Anda di halaman 1dari 14

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar Penyakit


1. Definisi Sindrom Nefrotik Akut
a. Sindrom nefrotik adalah merupakan manifestasi klinik dari glomerulonestritis (GN)
ditandai dengan gejala edema, proteinuria pasif > 3,5g/hari, hipoalbuminemia
<3,5g/dl, lipiduria dan hiperkolestromia. Kadang-kadang terdapat
hematuria,hipertensi dan penurunan fungsi ginjal, sindrom nefrotik paling banyak
terjadi pada anak umur 3-4 tahun dengan perbandingan pasien wanita dan pria 1:2
(Nurarif & Kusuma, 2016, hal. 130)
b. Sindrom nefrotik merupakan kumpulan gejala yang disebabkan oleh adanya injury
glomerular yang terjadi pada anak dengan karakteristik; proteinuria, hypoproteinuria,
hypoalbuminemia, hyperlipidemia dan edema (Suriadi, 2010, hal. 199)

2. Etiologi
a. Sindrom nefrotik dapat disebabkan oleh GN primer dan sekunder akibat infeksi,
keganasan, penyakit jaringan penghubung, obat atau toksin, dan akibat peyakit
sistematik (Prodjosudjadi, 2010, hal. 999)
b. Menurut patrick davey penyakit nefrotik syndrome seperti diabetes ( yang telah
berlangsung lama ), glomerulunefritis ( lesi minimal, membranosa, fokal sekmental )
amilioit ginjal ( primer, mieloma ) penyakit auto imun, misalnya SLE, obat-obatan
misalnya preparat emas, penisilamin (Nurarif & Kusuma, 2016, hal. 130)

3. Patofisiologi
a. Meningkatnya permeabilitas dinding kapiler glomelular akan berakibat pada
hilangnya protein plasma dan kemudian akan terjadi proteinuria. Kelanjutan dari
proteinuria menyebabkan hipoalbuminemia. Dengan merunnya albumin, tekanan
osmotik plasma menurun sehingga cairan intravaskuler bepindah ke dalam intertisial.
Perpindahan cairan tersebut menjadikan volume cairan intravaskuler berkurang,
sehingga menurunkan jumlah aliran darah ke renal karena hipovolemi

3
4

b. Menurunnya aliran darah ke renal, ginjal; akan melakukan kompensasi dengan


merangsang produksi renin angeotensin dan peningkatan sekresi anti deuretik hormon
( ADH ) dan sekresi aldosteron yang kemudian terjadi retensi natrium dan air.
Dengan retensi natrium dan air akan menyebabkan edema.
c. Terjadi peningkatan kolesterol dan triklycerida serum akibat dari peningkatan
stimulasi produksi lipoprotein karna penurunan plasma albumin atau penurunan
onkotik plasma.
d. Adanya hiperlipidermia juga akibat dari meningkatnya produksi lipoprotein dalam
hati yang timbul oleh karena kompensasi hilangnya protein dan lemak akan banyak
dalam urin ( lipiduria )
e. Menurunnya respon imun karena sel imun tertekan, lemungkinan di sebabkan oleh
karna hipoalbuminemia, hiperlipidemia, atau divisiensi seng (Suryadi, 2010, hal. 199)

4. Manifestasi klinis
a. Edema
b. Oliguria
c. Tekanan darah normal
d. Proteinuria sedang sampai berat
e. Hipoproteinnemia dengan rasio albumin : globulin terbalik
f. Hipercolesterolemia
g. Oreum/kreatinin darah normal / meninggi
h. Beta 1 C globulin ( C3 ) normal (Nurarif & Kusuma, 2016, hal. 130)

5. Klasifikasi
a. Glomerulunefritis primer :
1) GN lesi minimal (GNLM)
2) Glomerulosklerosis fokal (GSF)
3) GN membranosa (GNMN)
4) GN membranoproliferatif (GNMP)
5) GN proliveratif lain
b. Glomerulonefritis sekunder akibat :
5

1) Infeksi : HIV, hepatitis virus B dan C, sifilis, malaria, skistosoma, tuberkulosis,


dan lepra.
2) Keganasan : Adenokarsinoma paru, payudara, kolon, limfoma hodgkin, mieloma
multiple, dan karsinoma ginjal. (Nurarif & Kusuma, 2016, hal. 130)
6. Pemeriksaan Penunjang
pemeriksaan penunjang yang dilakukakan adalah:
a. Pemeriksaan elektrolit,kreatinin,bersihan kreatinin,tes dipstik urine.
b. USG saluran ginjal
c. Immunoglobulin (elektroforesis protein), glukosa, ANF,ANCA.
d. Biopsy ginjal (untuk mengetahui penyebab proteinuria)(Nurarif & Kusuma, 2016, hal.
131)

