Anda di halaman 1dari 13

TUGAS TERSTRUKTUR

MATA KULIAH PENYAKIT TROPIS PADA ANAK


“GEJALA DAN PENATALAKSANAAN DAN RUJUKAN PENYAKIT
TUBERCULOSIS & LEPRA”

DOSEN PENANGGUNG JAWAB


Dr.CITRA TRISNA,MARS
KELOMPOK 9 :

1) EKA PURI HANDAYANI


2) REZA SEPTIANINGSIH
3) TITIN NURAINI
4) UPIP ADINDA HANANI

POLTEKKES KEMENKES PONTIANAK


PRODI D-III JURUSAN KEBIDANAN
TINGKAT II B SEMESTER 3
2015/2016
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat dan karunia-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah berjudul Gejala Dan Penatalaksanaan Dan Rujukan Penyakit
Tuberculosis & Lepra. Selama proses penyusunan makalah ini, tidak lepas dari peran
dan dukungan dari berbagai pihak yang telah memberi semangat kepada penulis
untuk menyelesaikan makalah ini. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih
kepada dosen pembimbing yang telah membimbing penulis, teman – teman yang
telah membantu dan memberi dukungan terhadap penulis sehingga makalah ini
selesai tepat pada waktunya.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih terdapat kekurangan
dan keterbatasan, oleh karena itu kritik dan saran dari para pembaca maupun dosen
pembimbing sangat di harapkan demi perbaikan untuk masa-masa yang akan datang.
Akhir kata penulis ucapkan terima kasih, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi
kita semua.

Pontianak , September 2015

Penulis
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................................... i

DAFTAR ISI .................................................................................................................... ii

BAB 1 PENDAHULUAN ................................................................................................ 1

A. LATAR BELAKANG......................................................................................... 1

B. TUJUAN ............................................................................................................. 1

BAB 2 PEMBAHASAN .................................................................................................. 2

A. TUBERCULOSIS…………............................................................................... 2

B. LEPRA................................................................................................................. 2

BAB 3 PENUTUP ........................................................................................................... 9

A. KESIMPULAN .............................................................................................. 9

B. SARAN .......................................................................................................... 9

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................... 10


BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Sebagian besar bayi baru lahir dilahirkan dalam kondisi sehat, namun
beberapa bayi dapat mengalami keadaan-keadaan yang membutuhkan
pemeriksaan. Bayi baru lahir rentan terhadap beberapa penyakit dari pada
anak atau orang dewasa. Sistem kekebalan tubuhnya belum terbentuk
sempurna untuk melawan bakteri, virus dan parasit.

B. TUJUAN

C. RUMUSAN MASALAH
BAB II PEMBAHASAN

A. TUBERCULOSIS

1. Pengertian
Tuberkulosis (TB atau TBC) pada anak memang berbeda
dengan TBC pada orang dewasa. TBC pada anak menginfeksi primer
di parenkim paru yang tidak menyebabkan refleks batuk, sehingga
jarang ditemukan gejala TBC yang khas seperti batuk berdahak.
Pada parenkim paru ini juga kuman cenderung lebih sedikit, maka
TBC tidak menular antara sesama anak. Penyakit TBCsangat mudah
menular dari orangtua ke anak, tapi TBC tidak menular dari anak ke
anak.
TBC adalah penyakit serius yang gampang menular secara langsung
melalui udara. Anak-anak dengan kekebalan tubuh buruk paling rentan
tertular TB dari orang dewasa yang positif TB. Tapi TB tidak menular
antara sesama anak.

