Intan Permata Sari
Intan Permata Sari
Bimbingan Skripsi
Dosen Pengampu:
TINJAUAN PUSTAKA
A. Metode Pembelajaran
Metode pembelajaran didefinisikan sebagai cara yang digunakan guru
dalam menjalankan fungsinya dan merupakan alat untuk mencapai tujuan
pembelajaran. Metode pembelajaran lebih bersifat prosedural, yaitu berisi
tahapan-tahapan tertentu (Mohamad, 2012). Menurut Surakhmad dalam bukunya
Suryosubroto (2009) menegaskan bahwa metode pengajaran adalah cara-cara
pelaksanaan daripada proses pengajaran, atau soal bagaimana teknisnya sesuatu
bahan pelajaran diberikan kepada siswa di sekolah. Jadi, metode pembelajaran
adalah cara yang digunakan guru dalam menyampaikan bahan ajar ketika proses
pembelajaran.
Kedudukan metode sebagai salah satu komponen yang ikut ambil bagian
bagi keberhasilan kegiatan belajar mengajar. Kedudukan metode adalah sebagai
alat motivasi ekstrinsik, sebagai strategi pengajaran, dan sebagai alat untuk
mencapai tujuan (Zain, 2010).
Metode sebagai alat motivasi ekstrinsik adalah metode berfungsi sebagai
alat perangsang dari luar yang dapat membangkitkan belajar seseorang. Menurut
Sadirman dalam bukunya Zain (2010) motivasi ekstrinsik adalah motif-motif yang
aktif dan berfungsinya sebagai alat perangsang dari luar.
Metode sebagai strategi pengajaran yaitu dalam kegiatan belajar mengajar,
seorang guru harus memiliki strategi agar siswa dapat belajar secara efektif dan
efisien, mengena pada tujuan yang diharapkan.
Metode sebagai alat untuk mencapai tujuan yaitu ketika tujuan dirumuskan
agar siswa memiliki keterampilan tertentu, maka metode yang digunakan harus
disesuaikan dengan tujuan. Antara tujuan dan metode tidak boleh bertolak
belakang. Artinya, metode harus menunjang pencapaian tujuan pengajaran (Zain,
2010).
Metode pembelajaran yang digunakan oleh guru dalam setiap kali
pertemuan di kelas bukanlah metode pembelajaran yang asal pakai, tetapi telah
1
melalui proses pemilihan metode yang sesuai dengan perumusan tujuan
pembelajaran tertentu.
Tidak ada satu metode yang lebih baik dari metode lainnya. Metode
disebut baik apabila sesuai dengan karakteristik siswa, tujuan atau kompetensi
yang akan dicapai, dan sesuai dengan materi yang akan dikembangkan dalam
pembelajaran. Dalam mengembangkan proses pembelajaran, guru tidak hanya
menggunakan satu metode, melainkan menggunakan multimetode dalam upaya
membelajarkan dan mencapai tujuan yang ingin dicapai (Darmawan, 2013).
2
yang menggabungkan gerak fisik dengan aktivitas intelektual dengan
memanfaatkan semua panca indra dalam proses pembelajaran sehingga siswa
aktif dalam proses pembelajaran.
3
Intelektual adalah pencipta makna dalam pikiran; sarana yang
digunakan manusia untuk “berpikir”, menyatukan pengalaman,
menciptakan jaringan saraf baru dan belajar. Ia menghubungkan
pengalaman mental, fisik, emosional, dan intuitif tubuh untuk membuat
makna baru bagi dirinya sendiri. Sarana yang digunakan pikiran untuk
mengubah pengalaman menjadi pengetahuan, pengetahuan jadi
pemahaman, dan pemahaman menjadi kearifan (Hernowo, 2004).
Pembelajaran SAVI menganut aliran ilmu kognitif modern yang
menyatakan belajar yang paling baik adalah melibatkan emosi, seluruh
indra, dan segenap kedalaman serta keluasan pribadi, menghormati gaya
belajar individu lain dengan menyadari bahwa orang belajar dengan cara-
cara yang berbeda mengaitkan sesuatu dengan hakikat realitas yang kreatif
dan hidup (Widad, 2015).
