Anda di halaman 1dari 24

A.

MEKANISME INFLAMASI / PERADANGAN

Inflamasi atau peradangan adalah salah satu upaya tubuh untuk


perlindungan diri, tujuannya adalah untuk menghilangkan rangsangan
berbahaya, termasuk sel-sel yang rusak, iritasi, atau patogen dan
memulai proses penyembuhan. Kata inflamasi berasal dari bahasa
Latin "inflammo", yang berarti "Saya dibakar, saya menyalakan".
1. Mekanisme terjadinya Inflamasi dapat dibagi menjadi 2 fase yaitu:
a. Perubahan vaskular
Respon vaskular pada tempat terjadinya cedera merupakan
suatu yang mendasar untuk reaksi inflamasi akut. Perubahan ini
meliputi perubahan aliran darah dan permeabilitas pembuluh
darah. Perubahan aliran darah
karena terjadi dilatasi arteri lokal sehingga terjadi pertambahan
aliran darah (hypermia) yang disusul dengan perlambatan aliran
darah. Akibatnya bagian tersebut menjadi merah dan panas. Sel
darah putih akan berkumpul di sepanjang dinding pembuluh darah
dengan cara menempel. Dinding pembuluh menjadi longgar
susunannya sehingga memungkinkan sel darah putih keluar
melalui dinding pembuluh. Sel darah putih bertindak sebagai
sistem pertahanan untuk menghadapi serangan benda-benda
asing.
b. Pembentukan cairan inflamasi
Peningkatan permeabilitas pembuluh darah disertai dengan
keluarnya sel darah putih dan protein plasma ke dalam jaringan
disebut eksudasi. Cairan
inilah yang menjadi dasar terjadinya pembengkakan. Pembeng
kakan menyebabkan terjadinya tegangan dan tekanan pada sel
syaraf sehingga menimbulkan rasa sakit (Mansjoer, 1999).

Penyebab inflamasi dapat disebabkan oleh mekanik (tusukan),


Kimiawi (histamin menyebabkan alerti, asam lambung berlebih bisa
menyebabkan iritasi), Termal (suhu), dan Mikroba (infeksi Penyakit.
Tanda-tanda inflamasi (peradangan) adalah :
1. Rubor (kemerahan) terjadi karena banyak darah mengalir ke dalam
mikrosomal lokal pada tempat peradangan.
2. Kalor (panas) dikarenakan lebih banyak darah yang disalurkan p
ada tempat peradangan dari pada yang disalurkan ke daerah normal.
3. Dolor (Nyeri) dikarenakan pembengkakan jaringan mengakibatkan
peningkatan tekanan lokal dan juga karena ada pengeluaran zat
histamin dan zat kimia bioaktif lainnya.
4. Tumor (pembengkakan) pengeluaran ciran-cairan ke jaringan
interstisial.
5. Functio laesa (perubahan fungsi) adalah terganggunya fungsi organ
tubuh.

2. Pentingnya proses inflamasi dalam tubuh


Inflamasi dimulai ketika sel tubuh mengalami kerusakan dan
terjadi pelepasan zat kimia tubuh sebagai tanda bagi sistem
imun. Inflamasi sebagai respon imun pertama bertujuan untuk
merusak zat atau objek asing yang dianggap merugikan, baik itu
sel yang rusak, bakteri, atau virus.
Menghilangkan zat atau objek asing tersebut penting untuk
memulai proses penyembuhan. Dengan melalui berbagai
mekanisme lainnya, sel inflamasi dalam pembuluh darah memicu
pembengkakan pada area tubuh yang mengalami kerusakan dan
menyebabkan pembengkakan, warna kemerahan, dan rasa nyeri.
Inflamasi memang akan menimbulkan rasa tidak nyaman, tetapi hal
tersebut penting dalam proses penyembuhan.
Mekanisme inflamasi diawali dengan adanya iritasi, di mana
sel tubuh memulai proses perbaikan sel tubuh yang rusak. Sel
rusak dan yang terinfeksi oleh bakteri dikeluarkan dalam bentuk
nanah. Kemudian diikuti dengan proses terbentuknya jaringan-
jaringan baru untuk menggantikan yang rusak.
Inflamasi dapat terjadi secara akut dalam waktu singkat atau
terjadi secara kronis, yaitu menetap dalam waktu yang lama.
Inflamasi akut yaitu inflamasi yang dimulai dalam hitungan detik
atau menit ketika suatu jaringan mengalami kerusakan. Baik itu
akibat luka fisik, infeksi, atau respon imun. Inflamasi kronik berarti
peradangan jangka panjang, yang dapat berlangsung selama
beberapa bulan dan bahkan bertahun tahun, hal ini disebabkan
karena terjadinya sebuah respon autoimun terhadap antigen diri
sendiri (Sistem Kekebalan tubuh yang menyerang jaringan sehat)

