Anda di halaman 1dari 10

PENGALAMAN DAN HARAPAN PASIEN TENTANG PROSES

PENYAMPAIAN BERITA BURUK PADA PENDERITA KARSINOMA


NASOFARING DI RSUD PROF. DR. MARGONO SOEKARJO

ABSTRAK

Masyarakat sering mengeluhkan pelayanan medis. Keluhan yang paling


sering dijumpai adalah kurang baiknya komunikasi antara dokter dengan pasien.
Komunikasi dokter pasien salah satunya diaplikasikan dalam pemberian berita
buruk (delivering bad news). Tujuan penelitian ini adalah mengetahui pengalaman
dan harapan pasien tentang proses penyampaian berita buruk pada penderita
karsinoma nasofaring di RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo. Penelitian ini
menggunakan rancangan kualitatif dengan metode wawancara semi terstruktur.
Sampel pada penelitian ini adalah pasien karsinoma nasofaring di RSUD Prof. Dr.
Margono Soekarjo Purwokerto yang berusia 17 – 65 tahun serta tidak mengalami
gangguan pendengaran dan bicara. Jumlah sampel sebanyak 10 informan. Proses
pengolahan data meliputi transkrip wawancara, reduksi data, dan pengkodean
(coding). Fenomena yang dijumpai pada penelitian ini adalah tidak semua
informan mendapatkan penjelasan mengenai diagnosis, pengobatan, efek samping
pengobatan, dan perkiraan kesembuhan. Seluruh informan mendapatkan informasi
mengenai penyakitnya dari dokter dan sebagian besar pihak yang pertama kali
menerima berita buruk tentang penyakit adalah informan bersama dengan
keluarga. Informan menginginkan agar disampaikan tentang diagnosis,
pengobatan, efek samping pengobatan, perkiraan kesembuhan penyakit yang
sejelas-jelasnya. Sebagian besar informan menginkan agar penyampaian berita
buruk dilakukan oleh dokter serta yang menerima berita buruk adalah keluarga
informan.
__________________________________________________________________
Kata kunci: Pengalaman, harapan, penyampaian berita buruk
PATIENT’S EXPERIENCES AND EXPECTATIONS ON DELIVERY OF
BAD NEWS IN NASOPHARYNGEAL CARCINOMA PATIENTS AT PROF.
DR. MARGONO SOEKARJO HOSPITAL

