Anda di halaman 1dari 109

i

Kata Pengantar

Dengan memanjatkan puji syukur kehadiran Allah SWT, atas berkat rahmat dan hidayah-
Nya modul Keperawatan Dasar ini dapat kami selesaikan dengan kelemahan dan kekurangan
kami menyadari bahwa modul ini jauh dari kata sempurnadikarenakan kami masih kesulitan
literatus yang dapat terwujudnya modul ini.

Walaupun dengan segala keterbatasan, kami banyak mengucapkan terima kasih kepada
berbagai pihak yang telah membantu kami dalam menciptakan modul ini.

Kiranya modul ini dapat melengkapi bahan bacaan Keperawatan Dasar dijurusan
keperawtan Poltekkes Kemenkes Palembang.

Palembang, Maret 2018

ii
Daftar Isi

Kata Pengantar .................................................................................................................... ii

Daftar Isi .............................................................................................................................. iii

Memposisikan Pasien ......................................................................................................... 1

Mamandikan pasien di atas tempat tidur ........................................................................ 9

Merawat gigi dan merawat mulut pada pasien tidak sadar ........................................... 12

Mencuci dan menyisir rambut ........................................................................................... 14

Melatih berjalan .................................................................................................................. 16

Menghitug pernapasan ....................................................................................................... 18

Mengumpulkan sputum untuk pemeriksaan ................................................................... 20

Melatih nafas dalam ............................................................................................................ 23

Melatih batuk efektif ........................................................................................................... 25

Memberikan oksigen nasal kanul ...................................................................................... 27

Mengukur tekanan darah ................................................................................................... 29

Menghitung Nadi ............................................................................................................... 32

Pemeriksaan Rumplead ...................................................................................................... 33

Mengumpulkan Urin untuk Pemeriksaan ....................................................................... 35

Memasang Kondom Kateter ............................................................................................. 37

Menghitung keseimbangan cairan .................................................................................... 41

Merawat Luka Infuse ......................................................................................................... 44

Memonitor Tetesan Infuse ................................................................................................. 46

Merawat Kateter Urin ....................................................................................................... 48

Mengukur Berat Badan,Tinggi Badan ............................................................................. 50

Mengukur lingkar lengan atas, lingkar paha ................................................................... 53

Menghitung Indeks Masa Tubuh (IMT) .......................................................................... 55

Membantu Pasien BAB/BAK di atas Tempat Tidur ...................................................... 58

Memasang Popok/Diapers .................................................................................................. 62


iii
Mengukur suhu tubuh aksila, oral, rektal ........................................................................ 64

Memberikan Kompres Hangat/Digin ................................................................................ 69

Managemant Stress ............................................................................................................. 75

Mengosok Puggung ........................................................................................................... 79

Mencuci tangan Aseptic dan Antiseptic ............................................................................ 84

Menggunakan APD ............................................................................................................. 86

Memberikan Obat Oral ...................................................................................................... 91

Memberikan Obat Parenteral ............................................................................................ 93

Memberikan Obat Topical ................................................................................................. 95

Memberikan Obat Prarektal/Supositoria ......................................................................... 101

Menggunakan Prinsip Aseptic dan Antiseptic Pada Penggunaan Alat Kesehatan ...... 102

Daftar Pustaka ..................................................................................................................... 104

iv
MATERI I
MEMPOSISIKAN PASIEN

(Fowler, semi fowler, lithotomie, dorsal recumbent, SIM kanan/kiri, trendelemburg, supinasi
dan pronasi.)

A. POSISI FOWLER
 Pengertian
Posisi fowler merupakan posisi bed dimana kepala dan dada tanpa fleksi lutut,
dinaikkan setinggi 45-60⁰.
 Tujuan
1. Untuk membantu mengatasi masalah kesulitan pernafasan dan cardiovaskuler
2. Untuk melakukan aktivitas tertentu (makan, membaca, menonton televisi)
 Peralatan
1. Tempat tidur
2. Bantal kecil
3. Gulungan handuk
4. Bantalan kaki
5. Sarung tangan (bila diperlukan)
 Prosedur Kerja
1. Cuci tangan dengan menggunakan sarung tangan bila diperlukan. Menurunkan
transmisi mikroorganisme.
2. Minta klien untuk memfleksikan lutut sebelum kepala dinaikkan. Mencegah klien
melorot kebawah pada saat kepala dianaikkan.
3. Naikkan kepala bed 45⁰, fowler tinggi 60⁰ sesuai kebutuhan.
4. Letakkan bantal kecil dibawah punggung pada kurva lumbal jika ada celah disana.
Bantal akan mencegah kurva lumbal dan mencegah terjadinya fleksi lumbal.
5. Letakkan bantal kecil dibawah kepala klien. Bantal akan menyangnya kurva
cervikal dari columna vertebra. Sebagai alternatif kepala klien dapat diletakkan
diatas kasur tanpa bantal. Terlalu banyak bantal dibawah kepala akan menyebabkan
fleksi kontraktur dari leher.
6. Letakkan bantal dibawah kaki, mulai dari lutut sampai tumit. Memberikan landasan
yang, lembut dan fleksibel, mencegah ketidaknyamanan akibat dari adanya hiper
ekstensi lutut, membantu klien supaya tidak melorot ke bawah.

1
7. Pastikan tidak ada pada area popliteal dan lulut dalam keadaan fleksi. Mencegah
terjadinya kerusakan pada persyarafan dan dinding vena. Fleksi lutut membantu
supaya klien tidak melorot kebawah.
8. Letakkan bantal atau gulungan handuk dibawah paha klien. Bila ekstremitas bawah
pasien mengalami paralisa atau tidak mampu mengontrol ekstremitas bawah,
gunakan gulungan trokhanter selain tambahan bantal dibawah panggulnya.
Mencegah hiperekstensi dari lutut dan oklusi arteri popliteal yang disebabkan oleh
tekanan dari berat badan. Gulungan trokhanter mencegah eksternal rotasi dari
pinggul.
9. Topang telapak kaki dengan menggunakan footboart. Mencegah plantar fleksi.
10. Letakkan bantal untuk menopang kedua lengan dan tangan, bila klien memiliki
kelemahan pada kedua lengan tersebut. Mencegah dislokasi bahu kebawah karena
tarikan gravitasi dari lengan yang tidak disangga, meningkatkan sirkulasi dengan
mencegah pengumpulan darah dalam vena, menurunkan edema pada lengan dan
tangan, mencegah kontraktur fleksi pergelangan tangan.
11. Lepaskan sarung tangan dan cuci tangan
12. Dokumentasikan tindakan yang telah dilakukan

B. SEMI FOWLER
 Pengertian
Posisi semi fowler adalah suatu posisi dimana bagian kepala tempat tidur dinaikkan 25
– 30 derajat, bagian ujung dan tungkai kaki sedikit dianggkat, lutut diangkat dan
ditopang, dengan demikian membuat cairan dalam rongga abdomen berkumpul di area
pelvis.
 Tujuan
1. Mengurangi tegangan intra abdomen dan otot abdomen.
2. Memperlancar gerakan pernafasan pada pasien yang bedrest total.
3. Memperbaiki drainase uterus pada ibu post partum
4. Memberikan rasa nyaman bagi pasien dalam beristirahat.
 Peralatan
1. Tempat tidur
2. Bantal kecil
3. Bantalan kaki

2
 Prosedur Kerja
1. Pasien ditumpukkan pada bagian punggung.
2. Bagian kepala tempat tidur dinaikkan 30 derajat
3. Digunakan satu, dua atau tiga bantal untuk menopang kepala dan bahu.
4. Lutut dapat ditekuk sedikit dan ditopang dengan bntal.
5. Bantal dapat ditempatkan di bawah masing-masing lengan sebagai penopang.
6. Bantalan kaki mempertahankan kaki pada posisinya.

 Catatan :
Posisi Fowler : Pasien duduk setengah tegak (45 – 60 derajat ) , lutut boleh ditekuk atau
lurus. Ada 3 jenis posisi fowler :
High Fowler : Kepala pasien diangkat 80 – 90 derajat
Semi Fowler : Kepala pasien diangkat 30 – 45 derajat
Low Fowler : Kepala pasien diangkat < 30 derajat

C. TRENDELENBURG
 Pengertian
Yang dimaksud dengan posisi tidur trendelenburg adalah posisi tidur pasien dalam
posisi bagian kepala lebih rendah dari pada bagian kaki.
 Tujuan
Memudahkan perawatan dan pemeriksaan
 Pelaksanaan
Posisi tidur trendelenburg dilaksanakan pada :
o Pasien dalam keadaan syok.
o Pasien dengan tekanan darah rendah
o Mencuci tangan.
 Peralatan
Dua potong balok yang sama tinggi untuk meninggikan bagian kaki tempat tidur atau
ada tempat tidur yang bias dinaikkan bagian kakinya.
 Prosedur Kerja
1. Memberi tahu pasien
2. Mencuci tangan
3. Mengangkat bantal

3
4. Memasang balok pada kedua kaki tempat tidur, di bagian kaki pasien atau
menaikkan pada bagian kaki bila ada tempat tidur yang bias diatur.
5. Merapikan pasien
6. Perhatikan keadaan umum pasien selama bekerja

D. POSISI LITOTOMI
 Pengertian
Pada posisi ini, pasien di tempatkan pada posisi telentang dengan mengangkat kedua
kaki dan di tarik ke atas abdomen.
 Tujuan
1. Pemeriksaan alat genitalia
2. Proses persalinan
3. Pemasangan alat kontrasepsi
 Peralatan
1. Bantal
2. Tempat tidur khusus
3. Selimut /kain penutup
 Prosedur Kerja
1. Jelaskan prosedur yang akan di lakukan
2. Cuci tangan
3. Pasien dalam keadaan berbaring (telentang)
4. Angkat kedua paha dan tarik ke atas abdomen
5. Tungkai bawah membentuk sudut 90 terhadap paha
6. Letakkan bagian lutut /da penyangga kaki di tempat tidur khusus untuk posisi
litotomi
7. Pasang selimut
8. Cuci tangan setelah prosedur di lakukan

E. DORSAL RECUMBENT
 Pengertian
Pada posisi ini, pasien di tempatkan pada posisi telentang dengan kedua lutut fleksi di
atas tempat tidur.

4
 Tujuan
1. Perawatan daerah genitalia
2. Pemeriksaan genitalia
3. Posisi pada proses persalinan
 Peralatan
1. Bantal
2. Tempat tidur khusus
3. Selimut
 Prosedur Kerja
1. Jelaskan prosedur pada pasien yang akan di lakukan
2. Cuci tangan
3. Pasien dalam keadaan berbaring (telental)
4. Pakaian bawah di buka
5. Pasang selimut untuk menutupi area genitalia
6. Cuci tangan setelah prosedur di lakukan

F. POSISI SIM
 Pengertian:
Pada posisi ini pasien berbaring miring baik ke kanan atau ke kiri.
 Tujuan
1. Memberikan kenyamanan
1. Melakukan huknah
2. Memberikan obat per anus
3. Memberikan pemeriksaan daerah anus
 Peralatan
1. Bantal
 Prosedur Kerja
1. Cuci tangan
2. Lakukan persiapan seperti di uraikan di atas
3. Tempatkan kepala datar di tempat tidur
4. Tempatkan pasien dalam posisi telentang
5. Posisikan pasien dalam posisi miring yang sebagian pada abdomen
6. Tempatkan bantal kecil di bawah kepala

5
7. Tempatkan bantal di bawah lengan atas yang di fleksikan, yang menyokong lengan
setinggi bahu. Sokong lengan lain di atas tempat tidur.
8. Tempatkan bantal di bawah tungkai atas yang di fleksikan, yang menyokong
tungkai setinggi panggul.
9. Tempatkan bantal pasien paralel dengan permukaan plantar kaki.
10. Turunkan tempat tidur.
11. Observasi posisi sejajaran tubuh, tingkat kenyamanan, dan titik potensi tekanan.
12. Cuci tangan
13. Catat prosedur, termasuk posisi yang di tetapkan, kondisi kulit, gerakan sendi,
kemampuan pasien membantu bergerak, dan kenyamanan pasien.

G. PRONASI
 Pengertian
Posisi Pronasiadalah posisi klien berbaring diatas abdomen dengan kepala menoleh
kesamping.
 Tujuan
1. Memberikan ekstensi penuh pada persendian pinggul dan lutut.
2. Mencegah fleksi kontraktur dari persendian pinggul dan lutut.
3. Membantu drainase dari mulut sehingga berguna bagi klien pascaoperasi mulut atau
tenggorokan.
 Pelaksanaan
1. Untuk klien yang baru sembuh dari pembedahan pada mulut atau kerongkongan.
2. Hanya dapat dilakukan pada klien yang punggungnya dapat diluruskan secara tepat,
dan dilakukan dalam waktu cepat.
3. Tidak disarankan untuk orang yang bermasalah pada daerah servikal atau lumbal
tulang belakang.
4. Tidak disarankan untuk klien dengan masalah jantung dan pernafasan, karena akan
menyebabkan mati lemas, dan pembatasan perluasan dada.
 Peralatan
1. Sarung tangan (jika diperlukan)
2. Tempat tidur
3. Bantal kecil

6
 Prosedur Kerja
1. Jelaskan pada pasien tentang tujuan/manfaat dari posisi ini.
2. Cuci tangan dan gunakan sarung tangan.
3. Baringkan klien pada posisi terlentang di tengah tempat tidur.
4. Gulingkan klien dengan lengan di posisikan dekat ke tubuhnya dengan sikat lurus
dan tangan di atas pahanya. Posisikan tengkurap di sikat lurus dan tangan di atas
pahanya. Posisikan tengkurap di tengah tempat tidur yang datar.
5. Putar kepala klien ke salah satu sisi dan sokong dengan bantal kecil. Bila banyak
drainase dari mulut, maka pemasangan bantal mungkin di kontraindikasikan.
6. Letakkan bantal kecil di bawah abdomen klien di bawah ketinggian diafragma.
7. Posisikan kaki pada sudut yang tepat, gunakan bantal untuk meninggikan ibu jari.
8. Lepaskan sarung tangan dan cuci tangan.
9. Catat pada catatan perawat tentang posisi baru klien.

H. SUPINASI
 Pengertian
Posisi terlentang adalah posisi dimana klien berbaring terlentang dengan kepala dan
bahu sedikit elevasi menggunakan bantal.
 Tujuan
1. Untuk klien post operasi dengan menggunakan anastesi spinal.
2. Untuk mengatasi masalah yang timbul akibat pemberian posisi pronasi yang tidak
tepat.
 Peralatan
1. Tempat tidur
2. Bantal angin
3. Gulungan handuk
4. Footboard
5. Sarung tangan (bila diperlukan)

7
Prosedur Kerja

1. Cuci tangan dengan menggunakan sarung tangan bila diperlukan. Menurunkan


transmisi mikroorganisme.
2. Baringkan klien terlentang mendatar ditengah tempat tidur. Menyiapkan klien untuk
posisi yang tepat.
3. Letakkan bantal dibawah kepala, leher dan bahu klien. Mempertahankan body
alignment yang benar dan mencegah kontraktur fleksi pada vertebra cervical.
4. Letakkan bantal kecil dibawah punggung pada kurva lumbal, jika ada celah disana.
Bantal akan menyangga kurva lumbal dan mencegah terjadinya fleksi lumbal.
5. Letakkan bantal dibawah kaki mulai dari lutut sampai tumit. Memberikan landasan
yang lebar, lembut dan fleksibel, mencegah ketidaknyamanan dari adanya
hiperektensi lutut dan tekanan pada tumit.
6. Topang telapak kaki klien dengan menggunakan footboard. Mempertahankan
telapak kaki dorsofleksi, mengurangi resiko foot-droop.
7. Jika klien tidak sadar atau mengalami paralise pada ekstremitas atas, maka
elevasikan tangan dan lengan bawah (bukan lengan atas) dengan menggunakan
bantal. Posisi ini mencegah terjadinya edema dan memberikan kenyamanan. Bantal
tidak diberikan pada lengan atas karena dapat menyebabkan fleksi bahu.
8. Lepaskan sarung tangan dan cuci tangan

8
MATERI II
MEMANDIKAN PASIEN DI TEMPAT TIDUR

Pengertian
Suatu tindakan keperawatan yang dilakukan pada pasien yang tidak mampu mandi
secara sendiri dengan cara memandikannya di tempat tidur atau Membersihkan tubuh pasien
dengan menggunakan air dan sabun.

Tujuan
 Menjaga kebersihan tubuh pasien dan menghilangkan bau badan.
 Mengurangi resiko infeksi akibat kulit kotor.
 Memperlancar sistem peredaran darah, syaraf dan merelaksasikan otot.
 Menambah kenyamanan pasien.
 Mendidik pasien dalam kebersihan perorangan.

