Anda di halaman 1dari 7

TUGAS RINGKASAN MATERI KULIAH

CORPORATE GOVERNANCE

Corporate Governance di Asia dan Dunia Ditinjau dari Struktur Pengurus/Pengelolaan


Perusahaan

Dosen Pengampu: Dr. Ni Made Dwi Ratnadi, S.E., M.Si., Ak. CA

Diusulkan oleh:

Kelompok 10

I Gede Prabandhana Ariantaka 1607532048/01

Luh Komang Adhika Wijasari 1707532078/28

Ni Made Suryani 1707532098/33

PROGRAM STUDI S1 REGULER DENPASAR AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS UDAYANA

2019
1. Corporate Governance Di Asia dan Dunia Ditinjau dari Struktur Pengurus/Pegelola Perusahaan

Amerika Serikat, Inggris, Italia, Australia, Singapura, dan Hongkong pada awal dekade 2000-
an, dunia dikejutkan oleh tumbangnya perusahaan-perusahaan raksasa terkemuka di berbagai
negara industri maju tersebut. Tumbangnya perusahaan-perusahaan tersebut karena lemahnya
penerapan prinsip – prinsip Good Corporate Governance mereka. Istilah Good Corporate
Governance (CG) kian populer. Tak hanya populer, istilah tersebut juga ditempatkan di posisi
terhormat, yaitu:

A. Corporate Governance merupakan salah satu kunci sukses perusahaan untuk tumbuh dan
menguntungkan dalam jangka panjang, sekaligus memenangkan persaingan bisnis global.
B. Krisis ekonomi di kawasan Asia dan Amerika Latin yang diyakini muncul karena kegagalan
penerapan Corporate Governance.
Good Corporate Governance menjadi penting untuk Asia dalam beberapa tahun terakhir dengan
sebagian besar pasar telah memperkenalkan peraturan yang komprehensif. Regulator perusahaan
dan investor memiliki peran penting dalam Good Corporate Governance. Meskipun ada
perusahaan yang sadar melebihi standar tata kelola juga ada bukti yang jelas bahwa pendekatan
terhadap masalah pemerintahan oleh banyak perusahaan di Asia berjumlah lebih sedikit. Hal ini
menunjukkan hubungan yang kuat antara praktik Good Corporate Governance yang baik dan
keuntungan finansial.

1) Good Corporate Governance di Malaysia


The Malaysian Code on Corporate Governance merupakan pedoman Good Corporate
Governance yang diterbitkan pada tahun 2007 oleh Bursa Efek Malaysia serta merupakan revisi
atas pedoman yang telah diterbitkan sebelumnya. Kewajiban dalam menjalankan dan
melaksanakan pedoman ini diatur dalam peraturan tentang pencatatan efek di Bursa Efek tersebut.

A. Metode Penerapan Pedoman Good Corporate Governance


Perusahaan yang bersifat comply and explain wajib menerapkan pedoman Good Corporate
Governance. Bagi perusahaan yang tercatat di bursa efek Malaysia, prinsip-prinsip Good
Corporate Governance dan praktik-praktik terbaik yang telah diterapkan perusahaan wajib
diungkapkan dalam laporan tahunan. Perusahaan juga wajib mengidentifikasi prinsip dan
praktik terbaik yang tidak dilaksanakan disertai alasan atas ketidakpatuhan tersebut. Apabila
perusahaan mengadopsi praktek tata kelola negara lain, hal ini juga harus diungkapkan.
B. Sanksi Atas Ketidakpatuhan Terhadap Pedoman Good Corporate Governance
Apabila perusahaan tidak menerapkan seluruh aspek dalam pedoman ini secara keseluruhan,
dengan demikian tidak ada sanksi bagi perusahaan tersebut. Namun terdapat kewajiban untuk
mengungkapkan pelaksanaan dari pedoman tersebut dalam laporan tahunan. Maka, bagi
perusahaan yang tercatat atau akan mencatatkan sahamnya di bursa tidak mengungkapkan
dalam laporan tahunannya terkait dengan penerapan tata kelola, Bursa Malaysia dapat
mengambil tindakan terhadap perusahaan atau direksi sebagaimana tercantum dalam
Persyaratan Listing di Bursa Malaysia.

2. Good Corporate Governance di Singapura


A. Metode Penerapan Pedoman Good Corporate Governance
Sebuah perusahaan diharuskan tercatat untuk mengungkapkan praktik tata kelola mereka
dalam laporan tahunan dengan referensi khusus kepada prinsip-prinsip yang terdapat dalam
pedoman berdasarkan ketentuan pencatatan efek di Bursa Efek Singapura. Selain itu,
perusahaan diwajibkan untuk mengungkapkan dan menjelaskan setiap perbedaan terkait
dengan pelaksanaan dari pedoman yang ada.

