Laporan Tutorial Blok 21 Skenario
Laporan Tutorial Blok 21 Skenario
BLOK PEDIATRI
SKENARIO 1
BAYIKU...
KELOMPOK XIII
ADAM HAVIYAN G0013002
CHELSEA PRESCYLLIA G0013062
ELDYA YOHANINGTYAS G0013084
FEBRI DWI NINGTYAS G0013094
FIKRI DIAN DINU A G0013096
GISKA WIDYA DEPHITA G0013102
KHANSZARIZENNIA MADANY AGRI G0013130
MEGA ELISA HASYIM G0013152
NAILA MAJE’DHA D G0013170
RICKY IRVAN A G0013200
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA
2016
BAB I
PENDAHULUAN
SKENARIO I
BAYIKU...
Saat bayi lahir didapatkan bayi tidak bernafas, tonus otot kurang baik. Setelah
dilakukan resusitasi sampain dengan pemberian ventilasi tekanan positif idapatkan
bayi bernafas spontan, tidak ada retraksi, denyut jantung 100x/menit. Skor Apgar 5 –
7 – 10.
Seven Jump
A. Langkah I : Membaca skenario dan memahami pengertian beberapa istilah
dalam skenario.
Dalam skenario ini, kami mengklarifikasi istilah sebagai berikut:
1. G2P1A0 adalah sebuah singkatan yang menunjukkan data tentang
jumlah Gravid (kehamilan), jumlah Paritas (kelahiran anak baik lahir
hidup atau lahir mati), dan jumlah Abortus (keguguran) yang dialami
oleh seorang wanita. Dalam skenario ini berarti wanita tersebut telah
mengalami kehamilan sebanyak dua kali, melahirkan sebanyak satu
kali dan tidak pernah mengalami keguguran atau abortus.
2. Melahirkan spontan adalah melahirkan secara alami tanpa bantuan alat
seperti induksi, epidural atau vacuum
3. Mekoneum adalah feses (tinja) pertama bayi yang baru lahir, yang
kental, lengket dan berwarna hitam kehijauan. Mekoneum terbuat dari
cairan ketuban, lendir, lanugo (rambut halus yang menutupi tubuh
bayi), empedu dan sel-sel yang berasal dari kulit dan saluran usus
4. Resusitasi adalah usaha dalam memberikan ventilasi yang adekuat,
pemberian oksigen dan curah jantung yang cukup sehingga fungsi
pernafasan bisa kembali normal
5. Ventilasi tekanan positif adalah bagian dari tindakan resusitasi untuk
memasukkan sejumlah udara ke dalam paru dengan tekanan positif
yang memadai untuk membuka alveoli paru agar bayi bisa bernapas
spontan dan teratur.
6. TORCH adalah istilah untuk menggambarkan gabungan dari empat
jenis penyakit infeksi, yaitu Toksoplasma, Rubella, Cytomegalovirus,
dan Herpes
7. Skor APGAR adalah suatu metode penilaian yang digunakan untuk
mengkaji kesehatan neonatus dalam menit pertama setelah lahir
sampai 5 menit setelah lahir, serta dapat diulang pada menit ke 10-15.
Terdiri dari Appearance (warna kulit), Pulse (denyut nadi), Grimace
(refleks terhadap rangsangan), Activity (tonus otot) dan Respiration
(usaha bernapas)
8. Ketuban atau amnion adalah cairan bening kekuningan yang
mengelilingi bayi belum lahir (janin) selama kehamilan yang berada
dalam kantung amnion. Volume terbanyak pada usia kehamilan 34
minggu
9. Retraksi adalah keadaan dimana tulang iga terlihat lebih menonjol
pada saat inspirasi, yang disebabkan oleh penggunaan berlebih dari
otot dada untuk bernapas. Hal ini biasanya adalah tanda dari kesulitan
bernapas (Blahd, 2014)
10. ANC atau antenatal care adalah asuhan antenatal, adalah upaya
preventif program pelayanan kesehatan obstetrik untuk optimalisasi
luaran maternal dan neonatal melalui serangkaian kegiatan
pemantauan rutin selama kehamilan
11. Rawat gabung adalah cara perawatan dimana ibu dan bayi yang baru
dilahirkan tidak dipisahkan, melainkan ditempatkan dalam sebuah
ruangan, kamar atau tempat bersama-sama selama 24 jam penuh
seharinya
Perkembangan Fetus
Hasil konsepsi terpendam dalam endometrium uterus,
mendapat makanan dari darah ibu, selama 10 minggu organ-organ
terbentuk. Embrio terbungkus dalam dua membran sebelah dalam
amnion dan sebelah luar korion. Selama perkembangan 8 minggu
pertama, terbentuk plasenta sehingga fetusakan terikat oleh tali pusar.
Permulaan periode embrional sebagai mulainya Minggu ke-3
setelah ovulasi. Akhir periode embrional dan mulainya periode janin
ditetapkan oleh sebagian ahli embriologi, terjadi 8 minggu setelah
fertilisasi, atau 10 minggu setelah mulainya periode menstruasi
terakhir.
