Anda di halaman 1dari 8

Lex Privatum, Vol. IV/No.

7/Ags/2016

PERLINDUNGAN TENAGA KERJA DALAM PENDAHULUAN


KECELAKAAN KERJA DITINJAU DARI UNDANG- A. Latar Belakang
UNDANG NOMOR 13 TAHUN 20031 Kecelakaan kerja adalah suatu kejadian yang
Oleh : Rinie Ardiati Tindatu2 tidak dikehendaki dan tidak diduga semula yang
dapat menimbulkan korban manusia dan atau
ABSTRAK harta benda (PERMENAKER No. 03/MEN/1998).
Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk Menurut Suma’mur, defenisi kecelakaan adalah
mengetahui bagaimana perlindungan bagi kejadian tidak terduga dan tidak diharapkan.
tenaga kerja yang mengalami kecelakaan kerja Dikatakan tidak terduga karena di belakang
ditinjau dari Undang-Undang Nomor 13 Tahun peristiwa yang terjadi tidak terdapat unsur
2003 tentang Ketenagakerjaan dan bagaimana kesengajaan atau unsur perencanaan,
akibat hukum bagi pengusaha yang tidak sedangkan tidak diharapkan karena peristiwa
menjalankan Program perlindungan tenaga kecelakaan disertai kerugian material ataupun
kerja ditinjau dari Undang-Undang Nomor 13 menimbulkan penderitaan dari skala paling
Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan. Dengan ringan sampai skala paling berat3
menggunakan metode penelitian yuridis Terjadinya kecelakaan kerja menjadi
normatif disimpulkan: 1. Perlindungan hukum masalah bagi kelangsungan sebuah
bagi tenaga kerja apabila terjadi kecelakaan perusaahaan, karena kerugian yang diderita
kerja adalah diberlakukan sama pada semua tidak hanya berupa kerugian materi namun
pekerja. Apabila keputusan perusahaan lebih dari itu dapat menimbulkan adanya
melakukan PHK karena pekerja melakukan korban jiwa. Kehilangan sumberdaya manusia
kesalahan berat dibenarkan oleh hukum maka ini merupakan kerugian yang sangat besar
pekerja harus mendapatkan uang penggantian karena manusia adalah satu-satunya sumber
hak dan uang pisah. Apabila hak tersebut tidak daya yang tidak dapat digantikan oleh teknologi
dapat diperoleh oleh pekerja maka pekerja apapun.
dapat melakukan upaya penyelesaian hukum Banyak perusahaan yang ingin
secara sukarela atau secara wajib yang mengembangkan usahanya menjadi lebih besar
didahului lapor ke pegawai perantara untuk sehingga banyak tenaga kerja yang dibutuhkan,
mendapatkan anjuran Depnaker. 2. Pemutusan baik tenaga kerja penuh, tenaga kerja paruh
hubungan kerja memberikan pengaruh waktu, tenaga kerja sementara maupun
psikologis, ekonomis, bagi si pekerja beserta pengganti. Undang-Undang Nomor 13 Tahun
keluarganya dalam mempertahankan 2003 tentang Ketenagakerjaan tidak
kelangsungan hidupnya. Apabila PHK tidak membedakan antara pekerja penuh, pekerja
dapat dihindari, maka sesuai dengan alasan paruh waktu, pekerja sementara maupun
yang mendasari terjadinya PHK maka pekerja pengganti. Pekerja merupakan bagian
pengusaha diwajibkan membayar uang dari tenaga kerja yaitu tenaga kerja yang
pesangon, dan atau uang penghargaan masa bekerja di dalam hubungan kerja, di bawah
kerja yang disesuaikan dengan masa kerja serta perintah pemberi kerja (bisa perorangan,
uang penggantian hak. Oleh sebab itu maka pengusaha, badan hukum, atau badan lainnya)
setiap pengusaha diwajibkan untuk dan atas jasanya dalam bekerja yang
mengikutsertakan pekerjanya dalam Program bersangkutan menerima upah atau imbalan
BPJS. dalam bentuk lainnya.4
Kata kunci: Perlindungan, tenaga kerja, Kecelakaan kerja dapat terjadi bagi semua
kecelakaan kerja. pekerja. Untuk itu diperlukan perlindungan
yang jelas bagi setiap pekerja. Meskipun
perusahaan hanya diijinkan mempekerjakan
tenaga kerja jika memiliki polis asuransi yang
berlaku untuk memenuhi kewajibannya atas

1 3
Artikel Skripsi. Dosen Pembimbing : Soeharno, SH, MH; Suma’mur, 1985. Keselamatan Kerja Dan Pencegahan
Alfreds J. Rondonuwu, SH, MH. Kecelakaan, Gunung Agung, Jakarta, hal 112.
2 4
Mahasiswa pada Fakultas Hukum Unsrat, NIM. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang
110711372 Ketenagakerjaan.