7. Komplikasi
a. Trombosis vena, akibat kehilangan anti-thrombin 3, yang berfungsi untuk mencegah
terjadinya trombosis. Trombosis vena ini sering terjadi pada vena renalis. Tindakan
yang dilakukan utnuk mengatasinya adalah dengan pemberian heparin.
b. Infeksi (seperti heamophilus influenzae and streptococcus pneumonia), akibat
kehilangan immunoglobulin.
c. Gagal ginjal akut, akibat hipovolemia. Disamping terjadinya penumpukan cairan
didalam jaringan, terjadi juga kehilangan cairan didalam intravaskuler.
d. Edema pulmonal, akibat kebocoran cairan, kadang-kadang masuk kedalam paru-paru
yang menyebabkan hipoksia dan dispnea. (Suharyanto & Madjid, 2013, hal. 142)

8. Penatalaksanaan
Pengobatan SN terdiri dari pengobatan spesifik yang ditujukan tehadap penyakit
dasar dan dan pengobatan non-spesifik untuk mengurangi proteinuria, mengontrol edema
dan mengobati komplikasi. Etiologi sekunder dari sindrom nefrotik harus dicari dan
diberi terapi, dan obat-obatan yang menjadi penyebab disingkirkan.
a. diuretik : diuretik kuat (loop diuretic) misalnya furosemid(dosis awal 20-40 mg/hari)
atau golongan tiazid dengan atau tanpa kombinasu dengan pottasium sparing diuretic
6

(spironolakton) digunakan untuk mengobati edema dan hipertensi. Penurunan berat


badan tidak boleh melebihi 0,5 kg/hari
b. Diet : diet untuk pasien SN adala 35 kal/kgbb./hari, sebagian besar terdiri dari
karbohidrat. Diet rendah garam (2-3 gr/hari), rendah lemak harus diberikan.
Pembatasan asupan protein 0,8-1,0 gr/kgBB/hari dapat mengurangi proteinuria.
Tambahan vitamin D dapat diberikan kalau pasien mengalami kekurangan vitamin
ini.
c. Terapi antikoagulan: bila didiagnosis adanya peristiwa tromboembolism, terapi
antikoagulan dengan heparin harus dimulai. Jumlah heparin yang diperlukan untuk
mencapai waktu tromboplastin parsial (PTT) terapiutik mungkin meningkat karena
adanya penurunan jumlah antitrombin III. Setelah terapi heparin intravena,
antikoagulasi oral dengan warfarin dilanjutkan sampai sindrom nnefrotik dapat
diatasi.
d. Terapi obat : terapi khusus untuk sindrom nefrotik adalah pemberian kortikosteroid
yaitu prednisone 1-5,5 mg/kgBB/hari dosis tunggal pagi hari selama 4-6 minggu.
Kemudian dikurangi 5mg/minggu sampai tercapai dosis maintenance (5-10 mg).
Kemudian diberikan 5 mg selang sehari dan dihentikan dalam 1-2 minggu. Bila pada
saat tapering off, keadaan penderita memburuk kembali ( timbul edema,protenuri),
diberikan kembali full dose selama 4 minggu kemudian tapering off kembali.
1) Obat antiradang nonsteroid (NSAID) telah digunakan pada pasien dengan
nefropati membranosa dan glomerulosklerosis fokal untuk mengurangi sintesis
prostaglandin yang menyebabkan dilatasi. Ini menyebabkan vasokontriksi ginjal,
pengurangan tekanan intraglomerulus, dan dalam banyak kasus penurunan
proteinuria sampai 75.
2) Sitostatika diberikan bila dengan pemberian prednisone tidak ada respon, kambuh
yang berulang kali atau timbul efek samping kortikosteroid. Dapat diberikan
siklofosfamid 1,5/kgBB/hari.
3) Obat penurun lemak golongan statin seperti simvastatin,pravastatin dan lovastatin
dapat menurunkan kolesterol LDL, trigliserida dan meningkatkan kolesterol HDL.
4) Obat anti proteinurik misalnya ACE inhibitor (captopril 12,5 mg). Kalsium
antagonis (herbeser 180 mg) atau beta bloker. Obat penghambat enzim konversi
7

