Anda di halaman 1dari 12

PEMERINTAH KABUPATEN BANDUNG

DINAS KESEHATAN
PUSKESMAS WANGISAGARA
Jalan Raya Wangisagara No. 334, Tlp (022) 84221397 Kode Pos 40382
Email : pkmwangisagara.bandungkab@gmail.com /kmwangisagara_bandungkab@yahoo.com

KEPUTUSAN KEPALA PUSKESMAS WANGISAGARA


NOMOR : 440/…./PKM-WSG/SK/II/2019

TENTANG
KEBIJAKAN PELAYANAN KLINIS

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA


KEPALA PUSKESMAS WANGISAGARA,

Menimbang : a. bahwa pelayanan klinis Puskesmas dilaksanakan


berdasarkan kebutuhan pasien;
b. bahwa pelayanan klinis Puskesmas perlu
memperhatikan mutu dan keselamatan pasien;
c. bahwa untuk menjamin pelayanan klinis dilaksanakan
sesuai kebutuhan pasien, bermutu, dan memperhatikan
keselamatan pasien, maka perlu disusun kebijakan
pelayanan klinis di Puskesmas Wangisagara;
d. bahwa dengan pertimbangan sebagaimana dimaksud
dalam huruf a, b, dan c perlu dibuat Surat Keputusan
Kepala Puskesmas Wangisagara tentang Kebijakan
Penyusunan Rencana Layanan Medis;

Mengingat : 1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 29 Tahun


2004 tentang Praktik Kedokteran;
2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 25 Tahun
2009 tentang Pelayanan Publik;
3. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun
2009 tentang Kesehatan;
4. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun
2014 tentang Pemerintahan Daerah;
5. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun
2014 tentang Tenaga Kesehatan;
6. Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2012 tentang
Sistem Kesehatan Nasional;
7. Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 2016 tentang
Fasilitas Pelayanan Kesehatan;
8. Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2018 tentang
Standar Pelayanan Minimal;
9. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 269 Tahun 2008
tentang Rekam Medis;
10. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 001 Tahun 2012
tentang Sistem Rujukan Pelayanan Kesehatan
Perorangan;
11. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 37 Tahun 2012
tentang Penyelenggaraan Laboratorium di Puskesmas;
12. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 75 Tahun 2014
tentang Pusat Kesehatan Masyarakat;
13. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 44 Tahun 2016
tentang Pedoman Manajemen Puskesmas;
14. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 74 Tahun 2016
tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas;
15. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 11 Tahun 2017
tentang Keselamatan Pasien;
16. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 27 Tahun 2017
tentang Pedoman Pencegahan dan Pengendalian
Infeksi;
17. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 4 Tahun 2019
tentang Standar Teknis Pemenuhan Mutu Pelayanan
Dasar Pada Standar Pelayanan Minimal Bidang
Kesehatan;
18. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 62 Tahun 2015
tentang Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter Gigi;
19. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 514 Tahun 2015
tentang Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter di Fasilitas
Pelayanan Kesehatan;
20. Peraturan Bupati Bandung Nomor 15 Tahun 2011
tentang Tarif Pelayanan Kesehatan;
21. Peraturan Bupati Bandung Nomor 17 Tahun 2015
tentang Standar Pelayanan Minimal Pada BLUD UPTD
Pelayanan Kesehatan di Kabupaten Bandung;

MEMUTUSKAN :

Menetapkan : KEPUTUSAN KEPALA PUSKESMAS WANGISAGARA


TENTANG KEBIJAKAN PELAYANAN KLINIS DI
PUSKESMAS WANGISAGARA.
KESATU Kebijakan pelayanan klinis di Puskesmas Wangisagara
sebagaimana tercantum dalam Lampiran merupakan
bagian yang tidak terpisahkan dalam keputusan ini.
KEDUA Surat keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan
dengan ketentuan apabila dikemudian hari terdapat
kekeliruan akan diadakan perbaikan/perubahan
sebagaimana mestinya.