3. Gejala terjadinya Inflamasi akut yaitu :


a. Nyeri - daerah yang meradang cenderung nyeri, terutama ketika
disentuh. Daerah inflamasi menjadi lebih sensitif;
b. Kemerahan - karena kapiler yang diisi dengan lebih banyak
darah dari biasanya;
Immobilitas - mungkin ada hilangnya beberapa fungsi, seperti
tidak dapat bergerak.
c. Pembengkakan - disebabkan oleh akumulasi cairan
d. Panas – banyak darah di daerah yang terkena membuatnya
terasa panas saat disentuh.
Inflamasi akut dapat dipicu oleh beberapa kondisi seperti:
a. Bronkitis akut
b. Radang tenggorokan atau mengalami flu
c. Kulit lecet
d. Cedera
e. Olahraga berat
f. Dermatitis akut
g. Tonsillitis akut (penyakit amandel)
h. Sinusitis akut

Berbeda dengan inflamasi akut, inflamasi kronis terjadi dengan


mekanisme yang lebih rumit sehingga dapat bertahan dalam hitungan tahun
hingga bulan. Inflamasi kronis bisa terjadi ketika tubuh tidak dapat
menghilangkan penyebab inflamasi akut, paparan penyebab inflamasi secara
terus-menerus, dan juga bentuk respon autoimun di mana sistem imun
menyerang jaringan yang sehat.
Penyakit yang sering berkaitan dengan inflamasi kronis diantaranya:
a. Asma
b. Tuberkulosis
c. Periodontitis kronis
d. Ulcerative colitis dan penyakit Crohn
e. Sinusitis kronis
f. Hepatitis kronis
4. Inflamasi berulang Atau Inflamasi Autoimun
Inflamasi berulang atau inflamasi autoimun juga dapat
disebabkan oleh kondisi seperti:
a. arthritis – inflamasi pada jaringan persendian dan sekitarnya
terkadang organ tubuh lainnya.
b. Ankylosing spondylitis – inflamasi pada tulang belakang, otot
dan jaringan penghubung antar tulang.
c. Penyakit celiac – inflamasi dan kerusakan dinding usus halus.
d. Fibrosis paru idiopatik – inflamasi pada alveoli paru.
e. Psoriasis – inflamasi pada kulit.
f. Diabetes tipe 1 – inflamasi pada berbagai bagian tubuh ketika
diabetes tidak terkendali.
g. Alergi – semua alergi yang dialami bagian tubuh menyebabkan
terjadinya mekanisme inflamasi.

Inflamasi kronis cenderung sulit terdeteksi karena tidak memiliki


gejala yang spesifik. Namun, kondisi tersebut bisa menyebabkan
berbagai penyakit kronis seperi kanker, arthritis dan aterosklerosis.
5. Bahaya jika inflamasi tidak kunjung reda
respon imun (inflamasi) terjadi dalam waktu yang lama
dapat merusak tubuh. Ini karena zat atau organisme pemicu
inflamasi dapat bertahan lama pada pembuluh darah dan
mengakibatkan penumpukan plak. Plak dalam pembuluh darah
tersebut justru dianggap sebagai zat berbahaya dan akibatnya
proses inflamasi kembali terjadi. Akhirnya terjadilah kerusakan
pembuluh darah. Kerusakan akibat adanya sel inflamasi dapat
terjadi pada pembuluh darah tubuh, jantung hingga otak.
6. Pengobatan Inflamasi
Harus ingat bahwa peradangan merupakan bagian dari
proses penyembuhan. Kadang-kadang mengurangi peradangan
diperlukan, tetapi tidak selalu. Pengobatan dapat dengan obat anti-
inflamasi, seperti ibuprofen, aspirin, atau kortikosteroid.
Memberikan es dengan membungkusnya dengan kain atau
kantong es lalu diletakkan pada kulit di mana merupakan daerah
inflamasi telah terbukti mengurangi peradangan. Peradangan bisa
berkurang lebih cepat jika beristirahat, dan kompres pada daerah
yang terjadi inflamasi dengan menggunakan es.