46
Lex Privatum, Vol. IV/No. 7/Ags/2016

terjadinya cedera/kecelakaan di tempat kerja hukum serta bahan-bahan hukum tersier, yaitu
bagi semua tenaga kerja, terlepas dari kamus-kamus hukum. Bahan-bahan hukum
panjangnya kontrak kerja atau jam kerja, baik yang ada dianalisis secara kualitatif dan
tenaga kerja penuh atau paruh waktu, maupun normatif.
tetap atau sementara. Namun itu saja tidak bisa
dijadikan jaminan perusahaan akan PEMBAHASAN
bertanggungjawab penuh apabila terjadi A. Keselamatan dan Kesehatan Kerja
kecelakaan kerja. Keselamatan dan kesehatan kerja (K3)
Pengertian dari perlindungan tenaga kerja sangat dibutuhkan dalam kegiatan industri, hal-
adalah perlindungan yang diberikan dalam hal yang melatar belakanginya yaitu bahwa
lingkungan kerja itu sendiri, dengan jalan setiap aktifitas industri selalu mengandung
memberikan tuntutan, maupun dengan cara bahaya dan risiko keselamatan dan kesehatan
meningkatkan pengakuan hak-hak asasi kerja. Bahaya dan risiko tersebut akan
manusia, perlindungan fisik dan teknis serta menimbulkan konsekuensi. Apabila K3 tidak
sosial dan ekonomi melalui norma yang dikelola dengan baik, maka akan menimbulkan
berlaku.5 Untuk mendukung keberhasilan kerugian.
pembangunan ketenagakerjaan tersebut maka Kerugian-kerugian tersebut berupa aset
harus ada upaya yang dilakukan pula kepada perusahaan dari yang paling ringan sampai
peningkatan lingkungan kerja yang sehat, kepada kehancuran, dari sisi pekerja dari
higienis, aman, dan nyaman, guna cacat/sakit yang ringan sampai kepada korban
meningkatkan produktivitas tenaga kerja dan jiwa, sedangkan dari segi lingkungan dari
mengurangi tingkat terjadinya kecelakaan tingkat pencemaran ringan sampai bencana.
kerja, dalam membantu terciptanya hubungan Tujuan keselamatan dan kesehatan kerja yaitu
industrial yang harmonis. Hal ini dapat menciptakan kondisi kerja yang aman dan sehat
dilakukan dengan melakukan pengembangan sehingga mencegah terjadinya luka-luka,
keselamatan kerja (KK) dan HIPERKES (higienis penyakit, dan kecelakaan yang dapat
perusahaan dan kesehatan kerja). menimbulkan kerugian baik material maupun
non material, mencegah terjadinya penurunan
B. Perumusan Masalah kesehatan atau gangguan lainnya (cacat, cidera)
1. Bagaimana perlindungan bagi tenaga kerja pada pekerja yang diakibatkan oleh potensi
yang mengalami kecelakaan kerja ditinjau bahaya dan risiko yang ada di tempat kerja,
dari Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 serta menciptakan keserasian antara pekerja
tentang Ketenagakerjaan? dengan pekerjaan maupun lingkungan kerjanya
2. Bagaimana akibat hukum bagi pengusaha baik secara fisiologis maupun psikologis untuk
yang tidak menjalankan Program meningkatkan kapasitas, kinerja dan
perlindungan tenaga kerja ditinjau dari produktivitas kerja.
Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 Tujuan akhir dari keselamatan dan
Tentang Ketenagakerjaan? kesehatan kerja yaitu “hidup yang berkualitas”
yang berarti sehat fisik, mental, sosial, spiritual.
C. Metode Penelitian Maksud dari hidup yang berkualitas yaitu tidak
Penelitian dalam menyusun karya ilmiah menderita cacat, tidak menderita sakit, tidak
dalam bentuk Skripsi ini menggunakan metode terjadi “kematian prematur”, usia harapan
hukum normatif dengan cara meneliti bahan- hidup tinggi, memiliki kapasitas kerja yang
bahan kepustakaan hukum berupa bahan- tinggi, mampu menikmati masa pensiun
bahan hukum primer yang terdiri dari sekurang-kurangnya 10 tahun setelah purna
peraturan perundang-undangan yang berkaitan karya.
dengan bidang kehutanan dan bahan-bahan UU No. 1 Tahun 1970 Tentang Keselamatan
hukum sekunder yang dapat mendukung Kerja, Ramli (2010)6, telah ditetapkan syarat-
pembahasan literatur dan karya-karya ilmiah syarat keselamatan kerja yang harus dipenuhi
oleh setiap orang atau yang menjalankan
5
Gunarto Suhardi, 2006. Perlindungan Hukum Bagi Para
Pekerja Kontrak Outsourcing, Penerbit Universitas Atma
6
Jaya, Yogyakarta, hal 87. Ramli Soehatman, 2010. Op.cit., hal 56.

