Anda di halaman 1dari 55

MENINGKATKAN MINAT BELAJAR GEOGRAFI SISWA

MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN


GENERATIF DI KELAS X-1SMA NEGERI 15 MEDAN TAHUN
PELAJARAN 2015/2016
(Penelitian Tindakan Kelas)

Diajukan Untuk Mengikuti


Lomba Guru Berprestasi Tahun 2016
Dinas Pendidikan Kota Medan

Oleh:

SOFYANTO
NIP. 19830522 201001 1 015

SMA NEGERI 15 MEDAN


MEDAN
2016

1
LEMBAR PENGESAHAN

MENINGKATKAN MINAT BELAJAR GEOGRAFI SISWA MELALUI


PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN GENERATIF
KELAS X-1SMA NEGERI 15 MEDANT.P. 2015/2016

(Penelitian Tindakan Kelas)

oleh :

SOFYANTO
NIP. 19830522 201001 1 015

Diajukan Untuk Mengikuti Guru Berprestasi Tingkat SMA Tahun 2016


Dinas Pendidikan Kota Medan

Medan, April 2016

Mengetahui,
Kepala SMA Negeri 15 Medan

Drs. Darwin Siregar, M.Pd


NIP. 19590807 198803 1 004

i
ii

ABSTRAK

SOFYANTO. Meningkatkan Minat Belajar Geografi Siswa melalui


Penerapan Model Pembelajaran Generatif Kelas X-1 SMA Negeri 15
Medan Tahun Pelajaran 2015/2016. KTI.2016

Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas di X-1 SMA


Negeri 15 Medan Tahun Pelajaran 2015/2016 pada Semester I
(ganjil) dengan 40 siswa.Penerapan Model Pembelajaran Generatif
ini langkah-langkah yang dilakukan melalui
Pendahuluan/Ekploratif, Pemfokusan, Tantangan/Pengenalan
Konsep serta Penerapan konsep sangat sesuai dalam peningkatan
minat belajar geografi siswa di kelas X-1Semester I (ganjil)Tahun
Pelajaran 2015/2016 sesuai dari hasil Penelitian Tindakan Kelas
(PTK) yang dilakukan oleh guru geografi. Penerapan MPG pada
pelajaran geografi untuk Strandar Kompetensi:Memahami Konsep,
Pendekatan, Prinsip dan Aspek Geografi. maka minat belajar
geografi siswa akan meningkat dengan perencanaan, metode,
alokasi waktu, dan soal latihan di akhir pertemuan dan
penghargaan siswa pribadi/kelompok akan meningkatkan minat
siswa kelas X-1SMA Negeri 15 MedanT.P. 2015/2016. Itu terwujud
dari perencanaan, pelaksanaan, pengamatan dan refleksi pada
Siklus I, II, dan III secara optimal dengan memperhatikan langkah-
langkah dalam penerapan MPG.

Kata Kunci : Minat, Model Pembelajaran Generatif


iii

KATA PENGANTAR

Syukur kepada Allah SWT, sebagai bentuk persembahkan atas segala


rahmat dan karuniaNya sehingga penulis dalam keadaan sehat menjalankan tugas
dan aktivitas sehari-hari untuk menyusun karya tulis ilmiah ini yang berjudul
“Meningkatkan Minat Belajar Geografi Siswa melalui Penerapan Model
Pembelajaran Generatif Kelas X-1 SMA Negeri 15 Medan Tahun Pelajaran
2015/2016”.
Penulis menyampaikan rasa hormat dan terima kasih kepada H.M. Markun
(alm) dan Hj. Jaenah (orang tua), Kartika Manalu, M.Pd (istri), serta Yasmin
Zhafirah Sofia (anak) yang memberikan motivasi dan dukungan untuk terus
berkarya. Ucapan terima kasih juga kepada Drs. Darwin Siregar, M.Pd sebagai
Kepala SMA Negeri 15 Medan yang mendukung dalam penelitian ini.
Akhirnya penulis mengakui bahwa dalam karya tulis ilmiah ini, menyadari
masih terdapat kekurangan dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kritikan dan saran
agar disampaikan untuk perbaikan karya-karya yang lainnya. Semoga karya ini
dapat bermanfaat bagi peningkatan kualitas guru dalam mencerdaskan kehidupan
bangsa. Amin.

Medan, Desember 2016


Penulis,

SOFYANTO
iv

DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR PENGESAHAN ............................................................................ i
ABSTRAK .................................................................................................... ii
KATA PENGANTAR .................................................................................... iii
DAFTAR ISI .................................................................................................... iv
DAFTAR TABEL ............................................................................................ v
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... vi

BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ……………………………… . 1
B. Perumusan Masalah ........................................................ 5
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian…………………………. 7

BAB II : KAJIAN PUSTAKA


A. Hakikat Geografi …………………………..................... 8
B. Hakikat Model Pembelajaran Generatif ..................... 14
C. Hakikat Minat Belajar ................................................ 25

BAB III : METODOLOGI PENELITIAN


A. Modeto Penelitian ........................................................... 28
B. Subjek Penelitian ........................................................... 29
C. Tekni dan Analisa Pengumpulan Data ............................. 29
D. Defenisi Operasional ........................................................ 30
E. Prosedur dan Pelaksanaan .................................................. 31

BAB III : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


A. Hasil Penelitian ....................... ………………………… 32
B. Pembahasan .......................................................... 36

BAB IV : KESIMPULAN DAN SARAN


A. Kesimpulan ............................ ………………………… 42
B. Saran ............................................................................. 42

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................... 44


v

DAFTAR TABEL

TABEL
1. Jadwal Siklus I …………………………………………… .......... 30

2. Jadwal Siklus II ……………………………………………. ........ 31

3. Siklus I PTK... ................................................................................ 32

4. Siklus II PTK... .............................................................................. 34

5. Siklus III PTK... ............................................................................. 36

6. Perbadingan Siklus I, II dan III... ................................................... 38


vi

DAFTAR GAMBAR

GAMBAR

1. Model Pembelajaran Generatif ............................................... 20

2. Siklus PTK Model Kurt Lewin ............................................... 29


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Materi pelajaran geografi terdapat pembahasan konsep, pendekatan,

prinsip dan aspek geografi. Siswa dapat memahaminya melalui penciptaan

konsep-konsep geografi di dalam kelas berdasarkan pengalaman yang ada di

sekeliling. Hal inilah sebagai proses pembelajaran yang integratif yang sangat

mengandalkan proses penalaran dalam proses memori otak janka panjang.

Menerapkan konsep-konsep yang telah ada di lingkungan sekitar sebagai proses

pembelajaran yang menarik bagi siswa. Proses penalaran inilah yang semestinya

diterapkan dalam pembelajaran geografi agar siswa dilibatkan secara aktif untuk

memperoleh informasi baru dari informasi yang ada dalam pembelajaran geografi

selain sumber lainnya. Penalaran berfikir inilah yang ada dalam suatu model

pembelajaran yang diterapkan guru di kelas yang selama ini kurang di optimalkan.

Guru sebagai perancang dalam pembelajaran, sangat berperan dalam

menentukan ketercapaianan tujuan pembelajaran tersebut. Tujuan pembelajaran

dapat tercapai dengan mengoptimalkan kemampuan guru untuk dapat

mengorganisasikan informasi sehingga bahan pelajaran menjadi menarik serta

menyenangkan. Saat ini terdapat kecenderungan guru sering menggunakan teknik-

teknik pembelajaran yang kurang memobilisasi dan menumbuhkan potensi

berpikir, sikap, dan keterampilan siswa. Somantri (2001) mengemukakan bahwa

digunakannya teknik-teknik pembelajaran seperti itu disebabkan oleh beberapa

1
2

faktor yaitu, kebiasaan teknik pembelajaran yang sudah melembaga sejak dulu

dan teknik pembelajaran tersebut adalah yang paling mudah dilakukan.

Sumaatmadja (2001) menyatakan bahwa siswa cenderung tidak begitu

tertarik dengan pelajaran geografi karena selama ini pelajaran geografi dianggap

sebagai pelajaran yang hanya mementingkan hafalan semata, kurang menekankan

aspek penalaran sehingga menyebabkan rendahnya minat belajar geografi siswa di

sekolah. Berkaitan dengan pembelajaran geografi di sekolah, guru sangat berperan

dalam menentukan keberhasilan tujuan pembelajaran. Idealnya dalam merancang

kegiatan pembelajaran, guru dapat melatih siswa untuk bertanya, mengamati,

menyelidiki, membaca, mencari, dan menemukan jawaban atas pertanyaan baik

yang diajukan oleh guru, maupun yang mereka ajukan sendiri. Pengetahuan yang

disampaikan kepada siswa bukan hanya dalam bentuk produk, tetapi juga dalam

bentuk proses, artinya dalam proses mengajar, pengenalan, pemahaman, pelatihan,

metode, dan penalaran siswa, merupakan hal yang penting untuk diajarkan

(Atmadi dkk, 2000).

Guru beranggapan bahwa proses dan isi mata pelajaran tidak begitu

penting, guru mengajar memiliki otoritas tunggal, dan yang paling mencolok

adalah minimnya aktivitas yang mendorong siswa untuk berefleksi dan berafeksi,

untuk mengembangkan pemikiran kritis (critical thinking), pemikiran yang

reflektif (reflective thinking), daya afektif, dan daya kreatif yang menjadi motor

penggerak aktivitas hidup yang positif, produktif, dan konstruktif (Atmadi dkk,

2000). Akibatnya mata pelajaran dianggap membosankan karena sebahagian besar

siswa harus mengahafal, tanpa ada masalah yang dihadapi (Somantri, 2001).
3

Peran aktif dan perhatian yang lebih serius untuk meningkatkan hasil

belajar khususnya geografi diharapkan sesuai fenomena di atas. Guru mempunyai

tugas yang sangat berat untuk mengatasi permasalahan, karena guru memiliki

peran strategis dalam kegiatan proses pembelajaran. Peran strategis ini adalah

memfasilitasi siswa untuk saling mentranformasikan pengetahuan, dan nilai-nilai

proses pembelajaran serta berinteraksi untuk mengintegrasikan pengetahuan yang

didapatkan.

Menurut Gagne (1985) ada tiga fungsi yang dapat diperankan guru

dalam mengajar, yaitu merancang, mengelola dan mengevaluasi pengajaran.

Pendapat ini sejalan dengan apa yang dikemukakan oleh Hamalik (1993) bahwa

secara operasional ada 5 (lima) variabel utama yang berperan dalam proses belajar

mengajar, yaitu tujuan pengajaran, materi pelajaran, metode dan teknik mengajar,

guru, murid dan logistik. Semua komponen tersebut memiliki ketergantungan satu

sama lain. Guru profesional selalu membuat persiapan-persiapan, dengan

membuat perencanaan tujuan pembelajaran, pengorganisasian materi,

perencanaan strategi, model, metode, media, evaluasi, dan dapat merealisasikan

apa yang telah direncanakan dengan tepat.

Pengkajian dan pembaharuan dalam model pembelajaran yang

diterapkan dapat dilakukan dengan menggunakan Model Pembelajaran Generatif

(MPG). Model pembelajaran ini merupakan model pembelajaran yang dilakukan

untuk memiliki pengetahuan, kemampuan serta keterampilan mandiri. Selain itu

pembelajaran ini dapat mencakup materi objek pembelajaran yang luas. Selain

pemilihan model pembelajaran yang tepat, perolehan hasil belajar kegiatan


4

pembelajaran juga dipengaruhi oleh kemampuan guru dalam mengenal dan

memahami karakteristik siswa. Guru yang mampu mengetahui karakteristik siswa

akan dapat membantu terselenggaranya proses pembelajaran secara efektif.