2. Penyebab
 Tuberkulosis (TB) adalah penyakit yang disebabkan oleh
kuman Mycobacterium Tuberculosis.
 Menurut WHO (1994), Indonesia menduduki peringkat ke-3
dunia dalam jumlah kasus baru TB.
 Sebanyak 10% dari seluruh kasus terjadi pada anak < 15 tahun.
3. Gejala

Gejala umum TB pada anak :


 Berat badan turun selama 3 bulan berturut-turut tanpa sebab
yang jelas, dan tidak naik dalam 1 bulan meskipun sudah
mendapatkan penanganan gizi yang baik (failure to thrive).
 Nafsu makan tidak ada (anorexia) dengan gagal tumbuh dan
berat badan tidak naik (failure to thrive) dengan adekuat.
 Demam lama/berulang tanpa sebab yang jelas (bukan tifus,
malaria atau infeksi saluran nafas akut), dapat disertai keringat
malam.
 Pembesaran kelenjar limfe bawah kulit yang tidak sakit.
Biasanya ganda, paling sering didaerah leher, ketiak dan
lipatan paha (inguinal).
 Gejala-gejala dari saluran nafas, misalnya batuk lama lebih dari
30 hari (setelah disingkirkan sebab lain dari batuk), tanda
cairan di dada dan nyeri dada.
 Gejala-gejala dari saluran cerna, misalnya diare berulang yang
tidak sembuh dengan pengobatan diare, benjolan (massa) di
rongga perut, dan tandatanda cairan dalam rongga perut.

Gejala Spesifik :
Gejala-gejala ini biasanya muncul tergantung dari bagian tubuh mana
yang terserang, misalnya:
 TB kulit/skrofuloderma
 TB tulang dan sendi:
- tulang punggung (spondilitis): gibbus
- tulang panggul (koksitis): pincang, pembengkakan di pinggul
- tulang lutut: pincang dan/atau bengkak
- tulang kaki dan tangan
 TB otak dan saraf:
- Meningitis: dengan gejala iritabel, kaku kuduk, muntah-
muntah dan kesadaran menurun.
 Gejala mata:
- conjunctivitis phlyctenularis
- tuberkel koroid (hanya terlihat dengan funduskopi)

4. Diagnosis
Diagnosis TBC pada anak tidak bisa dilakukan dengan uji
dahak (sputum test), karena memang jarang pasien TBC anak
mengalami batuk berdahak. Selain itu, foto rontgen pada anak juga
tidak bisa memberikan diagnosa yang tepat. Maka diperlukan uji
Tuberkulin atau uji Mantoux.
Uji Tuberkulin dilakukan dengan menyuntikkan tuberkulin
PPD intrakutan di volar lengan bawah. Reaksi obat dapat dilihat 48
sampai 72 jam setelah penyuntikan. Uji Tuberkulin positif
menunjukkan adanya infeksi TBC.
Ketika seorang anak sudah menderita penyakit TBC aktif yang
awalnya berupa Gejala TBC saja, maka seluruh anggota keluarga dan
orang dewasa lain yang kontak dekat dengan si anak harus diperiksa
untuk mencari sumber penularan dan segera diobati, agar rantai
penularan dapat dihentikan.
Untuk memudahkan penegakan diagnosis TB anak, IDAI
merekomendasikan diagnosis TB anak dengan menggunakan system
skoring, yaitu pembobotan terhadap gejala atau tanda klinis yang
dijumpai. Pasien dengan jumlah skor ≥6 ( sama atau lebih dari 6 ),
harus di tata laksana sebagai pasien TB dan mendapat pengobatan
dengan obat anti tuberculosis (OAT). Skor kurang dari 6 tetapi secara
klinis kecurigaan kearah TB kuat maka perlu dilakukan pemeriksaan
diagnostik lainnya sesuai indikasi, seperti bilasan lambung, patologi
anatomi, pungsi lumbal, pungsi pleura,foto tulang
dansendi,funduskopi, CT-Scan dan lain-lainnya(yang mungkin tidak
dapat dilakukan dirumah sakit ini).
5. Tata laksana