47
Lex Privatum, Vol. IV/No. 7/Ags/2016

usaha, baik formal maupun informal, di dengan butir 11, banyak yang tidak
manapun berada dalam upaya memberikan dilaksanakan secara penuh.
perlindungan Keselamatan dan Kesehatan
kepada semua orang yang berada di lingkungan B. Perlindungan Hukum Bagi Tenaga Kerja
usahanya. Syarat-syarat Keselamatan Kerja Pemutusan hubungan kerja memberikan
seperti pada pasal 3 (1) dimaksud untuk: pengaruh psikologis, ekonomis, bagi si pekerja
1. Mencegah dan mengurangi kecelakaan. beserta keluarganya dalam mempertahankan
2. Memberikan keselamatan atau jalan kelangsungan hidupnya. PHK harus diupayakan
penyelamatan dari pada waktu untuk dicegah. Pengusaha dilarang melakukan
kebakaran atau kejadian-kejadian lain PHK apabila didasarkan pada alasan-alasan
yang membahayakan. berdasarkan Pasal 153 ayat (1) UU No.13 Tahun
3. Mencegah, mengurangi dan 2003 yaitu:
memadamkan kebakaran. a. Pekerja/buruh berhalangan masuk kerja
4. Memberikan pertolongan pada karena sakit menurut keterangan dokter
kecelakaan. selama waktu tidak melampaui 12 (dua
5. Memberikan perlindungan diri pada belas) bulan secara terus-menerus;
pekerja. b. Pekerja/buruh berhalangan menjalankan
6. Mencegah dan mengendalikan timbul pekerjaannya karena memenuhi kewajiban
atau menyebar luasnya suhu, terhadap negara sesuai dengan ketentuan
kelembaban, debu, kotoran, asap, uap, perundang-undangan yang berlaku;
gas, aliran udara, cuaca, sinar, radiasi, c. Pekerja/buruh menjalankan ibadah yang
kebisingan dan getaran. diperintahkan agamanya;
7. Mencegah dan mengendalikan timbulnya d. Pekerja/buruh menikah;
penyakit akibat kerja baik fisik maupun e. Pekerja/buruh perempuan hamil,
pisikis, peracunan, infeksi dan penularan. melahirkan, gugur kandungan atau
8. Memperoleh penerangan yang cukup dan menyusui bayinya;
sesuai. f. Pekerja/buruh mempunyai pertalian darah
9. Menyelenggarakan suhu dan kelembaban dan/atau ikatan perkawinan dengan
udara yang baik. pekerja/buruh lainnya di dalam satu
10. Menyelenggarakan penyegaran udara perusahaan, kecuali telah diatur dalam
yang cukup. perjanjian kerja, peraturan perusahaan,
11. Memelihara kebersihan, kesehatan dan atau perjanjian kerja bersama;
ketertiban. g. Pekerja/buruh mendirikan, menjadi
12. Mengamankan dan memperlancar anggota dan atau pengurus serikat
pengangkutan orang dan barang. pekerja/serikat buruh, pekerja/buruh
13. Mengamankan dan memperlancar melakukan kegiatan serikat pekerja/serikat
pekerjaan bongkar muat, perlakuan dan buruh di luar jam kerja, atau di dalam jam
penyimpanan barang. kerja atas kesepakatan pengusaha, atau
14. Mencegah terkena aliran lisrtik yang berdasarkan ketentuan yang diatur dalam
berbahaya. perjanjian kerja, peraturan perusahaan,
15. Menyesuaikan dan menyempurnakan atau perjanjian kerja bersama;
pengamanan pada pekerjaan yang h. Pekerja/buruh yang mengadukan
berbahaya, kecelakaan yang menjadi pengusaha kepada yang berwajib mengenai
bertambah tinggi. perbuatan pengusaha yang melakukan
Jika setiap perusahaan memperhatikan tindak pidana kejahatan;
dengan sungguh ke-15 syarat keselamatan i. Karena perbedaan paham, agama, aliran
kerja sebagaimana disebutkan di atas maka politik, suku, warna kulit, golongan, jenis
pekerja akan dapat melaksanakan pekerjaan kelamin, kondisi fisik, atau status
dengan baik. Namun kenyatannya tidak semua perkawinan;
perusahaan memperhatikan secara penuh hal- j. Pekerja/buruh dalam keadaan cacat tetap,
hal tersebut. Beberapa perusahaan sakit akibat kecelakaan kerja, atau sakit
mengabaikan beberapa hal pada butir 5 sampai karena hubungan kerja yang menurut surat