Ditetapkan di : Majalaya
Pada Tanggal :

Kepala Puskesmas Wangisagara,

TETI MULYATI

LAMPIRAN : KEPUTUSAN KEPALA


PUSKESMAS WANGISAGARA
NOMOR :
TENTANG : KEBIJAKAN PELAYANAN
KLINIS

KEBIJAKAN PELAYANAN KLINIS DI PUSKESMAS WANGISAGARA

A. PENDAFTARAN PASIEN
1. Pendaftaran pasien harus dipandu dengan prosedur yang jelas.
2. Pendaftaran dilakukan oleh petugas yang kompeten yang
memenuhi kriteria sebagai berikut :
a. Memiliki ijazah minimal SLTA/sederajat;
b. Mampu mengoperasikan komputer;
c. Berpenampilan menarik; dan
d. Mampu berkomunikasi secara efektif (komunikatif).
3. Pendaftaran pasien memperhatikan keselamatan pasien.
4. Identitas pasien harus dipastikan minimal dengan cara identifikasi
sebagai berikut: nama pasien, tanggal lahir pasien, alamat/tempat
tinggal, jaminan pembayaran (Umum, BPJS, atau SKTM) dan
nomor rekam medis/nomor indeks.
5. Informasi tentang jenis pelayanan klinis yang tersedia dan
informasi lain yang dibutuhkan masyarakat yang meliputi: tarif,
jenis pelayanan, dan informasi tentang kerjasama dengan fasilitas
kesehatan yang lain harus dapat disediakan di tempat
pendaftaran.
6. Hak dan kewajiban pasien harus diperhatikan dan diinformasikan
pada keseluruhan proses pelayanan yang dimulai dari
pendaftaran.
7. Kendala fisik, bahasa, dan budaya serta penghambat lain wajib
diidentifikasi dan ditindak lanjuti.
8. Hak-hak pasien meliputi :
a. Berhak memperoleh informasi mengenai tata tertib dan
peraturan yang berlaku di Puskesmas Wangisagara.
b. Berhak memperoleh informasi tentang hak dan kewajiban
pasien.
c. Berhak memperoleh layanan yang manusiawi, adil, jujur, dan
tanpa diskriminasi.
d. Berhak memperoleh layanan kesehatan yang bermutu , efektif
dan efisien.
e. Berhak memperoleh layanan kesehatan sesuai dengan standar
profesi dan standar prosedur operasional
f. Berhak memperoleh layanan yang efektif dan efisien sehingga
pasien terhindar dari kerugian fisik dan materi.
g. Berhak meminta konsultasi tentang penyakit yang dideritanya
kepada dokter lain yang mempunyai Surat Izin Praktek (SIP)
baik di dalam maupun luar puskesmas.
h. Berhak mendapatkan privasi dan kerahasiaan penyakit yang
diderita termasuk data-data medisnya.
i. Berhak mendapatkan informasi yang meliputi diagnosis dan tata
cara tindakan medis, tujuan tindakan medis, alternatif
tindakan, risiko dan komplikasi yang mungkin terjadi, dan
prognosis terhadap tindakan yang dilakukan serta perkiraan
biaya pengobatan.
j. Berhak memberikan persetujuan atau menolak atas tindakan
yang akan dilakukan oleh tenaga kesehatan terhadap penyakit
yang dideritanya.
k. Berhak didampingi keluarganya dalam keadaan kritis.
l. Berhak menjalankan ibadah sesuai agama atau kepercayaan
yang dianutnya selama hal itu tidak mengganggu pasien
lainnya.
m.Berhak memperoleh keamanan dan keselamatan dirinya selama
dalam perawatan di Puskesmas Wangisagara.
n. Berhak mengajukan usul, saran perbaikan atas perlakuan
Puskesmas Wangisagara terhadap dirinya.
o. Berhak menolak pelayanan bimbingan rohani yang tidak sesuai
dengan agama dan kepercayaan yang dianutnya.
9. Kewajiban pasien meliputi :
a. Berkewajiban mentaati segala peraturan dan tata tertib yang
berlaku di Puskesmas Wangisagara.
b. Berkewajiban menggunakan fasilitas puskesmas secara
bertanggung jawab.
c. Berkewajiban menghormati hak-hak pasien lain, pengunjung
dan hak tenaga kesehatan serta petugas lainnya yang bekerja di
puskesmas Wangisagara.
d. Berkewajiban memberikan informasi yang jujur, lengkap dan
akura sesuai kemampuan dan pengetahuannya tentang
masalah kesehatan
e. Berkewajiban mematuhi segala instruksi dokter dan perawat
dalam pengobatannya
f. Berkewajiban menerima segala konsekuensi atas keputusan
pribadinya untuk menolak rencana terapi/tindakan yang
direkomendasikan oleh tenaga kesehatan dalam rangka
penyembuhan penyakit atau masalah kesehatan lainnya
g. Berkewajiban melunasi/memberikan imbalan jasa atas
pelayanan Puskesmas/dokter.
