a. Kepala
b. Lemas
c. Masalah dalam penglihatan
d. Nyeri dada
e. Sesak napas
f. Aritmia
g. Adanya darah dalam urine
Hipertensi terbagi atas hipertensi primer dan sekunder. Hipertensi
primer tidak diketahui penyebabnya secara pasti.
a. Penyakit ginjal
b. Kehamilan
c. Penyakit kelenjar tiroid
d. Tumor kelenjar adrenal
e. Kelainan bawaan pada pembuluh darah
f. Kecanduan alkohol
g. Penyalahgunaan NAPZA
h. Gangguan pernapasan yang terjadi saat tidur (sleep apnea).
i. Konsumsi obat-obatan tertentu, seperti obat penurun panas,
pereda rasa sakit, obat batuk pilek, atau pil KB.
2) Penggunaan Obat-obatan.
Pada beberapa kasus, penderita hipertensi harus mengonsumsi
obat untuk seumur hidup. Namun, dokter bisa menurunkan dosis
atau menghentikan pengobatan jika tekanan darah penderita
sudah terkendali dengan mengubah gaya hidup. Penting bagi
pasien untuk mengonsumsi obat dalam dosis yang sudah
ditentukan dan memberitahu dokter jika ada efek samping yang
muncul. Beberapa obat yang digunakan untuk menangani
hipertensi antara lain: Melakukan terapi relaksasi, misalnya yoga
atau meditasi untuk mengendalikan stres.
Diuretik. Obat ini bekerja membuang kelebihan garam dan
cairan di tubuh melalui urine. Di antara jenis obat diuretik adalah
2. Hipotensi
Hipotensi adalah keadaan ketika tekanan darah di dalam arteri
lebih rendah dibandingkan normal dan biasa disebut dengan tekanan
darah rendah. Saat darah mengalir melalui arteri, darah memberikan
tekanan pada dinding arteri, tekanan itulah yang dinilai sebagai ukuran
kekuatan aliran darah atau disebut dengan tekanan darah.
Terhambat atau terbatasnya jumlah darah yang mengalir ke
otak dan organ vital lainnya seperti ginjal dapat terjadi jika tekanan
darah terlalu rendah, sehingga dapat menyebabkan kepala terasa
ringan dan pusing. Tubuh juga akan terasa tidak stabil atau goyah,
bahkan kehilangan kesadaran.
Ada dua ukuran yang digunakan dalam tekanan darah, yaitu
tekanan sistolik (bilangan atas) dan tekanan diastolik (bilangan
bawah). Tekanan darah yang normal adalah antara 90/60 dan 140/90.
Penderita hipotensi memiliki tekanan darah di bawah 90/60 dan
disertai dengan gejala hipotensi. Sedangkan jika tekanan darah di atas
140/90, maka orang tersebut menderita tekanan darah
tinggi/hipertensi.
Gejala Hipotensi
Penyebab Hipotensi
Tekanan darah pada siang dan malam hari pun berbeda. Biasanya pada
siang hari tekanan darah akan meningkat, dan malam harinya akan lebih
rendah.
Diagnosis Hipotensi
Selain mengukur tekanan darah, ada beberapa cara atau tes lain untuk
mendiagnosis penyebab hipotensi akibat kondisi atau penyakit tertentu, dan
sekaligus menentukan perawatan yang tepat, yaitu:
Elektrokardiogram (EKG). Tes ini bertujuan mendeteksi
keabnormalan struktur jantung, masalah suplai oksigen dan darah ke
otot jantung, serta detak jantung yang tidak teratur.
Ekokardiogram. Tes ini menggunakan gelombang suara untuk
menghasilkan gambar struktur jantung dan memeriksa fungsinya.
Tes latihan stres. Tes ini dilakukan dengan cara membuat jantung
bekerja lebih keras agar lebih mudah mendiagnosis tekanan darah.
Bisa dilakukan dengan berjalan di treadmill.
Tes darah. Tes darah bisa dilakukan untuk memeriksa kadar hormon
dan jika pasien mengalami anemia atau diabetes.
Valsalva Maneuver. Tes ini dilakukan dengan meminta pasien
mengambil napas panjang kemudian menutup hidung dan membuang
napas melalui mulut, seperti Anda meniup suatu balon yang sangat
kaku. Tes ini dilakukan untuk memeriksa kondisi sistem saraf autonomi
pernapasan.
Tes kemiringan tegak lurus (tilt table test). Tes ini biasa dilakukan
bagi pasien hipotensi ortostatik untuk melihat perbedaan tekanan
darah saat berbaring dan berdiri.
Perawatan Hipotensi
Komplikasi Hipotensi
3. Hipoksia
4. Trombus
5. Embolus
6. Jantung koroner
7. Stroke
8. shock
C. GANGGUAN SISTEM PERNAPASAN
1. Pneumonia
2. Asma
3. Tuberkulosis
D. GANGGUAN KESEIMBANGAN CAIRAN, ELEKTROLIT, DAN ASAM
BASA
1. Dehidrasi
2. Oedema
3. Asidosis
4. alkalosis
E. GANGGUAN SISTEM PENCERNAAN
1. Gastritis
2. Gastroentritis
3. Kolelitiasis
4. Kolesistitis
5. Pankreatitis
F. GANGGUAN SISTEN UROGENITAL
1. Nefritis
2. Sistitis
3. Glomerulo nefritis
4. Uretritis
5. Batuginjal
6. Gagal ginjal
7. Uremia
8. Albuminuria
9. Hematuria
G. GANGGUAN SISTEM HEPAR
1. Ikterus
2. Hepatitis
3. Sirosis
H. GANGGUAN SISTEM ENDOKRIN
1. Hipotiroidisme
2. Hipertiroididme
3. Osteopororsis