Pada akhir Minggu ke-8 ini, tubuh bayi mulai terbentuk, dan
kini disebut fetus (berasal dari bahasa latin yang berarti keturunan)
atau janin. Pada usia ini, fetus berukuran kira-kira 3,5 cm dan terus
tumbuh cepat hingga Minggu ke-20, baru kemudian laju
pertumbuhannya melambat. Kepalanya tampak besar jika
dibandingkan dengan tubuhnya tapi wajahnya mulai terbentuk.
Matanya lebih besar dan kini terletak di bagian depan muka untuk
mempersiapkan kemampuan melihatnya. Pembuluh air mata juga telah
terbentuk pada Minggu ke delapan dan telinganya yang terletak di
leher berlahan-lahan jari-jari tangan dan kaki tampak jelas meskipun
masih diliputi selaput tipis.
Walaupun jenis kelamin bayi telah ditentukan sejak konsepsi,
namun belum dapat diketahui hingga Minggu ke-9 setelah alat
kelaminnya muncul, dan jenis kelaminnya dapat dibedakan sejak fetus
berusia 12 minggu. Pada Minggu ke-12 fetus sudah terbentuk
sempurna, kini panjangnya sekitar 8,5 cm. Kantong amniotik berisi
100 ml cairan amniotik. Kepala fetus kini tampak membulat, leher dan
wajahnya telah terbentuk, dan telinganya sudah berada di tempat yang
tepat. Bila dahi fetus disentuh, maka kepalanya akan berpaling dan
keningnya berkerut. Fetus telah mampu menelan dan menggerakkan
bibir atasnya. Kini bagian luar alat kelamin fetus sudah cukup
berkembang sehingga sudah bisa dilihat dan ditetapkan jenis
kelaminnya.
Pertumbuhan tangan janin pada Minggu ke-12 yakni mula-
mula berupa kuncup di ujung lengan lalu diakhir Minggu ke-4 pada
Minggu ke-6 tampak seperti dayung beralur-alur yang kelak akan
berbentuk jari, Lalu jaringan alur-alur tadi memecah dan membentuk
jari-jari dan pada Minggu ke-7, jari-jari telah terbentuk Ujungnya
tampak bengkak, karena pembentukan lapisan peraba. Kuku jari
berbentuk, mulai Minggu ke-10; mula-mula dilapisi selaput kulit tipis,
tapi kukunya belum sempurna hingga usia janin mencapai Minggu ke-
32. Pada Minggu ke-12 jari-jari janin telah berbentuk seluruhnya
Pada usia 16 minggu panjang janin sekitar 14 cm, beratnya
sekitar 130g, tubuhnya ditumbuhi bulu-bulu halus yang disebut lanugo
(latin : lana, wol). Fungsi lanugo belum diketahui. Mula-mula lanugo
tumbuh pada alis mata dan bibir bagian atas tapi pada minggu ke 20
mulai menutupi seluruh tubuh.
Pada Minggu ke 16, vernix caseosa, sal licin berwarna putih
mulai terbentuk. Dapat terlihat jelas di wajah dan kulit kepala pada
Minggu ke 18. mula-mula muncul di punggung, rambut dan lipatan
sendi, namun kemudian menutupi seluruh tubuh. Lapisan luar yang
terbentuk pada bagian kulit tapak kaki dan jari-jarinya, juga tangan dan
jari-jarinya memiliki pola khusus pada setiap manusia.
Pada Minggu ke 28, panjang fetus menjadi kira-kira 1,1 kg.
Antara Minggu ke 26 dan 29, kelopak matanya sudah tumbuh,
sementara rambut di kepalanya sudah panjang, lanugo mulai
menghilang dan warna kulitnya berubah dari merah menjadi warna
kulit manusia umumnya. Pada Minggu ke 28, testis bayi lelaki yang
mulanya di perut mulai turun ke bawah, dan mencapai scrotum pada
Minggu ke 32, testis pada bayi.
Kompresi dada
Kompresi dada ialah penekanan yang teratur pada tulang dada
ke arah tulang belakang sehingga meningkatkan tekanan intratoraks
dan memperbaiki sirkulasi darah ke seluruh organ vital tubuh. Bila
laju jantung terlalu rendah, sirkulasi menjadi tidak adekuat untuk
mendukung oksigenasi jaringan. Bayi yang mempunyai frekuensi
jantung kurang dari 60 kali/menit meskipun telah dirangsang dan
diberikan ventilasi tekanan positif selama 30 detik, mungkin
mempunyai kadar oksigen yang sangat rendah dan asidosis yang
signifikan. Akibatnya kontraksi otot jantung tidak cukup kuat untuk
memompa darah ke paru guna mengangkut oksigen yang disangka
sudah ada dalam paru. Darah perlu dipompa secara mekanik
bersamaan dengan melakukan ventilasi paru, sampai miokardium
cukup teroksigenasi untuk berfungsi secara spontan dan adekuat.
Proses ini juga membantu aliran oksigen ke otak.
Indikasi kompresi dada ialah bila frekuensi denyut jantung bayi
kurang dari 60 kali/menit meskipun telah dilakukan ventilasi tekanan
positif yang efektif dengan oksigen tambahan selama 30 detik.
Komplikasi kompresi dada dapat menyebabkan trauma pada bayi.
Organ vital di bawah tulang iga adalah jantung, paru dan sebagian hati.
Tulang rusuk juga rapuh dan mudah patah. Kompresi harus dilakukan
dengan hati-hati supaya tidak merusak organ di bawahnya.