Alat dan Bahan


1. satu stel pakaian
2. waskom mandi dua buah, masing masing berisi air dingin dan air hangat 2/3 bagian
3. sabun mandi dalam tempatnya
4. 2 handuk bersih
5. 3 waslap
6. kain penutup/ selimut mandi
7. tempat untuk pakaian kotor
8. celemek
9. sarung tangan bersih (sepasang)
10. bedak badan/ talk
11. minyak kayu putih
12. sampiran (jika di perlukan)
13. deodoran (kalau diperukan)
14. hand body lotion (jika diperlukan)
15. pispot atau urinal dan pengalas

Cara Melakukan
 Tahap pra interaksi
o Awali dengan melakukan verifikasi terhadap data klien
o Mencuci tangan sebelum tindakan dilakukan

9
o Menempatkan alat didekat klien secara benar
o Tapat orientasi
o Memberikan salam kepada klien
o Menjelaskan tujuan dan prosedur tindakan yang akan dilakukan
o Menanyakan kesiapan klien sebelum kegiatan dimulai dan memberikan kesempatan
klien untuk bertanya
 Tahap kerja
o Menjaga privasi klien dengan menutup pintu/jendela atau pasang sampiran
o pakai celemek dan sarung tangan kemudian berdiri di sisi kiri pasien
o buka selimut tempat tidur, atur dibawah kaki pasien kemudian ganti dengan selimut
mandi
o buka pakaian pasien bagian atas, lalu menutup bagian yang terbuka dengan selimut
mandi sampai dada
o lakukan cuci muka terlebih dahulu
o handuk bentangkan dibawa kepala pasien
o tanyakan pada pasien apakah bisa menggunakan sabun atau tidak
o bersikan muka, telinga, leher dengan waslap lembab atau dengan sabun, kemudian
bilas sampai bersih
o keringkan dengan haduk
o gulung perlak dan handuk
o lakukan mencuci lengan/ ekstremitas atas
o kedua lengan pasien di keataskan
o pindah handuk di atas dada pasien, kemudian lebarkan pada samping kiri dan kanan
o letakan kedua tangan pasien diatas haduk yang telah dilebarkan
o kedua lengan pasien dibasahi kemudian di sabuni ,dari ujung jari ke arah pangkal
lengan yang dimulai dengan bagian yang terjauh
o lakukan pembilasan sampai bersih dan keringkan dengan haduk
o lakukan mencuci bagaian dada dan perut
o selimut mandi diturunkan sampai perut bagian bawah
o keataskan kedua tangan pasien, kemudian haduk di angkat dan dibentangkan di sisi
pasien
o basahi bagian ketiak, dada dan perut kemudian disabun, bilas dengan bersih kemudian
keringkan dengan handuk
o lakukan mencuci punggung
o miringkan pasien ke kiri
10
o bentangkan haduk di bawah punggung sampai glutea
o basahi daerah punggung hingga glutea , kemudian disabun, dibilas dan di keringkan
dengana haduk
o berikan minyak kayu putih kalau perlu dan bedak
o miringkan pasien ke kanan, kemudian handuk bentangkan dibawah punggung sampai
glutea
o cuci punggung kiri sebagaimana punggung kanan
o beri minyak kayu putih dan bedak bilah perlu, kemudian pasien di telentangkan
o pakaian bagian atas dipasangkan dengan rapi
o lakukan pencucian daerah kaki
o ganti air dengan air bersih, kemudian cuci dan berisihkan dengan waslap hinggabersih
o pakaian bawah ditanggalkan, kemudian tutup kembali dengan selimut mandi
o keluarkan kaki terjauh dari selimut mandi
o handuk dibentangkan dibawahnya dan lutut ditekuk
o bersikan kaki dengan sabun, dibilas selanjutnya di keringkan, demikian dengan kaki
yang lain
o lakukan mencuci lipatan paha dan genetalia
o bentangkan handuk dibawah glutea, celana dalam ditanggalkan
o basahi daerah lipatan paha dan genetalia, kemudian diberih sabun, dibilas dan di
keringkan
o ganti celana dalam yang bersih dan pasangkan pakaian bagian bawah
o rapikan pasien dan atur posisi yang aman dan nyaman
o lepaskan sarung tangan dan bereskan barang
o cuci tangan
 Tahap orientasi
o Mengevaluasi hasil tindakan yang telah dilakukan
o Berpamitan serta mengevaluasi perasaan klien
o Merapihkan dan kembalikan alat
o Mencuci tangan
o Mencatat kegiatan dalam lembar catatan keperawatan

11
MATERI III
MERAWAT GIGI DAN MULUT PADA PASIEN TIDAK SADAR

Pengertian
Merawat gigi dan mulut merupakan tindakan keperawatan yang dilakukan pada klien
yang di hospitalisasi. Tindakan ini dapat dilakukan oleh pasien yang sadar secara mandiri atau
dengan bantuan perawat. Untuk pasien yang tidak mampu mempertahankan kebersihan mulut
dan gigi secara mandiri harus dibantu sepenuhnya oleh perawat.

Tujuan Prosedur tindakan merawat gigi dan mulut


1. Mencegah infeksi gusi dan gigi
2. Mempertahankan kenyamanan rongga mulut

Alat dan Bahan Prosedur Tindakan Merawat Gigi dan Mulut


1. Handuk dan kain pengalas
2. Gelas kumur berisi
a.) Air masak / NaCl
b.) Obat kumur
c.)Borax glicerin

3. Spatel lidah yang telah dibingkus dengan kain kassa


4. Kapas lidi
5. Bengkok
6. Kain kassa
7. Pinset atau arteri klem
8. Sikat gigi dan pasta gigi

Prosedur Kerja Tindakan Merawat Gigi dan Mulut pada pasien tidak sadar
1. Jelaskan prosedur pada pasien walaupun pasien tidak sadar
2. Cuci tangan
3. Atur posisi dengan posisi tidur miring kanan / kiri
4. Ambil pinset dan bungkus dengan kain kasa yang dibasahi air hangat / masak
5. Gunakan tong spatel (sudip lidah) untuk membuka mulut pada saat membersihkan gigi /
mulut
6. Lakukan pembersihan dimulai dari dinding rongga mulut, gusi, gigi dan lidah
7. Keringkan dengan kasa steril yang kering

12
8. Setelah bersih, oleskan Borax Gliserin
9. Cuci tangan setelah prosedur dilakukan

Untuk Pasien sadar tetapi tidak mampu melakukan sendiri


1. Jelaskan prosedur pada pasien
2. Cuci tangan
3. Atur posisi pasien duduk
4. Pasang handuk di bawah dagu
5. Ambil pinset dan bungkus dengan kain kasa yang dibasahi air hangat / masak
6. Kemudian bersihkan pada daerah mulut mulai rongga mulut, gusi, gigi dan lidah. Lalu bilas
dengan larutan NaCl
7. Setelah bersih, oleskan Borax Gliserin
8. Untuk perawatan gigi, lakukan penyikatan dengan gerakan naik-turun
9. Cuci tangan setelah prosedur dilakukan

13
MATERI IV
MENCUCI DAN MENYISIR RAMBUT PASIEN
Pengertian
Prosedur mencuci dan menyisir rambut merupakan tindakan pasien dengan cara
mencuci dan menyisir rambut yang dilakukan pada pasien yang tidak mampu memenuhi
kebutuhan perawatan diri dan pada pasien yang akan menjalani operasi besar.

Tujuan
1. Memberikan perasaan senang dan segar kepada pasien
2. Rambut tetap bersih, rapi, dan terpelihara
3. Merangsang peredaran darah di bawah kulit kepala
4. Membersihkan kutu atau ketombe
5. Membantu merelaksasikan pasien

Dilakukan pada :
1. Jika rambut kotor, dan keadaan umumnya mengizinkan.
2. Pada klien yang akan menjalani operasi (bila keadaan umumnya mengizinkan).
3. Secara rutin lima hari sekali, jika keadaan klien memungkinkan.
4. Bagi pasien yang berkutu, sebelum dicuci harus diobati dan dipasang kap kutu lebih
dahulu.

Indikasi :
1. Pasien yang dalam keadaan bed rest total
2. Pasien pasca oprasi (co: operasi sesar, operasi fraktur exstemitas bawah, dsb)

Persiapan alat dan bahan :


1. handuk secukupnya (2 helai)
2. perlak atau pengalas
3. baskom berisi air hangat
4. sampo dalam tempatnya
5. kasa dan kapas
6. sisir
7. bengkok berisi larutan desinfektan 2-3%
8. gayung
9. ember kosong
10. sampiran
14
11. celemek untuk petugas
12. alat pengering rambut
13. sarung tangan bersih/handscoon bersih
14. talang untuk mengalirkan air

Cara pelaksanaan :
1. jelaskan prosedur pada klien
2. cuci tangan
3. mengenakan sarung tangan dan celemek
4. tutup jendela atau pasangan sampiran
5. mengganti selimut pasien dengan selimut mandi
6. atur posisi tidur pasien dengan kepala dipinggir tempat tidur
7. letakkan baskom di bawah tempat tidur tepat di bawah kepala pasien
8. pasang perlak atau pengalas di bawah kepala dan disambungkan ke arah bagian baskom
dengan pinggir digulung
9. tutup telinga dengan kapas
10. tutup dada dengan handuk sampai ke leher
11. kemudian sisir rambut dan lakukan pencucian dengan air hangat selanjutnya
menggunakan sampo dan dibilas dengan air hangat sambil dipijat
12. setelah selesai keringkan
13. letakkan kepala pada bantal yang telah dialasi handuk kering
14. rapikan pasien, ganti selimut mandi dengan selimut tidur
15. komunikasi terapuitik
16. Rapikan klien
17. Lepas sarung tangan dan masukkan ke dalam bengkok
18. Lepaskan celemek dan masukkan ke dalam ember kosong
19. Bereskan dan bersihkan alat
20. Kembalikan alat ketempat semula
21. Cuci tangan selesai prosedur
22. Dokumentasikan tindakan

Perhatian :
1. Perhatikan keadaan umum pasien
2. Hindari tindakan yang membuat pasien lelah atau kedinginan

15
MATERI V
MELATIH BERJALAN

Pengertian
Membantu klien untuk melatih kembali kelompok-kelompok otot yaitu
menggerakankaki serta tangan secara bergantian tanpa menggunakan alat bantu berjalan.

Tujuan :
1. Memperbaiki penggunaan mekanika tubuh pada saat melakukan aktivitas sehari-hari.
2. Memulihkan dan memperbaiki ambulasi.
3. Mencegah terjadinya cedera akibat jatuh.

Indikasi :
1. Klien dengan nyeri yang berhubungan dengan fraktur dan/atau trauma
2. Klien amputasi kaki: di atas atau dibawah lutut
3. Klien dengan kerusakan mobilitas fisik yang berhubungan dengan nyeri dan kerusakan
musculoskeletal
4. Klien setelah bedah artroskopis lutut
5. Kerusakan mobilitas fisik yang berhubungan dengan ketidak nyamanan dan
mobilisasiyang di programkan.
6. Klien dengan fraktur ekstremitas bawah
7. Klien dengan postop amputasi ekstremitas bawah
8. Klien dengan kelemahan kaki/post stroke

Kontra Indikasi :
1. Penderita demam dengan suhu tubuh lebih dari 37o C.
2. Penderita dalam keadaan bedrest.
3. Penderita dengan post op.
4. Klien dengan nyeri yang berhubungan dengan imflamasi, insisi, dan drainasse.
5. Klien yang potensi kerusakan integritas kulit yang berhubungan dengan
perubahanturgor kulit.

16
FASE PRAINTERAKSI
1. Mengidentifikasi kebutuhan/indikasi klien
2. Mencuci tangan
3. Menyiapkan alat

FASE ORIENTASI
1. Mengucapkan salam & memperkenalkan diri
2. Menjelaskan tujuan prosedur tindakan
3. Menanyakan persetujuan klien untuk dilakukan tindakan

FASE KERJA
1. Kaji toleransi aktivitas, kekuatan, nyeri, koordinasi, dan keseimbangan klien untuk
menentukan jumlah bantuan yang diperlukan
2. Bantu klien untuk bangun dari tempat tidur, lalu berdiri
3. Anjurkan klien untuk meletakkan tangan di samping badan atau memegang telapak
tangan anda
4. Berdiri di samping klien dan pegang telapak dan pinggang klien
5. Bantu klien berjalan

FASE TERMINASI
1. Merapikan klien
2. Mengevaluasi respon klien
3. Mengucapkan salam
4. Mencuci tangan
5. Mendokumentasikan kegiatan.

17
MATERI VI
MENGHITUNG PERNAPASAN

A. Pengertian
Menghitung pernafasan adalah suatu tindakan dalam menghitung jumlah
pernafasan pasien dalam 1 menit. Pernafasan adalah peristiwa mengambil oksigen
(menarik nafas / inspirasi) dan mengeluarkan

B. Tujuan
1. Mengetahui keadaan umum pasien
2. Mengetahui jumlah dan sifat pernafasan dalam 1 menit
3. Mengikuti perkembangan penyakit
4. Membantu menegakkan diagnose

C. Persiapan Alat
1. Arloji tangan dengan jarum detik atau layar digital
2. Buku catatan dan alat tulis

D. Prosedur Kerja
1. Menjelaskan tindakan yang akan dilakukan
2. Mendekatkan alat
3. Mencuci tangan Menjelaskan tindakan yang akan dilakukan
4. Meletakkan lengan klien pada posisi rileks menyilang abdomen atau dada
bagian bawahnya, atau tempatkan tangan pemeriksa langsung pada abdomen
atas klien.
5. Mengobservasi siklus pernafasan lengkap (sekali inspirasi dan sekali ekspirasi)
6. Setelah siklus terobservasi, lihat pada jarum detik jam tangan dan hitung
frekuensinya
7. Bila irama teratur, hitung respirasi selama 30 detik dan kalikan 2
8. Bila respirasi tidak teratur hitung satu menit penuh
9. Saat menghitung, catat kedalaman pernafasan
10. Mencuci tangan
11. Mendokumentasikan

18
CARA MENGHITUNG NADI
1. Tempel dan tekankan (Jangan terlalu keras) tiga jari (telunjuk, tengah, manis) salah satu
tangan pada pergelangan tagan yang lain. Temukan denyut nadi anda. Setelah itu,
barulah Anda mulai menghitung.
2. Hitunglah denyut nadi Selama 15 detik. Kemudian, hasilnya dikalikan 4.
Setelah menemukan denyut nadi, tekan perlahan kemudian hitunglah jumlah
denyutannya selama 15 detik, setelah itu kalikan 4, ini merupakan denyut nadi dalam 1
menit.

 Denyut nadi pada orang yang sedang beristirahat adalah :


60 - 80 kali permenit untuk orang dewasa,
80 - 100 kali permenit untuk anak-anak,
100 - 140 kali permenit pada bayi.
 Bila Anda semakin bugar, denyut nadi Anda sewaktu istirahat akan makin menurun,
kuat dan lebih teratur. Namun denyut nadi bisa lebih cepat jika seseorang dalam
keadaan ketakutan, habis berolah raga, atau demam. Umumnya denyut nadi akan
meningkat sekitar 20 kali permenit untuk setiap satu derajat celcius penderita demam.
Sedangkan untuk mengetahui kekuatan denyut jantung maksimal yaitu dengan rumus:
Nadi Max = 80% x (220 - umur )
Misalkan anda sekarang berusia 40 tahun maka kekuatan maksimal jantung anda adalah 80 %
X 180 = 144 kali/menit.

19
MATERI VII
MENGUMPULKAN SPUTUM UNTUK PEMERIKSAAN

A. Pengertian Sputum
Sputum adalah cairan yang diproduksi dalam alveoli dan bronkioli. Sputum yang
memenuhi syarat pemeriksaan harus betul-betul dari trakea dan bronki bukan berupa air ludah.
Sputum dapat dibedakan dengan ludah antara lain : ludah biasa akan membentuk gelembung-
gelembung jernih di bagian atas permukaan cairan,sedang pada sputum hal ini jarang terjadi.
Secara mikroskopis ludah akan menunjukan gambaran sel-sel gepeng sedang pada sputum hal
ini tidak ditemukan . (Widman, 1994)

B. Manfaat Pemeriksaan Sputum


Pemeriksaan sputum bersifat mikroskopik dan penting untuk diagnosis etiologi
berbagai penyakit pernapasan. Pemeriksaan mikroskopik dapat menjelaskan organism
penyebab penyakit pada berbagai pneumonia bacterial, tuberkulosa, serta berbagai jenis infeksi
jamur. Pemeriksaan sitologi eksfoliatif pada sputum dapat membantu diagnosis karsinoma
paru-paru. Sputum dikumpulkan untuk pemeriksaan dalam mengidentifikasi organisme
patogenik dan menentukan apakah terdapat sel-sel malignan atau tidak. Aktifitas ini juga
digunakan untuk menkaji sensitivitas (di mana terdapat peningkatan eosinofil). Pemeriksaan
sputum secara periodik mungkin diperlukan untuk klien yang mendapat antibiotik,
kortikosteroid, dan medikasi imunosupresif dalam jangka panjang, karena preparat ini dapat
menimbulkan infeksi oportunistik. Secara umum, kultur sputum digunakan dalam
mendiagnosis untuk pemeriksaan sensitivitas obat dan sebagai pedoman pengobatan. Jika
sputum tidak dapat keluar secara spontan, klien sering dirangsang untuk batuk dalam dengan
menghirupkan aerosol salin yang sangat jenuh, glikol propilen yang mengiritasi, atau agen
lainnya yang diberikan dengan nebulizer ultrasonic.

