Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat dan karunia-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah berjudul Gejala Dan Penatalaksanaan Dan Rujukan Penyakit
Tuberculosis & Lepra. Selama proses penyusunan makalah ini, tidak lepas dari peran
dan dukungan dari berbagai pihak yang telah memberi semangat kepada penulis
untuk menyelesaikan makalah ini. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih
kepada dosen pembimbing yang telah membimbing penulis, teman – teman yang
telah membantu dan memberi dukungan terhadap penulis sehingga makalah ini
selesai tepat pada waktunya.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih terdapat kekurangan
dan keterbatasan, oleh karena itu kritik dan saran dari para pembaca maupun dosen
pembimbing sangat di harapkan demi perbaikan untuk masa-masa yang akan datang.
Akhir kata penulis ucapkan terima kasih, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi
kita semua.
Penulis
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR....................................................................................................... i
A. LATAR BELAKANG......................................................................................... 1
B. TUJUAN ............................................................................................................. 1
A. TUBERCULOSIS…………............................................................................... 2
B. LEPRA................................................................................................................. 2
A. KESIMPULAN .............................................................................................. 9
B. SARAN .......................................................................................................... 9
A. LATAR BELAKANG
Sebagian besar bayi baru lahir dilahirkan dalam kondisi sehat, namun
beberapa bayi dapat mengalami keadaan-keadaan yang membutuhkan
pemeriksaan. Bayi baru lahir rentan terhadap beberapa penyakit dari pada
anak atau orang dewasa. Sistem kekebalan tubuhnya belum terbentuk
sempurna untuk melawan bakteri, virus dan parasit.
B. TUJUAN
C. RUMUSAN MASALAH
BAB II PEMBAHASAN
A. TUBERCULOSIS
1. Pengertian
Tuberkulosis (TB atau TBC) pada anak memang berbeda
dengan TBC pada orang dewasa. TBC pada anak menginfeksi primer
di parenkim paru yang tidak menyebabkan refleks batuk, sehingga
jarang ditemukan gejala TBC yang khas seperti batuk berdahak.
Pada parenkim paru ini juga kuman cenderung lebih sedikit, maka
TBC tidak menular antara sesama anak. Penyakit TBCsangat mudah
menular dari orangtua ke anak, tapi TBC tidak menular dari anak ke
anak.
TBC adalah penyakit serius yang gampang menular secara langsung
melalui udara. Anak-anak dengan kekebalan tubuh buruk paling rentan
tertular TB dari orang dewasa yang positif TB. Tapi TB tidak menular
antara sesama anak.
2. Penyebab
Tuberkulosis (TB) adalah penyakit yang disebabkan oleh
kuman Mycobacterium Tuberculosis.
Menurut WHO (1994), Indonesia menduduki peringkat ke-3
dunia dalam jumlah kasus baru TB.
Sebanyak 10% dari seluruh kasus terjadi pada anak < 15 tahun.
3. Gejala
Gejala Spesifik :
Gejala-gejala ini biasanya muncul tergantung dari bagian tubuh mana
yang terserang, misalnya:
TB kulit/skrofuloderma
TB tulang dan sendi:
- tulang punggung (spondilitis): gibbus
- tulang panggul (koksitis): pincang, pembengkakan di pinggul
- tulang lutut: pincang dan/atau bengkak
- tulang kaki dan tangan
TB otak dan saraf:
- Meningitis: dengan gejala iritabel, kaku kuduk, muntah-
muntah dan kesadaran menurun.
Gejala mata:
- conjunctivitis phlyctenularis
- tuberkel koroid (hanya terlihat dengan funduskopi)
4. Diagnosis
Diagnosis TBC pada anak tidak bisa dilakukan dengan uji
dahak (sputum test), karena memang jarang pasien TBC anak
mengalami batuk berdahak. Selain itu, foto rontgen pada anak juga
tidak bisa memberikan diagnosa yang tepat. Maka diperlukan uji
Tuberkulin atau uji Mantoux.