B. GANGGUAN SISTEM PEREDARAN DARAH

Tubuh manusia memiliki sistem peredaran darah yang berperan


untuk mengalirkan nutrisi dan oksigen ke seluruh bagian tubuh.
Namun, tidak hanya menyalurkan kedua zat tersebut. Masih banyak
lagi fungsi lain yang dimiliki oleh sistem peredaran darah manusia.
Selain berperan sebagai penyalur zat, sistem peredaran darah
pada manusia juga memiliki fungsi penting lain, yaitu mengeluarkan
zat karbon dioksida sisa proses metabolisme tubuh melalui paru-paru,
menyalurkan hormon ke seluruh bagian tubuh, menyalurkan suhu
tubuh secara merata, mempertahankan kinerja sistem organ di dalam
tubuh, dan membantu tubuh untuk pulih dari penyakit.
1. Organ dalam Sistem Peredaran Darah Manusia
Sistem peredaran darah manusia tersusun atas organ-organ
yang berperan dalam pengangkutan darah di dalam tubuh. Adapun
organ penyusun sistem peredaran darah pada manusia, meliputi:
a. Jantung
Jantung merupakan organ vital di tubuh manusia yang bertugas
sebagai pemompa darah ke seluruh tubuh. Organ ini terletak di
antara paru-paru, di tengah dada, tepatnya di bagian belakang
sisi kiri tulang dada. Jantung memiliki ukuran yang sedikit lebih
besar dari kepalan tangan.
Di dalam jantung terdapat empat ruangan yang terbagi
menjadi dua bilik (ventrikel) dan dua serambi (atrium). Serambi
dan bilik kiri jantung berisi darah bersih yang kaya akan
oksigen, sedangkan bilik dan serambi kanan berisi darah kotor.
Selain memiliki empat ruangan, jantung juga mempunyai empat
katup yang berguna untuk menjaga supaya darah tetap
mengalir ke arah yang benar. Detak jantung orang normal
berkisar antara 60-100 kali per menit. Namun ada
pengecualian, misalnya pada atlet yang bugar, detak
jantungnya bisa di bawah 60 kali per menit.
b. Pembuluh darah
Pembuluh darah merupakan sistem peredaran darah berbentuk
tabung otot elastis atau pipa yang berfungsi membawa darah
dari jantung ke bagian tubuh lain, ataupun sebaliknya.
Pembuluh darah bisa dibedakan menjadi dua, yaitu pembuluh
nadi (arteri) dan pembuluh balik (vena).
c. Arteri.
Merupakan pembuluh darah yang berfungsi membawa darah
keluar dari jantung, baik ke seluruh tubuh maupun ke paru-paru.
Darah yang dialirkan pembuluh arteri mengandung banyak
oksigen, kecuali pada arteri pulmonalis, yang khusus membawa
darah kotor untuk dialirkan ke paru. Darah bersih yang dipompa
keluar dari jantung akan melalui pembuluh darah utama (aorta)
dari bilik kiri jantung. Aorta ini kemudian bercabang menjadi
pembuluh darah yang lebih kecil (arteri), yang menyebar ke
seluruh bagian tubuh.
d. Vena.
Merupakan pembuluh darah yang berfungsi membawa darah
kembali ke jantung, dari seluruh tubuh atau dari paru-paru.
Vena cava membawa darah kotor yang mengandung karbon
dioksida dari seluruh tubuh, yang kemudian akan dialirkan ke
paru-paru untuk ditukar dengan oksigen melalui proses
pernapasan. Sedangkan vena pulmonalis (vena paru)
membawa darah bersih yang kaya oksigen dari paru-paru
menuju jantung.
e. Darah
Darah adalah komponen terpenting dari sistem peredaran
darah. Darah memiliki fungsi sebagai pembawa nutrisi, oksigen,
hormon, antibodi, serta berbagai zat lainnya, dari dan ke
seluruh tubuh. Darah manusia terdiri dari beberapa bagian,
yang meliputi plasma darah dan sel-sel darah.
f. Plasma darah,
Plasma darah merupakan cairan berwarna kekuningan pada
darah yang bertugas membawa zat-zat penting, seperti hormon,
protein, dan faktor pembekuan darah.
g. Sel darah merah (eritosit),
Sebagai pembawa oksigen dan karbon dioksida.
h. Sel darah putih (leukosit),
Membantu mempertahankan tubuh dari infeksi virus, kuman,
jamur, dan parasit.
i. Keping darah (trombosit)
Trombosit dibutuhkan tubuh untuk membantu proses
pembekuan darah.
2. Mekanisme Sistem Peredaran Darah Manusia
Sistem peredaran darah manusia dapat terbagi menjadi tiga,
yakni sirkulasi sistemik, sirkulasi pulmonal, dan sirkulasi koroner.
Ketiga sirkulasi ini saling bekerja sama untuk memastikan
kelangsungan hidup manusia.
a. Sirkulasi sistemik
Sirkulasi sistemik merupakan sirlukasi darah yang
mencakup seluruh tubuh. Sirkulasi ini berlangsung ketika darah
yang mengandung oksigen mengisi serambi kiri jantung melalui
vena pulmonalis, usai melakukan pelepasan karbon dioksida di
paru-paru. Kemudian, darah yang sudah berada di serambi kiri
diteruskan ke bilik kiri, untuk selanjutnya disalurkan ke seluruh
tubuh melalui pembuluh darah utama (aorta). Darah yang
dipompa melewati aorta akan terus mengalir hingga ke bagian
paling tepi di seluruh area tubuh. Setelah menyalurkan berbagai
zat yang dibawanya ke sel-sel tubuh, darah akan mengalir
kembali menuju serambi kanan jantung untuk mengalami
proses pembersihan darah.
b. Sirkulasi pulmonal
Sirkulasi pulmonal (paru), ini merupakan sirkulasi darah
dari jantung menuju paru-paru, dan sebaliknya. Sirkulasi ini
berlangsung saat darah yang mengandung karbon dioksida dari
sisa metabolisme tubuh kembali ke jantung melalui pembuluh
vena besar (vena cava). Lalu, memasuki serambi kanan dan
diteruskan ke bilik kanan jantung. Selanjutnya, darah yang
sudah berada di bilik kanan akan dialirkan ke paru-paru melalui
arteri pulmonalis, untuk melakukan pertukaran gas karbon
dioksida dengan oksigen. Setelah itu, darah bersih yang kaya
oksigen akan memasuki serambi kiri jantung melalui vena
pulmonalis.
c. Sirkulasi koroner
Sama seperti organ tubuh lain, jantung juga
membutuhkan asupan oksigen dan nutrisi supaya dapat
menjalankan fungsinya dengan baik. Darah yang menutrisi
jantung akan dialirkan melalui arteri koroner ke otot-otot
jantung. Maka dari itu, sumbatan pada arteri koroner bisa
mengurangi aliran oksigen dan nutrisi ke otot jantung, sehingga
meningkatkan risiko terkena serangan jantung.