Menurut Bruner (1961)bahwaproses pembelajaran dikatakan efektif apabila

terjadi transfer belajar, yaitu materi pelajaran yang disajikan oleh guru dapat

diserap oleh struktur kognitif siswa. Siswa dapat menguasai materi tersebut tidak

hanya terbatas pada tahap ingatan tanpa pengertian (rote learning), tetapi diserap

secara bermakna (meaningful learning). Agar terjadi transfer belajar yang efektif,

maka guru harus memperhatikan karakteristik setiap siswa untuk dapat

disesuaikan dengan materi yang dipelajarinya. Rogers (1982) menyatakan bahwa

pembelajaran akan semakin efektif atau semakin berkualitas bila proses belajar

mengajar dilakukan sesuai dengan karakteristik siswa yang diajar. Sejalan dengan

hal tersebut, Hamacheck dan Slavin (1990) mengemukakan bahwa karakteristik

adalah aspek-aspek yang ada dalam diri siswa yang dapat mempengaruhi

perilakunya.

Menurut Dick and Carey (1996), seorang guru hendaknya mampu untuk

mengenal dan mengetahui karakteristik siswa, sebab pemahaman yang baik

terhadap karakteristik siswa akan sangat berpengaruh terhadap keberhasilan

proses belajar siswa. Apabila seorang guru telah mengetahui karakteristik peserta

didiknya, maka selanjutnya guru dapat menyesuaikan strategi, metode, media

pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik siswa tersebut.

Karakteristik seperti tingkat minat siswa untuk memahami informasi

yang dikembangkan di kelas. Pengelolaan informasi dapat diketahui dari


5

bagaimana siswa dari pengamatan apa yang dilihat di sekelilingnya. Hal ini

berkaitan dengan tingkat minatnya. Berdasarkan pengalaman yang didapatkan

pada Tahun Pelajaran sebelumnya, bahwa siswa sulit untuk memahami materi

konsep, pendekatan prinsip adan aspek geografi karena siswa tidak berminat

untuk mempelajari geografi. Siswa SMA Negeri 15 Medan saat ini lebih

memahami tentang perkembangan teknologi, fashion dan lain-lain dibandingkan

yang lainnya. Hal ini disebabkan karena minat siswa yang rendah untuk

mempelajari geografi sebagai materi IPS.

Sehubungan dengan hal di atas, peneliti akan melakukan Penelitian

Tindakan Kelas (PTK) tentang Peningkatan Minta Belajar Geografi Siswa Melalui

Penerapan Model Pembelajaran Generatif (MPG)kelas X -1SMA Negeri 15

Medan, semester II (dua) Tahun Pembelajaran 2015-2016.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, masalah yang akan diteliti

adalah hal-hal yang berkaitan dengan hasil belajar geografi, terutama untuk mata

pelajaran geografi dengan memperhatikan kemampuan dan potensi yang dimiliki

siswa. Untuk itu perlu dilihat bagaimana kemampuan guru dalam menyampaikan

materi agar tujuan pembelajaran dapat tercapai. Hal itu, dapat diidentifikasi

masalah antara lain: (1) Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi minat belajar

geografi di SMA? (2) Apakah guru telah merencanakan proses pembelajaran

dengan baik? (3) Bagaimana strategi/model mempertimbangkan karakteristik/

hakikat dari mata pelajaran yang diasuhnya menyampaikan pembelajaran kepada

siswa? (4) Adakah guru mengetahui melakukan evaluasi terhadap strategi/model


6

pembelajaran dalam pembelajaran geografi? (5) Apakah guru menggunakan

berbagai strategi/model pembelajaran sesuai dengan tujuan dan bahan ajar yang

disampaikan? (6) Strategi-strategi dan model-model pembelajaran apa saja yang

selama ini dipergunakan guru dalam pembelajaran geografi? (7) Apakah guru

telah memperhatikan karakteristik siswa pada pelaksanaan pembelajaran? (8)

Adakah bahan penunjang yang dimiliki guru untuk membantu siswa dalam

pembelajaran geografi? (9) Apakah guru telah memanfaatkan bahan-bahan bacaan

atau pustaka yang tersedia untuk memperkaya bahan ajar siswa? (10) Apakah

terdapat pengaruh minat belajar siswa terhadap kualitas pembelajaran?

Minat belajar siswa dipengaruhi faktor internal maupun faktor eksternal.

Penelitian yang mencakup keseluruhan faktor tersebut merupakan pekerjaan yang

rumit, menuntut keahlian, waktu dan dana. Mengingat luasnya masalah yang

menjadi penyebab terhadap minat belajar siswa, penelitian ini dibatasi pada minat

belajar geografi siswa melalui penerapan model pembelajaran yang optimal.

Bagaimana Meningkatkan minat belajar geografi siswa melalui penerapan model

pembelajaran generatif kelas X-1SMA Negeri 15 Medan yang dilaksanakan pada

semester I (satu) Tahun Pembelajaran 2015-2016.

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Tujuan penelitian ini bertujuan untuk:

1. Mengetahui tingkat minat belajar geografi siswa di kelas X-1SMA Negeri 15

MedanTahun Pelajaran 2015/2016


7

2. Mengetahui tingkat Ketercapaian Ketuntasan Minimal (KKM) yang didapat

siswa untuk Standar Kompetensi (SK) Memahami Konsep, Pendekatan,

Prinsip, Aspek Geografi

3. Mengetahui keunggulan dan kekurangan guru dalam penerapan model

pembelajaran sebagai kreatifitas dalam melakukan pembelajaran di kelas

Sedangkan manfaat yang diharapkan yaitu:

1. Bagi siswa: Meningkatnya minat belajar geografi siswa dalam memahami

materi pelajaran yang pertama untuk di tingkat SMA

2. Bagi guru: Menemukan model pembelajaran yang efektif dan efisien untuk

meningkatkan minat belajar geografi siswa yang sulit untuk difahami sehingga

kreatifitas mengajar dapat ditingkatkan

3. Bagi sekolah: Memberikan peluang guru lainnya untuk menjadi acuan dalam

meningkatkan kualitas pembelajaran melalui penelitian


8

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

1. Hakikat Belajar Geografi

Kemampuan kognitif merupakan kemampuan yang berkaitan dengan

penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi, sebagai hasil dari proses belajar.

Proses belajar di sekolah maupun di luar sekolah menghasilkan tiga pembentukan

kemampuan yang dikenai sebagai Taxonomi Bloom, yakni kemampuan kognitif,

afektif, dan psikomotor (Suparman, 1997). Sebagaimana diketahui bahwa hasil

belajar merupakan perpaduan antara faktor pembawaan dan pengaruh lingkungan.

(faktor dasar dan ajar).

Menurut Sardiman (2004), menambahkan bahwa kegiatan belajar sebagai

suatu proses psikologis terjadi di dalam diri seseorang. Proses belajar tersebut

begitu kompleks, sehingga sulit untuk dilihat tanpa alat bantu. Sementara itu

Surakhmad (1986) mengartikan belajar sebagai pengetahuan, pemahaman konsep

dan kecakapan baru, serta pembentukan sikap dari perbuatan atau tingkah laku

positif. Perubahan tingkah laku seperti yang dijelaskan di atas disebabkan adanya

pertambahan pengalaman atau pengetahuan yang diperolehnyasetelah proses

belajar. Jadi ada nilai tambah dari pengalaman yang dimiliki sebelumnya.

Suryabrata (1998) mengatakan sebenarya belajar itu mengandung hal- hal sebagai

berikut: (a) belajar adalah kegiatan yang membawa perubahan yang bersifat aktual

maupun potensial; (b) perubahan yang terjadi karena ada usaha secara sadar,
9

sengaja, dan bertujuan; (c) perubahan itu pada intinya adalah diperolehnya

kecakapan baru.

Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan untuk memperoleh suatu

perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya

sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya (Slameto, 1995). Selanjutnya,

(Achdiat, 1980) menyatakan bahwa belajar adalah suatu proses yang menyebabkan

perubahan atau pembaharuan dalam tingkah laku atau kecakapan manusia, yang

bukan disebabkan oleh proses pertumbuhan yang bersifat fisiologis. Disamping itu,

Gagne (1965) menyatakan bahwa belajar dapat didefenisikan sebagai proses

dimana suatu organisme berubah perilakunya sebagai akibat dari pengalaman.

Demikian juga, Winkel (1987) menyatakan bahwa belajar merupakan aktivitas

raental/psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan yang

menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, keterampilan

dan nilai sikap.

Hakikat belajar dari pengertian di atas sebagai proses perubahan tingkah

laku. perubahan perilaku tersebut bukan disebabkan oleh faktor fisiologis

melainkan karena proses belajar. Terjadi perubahan karena belajar merupakan

perubahan dalam kecakapan, bertambahnya pengetahuan, berkembangnya daya

pikir dan sebagainya. Pengetahuan bukan gambaran dari kenyataan yang ada.

Tinggi rendahnya hasil belajar yang diperoleh siswa merupakan cermin dari

kualitas pembelajaran yang telah dilakukan. Suatu pendekatan pembelajaran

dengan kekhususan tertentu menuntut usaha penilaian yang tertentu pula.


10

Fudyartanto (2002) berpendapat bahwa hasil belajar adalah penguasaan

sejumlah pengetahuan dan sejumlah keterampilan baru dan sesuatu sikap baru;

ataupun memperkuat sesuatu yang telah dikuasai sebelumnya, termasuk

pemahaman dan penguasaan nilai-nilai. Pendapat lain dikemukakan Daradjat

(2001) yang mengemukakan bahwa hasil belajar selalu dinyatakan dalam bentuk

perubahan tingkah laku yang meliputi tiga aspek: (a) aspek kognitif, meliputi

perubahan dalam segi penguasaan pengetahuan perkembangan kemampuan

yang diperlukan untuk menggunakan pengetahuan tersebut (b) aspek afektif,

meliputi perubahan-perubahan dalam segi sikap mental, perasaan dan

kesadaran; (c) aspek psikomotor, meliputi perubahan-perubahan dalam segi

bentuk tindakan motorik.

Terbatasnya informasi yang diterima saat berinteraksi dengan lingkungan

dan terbatasnya kemungkinan untuk menguji keunggulan pengetahuan yang

dibangun, dapat menyebabkan timbulnya miskonsepsi (Katu, 1995). Perubahan-

perubahan dalam tingkah laku manusia dianggap sebagai hasil belajar yang

mencakup aspek pengetahuan, keterampilan, sikap, dan nilai. Penilaian perubahan

tingkah laku sebagai hasil belajar dapat dilakukan berdasarkan prinsip-prinsip: (a)

kebutuhan-kebutuhan yang ada pada diri organisme yang memungkinkan

tumbuhnya tingkah laku yang bermotivasi; (b) motivasi yang mendasari

perubahan tingkah laku itu; (c) tujuan yang mempengaruhi tingkah laku; (d)

lingkungan yang menyediakan kesempatan untuk melakukan tingkah laku

tertentu; (e) proses-proses yang mempengaruhi tingkah laku itu; (f) kapasitas dan

abilitas yang mempengaruhi tingkah laku itu (Hamalik, 2003).


11

Gagne (1965) mengemukakan hasil belajar dapat diklasifikasi atas lima,

yaitu kemampuan informasi verbal, keterampilan intelektual, strategi kognitif,

keterampilan motorik, dan sikap. Kemampuan-kemampuan itu dihasilkan karena

usaha belajar dan harus dibuktikan dari hasil belajar. siswa selalu dituntut untuk

memberikan hasil belajar secara nyata. Sejalan dengan hal tersebut Winkel (1999)

mengemukakan bahwa hasil belajar akan nampak dalam prestasi belajar atau dalam

produk yang dihasilkan oleh siswa.

Menurut Romizowzki (1981) hasil belajar merupakan keluaran (output)

dari suatu sistem pemrosesan masukan (input) dimana masukan dari sistem

tersebut berupa bermacam-macam informasi sedangkan keluarannya adalah

perbuatan atau kinerja (performance). Romiszowski (1981) juga berpendapat

perbuatan merupakan petunjuk bahwa proses belajar telah terjadi, dan hasil belajar

dapat dikelompokkan ke dalam dua macam, yaitu pengetahuan dan keterampilan.

Pengetahuan terdiri dari empat kategori yaitu: pengetahuan tentang fakta,

pengetahuan tentang prosedur, pengetahuan tentang konsep, pengetahuan tentang

prinsip. Keterampilan terdiri dari tiga kategori yaitu: keterampilan untuk bertindak

atau keterampilan motorik, keterampilan bereaksi atau bersikap, keterampilan

berinteraksi.