Ibu Hamil
Fetus
Persalinan
- Secara spontan
- Ketuban pecah 24 jam
- Warna ketuban jernih
- Tidak ada mekonium
- Tidak ada demam
Bayi
APGAR
- Denyut jantung
- Pernapasan
- Tonus otot
- Kepekaan Refleks
- Warna
Diagnosis Banding
Tatalaksana
E. Langkah V : Merumuskan tujuan pembelajaran
1. Apakah usia kehamilan ibu normal untuk melahirkan?
2. Bagaimana perubahan fisiologis bayi intrauterin hingga ektsrauterin?
3. Mengapa tonus otot berkurang?
4. Bagaimana hubungan ANC dan kehamilan (berapa kali, apa yang
diperiksa, manfaat)?
5. Bagaimana intepretasi ketuban pecah 24 jam?
6. Apakah manfaat, indikasi dan kontra indikasi dari rawat gabung?
7. Bagaimana intepretasi catatan kesehatan ibu (tidak ada demam, vital
sign normal, TORCH negatif, HbsAg negatif, gula darah normal) dan
pengaruhnya terhadap bayi?
8. Bagaimana penjelasan mengenai manfaat dari ASI, fisiologi,
manajemen laktasi, cara menyusui dan Inisiasi Menyusui Dini?
9. Bagaimana DD dan tatalaksana dari skenario?
Fisiologi Laktasi
Laktasi atau menyusui adalah suatu proses
produksi/pembentukan ASI (refleks prolaktin) dan pengeluaran ASI
(refleks let down). Pembentukan ASI (refleks prolaktin) dimulai sejak
kehamilan. Pada masa kehamilan terjadi perubahan - perubahan
payudara terutama besarnya payudara, yang disebabkan oleh adan ya
proliferasi sel- sel duktus laktiferus dan sel-sel kelenjar pembentukan
ASI serta lancarnya peredaran darah pada payudara. Proses proliferasi
ini dipengaruhi oleh hormon - hormon yang dihasilkan oleh plasenta
yaitu laktogen, prolaktin, kariogona dotropin, estrogen dan
progesterone.
Selama kehamilan, hormon prolaktin dari plasenta meningkat
tetapi ASI biasanya belum keluar karena dihambat oleh kadar estrogen
yang tinggi. Setelah persalinan, kadar estrogen dan progesteron
menurun dengan lepasnya plasenta, sedangkan prolaktin tetap tinggi
sehingga tidak ada lagi hambatan terhadap prolaktin oleh estrogen.
Hormon prolaktin ini merangsang sel -sel alveoli yang berfungsi untuk
membuat air susu.
Produksi prolaktin yang berkesinambungan disebabkan oleh
bayi yang selalu menyusui. Prolaktin akan berada di peredaran darah
selama 30 menit setelah dihisap, sehingga prolaktin dapat merangsang
payudara menghasilkan ASI untuk minum berikutnya. Sedangkan
untuk minum yang sekarang, bayi mengambil ASI yang sudah ada.
Makin banyak ASI yang dikeluarkan dari gudang ASI (sinus
laktiferus), makin banyak produksi ASI atau dengan kata lain, makin
sering bayi menyusui makin banyak ASI diproduksi.
Pengeluaran ASI merupakan suatu interaksi yang kompleks
antara rangsangan mekanik, saraf dan bermacam-macam hormon.
Proses pelepasan ASI atau refleks let down dikendalikan oleh
neuroendokrin, dimana bayi yang menghisap payudara ibu akan
merangsang produksi oksitosin yang menyebabkan kontraksi sel- sel
mioepitel. Kontraksi dari sel - sel mioepitel akan memeras air susu
yang telah dibuat dan keluar dari alveoli, masuk ke sistem duktulus
yang selanjutnya mengalir melalui duktus laktiferus dan masuk ke
mulut bayi sehingga ASI tersedia bagi bayi.
Faktor - faktor yang memicu peningkatan refleks letdown yaitu
pada saat ibu melihat bayi, mendengar suara bayi, mencium bayi, dan
memikirkan untuk menyusui bayi. Sementara faktor- faktor yang
menghambat refleks letdown adalah kondisi ibu yang stress, keadaan
bingung (psikis kacau), takut, cemas, lelah, malu dan merasakan nyeri.
Oksitosin juga memacu kontraksi otot rahim sehingga involusi
rahim makin cepat dan membantu mengurangi terjadinya perdarahan.
Tidak jarang, perut ibu akan terasa sangat mulas pada hari- hari
pertama menyusui. Hal ini merupam mekanisme alamiah yang baik
untuk kembalinya uterus ke bentuk semula.
Berikut merupakan obat dan zat lain yang berbahaya pada kehamilan:
1) Alkohol, termasuk teratogenik kuat yang dapat menyebabkan
bayi lahir mati, Fetal Alcohol Syndrome (trias : kelainan pada
wajah, kelainan pertumbuhan janin atau setelah lahir, dan
kelainan pada otak) dan kelainan pada organ lain seperti
kelainan jantung, ginjal, tulang rangka, panca indra, dan
lainnya
2) Tembakau/rokok, mengandung bermacam zat (nikotin, kotinin,
sianida, tiosianat, karbon monoksida, timbal, dll) yang dapat
menurunkan kadar oksigen dalam darah yang menyebabkan
pertumbuhan janin terhambat sehingga berat badan bayi lahir
rendah sampai kematian janin dalam kandungan. Merokok
dapat menyebabkan aborsi spontan, kelahiran prematur, dan
kelainan plasenta/tali pusat
3) Narkotika dan zat psikostimulan. Metamfetamin menyebabkan
berat badan bayi lahir rendah, kokain menyebabkan kelainan
tengkorak, otak, kulit, jantung, abdomen, gangguan kognitif
dan psikomotor, hingga kematian janin. Pada penggunaan
heroin, berat badan bayi lahir akan rendah, keterlambatan
pertumbuhan dan perkembangan, serta gangguan kepribadian.