(Suyatno, 2007)
4
a. Tahap persiapan (kegiatan pendahuluan)
Pada tahap ini guru membangkitkan minat siswa, memberikan
perasaan positif mengenai pengalaman belajar yang akan datang dan
menempatkan mereka dalam situasi optimal untuk belajar. Secara spesifik
meliputi hal sebagai berikut.
1) Memberikan sugesti positif
2) Memberikan pernyataan yang memberi manfaat kepada siswa
3) Memberikan tujuan yang jelas dan bermakna
4) Membangkitkan rasa ingin tahu
5) Menciptakan lingkungan fisik yang positif
6) Menciptakan lingkungan emosional yang positif
7) Menciptakan lingkungan sosial yang positif
8) Menenangkan rasa takut
9) Menyingkirkan hambatan-hambatan belajar
10) Banyak bertanya dan mengemukakan berbagai masalah
11) Merangsang rasa ingin tahu siswa
12) Mengajak pembelajar terlibat penuh sejak awal.
(Shoimin, 2014)
(Khoirudin, 2017)
5
c. Tahap pelatihan (kegiatan inti)
Pada tahap ini guru membantu siswa mengintegrasikan dan
menyerap pengetahuan dan keterampilan baru dengan berbagai cara.
Secara spesifik, yang dilakukan guru adalah sebagai berikut.
1) Aktivitas pemrosesan siswa
2) Usaha aktif atau umpan balik atau renungan atau usaha kembali
3) Simulasi dunia-nyata
4) Permainan dalam belajar
5) Pelatihan aksi pembelajaran
6) Aktivitas pemecahan masalah
7) Refleksi dan artikulasi individu
8) Dialog berpasangan atau berkelompok
9) Pengajaran dan tinjauan kolaboratif
10) Aktivitas praktis membangun keterampilan
11) Mengajar balik.
(Dewi, 2011)
6
3) Berikan waktu break sesering mungkin ketika siswa tengah belajar,
lalu ajaklah mereka untuk segera bergerak ketika sedang menemukan
gagasan baru.
4) Biarkan siswa berdiri dan berjalan ketika mereka tengah
mendengarkan, menonton, atau berpikir.
5) Berikanlah sesuatu yang bisa mereka mainkan selama melakukan
aktivitas ini (tetapi pastikan benda itu tidak menimbulkan kekacauan).
6) Mintalah siswa untuk menulis dalam sebuah kartu tentang apa yang
mereka pelajari, misalnya flash card yang digunakan untuk
mencocokkan item-item yang sama.
7) Sesekali mintalah mereka mempergerakan gagasan mereka dalam
bentuk teater, mimik, atau sentuhan (tanpa harus mengucapkan kata
apapun).
8) Cobalah meminta mereka untuk membuat oret-oretan setiap mereka
membaca teks tertulis.
7
Visual - learning by seeing
1) Tugaskan siswa untuk membaca satu paragraf, kemudian mintalah
mereka untuk membuat sinopsis singkat tentang apa yang dibacanya.
Ulangi proses ini.
2) Mintalah siswa untuk terus mencatat setiap penjelasan penting yang
disampaikan di ruang kelas.
3) Ajaklah siswa untuk membuat semacam moral, gambar atau lukisan
tentang gagasan mereka, lalu tempellah moral-moral itu di dinding
kelas.
4) Sebarkan teks materi pelajaran, dan pastikan teks tersebut sudah
dihighlight dengan warna yang berbeda-beda pada konsep-konsep
pentingnya.
5) Buatlah semacam versi ikon atas setiap konsep yang dijelaskan, lalu
pastikan bahwa siswa bisa mengingat ikon tersebut untuk materi
selanjutnya.
6) Gambarlah mindmap di papan tulis, dan mintalah siswa untuk
memperhatikannya dengan seksama.
8
5. Kelebihan dan Kekurangan Metode Somatic Auditory Visualization
Intellectually (SAVI)
Tidak ada satu metode yang lebih baik dari metode lainnya. Berikut ini
adalah kelebihan dan kekurangan metode pembelajaran SAVI.
a. Kelebihan metode Somatic Auditory Visualization Intellectually
(SAVI)
1) Meningkatkan kecerdesan secara terpadu siswa secara penuh
melalui penggabungan gerak fisik dengan aktivitas intelektual.