Untuk mengetahui baik atau tidaknya hasil belajar, dapat dilakukan melalui

tes hasil belajar. Muhibinsyah (2003) menjelaskan tes hasil belajar adalah alat ukur

yang digunakan untuk menentukan taraf keberhasilan sebuah proses pembelajaran

atau untuk menetukan taraf keberhasilan sebuah program pembelajaran. Furqon

seperti yang dikutip Rezeki (2004) menjelaskan tes adalah seperangkat rangsangan
12

yang diberikan kepada seseorang dengan maksud untuk mendapatkan jawaban yang

dapat dijadikan dasar bagi penetapan skor atau angka. Skor yang didasarkan pada

sampel yang representatif dari tingkah laku peserta tes merupakan indikator tentang

seberapa jauh orang yang dites memiliki karakteristik yang sedang diukur, dimana

untuk memperoieh ukuran dan data hasil belajar adaiah dengan mengetahui

indikator yang dikaitkan dengan jenis prestasi yang hendak diukur.

Bloom (1982) mengklasifikasikan hasil belajar menjadi tiga ranah, yaitu

ranah kognitif, sikap dan psikomotor. Setiap ranah dapat diklasifikasi lagi lebih

lanjut. Mata pelajaran geografi lebih menekankan pada ranah kognitif, yang akan

dibahas lebih lanjut. Ranah kognitif Bloom ini diklasifikasikan menjadi enam, di

mana semua klasifikasi diurut secara hirarki dan yang paling kompleks. Ke enam

ranah kognitif adalah pengetahuan, pemahaman, aplikasi, analisis, evaluasi dan

sintesis.

Geografi merupakan ilmu untuk menunjang kehidupan sepanjang hayat

dan mendorong peningkatan kehidupan. Lingkup kajiannya memungkinkan

manusia memperoleh jawaban atas pertanyaan dunia sekelilingnya yang

menekankan pada aspek spasial, dan ekologis dari eksistensi manusia. Bidang

kajian geografi meliputi bumi, aspek dan proses yang membentuknya, hubungan

kausal dan spasial manusia dengan lingkungan, serta interaksi manusia dengan

tempat. Sebagai suatu disiplin integratif, geografi memadukan dimensi alam fisik

dengan dimensi manusia dalam menelaah keberadaan dan kehidupan manusia di

tempat dan lingkungannya.


13

Mata pelajaran geografi membangun dan mengembangkan pemahaman

siswa tentang variasi dan organisasi spasial masyarakat, tempat dan lingkungan

pada muka bumi. siswa didorong untuk memahami aspek dan proses fisik yang

membentuk pola muka bumi, karakteristik dan persebaran spasial ekologis di

permukaan bumi. Selain itu siswa dimotivasi secara aktif dan kreatif untuk

menelaah bahwa kebudayaan dan pengalaman mempengaruhi persepsi manusia

tentang tempat dan wilayah.

Pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai yang diperoleh dalam mata

pelajaran geografi diharapkan dapat membangun kemampuan siswa untuk

bersikap, bertindak cerdas, arif, dan bertanggungjawab dalam menghadapi

masalah sosial, ekonomi, dan ekologis. Geografi memiliki fungsi antara lain: (a)

mengembangkan pengetahuan tentang pola-pola keruangan dan proses yang

berkaitan; (b) mengembangkan keterampilan dasar dalam memperoleh dan

informasi, mengkomunikasikan dan menerapkan pengetahuan geografi; dan (c)

menumbuhkan sikap, kesadaran dan kepedulian terhadap lingkungan hidup dan

sumber daya toleransi terhadap keragaman sosial budaya masyarakat.

Mata pelajaran geografi bertujuan agar siswa memiliki kemampuan

sebagai berikut: (a) Memahami pola spasial, lingkungan dan kewilayahan serta

proses yang berkaitan; (b) Menguasai keterampilan dasar dalam memperoleh data

dan informasi, mengkomunikasikan dan menerapkan pengetahuan geografi; (c)

Menampilkan perilaku peduli terhadap lingkungan hidup dan memanfaatkan

sumber daya alam secara arif serta memiliki toleransi terhadap keragaman budaya

masyarakat.
14

Sedangkan ruang lingkup pembelajaran geografi meliputi pokok bahasan:

(a) Konsep dasar, pendekatan, dan prinsip dasar geografi; (b) Konsep dan

karakteristik dasar serta dinamika unsur-unsur geosfer mencakup litosfer,

pedosfer, atmosfer, hidrosfer, biosfer dan antroposfer serta pola persebaran

spasialnya; (c) Jenis, karakteristik, potensi, persebaran spasial Sumber Daya

Alam (SDA) dan pemanfaatannya; (d) Karakteristik, unsur-unsur, kondisi

(kualitas) dan variasi spasial lingkungan hidup, pemanfaatan dan pelestariannya;

(e) Kajian wilayah negara-negara maju dan sedang berkembang; (f) Konsep

wilayah dan pewilayahan, kriteria dan pemetaannya serta fungsi dan manfaatnya

dalam analisis geografi; (g) Pengetahuan dan keterampilan dasar tentang seluk

beluk dan pemanfaatan peta, Sistem Informasi Geografis (SIG) dan Citra

Penginderaan Jauh.

Geografi sebagai mata pelajaran yang erat kaitannya dengan alam, baik

fisik maupun sosial hendaknya harus mempunyai banyak sumber pembelajaran

selain buku paket yang telah ditetapkan oleh guru mata pelajar. Artinya alam

sekitar kehidupan siswa dapat digunakan sebagai sumber dan bahan ajar serta

dapat difungsikan sebagai media pembelajaran secara optimal. Apabila hal ini

diterapkan maka guru geografi harus menciptakan agar siswa mengobservasi/

mengamati lingkungan sekitar kemudian menciptakan konsep-konsep geografi di

dalam kelas. Proses inilah yang disebut sebagai cara berfikir induktif, yang sangat

mengandalkan proses penalaran dari yang bersifat umum ke khusus. Hal yang

sama dapat juga dilakukan oleh siswa dengan cara berfikir deduktif yaitu

mempelajari buku paket kemudian mengaplikasi konsep-konsep yang telah


15

disediakan buku paket ke alam dan lingkungan sekitar siswa. Proses penalaran

induktif dan deduktif inilah yang semestinya diterapkan dalam pembelajaran

geografi agar siswa merasa dilibatkan secara aktif untuk memperoleh informasi

geografi disamping buku paket.

2. Hakikat Model Pembelajaran Generatif

Model pembelajaran diartikan sebagai suatu rencana pembelajaran yang

memperlihatkan pola pembelajaran tertentu, dimana dalam pola tersebut kegiatan

guru, siswa, sumber belajar yang digunakan di dalam mewujudkan kondisi belajar

atau sistem lingkungan yang menyebabkan terjadinya belajar pada siswa

(Depdikbud, 1993). Joyce dan Weil (1986) mendefinisikan model pembelajaran

adalah suatu rencana atau pola pembelajaran yang digunakan dalam pembelajaran

baik secara tatap muka di dalam kelas atau dalam bentuk pertemuan dan materi

pembelajaran meliputi buku-buku, film, tape, program-program media komputer

serta kurikulum. Setiap model pembelajaran memandu bagaimana pembelajar

mendesain pembelajaran serta membantu siswa dalam mencapai tujuan belajar.

Secara defenisi Joyce dan Weil (1990) bahwa model pembelajaran adalah

suatu pola atau rencana yang sudah direncanakan sedemikian rupa dan digunakan

untuk menyusun kurikulum, mengatur materi pelajaran dan memberi petunjuk

kepada pengajar kelasnya. Dengan demikian baha model pembelajaran berfungsi

membantu siswa mempermudah memperoleh informasi, gagasan, ketrampilan,

nilai-nilai, cara berfikir dan pengertian yang diwujudkan dalam perubahan prilaku

belalajar siswa. Untuk jangka sebenarnya pembelajaran harus menciptakan iklim


16

yang memungkinkan siswa meningkankan kemampuan belajar yang lebih mudah

dan efektif pada masa depan.

Menurut Joyce, Weil (2009) mengelompokan model pembelajaran kedalam

4 (empat) bagian yang memilki orientasi pada sikap manusia dan bagaimana siswa

belajar. Kelompok tersebut adalah: (a) Model Pembelajaran Memproses Informasi

(the information-processing family); (b) Model Pembelajaran Sosial (the social

family); (c) Model Pembelajaran Personal (the personal family); (d) Model

Pembelajaran Sistem Prilaku (the behavioral system family).

Joyce dan Weil (2009) mengemukakan bahwa setiap model pembelajaran

memiliki 4 (empat) konsep yang digunakan untuk menggambarkan pengoperasian

dari tiap-tiap model pembelajaran. Keempat konsep tersebut terdiri dari sintaks

(syntax), sistem sosial (system social), prinsip-prinsip mereaksi (principles of

reaction) dan sistem penunjang (support system). Sintaks merupakan karakteristik

berupa rentetan atau tahapan perbuatan kegiatan guru dan siswa dalam peristiwa

belajar. Sistem sosial menggambarkan peranan dan hubungan antara guru dan

siswa serta norma-norma yang mengikat mereka di kelas. Prinsip-prinsip

mereaksi, menggambarkan bagaimana guru menghargai (to regard) dan merespon

siswa. Sistem Penunjang merupakan sistem tertentu yang diprasyaratkan untuk

berhasilnya pelaksanaan suatu model pembelajaran, dapat berupa sesuatu yang

berada dibalik keterampilan manusia dan kapasitas serta teknik-teknik pemudahan

untuk siswa dalam pembelajaran.

Model pembelajaran mempunyai 4 (empat) ciri khusus yang tidak

memiliki oleh strategi atau metode tertentu, yaitu (1) rasional teoritik yang logis
17

disusun oleh perancangnya; (2) tujuan pembelajaran yang akan dicapai; (3)

tingkah laku mengajar yang diperlukan agar model tersebut dapat dilaksanakan

secara berhasil; (4) lingkungan belajar yang diperlukan agar tujuan pembelajaran

itu dapat tercapai. Model-model pembelajaran dapat diklasifikasikan berdasarkan

tujuan pembelajaran, pola, urutan (sintaks) dan sifat lingkungan belajar.

Selanjutnya Joyce dan Weil (2009) juga menjelaskan bahwa setiap model

pembelajaran mempunyai dampat pembelajaran dan dampak pengiring. Dampak

pembelajaran ialah hasil belajar yang dicapai langsung dengan cara mengarahkan

siswa pada tujuan-tujuan yang diharapkan, sedangkan dampak pengiting adalah

hasil belajar lainnya yang dihasilkan oleh suatu proses pembelajaran sebagai

akibat terciptanya suasana belajar yang langsung oleh siswa tanpa pengarahan

langsung.

Model Pembelajaran Generatif (Generative Learning Model) pertama kali

diperkenalkan oleh Osborne dan Cosgrove dalam Sutarman dan Swasono, (2003).

Menurut Osborno dan Wittrock pembelajaran generatif merupakan suatu model

pembelajaran yang menekankan pada pengintegrasian secara aktif pengetahuan

baru dengan menggunakan pengetahuan yang sudah dimiliki siswa sebelumnya.

Pengetahuan baru itu akan diuji dengan cara menggunakannya dalam menjawab

persoalan atau gejala yang terkait. Jika pengetahuan baru itu berhasil menjawab

permasalahan yang dihadapi, maka pengetahuan baru itu akan disimpan dalam

memori jangka panjang.

Menurut Wittrock (1991) “The generative model is a model of teaching of

comprehension and the learning of the types of relations that learners must
18

construct between stored knowledge, memories of experience, and new

information for comprehension to occur. Model Pembelajaran Generatif memiliki

landasan teoritik yang berakar pada teori-teori belajar konstruktivis mengenai

belajar dan pembelajaran. Butir-butir penting dari pandangan belajar menurut

teori konstruktivis ini menurut Nur (2000) dan Katu (1995) di antaranya.

- Menekankan bahwa perubahan kognitif hanya bisa terjadi jika konsepsi-

konsepsi yang telah dipahami sebelumnya diolah melalui suatu proses

ketidakseimbangan dalam upaya memahami inforamasi-informasi baru.