Ganja mengandung delta-9-tetrahydrocannabinol (THC) yang
merupakan teratogenik
4) Obat Analgesik atau dikenal dengan anti nyeri terbagi atas
kategori antiinflamasi nonsteroid dan kategori opioid. Anti
inflamasi nonsteroid (NSAIDs) Aspirin adalah golongan
NSAIDs yang bekerja dengan menghambat enzim untuk
pembuatan prostaglandin. Perhatian lebih diperlukan pada
konsumsi aspirin melebihi dosis harian terendah karena obat
ini dapat melalui plasenta. Pemakaian aspirin pada triwulan
pertama berkaitan dengan peningkatan risiko gastroschisis.
Dosis aspirin tinggi berhubungan dengan abruptio plasenta
(plasenta terlepas dari rahim sebelum waktunya). The World
Health Organization (WHO) memiliki perhatian lebih untuk
konsumsi aspirin pada wanita menyusui.Indometasin dan
ibuprofen merupakan NSAIDs yang sering digunakan.
NSAIDs jenis ini dapat mengakibatkan konstriksi
(penyempitan) dari arteriosus duktus fetalis (pembuluh darah
janin) selama kehamilan sehingga tidak direkomendasikan
setelah usia kehamilan memasuki minggu ke – 32. Penggunaan
obat ini selama triwulan pertama mengakibatkan
oligohidramnion (cairan ketuban berkurang) atau
anhidramnion (tidak ada cairan ketuban) yang berkaitan
dengan gangguan ginjal janin. Obat ini dapat digunakan selama
menyusui.Asetaminofen banyak digunakan selama kehamilan.
Obat ini dapat melalui plasenta namun cenderung aman apabila
digunakan pada dosis biasa
5) Obat antikonvulsan (obat kejang/obat epilepsi). Obat-obatan
untuk penyakit epilepsi ini banyak yang masuk di kategori D
sehingga wanita dengan epilepsi memiliki resiko kelainan janin
yang lebih besar 2-3 kali lipat. Namun penyebab terjadinya
kelainan janin ini masih kontroversi apakah karena penyakit
epilepsinya atau karena obat-obatan yang digunakan. Kelainan
janin yang dilaporkan pada ibu hamil dengan epilepsi adalah
bibir sumbing, kelainan jantung, defek pada selubung saraf,
dan kelainan saluran kencing. Ibu hamil yang diterapi dengan
asam valproat memiliki resiko yang lebih tinggi akan
mengalami kelainan janin
6) Obat hipoglikemik oral digunakan untuk menurunkan kadar
gula darah pada penderita diabetes, tetapi seringkali gagal
mengatasi diabetes pada wanita hamil dan bisa menyebabkan
bayi yang baru lahir memiliki kadar gula darah yang sangat
rendah (hipoglikemia). Karena itu untuk mengobati diabetes
pada wanita hamil lebih baik digunakan insulin
7) Obat penyekat ACE dan penyekat reseptor angiotensin (obat
hipertensi). Obat hipertensi golongan ini (captopril, lisinopril,
dan terutama enalapril) sudah dikenal fetotoksik dan
embriotoksik. Obat golongan ini mengganggu sistem renin-
angiotensin janin (suatu hormon yang dihasilkan oleh ginjal
dan paru untuk mengatur tekanan darah) sehingga
pertumbuhan ginjal dan paru janin terganggu. Selain itu dapat
menyebabkan cacat pada anggota gerak (tangan dan kaki),
berat badan lahir rendah, dan gangguan pertumbuhan tulang
tengkorak. Pada ibu hamil yang menderita penyakit darah
tinggi, penggunaan obat darah tinggi golongan penyekat ACE
dan penyekat reseptor angiotensin harus dihindarkan
8) Obat anti peradangan non-steroid (obat radang/obat nyeri).
Obat golongan ini sebenarnya tidak termasuk kategori obat
yang teratogenik, namun mereka dapat menyebabkan efek
samping pada janin apabila digunakan pada trimester ketiga.
