PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Saat ini kita sudah berada dalam zaman modern tapi mereka masih
memegang adat leluhurnya, merupakan suatu yang menarik untuk dipelajari dan
diamati di eramoderisasi ini khususnya oleh kita sebagai peneliti.
1.2 Tujuan
1
1.3 Ruang Lingkup di Kampung Naga
2
BAB II
ISI
2.1 Gambaran Kehidupan Masyarakat Kampung Naga
3
yang sudah ditembok (Sunda Sengked) sampai ketepi sungan ciwulan dengan
kemiringan sekitar 45 derajat dengan jarak kira-kira 500 meter. Pada seratus anak
tangga pertama, kita akan melihat beberapa bangunan permanen dan non
permanen rumah masyarakat luar Kampung Naga dan beberapa kios yang menjual
souvenir Kampung Naga atau khas Tasikmalaya dan pemandangan dengan
deretan pohon bambu, pohon eboni, dan pohon albasia. Seratus anak tangga
berikutnya akan menikmati pemandangan alam berupa sawah-sawah dengan
aliran airnya, sedangkan pada seratus anak tangga terakhir kita dapat melihat
beberapa atap rumah adat ciri khas masyarakat Kampung Naga yang seluruhnya
berwarna hitam (berasal dari ijuk), aliran dan suara sungai Ciwulan yang deras,
petak-petak sawah, dan bukit Gunung Cikuray (lokasi Kampung Naga berada di
lembah Cikuray) yang rindang oleh tumbuhan dan pepohonan. Kemudian melalui
jalan setapak menyusuri sungaii Ciwulan sampai kedalam Kampung Nag.
-Di sebelah Barat adalah hutan keramat (yang didalamnya terdapat makam leluhur
masyarakat Kampung Naga).
-Di sebelah Utara dan Timur dibatasi oleh sungai Ciwulan yang sumber airnya
berasal dari Gunung Cikuray di daerah Garut.
4
Dalam system formal meliputi kepala RT dan kepala dusun dan semua
unsur yang terkait didalamnya., termasuk system pemerintahan. Dalam system
Non-formal, masyarakat Kampung Naga mengenal dan mengakui adanya Kuncen
(juru kunci) sebagai pemangku adat.Ada juga punduh yang berfungsi mengurusi
masyarakat dalam kerja sehari-hari.Dirinya bertindak sebagai pengayom
masyarakat apabila ada kegiatan kemasyarakatan. Begitupula dengan bidang
keagamaan yang diurus oleh Leube.dirinya punya wewenang dan tanggungjawab
dalam mengurus masyarakat pada masalah keagamaan dan hal lain yang terkait
dengan agama.
5
bercakap-cakap dengan para wisatawan dai Kabupaten dan Kota
Tasikmalayamaupun dari luar Jawa Barat.
6
Menurut kepercayaan masyarakat Kampung Naga, dengan menjalankan
adat-istiadat warisan nenek moyang berarti menghormati para leluhur atau
karuhun.Segala sesuatu yang datangnya bukan dari ajaran karuhun Kampung
Naga, dan sesuatu yang tidak dilakukan karuhunnya dianggap sesuatu yang tabu.
Apabila hal-hal tersebut dilakukan oleh masyarakat Kampung Naga berarti
melanggar adat, tidak menghormati karuhun, hal ini pasti akan meimbulkan
malapetaka.
7
2.3.2 Tempat Untuk Beribadah
Adapun beberapa tanaman obat yang kami temui di daerah Kampung Naga
diantaranya :
Kandungan Kandungan ostosifonin dan garam kalium (pada daun), merupakan komponen
utama yang membantu larutnya asam urat, fosfat, dan oksalat dalam tubuh manusia,
terutama dalam kandung kemih, empedu, maupun ginjal sehingga dapat mencegah
8
terjadinya endapan batu ginjal. Kandungan saponin dan tanin pada daun itu juga bisa
mengobati keputihan.
Cara pengolahan untuk mengobati batu ginjal yaitu dengan merebus daun kumis
kucing secukupnya, lalu minum hasil rebusannya setelah dingin.
Dan untuk mengatasi keputihan, daun kumis kucing yang telah direbus digunakan
untuk membasuh organ intim.
Manfaat dari lidah buaya selain sebagai kecantikan juga dapst Membantu
Melancarkan peredaran darah, membantu mempercepat proses penyembuhan
paska operasi, menyembuhkan TBC, Asma, Batuk, anti peradangan dan
menyembuhkan tekanan darah tinggi. Dengan cara mengupas kulit bagian luarnya
dan memakan dagingnya, bisa juga ditambahkan sirup sebagai pemanis.
9
3. Jambu Biji (Psidium guajava)
Mengandung antioksidan yang tinggi, jambu biji mengandung zat besi, kalsium,
asam amino, vitamin A, vitamin B1, vitamin C dan fosfor yang tinggi. Zat ini
semua bisa menjaga kekebalan tubuh terhadap penyakit, mencegah kanker,
mengatasi radikal bebas, dan menurunkan kadar kolesterol.
Daun dari jambu biji juga bisa dijadikan obat antidiare, peluruh haid,
menghentikan pendarahan, anti radang, dan pembersih kulit.
Cara penggunaan nya yaitu dengan memakan langsung buah jambu biji tetapi
tidak dengan bijinya, karena biji jambu ini sulit dicerna. Sedangkan untuk
daunnya, biasa direbus dalam air mendidih sampai airnya tersisa setengahnya, lalu
airnya diminum secara rutin.
10
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Di sana juga, tidak hanya tentang tradisi ataupun kebudayaannya, tapi juga
terdapat banyak tanaman tradisional yang sudah diketahui khasiatnya maupun
belum diketahui karena disana hasil alam yang sangat bagus. Mereka juga masih
menggunakan obat-obat tradisional seperti daun jambu biji untuk diare,
Arus modernisasi tidak bisa dihindari cepat atau lambat akan memberikan
pengaruh tidak terkecuali di Kampung Naga, dulu mereka tidak pernah tersentuh
arus modern sekarang sudah terlihat arus modern sudah tumbuh. Beberapa dari
mereka sekarang mulai agak mengikuti moderenisasi mereka mempunyai
handpone (hp), putra dan putrinya di sekolahkan, dan apabila salah satu
masyarakat yang sakit parah yang tidak bisa di atasi dengan obat herbal mereka
datang ke Dokter, untuk mengobatinya.
11
3.2 Saran
12
DAFTAR PUSTAKA
Murniatno, Gatut, dkk. 1986-1987. Kehidupan Sosial Budaya Orang Kampung
Naga, Salawu, Tasikmalaya, Jawa Barat. Bandung : Balai Jarahnitra Yogyakarta.
Dirjen Kabudayaan, Depdikbud.
13
14