ABSTRACT

Communities often complain about medical services. The most common


complaint is the lack of communication between doctor and patient.
Communication between doctor and patient can be applied in delivering bad
news. The aim of this study is to identify the experiences and expectations of
delivering bad news from nasopharyngeal cancer patient in Prof. Dr. Margono
Soekarjo Hospital. This study uses qualitative measures with a semi-structured
interview. The number of respondents in this study is 10 nasopharyngeal cancer
patients aged 17-65 years. Patients with impaired hearing and speech were
excluded. Data processing involved transcript of interview, data reduction, and
coding. Not all respondents were explained about the diagnosis, treatment, side
effects, and prognosis. All respondents received information about the illness from
the doctor and most of the respondents received the bad news together with their
family. Respondents wish to receive the diagnosis, treatment, side effects, and
prognosis. Most of respondents prefer that delivering bad news be done by a
doctor and the family be the are who receive it.
_________________________________________________________________
Keywords: Experience, expectation, delivering bad news
PENDAHULUAN
Masyarakat sering mengeluhkan pelayanan medis yang bertentangan dengan
etika maupun hukum kesehatan. Keluhan yang paling sering dijumpai adalah
kurang baiknya komunikasi antara dokter dengan pasien (Achadiat, 2006).
Hanafiah (2008) menjelaskan bahwa yang termasuk dalam komunikasi dokter
pasien salah satunya adalah penyampaian berita buruk yang diberikan dokter
kepada pasien. Penyampaian berita buruk (Delivering bad news) dalam dunia
kedokteran adalah upaya yang dilakukan oleh seorang dokter untuk
menyampaikan berita buruk kepada pasien (Knutson 2005, Sparks et al., 2007,
dan Metzger et al., 2008).
Penelitian yang dilakukan terhadap pasien kanker menunjukkan bahwa 57%
pasien ingin mendiskusikan mengenai harapan hidupnya dengan dokter, tetapi
hanya 27% pasien yang menerima hal tersebut (Back, 2002). Berdasarkan
penelitian tersebut dapat disimpulakan bahwa dokter tidak selalu menyampaikan Comment [VAC1]: tidak menyampaikan
sama sekali? dari data yang ada lebih
prognosis penyakit secara lengkap kepada pasien dengan penyakit kanker. tepatnya: “tidak selalu” (kadang
menyampaikan, kadang tidak. setuju?
Berdasarkan penelitian di atas maka peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian tentang pengalaman dan harapan pasien tentang penyampaian berita
buruk di RSUD Prof.Dr.Margono Soekarjo Purwokerto. Informan pada penelitian
ini adalah pasien karsinoma nasofaring. Karsinomaa nasofaring di Indonesia
merupakan penyakit onkologi yang menempati 3 urutan teratas setelah kanker
serviks dan kanker mammae.
Penelitian bertujuan untuk mengetahui pengalaman dan harapan pasien
tentang proses penyampaian berita buruk pada penderita karsinoma nasofaring di
RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo. Manfaat penelitian ini adalah menambah
khasanah ilmu pengetahuan kedokteran khusunya di bidang Bioetika serta
menjadi salah satu acuan bagi dokter dalam melakukan praktik kedokteran
khusunya dalam memberikan berita buruk kepada pasien.
.
METODE
Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian kualitatif dengan metode
wawancara terstruktur. Informan pada penelitian ini berjumlah 10 pasien
karsinoma nasofaring di Rumah Sakit Margono Soekarjo (RSMS) Purwokerto
yang memenuhi kriteria inklusi dan ekslusi penelitian. Kriteria Inklusi pada
penelitian ini adalah pasien karsinoma nasofaring di RSMS yang bersedia menjadi
subyek penelitian dan berusia 17-65 tahun. Kriteria Eksklusi pada penelitian ini
adalah pasien yang memiliki gangguan mental, tidak sadarkan diri, memiliki
gangguan pendengaran dan atau gangguan berbicara.
Variabel pada penelitian ini meliputi pengetahuan tentang diagnosis,
prognosis, pemberi berita buruk, penerima berita buruk dan harapan pasien
karsinoma nasofaring. Cara pengumpulan data untuk penelitian ini dilakukan
kepada responden dengan melihat rekam medik untuk mengetahui ada atau
tidaknya penyakit karsinoma nasofaring. Peneliti selanjutnya mendatangi
responden dan memberikan informed consent terlebih dahulu. Responden yang
bersedia mengikuti penelitian diwawancara secara terstruktur oleh peneliti dengan
menggunakan panduan kuesioner.
Analisis dan pengolahan data meliputi transkrip wawancara, pengkodean
data (Coding), penyajian data dan penarikan kesimpulan/verifikasi. Penelitian
dilaksanakan di Bangsal Bougenville dan Unit Radioterapi RSUD Prof. Dr.
Margono Soekarjo Purwokerto pada tanggal 4-17 April 2012.

HASIL
1. Karakteristik Informan

Usia Pendidikan
10% 10% 30% SD : 3
20% 17-20 tahun :
2 10%
SMP : 2
21-40 tahun :
50% 2 30% SMA/STM/SMK :
20% 3
41-60 tahun : S1/Diploma : 1
5 20%

Jenis Kelamin

30%
Laki-laki : 7
70%
Perempuan : 3
2. Pengalaman Informan
a. Penjelasan tentang diagnosis penyakit