Obat seperti Indometasin apabila dikonsumsi pada trimester
ketiga dan selama lebih dari 3 hari, dapat menyebabkan
tekanan darah tinggi pada paru-paru janin, mengurangi cairan
ketuban, perdarahan di otak janin, dan gangguan pada sistem
pencernaan
9) Obat anti mual seperti thalidomide dan meclizin yang sering
digunakan untuk mengatasi mabok perjalanan, mual dan
muntah, bisa menyebabkan cacat bawaan pada hewan
percobaan. Tetapi efek seperti ini belum ditemukan pada
manusia
10) Obat anti kanker. Jaringan janin tumbuh dengan kecepatan
tinggi, karena itu sel-selnya yang membelah dengan cepat
sangat rentan terhadap obat anti-kanker. Banyak obat anti-
kanker yang bersifat teratogen, yaitu dapat menyebabkan cacat
bawaan seperti methotrexate dan aminopetrin
11) Obat kulit, accutane, tretinoin dan Isotretinoin yang digunakan
untuk mengobati jerawat yang berat, psoriasis dan kelainan
kulit lainnya bisa menyebabkan cacat bawaan. Yang paling
sering terjadi adalah kelainan jantung, telinga yang kecil dan
hidrosefalus (kepala yang besar). Resiko terjadinya cacat
bawan adalah sebesar 25%. Etretinat juga bias menyebabkan
cacat bawaan.Obat ini disimpan di dalam lemak dibawah kulit
dan dilepaskan secara perlahan, sehingga efeknya masih
bertahan sampai 6 bulan atau lebih setelah pemakaian obat
dihentikan. Karena itu seorang wanita yang memakai obat ini
dan merencanakan untuk hamil, sebaiknya menunggu paling
tidak selama 1tahun setelah pemakaian obat dihentikan
12) Hormon androgenik yang digunakan untuk mengobati berbagai
kelainan darah dan progestin sintetis yang diminum pada 12
minggu pertama setelah pembuahan, bisa menyebabkan
terjadinya maskulinisasi pada kelamin janin perempuan.
Klitoris bisa membesar dan labia minora menutup. Efek
tersebut tidak ditemukan pada pemakaian pil KB karena
kandungan progestinnya hanya sedikit. Dietilstilbestrol
(DES,suatu estrogen sintetis) bias menyebabkan kanker pada
anak perempuan yang ibunya memakai obat ini selama hamil
13) Antibiotik golongan aminoglikosida, klorampenikol, sulfa, dan
tetrasiklin. Penggunaan antibiotik yang tidak aman pada ibu
hamil dapat menyebabkan kadar obat yang membahayakan
janin. Antibiotik golongan aminoglikosida (gentamisin,
streptomisin) dapat menyebabkan tuli dan kerusakan ginjal.
Golongan klorampenikol dapat menyebabkan gray baby
syndrome (sindrom bayi abu-abu) yaitu bayi tampak pucat dan
kebiruan, pembuluh darah kolaps, yang berujung kematian.
Lain lagi dengan obat golongan tetrasiklin, obat ini apabila
dikonsumsi pada kehamilan dapat menyebabkan gigi bayi yang
tumbuh akan berwarna kuning kecoklatan sedangkan pada obat
golongan sulfa dapat menyebabkan bayi lahir kuning
14) Obat anti peradangan kortikosteroid. Obat golongan
kortikosteroid (deksametason, hidrokortison, prednison) sering
digunakan utk penyakit kronik/serius seperti asma dan
penyakit autoimun. Penelitian pada binatang precobaan
menunjukan hubungan terjadinya bibir sumbing. Pada ibu
hamil penelitian menunjukan resiko 3 dari 1000 dapat
melahirkan dengan bibir sumbing. Maka dari itu penggunaan
kortikosteroid sistemik pada kehamilan trimester awal
termasuk kategori D dan tidak dianjurkan
15) Antikoagulan, janin sangat rentan terhadap antikoagulan (obat
anti pembekuan) warfarin. Cacat bawaan terjadi pada 25% bayi
yang terpapar oleh obah ini selama trimester pertama. Selain
itu, bisa terjadi perdarahan abnormal pada ibu maupun janin.
Jika seorang wanita hamil memiliki resiko membentuk bekuan
darah, lebih baik diberikan heparin. Tetapi pemakaian jangka
panjang selama kehamilan bisa menyebabkan penurunan
jumlah trombosit atau pengeroposan tulang (osteoporosis) pada
ibu
16) Beberapa obat anti-kejang seperti phenytoin, valproic,
trimethadione, paramethadione, carbamazepine, phenobarbital
yang diminum oleh penderita epilepsi yang sedang hamil, bisa
menyebabkan terjadinya celah langit-langit mulut, kelainan
jantung, wajah, tengkorak, tangan dan organ perut pada
bayinya. Bayi yang dilahirkan juga bias mengalami
keterbelakangan mental. Obat anti-kejang yang bisa
menyebabkan cacat bawaan adalah trimetadion (resiko sebesar
70%) dan asam valproate (resikosebesar 1%).Carbamazepine
diduga menyebabkan sejumlah cacat bawaan yang sifatnya
ringan. Bayi baru lahir yang selama dalam kandungan terpapar
oleh phenitoin dan phenobarbital, bisa mudah mengalami
perdarahan karena obat ini menyebabkan kekurangan vitamin
K yang diperlukan dalam proses pembekuan darah. Efek ini
bisa dicegah bila selama 1 bulan sebelum persalinan, setiap
hari ibunya mengkonsumsi vitamin K atau jika segera setelah
lahir diberikan suntikan vitamin K kepada bayinya. Selama
hamil, kepada penderita epilepsi diberikan obat anti-kejang
dengan dosis yang paling kecil tetapi efektif dan dipantau
secara ketat. Wanita yang menderita epilepsi, meskipun tidak
memakai obat anti-kejang selam hamil, memiliki kemungkinan
yang lebih besar untuk melahirkan bayi dengan cacat bawaan.