- Seseorang belajar jika dia bekerja dalam zona perkembangan terdekat, yaitu

daerah perkembangan sedikit di atas satu tingkat perkembangannya saat ini.

Seseorang belajar konsep paling baik apabila konsep itu berada dalam zona

tersebut. Seseorang bekerja pada zona perkembangan terdekatnya jika mereka

terlibat dalam tugas yang tidak dapat mereka selesaikan sendiri, tetapi dapat

menyelesaikannya jika dibantu sedikit dari teman sebaya atau orang dewasa.

- Penekanan pada prinsip Scaffolding, yaitu pemberian dukungan tahap demi

tahap untuk belajar dan pemecahan masalah. Dukungan itu sifatnya lebih

terstruktur pada tahap awal, dan kemudian secara bertahap mengalihkan

tanggung jawab belajar tersebut kepada siswa untuk bekerja atas arahan dari

mereka sendiri. Jadi, siswa sebaiknya lansung saja diberikan tugas kompleks,

sulit, dan realistik kemudian dibantu menyelesaikan tugas kompleks tersebut

dengan menerapkan scaffolding.

- Lebih menekankan pada pengajaran top-down daripada bottom-up. Top-down

berarti langsung mulai dari masalah-masalah kompleks, utuh, dan autentik


19

untuk dipecahkan. Dalam proses pemecahan masalah tersebut, mahasiswa

mempelajari keterampilan-keterampilan dasar yang diperlukan untuk

memecahkan masalah kompleks tadi dengan bantuan guru atau teman sebaya

yang lebih mampu.

- Menganut asumsi sentral bahwa belajar itu ditemukan. Meskipun jika kita

menyampaikan informasi, tetapi mereka harus melakukan operasi mental atau

kerja otak atas informasi tersebut untuk membuat informasi itu masuk ke

dalam pemahaman mereka.

- Menganut visi siswa ideal, yaitu seorang siswa yang dapat memiliki

kemampuan pengaturan diri sendiri dalam belajar.

- Menganggap bahwa jika seseorang memiliki strategi belajar yang efektif dan

motivasi, serta tekun menerapkan strategi itu sampai suatu tugas terselesaikan

demi kepuasan mereka sendiri, maka kemungkinan sekali mereka adalah

pelajar yang efektif dan memiliki motivasi abadi dalam belajar.

- Sejumlah penelitian (Slavin, 1997) yang menunjukkan pengaruh positif

pendekatan-pendekatan konstruktivis yang melandasi pembelajaran generatif

terhadap variabel-variabel hasil belajar tradisional, diantaranya adalah : dalam

bidang matematika (Carpenter dan Fennema, 1992), bidang sains (Neale,

Smith, dan Johnson, 1992), membaca (Duffi dan Rochler, 1986), menulis

(Bereiter dan Scardamalia, 1987). Penelitian Knapp (1995) menemukan suatu

hubungan positif pendekatan-pendekatan konstruktivis dengan hasil belajar.

Tahapan pembelajaran generatif terdiri dari atas 4 (empat) tahap yang

dapat dilihat dalam skema di bawah ini:


20

Pendahuluan/Ekplorasi

Pemfokuskan
MODEL
PEMBELAJARAN
GENERATIF
Tantangan/Pengenalan Konsep

Penerapan Konsep

Gambar 1 : Model Pembelajaran Generatif (Sutarman dan Swasono, 2003)

Menurut Osborne dan Cosgrove dalam Sutarman dan Swasono (2003)

bahwa tahapan penerapan Model Pembelajaran Generatif ini dapat dijabarkan

dalam tahapan-tahapan dibawah ini :

- Tahapan Pendahuluan/Ekplorasi

Tahapan ekplorasi ini guru membimbing siswa untuk melakukan ekplorasi

terhadap pengetahuan, ide, atau konsepsi awal yang diperoleh dari

pengalaman sehari-hari atau diperoleh dari pembelajaran pada tingkatan kelas

sebelumnya. Untuk melakukan ekplorasi diberikan stimulus berupa aktivitas/

tugas-tugas seperti penelusuran terhadap suatu permasalahan yang dapat

menunjukan data atau fakta yang terkait dengan konsepsi yang akan dipelajari.

Dengan kondisi yang demikian, pada akhirnya diharapkan muncul pertanyaan

pada disi siswa, mengapa hal itu terjadi dan selanjutnya mengajak dan

mendorong siswa untuk berdiskusi tentang fakta atau gejala yang baru

diselidiki atau amati. Guru mengantarkan proses diskusi guna


21

mengidentifikasi konsepsi siswa yang selanjutnya dapat dikembangkan

menjadi rumusan, dugaan dan hipotesis.

- Tahapan Pemfokusan

Pada tahap pemfokusan siswa melakukan pengujian hipotesis melalui kegiatan

laboratorium atau dalam model pembelajaran yang lain. Guru sebagai

fasilitator yang menyangkut kebutuhan sumber, memberi bimbingan dan

arahan, dengan demikian para siswa dapat melakukan proses ilmiah. Tugas

yang diberikan dalam pembelajaran sedemikian rupa hingga memberi peluang

dan merangsang siswa untuk menguji hipotesisnya dengan caranya sendiri.

Tugas-tugas pembelajaran yang disusun/dibuat guru hendaknya tidak seratus

persen merupakan petunjuk atau langkah kerja, tetapi tugas-tugas haruslah

memberikan kemungkinan siswa beraktivitas sesuai caranya sendiri atau cara

yang diinginkan. Penyelesaian tugas dilakukan secara berkelompok yang

terdiri atas 2 sampai dengan 4 siswa sehingga siswa dapat berlatih untuk

meningkatkan sikap seperti ilmuwan. Misalnya pada aspek kerjasama dengan

sesama teman sejawat, mebantu dalam kerja kelompok, menghargai pendapat

teman, tukar pengalaman (sharing idea) dan keberanian bertanya.

- Tahapan Tantangan

Tahapan tantangan disebut juga tahap pengenalan konsep. Setelah siswa

memperoleh data, selanjutnya menyimpulkan dan menulis dalam lembar kerja.

Siswa mempresentasikan temuaanya melalui diskusi kelas. Melalui diskusi

kelas akan terjadi proses tukar pengalaman diantara siswa. Dalam tahap ini

siswa berlatih untuk mengeluarkan ide, kritik, berdebat, menghargai pendapat


22

teman dan menghargai adanya perbedaan diantara pendapat teman. Pada akhir

diskusi siswa memperoleh kesimpulan dan pemantapan konsep yang benar

dengan proses kognitif yaitu terjadinya proses mental yang disebut asimilasi

dan akomodasi. Proses asimilasi apabila konsepsi siswa sesuai dengan konsep

benar menurut data eksperimen terjadi proses akomodasi apabila konsepsi

siswa sesuai dengan data empiris. Pada tahap ini pula sebaiknya guru

memberikan pemantapan konsep dan latihan soal agar siswa memahami secara

mantap konsep tersebut. Pemberian soal dari yang mudah menuju paling sulit

agar motivasi tidak menurun.

- Tahapan Penerapan Konsep

Tahap keempat siswa diajak untuk memecahkan masalah dengan

menggunakan konsep barunya dan konsep benar dalam situasi baru yang

berkaitan dengan hal-hal praktis dalam kehidupan sehari-hari. Pada tahap ini

pemberian soal-soal latihan diberikan lebih banyak agar lebih memahami

konsep (isi pembelajaran) secara mendalam dan bermakna. Pada akhirnya

konsep yang dipelajari siswa akan masuk ke memori jangka panjang sehingga

tingkat retensi siswa semakin baik.

Sedangkan langkah-langkah atau tahapan Model Pembelajaran Generatif

menurut Katu (1995), terdiri atas 5 tahap dengan penjelasan sebagai berikut :

- Tahap Pengingatan

Pada tahap awal ini, guru menuliskan topik dan melibatkan siswa dalam

diskusi yang bertujuan untuk menggali pemahaman mereka tentang topik yang

akan dibahas. Mereka diajak untuk mengungkapkan pemahaman dan


23

pengalaman mereka dalam kehidupan sehari-hari yang berkaitan dengan topik

tersebut. Mereka diminta mengomentari pendapat teman sekelas dan

membandingkannya dengan pendapat sendiri. Tujuan dari tahap pengingatan

ini adalah untuk menarik perhatian siswa terhadap pokok yang sedang

dibahas, membuat pemahaman mereka menjadi eksplisit, dan sadar akan

variasi pendapat di antara mereka sendiri. Untuk membuat suasana menjadi

kondusif, guru diharapkan tidak akan menilai mana pendapat yang “salah” dan

mana yang “benar”. Yang perlu dilakukan adalah membuat mereka berani

mengemukakan pendapatnya tanpa takut disalahkan. Sebaiknya pertanyaan

yang diajukan guru adalah pertanyaan terbuka.

- Tahap Tantangan dan Konfrontasi

Setelah guru mengetahui pandangan sebagian siswanya, guru mengajak

mereka untuk mengemukakan fenomena atau gejala-gejala yang diperkirakan

muncul dari suatu peristiwa yang akan didemonstrasikan kemudian. Mereka

diminta mengemukakan alasan untuk mendukung dugaan mereka. Mereka

juga diajak untuk menanggapi pendapat teman satu kelas mereka yang

berbeda dari pendapat sendiri. Guru diharapkan untuk mencatat dan

mengelompokkan dugaan dan penjelasan yang muncul di papan tulis. Secara

sadar guru mempertentangkan pendapat-pendapat yang berbeda itu. Setelah itu

guru melaksanakan demonstrasi dan meminta siswa untuk mengamati dengan

seksama gejala yang muncul. Guru perlu memberikan kesempatan kepada

mereka untuk mencerna apa yang mereka amati, akan merasa terganggu dan

mengalami konflik kognitif dalam pikirannya. Setelah itu barulah guru


24

menayakan apakah gejala yang mereka amati itu sesuai atau tidak dengan

pikiran mereka. Dengan menggunakan cara dialog yang timbal balik dan

saling melengkapi, diharapkan mereka dapat menemukan jawaban atas gejala

yang mereka amati. Dalam hal ini guru menyiapkan perangkat demonstrasi,

tampilan gambar, atau grafik yang dapat membantu siswa menemukan

alternatif jawaban atas gejala yang diamati.

- Tahap Reorganisasi Kerangka Kerja Konsep

Pada tahap ini guru membantu siswa dengan mengusulkan alternatif tafsiran

dan menunjukkan bahwa pandangan yang dia sampaikan dapat menjelaskan

secara koheren gejala yang mereka amati. Siswa diberikan beberapa persoalan

sejenis dan menyarankan mereka menjawabnya dengan pandangan alternatif

yang diusulkan guru. Diharapkan mereka akan merasakan bahwa pandangan

baru dari guru tersebut mudah dimengerti, masuk akal, dan berhasil dalam

menjawab berbagai persoalan. Diharapkan guru mulai mereorganisasi

kerangka berpikir mereka dengan melakukan perubahan struktur dan

hubungan antar konsep-konsep. Proses reorganisasi ini tentu membutuhkan

waktu.

- Tahap Penerapan Konsep

Pada tahap ini, guru memberikan berbagai persoalan dengan konteks yang

berbeda untuk diselesaikan oleh siswa dengan kerangka konsep yang telah

mengalami rekonstruksi. Maksudnya adalah memberi kesempatan kepada

siswa untuk menerapkan pengetahuan/ keterampilan baru mereka pada situasi

dan kondisi yang baru. Keberhasilan mereka menerapkan pengetahuan dalam


25

situasi baru akan membuat para siswa makin yakin akan keunggulan kerangka

kerja konseptual mereka yang sudah direorganisasi. Hal ini dimaksudkan

untuk lebih menguatkan hubungan antar konsep di dalam kerangka berpikir

yang baru mengalami reprganisasi.

- Tahap Menilai Kembali

Dalam suatu diskusi, guru mengajak siswanya dalam menilai kembali

kerangka kerja konsep yang telah mereka dapatkan.