Penjelasan Tentang Diagnosis Penyakit

20%

Menerima Penjelasan : 8
80%
Tidak Menerima Penjelasan : 2

Penjelasan Tentang Jenis Penyakit


13%
Karsinoma Nasofaring : 3
37%
Kanker Pada Leher : 1
38%
12% Tumor/ Kanker : 3

Lainnya (Sinusitis) : 1

b. Penjelasan tentang pengobatan

Penjelasan Tentang Pengobatan

40%

60% Menerima Penjelasan : 6

Tidak Menerima Penjelasan : 4

c. Penjelasan tentang efek samping pengobatan

Penjelasan Tentang Efek Samping Pengobatan

50% 50%
Menerima Penjelasan : 5

Tidak Menerima Penjelasan : 5


d. Penjelasan tentang perkiraan kesembuhan penyakit

Penjelasan Tentang Perkiraan Kesembuhan


Penyakit

30% Menerima Penjelasan : 3


70%
Tidak Menerima Penjelasan : 7

e. Pihak yang pertama kali menyampaikan berita buruk


Hasil penelitian menunjukkan bahwa pihak yang pertama kali
menyampaikan berita buruk adalah dokter.
f. Pihak yang pertama kali menerima berita buruk

Pengetahuan Tentang Siapa Yang Pertama Kali


Menerima Berita Buruk
Pasien : 2
20%
50% Keluarga : 3 (Orang Tua, Istri,
30% Anak)
Pasien dan Keluarga : 5

3. Harapan Informan
a. Harapan tentang diagnosis penyakit

Harapan Tentang Diagnosis Penyakit


10%

Ingin Mengetahui : 9

90% Tidak Ingin Mengetahui : 1

b. Harapan tentang pengobatan


Pada penelitian ini seluruh informan ingin mengetahui pengobatan yang
diberikan.
c. Harapan tentang efek samping pengobatan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa seluruh informan ingin diberikan
penjelasan tentang efek samping pengobatan yang diberikan.
d. Harapan tentang perkiraan kesembuhan penyakit
Hasil penelitian menunjukkan bahwa seluruh informan ingin agar
diberikan penjelasan tentang perkiraan kesembuhan penyakit.
e. Harapan Tentang Pihak Yang Pertama Kali Menyampaikan Berita Buruk

Harapan Tentang Pihak Yang Seharusnya


Menerima Berita Buruk

40%
Pasien : 4
60%
Keluarga : 6 (Orang Tua, Istri,
Anak)

Seluruh informan pada penelitian ini menginginkan agar pihak yang


pertama kali menyampaikan berita buruk adalah dokter.
f. Harapan tentang pihak yang seharusnya menerima berita buruk

Harapan Tentang Pihak Yang Seharusnya


Menerima Berita Buruk

40%
Pasien : 4
60%
Keluarga : 6 (Orang Tua, Istri,
Anak)

PEMBAHASAN
Hasil penelitian mengenai penyampaian diagnosis, hampir sama dengan

penelitian Kurer (2005) yang menyatakan bahwa seluruh pasien kanker

menginginkan mengetahui diagnosis penyakitnya. Aalasan pasien ingin

mengetahui diagnosis adalah 1) Rasa ingin tau, bingung, penasaran; 2) Antisipasi


terhadap sesuatu (makanan, minuman, aktivitas); 3) Informasi dan penjelasan dari

dokter yang tidak maksimal.

Berdasarkan hasil penelitian, seluruh informan ingin mengetahui

pengobatan dan efek samping pengobatan. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan

Back (2002) yang menyebutkan, pasien kanker beranggapan bahwa penjelasan

terapi atau pengobatan merupakan aspek penting yang harus disampaikan dalam

penyampaian berita buruk. Gallagher et al. (2012) juga menyatakan bahwa dokter

harus menyampaikan efek samping pengobatan dan kemungkinan kesalahan

medis yang timbul akibat tindakan medis.

Terdapat perbedaan antara pengalaman dan harapan informan mengenai

penyampaian perkiraan kesembuhan penyakit. Seluruh informan berharap untuk

mendapatkan penjelasan tersebut. Hal ini sesuai dengan pernyataan Back (2002)

yang menyebutkan bahwa 57% pasien kanker ingin mendiskusikan harapan

kesembuhan penyakitnya dengan dokter, tetapi hanya 27% pasien yang diajak

berdiskusi oleh dokter tentang hal tersebut.