Jika aliran darah terganggu, maka organ tubuh akan mengalami


kerusakan dan menimbulkan berbagai penyakit lain yang lebih serius.
Kelainan sistem peredaran darah bisa disebabkan oleh beberapa faktor, baik
berupa kelainan bawaan lahir maupun penyakit yang didapatkan setelah
lahir.
Berikut daftar penyakit yang bisa mengganggu sistem peredaran
darah, di antaranya: Tekanan darah tinggi (hipertensi), Tekanan darah
rendah (hipotensi), Iskemia, Hipoksia, Trombus, Embolus, Jantung Koroner,
Stroke, Shock
1. Tekanan darah tinggi (hipertensi)
Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah kondisi saat tekanan
darah berada pada nilai 130/80 mmHg atau lebih. Kondisi ini dapat
menjadi berbahaya, karena jantung dipaksa memompa darah lebih
keras ke seluruh tubuh, hingga bisa mengakibatkan timbulnya
berbagai penyakit, seperti gagal ginjal, stroke, dan gagal jantung.
Cara Mengukur Tekanan Darah

Tekanan darah dibagi 2 menjadi tekanan darah sistolik dan


tekanan darah diastolik. Tekanan darah sistolik adalah tekanan saat
jantung memompa darah ke seluruh tubuh. Sedangkan tekanan darah
diastolik adalah tekanan saat otot jantung relaksasi, sebelum kembali
memompa darah. Dalam pencatatannya, tekanan darah sistolik ditulis
lebih dahulu dari tekanan darah diastolik, dan memiliki angka yang
lebih tinggi. Menurut perkumpulan dokter jantung di Amerika Serikat,
AHA, pada tahun 2017, tekanan darah diklasifikasikan sebagai berikut:

 Normal: berada di bawah 120/80 mmHg


 Meningkat: berkisar antara 120-129 untuk tekanan sistolik dan
< 80 mmHg untuk tekanan diastolik.
 Hipertensi tingkat 1: 130/80 mmHg hingga 139/89 mmHg.
 Hipertensi tingkat 2: 140/90 atau lebih tinggi.

Hipertensi bisa dikatakan penyakit yang berbahaya karena


dapat terjadi tanpa gejala, sehingga bisa ditemukan saat sudah
muncul komplikasi. Namun gejala bisa muncul bila tekanan darah
sudah sangat tinggi. Gejala yang mungkin ditimbulkan, antara lain:

a. Kepala
b. Lemas
c. Masalah dalam penglihatan
d. Nyeri dada
e. Sesak napas
f. Aritmia
g. Adanya darah dalam urine
Hipertensi terbagi atas hipertensi primer dan sekunder. Hipertensi
primer tidak diketahui penyebabnya secara pasti.

Sedangkan hipertensi sekunder umumnya disebabkan oleh berbagai


kondisi seperti:

a. Penyakit ginjal
b. Kehamilan
c. Penyakit kelenjar tiroid
d. Tumor kelenjar adrenal
e. Kelainan bawaan pada pembuluh darah
f. Kecanduan alkohol
g. Penyalahgunaan NAPZA
h. Gangguan pernapasan yang terjadi saat tidur (sleep apnea).
i. Konsumsi obat-obatan tertentu, seperti obat penurun panas,
pereda rasa sakit, obat batuk pilek, atau pil KB.