2) Ingatan siswa terhadap materi yang dipelajari lebih kuat, karena
siswa membangun sendiri pengetahuannya.
3) Suasana dalam pembelajaran menjadi menyenangkan karena siswa
merasa diperhatikan sehingga tidak bosan dalam belajar.
4) Memupuk kerja sama, dan diharapkan siswa yang lebih pandai
dapat membantu siswa lain yang kurang pandai.
5) Menciptakan suasana belajar yang lebih menarik dan efektif.
6) Mampu meningkatkan kreativitas dan kemampuan psikomotor
siswa.
7) Memaksimalkan konsentrasi siswa.
8) Siswa akan termotivasi untuk belajar lebih giat.
9) Melatih siswa untuk terbiasa berfikir dan mengemukakan
pendapat dan berani menjelaskan jawabannya.
(Shoimin, 2014)
(Widad, 2015)
C. Keterampilan Berbicara
1. Pengertian Keterampilan Berbicara
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, berbicara adalah “berkata;
bercakap; berbahasa atau melahirkan pendapat (dengan perkataan, tulisan, dan
9
sebagainya) atau berunding”. Keterampilan berbicara adalah kemampuan
mengungkapkan bunyi-bunyi artikulasi atau kata-kata untuk mengekspresikan
pikiran berupa ide, pendapat dengan perkataan, keinginan, atau perasaan
kepada mitra bicara (Hermawan, 2011).
Menurut Darlina (2012) keterampilan berbicara merupakan salah satu
kemampuan yang sangat penting yang harus dimiliki siswa, karena
keterampilan berbicara adalah kemampuan siswa untuk berkomunikasi dengan
baik dan benar, baik secara lisan maupun tulisan.
Berbicara pada dasarnya adalah kemampuan seseorang untuk
mengeluarkan ide, gagasan, ataupun pikirannya kepada orang lain melalui
media bahasa lisan. Berbicara tidak hanya sekedar menyampaikan pesan tetapi
proses melahirkan pesan itu sendiri (Abidin, 2012).
Kegiatan berbicara merupakan gambaran tingkah laku atau kepribadian
seseorang. Terbentuknya keterampilan ini tidak sekaligus, tetapi harus dilatih
dan dipelajari secara bertahap dan berkesinambungan (Badrudin, 2009).
Meskipun belum pernah ditemukan hasil penelitian yang menyebutkan bahwa
keterampilan berbicara seseorang berbanding linier dengan kecerdasan, tetapi
hampir semua orang sepakat bahwa kemampuan berbicara menjadi salah satu
indikasi kecerdasan seseorang (Budiana, 2017).
Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan
keterampilan berbicara adalah bukan sekedar mengucapkan bunyi atau kata-
kata saja, akan tetapi kemampuan seseorang untuk menyampaikan pesan
berupa ide, gagasan, pendapat melalui media bahasa lisan.
10
sebuah sumber ide. Sebaliknya, seseorang yang tidak tanggap terhadap
fenomena tidak akan mampu menghasilkan gagasan walaupun sebuah
peritiwa besar terjadi terhadap dirinya (Abidin, 2012).
b. Kemampuan kognisi dan atau imajinasi
Pembicara yang baik akan mampu menentukan kapan ia akan
menggunakan kemampuan kognisi untuk menghasilkan pembicaraan dan
kapan ia harus menggunakan kemampuan imajinasinya. Kemampuan
penggunaan kognisi dan atau imajinasi akan berhubungan dengan tujuan
pembicaraan yang akan ia lakukan (Abidin, 2012).
c. Kemampuan berbahasa
Kemampuan berbahasa merupakan kemampuan pembicara
mengemas ide dengan bahasa yang baik dan benar. Kaitannya dengan
faktor bahasa, pembicara yang baik hendaknya menguasai benar seluruh
tataran linguistik dari fonem hingga semantik-pragmatik. Kemampuan ini
juga berhubungan dengan organ berbicara seseorang. Pembicara yang
mengalami kelainan dalam organ penghasil bunyinya akan mengalami
hambatan ketika berbicara (Abidin, 2012).