Pengalaman dan harapan informan berdasarkan hasil penelitian

menyebutkan bahwa yang pertama kali menyampaikan berita buruk adalah dokter.

Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Yun et al., 2004;

Knutson, 2005; dan Sparks et al., 2007 yang menyebutkan bahwa sebagian besar

penderita kanker ingin mendapatkan informasi mengenai penyakitnya langsung

dari dokter.

Harapan sebagian besar informan (50%) menginginkan agar pihak yang

pertama kali menerima berita buruk adalah keluarganya terlebih dahulu. Hasil

penelitian ini agak berbeda dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Yun et al.
(2004) yang menyatakan bahwa 78% pasien menginginkan menjadi pihak yang

pertama kali menerima berita buruk. Faktor yang dapat mempengaruhi perbedaan

tersebut adalah karena adanya kultur atau budaya Timur yang masih memegang

kebiasaan bahwa setiap informasi penyakit dan keputusan diserahkan kepada

keluarga (Roberts, 2002 dan Sparks et al., 2007).

KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan

bahwa tidak semua informan mendapatkan penjelasan mengenai diagnosis,

pengobatan, efek samping pengobatan, dan perkiraan kesembuhan. Seluruh

informan mendapatkan informasi mengenai penyakitnya dari dokter dan sebagian

besar pihak yang pertama kali menerima berita buruk tentang penyakit adalah

informan bersama dengan keluarga. Informan menginginkan agar disampaikan

tentang diagnosis, pengobatan, efek samping pengobatan, perkiraan kesembuhan

penyakit yang sejelas-jelasnya, dan sebagian besar informan menginkan agar

penyampaian berita buruk dilakukan oleh dokter serta yang menerima berita

buruk adalah keluarga.

DAFTAR PUSTAKA

Achadiat M, Crisdiono. 2006. Hak dan Kewajiban dalam Profesi Kedokteran.


Dinamika Etika dan Hukum Kedokteran dalam tantangan zaman. Edisi I.
Jakarta : EGC, 1-1 hal.

Hanafiah J, Amri A. 2008. Hak serta kewajiban pasien dan dokter. Etika
Kedokteran dan Hukum Kesehatan. Edisi 4. Jakarta : EGC, 45-54 hal.

Knutson D, Post D. 2005. To Tell the Truth : Delivering Bad News to Patient.
Cases Teaching Notes. Diunduh di http://
http://eduserv.hscer.washington.edu/bioethics/topics/badnws.html#buckma
n. Pada tanggal 3 Maret 2012.

Metzger NQ, August JK, Srinivansan M, Liao S, Meyskens LF. 2008. End-of-Life
Care : Guidelines for Patient-Centered Communication. American Cancer
Society. 77 (2) : 167-174.

Sparks L, Villagran MM, Raley RJ, Cunningham BC. 2007. A Patient-centered


Approach to Breaking Bad News: Communication Guidelines for Health
Care Providers. Journal of Applied Communication Research. 35 (2) :
177-196.

Back LA, Curtis RJ. 2002. Communicating bad news. West Journal Medicine.
(176) : 177-180.

Kurer MA, Zekrim JM. 2005. Breaking Bad News: Can We Get It Right. Libyan
of Journal Medicine. 080825 :200-203.

Gallagher HT, Waterman DA, Victoria EGA, Fraser J, Levinson W. 2012.


Patients’ and Physicians’ Attitudes Regarding the Disclosure of Medical
Errors. The Journal of American Medical Association. (289) : 1001 -1007.

Yun HY, Lee GC, Kim YS, Lee WS, Heo SD, Kim SJ, Lee SK, Hong SY, Lee SJ,
You HC. 2004. The Attitudes of Cancer Patients and Their Families
Toward the Disclosure of Terminal Illness. Journal of Clinical Oncology
(22) : 307-314.

Anda mungkin juga menyukai