C. Perlengkapan Pemeriksaan Sputum


1. Wadah spesimen steril dengan penutup,
2. Sarung tangan disposable (bila membantu klien),
3. Disinfektan dan alat pengusap, atau sabun cair dan air,
4. Handuk kertas,
5. Label yang berisi lengkap,
6. Slip permintaan laboratorium yang terisi lengkap,
7. Obat kumur.
8. Alat pelindung diri (masker bagi perawat)
20
9. Label (plaster)
10. Buku catatan kecil

D. Cara Pemeriksaan Sputum


1. Persiapan
Tentukan metode pengumpulan dan kumpulkan peralatan yang sesuai.
2. Pelaksanaan
Jelaskan kepada klien apa yang akan Anda lakukan, mengapa hal tersebut perlu
dilakukan dan bagaimana klien dapat bekerja sama. Diskusikan bagaimana hasilnya
akan digunakan untuk perawatan atau terapi selanjutnya. Berikan informasi dan
instruksi berikut pada klien:
a. Tujuan pemeriksaan, perbedaan antara sputum dan saliva, dan cara
mendapatkan spesimen sputum,
b. Jangan menyentuh bagaian dalam wadah spesimen,
c. Untuk mengeluarkan sputum langsung ke dalam wadah sputum,
d. Untuk menjaga bagian luar wadah tidak terkena sputum, bila memungkinkan,
e. Cara memeluk bantal secara kuat pada insisi abdomen bila klien merasa nyeri
saat batuk,
f. Jumlah sputum yang diperlukan (biasanya 1-2 sendok teh (5-10 ml) sputum
cukup analisis),
g. Cuci tangan dan observasi prosedur pengendalian infeksi lain yang sesuai.
3. Berikan privasi klien.
4. Berikan bantuan yang diperlukan untuk mengumpulkan spesimen :
a. Bantu klien mengambil posisi berdiri atau duduk (mis., posisi Fowler-tinggi atau-
semi atau pada tepi tempat tidur atau kursi). Posisi ini memungkinkan ventilasi
dan ekspansi paru yang maksimum.
b. Minta klien untuk memegang bagian luar wadah sputum, atau, untuk klien
yang tidak dapat melakukannya, pasang sarung tangan dan pegang bagian luar
wadah tersebut untuk klien.
c. Minta klien untuk bernapas dalam dan kemudian membatukan sekresi.
Inhalasi yang dalam memberikan udara yang cukup untuk mendorong sekresi
keluar dari jalan udara ke dalam faring.
d. Pegang wadah sputum sehingga klien dapat mengeluarkan sputum ke
dalamnya, pastikan sputum tidak kontak dengan bagian luar wadah. Memasukan

21
sputum ke dalam wadah akan mencegah penyebaran mikroorganisme ke tempat
lain.
e. Bantu klien untuk mengulang batuksampai terkumpul jumlah sputum yang cukup.
f. Tutup wadah segera setelah sputum berada di dalam wadah. Menutup wadah
akan mencegah penyebaran mikroorganisme secara tidak sengaja ke tempat lain.
g. Bila sputum mengenai bagian luar wadah, bersihkan bagian luar
dengan disinfektan. Beberapa institusi menganjurkan untuk membersihkan seluruh
bagian luar wadah dengan sabun cair dan air dan kemudian mengeringkannya
dengan handuk kertas.
h. Lepas dan buang sraung tangan
5. Pastikan klien merasa nyaman
a. Bantu klien untuk membersihkan mulutnya dengan obat kumur, bila dibutuhkan.
b. Bantu klien mengambil posisi nyaman yang memungkinkan ekspansi paru
secara maksimal, bila diperlukan.
6. Beri label dan bawa spesimen ke laboratorium.
a. Pastikan informasi yang benar tertulis pada label dan slip permintaan
laboratorium. Tempelkan label dan lampirkan perimintaan laboratorium pada
wadah spesimen. Identifikasi dan/atau informasi yang tidak akurat pada wadah
spesimen dapat membuat kesalahan diagnosis atau terapi.
b. Atur agar spesimen dikirim segera ke laboratorium atau di dinginkan.
Kultur bakteri harus segera dimulai sebelum organisme yang mengkontaminasi
tumbuh dan berkembang baik sehingga memberikan hasil positif palsu.
7. Dokumentasikan semua informasi yang relevan.
Dokumentasikan pengumpulan spesimen sputum pada catatan
klien. Pendokumentasian meliputi jumlah, warna, konsistensi (kental, lengket, atau
encer), adanya hemoptisis (darah pada sputum), bau sputum, tindakan yang perlu
dilakukan untuk mendapatkan sputum (mis., drainase postural), jumlah sputum
yang dihasilkan secara umum, adanya ketidaknyamanan yang dialami klien.

22
MATERI VIII
MELATIH NAFAS DALAM
A. Pengertian
Latihan napas dalam adalah bernapas dengan perlahan dan menggunakan diafragma,
sehingga memungkinkan abdomen terangkat perlahan dan dada mengembang penuh (Parsudi,
dkk., 2002).
Latihan napas dalam bukanlah bentuk dari latihan fisik, ini merupakan teknik jiwa dan
tubuh yang bisa ditambahkan dalam berbagai rutinitas guna mendapatkan efek relaks. Praktik
jangka panjang dari latihan pernapasan dalam akan memperbaiki kesehatan. Bernapas pelan
adalah bentuk paling sehat dari pernapasan dalam (Brunner & Suddarth, 2002).

B. Tujuan
1. Meningkatkan kapasitas paru
2. Mencegah atelektasis

C. Persiapan Alat dan Bahan


1. Sarung tangan
2. Bengkok
3. Antiseptik (jika perlu)
4. Sputum pot
5. Tisu habis pakai
6. Air minum hangat

D. Cara Kerja
a. Menjaga prifasi pasien
b. Mempersiapkan pasien
c. Meminta pasien meletakkan satu tangan di dada dan satu tangan di abdomen
d. Melatih pasien melakukan napas perut (menarik napas dalam melalui hidung
hingga 3 hitungan, jaga mulut tetap tertutup)
e. Meminta pasien merasakan mengembangnya abdomen (cegah lengkung pada
punggung)
f. Meminta pasien menahan napas hingga 3 hitungan
g. Meminta menghembuskan napas perlahan dalam 3 hitungan (lewat mulut, bibir
seperti meniup)
h. Meminta pasien merasakan mengempisnya abdomen dan kontraksi dari otot

23
i. Memasang perlak/alas dan bengkok (di pangkuan pasien bila duduk atau di dekat
mulut bila tidur miring)
j. Meminta pasien untuk melakukan napas dalam 2 kali , yang ke-3: inspirasi, tahan
napas dan batukkan dengan kuat
k. Menampung lender dalam sputum pot
l. Merapikan pasien

24
MATERI IX
MELATIH BATUK EFEKTIF
A. Pengertian
Batuk efektif merupakan suatu metode batuk dengan benar, dimana klien dapat
menghemat energi sehingga tidak mudah lelah dan dapat mengeluarkan dahak secara
maksimal.

B. Tujuan
Batuk efektif untuk mempertahankan kepatenan jalan nafas . batuk memungkinkan
klien mengeluarkan sekresi dari jalan nafas bagian atas dan bagian nafas bagian bawah.
Rangkaian normal peristiwa dalam mekanisme batuk adalah inhalasi dalam,penutupan
glottis, kontraksi aktif otot-otot ekspirasi dan pembukaan glotis. Inhalasi dalam
meningkatkan volume paru dan diameter jalan napas memungkinkan udara melewati
sebagian lendir yang mengobstruksi atau melewati benda asing lain. Batuk efektif dan nafas
dalam merupakan teknik batuk efektif yang menekankan inspirasi maksimal yang dimulai
dari ekspirasi, yang bertujuan:
a) Merangsang terbukanya sistem kolateral

b) Meningkatkan distribusi ventilasi

c) Meningkatkan volume paru dan memfasilitasi pembersihan saluran nafas (Jenkins 1996)

Batuk yang tidak efektif menyebabkan:


1. Kolaps saluran nafas

2. Ruptur dinding alveoli

3. Pneumothoraks

C. Indikasi
Dilakukan pada pasien seperti: COPD/ PPOK, Emphysema, fibrosis, asma, chest infeksion,
pasien bet rest atau post operasi.

Persiapan Alat
1. Sarung tangan
2. Bengkok
3. Antiseptik (jika diperlukan)
4. Sputum pot
5. Tissue habis pakai

25
6. Air minum hangat

D. Prosedur Pelaksanaan

a. tahap Pra Interaksi


1. Mengecek program terapi

2. Mencuci tangan

3. Menyiapkan alat

b. tahap orientasi
1. memberikan salam dan sapa nama pasien

2. Menjelaskan prosedur batuk efektif dan membimbing klien

a) Mengatur posisi duduk

b) Meminta klien meletakkan satu tangan di dada dan satu tangan di abdomen

c) Melatih klien melakukan nafas perut (menarik nafas dalam melalui hidung selama 3
hitungan, jga mulut tetap tertutup)

d) Meminta klien merasakan mengembangkan abdomen (cegah lengkung pada punggung)

e) Meminta klien menahan nafas hinga 3 hitungan

f) Meminta klien menghembuskan nafas perlahan dalam 3 hitungan (lewat mulut , bibir seperti
meniup)

g) Meminta klien merasakan mengempisnya abdomen dan kontraksi dari otot abdomen

h) Memasng perlak dan bengkok dipangkuan klien

i) Meminta klien melakukan nafas dalam 2 kali yang ketiga : inspirasi, tahan nafas dan
batukkan dengan kuat.

j) Menampung lendir dalam sputum pot

c. tahap akhir
1. Melakukan evaluasi

2. Merapikan alat

3. Mencuci tangan

26
MATERI X
MEMBERIKAN OKSIGEN NASAL KANUL
A. Pengertian
Terapi O2 merupakan salah satu terapi pernafasan dalam mempertahankan oksigenasi.

B. Tujuan
pemberian terapi O2 adalah 1. Mengatasi keadaan hipoksemia 2. Menurunkan kerja
pernafasan 3. Menurunkan beban kerja otot Jantung (miokard) Indikasi pemberian
terapi O2 adalah kerusakan 02 jaringan yang diikuti gangguan metabolisme dan sebagai
bentuk Hipoksemia, secara umum pada:
1. Kadar oksigen arteri (Pa 02) menurun
2. Kerja pernafasan meningkat ( laju nafas meningkat, nafas dalam, bemafas dengan
otot tambahan)
3. Adanya peningkatan kerja otot jantung (miokard)

C. Metode pemberian oksigen dengan kanule nasal


a. Tahap Pre Interaksi
1. Mengecek file (catatan medik/keperawatan), mencuci tangan.
2. Menyiapkan alat:
a) Kanule nasal
b) Tabung oksigen
c) Flow meter
d) Humidifier
e) Aqua
b. Tahap Orientasi
1. Memberikan salam dan memperkenalkan diri
2. Mengenalkan tujuan dan prosedur tindakan, menerikan kesempatan bertanya.
c. Tahap Kerja
1.Mengatur posisi klien yang nyaman
2.Menghubungkan oksigen unit ke sumber oksigen
3.Mengatur kecepatan aliran oksigen sesuai dengan dosis
4.Memasang kanule oksigen ke hidung klien
5.Mengatur pengikat kanule, pastikan kanule terpasang dengan aman
6.Mengecek kembali kecepatan aliran oksigen pada flowmeter
7.Rapikan alat
27
8.Mengevaluasi reaksi klien, mencuci tangan
9.Membuat kontrak selanjutnya dan mendokumentasikan tindakan keperawatan.
d. Tahap Terminasi
1.Melakukan evaluasi tindakan
2.Berpamitan dengan klien
3.Mencuci tangan
4.Mencatat kegiatan dalam lembar catatan keperawatan.

28
MATERI XI
MENGUKUR TEKANAN DARAH
Nilai tekanan darah merupakan indikator untuk menilai sistem kardiovaskuler
bersamaan dengan pemeriksaan nadi. Pemeriksaan tekanan darah dapat diukur dengan metode
yaitu :
Metode Langsung: Metode yang menggunakan kanula atau jarum yang dimasukkan
kedalam pembuluh darah yang dihubungkan dengan manometer. Metode ini merupakan cara
yang paling tepat untuk menentukan tekanan darah, tetapi memerlukan persyaratan dan
keahlian khusus
Metode Tak Langsung: Metode yang menggunakan sfigmomanometer. Pengukuran tak
langsung ini menggunakan 2 cara yaitu :

 Palpasi yang mengukur tekanan sistolik tanpa menggunakan stetoskop dan


 Auskultasi yang dapat mengukur tekanan sistolik dan diastolik dan cara ini memerlukan
stetoskop

TUJUAN
Mengetahui nilai tekanan darah

ALAT dan BAHAN


 Sfigmomanometer (Tensimeter) yang terdiri dari :
 Manometer air raksa + klep penutup dan pembuka
 Manset udara
 Slang karet
 Pompa udara dari karet + sekrup pembuka dan penutup
 Stetoskop
 Buku catatan tanda vital
 Pena

PROSEDUR KERJA PENGUKURAN PEMERIKSAAN TEKANAN DARAH


1. Cara Palpasi
 Jelaskan prosedur pada pasien
 Cuci tangan
 Atur posisi pasien

29
 Letakkan lengan pasien yang hendak diukur pada posisi terlentang
 Lengan baju dibuka
 Pasang manometer pada lengan kanan/kiri atas, sekitar 3 cm diatas fossa cubiti (Siku
lengan bagian dalam). Jangan terlalu ketat atau terlalu longgar
 Tentukan denyut nadi arteri radialis (nadi pada siku bagian dalam) dekstra/sinistra
dengan jari tangan kita
 Pompa balon udara manset samapi denyut nadi arteri radialis tidak teraba
 Pompa terus sampai manometer setinggi 20 mmHg lebih tinggi dari titik radialis tidak
teraba
 Kempeskan balon udara manset secara perlahan dan berkesinambungan dengan
memutar sekrup pada pompa udara berlawanan arah jarum jam.
 Catat mmHg manometer saat pertama kali denyut nadi teraba. Nilai ini menunjukkan
tekanan sistolik secara palpasi dan tak mungkin dengan cara ini menemukan tekanan
diastolik
 Catat hasil
 Cuci tangan setelah prosedur dilakukan

2. Cara Auskultasi
 Jelaskan prosedur pada pasien
 Cuci tangan
 Atur posisi pasien
 Letakkan lengan pasien yang hendak diukur pada posisi terlentang
 Lengan baju dibuka
 Pasang manometer pada lengan kanan/kiri atas, sekitar 3 cm diatas fossa cubiti (Siku
lengan bagian dalam). Jangan terlalu ketat atau terlalu longgar
 Tentukan denyut nadi arteri radialis (nadi pada siku bagian dalam) dekstra/sinistra
dengan jari tangan kita
 Pompa balon udara manset samapi denyut nadi arteri radialis tidak teraba
 Pompa terus sampai manometer setinggi 20 mmHg lebih tinggi dari titik radialis tidak
teraba
 Letakkan diafragma stetoskop diatas arteri brakhialis dan dengarkan
 Kempeskan balon udara manset secara perlahan dan berkesinambungan dengan
memutar sekrup pada pompa udara berlawanan arah jarum jam.

30
 Catat mmHg manometer saat pertama kali denyut nadi terdengar nilai ini menunjukkan
tekanan sistolik dan catat mmHg denyut nadi yang terakhir terdengar, niali ini
menunjukkan tekanan dastolik.
 Suara Korotkoff I : Menunjukkan besarnya tekanan sistolik secara auskultasi
 Suara Korotkoff IV/V: Menunjukkan besarnya tekanan diastolik secara auskultasi
 Catat hasilnya pada catatan pasien
 Cuci tangan setelah prosedur dilakukan

No NAMA PASIEN PEMERIKSA HASIL TEKANAN DARAH (mmHg)

Berbaring Duduk Berdiri

1
2
3

31
MATERI XII
MENGHITUNG NADI

A. Pengertian
Menghitung denyut nadi adalah suatu tindakan meraba dan menghitung jumlah denyut
nadi yang teraba pada dinding pembuluh darah ( Arteri ) karena adanya gelombang darah yang
mengalir didalamnya sewaktu jantung memompa darah ke dalam arteri selama 1 menit.

B. Tujuan
1. Mengetahui keadaan umum si sakit.
2. Mengetahui keadaan jantung.
3. Mengikuti perkembangan jalannya penyakit.
4. Membantu menentukan diagnosa.

C. Peralatan
1. Arloji (Jam) atau stop-watch
2. Buku catatan nadi
3. Pena

D. Prosedur Pelaksanaan
1. Menyiapkan peralatan yang diperlukan seperti arloji yang mempunyai jarum detik,
status pasien, dan alat tulis.
2. Perawat mencuci tangan.
3. Memberitahukan pasien mengenai tindakan yang akan dilakukan.
4. Mencari denyut nadi dengan cara meletakkan telunjuk dan jari tengah pada pergelangan
tangan (arteri radialis), lipatan lengan (arteri branchialis), atau leher (arteri karotis).
5. Menghitung denyut nadi selama 1 menit.
6. Perawat mencuci tangan.
7. Mencatat hasilnya pada status pasien

32
MATERI XIII
PEMERIKSAAN RUMPLE LEED

Pengertian
Pemeriksaan Rumple Leed adalah pemeriksaan peningkatan permeabilitas dinding
pembuluh darah yang ditandai dengan munculnya petechiae. Pemeriksaan penunjang untuk
klien dengan DHF (Dengue Hemoragic Fever) dengan cara menetapkan TD klien sebelumnya.

Indikasi
Pada klien dengan DHF(Dengue Hemoragic Fever)

Tujuan
Mengetahui gejala penyakit utamanya DHF atau DBD atau penyakit lainnya

Alat dan Bahan


1. Tensimeter

2. Stetoskop

3. Alat pengukur waktu

4. Alat tulis

33
Prosedur Tindakan Pemeriksaan Rumple Leed

NO ASPEK PENILAIAN Ya Tidak


FASE PRAINTERAKSI
1 Mengidentifikasi kebutuhan/indikasi klien
2 Mencuci tangan
3 Menyiapkan alat
FASE ORIENTASI
4 Mengucapkan salam & memperkenalkan diri
5 Menjelaskan tujuan prosedur tindakan
6 Menanyakan persetujuan klien untuk dilakukan tindakan
FASE KERJA
7 Klien dalam posisi baring telentang
8 Mengukur tekanan darah klien
9 Menghitung batas tekanan yang akan dipertahankan(MAP/MABP)
MAP(Mid Aterial Presure) = Sistole + (2x distole)
3
10 Memompa kembali mansetnya pada batas MAP dan
mempertahankan selama 5 menit
11 Pertahankan timbulnya petekie pada kulit di lengan bawah bagian
medial pada sepertiga proximal
12 Membaca hasil tes apakah positif/negatif
13 Uji dinyatakan positif apabila pada 1 inci persegi (2.8 x 2.8 cm)
didapat lebih dari 20 petekie
14 Lepaskan manset
FASE TERMINASE
15 Merapikan klien dan alat
16 Mencuci tangan
17 Mengevaluasi respon klien
18 Mengucapkan salam
19 Mendokumentasikan prosedur dalam catatan klien
TOTAL

34
MATERI XIV
MENGUMPULKAN URINE UNTUK PEMERIKSAAN

Pengertian
Suatu tindakan mengambil sejumlah urine sebagai sampel untuk pemeriksaan
laboratorium.