d. Kemampuan psikologis
Kemampuan psikologis berhubungan dengan kejiwaan pembicara
misalnya keberanian, ketenangan, dan daya adaptasi psikologis ketika
berbicara. Seorang pembicara yang mampu mengemas ide dengan baik
bisa saja kurang mampu menyampaikan ide tersebut secara lisan karena
terganggu oleh ketenangan ketika berbicara (Abidin, 2012).
e. Kemampuan performa
Kemampuan performa berhubungan dengan praktik berbicara.
Seorang pembicara yang baik akan menggunakan berbagai gaya yang
sesuai dengan situasi, kondisi, dan tujuan pembicaraannya. Gaya juga
berhubungan dengan perilaku ketika seseorang melakukan pembicaraan
seperti ekspresi, kesanggupannya membangun komunikasi interaktif, dan
bahkan berhubungan dengan penampilan berpakaian pembicara (Abidin,
2012).
11
3. Hambatan dalam Kegiatan Berbicara
Tidak semua orang memiliki kemahiran dalam berbicara di muka
umum. Akan tetapi, keterampilan ini dapat dimiliki oleh semua orang melalui
prose belajar mengajar secara berkesinambungan dan sistematis. Hambatan
dalam kegiatan berbicara terdiri atas hambatan yang datangnya dari pembicara
sendiri (internal) dan hambatan yang datang dari luar pembicara (eksternal).
a. Hambatan internal
Hambatan internal adalah hambatan yang datang dari diri
pembicara. Hal-hal yang dapat menghambat kegiatan berbicara sebagai
berikut.
1) Ketidaksempurnaan alat ucap
Kesalahan yang diakibatkan dari ketidaksempurnaan alat ucap
akan mempengaruhi keefektifan dalam berbicara, pendengarpun akan
salah menafsirkan pembicara.
2) Penguasaan komponen kebahasaan
Komponen kebahasaan meliputi hala-hal berikut ini.
a) Lafal dan intonasi;
b) Pilihan kata (diksi)
c) Struktur bahasa; dan
d) Gaya bahasa.
3) Penggunaan komponen isi
Komponen isi meliputi hal-hal sebagai berikut.
a) Hubungan isi dengan topik;
b) Struktur isi;
c) Kualitas isi; dan
d) Kuantitas isi.
4) Kelelahan dan kesehatan fisik maupun mental
Seorang pembicara yang tidak menguasai komponen bahasa
dan komponen isi tersebut akan menghambat kefektifan berbicara.
(Cahyani, 2009)
b. Hambatan eksternal
Selain hambatan internal, berbicara akan menghadapi hambatan
yang datang dari luar dirinya. Hambatan eksternal meliputi hal-hal di
bawah ini (Cahyani, 2009).
1) Suara atau bunyi;
12
2) Kondisi ruangan;
3) Media; dan
4) Pengetahuan belajar.
13
yang nyata dihadapi siswa dalam kehidupan sehari-hari dikaitkan dengan
topik yang dibahas (Suryosubroto, 2009).
b. Bentuk belajar harus dirancang agar siswa menemukan tema
Dalam melakukan pembelajaran tematik, siswa didorong harus
mampu menentukan tema-tema yang benar-benar sesuai dengan kondisi
siswa, bahkan dialami oleh siswa (Suryosubroto, 2009).
c. Efisiensi
Pembelajaran tematik memiliki nilai efisiensi antara lain dalam
segi waktu, beban materi, metode, penggunaan sumber belajar yang
otentik sehingga dapat mencapai ketuntasan kompetensi secara tepat
(Suryosubroto, 2009).
14
d. Aktif, pembelajaran tematik dikembangkan dengan berdasar pada
pendekatan inquiry discovery di mana siswa terlibat secara aktif
dalam proses pembelajaran, mulai perencanaan, pelaksanaan,
hingga proses evaluasi.
(Majid, 2014)
15
DAFTAR PUSTAKA
16
Meier, D. (2000). The Accelerated Learning Handbook. New York:
McGraw-Hill.
17