Uji Tuberkulin dilakukan dengan menyuntikkan tuberkulin
PPD intrakutan di volar lengan bawah. Reaksi obat dapat dilihat 48
sampai 72 jam setelah penyuntikan. Uji Tuberkulin positif
menunjukkan adanya infeksi TBC.
Ketika seorang anak sudah menderita penyakit TBC aktif yang
awalnya berupa Gejala TBC saja, maka seluruh anggota keluarga dan
orang dewasa lain yang kontak dekat dengan si anak harus diperiksa
untuk mencari sumber penularan dan segera diobati, agar rantai
penularan dapat dihentikan.
Untuk memudahkan penegakan diagnosis TB anak, IDAI
merekomendasikan diagnosis TB anak dengan menggunakan system
skoring, yaitu pembobotan terhadap gejala atau tanda klinis yang
dijumpai. Pasien dengan jumlah skor ≥6 ( sama atau lebih dari 6 ),
harus di tata laksana sebagai pasien TB dan mendapat pengobatan
dengan obat anti tuberculosis (OAT). Skor kurang dari 6 tetapi secara
klinis kecurigaan kearah TB kuat maka perlu dilakukan pemeriksaan
diagnostik lainnya sesuai indikasi, seperti bilasan lambung, patologi
anatomi, pungsi lumbal, pungsi pleura,foto tulang
dansendi,funduskopi, CT-Scan dan lain-lainnya(yang mungkin tidak
dapat dilakukan dirumah sakit ini).
5. Tata laksana
SKOR ≥ 6
DOSIS :
INH : 5 – 15 mg/kg BB/hari, dosis maksimal 300mg/hari
Rifampisi : 10 – 20mg/kg BB/hari, dosis maksimal 600mg/hari
Pirazinamid : 15 – 30mg/kg BB/hari, dosis maksimal
2000mg/hari
Etambutol : 15 – 20mg/kg BB/hari, dosis maksimal
1250mg/hari
Streptomisin : 15 – 40mg/kg BB/hari, dosis maksimal
1000mg/hari
Berat Badan (KG) 2 Bulan tiap hari RHZ 4 Bulan tiap hari RH
(75/50/150) (75/50)
5-9 1 tablet 1 tablet
10 – 14 2 tablet 2 tablet
15 – 19 3 tablet 3 tablet
20 - 32 4 tablet 4 tablet
Keterangan
Bayi dengan berat badan kurang dari 5kg dirujuk dirumah sakit
Anak dengan BB lebih dari sama dengan 33kg, disesuaikan
dengan dosis dewasa
Obat harus diberikan secara utuh tidak boleh dibelah
OAT KDT dapat diberikan dengan cara ditelan secara utuh
atau digerus sesaat sebelum diminum
Bila paket KDT dapat digunakan paket OAT Kombipak Anak
dosisnya seperti pada table
BB10-20kg
Jenis Obat BB <10kg BB 20-32kg
(Kombipak)
Isoniazid 50 mg 100 mg 200 mg
Rifampisin 75 mg 150 mg 300 mg
Pirazinamid 150 mg 300 mg 600 mg
BB 10-20kg
Jenis Obat BB <10kg BB 20-32kg
(Kombipak)
Isoniazid 50 mg 100 mg 200 mg
Rifampisin 75 mg 150 mg 300 mg
Tindak Lanjut
Bila anak balita sehat, yang tinggal serumah dengan pasien TB Paru
BTA positif, mendapatkan skor kurang dari 5 pada evaluasi dengan
system skopring, maka kepada anak balita tersebut diberikan isoniasif
dengan dosis 5-10mg/kg bb/hari selama 6 bulan. Bila anak tersebut
belum pernah mendapatkan imunisasi BCG. Imunisasi BCG dilakukan
setelah pengobatan dan pencegahan selesai
B. LEPRA
1.Pengertiaan
Kusta termasuk salah satu penyakit tertua di dunia. Kata kusta berasal dari bahasa
India 'kustha', yang dikenal 1400 sebelum masehi sebagai penyakit menular tidak fatal. Kusta
dikenal juga sebagai lepra, yang disebut dalam Alkitab berasal dari bahasa
Hebrew,'zaraath', yang sebetulnya mencakup berbagai penyakit kulit lainnya. Nama lain
untuk penyakit ini adalah penyakit Hansen, yang merupakan nama penemu bakteri
2.penyebab
Penyebab kusta (Mycobaterium leprae): G.A. Hansen.