Resikonya semakin tinggi jika selama hamil sering terjadi
kejang yang berat atau jika terjadi komplikasi kehamilan atau
jka berasal dari golongan sosial-ekonomi yang rendah (karena
perawatan kesehatannya tidak memadai)
17) Vaksin yang terbuat dari virus yang hidup tidak diberikan
kepada wanita hamil, kecuali jika sangat mendesak. Vaksin
rubella (suatu vaksin dengan virus hidup) bisa menyebabkan
infeksi pada plasenta danjanin. Vaksin virus hidup (misalnya
campak, gondongan, polio, cacar air dan demam kuning) dan
vaksin lainnya (misalnya kolera, hepatitis A dan B, influensa,
plag, rabies, tetanus, difteri dan tifoid) diberikan kepada wanita
hamil hanya jika dia memiliki resiko tinggi terinfeksi oleh
salah satu mikro organismenya
18) Yodium radioaktif yang diberikan kepada wanita hamil untuk
mengobati hipertiroidisme (kelenjar tiroid yang terlalu aktif)
bisa melewati plasenta dan menghancurkan kelenjar tiroid
janin atau menyebabkan hipotiroidisme (kelenjar tiroid yang
kurang aktif) yang berat. Propiltiourasil dan metimazol, yang
juga digunakan untuk mengatasi hipertiroidisme, bisa melewati
plasenta dan menyebabkan kelenjar tiroid janin sangat
membesar
19) Vitamin A dan retinoid (turunan dari vitamin A). Vitamin A ini
penting untuk pertumbuhan, reproduksi, dan fungsi
penglihatan. Ada 2 bentuk alami vitamin A, yang pertama
beta-karoten yang merupakan provitamin A sering ditemukan
di buah dan sayur, dan tidak pernah dilaporkan dapat
menyebabkan gangguan janin. Bentuk yang kedua adalah
retinol, kandungannya pada hati ayam atau sapi sangat tinggi.
Sebenarnya suplementasi vitamin A selama kehamilan tidak
diperlukan karena pada dosis tinggi (10.000 – 50.000 IU) dapat
menyebabkan kecacatan pada janin. Dengan makanan sehari-
hari kebutuhan vitamin A sudah cukup, sekitar 5.000 – 8.000
IU. Turunan vitamin A seperti bexarotene (digunakan untuk
limfoma) dan isotretinoin (untuk obat jerawat) termasuk
teratogen yang poten karena dapat menyebabkan kelainan pada
mata, telinga, bibir sumbing, dan gangguan pada tulang.
Penggunaan pada awal kehamilan dapat berakibat gangguan
pada jantung, sistem saraf pusat janin, dan telinga janin hingga
yang paling fatal yaitu kematian janin. Ternyata banyak sekali
obat-obatan yang bersifat teratogenik, padahal obat-obatan ini
cukup sering dipakai dalam pengobatan penyakit umum.
Melihat banyaknya obat-obatan yang dapat mempengaruhi
kehamilan ibu dan pertumbuhan janin, maka sangat penting
bagi para calon ibu untuk lebih waspada dalam mengkonsumsi
obat - obatan selama kehamilan dan senantiasa
mengkonsultasikannya pada dokter
20) Radiasi bom atom, iodium dan rontgen
Klasifikasi
Pembagian klasifikasi asfiksia dibuat berdasarkan APGAR score yaitu
1) Asfiksia berat dengan APGAR score 0-3, bayi memerlukan
resusitasi segera secara aktif dan pemberian O2 terkendali
2) Asfiksia sedang dengan APGAR score 4-6 memerlukan
resusitasi dan pemberian O2 sampai bayi dapat bernafas normal
kembali
3) Bayi normal atau sedikit asfiksia (nilai APGAR 7-10). Dalam
hal ini bayi dianggap sehat dan tidak memerlukan tindakan
istimewa.
Diagnosa
Diagnosis hipoksia janin dapat dibuat dalam persalinan dengan
ditemukannya tanda-tanda gawat janin antara lain:
1) Denyut jantung janin
Frekuensi normal adalah antara 120 dan 160 x/I, selama his
frekuensi ini biasa turun, tetapi diluar his kembali lagi kepada
keadaan semula. Peningkatan kecepatan denyut jantung
umumnya tidak besar artinya, akan tetapi apabila frekuensi
sampai di bawah 100 x/I diluar his dan lebih-lebih jika tidak
teratur, hal itu merupakan tanda bahaya
2) Mekoneum dalam air ketuban
Pada presentase kepala mungkin menunjukkan gangguan
oksigenisasi dan terus menimbulkan kewaspadaan. Adanya
mekoneum air ketuban pada presentasi kepala dapat
merupakan indikasi untuk mengakhiri persalinan, biasanya hal
ini dapat dilakukan dengan mudah
3) Pemeriksaan pH darah janin
Dengan menggunakan amnioskopi yang dimasukkan lewat
serviks dibuat sayatan kecil pada kulit kepala janin dan diambil
contoh darah janin. Adanya asidosis menyebabkan turunnya
pH. Contoh darah janin. Adanya asidosis menyebabkan
turunnya pH. Apabila pH itu sampai turun di bawah 7,2 hal ini
dianggap sebagai tanda bahaya oleh beberapa penulis
Patogenesis
1) Bila janin kekurangan O2 dan kadar CO2 bertambah, timbullah
rangsangan terhadap nesovagus sehingga jantung janin menjadi
lambat. Bila kekurangan O2 itu terus berlangsung, maka
nesovagus tidak dapat dipengaruhi lagi. Timbullah rangsangan
dari nesosimpatikus. Denyut jantung janin menjadi lebih cepat
akhirnya irregular dan menghilang
2) Kekurangan O2 juga merangsang usus, sehingga mekoneum
keluar sebagai tanda janin dalam hipoksia:
Jika DJJ normal dan ada mekoneum, maka janin mulai
hipoksia
Jika DJJ > 100 x/i dan ada mekoneum, maka janin
sedang hipoksia
Jika DJJ < 100 x/i dan ada mekoneum, maka janin
dalam keadaan gawat. Janin akan mengadakan
pernapasan intrauterine dan bila diperiksa, terdapat
banyak air ketuban dan mekoneum dalam paru, bronkus
tersumbat.