angiotensin (angiotensin converting enzyme inhibitors) dan antagonis reseptor


angiotensin II dapat menurunkan tekanan darah dan kombinasi keduanya
mempunyai efek adaptif dalam menurunkan proteinuria
(Amin Huda Nurarif, Asuhan Keperawatan Praktis, 2016, hal. 131)
9. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan umum
1) Kesadaran
Adanya edema (Nurarif & Kusuma, 2016, hal. 130)
2) Tanda-tanda vital
Tekanan darah normal (Nurarif & Kusuma, 2016, hal. 130)
b. Body System
1) Sistem pernafasan
Penumpukan cairan pada rongga pleura yang menyebabkan efusi pleura
(Suharyanto & Madjid, 2013, hal. 140)
2) Sistem kardiovaskuler
Penurunan curah jantung berdasarkan perubahan afterload, kontraktilitas dan
frekuensi jantung (Nurarif & Kusuma, 2016, hal. 132)
3) Sistem persarafan
Ditemukannya hipertensi ringan (Suharyanto & Madjid, 2013, hal. 143)
4) Sistem perkemihan
Beberapa pasien mungkin mengalami dimana urine berbusa, akibat penurunan
tekanan permukaan akibat proteinuria (Suharyanto & Madjid, 2013, hal. 141)
5) Sistem pencernaan
Biasanya pada pasien, dengan nefrotik sindrom pada sistem pencernaan
ditemukan adanya nyeri pada abdomen (Suriadi, 2010, hal. 201)
6) Sistem integument
Resiko tinggi kerusakan integritas kulit berhubungan dengan edema, penurunan
pertahanan tubuh (Suharyanto & Madjid, 2013, hal. 143)
7) Sistem musculoskeletal
Gangguan metabolisme kalsium dan tulang sering dijumpai pada sindrom nefrotik
(Prodjosudjadi, 2010, hal. 999)
8

8) Sistem endokrin.
Biasanya tidak ditemukan komplikasi pada sistem endokrin
9) Sistem reproduksi
Sistem reproduksi normal
10) Sistem penginderaan
Terjadi edema pada tangan dan kaki yang berfungsi sebagai indera peraba
(Nugroho, 2011, hal. 100)
11) Sistem imun
Menurunnya respon imun karena sel imun tertekan,kemungkinan disebabkan oleh
karena hypoalbuminemia,hyperlipidermia atau defisiensi seng (Suriadi, 2010, hal.
199)
9

B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan


1. Pengkajian Keperawatan
Penting dilakukan Pengkajian terhadap Klien secara holistik (Biologis,
Psikologis,Social dan Spiritual) untuk mendapatkan data yang lengkap dan sistematis.
Adapun metode yang dapat dipakai dalam Proses Pengkajian yaitu:
a. Identitas
Sindrome nefrotik paling banyak terjadi pada anak umur 3-4 th dengan perbandingan
pasien wanita dan pria 1:2 (Nurarif & Kusuma, 2016, hal. 130)
b. Status kesehatan saat ini
1) Keluhan Utama
Di tandai dengan gejala edema / odeme anasarka (Amin Huda Nurarif, Asuhan
Keperawatan Praktis, 2016, hal. 130)
2) Alasan Masuk Rumah Sakit
Edema, kadang-kadang mencapai 40% dari berat badan,dan didapatkan edema
anasarka (Suharyanto & Madjid, 2013, hal. 143)
3) Riwayat penyakit sekarang
Klien mengalami tanda edema, proteinuria, hipoalbuminemia, dan hiperlipidermia
(Suharyanto & Madjid, 2013, hal. 139)
c. Riwayat kesehatan terdahulu
1) Riwayat Penyakit Sebelumnya
Biasanya memiliki diabetes (yang telah berlangsung lama), glomerulonefritis
(lesiminimal, membranosa, fokalsegmental) ,amiloid ginjal (primer, mieloma),
penyakit autoimun, misalnya SLE (Nurarif & Kusuma, 2016, hal. 130)
2) Riwayat penyakit keluarga
Biasanya tidak ada sangkut pautnya dengan keluarga sebab sindrome nefrotik
bukan penyakit menular
3) Riwayat pengobatan
Penyebab sekunder akibat obat misalnya obat antiinflamasi non-steroid atau
preparat emas organik. (Prodjosudjadi, 2010, hal. 999)
d. Kebutuhan bio-psiko-sosio-spiritual
1) Pola nutrisi dan metabolisme: anoreksia, mual, muntah.
10

2) Pola eliminasi: diare, oliguria.