Kusta adalah penyakit infeksi kronis yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium
leprae yang bersifatintraselular obligat, artinya: bakteri tersebut harus berada di dalam sel
makhluk hidup untuk dapat berkembang biak.
Indonesia merupakan negara dengan jumlah penderita kusta dengan peringkat ketiga di
dunia setelah India dan Brazil, dengan jumlah penderita terbanyak di Jawa Timur, Papua,
Sulawesi Selatan, dan Maluku.
Kusta merupakan penyakit yang ditakuti karena dapat menyebabkan luka bergaung yang
sukar sembuh, perubahan bentuk anggota gerak dan wajah, dan kerusakan saraf dan otot.
3.Gejala
Waktu yang diperlukan dari bakteri masuk ke dalam tubuh hingga menimbulkan gejala
penyakit bervariasi antara 2 sampai 40 tahun, umumnya 5 sampai 7 tahun.
Gejala umum yang dapat timbul pada kusta adalah :
Bercak kulit berbentuk seperti koin di mana pada tempat bercak tersebut hilangnya atau
berkurangnya kemampuan kulit untuk merasakan sensasi sentuhan, nyeri, panas, atau
dingin (mati rasa);
Hilangnya kemampuan saraf yang terkena infeksi untuk merasakan sensasi di kulit;
Lemas dan kelemahan otot;
Foot drop atau clawed hand (tangan seperti mencakar) yang disebabkan nyeri akibat
kerusakan saraf dan kerusakan saraf yang cepat;
Luka bergaung umumnya pada tangan dan kaki;
Perubahan bentuk dari anggota gerak maupun struktur wajah karena rusaknya saraf;
Berubahnya kulit wajah menjadi lebih tebal (pada kusta lanjut).
Gejala pada kusta berbeda-beda tergantung tipe dari gambaran mikroskopik jaringan dan
faktor kekebalan tubuh. Tipe-tipe kusta berdasarkan gejala, jumlah bakteri yang ditemukan,
gambaran kelainan jaringan secara mikroskopik,d an faktor kekebalan tubuh
adalah Tuberculoid Leprosy, Borderline Leprosy, dan Lepromatous Leprosy.
Pada Tuberculoid Leprosy, kelainan kulit yang tampak berupa bercak kurang berpigmen
yang batasnya jelas dan mati rasa pada area bercak tersebut. Sekitar bercak dapat
ditemukan batas-batas bercak yang menimbul dan berwarna kemerahan. Penderita
Tuberculoid Leprosy dapat mengalami pembesaran pada satu atau beberapa saraf tepi, di
mana yang paling sering adalah saraf yang terdapat pada lengan, pada bagian belakang
telinga, pada tungkai, dan berhubungan dengan gejala mati rasa serta kelainan otot.
Kepadatan bakteri yang ditemukan di kulit dalam skala logaritma adalah 0 sampai 1+.
Pada Lepromatous Leprosy, kelainan kulit yang tampak berupa benjolan-
benjolan kecil yang distribusinya simetris, bercak yang menimbul atau kelainan
kulit luas misalnya pada wajah. Manifestasi lanjut dapat tampak pada hilangnya
alis mata yang dimulai dari bagian pinggir sebelah luar, hilangnya bulu mata,
kulit
4.Tanda-tanda