Model Pembelajaran Generatif sebagai proses membangun pengetahuan

atau suatu pemahaman pribadi bagaimana ide baru berkait dengan konsep belajar.

Pikiran, atau otak, bukanlah suatu informasi yang pasif. Sebagai gantinya, aktif

membangun penafsiran informasi sendiri dan menarik kesimpulan. Pembelajaran

melibatkan aktivitas mental-pemikiran. Sebagai contoh, berkenaan dengan

pembacaan suatu buku teks atau menutupi dengan kertas, tanpa konstruksi

hubungan yang aktif antara bagian-bagian dari suatu teks, atau antara teks dan

pengetahuan pribadi, siswa akan mengabaikan kata-kata itu dan ingin tahu apa

yang telah yang dibaca. Selanjutnya selesai pembacaan terdapat catatan/kertas,

halaman atau paragraf.

Aktivitas mental tentang Model Pembelajaran Generatif nampak seperti

suatu fungsi memori. Wittrock (1991) menyatakan bahwa Model Pembelajaran

Generatif berlangsung memori jangka pendek sebagai dasar pengetahuan, atau

memori jangka panjang. Pada hakekatnya bahwa jika individu menyediakan suatu

rangkaian untuk membangun pengetahuan baru, menyangkut pengetahuan ke

dalam struktur yang ada akan lebih efektif. Guru merangsang yang didasarkan
26

atas argumentasi, peran guru harus membantu para siswa menghasilkan rangkaian

itu, atau bantuan berhubungan dengan gagasan baru satu sama lain dan

pengetahuan utama.

3. Hakikat Minat Belajar

Minat merupakan satu aspek pskis manusia yang dapat mendorong untuk

mencapai tujuan. Seseorang yang memiliki minat terhadap suatu objek, cenderung

untuk memberikan perhatian atau merasa senang yang lebih besar kepada objek

tersebut. Crow and Crow berpendapat bahwa minat erat hubungannya dengan

gaya gerak yang mendorong seseorang untuk menghadapi atau berurusan dengan

orang, benda atau bisa juga sebagai pengalaman efektif yang dipengaruhi oleh

kegiatan itu sendiri. Dengan kata lain minat dapat menjadi sebab kegiatan dan

sebab partisipasi dalam kegiatan itu. Selain itu Crow and Crow mengemukan juga

bahwa minat erat hubungannya dengan dorongan (drive), motif, dan reaksi

emosional. Misalnya minat terhadap riset ilmiah, mekanika atau mengajar bisa

timbul dari tindakan atau dirangsang oleh keinginannya dalam memenuhi rasa

ingin tahu seseorang terhadap kegiatan pembelajaran. Adapaun tanda-tanda bahwa

seseorang telah sampai ke taraf ini antara lain adalah: mau melakukan sesuatu atas

prakarsa sendiri, melakukan sesuatu cara tekun, dengan ketelitian dan kedisiplinan

yang tinggi. Melakukan sesuatu sesuai dengan keyakinannya itu dimana saja,

kapans saja, dan atas inisiatif sendiri.

Skinner mengungkapkan bahwa dalam pembelajaran ada beberapa hal yang

dapat mempengaruhi minat belajar siswa dan untuk dapat mempengaruhi minat

siswa maka seseorang pendidik harus dapat mengubah proses belajar yang
27

membosankan menjadi pengalaman belajar yang menggairahkan. Caranya antara

lain sebagai berikut:

a. Materi yang dipelajari haruslah menjadi menarik dan menimbulkan suasana

yang baru. Misalnya dalam bentuk permainan,diskusi atau pemberian tugas di

luar sekolah sebagai variasi kegiatan belajar

b. Materi pelajaran menjadi lebih menarik apabila siswa mengetahui tujuan dari

dan manfaat mempelajari pelajaran bagi dirinya

c. Minat siswa juga terhadap pelajaran dapat dibangkitkan dengan variasi metode

yang digunakan

Selainjutnya Nasution dan kawan-kawan menjelaskan bahwa minat

adalah pemberian dan kawan-kawan menjelaskan bahwa minat adalah sesuatu

yang sangat penting bagi seseorang dalam melakukan kegiatan dengan baik.

Sebagai suatu aspek kejiwaan, minat bukan saja dapat mewarnai perilaku

seseorang, tetapi lebih dari itu minat mendorong orang untuk melakukan suatu

kegiatan dan menyebabkan seseorang menaruh perhatian dan merelakan dirinya

untuk terikat pada suatu kegiatan.

Faktor yang mungkin terpenting dalam membangkitkan minat adalah

pemberian kesempatan bagi siswa untuk aktif berpartisipasi dalam kegiatan

belajar. Seiring dengan pengalaman belajar yang menimbulkan kebahagian, minat

siswa akan terus tumbuh. Apabila anak memperoleh keterikatan kepada kegiatan-

kegiatan dari pelajaran yang dialaminya, ia akan merasa senang. Oleh karena itu

minat terhadap pelajaran harus ditimbulkan di dalam diri anak, sehingga anak
28

terdorong untuk mempelajari berbagai ilmu yang adad i kurikulum sekolah,

terutama geografi.

Minat siswa terhadap mata pelajaran memperbesar peluang hasil

belajarnya. Selain itu dengan minatnya siswa akan menyukai pelajaran di sekolah.

Dengan demikian minat belajar geografi siswa akan kesukaan terhadap kegiatan

dari suatu mata pelajaran. Berdasarkan hal tersebut di atas, minat merupakan suatu

faktor yang berasal dari dalam diri manusia dan berfungsi sebagai pendorong

dalam berbebuat sesuatu yang akan terlihat pada indikator “dorongan dari dalam”,

“rasa senang”, “memberi perhatian”, dan “berperan serta dalam kegiatan”. Minat

sangat diperlukan sekali dalam memahami potensi SDA yang ada di sekelilingnya

untuk mendukung kebutuhan sehari-hari. Dari minat yang kuatlah akan muncul

keberhasilan dalam pencapaian KKM yang telah ditentukan di semester ini.


29

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Metode penelitian dalam penelitian yaitu Penelitian Tindakan Kelas (PTK)

Model Kurk Lewin. Konsep pokok PTK menurut Kurt Lewin terdiri dari empat

komponen yaitu: Perencanaan (planning), Tindakan (acting), pengamatan

(observating), dan refleksi (reflecting). Penelitian ini menggunakan PTK untuk

memperbaiki kinerja guru dan menciptakan pembelajaran yang berkualitas.

Perhatikan gambar di bawah ini:

ACTING

PLANNING OBSERVATING

REFLECTING

Gambar 2: Siklus PTK Model Kurk Lewin

Sebelum dilaksanakan penelitian, maka peneliti menyusun tahapan

kegiatan dalam PTK ini. Tahapan-tahapan tersebut adalah:

1. Tahapan Perencanaan

- Penyusunan RPP

- Persiapan materi pelajaran

2. Tahapan Tindakan

- Melaksanakan pembelajaran sesuai dengan RPP

- Menerapkan Model Pembelajaran Generatif


30

3. Tahapan Observasi

- Pembuatan instrumen penelitian

- Pengumpulan data dari awal sampai akhir kegiatan

4. Tahapan Refleksi

- Melakukan evaluasi hasil observasi yang dilakukan

- Melakukan diskusi dengan ahli atau teman sejawat

B. Subjek Peneiltian

Subjekpenelitian ini pada kelas X-1 SMA Negeri 15 Medan

C. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan di SMA Negeri 15 Medan di Jl. Sekolah

Pembangunan No. 7 Kota Medan. Pelaksanaan penelitian ini dilaksanakan di

Semester Ganjil (I) pada bulan Agustus– Oktober 2016Tahun Pelajaran 2015-

2016.

Tabel. 1 Jadwal PTK


Waktu
No Komptensi Dasar
Juli Agustus September Oktober
A PERSIAPAN √
B PELAKSANAAN
1 Konsep Dasar Geografi √
2 Pendekatan Geografi √
3 Prinsip Geografi √
4 Aspek Geografi √
C PENUTUP √

D. Teknik dan Analisa Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dengan teknik wawancara dan mengobservasi

siswa di kelas saat belajar yang berlangsung 3 bulan dimulai Juli-Oktober 2015.
31

Pelaksanaan penelitian dilakukan ke dalam 3 siklus yaitu masing-masing siklus

waktunya tertentu sesuai kondisi di lapangan.

Tabel. 2 Jadwal Siklus PTK


No Siklus Waktu
1 Pertama (I) Agustus 2016
2 Kedua (II) Agustus 2016
3 Ketiga (III) September 2016

Sedangkan analisa dita berdasarkan hasil observasi dan wawancara di olah

menjadi data dalam bentuk kualitatif. Begitu juga dengan hasil belajar dalam

bentuk kuantitatif.

E. Definisi Operasional

Untuk menghindari makna yang berbeda atas variabel-variabel dalam

penelitian ini, maka perlu dirumuskan definisi operasional variabel-variabel

penelitian, sebagai berikut:

a. Model Pembelajaran Generatif ialah suatu model pembelajaran melalui

peningkatkan pengetahuan, kemampuan konsep yang dipelajari untuk

mengkonstruksi/membangun pengetahuan baru secara mandiri dari

pengalaman dan situasi kehidupan sehari-hari. Model Pembelajaran Generatif

memiliki tahapan: (1) pendahuluan/Ekplorasi; (2) pemfokusan; (3) tantangan

atau tahap pengenalan konsep; dan (4) penerapan konsep.

b. Minat adalah sesuatu kondisi kejiwaan diri siswa yang mempengaruhi

perilaku seseorang untuk mendorong orang untuk melakukan suatu kegiatan

dan menyebabkan siswa menaruh perhatian dirinya untuk terikat pada suatu

kegiatan.
32

F. Prosedur dan Pelaksanaan Model Pembelajaran Generatif

a. Menyusun strandar kompetensi, kompetensi dasar, dan indikator

konprehensif agar siswa dapat memahami apa yang dapat mereka

lakukan setelah selesai belajar.

b. Melakukan analisis seluruh perangkat perencanaan pelaksanaan

pembelajaran (RPP)

c. Menyusun seperangkat pokok bahasan yang disusun untuk diajar pada

kelas yang menggunakan Model Pembelajaran Generatif

d. Melaksanakan Model Pembelajaran Generatif dengan tahapan

pendahuluan, pemfokusan, tantangan atau tahap pengenalan konsep dan

penerapan konsep.

e. Menutup proses pembelajaran


33

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A.Hasil Penelitian

Setelah melakukan prosedur PTK yang dimulai dari mempersiapkan

proposal yang disetujui oleh kepala sekolah, menyiapkan lembar instrumen,

menyiapkan kelas akselerasi yang digunakan untuk PTK, lalu membaca dan

memahami kerangka teoritis, metodologi penelitian yang telah dilaksankan, maka

peneliti melaporkan hasil PTK. Melakukan teknik pengumpulan data, kemudian

menganalisis data serta menafsirkan data, mencoba menarik kesimpulan,

menentukan tindakan perbaikan sesuai dengan hasil penelitian dan menentukan

tindakan selanjutnya pada setiap siklus, maka peneliti menguraikan hasil

perkembangan dicapai dalam melaksanakan PTK.