48
Lex Privatum, Vol. IV/No. 7/Ags/2016

keterangan dokter yang jangka waktu 6) memberikan pekerjaan yang


penyembuhannya belum dipastikan7. membahayakan jiwa, keselamatan,
Apabila PHK tidak dapat dicegah atau kesehatan dan kesusilaan
dihindari, maka pekerja yang di PHK oleh pekerja/buruh, sedangkan pekerjaan
majikan sesuai dengan alasan yang mendasari tersebut tidak dicantumkan pada
terjadinya PHK akan mendapatkan uang perjanjian kerja.
pesangon, penghargaan masa kerja dan uang d. Pemutusan hubungan kerja karena
ganti kerugian. Kesemuanya itu dimaksudkan kehendak majikan.
berfungsi sebagai jaminan pendapatan. Pemutusan hubungan atas kehendak
Pada garis besarnya pemutusan hubungan majikan adalah harus disertai ijin dari P4
kerja dapat dibagi dalam empat golongan yaitu: Daerah atau P4 Pusat selama lembaga
a. Pemutusan hubungan kerja karena hukum. penyelesaian perselisihan hubungan
Jika hubungan kerja yang diadakan untuk industrial belum terbentuk. Kriteria
waktu tertentu, dan waktunya tersebut kesalahan berat yang dapat dijadikan dasar
telah habis atau berakhir, maka pemutusan oleh majikan dalam memutus hubungan
hubungan kerja dalam hal ini tidak kerjanya dengan pekerja diatur dalam Pasal
diperlukan ijin. Hal demikian berarti putus 158 ayat (1) UU No.13 Tahun 2003.
dengan sendirinya, karena hukum. Apabila PHK tidak dapat dihindari, maka
b. Pemutusan hubungan kerja karena sesuai dengan alasan yang mendasari
keputusan pengadilan. terjadinya PHK maka pengusaha diwajibkan
Pemutusan hubungan kerja oleh Pengadilan membayar uang pesangon, dan atau uang
ialah pemutusan dengan melalui yang penghargaan masa kerja yang disesuaikan
berwenang di Pengadilan atas permintaan dengan masa kerja serta uang penggantian hak.
yang bersangkutan, yang berdasarkan Ketentuan uang pesangon berdasarkan Pasal
alasan-alasan penting. 156 ayat (2) UU No. 13 Tahun 2003 yaitu:
c. Pemutusan hubungan kerja karena a. Masa kerja kurang dari 1 tahun, 1 bulan
kehendak pekerja. upah;
Meliputi karena alasan mengundurkan diri b. Masa kerja 1 tahun atau lebih tetapi kurang
atau alasan mendesak. Hal ini sesuai dari 2 tahun, 2 bulan upah;
dengan Pasal 169 ayat (1) UU No.13 Tahun c. Masa kerja 2 tahun atau lebih tetapi kurang
2003 yaitu: pekerja/buruh dapat dari 3 tahun, 3 bulan upah;
mengajukan permohonan pemutusan d. Masa kerja 3 tahun atau lebih tetapi kurang
hubungan kerja kepada lembaga dari 4 tahun, 4 bulan upah;
penyelesaian perselisihan hubungan e. Masa kerja 4 tahun atau lebih tetapi kurang
industrial dalam hal pengusaha melakukan dari 5 tahun, 5 bulan upah;
perbuatan sebagai berikut: f. Masa kerja 5 tahun atau lebih tetapi kurang
1) menganiaya, menghina secara kasar dari 6 tahun, 6 bulan upah;
atau mengancam pekerja/buruh; g. Masa kerja 6 tahun atau lebih tetapi kurang
2) membujuk dan/atau menyuruh dari 7 tahun, 7 bulan upah;
pekerja/buruh untuk melakukan h. Masa kerja 7 tahun atau lebih tetapi kurang
perbuatan yang bertentangan dengan dari 8 tahun, 8 bulan upah;
peraturan perundangan-undangan; i. Masa kerja 8 tahun atau lebih, 9 bulan
3) tidak membayar upah tepat pada upah8.
waktu yang telah ditentukan selama 3 Ketentuan uang penghargaan masa kerja
(tiga) bulan berturut-turut atau lebih; berdasarkan Pasal 156 ayat (3) UU No. 13
4) tidak melakukan kewajiban yang telah Tahun 2003 yaitu:
dijanjikan kepada pekerja/buruh; a. Masa kerja 3 tahun atau lebih tetapi kurang
5) memerintahkan pekerja/buruh untuk dari 6 tahun, 2 bulan upah;
melaksanakan pekerjaan di luar yang b. Masa kerja 6 tahun atau lebih tetapi kurang
diperjanjikan; atau dari 9 tahun, 3 bulan upah;