SKOR ≥ 6

Beri OAT selama 2 bulan dan


dievaluasi

respon (+) respon (-)


teruskan terapi TB sambil mencari
terapi TB diteruskan penyebabnya

pada sebagian besar kasus TB anak pengobatan selama 6 bulan cukup


adekuat. Setelah pemberian obat 6 bulan, lakukan evaluasi baik klien
maupun pemeriksaan penunjang. Evaluasi klinis pada TB anak
merupakan parameter terbaik untuk menilai keberhasilan pengobatan.
Bila dijumpai perbaikan klinis yang nyata walaupun gambaran
radiologic tidak menunjukkan perubahan yang berarti, OAT tetap
dihentikan.
6. Pengobatan
Pengobatan TB di bagi 2 tahap yaitu tahap awal/intensif(2
bulan pertama )dan sisanya sebagai tahap lanjutan dengan 2 macam
obat pada fase lanjutan (4 bulan, kecualipada TB berat). OAT pada
anak diberikan setiap hari, baik pada tahap intensif maupun tahap
lanjutan.
Untuk menjamin ketersediaan OAT untuk setiap pasien, OAT
disediakan dalam bentuk paket. Satu paket dibuat untuk satu pasien
untuk satu masa pengobatan. Paket OAT anak berisi obat untuk tahap
intensif, yaitu Rifampisin (R), Isoniazid (H), Pirazinamid (Z);
sedangkan untuk tahap lanjut yaitu Rifampisin (R) dan isoniazid (H).

DOSIS :
 INH : 5 – 15 mg/kg BB/hari, dosis maksimal 300mg/hari
 Rifampisi : 10 – 20mg/kg BB/hari, dosis maksimal 600mg/hari
 Pirazinamid : 15 – 30mg/kg BB/hari, dosis maksimal
2000mg/hari
 Etambutol : 15 – 20mg/kg BB/hari, dosis maksimal
1250mg/hari
 Streptomisin : 15 – 40mg/kg BB/hari, dosis maksimal
1000mg/hari

Untuk meningkatkan kepatuhan pasien, dalam menjalani


pengobatan yang relative lama dengan jumlah obat yang banyak, OAT
disediakan dalam bentuk kombinasi dosis tetap = KDT. (fixed dose
combination = FDC).

Tablet KDT untuk anak tersedia dalam 2 macam tablet RHZ.


Tablet yaitu yang merupakan tablet kombinasi dari R(Rifampisin) dan
H(Isoniasid) dan Z(Pirazinamid) yang digunakan pada tahap intensif.
Tablet RH yang merupakan tablet dikombinasi dari R(Rimfapisin) dan
H(Isoniazid) yang digunakan pada tahap lanjutan.

Jumlah tablet KDT yang diberikan harus disesuaikan dengan BB anak,


dan komposisi dari tablet KDT tersebut.

Berat Badan (KG) 2 Bulan tiap hari RHZ 4 Bulan tiap hari RH
(75/50/150) (75/50)
5-9 1 tablet 1 tablet
10 – 14 2 tablet 2 tablet
15 – 19 3 tablet 3 tablet
20 - 32 4 tablet 4 tablet

Keterangan

 Bayi dengan berat badan kurang dari 5kg dirujuk dirumah sakit
 Anak dengan BB lebih dari sama dengan 33kg, disesuaikan
dengan dosis dewasa
 Obat harus diberikan secara utuh tidak boleh dibelah
 OAT KDT dapat diberikan dengan cara ditelan secara utuh
atau digerus sesaat sebelum diminum
Bila paket KDT dapat digunakan paket OAT Kombipak Anak
dosisnya seperti pada table

Tabel 15a. Dosis OAT Kombipak-Fase-Awal/Intensif pada Anak

BB10-20kg
Jenis Obat BB <10kg BB 20-32kg
(Kombipak)
Isoniazid 50 mg 100 mg 200 mg
Rifampisin 75 mg 150 mg 300 mg
Pirazinamid 150 mg 300 mg 600 mg

Table 15b. Dosis OAT Kombipak-Fase-Lanjutan pada anak

BB 10-20kg
Jenis Obat BB <10kg BB 20-32kg
(Kombipak)
Isoniazid 50 mg 100 mg 200 mg
Rifampisin 75 mg 150 mg 300 mg