1. Siklus I (Agustus 2015)


Tabel 3. Siklus I PTK
No Perencanaan Pelaksanaan Tindakan
1 Guru menyusun disain pembelajaran Guru menyampaikan pembelajaran diawali
melalui pembuatan RPP dengan dengan menyampaikan SK/KD yang akan
menentukan SK/KD, alokasi waktu, dicapai di semester ini dan apa yang akan
metode yang digunakan, penilaian serta dilaksanakan siswa selama mengkaji
lembar observasi perkembangan minat pembelajaran tentang memahami Konsep
belajar geografi siswa Geografi
2 Guru membuat materi pembelajaran Siswa mencari informasi tentang materi konsep
dalam bentuk ringkasan beberapa dasar geografi dari sumber buku dan LKS,
pengertian konsep geografi yang secara bersama-sama kelompoknya
bersumber dari buku dan internet
3 Guru menentukan kelompok siswa Guru menentukan kelompok berdasarkan
berdasarkan tempat duduknya duduk siswa sehingga 1 kelompok hanya 2
orang
4 Guru membuat ilustrasi masaalah Medan Guru menjelaskan masalah yang ada di Medan
5 Guru menyusun lembar observasi untuk Guru mengisi lembar observasi apa yang
mengamati kegiatan pembelajaran yang dilakukan guru dan siswa sesuai apa yang
dilakukan guru dan siswa terjadi di kelas, seperti kehadiran, minatnya
selama belajar di kelas
6 Menyusun langkah-langkah pembelajaran Pelaksanaan model pembelajaran generatif
berdasarkan model pembelajaran kurang berjalan secara efektif karena siswa
generatif terlambat masuk kelas pada jam pertama dan
setelah istirahat
34

No Pengamatan Refleksi
1 Hanya 40% kelompok serius dan Siswa tidak serius dan berminat belajar karena
berminat melakukan diskusi kelompok terlalu lama libur semester sehingga dibutuhkan
untuk memecahkan masalahnya tugas yang lebih bervariatif agar minatnya
meningkat
2 Siswa mengalami kesulitan mencari Siswa mencari sumber belajar yang banyak
sumber belajar tentang topik materi (laptop/notebook, modem, hp android/iphone)
Konsep Geografi dan menyimpulkannya sebagai dasar untuk berdiskusi selain buku dan
dan hanya bersumber dari buku dan LKS LKS
3 Siswa yang menyelesaikan pemecahan Membentuk kelompok harus dikembangkan,
masalah hanya dilakukan 1 orang di tidak hanya berdasarkan tempat duduknya
kelompoknya dan 1 siswa lagi bercerita namun berdasarkan ketersedian/ kepemilikan
dengan kelompok lain diluar materi yang sumber belajar yang lebih lengkap dan variasi
dibahas dan banyak kelompok laki-laki teman diskusi agar interkasi dan minat belajar
yang bertanya pada kelompok diskusi meningkat karena saling mengungkapkan
perempuan argumen dalam pemecahan masalah
4 Sebagian besar siswa banyak yang Menentukan penilaian berdasarkan tidak saja
mengumpulkan lembar melebihi waktu dari hasil proses kerja kelompok juga
yang ditentukan karena tingkat minat berdasarkan waktu dalam penyelesainnya
yang rendah terhadap materi yang di
bahas
5 Hanya beberapa siswa yang menanggapi Guru melakukan pengawasan agar siswa tidak
apa yang disampaikan guru dan lainnya menyelesaikan bahan/ tugas mata pelajaran
lebih banyak bercerita dan menyiapkan guru lainnya pada jam selanjutnya dan
bahan/ tugas mata pelajaran dari guru lain menyiapkan sumber belajar geografi di atas
pada jam selanjutnya meja
6 Hanya siswa mendapat rangking bagus di Memberikan peluang kepada siswa yang lain
semester I yang berminat untuk untuk mempresentasikan hasil diskusinya yang
mempresentasikan hasil diskusi selama ini jarang berbicara di depan teman-
kelompoknya sesuai dengan inisiatifnya temannya agar memunculkan keberanian dan
minatnya
7 Penerapan model pembelajaran dengan Menerapkan model pembelajaran generatif
langkah-langkahnya tidak efektif dan yang lebih efektif dan efisien dengan
efisien karena alokasi banyak siswa yang memberikan kedisiplinan untuk mengikuti
terlambat masuk karena pada jam pertama pelajaran geografi sebelum memasuki kelas
dan setelah istirahat
8 Sebagian siswa siswa akan berminat lebih Menyiapkan reward (penghargaan) berupah
tinggi bila mendapat reward hadiah di akhir pertemuan setelah Ulangan
(penghargaan) berupa nilai dan Harian I untukbagi siswa yang memiliki minat
pengakuan dari guru dan siswa lainnya tinggi dan hasil UH 1 yang terbaik
bahwa siswa tersebutlah yang terbaik
untuk belajar geografi

2. Siklus II (Agustus 2016)

Tabel 4. Siklus II PTK


No Perencanaan Pelaksanaan Tindakan
1 Guru menyusun kembali disain Guru menyampaikan KD.2 yang akan dipelajari
pembelajaran berdasarkan hasil sesuai dengan RPP yang ada
pengamatan evaluasi dan refleksi pada
siklus I yang ada agar lebih meningkatkan
minat siswa dalam mempelajari
2 Membuat motivasi agar siswa lebih Memutarkan file video
berminat belajar geografi dengan
menyiapkan Video
3 Menyiapkan disain kelompok Guru memilih dan menentukan siswa untuk
berdasarkan jenis kelamin yang membentuk kelompok berdasarkan jenis
35

berjumlah 4 orang perkelompok (2 laki kelamin dan menentukan posisi duduk saat
dan 2 perempuan) berdiskusi sehingga lebih banyak berinteraksi
diantara anggota kelompok
4 Menyiapkan lembar diskusi kelompok Siswa mengisi daftar isian untuk untuk
tentang pendekatan geografi sebagai pendekatan geografi sesuai kelompok yang
tantangan siswa dalam memecahkan ditentukan dan bersumber dari data untuk
masalah serta meningkatkan minat dalam tantangan sudah ada
mempelajari geografi
5 Menyiapkan tema dalam penerapan Siswa menyiapkan kertas HVS Ukuran A4 dan
pendekatan geografi di Indonesia dan alat tulis, penggaris, pewarna serta peta untuk
Sumatera Utara dan lembar penilaian membuat penerapan pendekatan geografi di
terhadap proses dan hasi kerja siswa Indonesia dan Sumatera Utara berdasarkan
tema kelompok yang sudah ditentukan.

No Pengamatan Refleksi
1 Siswa mulai banyak berminat belajar Siswa berminat dan asyik menikmati lagu dan
geografi materi pendekatan geografi film yang diputar yang dipandu oleh siswa,
karena dikaitkan dengan video karena namun karena waktu yang terbatas maka hanya
siswa selama ini hobi mendengarkan lagu potongan film yang ditonton serta siswa
dan menonton film sebagian sudah menonton film tersebut, selain
itu lagu tersebut juga sudah lama dan saat ini
siswa lebih senang lagu barat atau lagu
bertemakan cinta
2 Siswa lebih berinteraksi dan berminat Menentukan kelompok diskusi siswa harus
belajar karena kelompok yang dibentuk berdasarkan pembagian yang merata sesuai
lebih variatif berdasarkan jenis kelamin kemampuan dan minatnya karena akan
dan tempat duduknya namun beberapa mempengaruhi hasil diskusi yang dilakukan
siswa tidak sesuai dengan kelompoknya dan menjelaskan secara personal kepada siswa
karena tidak ada teman akrabnya di bahwa pembentukan kelompok itu agar
kelompok tersebut sehingga tidak nyaman meningkatkan interkasi dan pertemanan sama
dalam berdiskusi yang lain sehingga diskusi lebih optimal
3 Siswa mengalami kesulitan memahami Diberikan peluang kepada siswa untuk
materi diskusi kelompok pendekatan mengakses di internet tentang materi diskusi
geografi khusus tentang istilah-istilah kelompok sehingga dapat memecahkan masalah
yang jarang didengar dan difahami yang ada. Selanjutnya guru harus terus
sehingga harus menyampaikan membimbing siswa dan berkeliling ke setiap
pengenalan pendekatan dan penerapan kelompok untuk melihat perkembangan hasil
pendekatan tersebut kepada siswa diskusinya sehingga siswa merasa diperhatikan
berdasarkan materi yang sudah diberikan guru dalam belajarnya untuk meningkatkan
sebelumnya minat belajarnya
4 Pertanyaan yang muncul dari siswa lebih Guru mengalami kesulitan dalam mengisi
banyak yang menunjukan bahwa minat lembar observasi yang ada karena siswa mulai
belajarnya meningkat dari sebelumnya tinggi minat belajarnya sehingga waktu yang
sedikit tidak mencukupi waktu yang tersedia
sehingga harus dilanjutkan pada jam atau hari
selanjutnya
5 Beberapa siswa tidak membawa kertas Memberikan penilaian pengurangan bagi siswa
HVS A4, alat tulis, atlas, pengaris dan yang tidak membawa peralatan dan
pewarna sehingga membuat diskusi perlengkapan diskusi kelompok untuk membuat
kelompoknya terhambat karena siswa peta dengan alokasi waktu yang sudah
harus meminjam dari kelas lain atau disediakan.
membelinya di luar kelas sehingga bila
ada pengarahan tidak dapat mengikuti
6 Beberapa siswa mengalami kesulitan Sebagian siswa tidak tahu membuat peta dasar
dalam menggambar dasar peta karena dan hanya bisa memarnai seadanya saja,
tidak memiliki kemampuan dalam sehingga hasil kerjanya tidak maksimal. Oleh
menggambar peta dasar sehingga harus karena itu guru untuk pertemuan selanjutnya
meminta bantuan ke teman di kelompok harus membimbing siswa yang tidak bisa
tersebut atau kelompok lainnya, padahal membuat peta dasar dengan metode yang ada.
semua siswa melakukan pembuatan peta Untuk mengejar ketertinggalan siswa tersebut
36

sehingga banyak waktu yang terbuang, guru harus meminta siswa lainnya sebagai
namun ini menunjukan minat belajarnya tentor sebaya untuk meluangkan waktunya
meningkat secara draktis dan lebih untuk mengajari/ mengisi lembar kerja.
bersemangat karena menggunakan
psikomotoriknya
7 Siswa dengan hasil yang baik saja yang Memotivasi siswa agar lebih berminat untuk
berani menampilkan dan mempresentasikan hasil kerja peta yang
mempresentasikan petanya untuk dibuatnya agar menjadi pelajaran berharga
mewakili kelompoknya walau penilaian untuk keberanian dan kemarihan membuat dan
tetap pada penilaian pribadi siswa dalam membaca peta. Selain itu juga diharapkan siswa
kelompok tersebut. Siswa tidak percaya dapat menghargai karya siswa lainnya dan hasil
diri dari hasil kerjanya dan sebagian kerja karena itu hasil kerja sendiri walau
siswa mentertawai hasil kerja siswa mengalami kendala
lainnya karena jauh dari harapan

3. Siklus III (September)


Tabel 5. Siklus III PTK
Perencanaan Pelaksanaan Tindakan
No
1 Guru menyiapkan disain pembelajaran Guru menyampaikan KD.3 tentang
dari hasil siklus II setelah melakukan menjelaskan pemanfaatan dan pelestarian SDA
evaluasi dan refleksi melalui RPP yang kepada siswa agar lebih meningkat minatnya
disusun mempelajari masalah yang ada sesuai yang
tertuang di RPP
2 Guru merancang kelompok disksusi Siswa berdiskusi kelompok dengan fasilitas
dengan siswa yang berbeda dari laptop/notebook yang dimiliki. Setiap
sebelumnya sesuai dengan kepemilikan kelompok terdapat lebih 1 yang dimilikinya
laptop/ notebook yang dimiliki siswa agar karena agar proses lebih cepat untuk data dan
semua siswa dapat melakukan dan ide yang dikumpulkan
menyumbangkan idenya
3 Menyiapkan beberapa tema dan kasus Siswa berdiskusi mencari dari mengakses
terkait dengan prinsip dan aspek geografi internet tentang tema dan kasus yang diberikan
dan membuatnya di power point sehingga akan
dapat dipresentasikan setelah hasil diskusi
selesai
4 Menyiapkan ulangan harian untuk Siswa melakukan ulangan harian I sesuai
SK/KD prinsip dan aspek geografi dengan materi dan hasil diskusi yang dilakukan
5 Menyiapkan hadiah menarik untuk siswa Bersama-sama siswa menilai hasil kerja siswa
yang mendapatkan nilai terbaik dari hasil dinilai dari berbabagi aspek termasuk minat
diskusi dan ulangan harian mempelajari geografi serta memeriksa hasil UH
1 dan langsung menentukan peraih
penghargaan yang sudah disediakan untuk
kelompok dan pribadi

