Chapter I PDF
Chapter I PDF
PENDAHULUAN
Distosia yang secara literatur berarti persalinan yang sulit, memiliki karakteristik
kemajuan persalinan yang abnormal atau lambat. Persalinan abnormal atau lambat umum terjadi
bila ada disproporsi antara ukuran bagian terbawah janin dengan jalan lahir. Pada presentasi
kepala, distosia adalah indikasi yang paling umum saat ini untuk seksio sesaria primer. CPD
(cephalopelvic disproportion) adalah akibat dari panggul sempit, ukuran kepala janin yang besar,
atau lebih sering kombinasi dari kedua di atas. Setiap penyempitan diameter panggul yang
mengurangi kapasitas pelvis dapat mengakibatkan distosia selama persalinan. Panggul sempit
bisa terjadi pada pintu atas panggul, midpelvis, atau pintu bawah panggul, atau umumnya
kombinasi dari ketiganya. Karena CPD bisa terjadi pada tingkat pelvic inlet, outlet dan midlet,
diagnosisnya bergantung pada pengukuran ketiga hal tersebut yang dikombinasikan dengan
evaluasi ukuran kepala janin.1 Panggul sempit disebut-sebut sebagai salah satu kendala dalam
melahirkan secara normal karena menyebabkan obstructed labor yang insidensinya adalah 1-3%
dari persalinan.2,3,4
Panggul sempit dikatakan sebagai salah satu indikasi persalinan seksio sesarea yang
kejadiannya semakin meningkat dalam tiga dekade terakhir. Angka seksio sesarea di Amerika
Aflah N. 2009 dalam tesisnya menyatakan bahwa terdapat hubungan yang bermakna
antara tinggi badan dengan distansi interspinarum tetapi tidak ditemukan hubungan yang
bermakna antara tinggi badan dengan diameter panggul lain seperti conjugata vera, conjugata
transversa, conjugata obliqua, dan distansi intertuberum.20
Mahmood A.Tahir 1988 dkk menyatakan bahwa ukuran sepatu atau panjang telapak
kaki bukanlah prediktor klinis untuk meramalkan disproporsi sefalopelvik dan walaupun tinggi
badan ibu adalah panduan yang lebih baik untuk meramalkan adekuasi panggul pada persalinan,
80% ibu dengan tinggi badan kurang dari 160 cm melahirkan secara pervaginam.21
Jadi pelvimetri klinis dan pelvimetri radiologi dapat digunakan sebagai alat untuk
menegakkan diagnosa panggul sempit dimana pelvimetri klinis kurang akurat dibandingkan
dengan pelvimetri radiologis. Akan tetapi tetapi pelvimetri klinis lebih sering digunakan untuk
menegakkan diagnosa panggul sempit tanpa konfirmasi dengan pelvimetri radiologis karena
kekhawatiran mengenai efek samping pada janin akibat pajanan radiasi sehingga perlu prediktor
lain yang menyokong kearah diagnosa panggul sempit yaitu diantaranya adalah tinggi badan dan
Pemeriksaan pelvimetri klinis dan pelvimetri radiologis adalah alat untuk menegakkan
diagnosa panggul sempit dimana pelvimetri radiologis merupakan standar baku untuk diagnosa
panggul sempit. Pelvimetri radiologis tidak dilakukan sebelum seksio sesaria karena
kekhawatiran tentang efek bahaya radiasinya pada janin. Satu penelitian menyatakan bahwa
diperoleh nilai yang hampir sama pelvimetri klinis dengan X-ray pelvimetri namun pelvimetri
klinis kurang sensitif dibandingkan dengan X-ray pelvimetri. Sehingga perlu prediktor lain
untuk meramalkan ukuran panggul atas seperti ukuran panjang telapak kaki dan tinggi badan.
Dalam hal ini peneliti berniat meneliti hubungan antara ukuran panjang telapak kaki dan
tinggi badan ibu dengan ukuran pintu atas panggul pada pasien postseksio sesaria atas
indikasi panggul sempit dan disproporsi sefalopelvik baik yang diukur dengan pelvimetri
klinis maupun dengan pelvimetri radiologis. Dengan demikian masalah penelitian ini adalah:
1. Apakah terdapat hubungan antara ukuran panjang telapak kaki ibu dengan ukuran pintu
atas panggul pada pasien pasca seksio sesaria atas indikasi panggul sempit dan
disproporsi sefalopelvik ?
2. Apakah terdapat hubungan antara tinggi badan ibu dengan ukuran pintu atas panggul
pada pasien pasca seksio sesaria atas indikasi panggul sempit dan disproporsi
sefalopelvik ?
1. Ada hubungan antara ukuran panjang telapak kaki ibu dengan ukuran pintu atas panggul
pada pasien pasca seksio sesaria atas indikasi panggul sempit dan disproporsi
sefalopelvik.
2. Ada hubungan antara tinggi badan ibu dengan ukuran pintu atas panggul pada pasien
pasca seksio sesaria atas indikasi panggul sempit dan disproporsi sefalopelvik.