Tujuan
1. Mengambil sampel urine yang tidak terkontaminasi untuk menganalisa urine rutin
atau test diagnostik yang meliputi test kultur dan sensitivitas.
2. Mengetahui adanya mikroorganisme dalam urine.

Alat dan Bahan


1. Bokal/botol/wadah tempat sampel urine
2. Bokal/botol/wadah steril untuk pemeriksaan urine kultur dan sensitivitas
3. Bokal/botol/wadah bersih untuk pemeriksaan urine rutin atau urine lengkap.
4. Handscoen bersih.
5. Pot/urinal.
6. Nierbeken/bengkok.
7. Perlak/alas
8. Etiket.
9. Formulir pemeriksaan.
10. Menurut cara pengambilan sampel urine:
a. Melalui kateter:
1) Spuit 10cc bila kateter mempunyai port menggunakan jarum no21G atau 22G.
2) Klempen jepit.
3) Kapas alkohol 70%.
b. Dengan cara midstream :
1) Baskom berisi air hangat, sabun, wash lap dan handuk
2) Pinset steril dan kapas betadine

35
Prosedur Tindakan Pengambilan Urine untuk Pemeriksaan

NO. ASPEK PENILAIAN Ya Tidak

FASE PRAINTERAKSI
O
1 Mengidentifikasi kebutuhan/indikasi klien
2 Mencuci tangan
3 Menyiapkan alat
FASE ORIENTASI
4 Mengucapkan salam & memperkenalkan diri
5 Menjelaskan tujuan prosedur tindakan
6 Menanyakan persetujuan klien untuk dilakukan tindakan
FASE KERJA
7 Menutup sampiran
8 Mencuci tangan
9 Memakai handscoen bersih
10 Melakukan pengambilan sampel urine :
Melalui Kateter:
11 Mengklem selang urine bag selama kurang lebih 30 menit.
12 Meletakkan perlak/pengalas dibawah tempat pengambilan
urine.
Melakukan pengambilan urine:
a.Kateter dengan port:
13 Mendesinfeksi lokasi penusukan dengan kapas alkohol 70%
14 Menusukkan jarum dengan sudut 900 pada port
15 Melakukan aspirasi urine sebanyak ±3–
16 Memindahkan urine dari spuit kedalam bokal/botol steril
5ccuntukpemeriksaankultururine,atau±10–
b. Kateter Tanpa Port:

20ccuntukpemeriksaanurinelengkap.

36
MATERI XV
PEMASANGAN KATETER KONDOM

A. Pengertian
Pemasangan kateter urine adalahdengan melakukan insersi kateterFolley/ Nelaton
melalui uretrake muarakandung kemih untuk mengeluarkan urine.
B. TujuanPemasanganKondom Kateter
1. Memulihkan/mengatasi retensi urine akut/kronis.
2. Pengaliran urine untuk persiapan operasi atau pascaoperasi .
3. Menentukan jumlah urine sisa setelah miksi .
4. Mengambil spesimen urine steril untuk pemeriksaan diagnostik.
5. Moni t or i ngur i neout putsecar aket at .
C. Persiapan Alat:
1. Alat Non Steril .
a. Nampan beserta alas.
b. Bengkok atau nierbeken.
c. Pot .
d. Plester .
e. Alat tulis.
f. Gunting.
g. Spuit10cc.
h. Aquadest .
i. Jelly .
j. Kain penutup klien.
k. Urinebag.
l. Bolakapas savlon.
m. Betadine.
2.Alat Steril .
a. Handscoon steril
b. Set kateter urine steril :
1) Copies1buah.
2) Duk bolong1buah.
3) Pinset anatomis2buah.

37
4) Lidi kapas2buah.

D. Prosedur /LangkahPemasanganKondom Kateter


Di bagi menjadi 2pemasangankondom kateterpada wanitadan laki laki
a. Pemasangankondom kateterpada laki laki
1. Cuci tangan
2. Tutup pintu atau tirai samping tempat tidur
3. Jelaskan prosedurpada klien
4. Gunakan sarung tangan
5. Bantu klienpada posisi terlentang. Letakkan selimut di atas bagian tubuh bagiant as dan
tutup ekstremitas bawahnyadengan selimut mandi sehingga hanya genitalia yang
terpajang.
6. Bersihkan genitaliadengansabundan air, keringkansecara menyeluruh.
7. Siapkan drainase kantong urinedengan menggantungkannya kerangka tempat tidur .
8. Dengan tangannonn dominangenggam penis kliendengankuat sepanjang
batangnya.Dengan tangan dominan, pegang kantungkondompada ujung
penisdandenganperlahan pasangkanpada ujung penis.
9. Sisakan 2,5sampai 5cm ruangantaraglands penisdan ujungkondom.
10. Lilitkan batang penisdengan perekat elastic.
11. Hubungkan selang drainasepada ujungkondom kateter.
12. Posisikan klienpada posisi yangaman.
13. Pasien di rapihkan kembali.
14. Alat di rapihkan kembali.
15. Mencuci tangan.
16. Melaksanakan dokumentasi.

b. Pemasangankondom kateterpada wanita


1. Mencuci tangan.
2. Tutup pintu atau tirai samping tempat tidur.
3. Mengatur posisi klien, letakkan klienpada posisi supindengan lutut di tekuk, paha fleksi
, kaki di letakkan di tempat tidurdan tutup kliendengan selimut atau kain.
4. Meletakkanpotdi bawahbokong klien. Letakkan nierbeken di antarakedua kaki klien.

38
5. Membukaset steril, atur alat steril denganmenggunakan pinset. Buka penutup kateter
letakkankateterpada alat steril .
6. Memakaihandscoen steril sebelahkanan terlebih dahulu, tangan sebelahkanan
mengambilpinset steril tangan kiri membuka tempatbola kapas yangsudah di beri
savlon. Letakkan bolakapas savlon pada copies.Gunakan kembali sarung tangan
sebelah kiri .
7. Menutup perineal denganmenggunakanduk bolong.
8. Membersihkan labia mayoradengan bolakapas savlon daerah kiridankanan mulai dari
arah atasdanbawah atau dari arah anteriorke posterior setiap bagian 1kaliusap buang
bolakapaske nierbekhen.Tangan yangnon dominanmembuka labia mayora untuk
membersihkan labia minora, tangankanan membersihkan labia minora mulaidari
sebelah kiri kemudian bagiankanan dari arah ataske arahbawah atau dari arah anterior
ke posterioir .Terakhir bersihkan bagian tengah dari mulai klitoris, orifisium uretra
eksternus( OUE) , dan vaginadengan sekali usapan.
9. Mengolesi ujung kateterdengan jelly(minta tolong assistant ) .
10. Memasukkan kateter yang telah di beri jelly kateter sekitar5–7cmke dalam meatus
uretra.
11. Memastikan urine tetap keluar , kemudian kateter urinedi sambungkanpadaurine bag.
12. Melakukan fiksasi dengan cara memberikan injeksi airaquadeshke dalam folley kateter
untukmengembangkan balon kateter, agar kateter tidakmudah terlepas (
pemberian aquadesh sesuai aturan) .
13. Menarik perlahan-lahan folley kateter untuk memastikanapakah kateter sudah
terfiksasidenganaman.
14. Menulis tanggal pemasanganpada plester yangakan di rekatkanke selang bag
urinedenganpahaklien.
15. Memfiksasi selang kateterdengan plesterdan letakkan selang kateterpadapaha klien.
16. Merapihkan kliendan alat alat .
17. Melepaskanhandscoenbuangpada nierbeken.
18. Mencuci tangan.

Prosedur Tindakan Memasang Kondom


No. Aspek Penilaian Ya Tidak
Kondom Pria
1. Memeriksa tanggal kadaluwarsa pada kemasan

39
2. Mendorong kondom ke sisi berlawanan dari paket (mencegah
kondom sobek saat dibuka), lalu membuka bungkusnya.
3. Melepaskan kondom dari bungkusnya dan cubit lembut ujung
kondom dengan jari-jari.
4. Memastikan penis dalam keadaan ereksi.
5. Sementara ujung kondom dicubit, tahan kondom di ujung
penis dan mulai membuka gulungan sesuai porosnya (pastikan
bagian yang digulung ada di luar)
6. Setelah ejakulasi, pegang pangkal kondom saat menarik diri
dari pasangan untuk mencegah kondom terlepas.
7. Membungkus kondom yang digunakan dalam tisu atau plastik
dan buang ke tempat sampah.
Kondom Wanita
8. Memegang cincin bagian dalam dengan ibu jari dan jari
tengah. Puntir kondom dan masukkan sejauh mungkin
melewati tulang kemaluan (pubic bone)
9. Membiarkan cincin luar berada di luar vagina.
10. Memastikan kondom tidak kusut.
11. Setelah selesai berhubungan seks dan sebelum berdiri, puntir
dan kunci cincin bagian luar untuk menjaga air mani tertahan
di dalam, keluarkan kondom perlahan.
12. Membuangnya di tempat sampah setelah selesai digunakan.
TOTAL

40
MATERI XVI

MENGHITUNG KESEIMBANGAN CAIRAN

Pengertian
Penghitungan keseimbangan cairan masuk dan keluar tubuh.

Tujuan
Mengetahui status cairan tubuh :
1. Mengetahui jumlah masukancairan
2. Mengetahui keluarancairan
3. Mengetahui balancecairan
4. Menentukan kebutuhancairan

Indikasi dan Kontraindikasi


Penghitungan keseimbangan cairan diindikasikan pada klien dengan kecenderungan
gangguan regulasi cairan. Sedangkan kontraindikasinya tidak ada

Alat dan Bahan


1. Alattulis
2. Gelas ukur urine/urinebak

Cara menghitung keseimbangan cairan yaitu :


Menentukan total jumlah input dan output denganmemperhatikan air
metabolisme (AM), Insensible Water Lose (IWL), Suhu, dll. Kemudian dimasukan ke
dalam rumus Balance Cairan dengan mengurangkan input dan output.

Keterangan :
Air Metabolisme (AM) :

a. Dewasa : AM = 5 cc x kgBB/hari
b. Anak
1. UsiaBalita : 8cc/kgBB/hari

41
2. Usia 5 –7tahun : 8 – 8,5cc/kgBB/hari
3. Usia 7 –11tahun : 6 – 7cc/kgBB/hari
4. Usia 12 – 14 tahun : 5 – 6cc/kgBB/hari

Insensible Water Loss (IWL)

d. Jika Suhu TubuhNormal


1. Dewasa : IWL = 15 cc x kgBB/hari
2. Anak :IWL=(30–usia(Thn))ccxkgBB/hari

Jikaanakmengompolmenghitungurine0,5cc–1cc/kgBB/hari
e. Jika Terjadi KenaikanSuhu
IWL = (15 cc x kg BB) + 200 x (Suhu-36,8) 36,80C adalah nilai Konstanta

Input = Jumlah In take + AM Output =Jumlah Output + IWL

Balance Cairan = Input - Output

42
Prosedur Tindakan Menghitung Balance Cairan

NO ASPEK PENILAIAN Ya Tidak


FASE PRAINTERAKSI
1 Mengidentifikasi kebutuhan/indikasi klien
2 Mencuci tangan
3 Menyiapkan alat
FASE ORIENTASI
4 Mengucapkan salam & memperkenalkan diri
5 Menjelaskan tujuan prosedur tindakan
6 Menanyakan persetujuan klien untuk dilakukan tindakan
FASE KERJA
7 Menghitung in take oral (baik yang diminum maupun kandungan
cairan
dalam makanan yang dikonsumsi)
8 Menghitung in take parenteral
9 Menentukan cairan metabolisme (AM)
10 Menghitung out put urine
11 Menghitung out put feces
12 Menghitung out put abnormal (muntah, drain, perdarahan dll)
13 Menghitung out put IWL (Insensible Water Loss)
14 Menghitung balance cairan
FASE TERMINASI
15 Merapikan klien dan alat
16 Mencuci tangan
17 Mengevaluasi respon klien
18 Mengucapkan salam
19 Mendokumentasikan prosedur dalam catatanklien
TOTAL

43
MATERI XVII

MERAWAT LUKA INFUS

Pengertian
Merawat infus adalah suatu proes melakukan perawatan di area pemasangan infus.

Tujuan
Mengurangi resiko infeksi, dan mempertahankan kepatenan aliran infus dari selang infus.

Indikasi dan Kontraindikasi


Perawatan infus diindikasikan tiap 48–96 jam, atau ketika kondisi kassa infus basah,
terdapat rembesan darah, atau rusaknya kassa yang melindungi area penusukan. Sedangkan
kontraindikasi tidak ada

Hal yang perlu dikaji :


Adapun yang perlu dikaji adalah : waktu perawatan infus yang terakhir kalinya, daerah lokasi
penusukan infus, adanya keluhan nyeri di daerah penusukan, adanya alergi plester atau
desinfektan, dan kepatenan infus dan jumlah tetesan infus.

Alat dan Bahan


1. Sarung tangan bersih
2. Kapasalkohol
3. Kasasteril
4. Plester
5. Gunting

44
Prosedur Tindakan Perawatan Luka Infus

NO ASPEK PENILAIAN Ya Tidak


FASE PRAINTERAKSI
1 Mengidentifikasi kebutuhan/indikasi klien
2 Mencuci tangan
3 Menyiapkan alat
FASE ORIENTASI
4 Mengucapkan salam & memperkenalkan diri
5 Menjelaskan tujuan prosedur tindakan
6 Menanyakan persetujuan klien untuk dilakukan tindakan
FASE KERJA
7 Pasang sarung bersih
8 Lepaskan plester dan kassa yang melekat pada lokasi penusukan
9 Observasi adanya pembengkakan
10 Bersihkan dengan cairan desinfektan area penusukan
11 Pasang kassa di area penusukan
12 Tutup kembali dan fiksasi kembali di atas kassa
13 Pasang label atau tanda kapan dilakukan perawatan infuse
FASE TERMINASI
14 Merapikan klien dan alat
15 Lepaskan sarung tangan
16 Mencuci tangan
17 Mengevaluasi respon klien
18 Mengucapkan salam
19 Mendokumentasikan prosedur dalam catatan klien
TOTAL

45
MATERI XVIII
MEMONITOR TETESAN INFUS

Pengertian
Memonitor terkesan infus adalah tindakan pemantauan terhadap tetesan cairan infus.

Tujuan
Untuk pemantauan balance cairan, mencegah terjadinya kolaps kardiovaskular dan
sirkulasipadakliendehidrasidansyok,mencegahkelebihancairan

Indikasi dan Kontraindikasi


Memonitor terkesan infus diindikasikan kepada klien yang membutuhkan rehidrasi
cairan, misalnya klien luka bakar, syok, diare, dehidrasi

Alat dan Bahan


1. Kertas
2. Pensil
3. Jam dengan jarumdetik

Prosedur Tindakan Memonitor Tetesan Infus

NO ASPEK PENILAIAN Ya Tidak


FASE PRAINTERAKSI
1 Mengidentifikasi kebutuhan/indikasi klien
2 Mencuci tangan
3 Menyiapkan alat
FASE ORIENTASI
4 Mengucapkan salam & memperkenalkan diri
5 Menjelaskan tujuan prosedur tindakan
6 Menanyakan persetujuan klien untuk dilakukan tindakan
FASE KERJA
7 Membaca program dokter dan memastikan larutan/cairan yang

46
diberikan tepat

8 Mencaritahu kalibrasi dalam terkesan per mililiter dari set infus


9 Menghitung terkesan infus
Menetapkan kecepatan aliran dengan menghitung tetesan pada bilik
10 dril
selama 1 menit dengan jam
Atur klem pengatur untuk menaikan atau menurunkan terkesan
11
infus
12 Periksa kecepatan setiap jam
FASE TERMINASI
13 Mengevaluasi hasil/respon klien
14 Mengakhiri kegiatan/memberi salam
15 Mencuci tangan
16 Mendokumentasikan hasil
TOTAL

47
MATERI XIX

MERAWAT KATETER URINE

Pengertian
Perawatan kateter adalah suatu tindakan keperawatan dalam memelihara kateter dengan
antiseptik untuk membersihkan ujung uretra dan selang kateter bagian luar serta
mempertahankan kepatenan posisi kateter

Tujuan

1. Menjaga kebersihan salurankencing


2. Mempertahankan kepatenan (fiksasi)kateter
3. Mencegah terjadinyainfeksi
4. Mengendalikaninfeksi

Alat dan Bahan

1. Sarung tangansteril
2. Pengalas
3. Bengkok
4. Cairan NaCl0,9%
5. Kapassteril
6. Antiseptic(Bethadin)
7. Aquadest/airhangat
8. Korentang
9. Plester
10. Gunting
11. Alkohol90%
12. Pinset
13. Kantungsampah

48
NO ASPEK PENILAIAN Ya Tidak
FASE PRAINTERAKSI
1 Mengidentifikasi kebutuhan/indikasi klien
2 Mencuci tangan
3 Menyiapkan alat
FASE ORIENTASI
4 Mengucapkan salam & memperkenalkan diri
5 Menjelaskan tujuan prosedur tindakan
6 Menanyakan persetujuan klien untuk dilakukan tindakan
FASE KERJA
7 Menjaga privasi (pasang tirai, gorden yang ada)
8 Memasang perlak pengalas
9 Mengoles alkohol pada plester dan buka dengan pinset
10 Membuka balutan pada kateter
11 Memakai sarung tangan steril
12 Memperhatikan kebersihan dan tanda-tanda infeksi dari ujung penis
serta kateter
13 Mengoles ujung uretra dan kateter memakai kapas steril yang telah
dibasahi dengan aquadest/air hangat dengan arah menjauhi uretra
14 Mengoles ujung uretra dan kateter memakai Cairan NaCl + bethadin
dengan arah menjauhi uretra
15 Balut ujung penis dan kateter dengan kasa steril kemudian plester
16 Posisikan kateter ke arah perut atau paha dan plester
FASE TERMINASI
17 Merapikan klien dan alat
18 Lepaskan sarung tangan
19 Mencuci tangan
20 Mengevaluasi respon klien
21 Mengucapkan salam
22 Mendokumentasikan prosedur dalam catatan klien
TOTAL

49
MATERI XX

MENGUKUR TINGGI BADAN DAN BERAT BADAN

Pengukuran Tinggi Badan


Mengukur tinggi atau panjang badan yang dinyatakan dalamsentimeter
dengan menggunakan mikrotois.