3) Pola aktivitas dan latihan: mudah lelah, malaise
4) Pola istirahat tidur: susah tidur
5) Pola mekanisme koping : cemas, maladaptif
6) Pola persepsi diri dan konsep diri : putus asa, rendah diri

2. Diagnosa Keperawatan
a. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan kehilangan protein sekunder
terhadap peningkatan permiabilitas glomerulus.
b. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan
malnutrisi sekunder terhadap kehilangan protein dan penurunan napsu
makan.
c. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan imunitas tubuh yang menurun.
d. Ansietas berhubungan dengan lingkungan perawatan yang asing (dampak
hospitalisasi).
e. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelelahan.
f. Gangguan body image berhubungan dengan perubahan penampilan
g. kerusakan integritas kulit berhubungan dengan edema, penurunan pertahanan tubuh.
h. Ketidakefektifan pola pernafasan berhubungan dengan gangguan fungsi pernafasan
11

3. Intervensi keperawatan

Diagnosa Tujuan & KH Intervensi Rasional


Kelebihan volume Tujuan : pasien 1. Kaji masukan 1. perlu untuk menentukan
cairan berhubungan tidak menunjukkan yang relatif fungsi ginjal, kebutuhan
dengan kehilangan bukti-bukti terhadap keluaran penggantian cairan dan
protein sekunder akumulasi cairan secara akurat. penurunan resiko
terhadap (pasien kelebihan cairan.
peningkatan mendapatkan 2. Timbang berat 2. Mengkaji retensi cairan.
permiabilitas volume cairan badan setiap hari 3. Untuk mengkaji ascites
glomerulus. yang tepat) (ataui lebih sering dan karena merupakan
jika sisi umum edema.
Kriteria hasil: diindikasikan). 4. Agar tidak mendapatkan
1. Penurunan 3. Kaji perubahan lebih dari jumlah yang
edema, ascites edema : ukur dibutuhkan.
2. Kadar protein lingkar abdomen 5. Untuk mempertahankan
darah pada umbilicus masukan yang diresepkan
meningkat serta pantau 6. Untuk menurunkan
3. Output urine edema sekitar ekskresi proteinuria
adekuat 600 – mata. 7. Untuk memberikan
700 ml/hari 4. Atur masukan penghilangan sementara
4. Tekanan darah cairan dengan dari edema.
dan nadi dalam cermat.
batas normal. 5. Pantau infus intra
vena
6. Kolaborasi
: Berikan
kortikosteroid
sesuai ketentuan.
7. Berikan diuretik
bila
diinstruksikan.
Ketidakseimbangan Tujuan : Dalam 1. Catat intake dan 1. Monitoring asupan
nutrisi kuruang dari waktu 2x24 jam output makanan nutrisi bagi tubuh
kebutuhan kebutuhan nutrisi secara akurat 2. Gangguan nuirisi dapat
berhubungan akan terpenuhi 2. Kaji adanya terjadi secara perlahan.
dengan malnutrisi anoreksia, Diare sebagai reaksi
sekunder terhadap Kriteria Hasil : hipoproteinemia, edema intestinal
kehilangan protein 1. Napsu makan diare. Mencegah status nutrisi
dan penurunan baik 3. Pastikan anak menjadi lebih buruk.
12

napsu makan. 2. tidak terjadi mendapat 3. Membantu pemenuhan


hipoprtoeinemia makanan dengan nutrisi anak dan
3. Porsi makan diet yang cukup. meningkatkan daya tahan
yang 4. Beri diet yang tubuh anak
dihidangkan bergizi 4. Asupan natrium dapat
dihabiskan. 5. Batasi natrium memperberat edema usus
4. Edema dan selama edema dan yang menyebabkan
ascites tidak trerapi hilangnya nafsu makan
ada. kortikosteroid anak
6. Beri lingkungan 5. Agar anak lebih mungkin
yang untuk makan
menyenangkan, 6. Untuk merangsang nafsu
bersih, dan rileks makan anak
pada saat makan 7. Untuk mendorong agar
7. Beri makanan anak mau makan
dalam porsi 8. Untuk menrangsang
sedikit pada nafsu makan anak
awalnya dan Beri
makanan dengan
cara yang menarik
8. Beri makanan
spesial dan
disukai anak
Resiko tinggi Tujuan : 1. Lindungi anak 1. Meminimalkan masuknya
infeksi Tidak terjadi dari orang-orang organism, mencegah
berhubungan infeksi yang terkena terjadinya infeksi
dengan imunitas Kriteria hasil : infeksi melalui nosokomial.
tubuh yang 1. Tanda-tanda pembatasan 2. Mencegah terjadinya
menurun. infeksi tidak pengunjung. infeksi nosokomial.
ada 2. Tempatkan anak 3. Membatasi masuknya
2. Tanda di ruangan non bakteri ke dalam tubuh,
vital dalam infeksi. deteksi dini adanya
batas normal 3. Cuci tangan infeksi dapat mencegah
3. Ada perubahan sebelum dan sepsis.
perilaku sesudah tindakan. 4. Untuk meminimalkan
keluarga dalam 4. Lakukan tindakan pajanan pada organisme
melakukan invasif secara infektif
perawatan. aseptic 5. Untuk memutus mata
5. Gunakan teknik rantai penyebaran infeksi
mencuci tangan 6. Karena kerentanan
13