B. Sanksi Atas Ketidakpatuhan Terhadap Pedoman Good Corporate Governance


Penerapan pedoman Good Corporate Governance oleh perusahaan hanya bersifat
voluntary. Sehingga, tidak ada sanksi bagi perusahaan yang tidak menerapkannya. Namun,
perusahaan harus menjelaskan dengan rinci alasan untuk tidak menerapkannya.
3.Good Corporate Governance di China
Pengakuan akan pentingnya prinsip-prinsip tata kelola perusahaan memiliki sejarah panjang
di Tiongkok. Tata kelola perusahaan pertama di Tiongkok kode ini diperkenalkan oleh Komisi
Regulasi Sekuritas China (CSRC) pada tahun 2001, di depan banyak rekan APAC, dan diperbarui
lebih lanjut pada 2011. Pada Agustus 2016 tinjauan kode ini diumumkan oleh Ketua CSRC, dan
reformasi legislatif lainnya juga sedang ditinjau. Karena semakin banyak investor global
mempertimbangkan untuk berinvestasi di ekuitas Cina, pentingnya upaya ini untuk mengadopsi
dan mematuhi standar global tata kelola perusahaan yang baik hanya dapat terus tumbuh. Laporan
kami memeriksa banyak peluang - dan risiko - yang disajikan oleh praktik tata kelola perusahaan
saat ini di Cina, berdasarkan pada harapan para calon investor ini. Harapan para investor global
mengenai tata kelola perusahaan publik telah dipandu oleh adopsi kode dan standar tata kelola
perusahaan di hampir semua pasar global, dimulai dengan publikasi di Inggris pada tahun 1992
dari "Aspek Keuangan Tata Kelola Perusahaan", lebih dikenal sebagai "Laporan Cadbury".
Menurut Cadbury, "Peran pemegang saham dalam tata kelola adalah untuk menunjuk direktur dan
auditor dan untuk memuaskan diri mereka sendiri yang sesuai struktur tata kelola sudah ada, ”dan“
Tanggung jawab dewan termasuk menetapkan tujuan strategis perusahaan, menyediakan
kepemimpinan untuk menerapkannya, mengawasi manajemen bisnis dan melaporkannya kepada
pemegang saham penata layanan.
4.Good Corporate Governance di Jepang
Tata kelola perusahaan Jepang masih menggunakan Keiretsu Type 1, yaitu suatu kelompok
perusahaan dengan hubungan bisnis dan kepemilikan saham yang saling terkait, dan The Market-
Based Model, karena perekonomian di Jepang masih memiliki jejak 'zaibatsu' atau monopoli yang
dijalankan sekelompok bisnis keluarga awal abad ke-20. Perusahaan go public yang berada di
Jepang didanai oleh bank-bank besar yang menjadi dewan pengawas dalam memonitoring dan
pengelolaan perusahaan. Bank di Jepang memiliki porsi saham paling besar dan hubungan yang
dekat dengan para eksekutif.