7 8
Pasal 153 ayat (1) UU No.13 Tahun 2003 Pasal 156 ayat (2) UU No. 13 Tahun 2003

49
Lex Privatum, Vol. IV/No. 7/Ags/2016

c. Masa kerja 9 tahun atau lebih tetapi kurang bertentangan dengan peraturan
dari 12 tahun, 4 bulan upah; perundang-undangan;
d. Masa kerja 12 tahun atau lebih tetapi g. dengan ceroboh atau sengaja merusak atau
kurang dari 15 tahun, 5 bulan upah; membiarkan dalam keadaan bahaya barang
e. Masa kerja 15 tahun atau lebih tetapi milik milik perusahaan yang menimbulkan
kurang dari 18 tahun, 6 bulan upah; kerugian bagi perusahaan;
f. Masa kerja 18 tahun atau lebih tetapi h. dengan ceroboh atau sengaja membiarkan
kurang dari 21 tahun, 7 bulan upah; teman sekerja atau pengusaha dalam
g. Masa kerja 21 tahun atau lebih tetapi keadaan bahaya di tempat kerja;
kurang dari 24 tahun, 8 bulan upah; i. membongkar atau membocorkan rahasia
h. Masa kerja 24 tahun atau lebih, 10 bulan perusahaan yang seharusnya dirahasiakan
upah9. kecuali untuk kepentingan negara; atau
Uang penggantian hak yang seharusnya j. melakukan perbuatan lainnya di lingkungan
diterima berdasarkan Pasal 156 ayat (4) UU No. perusahaan yang diancam pidana penjara 5
13 Tahun 2003 meliputi: (lima) tahun atau lebih11.
a. Cuti tahunan yang belum diambil dan Sebelas kriteria kesalahan berat yang diatur
belum gugur; dalam Pasal 158 ayat (1) UU No. 13 Tahun 2003
b. Biaya atau ongkos pulang untuk itu pada dasarnya dapat disejajarkan dengan
pekerja/buruh dan keluarganya ke tempat delict (perbuatan melanggar hukum) kejahatan,
di mana pekerja/buruh diterima bekerja; yang diatur dalam Buku kedua Wetboek van
c. Penggantian perumahan serta pengobatan starfrecht.
dan perawatan ditetapkan 15% dari uang Diputuskannya pekerja telah melakukan
pesangon dan/atau uang penghargaan kesalahan berat, haruslah didasarkan pada
masa kerja yang memenuhi syarat; prosedur yang diatur dalam Pasal 158 ayat (2)
d. Hal-hal lain yang ditetapkan dalam UU No. 13 Tahun 2003, yaitu:
perjanjian kerja, peraturan perusahaan a. pekerja/buruh tertangkap tangan;
atau perjanjian kerja bersama10. b. ada pengakuan dari pekerja/buruh
Berdasarkan ketentuan Pasal 158 ayat (1) yang bersangkutan, atau;
UU No. 13 Tahun 2003 pengusaha dapat c. bukti lain berupa laporan kejadian yang
memutuskan hubungan kerja terhadap dibuat oleh pihak yang berwenang di
pekerja/buruh dengan alasan pekerja/buruh perusahaan yang bersangkutan dan
telah melakukan kesalahan berat sebagai didukung oleh sekurang-kurangnya 2
berikut: (dua) orang saksi.
a. melakukan penipuan, pencurian atau Tiga syarat yang ditetapkan dalam Pasal 158
penggelapan barang dan/atau uang milik ayat (2) UU No. 13 Tahun 2003 harus bersifat
perusahaan; kumulatif, tidak boleh alternatif. Maksudnya
b. memberikan keterangan palsu atau yang adalah kesemua syarat yang ditetapkan dalam
dipalsukan sehingga merugikan Pasal 158 ayat (2) UU No. 13 Tahun 2003 itu
perusahaan; harus ada, tidak adanya salah satu syarat dari
c. mabuk, meminum minuman keras yang ketiga syarat itu menjadikan putusan
memabukkan, memakai dan/atau pengusaha/majikan bahwa pekerja telah
mengedarkan narkotika, psikotropika dan melakukan kesalahan berat tidak dapat
zat aditiktif lainnya di lingkungan kerja; diterima12.
d. melakukan perbuatan asusila atau Syarat pertama yang menyebutkan bahwa
perbuatan perjudian di lingkungan kerja; pekerja/buruh telah tertangkap tangan
e. menyerang, menganiaya, mengancam, atau maksudnya adalah pekerja telah dapat
mengintimidasi teman sekerja atau dibuktikan berdasarkan adanya bukti awal
pengusaha di lingkungan kerja; bahwa ia telah melakukan salah satu perbuatan
f. membujuk teman sekerja atau pengusaha yang telah ditetapkan dalam Pasal 158 ayat (1)
untuk melakukan perbuatan yang UU No. 13 Tahun 2003. Ada bukti awal yang