yang baik terhadap infeksi


6. Jaga agar anak pernafasan
tetap hangat dan 7. Indikasi awal adanya
kering. tanda infeksi
7. Pantau suhu. 8. Memberi pengetahuan
8. Ajari orang tua dasar tentang tanda dan
tentang tanda dan gejala infeksi
gejala infeksi
Ansietas Tujuan 1. Validasi perasaan 1. Perasaan adalah nyata
berhubungan : Kecemasan takut atau cemas dan membantu pasien
dengan lingkungan menurun atau 2. Pertahankan untuk tebuka sehingga
perawatan yang hilang kontak dengan dapat menghadapinya.
asing (dampak Kriteria hasil : klien. 2. Memantapkan hubungan,
hospitalisasi). 1. Kooperatif 3. Upayakan ada meningkatan ekspresi
pada tindakan keluarga yang perasaan.
keperawatan menunggu 3. Dukungan yang terus
2. Komunikatif 4. Anjurkan orang menerus mengurangi
pada perawat tua untuk ketakutan atau
3. Secara verbal membawakan kecemasan yang
mengatakan mainan atau foto dihadapi.
tidak takur keluarga 4. Meminimalkan dampak
hospitalisasi terpisah dari
anggota keluarga.
Intoleransi aktifitas Tujuan : mampu 1. Kaji kemampuan 1. Sebagai pengkajian awal
berhubungan melakukan klien melakukan aktivitas klien.
dengan kelelahan. aktivitas sesuai aktivitas 2. Meningkatkan istirahat
kemampuan 2. Tingkatkan tirah dan ketenangan klien,
Kriteria hasil : baring / duduk. posisi telentang
1. Terjadi 3. Ubah posisi meningkatkan filtrasi
peningkatan dengan sering. ginjal dan menurunkan
mobilitas. 4. Berikan dorongan produksi ADH sehingga
untuk beraktivitas meningkatkan diuresis.
bertahap. 3. Pembentukan edema,
5. Ajarkan teknik nutrisi melambat,
penghematan gangguan pemasukan
energi contoh nutrisi dan imobilisasi
duduk, tidak lama merupakan stressor
berdiri. yang mempengaruhi
6. Berikan perawatan intregitas kulit.
diri sesuai 4. Melatih kekuatan otot
14

kebutuhan klien. sedikit demi sedikit.


5. Menurunkan kelelahan.
6. Memenuhi kebutuhan
perawatan diri klien
selama intoleransi
aktivitas.
Gangguan body Tujuan: tidak 1. Kaji pengetahuan 1. Memberikan informasi
image berhubungan terjadi gangguan pasien terhadap untuk memformulasikan
dengan perubahan boby image adanya potensi perencanaan.
penampilan Kriteria Hasil: kecacatan 2. Metidakmampuan untuk
1. Menytakan yangberhubungan melihat bagian tubuhnya
penerimaan dengan yang terkena mungkin
situasi diri, pembedahan dan mengindikasikan
2. Memasukkan perubahan. kesulitan dalam koping.
perubahan 2. Pantau 3. Memberikan jalan untuk
konsep diri kemampuan mengekpresikan dirinya.
tanpa harga diri pasien untuk 4. Meningkatkan control diri
negative. melihat perubahan sendiri atas kehilangan.
3. Anak mau bentuk dirinya.
mengungkapkan 3. Dorong pasien
perasaannya. untuk
4. Anak tertarik mendiskusikan
dan mampu perasaan
bermain mengenai
perubahan
penampilan
4. Diskusikan
pilihan untuk
rekontruksikan
dan cara-cara
untuk membuat
penampilan yang
kurang menjadi
menarik.
kerusakan Tujuan : Kulit 1. Berikan 1. Memberikan kenyamanan
integritas kulit anak tidak perawatan kulit pada anak dan mencegah
berhubungan menunjukkan 2. Hindari pakaian kerusakan kulit
dengan edema, adanya kerusakan ketat 2. Dapat mengakibatkan area
penurunan integritas : 3. Bersihkan dan yang menonjol tertekan
pertahanan tubuh. kemerahan atau bedaki permukaan 3. Untuk mencegah
15