Sebagian besar penderita hipertensi menderita hipertensi


primer yang tidak diketahui penyebabnya. Beberapa faktor yang dapat
meningkatkan risiko seseorang menderita hipertensi, antara lain:

a. Usia. Seiring bertambahnya usia, risiko seseorang terserang


hipertensi semakin besar. Hipertensi pada pria umumnya terjadi pada
usia 45 tahun, sedangkan pada wanita biasanya terjadi di atas usia 65
tahun.
b. Keturunan. Hipertensi rentan terjadi pada orang dari keluarga yang
memiliki riwayat darah tinggi
c. Obesitas. Meningkatnya berat badan mengakibatkan nutrisi dan
oksigen yang dialirkan ke dalam sel melalui pembuluh darah juga
meningkat. Hal ini mengakibatkan peningkatan tekanan di dalam
pembuluh darah dan jantung.
d. Terlalu banyak makan garam atau terlalu sedikit mengonsumsi
makanan yang mengandung kalium. Hal ini dapat mengakibatkan
tingginya natrium dalam darah, sehingga cairan tertahan dan
meningkatkan tekanan dalam pembuluh darah.
e. Kurang aktivitas fisik dan olahraga. Keadaan ini dapat
mengakibatkan meningkatnya denyut jantung, sehingga jantung harus
bekerja lebih keras untuk memompa darah. Kurang aktivitas dan
olahraga juga dapat mengakibatkan peningkatan berat badan, yang
merupakan faktor risiko hipertensi.
f. Merokok. Zat kimia dalam rokok bisa membuat pembuluh darah
menyempit, yang berdampak pada meningkatnya tekanan dalam
pembuluh darah dan jantung.

Hipertensi dapat diketahui dengan melakukan pemeriksaan


tekanan darah. Karena hipertensi seringkali tidak menimbulkan gejala
dan lebih sering dialami oleh seseorang yang lanjut usia, orang
dewasa, terutama yang berusia di atas 40 dan berisiko tinggi,
disarankan setidaknya melakukan pemeriksaan darah setiap tahun.

Berikut tahapan pemeriksaan darah yang benar dengan


menggunakan alat pengukur tekanan darah (sphygmomanometer),
agar didapatkan hasil yang akurat:

1. Pasien tidak boleh berolahraga, merokok, dan mengonsumsi


minuman dengan kandungan kafein 30 menit sebelum
pemeriksaan tekanan darah dilakukan.
2. Pasien diminta untuk duduk dengan tenang di kursi, dengan kaki
berpijak pada lantai.
3. Pastikan buang air kecil sebelum melakukan pemeriksaan darah.
4. Baik dokter maupun pasien tidak boleh berbicara selama
pemeriksaan dilakukan.
5. Lepas pakaian yang menutupi area pemasangan manset.
6. Tekanan darah diukur pada kedua lengan. Untuk pengukuran
tekanan darah selanjutnya, gunakan lengan dengan tekanan darah
yang lebih tinggi untuk mengukurnya.
7. Pengukuran tekanan darah diulang minimal 2 kali dengan jeda 1-2
menit.

Bila diperlukan, dokter akan menganjurkan pemeriksaan


penunjang, seperti pemeriksaan darah, urin, atau foto Rontgen, untuk
melihat kemungkinan komplikasi yang sudah ditimbulkan akibat
hipertensi.

Menjalani gaya hidup sehat dan konsumsi obat antihipertensi,


bisa menjadi langkah efektif untuk mengatasi hipertensi. Nilai tekanan
darah dan risiko pasien terserang komplikasi, seperti serangan
jantung dan stroke, akan menentukan pengobatan yang akan dijalani.
Secara umum, terdapat 2 prinsip dari pengobatan hipertensi, yaitu:

1) Perubahan gaya hidup. Mengubah gaya hidup menjadi lebih


sehat, bisa menurunkan tekanan darah dalam beberapa minggu.
Gaya hidup sehat yang yang perlu dijalani, antara lain:
1) Mengadopsi pola diet DASH (dietary approaches to stop
hypertension), yaitu pola makan dengan lebih banyak
mengonsumsi buah, sayur-sayuran, susu rendah lemak,
gandum, dan kacang-kacangan, dibandingkan dengan daging
merah dan makanan yang mengandung lemak jenuh
serta kolesterol tinggi.
2) Mengurangi konsumsi garam hingga kurang dari satu sendok
teh per hari.
3) Perbanyak aktivitas fisik dan rutin berolahraga.
4) Menurunkan berat badan.
5) Berhenti merokok.
6) Menghindari atau mengurangi konsumsi minuman beralkohol.
7) Mengurangi konsumsi minuman tinggi kafein, seperti kopi, teh,
atau cola.
8) Melakukan terapi relaksasi, misalnya yoga atau meditasi untuk
mengendalikan stres.

Cara-cara di atas bisa dilakukan dengan atau tanpa dibarengi


konsumsi obat anti hipertensi. Meski demikian, penerapan gaya hidup
sehat lebih awal bisa membuat penderita terhindar dari konsumsi obat
anti hipertensi.