Pengukuran Berat Badan


Mengukur berat/massa badan yang dinyatakan dalamkilogram denganmenggunakan
timbangan berat badan.

Tujuan
1. Untuk melihatpertumbuhan.

2. Untuk mengetahui/mengidentifikasi status gizi.

Alat dan Bahan

1. Timbangan

2. Meteran

50
Prosedur Tindakan Pengukuran Tinggi Badan dan Berat Badan

NO. ASPEK PENILAIAN YA TIDAK

FASE PRA-INTERAKSI

1. Mengidentifikasi kebutuhan/indikasi klien

2. Mencuci tangan

3. Menyiapkan alat

FASE ORIENTASI

4. Mengucapkan salam & memperkenalkan diri

5. Menjelaskan tujuan prosedur tindakan

Menanyakan persetujuan klien untuk dilakukan


6.
tindakan

FASE KERJA

TINGGI BADAN

Memposisikan klien berdiri tegak, tanpa alas kaki,

7. kaki dirapatkan, dan

punggung bersandar pada dinding

Meletakkan benda padat dan lurus di atas kepala

8. klien secara

horizontal

Mencatat angka pada midline (meteran) yang

9. ditunjukkan oleh benda

padat tersebut dalam satuan sentimeter(cm)

BERAT BADAN

Memastikan jarum penunjuk pada timbangan


10.
menunjuk angka nol

51
Meminta klien melepas alas kaki dan berdiri di atas
11.
timbangan

Membaca angka yang ditunjukkan jarum penunjuk


12.
pada timbangan

Mencatat hasil pengukuran di buku catatan dalam


13.
satuan kilogram (kg)

TOTAL

52
MATERI XXI
MENGUKUR LINGKAR LENGAN ATAS (LILA)

 Pengertian
Lingkar Lengan Atas (LILA) merupakan gambaran tentang keadaan jaringan otot dan
lapisan lemak bawah kulit. Pengukuran LILA dilakukan pada pertengahan antara
pangkal lengan atas dan ujung siku dalam ukuran cm (centi meter) (Zeman dan Ney,
1988).

 Tujuan
Pengukuran ini seringkali digunakan untuk mengukur status gizi ibu hamil

 Peralatan
1. Pita pengukur (cm)
2. Buku catatan

PROSEDUR KERJA MENGUKUR LINGKAR LENGAN ATAS (LILA)

NO ASPEK Ya Tidak
PENILAIAN
FASE PRAINTERAKSI
1 Mengidentifikasi kebutuhan/indikasi klien
2 Mencuci tangan
3 Menyiapkan alat
FASE ORIENTASI
4 Mengucapkan salam & memperkenalkan diri
5 Menjelaskan tujuan prosedur tindakan
6 Menanyakan persetujuan klien untuk dilakukan tindakan
FASE KERJA
7 Tetapkan posisi bahu (acromion) dan siku (olecranon),
tangan harus ditekuk 90 derajat.

8 Letakkan pita pengukur antara bahu dan siku

9 Tetukan titik tengah lengan

53
10. Pita jangan terlalu ketat, jangan pula terlalu longgar
Pembacaan skala yg tertera pada pita dalam cm (centi meter),
posisi tangan lurus

11. Catat hasilnya pada catatan pasien

FASE TERMINASI
12 Merapikan klien dan alat
13 Mengevaluasi respon klien
14 Mengucapkan salam
15 Mencuci tangan
16 Mendokumentasikan prosedur dalam catatan klien
TOTAL

Hasil pengukuran LILA kemudian diubah dalam bentuk persentase dengan standar :
 Laki-laki : 29,3 cm
 Perempuan : 28,5 cm

Interpretasi status gizi berdasarkan % LILA :


 Obesitas: >120%
 Overweight : 110-120%
 Normal : 90-110%
 Underweight : < 90%

54
MATERI XXII

MENGHITUNG INDEKS MASSA TUBUH (IMT)

Pengertian :
Indeks Massa Tubuh (IMT) atau Body Mass Index (BMI) merupupakan alat atau cara
yang sederhana untuk memantau status gizi orang dewasa, khususnya yang berkaitan dengan
kekurangan dan kelebihan berat badan. Berat badan kurang dapat meningkatkan resiko
terhadap penyakit infeksi, sedangkan berat badan lebih akan meningkatkan resiko terhadap
penyakit degeneratif. Oleh karena itu, mempertahankan berat badan normal memungkinkan
seseorang dapat mencapai usia harapan hidup yang lebih panjang.
Dengan IMT akan diketahui apakah berat badan seseorang dinyatakan normal, kurus
atau gemuk. Penggunaan IMT hanya untuk orang dewasa berumur > 18 tahun dan tidak dapat
diterapkan pada bayi, anak, remaja, ibu hamil, dan olahragawan.
Untuk mengetahui nilai IMT ini, dapat dihitung dengan rumus berikut:

Berat Badan (kg)

IMT=

(Tinggi Badan (m))2

Batas ambang IMT ditentukan dengan merujuk ketentuan FAO/WHO, yang


membedakan batas ambang untuk laki-laki dan perempuan. Disebutkan bahwa batas ambang
normal untuk laki-laki adalah: 20,1–25,0; dan untuk perempuan adalah : 18,7-23,8. Untuk
kepentingan pemantauan dan tingkat defesiensi kalori ataupun tingkat kegemukan, lebih
lanjut FAO/WHO menyarankan menggunakan satu batas ambang antara laki-laki dan
perempuan. Ketentuan yang digunakan adalah menggunakan ambang batas laki-laki untuk
kategori kurus tingkat berat dan menggunakan ambang batas pada perempuan untuk
kategorigemuk tingkat berat. Untuk kepentingan Indonesia, batas ambang dimodifikasi lagi
berdasarkan pengalam klinis dan hasil penelitian dibeberapa negara berkembang. Pada
akhirnya diambil kesimpulan, batas ambang IMT untuk Indonesia adalah sebagai berikut :

Kategori IMT
Kurus Kekurangan berat badan tingkat berat < 17,0
Kekurangan berat badan tingkat 17,0 – 18,4

55
Ringan

Normal 18,5 – 25,0


Gemuk Kelebihan berat badan tingkat ringan 25,1 – 27,0
Kelebihan berat badan tingkat berat > 27,0

Jika seseorang termasuk kategori :


IMT < 17,0 : keadaan orang tersebut disebut kurus dengan kekurangan berat badan
tingkat berat atau Kurang Energi Kronis (KEK) berat.
IMT 17,0 – 18,4 : keadaan orang tersebut disebut kurus dengan kekurangan berat
badan tingkat ringan atau KEK ringan.
IMT 18,5 – 25,0 : keadaan orang tersebut termasuk kategori normal.
IMT 25,1 – 27,0 : keadaan orang tersebut disebut gemuk dengan kelebihan berat badan
tingkat ringan.
IMT > 27,0 : keadaan orang tersebut disebut gemuk dengan kelebihan berat badan
tingkat berat

Tujuan
untuk memantau status gizi

Alat dan Bahan


1. Timbangan
2. Mikrotois
3. Catatan
4. Pen/pensil

56
Prosedur Tindakan Menghitung IMT

NO ASPEK Ya Tidak
PENILAIAN
FASE PRAINTERAKSI
1 Mengidentifikasi kebutuhan/indikasi klien
2 Mencuci tangan
3 Menyiapkan alat
FASE ORIENTASI
4 Mengucapkan salam & memperkenalkan diri
5 Menjelaskan tujuan prosedur tindakan
6 Menanyakan persetujuan klien untuk dilakukan tindakan
FASE KERJA
7 Mengukur berat badan (kg)
8 Mengukur tinggi badan (m)
9 Menghitung IMT
FASE TERMINASI
10 Merapikan klien dan alat
11 Mengevaluasi respon klien
12 Mengucapkan salam
13 Mencuci tangan
14 Mendokumentasikan prosedur dalam catatan klien
TOTAL

57
MATERI XXIII
MEMBANTU PASIEN BAB/BAK DI ATAS TEMPAT TIDUR

Pengertian
Membantu pasien BAK yaitu membantu pasien buang air kecil menggunakan urinal
yangditerapkan pada pasien yang tidak mampu buang air kecil sendiri di kamar mandi

Tujuan
1. Untuk pemantauan pola eliminasi
2. Pengambilan urine untuk pemeriksaan

Alat dan Bahan


1. Urinal
2. Pengalas
3. Tisu
4. Botol berisi air hangat

Prosedur Tindakan Membantu Pasien BAK di Atas Tempat Tidur

NO ASPEK Ya Tidak
YANG DINILAI
FASE PRAINTERAKSI
1 Mengidentifikasi kebutuhan/indikasi klien
2 Mencuci tangan
3 Menyiapkan alat
FASE ORIENTASI
4 Mengucapkan salam & memperkenalkan diri
5 Menjelaskan tujuan prosedur tindakan
6 Menanyakan persetujuan klien untuk dilakukan tindakan
FASE KERJA
7 Menjaga privasi klien
8 Memakai sarung tangan
9 Memasang pelak dibawah bokong klien
10 Melepaskan pakaian bawah klien
11 Mengatur isi pasien (dosa rekumben), tergantung kenyamanan
klien

58
12 Memasang urinal di bawah gluteal/pinggul atau di antara kedua
paha
13 Menganjurkan klien untuk berkemih
14 Menyiram genitalia (penis) klien dengan air hangat
15 Mengeringkan genitalia dengan tisu
16 Memasang kembali pakaian bawah klien
FASE TERMINASI
17 Merapikan klien dan alat
18 Mengevaluasi respon klien terhadap tindakan
19 Memberi salam
20 Mencuci tangan
21 Mendokumentasikan hasil kegiatan

TOTAL

59
MEMBANTU PASIEN BAB

Pengertian
Membantu pasien BAB yaitu membantu pasien buang air besar menggunakan
pispot yang dilakukan pada pasien yang tidak mampu buang air besar di toilet. Pasien
dibantu menggunakan pispot (penampung untuk buang air besar di tempat tidur.

Tujuan
1. Untuk pemantauan pola eliminasi
2. Pemeriksaan diagnostik

Alat dan Bahan


1. Pispot (2 buah)
2. Pengalas
3. Tisu
4. Air bersih dalam tempatnya (botol)
5. Sarung tangan

Prosedur Tindakan Membantu Pasien BAB di Atas Tempat Tidur

NO ASPEK YANG DINILAI Ya Tidak


FASE PRAINTERAKSI
1 Mengidentifikasi kebutuhan/indikasi klien
2 Mencuci tangan
3 Menyiapkan alat
FASE ORIENTASI
4 Mengucapkan salam & memperkenalkan diri
5 Menjelaskan tujuan prosedur tindakan
6 Menanyakan persetujuan klien untuk dilakukan tindakan
FASE KERJA
7 Menjaga privasi klien
8 Memakai sarung tangan
9 Memasang pelak dibawah bokong klien
10 Melepaskan pakaian bawah klien
11 Menempatkan pispot di antara pengalas dan gluteal dengan
posisi

60
lubang pispot tepat di bawah rektum

12 Menanyakan kepada klien apakah sudah meras nyaman, bila


belum
atur kembali posisi pispot sesuai dengan kebutuhan
13 Menganjurkan klien untuk BAB pada pispot yang disediakan
14 Setelah selesai, singkirkan pispot yang kotor dan ganti dengan
pispo yang bersih.
15 Menyiram anus klien dengan air hingga bersih dan dikeringkan
dengan
Tisu
FASE TERMINASI
16 Merapikan klien dan alat
17 Mengevaluasi respon klien terhadap tindakan
18 Memberi salam
19 Mencuci tangan
20 Mendokumentasikan hasil kegiatan

TOTAL

61
MATERI XXIV

MEMASANG POPOK/DIAPERS

A. Pengertian
Mengganti popok/diapers pasien dengan popok/diapers yang baru. Pemasangan
popok/diapers dilakukan pada pasien yang mengalami penurunan kesadaran atau yang tidak
bias buang air besar atau kecil ditoilet.

B. Tujuan
1. Untuk pemantauan pola eliminasi
2. Untuk kenyamanan pasien

C. Persiapan Alat Dan Bahan


1. Popok/ diapers
2. Pengalas
3. Tisu basah/ waslap
4. Handscoon
5. Tempat sampah
6. Botol/ ember

NO ASPEK Ya Tidak
PENILAIAN
FASE PRAINTERAKSI
1 Mengidentifikasi kebutuhan/indikasi klien
2 Mencuci tangan
3 Menyiapkan alat
FASE ORIENTASI
4 Mengucapkan salam & memperkenalkan diri
5 Menjelaskan tujuan prosedur tindakan
6 Menanyakan persetujuan klien untuk dilakukan tindakan
FASE KERJA
7 Menjaga privasi klieN

8 Atur posisi klien agar nyaman pada saat pemasangan diapers

62
9 Pasang diapers pada klien

FASE TERMINASI
10 Merapikan klien dan alat
11 Mengevaluasi respon klien
12 Mengucapkan salam
13 Mencuci tangan
14 Mendokumentasikan prosedur dalam catatan klien
TOTAL

63
MATERI XXV

MENGUKUR SUHU ORAL ,AKSILA, , RECTAL

Pengertian
Merupakan tatacara pemeriksaan suhu tubuh. Suhu tubuh merupakan indikator untuk
menilai keseimbangan antara pembentukan dan pengeluaran panas. Rentang suhu tubuh dapat
diukur dengan menggunakan termometer air raksa melalui oral, rektal, maupun axila dan
menggunakan termometer digital.

Tujuan
Pengukuran suhu tubuh dilakukan untuk mengetahui rentang suhu tubuh.

Alat dan bahan :


1. Termometer
2. Tiga buah botol
 Botol pertama berisi larutan sabun
 Botol kedua berisi larutan desinfektan
 Botol ketiga berisi larutan air bersih
3. Bengkok
4. Kertas/tissue
5. Vaselin/jelly
6. Buku catatan suhu
7. Sarung tangan

64
Prosedur Suhu Oral

NO ASPEK YANG DINILAI Ya Tidak

FASE PRAINTERAKSI
1 Mengidentifikasi kebutuhan/indikasi klien
2 Mencuci tangan
3. Menyiapkan alat
FASE ORIENTASI
4 Mengucapkan salam & memperkenalkan diri
5 Menjelaskan tujuan prosedur tindakan
6 Menanyakan persetujuan klien untuk dilakukan tindakan
FASE KERJA
7 Menjaga privasi klien
8 Memakai sarung tangan
9 Atur posisi pasien.

10 Tentukan letak bawah lidah.

11 Setelah 3-5 menit angkat termaometer dan baca hasilnya


12 Turunkan suhu termometer dibawah 34 o C – 35 o C.

13 Letakkan termometer di bawah lidah sejajar dengan gusi.

14 Anjurkan mulut dikatupkan selama 3 menit.

15 Angkat termaometer dan baca hasilnya.

16 Memasang kembali pakaian bawah klien

17. Cuci dengan air sabun, desinfektan dan bilas dengan air bersih,
dan keringkan

FASE TERMINASI
17 Merapikan klien dan alat
18 Mengevaluasi respon klien terhadap tindakan
19 Memberi salam

65
20 Mencuci tangan
21 Mendokumentasikan hasil kegiatan

TOTAL

Prosedur Suhu Aksila

NO ASPEK YANG DINILAI Ya Tidak

FASE PRAINTERAKSI
1 Mengidentifikasi kebutuhan/indikasi klien
2 Mencuci tangan
3. Menyiapkan alat
FASE ORIENTASI
4 Mengucapkan salam & memperkenalkan diri
5 Menjelaskan tujuan prosedur tindakan
6 Menanyakan persetujuan klien untuk dilakukan tindakan
FASE KERJA
7 Menjaga privasi klien
8 Memakai sarung tangan
9 Atur posisi pasien.

10 Tentukan letak aksila dan bersihkan daerah aksila dengan


menggunakan tisu.

11 Letkkan termometer pada daerah aksila dan lengan pasien


fleksi diatas dada.

12 Setelah 3-10 menit angkat termaometer dan baca hasilnya.

13 Letakkan termometer di bawah lidah sejajar dengan gusi.

14 Anjurkan mulut dikatupkan selama 3 menit.

66
15 Angkat termaometer dan baca hasilnya.

16 Catat hasil.

17. Bersihkan termometer dengan kertas tisu.

18 Cuci dengan air sabun, desinfektan dan bilas dengan air bersih,
dan keringkan.

FASE TERMINASI
19 Merapikan klien dan alat
20 Mengevaluasi respon klien terhadap tindakan
21 Memberi salam
22 Mencuci tangan
23 Mendokumentasikan hasil kegiatan

TOTAL

67
Prosedur Pemeriksaan Suhu rektal

NO ASPEK YANG DINILAI Ya Tidak

FASE PRAINTERAKSI
1 Mengidentifikasi kebutuhan/indikasi klien
2 Mencuci tangan
3. Menyiapkan alat
FASE ORIENTASI
4 Mengucapkan salam & memperkenalkan diri
5 Menjelaskan tujuan prosedur tindakan
6 Menanyakan persetujuan klien untuk dilakukan tindakan
FASE KERJA
7 Menjaga privasi klien
8 Memakai sarung tangan
9 Atur posisi pasien.

10 Tentukan termometer dan atur pada nilai nol lalu oleskan


vaselin jelly

11 Letakkan telapak tangan pada pada sisi glutea pasien dan


masukkan termometer ke dalam rektal jangan sampai berubah
tempatnya dan ukur suhu.