No Pengamatan Refleksi
1 Siswa meningkat minat belajar geografi Siswa sudah bisa mengeluarkan ide tentang
untuk Siklus III ini karena siswa selain pemanfaatan dan pelestarian SDA berdasarkan
mengejar nilai, juga mengejar prinsip Ekoefisiensi, Berwawasan Lingkungan
penghargaan yang akan diberikan di akhir dan Pembangunan Berkelanjutan di
pertemuan untuk SK/KD ini dapat dilihat kelompoknya melalui power point yang
dari hasil diskusi kelompok tentang tema dipresentasikan. Namun idenya banyak dari
dan kasus yang diberikan. hasil akses di internet
2 Siswa lebih berminat untuk menyusun Memberikan motivasi agar lebih berminat
dengan mengakses dari internet untuk melakukan segala hal terkait dengan
dibandingkan untuk mempresentasikan diskusi kelompok selain menyusun, membuat
hasil diskusinya bahan power point dari hasil akses internet dan
buku
37

3 Siswa lebih berminat pada tema dan Membuat tema dan kasus yang berkaitan
kasus kerusakan dan pelestarian hutan, dengan prinsip dan aspek geografi pada kasus-
pertambangan dibandingkan dengan tema kasus tersebut
dan kasus lainnya
4 Siswa lebih banyak minat bertanya Mengarahkan pertanyaan pada wilayah yang
tentang usaha pelestariannya SDA di luar ada di Sumatera Utara
Sumatera Utara
5 2 kelompok terakhir yang Mulai mengarah pada permasalahan SDA yang
mempresentasikan hasil diskusinya pada ada di Sumatera Utara walau sedikit terlambat
pertemuan selanjunya mulai banyak kajiannya
terkait dengan SDA yang ada di Sumatera
Utara dengan menggantinya di luar waktu
diskusi
6 Siswa asyik memperbaiki hasil kerjanya Siswa mulai bisa mengefektifkan waktu yang
terutama pada bentuk penampilan tersedia
slidenya dengan gambar-gambar yang
berarti siswa mulai memahami dan sangat
berminat mempelajari geografi sebelum
melakukan presentasi
7 Terdapat 2 kelompok yang secara detail Mulai berani mengambil kebijakan dan ide
menampilkan prinsip dan aspek geografi setelah melakukan dan melihat penampilan
hingga membuat suatu ide baru untuk kelompok sebelumnya karena sudah
menyelesaikannya dan terdapat di disampaikan guru beberapa hal yang harus
Sumatera Utara dengan foto-foto yang diperbaiki
tersedia internet dan peta Sumatera Utara
pada prinsip dan aspek geografi
8 3 kelompok yang berinisiatif sendiri Menunjukan keberanian walau masih ada
untuk presentasi di awal karena merasa beberapa kekurangan hasil kerjanya namun
siap dengan karyanya minat dan inisiatifnya membuat kelompok
tersebut lebih unggul dari yang lain.

B. Pembahasan
Setelah melakukan perencanaan, pelaksanaan, pengamatan dan refleksi
selama 3 bulan, terhadap siswa kelas X-1 melalui penerapan Model Pembelajaran
Generatif, yang menunjukan bahwa minat belajar geograf siswa meningkat secara
bertahap karena motivasi, penghargaan diri/kelompok dari diskusi kelompok yang
dilakukan dan tantangan yang diberikan dalam materi geografi. Hal ini dapat
dilihat dari tabel analisis siklus di bawah ini:
Tabel 4. Perbandingan Siklus I, II dan III
No Siklus I Siklus II Siklus III
1 Pada siklus ini perencaan Pada siklus ini perencaan Perencanaan pada siklus III
belum terencana dengan baik dari hasil refleksi pada berdasarkan refleksi siklus I dan
karena belum dapat siklus I menjadi landasan II sehingga makin baik untuk
meningkatkan minat belajar sehingga mulai terlaksana dilaksanakan agar efektifitas dan
geografi siswa perencanaan yang disusun efisiensi dalam penerapan model
walau masih ada pembelajaran generatif dapat
kekurangannya terwujud
2 Penentuan kelompok belum Penentuan kelompok Penentuan kelompok pada minat
maksimal karena hanya diskusi berdasarkan variasi dan kepemilikan laptop/notebook
berdasarkan tempat duduk jenis kelamin dan tingkat untuk mengoptimalkan diskusi
minat siswa kelompok karena tema dan
38

kasusnya lebih bervariasi


3 Sumber belajar hanya dari Sumber belajar sudah mulai Sumber belajar lebih banyak
buku dan LKS yang terbatas dari hasil akses internet dan karena akses internet dilakukan
atlas yang ada lebih dari 1 orang di kelompknya
4 Alokasi waktu yang sedikit Alokasi lebih banyak Alokasi waktu untuk cakupan
sesuai dengan cakupan materi karena 2 cakupan materi materi hanya 1 sehingga lebih
lebih banyak efektif pada siklus III
5 Minat siswa di awal pertemuan Minat siswa mulai Minat siswa meningkat lebih
sangat rendah karena kurang meningkat karena tantangan tinggi karena melibatkan koqnitif,
menantang materinya dan yang diberikan lebih afektif dan psikomotorik dalam
fokus pada kognitif meningkat dengan memecahkan masalah yang ada
melibatkan kognitif dan
psikomotorik
6 Hanya kerja siswa hanya Hasil kerja siswa selain Hasil kerja siswa berupa slide
berupa isian lembar kerja lembar kerja power point dalam
menyampaikan ide dan
penyelesaian masalah untuk
pengenalan konsep dan penerapan
konsep
7 Banyak siswa yang tidak Siswa mulai tertib masuk Siswa 95 % tidak ada yang
disiplin masuk dalam belajar karena meningkat minat terlambat masuk jika pelajaran
karena terlambat pada jam I belajar geografinya dimulai
dan setelah istirahat
8 Tidak ada penghargaan untuk Mulai ada penghargaan Ada penghargaan selain nilai
siswa untuk siswa nilai yang lebih yaitu bingkisan hadiah untuk
baik terbaik berdasarkan minat dan
diskusi kelompoknya
9 Guru hanya terfokus pada Guru mulai melakukan Guru membimbing siswa dalam
materi pendekatan dalam melakukan diskusi dan presentasi
pemecahan masalah siswa serta mengevaluasi hasil kerja
di kelompoknya dan memberikan pengahargaan
10 Guru mengalami kesulitan Guru mulai banyak Guru banyak terbantu dalam
dalam mencatat karena harus mencatat observasi karena mengisi catatan observasi karena
lebih banyak mengarahkan sudah mulai berkurang banyak siswa yang mulai
siswa untuk berdiskusi dalam mengarahkan siswa berminat dan mandiri dalam
untuk berdiskusi kelompok menyelesaikan hasil kerjanya

Dari analisis data observasi ketiga siklus di atas, ternyata minat belajar

geografi siswa sangat mempengaruhi hasil kerja yang dilakukannya baik secara

pribadi dan kelompok. Ini karena faktor motivasi, materi, tantangan dan penilaian

yang diberikan oleh guru terhadap siswa dalam proses pembelajaran. Selama ini

apa yang dilakukan kurang menantang dan memacu siswa untuk berkreatifitas

sehingga hanya terfokus pada kognitif. Dengan apa yang dilakukan dari siklus I –

III maka kognitif, psikomotori dan afektif dilibatkan secara keseluruhan sehingga

ini akan mempengaruhi kualitas pembelajaran terutama geografi di SMA Negeri

15 Medan.
39

Dalam penerapan Model Pembelajaran Generatif ini langkah-langkah yang

dilakukan melalui Pendahuluan/Ekploratif, Pemfokusan, Tantangan/Pengenalan

Konsep serta Penerapan konsep sangat sesuai dalam peningkatan minat belajar

geografi siswa di kelas X-1 Semester I (ganjil) Tahun Pelajaran 2015/2016.

Penilitian ini setiap sikluas dilakukan tahapan-tahapan MPG, namun kurang

optimal karena berbabagai faktor yang sudah dijelaskan pada pembagian siklus di

atas.

Pada tahapan pendahuluan/ekplorasi ini guru memfasilitasi siswa untuk

melakukan ekplorasi terhadap pengetahuan, ide, atau konsepsi awal yang

diperoleh dari pengalaman sehari-hari atau diperoleh dari pembelajaran SMP yang

sudah dipelajari. Untuk melakukan ekplorasi diberikan stimulus berupa

aktivitas/tugas-tugas untuk mengisi lembar kerja terhadap materi yang dapat

menunjukan konsepsi yang akan dipelajari. Dalam Siklus I dilakukan ilustrasi

peristiwa geografi secara baik sehingga mendapatkan kesejahteraan secara

pribadi. Inilah aktivitas pendahuluan/ekplorasi dalam siklus I namun belum dapat

meningkatkan minat belajar geografi siswa di kelas X-1.

Dengan kondisi yang demikian, pada akhirnya diharapkan muncul

pertanyaan pada disi siswa, mengapa hal itu terjadi dan selanjutnya mengajak dan

mendorong siswa untuk berdiskusi tentang fakta atau gejala yang baru diselidiki

atau amati. Guru mengantarkan proses diskusi guna mengidentifikasi konsepsi

siswa yang selanjutnya dapat dikembangkan menjadi rumusan, dugaan dan

hipotesis. Namun pada siklus I tidak muncul dan tercapai karena kendala dihadapi

oleh guru dalam menerapkan MPG untuk meningkatkan minat belajar geografi
40

siswa kelas X-1 ini. Namun pada siklus II dan III hal ini mulai baik dalam tahapan

pendahuluan/ekplorasi karena sudah digunakan sumber dan media pembelajaran

lebih bervariatif dengan memutarkan video materi kajiannya.

Untuk tahapan Pemfokusan siswa melakukan kegiatan dalam model

pembelajaran yang lain. Guru sebagai fasilitator yang menyangkut kebutuhan

sumber, memberi bimbingan dan arahan, dengan demikian para siswa dapat

melakukan proses ilmiah dalam memecahkan masalah yang diberikan seperti pada

siklus I, II dan III. Tugas yang diberikan dalam pembelajaran sedemikian rupa

hingga memberi peluang dan merangsang siswa untuk menguji dengan caranya

sendiri berdasarkan sumber yang didapatkan.

Penyelesaian tugas dilakukan secara berkelompok yang terdiri atas 2

sampai dengan 4 siswa sehingga siswa dapat berlatih untuk meningkatkan sikap

seperti ilmuwan. Misalnya pada aspek kerjasama dengan sesama teman sejawat,

membantu dalam kerja kelompok, menghargai pendapat teman, tukar pengalaman

(sharing idea) dan keberanian bertanya. Inilah tidak berkembang pada siklus I dan

mulai berkembang pada siklus II dengan pembentukan anggota kelompok lebih

banyak. Demikian juga pada siklus III siswa mulai fokus apa yang menjadi

kajiannya sehingga menarik dan berminat untuk membahas materinya. Oleh

karena itu siswa kelas X-1 mulai menunjukan kemampuan untuk memfokuskan

diri pada apa yang dipelajari. Tukar pengalaman menjadikan siswa lebih banyak

berinterkasi dan meningkatkan minatnya untuk melakukan kegiatan yang

dilakukannya.
41

Pada tahapan tantangan disebut juga tahap pengenalan konsep. Setelah

siswa memperoleh data, selanjutnya menyimpulkan dan menulis dalam lembar

kerja. Siswa mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya. Pada tahap sikulus I

ini belum muncul karena hanya beberapa kelompok saja yang menunjukan

keberanian dan minatnya melakukannya. Melalui diskusi kelas akan terjadi proses

tukar pengalaman diantara siswa. Proses asimilasi apabila konsepsi siswa kelas X-

1 sesuai dengan konsep benar menurut data eksperimen terjadi proses akomodasi

apabila konsepsi siswa sesuai dengan data empiris. Pada tahap ini pula guru

memberikan pemantapan konsep dan latihan soal agar siswa memahami secara

mantap konsep tersebut. Ini mulai efektif MPG untuk meningkatkan minat belajar

geografi siswa pada siklus II dan III.