2) Penggunaan Obat-obatan.
Pada beberapa kasus, penderita hipertensi harus mengonsumsi
obat untuk seumur hidup. Namun, dokter bisa menurunkan dosis
atau menghentikan pengobatan jika tekanan darah penderita
sudah terkendali dengan mengubah gaya hidup. Penting bagi
pasien untuk mengonsumsi obat dalam dosis yang sudah
ditentukan dan memberitahu dokter jika ada efek samping yang
muncul. Beberapa obat yang digunakan untuk menangani
hipertensi antara lain: Melakukan terapi relaksasi, misalnya yoga
atau meditasi untuk mengendalikan stres.
Diuretik. Obat ini bekerja membuang kelebihan garam dan
cairan di tubuh melalui urine. Di antara jenis obat diuretik adalah

1) Antagonis kalsium. Antagonis kalsium menurunkan tekanan


darah dengan melebarkan pembuluh darah. Beberapa contoh obat
ini adalah amlodipine dan nifedipine.
2) Beta blocker. Berfungsi menurunkan tekanan darah dengan
melebarkan pembuluh dan memperlambat detak jantung. Contoh
obat golongan beta-blocker adalah atenolol dan bisoprolol.
3) ACE inhibitor. ACE inhibitor menurunkan tekanan darah dengan
cara membuat dinding pembuluh darah lebih rileks. Contoh obat
golongan ini adalah captopril dan ramipril.
4) Angiotensin-2 receptor blocker (ARB). Fungsi obat ini hampir
sama dengan ACE inhibitor yaitu membuat dinding pembuluh
darah menjadi rileks, sehingga kedua obat tersebut tidak boleh
diberikan secara bersamaan. Contoh obat ini adalah losartan
dan valsartan.
5) Penghambat renin. Obat ini berfungsi menghambat kerja renin,
yaitu enzim yang dihasilkan ginjal dan berfungsi menaikkan
tekanan darah. Contoh obat penghambat renin adalah aliskiren.

Tekanan darah tinggi bisa merusak pembuluh darah dan organ-


organ lain dalam tubuh. Jika dibiarkan dan tidak segera diobati, tekanan
darah tinggi bisa menimbulkan penyakit-penyakit serius, seperti:

1) Aterosklerosis. Tekanan darah tinggi memicu pengerasan arteri,


yang kemudian disertai dengan penimbunan lemak di dinding
pembuluh darah. Kondisi ini disebut aterosklerosis. Aterosklerosis ini
dapat menimbulkan serangan jantung, stroke, dan penyakit arteri
perifer.
2) Kehilangan penglihatan. Kondisi ini terjadi karena penebalan dan
penyempitan pembuluh darah di mata.
3) Terbentuk aneurisma. Tingginya tekanan darah bisa memicu
pembuluh darah melemah dan melebar. Jika kondisi ini terus berlanjut,
pembuluh darah bisa pecah dan menyebabkan kematian.
4) Gagal ginjal. Tekanan darah tinggi bisa memicu penyempitan
pembuluh darah di ginjal.
5) Gagal jantung. Tingginya tekanan darah membuat jantung bekerja
lebih keras untuk memompa darah ke seluruh tubuh.
6) Demensia vaskuler. Hipertensi bisa menyebabkan gangguan pada
aliran darah ke otak.

Pencegahan hipertensi dengan berbagai cara berikut ini:

1) Konsumsi makanan yang rendah lemak dan kaya serat. Misalnya,


roti dari biji-bijian utuh, beras merah, serta buah dan sayuran.
2) Kurangi garam. Batasi dalam makanan, tidak lebih dari satu sendok
teh.
3) Kurangi konsumsi alkohol. Mengonsumsi lebih dari takaran alkohol
yang disarankan, bisa meningkatkan risiko hipertensi. Menjaga berat
badan ideal. Berat badan berlebih bisa membuat seseorang lebih
berisiko terserang hipertensi.
4) Berolahraga secara rutin. Seseorang yang aktif berolahraga akan
lebih terhindar dari risiko terserang hipertensi. Lakukan jalan cepat
atau bersepeda 2-3 jam setiap minggu.
5) Berhenti merokok. Meski rokok tidak menyebabkan hipertensi
secara langsung, tetapi rokok bisa membuat arteri menyempit,
sehingga meningkatkan risiko serangan jantungdan stroke.

2. Hipotensi
Hipotensi adalah keadaan ketika tekanan darah di dalam arteri
lebih rendah dibandingkan normal dan biasa disebut dengan tekanan
darah rendah. Saat darah mengalir melalui arteri, darah memberikan
tekanan pada dinding arteri, tekanan itulah yang dinilai sebagai ukuran
kekuatan aliran darah atau disebut dengan tekanan darah.
Terhambat atau terbatasnya jumlah darah yang mengalir ke
otak dan organ vital lainnya seperti ginjal dapat terjadi jika tekanan
darah terlalu rendah, sehingga dapat menyebabkan kepala terasa
ringan dan pusing. Tubuh juga akan terasa tidak stabil atau goyah,
bahkan kehilangan kesadaran.
Ada dua ukuran yang digunakan dalam tekanan darah, yaitu
tekanan sistolik (bilangan atas) dan tekanan diastolik (bilangan
bawah). Tekanan darah yang normal adalah antara 90/60 dan 140/90.
Penderita hipotensi memiliki tekanan darah di bawah 90/60 dan
disertai dengan gejala hipotensi. Sedangkan jika tekanan darah di atas
140/90, maka orang tersebut menderita tekanan darah
tinggi/hipertensi.