Penatalaksanaan
1) Jangan biarkan bayi kedinginan (balut dengan kain) bersihkan
mulut dan jalan nafas.
2) Lakukan resusitas dengan alat yang dimasukkan ke dalam
mulut untuk mengalirkan O2 dengan tekanan 12 mmHg dan
dapat juga dilakukan pernafasan dari mulut ke mulut, masase
jantung.
3) Gejala perdarahan otak biasanya timbul pada beberapa hari
post partum, jadi kepala dapat direndahkan, supaya lendir yang
menyumbat pernafasan dapat keluar.
4) Kalau ada dugaan perdarahan otak berikan injeksi vit K 1-2
mg.
5) Berikan transfusi darah via tali pusat untuk memberikan
glukosa
Sepsis Neonatorum
Sepsis merupakan suatu proses berkelanjutan mulai dari
infeksi, SIRS, sepsis berat, renjatan / syok 104nfuse, disfungsi
multiorgan, dan akhirnya kematian. Sepsis ditandai dengan respon
inflamasi sistemik dan bukti infeksi pada bulan pertama kehidupan,
berupa perubahan 104nfuse104us104c tubuh, perubahan jumlah
leukosit, takikardi, dan takipnea. Sedangkan sepsis berat adalah sepsis
yang ditandai dengan hipotensi atau disfungsi organ atau hipoperfusi
awitan dini (SAD) dan sepsis neonatorum awitan lambat (SAL).
Etiologi dan Faktor Predisposisi
Perbedaan pola kuman penyebab sepsis antar negara
berkembang telah diteliti oleh World Health Organization di empat
negara berkembang yaitu Ethiopia, Philipina, Papua New Guinea dan
Gambia. Penelitian tersebut mengemukakan bahwa kuman
105nfuse105 yang tersering ditemukan pada kultur darah adalah
Staphylococcus aureus (23%), Streptococcus pyogenes (20%) dan E.
coli (18%)
Faktor risiko terjadinya sepsis neonatorum dipengaruhi oleh:
1) Faktor risiko ibu
Ketuban pecah dini dan ketuban pecah lebih dari 18
jam. Bila ketuban pecah lebih dari 24 jam, kejadian
sepsis pada bayi meningkat sekitar 1% dan bila disertai
korioamnionitis, kejadian sepsis akan meningkat
menjadi 4 kalinya
Infeksi dan demam (lebih dari 38°C) pada masa
peripartum akibat korioamnionitis, infeksi saluran
kemih, kolonisasi vagina oleh Streptokokus grup B
(SGB), kolonisasi perineal oleh E. coli, dan komplikasi
105nfuse105us lainnya
Cairan ketuban hijau keruh dan berbau
Kehamilan multipel
Persalinan dan kehamilan kurang bulan
Faktor sosial ekonomi dan gizi ibu
2) Faktor risiko bayi
Prematuritas dan berat lahir rendah
Asfiksia neonatorum
Resusitasi pada saat kelahiran, misalnya pada bayi yang
mengalami fetal distress dan trauma pada proses
persalinan
Prosedur invasif seperti intubasi endotrakeal,
pemakaian ventilator, kateter, infuse, pembedahan,
akses vena sentral, kateter intratorakal.
Bayi dengan galaktosemia (predisposisi untuk sepsis
oleh E. coli), defek imun atau asplenia
Gambaran Klinis
Gambaran klinis sepsis neonatorum tidak spesifik. Gejala
sepsis klasik yang ditemukan pada anak jarang ditemukan pada
neonatus, namun keterlambatan dalam menegakkan diagnosis dapat
berakibat fatal bagi kehidupan bayi. Gejala klinis yang terlihat sangat
berhubungan dengan karakteristik kuman penyebab dan respon tubuh
terhadap masuknya kuman. Berdasarkan penelitian hanya sekitar 10%
bayi yang pada darahnya ditemukan bakteri akan mengalami demam,
lebih banyak yang suhu tubuhnya normal atau malah rendah.
Janin yang terkena infeksi akan menderita takikardia, lahir
dengan asfiksia dan memerlukan resusitasi karena nilai apgar rendah.