12 Setelah 3-5 menit angkat termaometer dan baca hasilnya.

13 Catat hasil.

14 Bersihkan termometer dengan kertas tisu

FASE TERMINASI
19 Merapikan klien dan alat
20 Mengevaluasi respon klien terhadap tindakan
21 Memberi salam
22 Mencuci tangan
23 Mendokumentasikan hasil kegiatan

TOTAL

68
MATERI XXVI
MEMBERIKAN KOMPRES HANGAT ATAU DINGIN

A. Pengertian
Kompres adalah metode pemeliharaan suhu tubuh dengan menggunakan cairan
atau alat yang dapat menimbulkan hangat atau dingin pada bagian tubuh yang
memerlukan.

B. Jenis-Jenis Kompres
1. Kompres panas
2. Kompres dingin

C. Tujuan
1.Kompres Panas
a. Memperlancar sirkulasi darah
b. Mengurangi rasa sakit
c. Memberi rasa hangat, nyaman, dan tenang pada klien
d. Merangsang peristatik usus
2.Kompres Dingin
a. Menurunkan suhu tubuh
b. Mencegah peradangan meluas
c. Mengurangi kongesti
d. Mengurangi perdarahan setempat
e. Mengurangi rasa sakit pada daerah setempat

D. Indikasi
1.Kompres Panas
a. Klien yang kedinginan (suhu tubuh yang rendah)
b. Klien dengan perut kembung
c. Klien yang punya penyakit peradangan, seperti radang persendian
d. Spasme otot
e. Adanya abses, hematoma

2.Kompres Dingin
a. Klien dengan suhu tubuh yang tinggi
b. Klien dengan batuk dan muntah darah

69
c. Pasca tonsilektomi
d. Radang, memar

E. Prosedur Pelaksanaan
1. Cara Pemberian Kompres Panas
a. Kompres Panas Basah
1) Persiapan Alat
a) Kom berisi air hangat sesuai kebutuhan
b) Bak seteril berisi dua buah kasa beberapa potong dengan ukuran yang
sesuai
c) Kasa perban atau kain segitiga
d) Pengalas
e) Sarung tangan bersih
f) Bengkok
g) Waslap 4 buah/tergantung kebutuhan
h) Pinset anatomi 2 buah
i) Korentang

2) Prosedur
a) Dekatkan alat-alat kedekat klien, perhatikan privasi klien, cuci tangan dan
atur
posisi klien yang nyaman
b) Pasang pengalas dibawah daerah yang akan dikompres
c) Kenakan sarung tangan lalu buka balutan perban bila diperban.
Kemudian,
buang bekas balutan ke dalam bengkok kosong
d) Ambil beberapa potong kasa dengan pinset dari bak seteril, lalu masukkan
ke
dalam kom yang berisi cairan hangat. Kemudian ambil kasa tersebut, peras
sedikit lalu bentangkan dan letakkan pada area yang akan dikompres e) Bila
klien menoleransi kompres hangat tersebut, lalu ditutup/dilapisi dengan
kasa kering. selanjutnya dibalut dengan kasa perban atau kain segitiga atau
balut dan tutup kain kasa basah dengan kasa kering, lalu plester kain kasa
tersebut
70
f) Lakukan prasat ini selama 15-30 menit atau sesuai program dan ganti
balutan
kompres tiap 5 menit
g) Lepaskan sarung tangan, atur kembali posisi klien dengan posisi yang
nyaman, bereskan semua alat-alat untuk disimpan kembali, cuci tangan dan
dokumentasikan tindakan ini beserta responnya
3) Hal yang perlu diperhatikan
a) kain kasa harus diganti pada waktunya dan suhu kompres di pertahankan
tetap hangat
b) cairan jangan terlalu panas, hindarkan agar kulit jangan sampai kulit
terbakar
c) kain kompres harus lebih besar dari pada area yang akan dikompres
d) untuk kompres hangat pada luka terbuka, peralatan harus steril. Pada luka
tertutup seperti memar atau bengkak, peralatan tidak perlu steril karena
yang
penting bersih.

b. Kompres panas kering menggunakan buli-buli panas


1) Persiapan alat
a) Buli-buli panas dan sarungnya
b) Termos berisi air panas
c) Termomerter air panas
d) Lap kerja
2) Prosedur
a) Persiapan alat, cuci tangan
b) Lakukan pemasangan telebih dahulu pada buli-buli panas dengan cara :
mengisi
buli-buli dengan air panas, kencangkan penutupnya kemudian membalik
posisi
buli-buli berulang-ulang, lalu kosongkan isinya.
c) Isi buli-buli dengan air panas sebanyak kurang lebih setengah bagian dari
buli�buli tesebut. Lalu keluarkan udaranya dengan cara: letakkan atau

71
tidurkan buli�buli di atas meja atau tempat datar, bagian atas buli-buli di
lipat sampai
kelihatan permukaan air di leher buli-buli, kemudian penutup buli-buli di
tutup
dengan rapat/benar.
d) Periksa apakah buli-buli bocor atau tidak lalu keringkn dengan lap kerja
dan
masukkan ke dalam sarung buli-buli
e) Letakkan atau pasang buli-buli pada area yang akan dikompres
f) Kaji secara teratur kondisi klien untuk mengetaui kelainan yang timbul
akibat
pemberian kompres dengan buli-buli panas, seperti kemerahan, ketidak
nyamanan, kebocoran, dsb.
g) Ganti buli-buli panas setelah 30 menit di pasang dengn air anas lagi,
sesuai yang
di kehendaki
h) Bereskan alat alat bila sudah selesai, Cuci tangan, Dokumentasikan
3) Hal-hal yang perlu diperhatikan
a) Buli-buli panas tidak boleh diberikan pada klien pendarahan
b) Pemakaian buli-buli panas ada bagian bdomen, tutup buli-buli mengarah
ke atas
atau ke samping
c) Pada bagian kaki, tutup buli-buli mengarah ke bawah atau ke samping
d) Buli-buli harus di periksa dulu atau tidak cicin karet pada penutupnya

2.Cara Pemberian Kompres Dingin


a. Kompres dingin basah dengan air biasa/air es
1) Persiapan alat
a) Kom kecil berisi air biasa/air es
b) Perlak pengalas
c) Beberapa buah waslap/kain kasa dengan ukuran tertentu
d) Sampiran bila perlu
e) Selimut bila perlu

72
2) Prosedur
a) Dekatkan alat-alat ke klien, Pasang sampiran bila perlu
b) Pasang pengalas pada area yang akan dikompres
c) Masukkan waslap/kain kasa kedalam air biasa atau air es lalu diperas
sampai
lembab
d) Letakkan waslap/kain kasa tersebut pada area yang akan dikompres
e) Ganti waslap/kain kasa tiap kali dengan waslap/kain kasa yang sudah
terendam dalam air biasa atau air es.
f) Diulang-ulang sampai suhu tubuh turun
g) Rapikan klien dan bereskan alat-alat bila prasat ini sudah selesai, Cuci
tangan, Dokumentasikan
3) Hal yang harus diperhatikan
a) Bila suhu tubuh 390C/lebih, tempat kompres dilipat paha dan ketiak
b) Pada pemberian kompres dilipat paha, selimut diangkat dan dipasang
busur
selimut di atas dada dan perut klien agar seprei atas tidak basah

b. Kompres dingin kering dengan kirbat es (eskap)


1) Persiapan alat
a) Kirbat es/eskap dengan sarungnya
b) Kom berisi berisi potongan-potongan kecil es
c) Lap kerja
d) Perlak pengalas
2) Prosedur
a) Bawa alat-alat ke dekat klien, Cuci tangan
b) Periksa kibrat es, adakah kebocoran atau tidak
c) Isi kirbat es dengan potongan es sebanyak kurang lebih setengah bagian
dari
kirbat tersebut
d) Keluarkan udara dari eskap dengan melipat bagian yang kosong, lalu di
tutup
rapat
e) Keringkan eskap dengan lap, lalu masukkan ke dalam sarungnya
73
f) Buka area yang akan di kompres dan atur yang nyaman pada klien
g) Pasang perlak pengalas pada bagian tubuh yang akan di kompres
h) Letakkan eskap pada bagian yang memerlukan kompres
i) Kaji keadaan kulit setiap 20 menit terhadap nyeri, mati rasa, dan suhu
tubuh
j) Angkat eskap bila sudah selesai
k) Atur posisi klien kembali pada posisi yang nyaman, bereskan alat setelah
selesai melakukan prasat ini, cuci tangan, dokumentasikan
3) Hal-hal yang perlu diperhatikan
a) Bila klien kedinginan atau sianosis, kirbat es harus segera di angkat
b) Selama pemberian kirbat es, perhatikan kult klien terhadap keberadaan
iritasi
dan lain-lain
c) Pemberian kirbat es untuk menurukan suhu tubuh, maka suhu tubuh harus
di
control setiap 30-60 menit.bila suhu sudah turun kompres di hentikan
d) Bila tdak ada kirbat es bias menggunakan kantong plastic
e) Bila es dalam kirbat es sudah mencair harus segera diganti (bila perlu).

74
MATERI XXVII
MANAJEMEN STRESS
DEFINISI STRESS
Stress adalah satu kondisi dimana individu berespons terhadap perubahan dalam status
keseimbangan normal. Stressor adalah setiap kejadian atau stimulus yang menyebabkan
individu mengalami stress. Ketika seseorang menghadapi stressor, responsnya disebut
sebagai strategi koping, respons koping, atau mekanisme koping.

1. Teknik Relaksasi Progresif


Berikut adalah petunjuk untuk mencapai relaksasi otot yang dalam dengan cepat.
Seluruh kelompok otot serentak tegang dan kemudian relaks. Sama seperti sebelumnya,
ulangi tiap petunjuk paling tidak sekali, tegangkan tiap kelompk otot selama lima sampai
tujuh detik dan kemudian relaks sampai 20 sampai 30 detik. Jangan lupa memperhatikan
perbedaan antara perasaan tegang dan relaks.
1. Kepalkan kedua telapak tangan, kencangkan biceps dan lengan bawah. Relaks.
2. Kerutkan dahi anda keatas. Pada saat yang sama tekan kepala anda sejauh
mungkin ke belakang, putar searah dengan jarumjamm dan kebalikannya.
Sekarang kerutkan otot muka anda seperti kenari: cemberut, mata dikedipkan,
bibir dimonyongkan ke depan, lidah ditekanke langit-langit, dan bahi
dibungkukkan. Relaks.
3. Lengkungkan punggung ke belakang sambil menarik nafas dalam masuk, tekan ke
luar lambung. Tahan. Relaks. Tekan keluar perut. Tahan. Relaks.
4. Tarik kaki dan ibu jari ke belakang mengarah ke muka. Tahan. Relaks. Lipat ibu
jari, secara serentak kencangkan betis, paha dan bokong. Relaks.

75
2. Pernafasan Dalam
Adapun langkah-langkah teknik relaksasi napas dalam adalah sebagai berikut
1) Ciptakan lingkungan yang tenang
2) Usahakan tetap rileks dan tenang
3) Menarik nafas dalam dari hidung dan mengisi paru-paru dengan udara melalui
hitungan 1,2,3.
4) Perlahan-lahan udara dihembuskan melalui mulut sambil merasakan ekstrimitas
atas dan bawah rileks
5) Anjurkan bernafas dengan irama normal 3 kali
6) Menarik nafas lagi melalui hidung dan menghembuskan melalui mulut secara
perlahan-lahan
7) Membiarkan telapak tangan dan kaki rileks
8) Usahakan agar tetap konsentrasi atau mata sambil terpejam
9) Pada saat konsentrasi pusatkan pada daerah yang nyeri
10) Anjurkan untuk mengulangi prosedur hingga nyeri terasa berkurang
11) Ulangi sampai 15 kali, dengan selingi istirahat singkat setiap 5 kali.
12) Bila nyeri menjadi hebat, seseorang dapat bernafas secara dangkal dan cepat.

3. Guide Imaginary
Berdasarkan pada penggunaannya terdapat beberapa macam teknik imajinasi
terbimbing (holistic-online.2006):

1) Guided Walking Imagery : teknik ini ditemukan oleh psikoleuner. Pada teknik ini
pasien dianjurkan untuk mengimajinasikan pemandangan standar seperti padang

76
rumput, pegunungan, pantai dll. kemudian imajinasi pasien dikaji untuk mengetahui
sumber konflik.

2) Autogenic Abeaction : dalam teknik ini pasien diminta untuk memilih sebuah perilaku
negatif yang ada dalam pikirannya kemudian pasien mengungkapkan secara verbal
tanpa batasan. Bila berhasil akan tampak perubahan dalam hal emosional dan raut muka
pasien

3) Covert sensitization : teknik ini berdasar pada paradigma reinforcement yang


menyimpulkan bahwa proses imajinasi dapat dimodifikasi berdasarkan pada prinsip
yang sama dalam modifikasi perilaku.

4) Covert Behaviour Rehearsal : teknik ini mengajak seseorang untuk mengimajinasikan


perilaku koping yang dia inginkan. Teknik ini lebih banyak digunakan.

4. Latihan Fisik
a. Latihan Aerobik
Tujuan latihan aerobic adalah menghasilakan “efek latihan” yang secara bertahap
memperkuat system kardiovaskular dan meningkatkan stamina. Untuk menghasilkan efek
ini perlu latihan tiga hari seminggu. Tiap denyut jantung anda harus mencapai rentang
aerobic yang tepat untuk usia dan bertahan selama 20 menit. Latihan di bawah denyut
jantung aerobic tidak akan memberikan efek latihan, dan latihan konsisten di atas denyut
jantung aerobic akan terlalu memaksa jantung.
b. Latihan Intensitas Rendah
Latihan dengan intensitas rendah, tidak cukup menggiatkan atau memperpanjang efek
latihan. Latihan ini dapat digunakan untuk meningkatkan kekuatan dan fleksibilitas otot
serta gerak sendi. Namun, hal ini tidak memberi banyak keuntungan pada system
kardiovaskular. Bila anda terlalu banyak duduk atau kondisi fisik buruk, latihan intensitas
rendah membantu menyiapkan anda untuk latihan aerobikdengan resiko minimum untuk
terjadi cidera kardiovaskular.
a. Kontraindikasi
1) Memulai secara tiba-tiba program latihan aerobic dapat menyebabkan serangan
jantung yang fatal apabila anda tidak melakukan pemanasan. Memulai secara perlahan
denganlatihan intensitas rendah seperti jalan dan kalistenik bila anda mempunyai pola
kegiatan yang lebih banyak duduk, atau berat badan berlebih, makan terlalu banyak lemak
atau makanan banyak mengandung garam atau merokok.

77
2) Jangan memulai program latihan tanpa konsultasi dokter untuk uji fisik keseluruhan
bila usia anda lebih tiga puluh tahu, obesitas (20% diatas berat normal), atau mempunyai
tekanan darah tinggi, penyempitan pembuluh darah, atau kadar kolesterol tinggi. Banyak
dokter merekomendasikan untuk pengukuran elektrokardiogram dengan aktifitas bila usia
anda diatas 40 tahun.
3) Bila anda mulai program latihan, temui dokter anda bila merasakan palpitasi
jantung, pusing, nyeri dada, atau sangat sulit bernafas.
b. Instruksi
Buat catatan harian untuk mendapatkan waktu yang tepat dalam jadwal latihan anda dapat
meningkatkan latihan intensitas rendah. Buat catatan di catatan harian setiap kali anda
sempat untuk berjalan paling sedikit sepuluh menit. Juga catat bagaimana anda
menghentikan diri anda dari latihan yang berlebihan dengan alasan yang cepat.

78
MATERI XXVIII
MENGGOSOK PUNGGUNG (BACK RUP)

A. Pengertian tindakan
Tindakan keperawatan dengan cara memberikan masase pada klien dalam memenuhi
kebutuhan rasa nyaman (nyeri) pada daerah superficial atau pada otot/tulang. Tindakan
masase ini hanya untuk membantu mengurangi rangsangan nyeri akibat terganggunya
sirkulasi.

B. Tujuan dari tindakan


Pemijatan pada daerah punggung yang mempunyai tujuan untuk meningkatkan relaksasi
otot, mengurangi ketegangan otot, menstimulasi sirkulasi darah pada kulit. Backrub baik
diberikan kepada klien yang bedrest, agar dapat meningkatkan suplai darah ke daerah
punggung.

C. Indikasi
a. Penggunaan massage umumnya dianjurkan setelah bekerja berat karena sangat
besar manfaatnya dalam membantu mengembalikan tubuh dalam keadaan pulih.
Massage membantu menghilangkan kelelahan dengan segala gejala yang
menyertainya, seperti rasa pegal, kaku, nyeri, atau perasaan lemas. Massage
demikian diasanya dilakukan kepada seluruh tubuh dalam waktu yang cukup
lama, kira-kira satu jam.
b. Pekerjaan ringan tetapi terus menerus seperti misalnya terlalu lama duduk atau
berdiri atau dalam pekerjaan yang menimbulkan kelelahan dan kejenuhan.
Dalam hal ini kelelahan mungkin bersifat mental maupun fisik. Biasanya
massage di akhir tugas tersebut mengembalikan tubuh maupun perasaan kembali
nyaman.
c. Untuk merawat dan mengembalikan fungsi bagian badan setelah cedera,
membantu mempercepat proses penyembuhan. Seringkali massage diperlukan
untuk misalnya setelah sembuh dari operasi atau perawatan dari patah tulang.
Tugasnya adalah mengembalikan fungsi-fungsi otot dan persendian yang
biasanya mengalami kekakuan

79
D. Kontraindikasi
a. Dalam keadaan kena infeksi penyakit menular seperti : cacar, campak, demam,
liver, dan lain-lain.
b. Suhu tubuh meningkat tinggi karena infeksi.
c. Dalam keadaan sakit berat sehingga memerlukan istirahat yang benar.
d. Menderita penyakit yang berkenaan dengan pembuluh darah seperti
arterisclerosis, trombosis dan lain-lain.
e. Pada setiap jenis penyakit syaraf yang berat seperti penderita chorea dan
neurathenia.
f. Menderita penyakit haemophilia, karena cenderung terjadi pendarahan, meskipun
sebab yang kurang jelas.
g. Menderita penyakit tertentu yang bila dimassage dapat menyebabkan meluasnya
infeksi seperti bisul, borok, dsb
h. Pembengkakkan akibat cedera yang masih baru yang menunjukkan adanya
pendarahan di dalam. Kapiler-kapiler yang tadinya pecah dan telah menutup
dapat pecah kembali bila dimassage. Juga pada luka yang belum sembuh atau
baru sembuh.
i. Patah tulang yang baru sembuh. Massage dapat mengganggu letak sambungan.
j. Menderita penyakit tumor atau kanker.
k. Sedang datang bulan atau pada hamil muda. Juga pada peradangan usus buntu
(appendicitis), Gastroentiritis, coliyis, dll. Demikian juga bila ada batu dalam
kandung empedu.
l. Menderita tekanan darah tinggi, pendarahan otak, penyakit jantung dan paru-paru.