Gejala Hipotensi

Tidak semua yang mengalami hipotensi akan merasakan


gejala. Kondisi hipotensi juga tidak selalu memerlukan perawatan.
Namun jika tekanan darah cukup rendah, kemungkinan besar bisa
menimbulkan gejala-gejala seperti berikut ini.
 Jantung berdebar kencang atau tidak teratur.
 Pusing.
 Lemas.
 Mual.
 Kehilangan keseimbangan atau merasa goyah.
 Pandangan buram.
 Pucat dan badan dingin.
 Napas pendek atau cepat.
 Pingsan.
 Dehidrasi.

Penyebab Hipotensi

Sebenarnya tekanan darah bisa berubah sepanjang hari, tergantung


kepada kegiatan yang sedang dilakukan dan hal ini dianggap normal.

Ada banyak faktor yang menyebabkan tekanan darah seseorang rendah,


seperti faktor usia, pengobatan, dan kondisi cuaca. Cuaca udara yang lebih
panas bisa membuat tekanan darah menurun. Orang yang sedang rileks atau
rajin berolahraga juga umumnya mempunyai tekanan darah yang lebih
rendah. Selain itu jika Anda baru saja makan, tekanan darah juga bisa
menurun karena banyak darah yang akan mengalir menuju saluran
pencernaan untuk mencerna dan menyerap makanan.

Tekanan darah pada siang dan malam hari pun berbeda. Biasanya pada
siang hari tekanan darah akan meningkat, dan malam harinya akan lebih
rendah.

Hipotensi bisa diakibatkan oleh kondisi atau penyakit tertentu,


beberapa di antaranya adalah:
 Hipotensi ortostatik. Gejala hipotensi ortostatik biasanya muncul saat
Anda berubah posisi secara tiba-tiba. Seseorang dengan hipotensi
ortostatik mengalami penurunan tekanan darah sistolik sebanyak 15-
30 mm Hg ketika berdiri dari posisi duduk atau berbaring.
 Neurally mediated hypotension. Kondisi ini biasanya terjadi saat
seseorang berdiri terlalu lama, hingga aliran darah berkumpul pada
bagian bawah tubuh.
 Dehidrasi. Dehidrasi terjadi akibat tubuh kekurangan cairan dan bisa
disebabkan oleh kurang minum, puasa atau diare.
 Efek samping pengobatan. Ada beberapa obat yang bisa
menurunkan tekanan darah, seperti obat antidepresi, obat anti-
hipertensi seperti alpha-blocker dan beta-blocker, obat penghambat
enzim pengubah angiotensin (ACE Inhibitor) hingga obat diuretik.
 Anemia. Anemia merupakan kondisi di mana kandungan hemoglobin
di dalam darah rendah. Salah satu gejala anemia adalah tekanan
darah rendah.
 Kehamilan. Tekanan darah pada wanita hamil biasanya lebih rendah
karena sistem peredaran darahnya yang berkembang dengan cepat.
 Ketidakseimbangan hormon. Penyakit seperti diabetes atau penyakit
Addison menyebabkan gangguan produksi hormon. Hal ini bisa
berdampak pada keseimbangan kadar air dan mineral tubuh, serta
tekanan darah.
 Penyakit saraf. Penyakit saraf seperti penyakit Parkinson dapat
menyebabkan hipotensi ketika menjangkiti sistem saraf yang
mengontrol fungsi tubuh otonom seperti mengendalikan tekanan
darah.
 Perdarahan hebat. Hilangnya darah dalam jumlah besar dalam tubuh
akan menurunkan asupan darah ke jaringan-jaringan di tubuh,
sehingga tekanan darah tubuh akan menurun drastis. Ini merupakan
kondisi mengancam nyawa yang memerlukan penanganan medis
secepatnya.
 Penyakit jantung. Penyakit kronis seperti penyakit jantung
menyebabkan darah tidak bisa dipompa dengan baik oleh jantung ke
seluruh tubuh. Akibatnya, tekanan darah pun menurun.
 Infeksi darah (Sepsis). Sepsis terjadi ketika infeksi yang terjadi dalam
jaringan mulai memasuki aliran darah. Akibatnya, tekanan darah akan
menurun drastis. Kondisi ini mengancam nyawa dan memerlukan
penanganan medis secepatnya.
 Reaksi alergi yang parah (anafilaksis). Anafilaksis adalah reaksi
alergi parah yang berpotensi mengancam nyawa. Kondisi ini dapat
menyebabkan rasa gatal yang sangat, sesak napas, dan tekanan
darah menurun drastis.

