sampel darah dari tubuh nyamuk
1. Kertas saring dibagi menjadi 16 bagian
2. Nyamuk dari spesias dengan metode penangkapan yang sama di keluarkan darahnya
dengan menekan ujung abdomen di atas kertas saring dengan menggunakan jarum
seksi atau sudut kaca benda.
3. Darah nyamuk di atas kertas di ratakan sehingga meresap
4. Bersihkan jarum seksi atau kaca benda untuk menghindari kontaminasi antara tetes
darah dari nyamuk satu dengan yang lainnya.
5. Setelah kertas saring terisi semua dengan tetes darah di lanjutkan dengan kertas
saring berikutnya.
6. Seluruh kertas saring yang telah terisi darah kemudian di masukkan kedalam
amplop yang ukurannya lebih besar dari kertas saring tersebut.
7. Amplop berisi specimen tersebut di masukkan kedalam kotak kardus yang telah di
isi dengan silika gel lalu dibawa ke laboratorium tempat pengujian dilaksanakan.
1. Tikus hidup
2. Ketamin
3. Atropin
D. CaraKerja
1. Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan
2. Memindahkan / memasukkan tikus dari dalam perangkap ke dalam karung
3. Mengeluarkan tikus dari dalam karung dan menyuntiknya dengan ketamin +
atropin 0,3 ml
4. Menunggu beberapa menit hingga tikus terbius dan mati
5. Meletakkan tikus di dalam baskom.
6. Menyisir bulu tikus di atas baskom untuk mengetahui ada atau tidaknya pinjal
pada tikus
7. Menimbang tikus dan mencatat hasil pengukurannya
8. Melakukan pengukuran :
a. panjang seluruhnya / total length (TL) dari ujung moncong sampai panjang
ekor
b. Panjang ekor / tail (T) dari pangkal ekor/anus sampai ujung ekor.
c. Panjang telapak kaki belakang / hind foot (HF) dari tumit sampai ujung
kuku/cakar
d. Panjang telinga / ear dari lekukan dibelakang telinga sampai ujung daun
telinga.
9. Mencatat hasil pengukuran tikus yang diperiksa
10. Melakukan pembedahan pada tikus.
11. Mengambil organ tikus.
12. Mengukur panjang testis tikus.
Tikus 2
6. Panjang mamae : 12 mm
A. Pelaksanaan
B. Dasar Teori
1. Cakupan bangunan yang disemprot (coverage) Rumah atau bangunan dalam daerah
tersebut harus diusahakan agar semuanya disemprot. Yang dimaksud rumah atau
bangunan yaitu tempat tinggal yang digunakan malam hari untuk tidur.
2. Cakupan permukaan yang disemprot (completeness) Cakupan permukaan yang
disemprot adalah semua permukaan (dinding, pintu, jendela, almari dsb) yang
seharusnya disemprot.
Tinggi tangki : 56 cm
Berat tangki : 5 kg
Bahan
a. Air
Hasil dalam praktikum kali ini tidak ada dikarenakan mahasiswa tidak ditunjukan dan
praktik secara langsung,hanya di jelaskan secara teori.
E. Kesimpulan
Mahasiswa dapat mengerti secara teori saja tetapi belum bisa mengaplikasikan
dikarenakan tidak dilaksanakan praktik secra langsung
BIOASSAY LARVA
A. Pelaksanaan
B. Dasar Teori
Abate adalah nama dagang dari temephos, yang dari bahan jenis yaitu
insektisida golongan organofosfat yang digunakan untuk memberantas jentik
nyamuk. Temefos digunakan sejak tahun 1970 dalam bentuk granula
pasir.Penggunaannya pada tempat penampungan air minum dan telah dinyatakan
aman oleh WHO dan DepKes RI.(Fajar, 2009). Dosis evektif abate yang dibutuhkan
untuk membunuh jentik nyamuk dalam air adalah 10 gr untuk 100 liter air. Sifat
abate berbeda dengan DDT hal ini karena DDT (dikloro difenil tetrakloroetana)
dapat terakumulasi di dalam tubuh, sedangkan abate tidak terakumulasi di dalam
tubuh.
Pada dasarnya abate setelah ditaburkan kedalam penampung air, bubuk abate
akan segera menempel di dinding penampung air, sehingga kadarnya di dalam air
minum lebih rendah dibanding di dinding penampung air. Daya tempelnya mampu
bertahan 2 sampai 3 bulan. Abate sebaiknya hanya diaplikasikan pada wadah
penampungan air yang sulit dan jarang dikuras. Hal ini bertujuan untuk
meminimalisir terjadinya keracunan abate terhadap manusia.
C. Metode
Metode yang digunakan didalam pengujian abate terhadap larva nyamuk adalah
metode bioassay. Bioassay yaitu uji efektifitas insectisida terhadap suatu
mikroorganisme, pada percobaan ini digunakan larva Ae. Aegypti yang sudah pada
instar III.
Bahan
2 air
3 ABATE
4 Dog food
Alat
2 pipet larva
3 labu ukur
4 becker glass
E. Cara Kerja
e) Campurkan masing – masing abate dengan air yang telah di masukan ke papercup,
tanpa di aduk,
F. Hasil Pembahasan
Hasil dari praktikum kali ini tidak ada, dikarenakan hanya teori dan praktik
memasukan jentik ke dalam paper cup.
G. Kesimpulan
Mahasiswa dapat mengetahui secara teori namun belum bisa mempraktikan secara
meyeluruh.
Lampiran