E. Komplikasi
Jika klien tidak mengetahui kulitnya sensitif terhadap lotion atau babyoil yang
digunakan dapat berisiko menimbulkan alergi.
a. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
b. Cuci tangan
c. Lakukan masase pada daerah yang dirasakan nyeri selama 5-10 menit
d. Lakukan masase dengan menggunakan telapak tangan dan jari dengan tekanan
halus
e. Teknik masase dengan gerakan tangan selang-seling (tekanan pendek, cepat dan

80
bergantian tangan)dengan menggunakan telapak tangan dan jari dengan memberikan
tekanan ringan. Dilakukan bila nyeri terjadi di pinggang (Gambar8.1)
f. Teknik remasan (mengusap otot bahu). Dapat dilakukan bila nyeri terjadi pada
daerah di sekitar bahu (Gambar 8.2)

g. Teknik masase dengan gerakan menggesek dengan menggunakan ibu jari


dan gerakan memutar. Masase ini dilakukan bila nyeri dirasakan di daerah
punggung dan pinggang secara menyeluruh8 (Gambar 8.3 dan 8.4)

81
g. Teknik masase dengan gerakan menggesek dengan menggunakan ibu jari
dan gerakan memutar. Masase ini dilakukan bila nyeri dirasakan di daerah
punggung dan pinggang secara menyeluruh (Gambar 8.3 dan 8.4)
h. Teknik eflurasi dengan kedua tangan, dapat dilakukan bila nyeri terjadi di
daerah punggung dan pinggang (Gambar 8.5)
i. Teknik petrisasi dengan menekan punggung secara horizontal (Gambar 8.6)

j. Teknik tekanan menyikat dengan menggunakan ujung jari, digunakan pada


akhir masase daerah pinggang (Gambar 8.7)

82
k. Cuci tangan setelah prosedur dilakukan
l. Catat tindakan dan respons pasien terhadap tindakan

Sumber :

Aziz, A & Uliyah, M (2004) Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta: EGC

Belland, Kethleen Hoerth & Wells, Marry Ann (1986). Clinical Nursing Prosedures.

California: Jones and Battlett Publisher

83
MATERI XXIX

MENCUCI TANGAN ASEPTIC DAN ANTISEPTIC

ASEPTIK/ASEPSIS
Aseptik berarti tidak adanya patogen pada suatu daerah tertentu. Teknik aseptik adalah
usaha mempertahankan objek agar bebas dari mikroorganisme.

Asepsis ada 2 macam :

1. Asepsis medis

Tehnik bersih, termasuk prosedur yang digunakan untuk mencegah penyebaran


mikroorganisme. Misalnya: mencuci tangan, mengganti linen tempat tidur, dan
menggunakan cangkir untuk obat.

2. Asepsis bedah

Teknik steril, termasuk prosedur yang digunakan untuk membunuh mikroorganisme dari
suatu daerah.

Prinsip-Prinsip Ti ndakan Asepsis Yang Umum

Semua benda yang menyentuh kulit yang luka atau dimasukkan ke dalam kulit untuk
menyuntikkan sesuatu ke dalam tubuh, atau yang dimasukkan ke dalam rongga badan
yang dianggap steril haruslah steril.

1. Jangan sekali-kali menjauhi atau membelakangi tempat yang steril.

2. Peganglah objek-objek yang steril, setinggi atas pinggang dengan demikian objek-
objek itu selalu akan terlihat jelas dan ini mencegah terjadinya kontaminasi diluar
pengawasan.

3. Hindari berbicara, batuk, bersin atau menjangkau suatu objek yang steril.

4. Jangan sampai menumpahkan larutan apapun pada kain atau kertas yang sudah steril.

5. Bukalah bungkusan yang steril sedemikian rupa, sehingga ujung pembungkusnya tidak
mengarah pada si petugas.

6. Objek yang steril menjadi tercemar, jika bersentuhan dengan objek yang tidak steril.

84
7. Cairan mengalir menurut arah daya tarik bumi, jika forcep dipegang sehingga cairan
desinfektan menyentuh bagian yang steril, maka forcep itu sudah tercemar.

ANTISEPTIK
Anti Septik yaitu suatu zat atau bahan yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri
secara selektif. Tujuannya yaitu memusnahkan semua kuman-kuman patogen, tetapi spora
dan virus yang mempunyai daya tahan yang sangat kuat sehingga masih tetap hidup.
Macam-macam bahan yang sering digunakan untuk antiseptik dan kegunaanya yaitu:
1.Ethyl alkohol Larutan alkohol yang dipakai sebaiknya 65-85% karena daya kerjanya
akan menurun bila dipakai konsentrasi yang lebih rendah atau lebih tinggi.

2.Jodium Tinctura. Larutan 2% jodium dalam alkohol 70% adalah suatu desinfeksi yang
sangat kuat. Larutan ini dipakai untuk mendisinfeksi kulit dengan membasmi kuman-
kuman yang ada pada permukaan kulit.

Penggunaan desinfektan/antiseptic :
1. Desinfeksi kulit secara umum (Pre Operasi) dengan larutan savlon 1:30 dalam alkohol
70%. Hibiscrup 0,5% dalam alkohol 70%.

2. Desinfeksi tangan dan kulit dengan Chlorrhexidine 4% (hibiscrup) minimal 2 menit

3. Untuk kasus Obgin (persiapan partus, vulva hygiene, neonatal hygiene). Hibiscrup
0,5% dalam Aquadest

85
MATERI XXX
MENGGUNAKAN APD
Pengertian APD
Adalah seperangkat alat yg digunakan oleh tenaga kerja utk melindungi seluruh /
sebagian tubuhnya terhadap kemungkinan adanya potensi bahaya/ kecelakaan kerja.

Tujuan penggunaan APD


Melindungi kulit dan selaput lendir petugas dari resiko pajanan darah , semua jenis cairan
tubuh , sekret, ekskreta , kulit yang tidak utuh dan selaput lendir pasien

JENIS ALAT PELINDUNG DIRI

TOPI

SARUNG TANGAN

MASKER

KACA MATA/ PELINDUNG WAJAH

BAJU KERJA / CELEMEK / SKORT

SEPATU KARET / BOT

PENUTUP KEPALA

Tujuan :

Mencegah jatuhnya mikroorganisme yang ada di rambut dan kulit kepala petugas
terhadap alat –alat daerah steril dan juga sebaliknya untuk melindungi kepala / rambut
petugas dari percikan bahan bahan dari pasien

Manfaat penutup kepala

Petugas

terhindar dari paparan / percikan darah dan cairan tubuh

Pasien

Mencegah jatuhnya mikroorganisme dari rambut dan kulit petugas kepada pasien

Indikasi Pemakaian Tutup Kepala

Tindakan operasi

86
Tindakan invasif

Tindakan intubasi

Penghisapan lendir

SARUNG TANGAN

Tujuan : Melindungi tangan dari kontak dengan darah , cairan tubuh, sekret, ekskreta,
mukosa, kulit yang tidak utuh, dan benda yang terkontaminasi

Jenis sarung tangan

Sarung tangan bersih

Sarung tangan steril

Sarung tangan rumah tangga

Indikasi

Tindakan yang kontak atau yang diperkirakan akan terjadi kontak dengan darah , cairan
tubuh , sekret, ekskreta , kulit yang tidak utuh , selaput lendir pasien dan benda yang
terkontaminasi

Manfaat Pemakaian Sarung Tangan

Petugas : Mencegah kontak tangan dengan darah , cairan tubuh, benda yang
terkontaminasi

Pasien : Mencegah kontak mikroorganisme dari tangan petugas memakai sarung tangan
steril

Persiapan alat

Sarung tangan steril

Bengkok berisi larutan desinfektan

Tahap kerja

Mencuci tangan

mengambil sarung tangan

Memasukkan jari jari tangan sesuai dgn jari jari sarung tangan

87
Lakukan juga dengan tangan yang lain

Melepas sarung tangan , kmd masukkan kedalam bengkok berisi larutan desinfekatan

Mencuci tangan

Sikap

Menjaga kesterilan sarung tangan

Tidak menyentuh benda benda lain ( yang tidak steril )

Hal yang harus diperhatikan pd penggunaan sarung tangan

Cuci tangan sebelum memakai dan sesudah melepaskan sarung tangan

Gunakan sarung tangan berbeda utk setiap pasien

Pahami tehnik memakai dan melepaskan sarung tangan

SKORT/ JAS/ CELEMEK

Tujuan :

Melindungi petugas dari kemungkinan genangan / percikan darah atau cairan tubuh
lainnya yang dpt mencemari baju petugas

Jenis:

Tidak kedap air

Kedap air

Steril

Non steril

Persiapan

Celemek

Kantong cucian ( ember pakaian kotor )

Tahap kerja

Mencuci tangan

Memakai celemek / skort menutupi semua pakaian luar

88
Melepas skort dgn bagian dlm disebelah luar

Masukkan ke dlm kantong cucian / ember

Mencuci tangan

Sikap

Skort yang akan dipakai bersih dan tali/kancingnya lengkap

Sesuai dengan ukuran

tdk memakai skort diluar kamar pasien

Mengganti skort yang basah

menghindari kontaminasi

Skort dipakai hanya satu kali

MEMAKAI MASKER

Manfaat masker

Petugas : mencegah membran mukosa petugas terkena kontak dgn percikan darah dan
cairan tubuh

Pasien : mencegah kontak droplet dari mulut dan hidung petugas yang mengandung
mikroorganisme saat bicara , batuk ,bersin

Persiapan

MASKER

TEMPAT MASKER

LARUTAN DESINFEKTAN

Tahap kerja

Memasang masker

Memasang masker menutupi hidung dan mulut mengikat tali talinya

bagian atas lewat atas telinga ke blkg kpl

bag bawah di belakang leher

89
Menanggalkan masker

Menanggalkan masker dg melepaskan tali talinya

Masker dilipat dgn kedua permukaan dalamnya bertemu

Madker dimasukkan ke tempat khusus / direndam dg larutan desinfektan

Sikap

Masker dipakai satu kali

Jika sdh lembab harus diganti karena tdk efektif lagi

Jangan menggantung masker di leher dan kmd dipakai lagi

Tidak memakai masker ke luar dari lingkungan pasien

Sepatu pelindung

Tujuan : Melindungi kaki petugas dari tumpahan / percikan darah , cairan tubuh lainnya
dan mencegah dari kemungkinan tudukan benda tajam / kejatuhan alat kesehatan

Sepatu karet / plastik yg menutupi seluruh ujung dan telapak kaki

Sepatu pelindung hrs digunakan selama didlm ruang operasi dan tidak boleh dipakai ke
luar

Sandal , sepatu terbuka dan telanjang kaki tidak dianjurkan

90
MATERI XXXI
MEMBERIKAN OBAT ORAL

a. Pengertian
Obat merupakan substansi yang diberikan kepada manusia sebagai perawatan,
pengobatan, atau pencegahan terhadap berbagai gangguan yang terjadi dalam tubuh.
Memberikan obat dengan aman dan akurat merupakan salah satu tanggung jawab perawat.
Tanggung jawab perawat dalam pengobatan adalah :
1. Memahami reaksi dan efek samping obat
2. Memberikan obat dengan benar
3. Memonitor respon klien
4. Membantu klien menggunakan obat dengan benar
Cara penggunaan obat
Obat dapat digunakan melalui berbagai macam cara. Cara yang dipakai didasarkan
pada bentuk obat, efek yang diinginkaan baik fisik maupun mental
1. Oral
a. Oral
Pemberian obat melalui mulut merupakan cara paling mudah dan paling
sering digunakan. Obat yang digunakan biasanya memiliki onset yang lama dan efek
lebih lama.
b. Sublingual
Obat yang diberikan melalui sublingual, dirancang agar segera diabsorbsi
setelah diletakan dibawah lidah. Obat ini tidak boleh ditelan, karena jika ditelan efek
yang diharapkan tidak dapat dicapai. Selain itu klien tidak diperkenankan minum
sebelum obat menjadi larut. Obat yang biasa diberikan antara lain : Nitroglyserin.
c. Buccal
Obat yang solid diberikan pada mukosa pipi hingga obat terlarut. Bila obat
diberikan beberapa kali, klien diminta untuk menggunakan sisi pipi secara
bergantian, untuk mencegah terjadinya iritasi. Klien tidak boleh mengunyah atau
menelan obat. Obat ini hanya bekerja pada mukosa atau jika telah tertelan akan
bekerja secar sistemik.

Meskipun pemberian obat melalui mulut lebih mudah, serta disukai oleh klien, akan

91
tetapi ada beberapa klien tidak diperkenan melakukanya. Pemberian obat melalui oral tidak
diperbolehkan pada klien yang memilikigangguan fungsi gastrointestinal, motilitas menurun
(misalnya setelah anestesigeneral), serta pasca operasi sistim gastrointestinal. Selain itu
medikasi oral juga tidak diperkenankan pada klien dengan gastric suction.
Kerugian yang terdapat pada medikasi oral adalah klien yang tidak sadar
sepenuhnya, tidak dapat menelan atau meletakan obat dibawah lidah. Medikasi oral dapat
menimbulkan rasa tidak enak dan dapat merusak lintasan gastrointestinal, perubahan warna
pada gigi.
b. Alat dan Bahan
1. Obat
2. Celemek
c. Prosedur Tindakan Pemberian Obat
FASE PRAINTERAKSI
1. Mengidentifikasi kebutuhan/indikasi klien
2. Mencuci tangan
3. Menyiapkan alat
FASE ORIENTASI
1. Mengucapkan salam dan memperkenalkan diri
2. Menjelaskan tujuan prosedur tindakan
3. Menanyakan persutujuan klien untuk dilakukan tindakan
FASE KERJA
1. Menjaga privasi klien
2. Memakai sarung tangan
3. Mengatur posisi klien
4. Memasang pengalas
5. Memberikan obat kepada pasien
FASE TERMINASI
1. Merapikan klien dan alat
2. Mengevaluasi respon klien
3. Mencuci tangan
4. Mengucap salam
5. Mendokumentasikan tindakan yang telah dilakukan

92
MATERI XXXII
MEMBERIKAN OBAT PARENTERAL (IM, ID, SC, IV)

1. Pengertian
Pemberian obat melalui parenteral merupakan pemberian obat melalui jaringan tubuh.
Pemberian obat parenteral merupakan pilihan jika pemberian obat melalui mulut merupakan
kontraindikasi.
2. Tujuan
a. Mencegah penyakit dengan jalan memberikan kekebalan/imunisasi
b. Mempercepat reaksi obat dalam tubuh
c. Melaksanakan uji coba obat
3. Kebijakan
a. Pada pasien yang tidak bisa minum obat
b. Pada pasien yang memerlukan obat dengan reaksi cepat
c. Pada pasien dengan penyakit tertentu yang harus mendapatkan obat dengan cara
suntik
4. Persiapan alat
1. Bak suntik ( bak instrumen ukuran kecil )
2. Syringe/spuit (1 ml)
3. Jarum kecil yang tajam (no 26 atau 27)
4. Nierbekken/ bengkok
5. Sarung tangan bersih
6. Perlak dan alas perlak
7. Baki obat
8. Kartu obat atau buku pemberian obat
5. Dokumentasi
1. Nama obat
2. Dosis yang diberikan
3. Lokasi penyuntikan
4. Waktu pemberian
5. Cara pemberian
6. Reaksi alergi

93
Ada beberapa cara pemberian obat melalui parenteral:

a. Intramuskular (IM)
Yaitu obat disuntikan ke jaringan otot. Lokasi penyuntikan dilakukan pada daerah
yang memiliki otot yang tebal, antara lain pada otot pangkal lengan, otot paha luar
(1/3 tengah paha sebelah luar) atau pada otot bokong pada 1/3 bagian dari spina
iliaka.
b. Interadermal (ID)
Yaitu obat disuntikan melalui dermis, dibawah epidermis. Tindakan ini biasanya
brupa skintest/pemberian obat antibiotik yang dilakukan untuk mengetahui reaksi
alergi terhadap obat yang diberikan . Tindakan ini dilakukan dengan sudut
penyuntikan 150-200. Lokasi penyuntikan yaitu pada lengan bawah bagian dalam
atau di bagian lain yang dianggap perlu.
c. Subcutan (SC)
Yaitu obat disuntikan melalui jaringan antara dermis dan kulit. Tindakan ini biasanya
berupa pemberian/injeksi obat insulin, dengan sudut penyuntikan 450 dari permukaan
kuli. Lokasi penyuntikan yaitu pada lengan atas sebelah luar ( area skapula ), perut,
paha bagian luar/depan (ventrogluteal dan dorsogluteal) atau pada daerah dada.
d. Intravena (IV)
Yaitu obat disuntikan melalui vena. Pemberian obat lewat intravena bisa dilakukan
secara langsung lewat vena, lewat selang intravena maupun lewat wadah cairan
intravena, tergantung pada kebutuhan mediasi dari klien. Pemberian obat melalui
wadah cairan intravena dilakukan dengan infus IV . Pemberian obat dengan cara ini
dilakukan jika obat yang diberikan berjumlah cukup besar dan membutuhkan waktu
yang lama untuk menginjeksinya.