iritasiKerusakan kulit beberapa kali terjadinya iritasi pada


integritas kulit sehari kulit karena gesekan
tidak terjadi 4. Topang organ dengan alat tenuN.
Kriteria hasil: edema, seperti 4. Untuk menghilangkan aea
1. Menunjukkan skrotum tekanan
perilaku untuk 5. Ubah posisi 5. Karena anak dengan
mencegah dengan sering ; edema massif selalu
kerusakan kulit. pertahankan letargis, mudah lelah dan
2. Turgor kulit kesejajaran tubuh diam.
bagus dengan baik 6. Untuk mencegah
3. Edema tidak 6. Gunakan terjadinya ulkus
ada. penghilang
tekanan atau
matras atau
tempat tidur
penurun tekanan
sesuai kebutuhan
Ketidakefektifan Tujuan : pasien 1. Posisikan untuk 1. Posisi
pola pernafasan menunjukkan efisiensi ventilasi membantumemaksimalka
berhubungan fungsi pernafasan yang maksimum n ekspansi paru dan
dengan gangguan normal 2. Atur aktifitas menurunkan upaya
fungsi pernafasan Kriteria Hasil : untuk pernafasan.
1. Anak memungkinkan 2. Menurunkan konsumsi/
beristirahat dan penggunaan kebutuhan selama periode
tidur dengan energy yang penurunan pernafasan
tenang minimal, istirahat, dapat menurunkan
2. Pernafasan tidak dan tidur. beratnya gejala.
sulit 3. Hindari pakaian 3. Pakaian yang terlalu ketat
3. Pernafasan tetap yang ketat. dapat menyebabkan
dalam batas 4. Berikan oksigen kurang efisiennya
normal tambahan yang ventilasi
sesuai 4. Untuk memperbaiki
hipoksemia yang dapat
terjadi sekunder terhadap
penurunan ventilasi
16

a. Pelaksanaan Keperawatan
Implementasi merupakan tindakan yang sesuai dengan yang telah
direncanakan,mencakup tindakan mandiri dan kolaborasi. Rencana tindakan tersebut
diterapkan dalam situasi yang nyata untuk mencapai tujuan yang ditetapkan dan hasil
yang di harapakan.Tindakan keperawatan harus mendetail.Agar semua tenaga
keperwatan dapat menjalankan tugasnya dengan baik dalam jangka waktu yang telah
ditetapkan dan di lakukan sesuai dengan kondisi pasien.
b. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi adalah tindakan intelektual untuk melengkapi proses keperawatan yang
menandakan seberapa jauh diagnose keperawatan, rencana tindakan dan pelaksanaannya
sudah berhasil dicapai kemungkinan terjadi pada tahap evaluasi proses dan evaluasi hasil.
Evaluasi berfokus pada ketepatan perawatan yang diberikan dan kemajuan pasien atau
kemunduran pasien terhadap hasil yang diharapkan. Evaluasi merupakan proses yang
interaktif dan kontinu karena setiap tindakan keperawatan dilakukan, respon klien dicatat
dan dievaluasi dalam hubungannya dengan hasil yang yang diharapkan. Kemudian
berdasarkan respon klien, direvisi intervensi keperawatan atau hasil yang diperlukan. Ada
2 komponen untuk mengevaluasi kualitas tindakan computer keperawatan, yaitu :
a. Proses (sumatif)
Fokus tipe ini adalah aktivitas dari proses keperawatan dan hasil kualitas pelayanan
tindakan keperawatan. Evaluasi proses harus dilaksanakan sesudah perencanaan
keperawatan, dilaksanakan untuk membantu keefektifan terhadap tindakan.
b. Hasil (formatif)
Fokus evaluasi hasil adalah perubahan perilaku atau status kesehatan klien pada akhir
tindakan keperawatan klien.

Anda mungkin juga menyukai