5.Good Corporate Governance di Amerika


Reformasi corporate governance pertama kali berawal dari sebuah pidato Arthur Levitt pada
tahun 1998. Levitt memaparkan berbagai permasalahan yang ada dalam suatu perusahaan pada
saat itu, yang mengakibatkan kinerja dan akuntabilitas perusahaan terhadapt pemegang saham atau
stakeholders menjadi buruk. Reformasi kedua corporate governance kedua terjadi pada tahun
2002 yaitu disahkannya undang-undang yang mengatur keberadaan komite audit dalam
perusahaan di Amerika Serikat.
6.Good Corporate Governance di Inggris
Mulai Mei 1991, upaya perbaikan corporate governance di Inggris dilakukan dengan membentuk
Cadbury Committee yang bertugas untuk membuat rekomendasi untuk memperbaiki mekanisme
corporate governance bukan hanya untuk bank saja melainkan juga untuk semua perusahaan-
perusahaan di Inggris. Rekomendasi ini tertuang dalam Cadbury Report.
7.Good Corporate Governance di Australia
Australia adalah salah satu negara yang mempergunakan sistem voluntary corporate
governance. The Australia Stock Exchange Corporate Governance Council menyatakan bahwa
the Principles of Good Corporate Governance and the Best Practice Recommendation
mempergunakan sistem voluntary perusahaan yang terdaftar di bursa efek Australia tetapi
diperbolehkan untuk tidak memenuhi ketentuan yang diamanatkan oleh kode corporate
governance dengan harus memberikan alasan yang tepat mengapa perusahaan tersebut tidak
mematuhinya. Oleh karena itu, sistem Australia berlandaskan kepada prinsip dasar “if not why
not” maka para pembuat kode Australia memberikan kebebasan kepada perusahaan-perusahaan
yang telah terdaftar di bursa efek Australia untuk membangun sistem milik mereka sendiri dalam
menjalankan bisnis selama mereka dapat memberikan alasan yang masuk akal mengapa mereka
tidak mematuhi prinsip yang tertuang dalam kode tersebut.
8. Implementasi CG dan peran OJK
Implementasi Corporate Governance merupakan hal yang wajib dilakukan oleh tiap
perusahaan baik BUMN maupun BUMS serta lembaga keuangan. Dalam proses implementasinya
tentunya diperlukan suatu pengawasan agar implementasi GCG tersebut tetap berjalan dengan baik
dan sesuai dengan prinsip Corporate Governance itu sendiri.
OJK adalah lembaga yang dibentuk dengan fungsi untuk mengawasi kegiatan sektor
keuangan. OECD bersama OJK meluncurkan The New G20/OECD Principles Of Corporate
Governance (CG) di Jakarta sebagai bentuk partisipasi OJK untuk mendukung penerapan prinsip
GCG G20/OECD yang baru diluncurkan September 2015 lalu di pertemuan G20 di Ankara,
Turki. Prinsip-prinsip GCG G20/OECD terbaru tersebut merupakan pengembangan dari versi
terdahulu yang memberikan rekomendasi bagi para pembuat kebijakan nasional tentang hak-hak
pemegang saham, remunerasi eksekutif, pengungkapan informasi keuangan, perilaku investor
institusi, dan bagaimana mekanisme pasar saham harus berfungsi. OJK sebelumnya sudah
mengeluarkan Peraturan OJK (POJK) terkait pelaksanaan GCG yaitu, yaitu Tata Kelola
Perusahaan Terbuka yang terdiri dari lima aspek:
1) Hubungan Perusahaan Terbuka dengan Pemegang Saham Dalam Menjamin Hak-Hak
Pemegang Saham
2) Fungsi dan Peran Dewan Komisari
3) Fungsi dan Peran Direksi
4) Partisipasi Pemangku Kepentingan; dan
5) Keterbukaan Informasi.
Diharapkan penerapan prinsip-prinsip baru ini dapat memudahkan para pelaku pasar untuk
menyesuaikan implementasi prinsip GCG dengan perubahan dan pertumbuhan bisnis di era
sekarang untuk mendorong pertumbuhan dan keberlangsungan sektor jasa keuangan Indonesia,
sehingga dapat mendorong ketahanan sektor jasa keuangan dan pertumbuhan ekonomi dalam
kondisi normal ataupun krisis.
Implementasi prinsip-prinsip terbaru ini diharapkan dapat menciptakan kepercayaan,
transparansi dan akuntabilitas, sehingga sektor jasa keuangan dapat berkembang dan membuka
akses serta peluang untuk investasi dan pendanaan jangka panjang melalui pasar modal. Perubahan
prinsip-prinsip GCG G20/OECD dibagi menjadi 6 bab yang penambahannnya dimasukkan ke
dalam tiap-tiap bab tersebut:
1) Dasar kerangka tata kelola yang efektif
2) Hak dan perlakuan yang adil untuk pemegang saham dan fungsi kunci kepemilikan
3) Investor institusi, pasar modal dan perantara lainnya
4) Peran pemangku kepentingan dalam tata kelola
5) Transparansi dan Keterbukaan informasi
6) Tanggung jawab Direksi dan Dewan Komisaris
DAFTAR PUSTAKA

Sutojo, Siswanto & Aldridge, John. Good Corporate Governance (Tata Kelola Perusahaan Yang
Sehat), Jakarta : PT Damar Mulia Pustaka, 2008

Rasyidah, Resa. (2013). Perbandingan Corporate Governance dengan Sistem One-Tier Board di
Inggris dan AS Terkait Efektififas Pencegahan Terjadinya Fraud dalam Korporasi.
Global & Policy Vol.1, Januari-Juni 2013.

http://studenttheses.cbs.dk/bitstream/handle/10417/797/jason_pettman_og_navchaa_lamj
av.pdf?sequence (Diakses pada tanggal 25 September 2019)

Anda mungkin juga menyukai