94
MATERI XXXIII
MEMBERIKAN OBAT TOPICAL (OLES, TETES)

Topical
Pemberian Obat Kulit Topikal Tujuan pemberian obat topical :
1. Mempertahankan hidrasi permukaan kulit
2. Melindungi bagian atas kulit
3. Mengurangi iritasi kulit local
4. Membuat anestesi local
5. Mengobati infeksi, abrasi atau iriatasi

Peralatan:
1. Agens topical yang diresepkan (krim, losion, aerosol, spray, bubuk/serbuk, koyo)
2. Baskom yang berisi air hangat, lap, handuk, dan sabun yang tidak mengeringkan
3. Kain perban, plastik penutup, atau plester
4. Hands scoon steril atau sekali pakai
5. Catatan pemberian medikasi

Mencatat KU; hasil dari pemberian obat; Tanggal dan jam pemberian obat,
nama obat yang diberikan dan nama perawat yang memberikan obat

LANGKAH
1. Tinjau kembali kekuatan, waktu pemberian dan tempat
pengolesan obat Perhatikan kondisi kulit klien secara
menyeluruh. Cuci area yang sakit, bang sema debris dan
kulit yang mengering (gunakan sabun yang tidak
mengeringkan). Memastikan bahwa obat akan diberikan
secara aman dan akurat
2. Pengoles berujung kapas ata spatel lidah. Memberikan
dasar untuk menentkan perubahan kondisi kulit dalam
menjalani terapi. Kulit hars bersih untuk pengkajian yang
benar Membuang debris untuk meningkatkan penetrasi
obat topical terhadap kulit. Pembersihan dapat

95
menghilangkan tempat hidup MO dalam debris.
Pembersihan juga membuang sisa-sisa obat sebelumnya
sehingga tidak akan terjadi over dosis.
3. Keringkan kulit atau pajanan keudara yang kering.
Kelembapan yang berlebihan dapat mengganggu
pemerataan agens topical
4. Jika kulit sangat kering dan mengelupas, oleskan agens
topical sewaktu kulit masih lembab. mempertahankan
kelembapan lapisan kulit
5. Letakkan agens topikal pada sarung tangan jika
diindikasikan. Sarung tangan sekali pakai digunakan
ketika mengoleskan agens pada lesi kulit
6. Oleskan agens topikal

Krim, Salep, dan losion berbahan mengandng minyak


1. Letakkan 1-2 sendok teh medikasi pada telapak tangan
dan lunakkan dengan menggosok secara cepat diantara
dua tangan. Melembutkan agens topical akan
memudahkan mengoleskannya pada kulit
2. Medikasi lainnya sedikit dan halus, oleskan secara merata
dipermukaan kulit dengan menggunakan usapan yang
panjang dan merata dengan mengikuti pertumbuhan
rambut. Memastikan penyenbaran medikasi yang merata.
Mencegah iritasi pada folikel rambut
3. Jelaskan pada klien bahwa kulit akan berminyak setelah
diolesi agens topikal. Salep sering mengandung minyak

Spray Aerosol
1. Baca label sesuai jarak yang dianjurkan untuk pemakaian
yang efektif. Mencampur isi dengan propelan ntk
memastikan penyebaran spray yang baik dan merata

2. Jika dada atas atau leher terkena spray, beritahu klien


untuk memalingkan wajah menjauhi spray. Pegang

96
handuk didepan wajah klien untuk saat penyemprotan
obat. Jarak yang tepat menjamin spray mengenai
permukaan kulit. Memeganggang botol terlal kuat
mengakibatkan
3. Semprotkan medikasi secara merata disekitar daerah yang
terkena (pada beberapa kasus spray diberi waktu untuk
beberapa detik tertentu)

Losion mengandung suspensi


1. Kocok botol secara tepat
2. Oleskan sedikit losion pada kain perban atau alas dan
gunakan pada kulit dengan mengusapkan nya secara
merata mengikuti arah pertumbhan rambut kulit
3. Jelaskan pada klien bahwa area yang diolesi losion terasa dingi dan
kering
4. Pastikan bahwa seluruh permukaan kulit mengering
5. Tebarkan bagian lipatan kulit seperti diantara jari kaki ata dibawah
lengan
6. Taburi area kulit secara lembut dengan menggunakan
dispenser sehingga area kulit tertutup dengan lapisan
serbuk yang lembut dan tipis
7. Tutup area kulit dengan membalutnya jika diianjurkan dokter.

Pemberian Obat Tetes


Obat tetes merupakan obat yang diberikan dengan cara diteteskan pada daerah lokasi
yang akan diberikan. Pemberian obat tetes biasanya dilakukan pada mata, hidung dan
telinga.

Pemberian obat tetes hidung :


Alat dan bahan :
1. Obat yang dibutuhkan
2. Pipet
3. Bengkok
4. Kapas atau tisu

97
Prosedur kerja :
1. Cuci tangan
2. Jelaskan kepada klien tentang tujuan dan prosedur tindakan yang akan
dilakukan
3. Atur posisi klien sehungga kepala klien lebih rendah
daripada bahu. Misalnya : mengganjal bahu dengan
bantal, membuat posisi dorsal rekumben, atau
memposisikan kepala menggantung di pinggir tempat
tidur dan ditopang dengan satu tangan perawat
4. Isi pipet dengan obat yang sudah ditentukan
5. Berikan terkesan obat pada setiap lubang hidung (sesuai dengan dosis)
6. Pertahankan posisi kepala tetap tengadah selama 5-10
menit agar obat tidak mengalir keluar
7. Bersihkan terkesan obat dengan kapsul/tisu
8. Rapikan dan kembalikan alat ke tempatnya
9. Cuci tangan, catat cara, tanggal, dan dosis pemberian obat

Gambar. Pemberian obat tetes hidung

Pemberian obat tetes telinga :


Alat dan bahan :
1. Obat yang dibutuhkan
2. Pipet
3. Lidi kapas steril
4. Korentang steril

5. Bengkok

6. Lap atau tisu

98
Prosedur Kerja :
1. Cuci tangan
2. Jelaskan kepada klien tentang tujuan dan prosedur tindakan yang akan
dilakukan
3. Atur posisi klien sehingga berbaring dalam posisi
miring dengan telinga yang sakit menghadap ke atas
4. Letakan handuk dibawah bahu klien, lalu bersihkan liang telinga
dengan kapas lidi
5. Isi pipet dengan obat yang dibutuhkan
6. Luruskan lubang telinga dengan menarik daun telinga ke
atas atau ke belakang (pada orang dewasa) atau ke
bawah pada anak
7. Teteskan obat pada dinding saluran untuk mencegah
terhalang oleh gelembung udara. Sesuaikan jumlah obat
dengan dosis yang telah direncanakan. Apabila obat
berupa obat salep, ambil kapas lidi dan oleskan salep
pada kapas lidi tersebut. Lalu, masukkan atau oleskan
obat pada liang telinga.
8. Bersihkan bekas obat dengan kapas bulat, pertahankan
posisi kepala sekitar 2-3 menit.
9. Rapikan klien dan lingkungan, bereskan alat dan kembalikan ke tempat
semula.
10. Cuci tangan, catat tanggal dan dosis pemberian.

Gambar. Pemberian Tetes Telinga

Pemberian obat tetes mata :


Alat dan bahan :
1. Obat yang dibutuhkan

99
2. Pipet
3. Bengkok
4. Kapas
5. Sarung tangan

Prosedur Kerja :
1. Cuci tangan
2. Jelaskan kepada klien tentang tujuan dan prosedur tindakan yang akan
dilakukan
3. Atur posisi klien sehingga kepala klien menengadah
dengan posisi perawat di samping klien
4. Gunakan sarung tangan
5. Bersihkan daerah kelopak dan bulu mata dengan kapas
lembab dari sudut mata ke arah hidung. Jika terlalu
kotor basuh dengan air hangat
6. Buka kelopak mata bagian bawah dengan jari telunjuk kiri
7. Teteskan obat mata pada permukaan konjungtifa
kelopak mata bagian bawah. Anjurkan klien untuk
menutup mata secara perlahan. Jika obat mata
berbentuk salep, pegang aplikator salep di atas pinggir
kelopak mata. Pijat tube sehingga obat keluar, kemudian
berikan obat di kelopak mata bawah dari kamus dalam
ke kamus luar. Anjurkan klien untuk menutup dan
mengejapkan kelopak mata.
8. Bersihkan sisa obat dengan kapas basah
9. Bereskan alat, lepas sarung tangan, dan kembalikan peralatan ke
tempatnya
10. Cuci tangan, catat nama obat, jumlah, waktu, dan tempat pemberian

Gambar. Memberikan tetes dan saleb mata

100
MATERI XXXIV
MEMBERIKAN OBAT PRAREKTAL/SUPOSITORIA

Pengertian
Pemberian obat suppositoria adalah cara memberikan obat dengan memasukan obat
melalui anus atau rektum dalam bentuk suppositoria.
Tujuan Pemberian
a. Untuk memperoleh efek obat lokal maupun sistemik
b. Untuk melunakkan feses sehingga mudah untuk dikeluarkan
Persiapan alat
a. Kartu obat
b. Supositoria rectal
c. Jeli pelumas
d. Sarung tangan
e. Tisu
Prosedur kerja
a. Cek kembali order pengobatan, mengenai jenis pengobatan, waktu, jumlah dan
dosis
b. Siapkan klien
1. Identifikasikan klien dengan tempat dan tanyakan namanya.
2. Jaga privasi, dan mintailah klien untuk berkemih terlebih dahulu.
3. Atur posisi klien berbaring supinasi dengan kaki fleksi dan pinggul supinasi
eksternal.
4. Tutup dengan selimut mandi dan ekspose hanya pada area perineal saja.

101
MATERI XXXV
MENGGUNAKAN PRINSIP ASEPTIC DAN ANTISEPTIC
PADA PENGGUNAAN ALAT KESEHATAN
Aseptik/Asepsis
Aseptik tidak adanya patogen penyebab sakit. Teknik aseptik adalah usaha
mempertahankan klien sedapat mungkin bebas dari mikroorganisme.
Asepsis ada dua macam :
a. Asepsis Medis
Teknik bersih, termasuk prosedur yang digunakan untuk mencegah penyebaran
mikroorganisme.
Contoh: mencuci tangan, mengganti linen tempat tidur, dan menggunakan cangkir untuk
obat.

b. Asepsis bedah
Teknik steril, termasuk prosedur yang digunakan untuk membunuh mikroorganisme dari
suatu daerah.
1. Antiseptik
Antisptik yaitu suatu zat atau bahan yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri

Tujuan
Memusnahkan semua kuman-kuman patogen, tetapi spora dan virus yang mempunyai
daya tahan yang sangat kuat masih tetap hidup.

Prinsip aseptik dan antiseptik harus selalu dilaksanakan secara terus menerus oleh
anggota tim kamar bedah dan segera bertindak jika ada indikasi terjadinya kontaminasi.
Dalam upaya menerapkan teknik aseptik dan antiseptik di kamar bedah, harus ditaati
beberapa ketentuan sebagai berikut :
 Daerah steril harus tegas batasnya
 Daerah operasi harus dijaga sterilnya
 Semua kasus pembedahan harus dijaga dicegah terjadinya kontaminasi
 Lingkungan kamar bedah harus selalu dalam keadaan bersih
 Tim bedah dan pasien yang ada di kamar bedah tidak menjadi sumber kontaminasi
Untuk mempertahankan sterilitas kamar bedah harus diperhatikan tiga aspek yang
meliputi
 Lingkungan kamar bedah harus dalam keadaan bersih dan siap pakai

102
 Alas kaki petugas harus dibedakan untuk kamar bedah, kamar kecil, serta kegiatan di
luar kamar bedah
 Pintu kamar bedah harus selalu dalam keadaan tertutup serta batasi lalu lintas keluar
masuk petugas
 Membuat jadwal pembersihan rutin kamarbedah dan dilaksanakan dengan disiplin
dan cermat.
 Lakukan uji mikrobiologi secara rutin, minimal dua bulan sekali terhadap kamar
bedah apabila melebihi lima koloni maka diadakan pembongkaran dan pembersihan
ruangan, alat-alat, air, debu. Sedangkan untuk pegawai dilakukan uji kesehatan secara
periodik minimal enam bulan sekali. Universitas Sumatera Utara
 Air yang dipakai harus memenuhi syarat, yaitu bebas kuman dan partikel

Untuk mencegah debu berterbangan dan udara luar tidak masuk ke dalam kamar bedah maka
 Tidak boleh meletakkan alat operasi tepat di depan lubang pembuangan udara
return grille
 Memasang filter pada sistemventilasiuntukmembatasimasuknyadebu
 Membersihkanalat dan ruangansecarateratursetiaphari

Semua petugas yang masuk kamar bedah harus memenuhi hal-hal sebagai berikut :
 Alat penerapan teknik aseptik hanya tim bedah steril yang boleh berada di daerah
steril di kamar bedah
 Mentaati batasan tegas tiga area di kamar bedah
 Harus memakai baju khusus, topi, dan masker
 Ahli anestesi dan perawat sirkuler tidak diperbolehkan melintas di depan timbedah
yang sudah memakai baju steril
 Tim bedah steril harus melakukan prosedur pemakaian topi, masker, cuci tangan,
pemakaian jas steril dan drapping
Pasien yang akan mengalami tindakan pembedahan, pada daerah pembedahannya
wajib terbebas dari debu, mikroorganisme dan minyak yang menempel di kulit,
guna menekan seminimal mungkin bahaya infeksi akibat sayatan kulit

Pasien yang akan mengalami tindakan pembedahan, pada daerah pembedahannya


wajib terbebas dari debu, mikroorganisme dan minyak yang menempel di kulit, guna
menekan seminimal mungkin bahaya infeksi akibat sayatan kulit

103
DAFTAR PUSTAKA

Gusti muhammad Difky. 2012. Pemberian obat per oral.


https:id.scribd.com/doc/99061168/Pemberian-Obat-Per-Oral. Diakses pada 14 Maret 2019.
Sirip. 2017. Sop Pemberian Obat Secara Parenteral.
https://id.scribd.com/document/348845315/Sop-Pemberian-Obat-Secara-Parenteral.
Diunduh pada 14 Maret 2019.
Pkm Jambon. 2017. Pemberian Obat Supositoria Melalui Rektal.
https://id.scribd.com/document/336243949/Pemberian-Obat-Suppositoria-Melalui-Rectal.
Diakses pada 14 Maret 2019
Anonim. 2017. Prinsip Aseptik dan Antiseptik: 123.dok. https://text-
id.123dok.com/document/ky64xxgq0-prinsip-aseptik-dan-antiseptik.html. diakses pada 14
Maret 2019

Asmadi. 2008. Teknik Prosedural Keperawatan Konsep Aplikasi Kebutuhan Dasar Klien.
Jakarta : Salemba Medika.
Barnest., Vichi Vine., 1989. Clinical Skill and Assessment Techniques in Nursing Practice.
London : Scoth Foreman and Company.
Belland, Kethleen Hoerth & Wells, Marry Ann. 1986. Clinical Nursing Procedures.
California:
Jones and Battlett Publisher
Kozier., Barbara. 1995. Fundamentals of Nursing Concept, Process and Practice. Fith
Edition.
Philadelphia: Addison-Wesley Publishing Company.
Lynn, P.B.. 2011. Taylor’s Clinical Nursing Skill; A Nursing Process Approach. Third
Edition.
Philadelphia: Lippincott William & Wilkins.
Nuriana, Irfan. 2014. Pengertian dan Cara Melakukan Batuk Efektif Sesuai Prosedur yang
Benar.
https://www.kompasiana.com/irfan_nuriana/54f94f7fa333112d3c8b512f/pengertian-
dan-cara-melakukan-batuk-efektif-sesuai-prosedur-yang-benar. Diakses tanggal 14
Maret 2019
http://paramediskece.blogspot.com/2017/02/memberikan-teknik-relaksasi-nafas-dalam.html
Hemoglobin, cyanmenth.2014. pengambilan sampel sputum
Htps://id,scribd.com/doc/220445192/pengambilan-sampel-sputum. Diakses tanggal
14 maret 2019
104
Hidayat, A. Aziz Alimul, 2008. Pengantar Kebutuhan Manusia. Jakarta: Salemba Medika
http://www.kapukonline.com/2011/10/prosedurtindakancarapengukuranpemeriksa.html?m=1
http://siavent.blogspot.com/2010/01/prosedur-pemeriksaan-tanda-vital.html?m=1
Tim Penyusun Akper Al-Ikhlas, 2016. Modul Keperawatan: Keperawatan Dasar. Bogor:
Buku Panduan Praktikum Keperawatan Dasar

https://werkudorojaksowordpresscom.cdn.ampproject.org/v/s/werkudorojakso.wordpress.com
/2010/06/22/prosedurkompres/amp/?usqp=mq331AQCCAE%3D&amp_js_v=a2&amp_gsa=
1#referrer=https%3A%2F%2Fwww.google.com&ampshare=https%3A%2F%2Fwerkudoroja
kso.wordpress.com%2F2010%2F06%2F22%2Fprosedur-kompres%2F
https://id.scribd.com/document/338625347/Modul-Keperawatan-Dasar

http://oikprinces.blogspot.com/p/aseptic-dan-antiseptic.html

https://id.scribd.com/doc/111856477/Manajemen-Stres

Tim keperawatan dasar akademi keperawatan. 2006. Al Iklas.Modul Keperawatan


Dasar.Cisarua

Sumber : https://docplayer.info/30054744-Buku-panduan-praktikum-keperawatan-dasar.html

105

Anda mungkin juga menyukai