 Pada tahap intensif diberikan minimal 4 macam obat (INH,


Rifampisin, Pirazinamid, Etambutol atau Striptomisin)
 Pada tahap lanjutan diberikan INH dan Rifampisin selama 10
bulan
 Untuk kasus TB tertentu yaitu TB Miller, Efusi Pleura TB,
Perikarditis TB, TB endobrokial, Meningitis TB dan peritonitis
TB diberikan Kortikosterois (prednisone) dan dosis 1-2 mg/kg
bb/hari, dibagi dalam 3 dosis. Lama pemberian Kostikoroid
adalah 2-4minggu dengan dosis penuh, dilanjudkan tapering
off dalam jangka waktu 2-6minggu. Tujuan pemberian steroid
ini untuk mengurangi proses inflamasi dan mencegah terjadi
perlekatan jaringan.

Perhatian : hindarkan pemakaian streptonisin pada anak bila


memungkinkan karena penyuntikan terasa sakit, dapat terjadi
kerusakan permanen syaraf pendengaran dan terdapat resiko
penularan HIV akibat perlakuan yang tidak benar terhadap alat
suntikan

Tindak Lanjut

Setelah diberi OAT selama 2 bulan, respon pengobatan pasien harus


dievaluasi. Respon pengobatan dikatakan baik apabila gejala klinis
berkurang, nafsu makan meningkat, berat badan meningkat demam
menghilang dan batuk menghilang. Apabila respon pengobatan baik
maka pemberian OAT dilanjutkan sampai 6 bulan. Sedangkan respon
p[engobatan kurang atau tidak baik. Maka pengobatan TB tetap
dilanjudkan sambil dicari penyebabnya. System skoring hanya
digunakan untuk diagnosis bukan untuk menilai hasil pengobatan.

Pengobatan pencegahan (Profilaksis untuk Anak)

Bila anak balita sehat, yang tinggal serumah dengan pasien TB Paru
BTA positif, mendapatkan skor kurang dari 5 pada evaluasi dengan
system skopring, maka kepada anak balita tersebut diberikan isoniasif
dengan dosis 5-10mg/kg bb/hari selama 6 bulan. Bila anak tersebut
belum pernah mendapatkan imunisasi BCG. Imunisasi BCG dilakukan
setelah pengobatan dan pencegahan selesai

Tindakan kesehatan masyarakat

Laporkan setiap kasus kedinas kesehatan setmpat pastikan bahwa dilakukan


pemantauan pengobatan, periksa semua anggota keluarga serumah bila mungkin juga
ada kontak disekolah untuk mendeteksi kemungkinan TB dan upayakan
pengobatannya.

B. LEPRA

1.Pengertiaan
Kusta termasuk salah satu penyakit tertua di dunia. Kata kusta berasal dari bahasa
India 'kustha', yang dikenal 1400 sebelum masehi sebagai penyakit menular tidak fatal. Kusta
dikenal juga sebagai lepra, yang disebut dalam Alkitab berasal dari bahasa
Hebrew,'zaraath', yang sebetulnya mencakup berbagai penyakit kulit lainnya. Nama lain
untuk penyakit ini adalah penyakit Hansen, yang merupakan nama penemu bakteri

Kusta merupakan penyakit menahun yang menyerang syaraf tepi,


kulitsaluran pernafasan bagian atas,mata ,buah zakar dan organ tubuh
manusia yang dalam jangka panjang mengakibatkan sebagian anggota
tubuh penderita tidak dapat berfungsi sebagaimana mestinya.
Meskipun infeksius, tetapi derajat infektivitasnya rendah. Waktu
inkubasinya panjang, mungkin beberapa tahun, dan tampaknya
kebanyakan pasien mendapatkan infeksi sewaktu masa kanak-kanak.