h. Berkewajiban memenuhi hal-hal yang telah
disepakati/perjanjian yang telah dibuatnya.
B. PENGKAJIAN, KEPUTUSAN, DAN RENCANA LAYANAN
1. Kajian awal dilakukan secara paripurna dilakukan oleh tenaga
yang kompeten melakukan pengkajian.
2. Kajian awal meliputi kajian medis, kajian penunjang medis, kajian
keperawatan, kajian kebidanan, dan kajian lain oleh tenaga profesi
kesehatan sesuai dengan kebutuhan.
3. Proses kajian dilakukan mengacu standar profesi dan standar
asuhan.
4. Proses kajian dilakukan dengan memperhatikan tidak terjadinya
pengulangan yang tidak perlu melalui :
a. Penulisan lengkap dalam rekam medis
b. Semua Pemeriksaan penunjang diagnostik, tindakan, dan
pengobatan yang diberikan kepada pasien, dan kewajiban
perawat dan petugas kesehatan lain untuk mengingatkan
kepada dokter jika terjadi pengulangan yang tidak perlu.
5. Kajian awal memberikan informasi untuk :
a. Memahami pelayanan apa yang dicari pasien;
b. Menetapkan diagnosis awal;
c. Mengetahui riwayat pasien terhadap pengobatan sebelumnya
d. Memahami respons pasien terhadap pengobatan sebelumnya;
e. Memilih jenis pelayanan/tindakan yang terbaik sesuai
kebutuhan pasien serta rencana tindak lanjut dan evaluasi;
6. Informasi kajian baik medis, keperawatan, kebidanan, dan profesi
kesehatan lain wajib diidentifikasi dan dicatat dalam rekam medis.
7. Proses kajian dilakukan sesuai dengan langkah-langkah SOAP
(Subjektif, Objektif, Assesment, Plan).
8. Kajian dan perencanaan asuhan harus dilakukan oleh tenaga
kesehatan profesional yang kompeten.
9. Jika diperlukan penanganan secara tim, maka tim kesehatan
antar profesi harus dibentuk dan tersedia yang diusulkan oleh
Kepala Puskesmas
10. Pelimpahan wewenang baik dalam kajian mapun keputusan
layanan harus dilakukan melalui proses pendelegasian wewenang.
11. Pelimpahan wewenang diberikan kepada tenaga kesehatan yang
memenuhi persyaratan.
12. Jika tidak tersedia tenaga kesehatan yang memenuhi persyaratan
di Puskesmas Wangisagara, maka proses pelimpahan wewenang
dilaksanakan dengan melimpahkan tugas kepada tenaga
kesehatan/paramedis lain dalam satu puskesmas Wangisagara
yang memiliki kompetensi dan/atau pengalaman berdasarkan
pelatihan yang sesuai dengan tugas yang harus dijalankan.
13. Jika tidak tersedia tenaga kesehatan yang memenuhi persyaratan
di Puskesmas Wangisagara dan tidak ada tenaga
kesehatan/paramedis lain dalam satu puskesmas Wangisagara,
maka proses pelimpahan wewenang dilaksanakan dengan
melimpahkan tugas kepada tenaga kesehatan/paramedis
puskesmas lain yang masih dalam satu wilayah Kecamatan
Wangisagara yang memiliki kompetensi dan/atau pengalaman
berdasarkan pelatihan yang sesuai dengan tugas yang harus
dijalankan.
14. Proses kajian, perencanaan, dan pelaksanaan layanan dilakukan
dengan peralatan dan tempat yang memadai.
15. Peralatan dan tempat pelayanan wajib menjamin keamanan pasien
dan petugas.
16. Kepala Puskesmas dan seluruh penanggung jawab layanan klinis
serta upaya kesehatan perorangan wajib berpatisipasi dalam
pembuatan rencana layanan medis dan layanan terpadu mulai
dari perencanaan, pelaksanaan, monitoring, dan evaluasi.
17. Dalam menyusun rencana layanan medis dan layanan terpadu
dipandu oleh prosedur atau kebijakan klinis yang jelas.
18. Jika dibutuhkan rencana layanan terpadu, maka kajian awal,
rencana layanan, dan pelaksanaan layanan disusun secara
kolaboratif dalam tim layanan yang terpadu.
19. Rencana layanan medis disusun untuk tiap pasien dan melibatkan
pasien.
20. Rencana layanan medis dan layanan terpadu disusun dengan
mempertimbangkan risiko, efek samping pengobatan, tahapan
waktu yang jelas, kebutuhan biologis,psikologis, sosial, spiritual
serta memperhatikan tata nilai budaya pasien.
21. Efek samping dan risiko pelaksanaan layanan dan pengobatan
harus diinformasikan kepada pasien.
22. Rencana layanan medis dan layanan terpadu harus
didokumentasikan dalam rekam medis dan memuat didalamnya
mengenai pendidikan/penyuluhan pasien.