9 11
Pasal 156 ayat (3) UU No. 13 Tahun 2003 Pasal 158 ayat (1) UU No. 13 Tahun 2003
10 12
Pasal 156 ayat (4) UU No. 13 Tahun 2003 Pasal 158 ayat (2) UU No. 13 Tahun 2003

50
Lex Privatum, Vol. IV/No. 7/Ags/2016

cukup untuk dinyatakan bahwa pekerja telah Kekurang cermatan dalam merumuskan
melakukan kesalahan berat. norma hukum tanpa memahami konsep bahasa
Syarat yang kedua yaitu adanya pengakuan hukum memang dapat berpengaruh pada
dari pekerja/buruh yang bersangkutan bahwa ia keberlakuan hukum. Apabila dilakukan analisis
telah melakukan perbuatan yang telah maka ketentuan Pasal 158 ayat (2) UU No. 13
dituduhkan berdasarkan bukti awal pada saat Tahun 2003 itu tidak memenuhi syarat
tertangkap tangan. Pengakuan dari keberlakuan yuridis dari Bruggink13.
pekerja/buruh itu dapat dibuat dalam bentuk Apabila pekerja mengalami PHK karena
lisan maupun bentuk tertulis. Untuk menjamin telah melakukan kesalahan berat maka pekerja
adanya kepastian hukum sebaiknya pengakuan itu mempunyai hak sesuai dengan ketentuan
dari pekerja/ buruh yang bersangkutan dibuat UU No. 13 Tahun 2003 Pasal 158 ayat (3) yaitu:
dalam bentuk tertulis, lebih baik lagi apabila Pekerja/buruh yang diputus hubungan kerjanya
yang membuat adalah pekerja sendiri (dalam berdasarkan alasan sebagaimana dimaksud
arti tidak dibuatkan oleh personalia seperti dalam ayat (1) dapat memperoleh uang
yang terjadi di dalam praktek). Tentunya penggantian hak sebagaimana dimaksud dalam
pembuatan surat pernyataan pengakuan telah Pasal 156 ayat (4) dan Pasal 158 ayat (4) UU No.
melakukan salah satu dari perbuatan yang 13 Tahun 2003 yaitu: Bagi pekerja/buruh
termasuk dalam kriteria kesalahan berat sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) yang
itu harus dibuat dengan kesadaran sendiri tidak tugas dan fungsinya tidak mewakili kepentingan
dalam keadaan adanya paksaan, tekanan, atau pengusaha secara langsung, selain uang
tipu muslihat dari pengusaha/ majikan ataupun penggantian hak sesuai dengan ketentuan Pasal
dari pihak personalia. Intinya tidak boleh dibuat 156 ayat (4) diberikan uang pisah yang
atas dasar adanya kebohongan. besarnya dan pelaksanaannya diatur dalam
Syarat yang ketiga adalah adanya bukti lain perjanjian kerja, peraturan perusahaan atau
berupa laporan kejadian yang dibuat oleh pihak perjanjian kerja bersama.14
yang berwenang di perusahaan yang
bersangkutan dan didukung oleh sekurang- PENUTUP
kurangnya dua orang saksi. Syarat ketiga ini A. Kesimpulan
pada dasarnya merupakan kelanjutan dari telah 1. Perlindungan hukum bagi tenaga kerja
dipenuhinya syarat pertama dan syarat kedua. apabila terjadi kecelakaan kerja adalah
Syarat ketiga pada hakekatnya memperkuat diberlakukan sama pada semua pekerja.
sayarat pertama dan syarat kedua. Apabila keputusan perusahaan melakukan
Hal ini berlainan dengan rumusan dari PHK karena pekerja melakukan kesalahan
ketentuan Pasal 158 ayat 2 yang dapat berat dibenarkan oleh hukum maka pekerja
ditafsirkan hanya menentukan ketiga syarat itu harus mendapatkan uang penggantian hak
sebagai syarat alternatif dan bukan sebagai dan uang pisah. Apabila hak tersebut tidak
syarat kumulatif. Dikatakan secara penafsiran dapat diperoleh oleh pekerja maka pekerja
bahwa itu menunjukkan sebagai syarat dapat melakukan upaya penyelesaian
alternatif karena antara Pasal 158 ayat (2) b hukum secara sukarela atau secara wajib
dan Pasal 158 ayat (2) c, UU No. 13 Tahun 2003 yang didahului lapor ke pegawai perantara
menyebutkan kata atau bukan dan. untuk mendapatkan anjuran Depnaker.
Penggunaan kata dan dengan kata atau 2. Pemutusan hubungan kerja memberikan
dalam konteks bahasa hukum membawa akibat pengaruh psikologis, ekonomis, bagi si
yang berlainan. Seharusnya redaksional Pasal pekerja beserta keluarganya dalam
158 ayat (2) UU No. 13 Tahun 2003 itu tertulis mempertahankan kelangsungan hidupnya.
dan. Kekhawatiran akan terjadinya penyalah- Apabila PHK tidak dapat dihindari, maka
gunaan yang akan terjadi di masyarakat dapat sesuai dengan alasan yang mendasari
dipahami. Mengingat apabila syarat yang terjadinya PHK maka pengusaha diwajibkan
terdapat dalam Pasal 158 ayat (2) UU No. 13 membayar uang pesangon, dan atau uang
Tahun 2003 dapat hanya dipakai salah satu
saja. 13
Bruggink, JJH, alih bahasa Arief Sidharta, 1996. Op.cit,
hal 140.
14
Pasal 158 ayat (3) dan ayat (4) UU No. 13 Tahun 2003.