Selanjutnya pada ini siswa diajak untuk memecahkan masalah dengan

menggunakan konsep barunya dan konsep benar dalam situasi baru yang

berkaitan dengan hal-hal praktis dalam kehidupan sehari-hari. Sehingga siklus III

yang dapat mencapai tahapan MPG ini bagi siswa kelas X-1. Pada tahap ini

pemberian soal-soal latihan diberikan lebih banyak agar lebih memahami konsep

(isi pembelajaran) secara mendalam dan bermakna. Pada akhirnya konsep yang

dipelajari siswa akan masuk ke memori jangka panjang sehingga tingkat retensi

siswa semakin baik. Oleh karena itu pada tahap siklus III diberikan soal Ulangan

Harian (UH) dalam bentuk paket kode A dan B. Pada siklus dan ekfektiftas MPG

inilah penghargaan secara pribadi/kelompok diberikan bagi siswa yang memiliki

minat belajar geografi siswa yang tinggi dan juga hasil kerja diskusi

kelompoknya.
42

Dengan penerapan MPG pada pelajaran geografi untuk materi semester I

pada bab I, maka minat siswa akan meningkat dengan perencanaan, metode,

alokasi waktu, dan soal latihan di akhir pertemuan dan penghargaan siswa

pribadi/kelompok akan meningkatkan minat siswa terutama di SMA Negeri 15

Medan. Karena optimalisasi dalam pencapaian kognitif, afektif dan psikomotorik

akan terwujud bila minat akan pelajaran dan guru berpengaruh besar terhadap

kualitas pembelajaran yang dilakukan. Oleh karena itu optimalkan kreatifitas guru

dalam mengajar di dalam kelas dengan berbagai metode/model pembelajaran

sehingga siswa tidak mengalami penurunan minat terhadap mata pelajaran, guru

termasuk pada sekolah.


43

BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Penerapan Model Pembelajaran Generatif ini langkah-langkah yang

dilakukan melalui Pendahuluan/Ekploratif, Pemfokusan, Tantangan/Pengenalan

Konsep serta Penerapan konsep sangat sesuai dalam peningkatan minat belajar

geografi siswa di kelas X-1 Semester I (ganjil) Tahun Pelajaran 2015/2016 sesuai

dari hasil Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang dilakukan oleh guru geografi.

Penerapan MPG pada pelajaran geografi untuk Strandar

Kompetensi:Memahami konsep, pendekatan, prinsip dan aspek geografi, maka

minat belajar geografi siswa akan meningkat dengan perencanaan, metode, alokasi

waktu, dan soal latihan di akhir pertemuan dan penghargaan siswa

pribadi/kelompok akan meningkatkan minat siswa kelas X-1 SMA Negeri 15

Medan T.P. 2015/2016. Itu terwujud dari perencanaan, pelaksanaan, pengamatan

dan refleksi pada Siklus I, II, dan III secara optimal dengan memperhatikan

langkah-langkah dalam penerapan MPG.

B. Saran

Mengupayakan kualitas pembelajaran di SMA Negeri 15 Medan dapat

dikembangkan melalui penelitian tindakan kelas. Untuk pengembangannya dan

pemilihan model pembelajaran sehingga meningkatkan minat siswa belajar sesuai

dengan kondisi dan karakteristik siswa. Selanjutnya, diharapkan kepada para guru

geografi dan mata pelajaran lainnya agar senantiasa memperhatikan dan


44

mempertimbangkan faktor minat siswa sebagai landasan dalam merancang

pembelajaran. Selain itu, guru perlu melakukan pengkajian yang mendalam

tentang karakteristik siswa lainnya sebelum menentukan model pembelajaran

yang dianggap sesuai. Guru perlu memiliki pemahaman dan wawasan yang baik

tentang Model Pembelajaran Generatif, sehingga model pembelajaran ini dapat

dijadikan menjadi salah satu model pembelajaran untuk mengoptimalkan hasil

belajar geografi siswa di tingkat SMA. Penelitian ini perlu ditindaklanjuti pada

peneliti lanjutan dengan mengambil sampel yang lebih luas serta variabel

penelitian berbentuk softskill.


45

DAFTAR PUSTAKA

Achdiyat., M dan A.Y., Ngadiyo. 1980. Beberapa Catatan Tentang Mastery


Learning. Proyek Pengembangan Pendidikan Guru (P3G).

Arikunto, Suharsomi. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek.


Jakarta: Rineka Cipta.

. 2005. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Ary, Donald, Jacobs Lucy Cheser, Razavieh Asghar. (1982). Pengantar


Penelitian Dalam Pendidikan, (Penerjemah Arief Furchon). Surabaya:
Usaha Nasional.

Atmadi, A. dkk. 2000. Transformasi Pendidikan Memasuki Millenium Ketiga.


Yogyakarta : Kanisius.

Azwar. 1999. TestPrestasi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Bloom, B.S. et all .1982. Taxonomy of Education Objectives: The


Classification of Educational Goals. Handbook I: Cognitive
Domain.New York : Logman Inc.

Bruner, J. 1961. The Process of Education. Cambridge, MA: HarvardUniversity


Press.

. 1967. The Process of Education. Cambridge, MA: HarvardUniversity Press.

Basha Salim , S.A dan Digumarti Bhaskara Rao. 2006. Methods of Teaching
Geography. NewDelhi: Discovery Publishing House.

Beyer, B.K. 1995. Teaching Critical Thinking: A Direct Approach. Social


Education. Pp 297-303

Ciardiello, A.V. 1985. Teacher Questioning and Student Interaction: An


Observation of Three Social Studies Classes. The Social Studies. (77) pp.
119-122.

Daniels, J. C. 1993. Figure Reasoning Test (FRT) (12th ed.). Nottingham:


D.Daniels.

Daradjat, Zakiah. 2001. Metode Khusus Pengajaran Agama Islam.Jakarta: Bumi


Aksara.

Degeng, I Nyoman Sudana. 1988. “Pengorganisasian Pengajaran Berdasarkan


Teori Elaborasi dan Pengaruhnya terhadap Perolehan Belajar Informasi
Verbal dan Konsep”. Desertasi. Malang: FPS IKIP Malang.
46

Dekdikbud. 1983. Materi Dasar Pendidikan Program Mengajar Akta Mengajar


V. Jakarta: Proyek Pengembangan Institusi Pendidikan.

Dick,W dan Carey, L. 1996. The Systemathic Design of Instruction. 4th. Harper
Collins Publishers.

Ferguson, G.A, (1988). Statistical Analysis In Psychology and Education ,


Singapura : Mc- Graw Hill International Book Company

Fudyartanto, R.B.S. 2002. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan


Baru.Yogyakarta: Global Pustaka Utama.

Gardner, Howard. 1999. Intelligence Reframed. New York: Basic Book.

Gagne, R. 1965. The Condition of Learning. New York: Holt, Rinehart & Wiston.

Gulo, W. 2002. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Gramedia Widia Sarana


Indonesia.

Hamacheck, D., dan Slavin. 1990. Phsycology in Teaching Learning and Growth.
Toronto: Allyn and Bacon.

Hamalik, Oemar. 2003. Perencenaan Pengajaran. Bandung: Citra Aditya Bakti.

Hopkins, D. 2006. All Student Being Equal.Technology and Learning, 26 (100,


26-28.

Joyce, Bruce., Marsha Weil., Emily Calhoun. 2009. Models of Teaching: Model-
modelPengajaran. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Katu, N. 1995. “Konsep Awal Siswa, Pengaruhnya Terhadap Pemahaman Mereka


Atas Konsep-konsep Sains yang diajarkan Guru”. Makalah: Materi
Penataran dan Lokakarya Pengajaran Fisika Dasar. HEDS-IKIP Padang.

Khosim, Amir dan Kun Marlina Lubis. 2007. .Geografi untuk SMA/MA Kelas XI.
Jakarta: Grasiondo.

Kidwai, Zeenat. 2004. Enviromental Approach in Geography Teaching.


NewDelhi: Sarup & Sons.

Landow, G. 1992 Hypertext: Convergence of Critical Theory and Technology


Baltimore: JohnsHopkinsUniversity Press. Hillsdale, N.J: Lawrence
Erlbaum p.16.

Merrill, M.D., Kelety, JC., dan Wilson B. 1981. Elaboration Theory and Cognitve
Psychology Instructional Science. New York: Longman.
47

Muhibbinsyah. 2003. Psikologi Pendidikan: Suatu Pendekatan Baru. Bandung:


Remaja Rosdakarya

Nur, M. 2000. Strategi-strategi Belajar.Surabaya: Universitas Surabaya.

Pabundu, Tika. 2005. Metode Penelitian Geografi. Jakarta: Bumi Aksara.

Rezeki, Robbi. 2004. ”Pengaruh Strategi Pembelajaran Kontekstual dan


Kreativitas terhadap Hasil Belajar Matematika SMP Negeri Kecamatan
Stabat”. Tesis. PPs Unimed Medan.

Rogers, C. 1982. Freedom to Learn in the Eighties.Columbus, OH: Merrill

Romizowski, A.J. 1981. Designing Instructional System,New York : Nicholas


Publishing.

Sanjaya, Wina. 2008. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses


Pendidikan. Jakarta: Kencana.

Sardiman, A.M. 2003. Interaksi dan Motivasi BelajarMengajar. Jakarta: Raja


Grafindo Persada.

Shadish, W., Cook, T., & Campbell, D. 2002. Experimental and Quasi-
Experimental Designs for Generalized Causal Inference.
Boston:Houghton Mifflin.

Slameto. 1995. Belajar dan Faktor Faktor yang Mempengaruhinya, Jakarta: Bina
Aksara.

Sugiyono. 2006. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif,


Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Sudjana. 2002. Metode Statistika. Bandung: Tarsito.

Sumaatmadja, Nursid. 2001. Metodologi Pengajaran Geografi. Jakarta: Bumi


Aksara.

Sunarto, S. 2002. Pendekatan Kualitatif dalam Penelitian Psikologi. Jakarta:


Aksara

Suparno, Paul. 1997. Filsafat Konstruktivisme dalam Pendidikan. Kanisius:


Yogyakarta.

Surakhmad, Winarno. 1994. Pengantar Penelitian Ilmiah. Bandung: Tarsito.

. 1980. Pengantar Interaksi Mengajar Belajar. Bandung: Tarsito.

Suparman, Atwi. (1997). Design Instructional. Jakarta: PAU-PPAI-UT.


48

Suryabrata, Sumadi. 2002. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo Persada

. 1990. Metodologi Penelitian. Jakarta: Rajawali.

Suryani, Lily. 2009. ”Penerapan Model Pembelajaran Generatif untuk


Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis dan Hasil Belajar Fisika Siswa
Kelas XI IA-2 SMAN 7 Malang”.Skripsi. Malang: Jurusan Pendidikan
Fisika FMIPA Universitas Negeri Malang.

Sutarman dan Swasono, P. 2003. ”Implementasi Pembelajaran Generatif Berbasis


Konstruktivisme sebagai Upaya Meningkatkan Kemampuan Siswa Kelas
III pada Bidang Fisika di SLTP 17 Malang”. Jurnal. Malang: Lemlit-UM.

Uno, Hamzah B. 2007. Model Pembelajaran: Menciptakan Proses Belajar


Mengajar yang Kreatif dan Efektif. Jakarta: Bumi Aksara.

Wena, Made. 2009. Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer: Suatu Tinjauan


Konseptual Operasional. Jakarta: Bumi Aksara.

Wilen, E.E and Clegg, A.A. 1996. Effective Questions and Questioning: A
Research Review. Theory and Research in Social Education. (14) pp.151-
161.

Winkel, W.S. 1987. Psikologi Pendidikan dan Evaluasi Belajar. Jakarta:


Gramedia.

.1999. Psikologi Pengajaran. Jakarta: Grasindo.

Walgito, Bimo. 1997. Psikologi Sosial Suatu Pengantar. Yogyakarta: Andi.

. 1991. Pengantar Psikologi Umum. Yogyakarta: Andi.

Wittrock, M.C. 1974 Learning as a Generative Activity. Educational


Psychologist, 11: 87-95.

1990. Generative processes of comprehension. Educational Psychologist, 24, 345-


376.

Zainal, Arifin. 1997. Evaluasi Instruksional. PT. R Emaja Rosdakarya. Bandung.

Anda mungkin juga menyukai