C. PELAKSANAAN LAYANAN
1. Pelaksanaan layanan klinis dilakukan menggunakan pedoman
atau standar yang berlaku untuk menjamin kesinambungan
pelayanan.
2. Persyaratan pelayanan klinis Puskesmas berpedoman pada
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 75 Tahun
2014 tentang Pusat Kesehatan Masyarakat.
3. Pedoman serta prosedur layanan klinis meliputi: pelayanan medis,
keperawatan, kebidanan, dan pelayanan profesi kesehatan yang
lain.
4. Pelaksanaan layanan dilaksanakan secara tepat dan terencana
untuk menghindari pengulangan yang tidak perlu
5. Pelayanan terpadu dan komprehensif dengan melibatkan antar tim
kesehatan.
6. Ada koordinasi dan komunikasi dalam pelayanan klinis dengan
unit - unit terkait, sehingga terjadi efisiensi dan menjamin
keberlangsungan pelayanan.
7. Mekanisme kerja, prosedur dan pelaksanaan kegiatan
didokumentasikan
8. Pelayanan mulai dari pendaftaran, pemeriksaan fisik, pemeriksaan
penunjang bila diperlukan, perencanaan layanan, pelaksanaan
layanan, pemberian obat/tindakan, sampai dengan pasien pulang
atau dirujuk harus dijamin kesinambungannya.
9. Pelaksanaan layanan dan perkembangan pasien harus dicatat
dalam rekam medis.
10. Isi rekam medis terdiri dari anamnesa, pemeriksaan fisik serta
pemeriksaan penunjang bila diperlukan, diagnosa dan rencana
terapi (termasuk pengobatan yang diberikan pada pasien atau
rujukan ke fasilitas tingkat kesehatan tingkat dua)
11. Dokter dan/atau paramedis lain yang memasukkan data rekam
medis pasien ke dalam Sistem Informasi Kesehatan dan Register
wajib memberitahu dokter yang bersangkutan, apabila dalam
pengisian terjadi pengulangan yang tidak perlu dalam pemberian
obat maupun pemeriksaan fisik yang tidak sesuai penyakit yang
diderita oleh pasien.
12. Kesinambungan layanan klinis dilakukan melalui perpaduan yang
baik serta tepat antara layanan klinis yang diberikan kepada
pasien dan layanan penunjang sehingga menjamin
kesinambungan serta menghindari pengulangan yang tidak perlu.
13. Tindakan medis/pengobatan yang berisiko wajib diinformasikan
pada pasien sebelum mendapatkan persetujuan.
14. Pemberian surat keterangan sehat dan surat keterangan sakit
diberikan oleh dokter pemeriksa.
15. Pemberian informasi dan persetujuan pasien (informed consent)
wajib didokumentasikan dan dievaluasi untuk perbaikan
kedepannya.
16. Pelaksanaan layanan klinis harus dimonitor, dievaluasi, dan
ditindak lanjuti.
17. Pelaksanaan pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak serta Keluarga
berencana dilakukan oleh bidan.
18. Risiko yang mungkin terjadi dalam pelaksanaan pelayanan harus
diidentifikasi.
19. Kinerja pelayanan klinis harus dimonitor dan dievaluasi dengan
indikator yang jelas.
20. Kasus-kasus gawat darurat harus diprioritaskan dan
dilaksanakan sesuai prosedur pelayanan medis yang berlaku.