Setelah lahir, bayi tampak lemah dan tampak gambaran klinis sepsis
seperti hipo/hipertermia, hipoglikemia dan kadang-kadang
hiperglikemia. Selanjutnya akan terlihat berbagai kelainan dan
gangguan fungsi organ tubuh. Selain itu, terdapat kelainan susunan
saraf pusat (letargi, reflekss hisap buruk, menangis lemah kadang-
kadang terdengar high pitch cry, bayi menjadi iritabel dan dapat
disertai kejang), kelainan kardiovaskular (hipotensi, pucat, sianosis,
dingin dan clummy skin). Bayi dapat pula memperlihatkan kelainan
107nfuse107us107c, gastrointestinal ataupun gangguan respirasi
(perdarahan, ikterus, muntah, diare, distensi abdomen, intoleransi
minum, waktu pengosongan lambung yang memanjang, takipnea,
apnea, merintih dan retraksi).
Patofisiologi
Mikroorganisme atau kuman penyebab infeksi dapat mencapai
neonatus melalui beberapa cara yaitu:
a. Pada masa antenatal atau sebelum lahir
Pada masa antenatal kuman dari ibu setelah melewati plasenta
dan 107nfuse107us masuk ke dalam tubuh bayi melalui
sirkulasi darah janin. Penyebab infeksi adalah virus yang dapat
menembus plasenta antara lain:virus rubella, herpes,
sitomegalo, koksaki, influenza, parotitis. Bakteri yang melalui
jalur ini antara lain: malaria, sipilis, dan toksoplasma
b. Pada masa intranatal atau saat persalinan
Infeksi saat persalinan terjadi karena kuman yang ada pada
vagina dan serviks naik mencapai korion dan amnion.
Akibatnya terjadi amnionitis dan korionitis, selanjutnya kuman
melalui 107nfuse107us masuk ke tubuh bayi. Cara lain yaitu
pada saat persalinan, kemudian menyebabkan infeksi pada
janin dapat terjadi melalui kulit bayi atau port de entre, saat
bayi melewati jalan lahir yang terkontaminasi oleh kuman
(misalnya: herpes genetalia, candida albicans, gonorrhea)
c. Infeksi pascanatal atau sesudah melahirkan
Infeksi yang terjadi sesudah kelahiran umumnya terjadi
sesudah kelahiran, terjadi akibat infeksi nasokomial dari
lingkungan di luar rahim (misalnya melalui alat-alat penghisap
lendir, selang endotrakea, 107nfuse, selang nasogastrik, botol
minuman atau dot). Perawat atau profesi lain yang ikut
menangani bayi, dapat menyebabkan terjadinya infeksi
nasokomial. Infeksi juga dapat melalui luka umbilicus.
Penatalaksanaan
Eliminasi kuman penyebab merupakan pilihan utama dalam
tata laksana sepsis neonatorum, sedangkan penentuan kuman
penyebab membutuhkan waktu dan mempunyai kendala tersendiri.
Hal ini merupakan masalah dalam melaksanakan pengobatan optimal
karena keterlambatan pengobatan akan berakibat peningkatan
komplikasi yang tidak diinginkan. Sehubungan dengan hal tersebut,
penggunaan antibiotik secara empiris dapat dilakukan dengan
memperhatikan pola kuman penyebab yang tersering ditemukan di
klinik tersebut. Antibiotik tersebut segera diganti apabila sensitivitas
kuman diketahui. Selain itu, beberapa terapi suportif (adjuvant) juga
sudah mulai dilakukan walaupun beberapa dari terapi tersebut belum
terbukti menguntungkan. Terapi suportif meliputi transfusi granulosit,
intravenous immune globulin (IVIG) replacement, transfusi tukar
(exchange transfusion) dan penggunaan sitokin rekombinan
(DEPKES, 2007).
BAB III
SIMPULAN DAN SARAN
I. Simpulan
1. ANC pada ibu hamil sangat penting untuk memelihara dan
meningkatkan keadaan fisik serta mental ibu hamil sehingga dapat
menyelesaikan kehamilannya dengan baik dan dapat melahirkan bayi
dengan sehat
2. Tindakan yang cepat dan tepat sangat dibutuhkan dalam
penatalaksanaan bayi baru lahir tidak bernafas, sehingga bayi dapat
terhindar dari kematian.
3. Skor APGAR perlu dinilai setelah 5 menit bayi lahir, karena hal ini
mempunyai korelasi yang erat dengan morbiditas dan mortalitas
neonatal.
4. Pemeriksaan TORCH negative, HbsAg negative dan gula darah
normal ini menunjukkan bahwa Ibu dalam kondisi yang aman dari
berbagai ancaman penyakit Toxoplasma, Rubella, CMV, Herpes,
Hepatitis B dan Diabetes melitus.
5. Rawat gabung pasca melahirkan sangat penting untuk mendekatkan
Ibu dengan bayi serta bayi dapat sesegera mungkin mendapatkan
kolostrum dari ASI.
II. Saran
Dalam diskusi skenario pada kesempatan ini kami rasa sudah cukup
bagus walaupun masih ada kekurangan di beberapa aspek, seperti peserta
diskusi masih perlu meningkatkan pemikiran yang kritis dalam menggali
sebuah masalah yang ada di skenario. Semoga pada kesempatan yang
akan datang kami dapat melakukan diskusi dengan lebih baik lagi dengan
partisipasi anggota yang lebih aktif dan diskusi yang lebih tertib
Daftar Pustaka