51
Lex Privatum, Vol. IV/No. 7/Ags/2016

penghargaan masa kerja yang disesuaikan Kartasapoetra, G., 1992, Hukum Perburuhan di
dengan masa kerja serta uang penggantian Indonesia Berdasarkan Pancasila, Sinar
hak. Oleh sebab itu maka setiap pengusaha Grafindo, Jakarta.
diwajibkan untuk mengikutsertakan Manulang, S. H. 1998. Pokok-Pokok Hukum
pekerjanya dalam Program BPJS. Ketenagakerjaan Di Indonesia, PT Rineka
Citra, Jakarta.
B. Saran Ridwan, H. A. dan Gultom, S. S., 1987, Sari
1. Perlunya dibentuk lembaga yang bertugas Hukum Perburuhan Aktual, Pradnya
mengawasi dunia perburuhan yang Paramita, Jakarta.
independen, yang berorientasi kepada Sastrohadiwiryo, S., 2003. Manajemen Tenaga
pembangunan ekonomi dan hak asasi Kerja Indonesia, Pendekatan
manusia. Hal ini diperlukan mengingat Administratif dan Operasional, Bumi
masih banyaknya pelanggaran hak asasi Aksara, Cet.II, Jakarta.
manusia di dalam dunia perburuhan, mulai Simanjuntak, P., 2000. Pengantar Ekonomi
dari pelanggaran hak-hak pekerja/buruh Sumber Daya Manusia, Ghalia, Jakarta.
hingga eksploitasi tenaga kerja. Soehatman, R., 2010. Pedoman Praktis
2. Tidak semua buruh tergabung di dalam Manajemen Risiko dalam Perspektif K3
serikat pekerja. Hal ini membuat banyak OHS Risk Management. Dian Rakyat,
pekerja/buruh yang dimanfaatkan oleh Jakarta.
pemberi kerja. Buruh/pekerja dengan Suhardi, G., 2006. Perlindungan Hukum Bagi
pengetahuan yang kurang tidak tahu akan Para Pekerja Kontrak Outsourcing,
mengadu kepada siapa atau ke mana, Penerbit Universitas Atma Jaya,
ataupun merasa tidak perlu mengadu Yogyakarta.
kepada pihak berwajib bila diperlakukan Suma’mur, 1985. Keselamatan Kerja Dan
semena-mena. Pencegahan Kecelakaan, Gunung Agung,
3. Perlu adanya sosialisasi yang luas mengenai Jakarta.
hak-hak pekerja/buruh. Buruknya ________, 1989. Keselamatan Kerja dan
pengetahuan pekerja/buruh mengenai hak- Pencegahan Kecelakaan. CV. Haji
haknya sering dimanfaatkan oleh pemberi Masagung, Jakarta.
kerja. Masih banyak ditemukan ________, 1996. Hygiene Perusahaan dan
pekerja/buruh yang dikenakan pemutusan Kesehatan Kerja. PT. Gunung Agung,
hubungan kerja (PHK) tidak diberikan uang Jakarta.
yang merupakan haknya sesuai dengan Supomo, I., 1986. Pengantar Hukum
Undang-Undang No. 13 Tahun 2003 Perburuhan, Jambatan, Jakarta.
tentang Ketenagakerjaan. Wijayanti, A., 2009. Hukum Ketenagakerjaan
Pasca Reformasi, Sinar Grafika, Surabaya.
DAFTAR PUSTAKA B. Skrispi/Tesis
A. Buku Angkat, S., 2008. Analisis Upaya Pencegahan
Adikusuma, S., 1992, Kamus lengkap populer, Kecelakaan Kerja Pada Pekerja Bangunan
Pustaka Tinta Mas, Surabaya. Perusahaan X. Tesis. Sekolah
Ali, Z., 2009. Metode Penelitian Hukum, Sinar Pascasarjana, Universitas Sumatera
Grafika, Jakarta. Utara, Medan.
Asikin, Z., 1993. Dasar-Dasar Hukum Dauly, F. A., 2010. Faktor-Faktor yang
Perburuhan, PT. Raja Grafindo Persada, berhubungan dengan Kecelakaan Kerja
Jakarta. Pada Buruh Konstruksi di PT. PP (Persero)
Bruggink, JJH, alih bahasa Arief Sidharta, 1996, Proyek Tiffani Apartemen Kemang,
Refleksi tentang hukum, Citra Aditya Jakarta Selatan. Skripsi. Fakultas
Bakti, Bandung. Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN
Djuamialdji, 2005. Perjanjian Kerja Edisi Revisi, Syarif Hidayatullah, Jakarta.
Sinar Grafika, Jakarta. Jawawi, I., 2008. Beberapa Faktor Resiko yang
Berhubungan dengan Tingkat Kecelakaan
Kerja di PT. Hok Tong Pontianak (Pabrik

