TINJAUAN PUSTAKA
2. Etiologi
a. Sindrom nefrotik dapat disebabkan oleh GN primer dan sekunder akibat infeksi,
keganasan, penyakit jaringan penghubung, obat atau toksin, dan akibat peyakit
sistematik (Prodjosudjadi, 2010, hal. 999)
b. Menurut patrick davey penyakit nefrotik syndrome seperti diabetes ( yang telah
berlangsung lama ), glomerulunefritis ( lesi minimal, membranosa, fokal sekmental )
amilioit ginjal ( primer, mieloma ) penyakit auto imun, misalnya SLE, obat-obatan
misalnya preparat emas, penisilamin (Nurarif & Kusuma, 2016, hal. 130)
3. Patofisiologi
a. Meningkatnya permeabilitas dinding kapiler glomelular akan berakibat pada
hilangnya protein plasma dan kemudian akan terjadi proteinuria. Kelanjutan dari
proteinuria menyebabkan hipoalbuminemia. Dengan merunnya albumin, tekanan
osmotik plasma menurun sehingga cairan intravaskuler bepindah ke dalam intertisial.
Perpindahan cairan tersebut menjadikan volume cairan intravaskuler berkurang,
sehingga menurunkan jumlah aliran darah ke renal karena hipovolemi
3
4
4. Manifestasi klinis
a. Edema
b. Oliguria
c. Tekanan darah normal
d. Proteinuria sedang sampai berat
e. Hipoproteinnemia dengan rasio albumin : globulin terbalik
f. Hipercolesterolemia
g. Oreum/kreatinin darah normal / meninggi
h. Beta 1 C globulin ( C3 ) normal (Nurarif & Kusuma, 2016, hal. 130)
5. Klasifikasi
a. Glomerulunefritis primer :
1) GN lesi minimal (GNLM)
2) Glomerulosklerosis fokal (GSF)
3) GN membranosa (GNMN)
4) GN membranoproliferatif (GNMP)
5) GN proliveratif lain
b. Glomerulonefritis sekunder akibat :
5
7. Komplikasi
a. Trombosis vena, akibat kehilangan anti-thrombin 3, yang berfungsi untuk mencegah
terjadinya trombosis. Trombosis vena ini sering terjadi pada vena renalis. Tindakan
yang dilakukan utnuk mengatasinya adalah dengan pemberian heparin.
b. Infeksi (seperti heamophilus influenzae and streptococcus pneumonia), akibat
kehilangan immunoglobulin.
c. Gagal ginjal akut, akibat hipovolemia. Disamping terjadinya penumpukan cairan
didalam jaringan, terjadi juga kehilangan cairan didalam intravaskuler.
d. Edema pulmonal, akibat kebocoran cairan, kadang-kadang masuk kedalam paru-paru
yang menyebabkan hipoksia dan dispnea. (Suharyanto & Madjid, 2013, hal. 142)
8. Penatalaksanaan
Pengobatan SN terdiri dari pengobatan spesifik yang ditujukan tehadap penyakit
dasar dan dan pengobatan non-spesifik untuk mengurangi proteinuria, mengontrol edema
dan mengobati komplikasi. Etiologi sekunder dari sindrom nefrotik harus dicari dan
diberi terapi, dan obat-obatan yang menjadi penyebab disingkirkan.
a. diuretik : diuretik kuat (loop diuretic) misalnya furosemid(dosis awal 20-40 mg/hari)
atau golongan tiazid dengan atau tanpa kombinasu dengan pottasium sparing diuretic
6
8) Sistem endokrin.
Biasanya tidak ditemukan komplikasi pada sistem endokrin
9) Sistem reproduksi
Sistem reproduksi normal
10) Sistem penginderaan
Terjadi edema pada tangan dan kaki yang berfungsi sebagai indera peraba
(Nugroho, 2011, hal. 100)
11) Sistem imun
Menurunnya respon imun karena sel imun tertekan,kemungkinan disebabkan oleh
karena hypoalbuminemia,hyperlipidermia atau defisiensi seng (Suriadi, 2010, hal.
199)
9
2. Diagnosa Keperawatan
a. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan kehilangan protein sekunder
terhadap peningkatan permiabilitas glomerulus.
b. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan
malnutrisi sekunder terhadap kehilangan protein dan penurunan napsu
makan.
c. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan imunitas tubuh yang menurun.
d. Ansietas berhubungan dengan lingkungan perawatan yang asing (dampak
hospitalisasi).
e. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelelahan.
f. Gangguan body image berhubungan dengan perubahan penampilan
g. kerusakan integritas kulit berhubungan dengan edema, penurunan pertahanan tubuh.
h. Ketidakefektifan pola pernafasan berhubungan dengan gangguan fungsi pernafasan
11
3. Intervensi keperawatan
a. Pelaksanaan Keperawatan
Implementasi merupakan tindakan yang sesuai dengan yang telah
direncanakan,mencakup tindakan mandiri dan kolaborasi. Rencana tindakan tersebut
diterapkan dalam situasi yang nyata untuk mencapai tujuan yang ditetapkan dan hasil
yang di harapakan.Tindakan keperawatan harus mendetail.Agar semua tenaga
keperwatan dapat menjalankan tugasnya dengan baik dalam jangka waktu yang telah
ditetapkan dan di lakukan sesuai dengan kondisi pasien.
b. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi adalah tindakan intelektual untuk melengkapi proses keperawatan yang
menandakan seberapa jauh diagnose keperawatan, rencana tindakan dan pelaksanaannya
sudah berhasil dicapai kemungkinan terjadi pada tahap evaluasi proses dan evaluasi hasil.
Evaluasi berfokus pada ketepatan perawatan yang diberikan dan kemajuan pasien atau
kemunduran pasien terhadap hasil yang diharapkan. Evaluasi merupakan proses yang
interaktif dan kontinu karena setiap tindakan keperawatan dilakukan, respon klien dicatat
dan dievaluasi dalam hubungannya dengan hasil yang yang diharapkan. Kemudian
berdasarkan respon klien, direvisi intervensi keperawatan atau hasil yang diperlukan. Ada
2 komponen untuk mengevaluasi kualitas tindakan computer keperawatan, yaitu :
a. Proses (sumatif)
Fokus tipe ini adalah aktivitas dari proses keperawatan dan hasil kualitas pelayanan
tindakan keperawatan. Evaluasi proses harus dilaksanakan sesudah perencanaan
keperawatan, dilaksanakan untuk membantu keefektifan terhadap tindakan.
b. Hasil (formatif)
Fokus evaluasi hasil adalah perubahan perilaku atau status kesehatan klien pada akhir
tindakan keperawatan klien.