Diagnosis Hipotensi

Mengukur tekanan darah merupakan cara yang tepat dan mudah


untuk mendiagnosis hipotensi. Beberapa hal yang harus dilakukan sebelum
mengukur tekanan darah untuk mendapatkan hasil pengukuran tekanan
darah yang tepat yaitu :

 Mengosongkan kandung kemih atau buang air kecil.


 Istirahat minimal 5 menit.
 Dilakukan sambil duduk dan tidak sambil bicara.

Selain mengukur tekanan darah, ada beberapa cara atau tes lain untuk
mendiagnosis penyebab hipotensi akibat kondisi atau penyakit tertentu, dan
sekaligus menentukan perawatan yang tepat, yaitu:
 Elektrokardiogram (EKG). Tes ini bertujuan mendeteksi
keabnormalan struktur jantung, masalah suplai oksigen dan darah ke
otot jantung, serta detak jantung yang tidak teratur.
 Ekokardiogram. Tes ini menggunakan gelombang suara untuk
menghasilkan gambar struktur jantung dan memeriksa fungsinya.
 Tes latihan stres. Tes ini dilakukan dengan cara membuat jantung
bekerja lebih keras agar lebih mudah mendiagnosis tekanan darah.
Bisa dilakukan dengan berjalan di treadmill.
 Tes darah. Tes darah bisa dilakukan untuk memeriksa kadar hormon
dan jika pasien mengalami anemia atau diabetes.
 Valsalva Maneuver. Tes ini dilakukan dengan meminta pasien
mengambil napas panjang kemudian menutup hidung dan membuang
napas melalui mulut, seperti Anda meniup suatu balon yang sangat
kaku. Tes ini dilakukan untuk memeriksa kondisi sistem saraf autonomi
pernapasan.
 Tes kemiringan tegak lurus (tilt table test). Tes ini biasa dilakukan
bagi pasien hipotensi ortostatik untuk melihat perbedaan tekanan
darah saat berbaring dan berdiri.

Perawatan Hipotensi

Beberapa hal yang bisa dilakukan untuk mengurangi risiko hipotensi,


yaitu membatasi konsumsi minuman keras dan minum air putih yang banyak.
Bagi Anda yang menyukai minuman berkafein, hindari minuman yang
mengandung nutrisi tersebut di malam hari.

Mengenai pola makan, lebih sering mengonsumsi makanan dalam


porsi kecil lebih baik dibandingkan mengonsumsi makanan dalam porsi besar
dengan frekuensi lebih jarang. Selain itu, meningkatkan asupan garam juga
bisa mencegah hipotensi.
Penderita hipotensi juga dianjurkan untuk menghindari berdiri untuk
jangka waktu lama. Terutama bagi penderita hipotensi ortosatik, ketika berdiri
dari posisi duduk atau berbaring, lakukan secara perlahan-lahan.

Pengobatan untuk hipotensi harus dilakukan berdasarkan penyebab


dasarnya. Obat untuk mengatasi hipotensi biasanya diberikan untuk
menambah jumlah darah atau mempersempit arteri agar tekanan darah
meningkat.

Komplikasi Hipotensi

Jika tekanan darah rendah menyebabkan kurangnya aliran darah ke


organ-organ tubuh, maka organ-organ akan mulai gagal berfungsi. Hal ini
dapat mengakibatkan stroke, serangan jantung, gagal ginjal, dan usus
iskemia (penurunan suplai darah ke usus kecil dan besar). Syok dan
kematian adalah hasil akhir dari tekanan darah rendah yang berkepanjangan.

3. Hipoksia

4. Trombus
5. Embolus
6. Jantung koroner
7. Stroke
8. shock
C. GANGGUAN SISTEM PERNAPASAN
1. Pneumonia
2. Asma
3. Tuberkulosis
D. GANGGUAN KESEIMBANGAN CAIRAN, ELEKTROLIT, DAN ASAM
BASA
1. Dehidrasi
2. Oedema
3. Asidosis
4. alkalosis
E. GANGGUAN SISTEM PENCERNAAN
1. Gastritis
2. Gastroentritis
3. Kolelitiasis
4. Kolesistitis
5. Pankreatitis
F. GANGGUAN SISTEN UROGENITAL
1. Nefritis
2. Sistitis
3. Glomerulo nefritis
4. Uretritis
5. Batuginjal
6. Gagal ginjal
7. Uremia
8. Albuminuria
9. Hematuria
G. GANGGUAN SISTEM HEPAR
1. Ikterus
2. Hepatitis
3. Sirosis
H. GANGGUAN SISTEM ENDOKRIN
1. Hipotiroidisme
2. Hipertiroididme
3. Osteopororsis

Anda mungkin juga menyukai