52
Lex Privatum, Vol. IV/No. 7/Ags/2016

Crum Rubber). Skripsi, FKM UNDIP, Penyelenggaraan Program Jaminan


Semarang. Kecelakaan Kerja dan Jaminan Kematian
Sari, H., 2000. Analisis Faktor-Faktor yang Bagi Pekerja Harian Lepas, Borongan, dan
Berhubungan terhadap Kecelakaan yang Perjanjian Kerja Waktu Tertentu pada
Terjadi di Perusahaan Keramik PT. X Sektor Usaha Jasa Konstruksi (download
Cikarang. Skripsi FKM UI, Depok. online).
Sutioso, H. dan Susanto, R., 2005. Kecelakaan
dan Keselamatan Kerja Pekerjaan Galian E. Undang-Undang
Tanah pada Proyek Konstruksi di Undang-Undang Dasar 1945
Surabaya. Tugas Akhir, Universitas Kristen Undang-Undang No. 1 tahun 1970 tentang
Petra, Surabaya. Keselamatan Kerja.
Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003
C. Jurnal Tentang Ketenagakerjaan.
Batubara, C., 1986. Masalah Tenaga Kerja Dan Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004
Kebijakan Di Indonesia, Jurnal Ilmu-Ilmu Tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional.
Sosial Manajemen Konsesnsus Dalam
Bisnis, Jakarta. F. Sumber lain
Subijanto, 2011. Peran Negara Dalam Depnaker, 2004. Training Material Keselamatan
Hubungan Tenaga Kerja Indonesia , dan Kesehatan Kerja Bidang Keselamatan
Jurnal Pendidikan Dan Kebudayaan (vol. Kerja, Jakarta.
17 no. 6). Kadarwati, R., 2006. Beberapa Faktor yang
Berhubungan dengan Kejadian
D. Peraturan Pemerintah Kecelakaan Kerja di Pabrik Frame Kaca
Depnaker, 1996. Permenaker No. 05/Men/1996 Mata PT. Saptaindra Sejati Berdasarkan
Tentang Sistem Manajemen Keselamatan Laporan Kecelakaan Tahun 2005-2006.
Kerja, Jakarta. Hasil Penelitian Staf Pengajar FKM
KEPMENAKERTRANS No. KEP- UNIMUS, Semarang.
101/MEN/IV/2004 tentang Tata Cara Wijayanti, A., 2003. Pengantar Hukum
Perizinan Perusahaan Penyedia Jasa Ketenagakerjaan Indonesia, Diktat Kuliah
Pekerja/buruh. Hukum Ketenagakerjaan, Fakultas Hukum
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya.
Nomor 86 Tahun 2013 Tentang Tata Cara Yayasan Keselamatan Dan Kesehatan Kerja,
Pengenaan Sanksi Administratif Kepada 1983 : Manajemen Keselamatan Dan
Pemberi Kerja Selain Penyelenggara Kesehatan Kerja, Jakarta.
Negara dan Setiap Orang, Selain Pemberi
Kerja, Pekerja, dan Penerima Bantuan
Iuran Dalam Penyelenggaraan Jaminan
Sosial. (download online).
Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Republik
Indonesia Nomor 19 Tahun 2015 Tentang
Tata Cara dan Persyaratan Pembayaran
Manfaat Jaminan Hari Tua (download
online).
Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Republik
Indonesia Nomor 26 Tahun 2015 Tentang
Tata Cara Penyelenggaraan Program
Jaminan Kecelakaan Kerja, Jaminan
Kematian dan Jaminan Hari Tua Bagi
Peserta Penerima Upah (download
online).
Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Republik
Indonesia Nomor 44 Tahun 2015 Tentang

53

Anda mungkin juga menyukai