2.penyebab
Penyebab kusta (Mycobaterium leprae): G.A. Hansen.
Kusta adalah penyakit infeksi kronis yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium
leprae yang bersifatintraselular obligat, artinya: bakteri tersebut harus berada di dalam sel
makhluk hidup untuk dapat berkembang biak.
Indonesia merupakan negara dengan jumlah penderita kusta dengan peringkat ketiga di
dunia setelah India dan Brazil, dengan jumlah penderita terbanyak di Jawa Timur, Papua,
Sulawesi Selatan, dan Maluku.
Kusta merupakan penyakit yang ditakuti karena dapat menyebabkan luka bergaung yang
sukar sembuh, perubahan bentuk anggota gerak dan wajah, dan kerusakan saraf dan otot.

3.Gejala

Waktu yang diperlukan dari bakteri masuk ke dalam tubuh hingga menimbulkan gejala
penyakit bervariasi antara 2 sampai 40 tahun, umumnya 5 sampai 7 tahun.
Gejala umum yang dapat timbul pada kusta adalah :
 Bercak kulit berbentuk seperti koin di mana pada tempat bercak tersebut hilangnya atau
berkurangnya kemampuan kulit untuk merasakan sensasi sentuhan, nyeri, panas, atau
dingin (mati rasa);
 Hilangnya kemampuan saraf yang terkena infeksi untuk merasakan sensasi di kulit;
 Lemas dan kelemahan otot;
 Foot drop atau clawed hand (tangan seperti mencakar) yang disebabkan nyeri akibat
kerusakan saraf dan kerusakan saraf yang cepat;
 Luka bergaung umumnya pada tangan dan kaki;
 Perubahan bentuk dari anggota gerak maupun struktur wajah karena rusaknya saraf;
 Berubahnya kulit wajah menjadi lebih tebal (pada kusta lanjut).

Gejala pada kusta berbeda-beda tergantung tipe dari gambaran mikroskopik jaringan dan
faktor kekebalan tubuh. Tipe-tipe kusta berdasarkan gejala, jumlah bakteri yang ditemukan,
gambaran kelainan jaringan secara mikroskopik,d an faktor kekebalan tubuh
adalah Tuberculoid Leprosy, Borderline Leprosy, dan Lepromatous Leprosy.
Pada Tuberculoid Leprosy, kelainan kulit yang tampak berupa bercak kurang berpigmen
yang batasnya jelas dan mati rasa pada area bercak tersebut. Sekitar bercak dapat
ditemukan batas-batas bercak yang menimbul dan berwarna kemerahan. Penderita
Tuberculoid Leprosy dapat mengalami pembesaran pada satu atau beberapa saraf tepi, di
mana yang paling sering adalah saraf yang terdapat pada lengan, pada bagian belakang
telinga, pada tungkai, dan berhubungan dengan gejala mati rasa serta kelainan otot.
Kepadatan bakteri yang ditemukan di kulit dalam skala logaritma adalah 0 sampai 1+.
Pada Lepromatous Leprosy, kelainan kulit yang tampak berupa benjolan-
benjolan kecil yang distribusinya simetris, bercak yang menimbul atau kelainan
kulit luas misalnya pada wajah. Manifestasi lanjut dapat tampak pada hilangnya
alis mata yang dimulai dari bagian pinggir sebelah luar, hilangnya bulu mata,
kulit

4.Tanda-tanda

Tanda tanda seseorang menderita penyakit kusta antara lain, kulit


mengalami bercak putih, merah, ada bagian tubuh tidak berkeringat,
rasa kesemutan pada anggota badan atau bagian raut muka, dan mati
rasa karena kerusakan syaraf tepi. Gejalanya memang tidak selalu
tampak. Justru sebaiknya waspada jika ada anggota keluarga yang
menderita luka tak kunjung sembuh dalam jangka waktu lama. Juga
bila luka ditekan dengan jari tidak terasa sakit.

Anda mungkin juga menyukai