21. Setiap petugas puskesmas harus bisa mengidentifikasi kasus -
kasus risiko tinggi dan ditangani lebih dulu.
22. Jika kasus-kasus gawat darurat dan/atau berisiko tinggi tidak
dapat ditangani di Puskesmas, maka dilakukan rujukan ke
fasilitas pelayanan kesehatan yang lebih tinggi atau rumah sakit.
23. Kasus-kasus yang perlu kewaspadaan universal terhadap
terjadinya infeksi harus dicegah sedini mungkin serta ditangani
dengan memperhatikan prosedur pencegahan (kewaspadaan
universal).
24. Pemberian obat/cairan intravena harus dilaksanakan dengan
prosedur pemberian obat/cairan intravena yang baku dan
mengikuti prosedur aseptik.
25. Hak dan kebutuhan pasien harus diperhatikan pada saat
pemberian layanan.
26. Jika pasien menolak atau tidak melanjutkan untuk pengobatan
atau rujukan, wajib diberikan informasi tentang hak pasien untuk
membuat keputusan, akibat dari keputusan, dan tanggungjawab
mereka berkenaan dengan keputusan tersebut.
27. Keluhan pasien dan atau keluarga pasien harus diidentifikasi,
didokumentasi, dan ditindak lanjuti.
28. Pelayanan anestesi dan pembedahan harus dipandu dengan
standar dan prosedur yang baku.
29. Pelayanan anestesi dan pembedahan harus dilaksanakan oleh
petugas kesehatan yang kompeten dan berwenang.
30. Dalam hal keterbatasan tenaga atau petugas pelayanan kesehatan
maka dokter atau dokter gigi dapat memberikan pelimpahan
wewenang kepada perawat, perawat gigi, atau bidan untuk
melakukan anestesi lokal dan pembedahan sesuai instruksi dokter
atau dokter gigi.
31. Sebelum melakukan anestesi dan pembedahan kepada pasien,
terlebih dahulu harus mendapatkan informed consent dari pasien
atau keluarga pasien.
32. Status fisiologi pasien wajib dimonitor sebelum, selama dan
paska/setelah pemberian anestesi lokal dan pembedahan.
33. Puskesmas wajib melaksanakan pendidikan atau penyuluhan
kepada pasien.
34. Pendidikan/penyuluhan kesehatan pada pasien dilaksanakan
sesuai dengan permasalahan kesehatan pasien.
35. Dokter, perawat, dan petugas kesehatan lain bekerja sama untuk
memantau pasien guna mengevaluasi efek pengobatan terhadap
gejala pasien atau penyakitnya dan untuk mengevaluasi pasien
terhadap Kejadian yang Tidak diharapkan (KTD).

D. PENGELOLAAN REKAM MEDIS


1. Pembuatan rekam medis dilakukan oleh petugas pendaftaran dan
diatur dengan mengkelompokkan berdasarkan kepala keluarga
pasien.
2. Penyimpanan rekam medis pasien dilakukan dengan mengurutkan
rekam medis pasien sesuai dengan kode rekam medis dan tahun
kartu berobat pasien dibuat.
3. Rekam medis pasien diberikan kode berupa digit angka sesuai
dengan tahun pasien mendaftar dan dikelompokkan berdasarkan
kepala keluarga dalam bentuk family folder sesuai dengan kartu
keluarga pasien.
4. Pengaksesan rekam medis merupakan hak pasien pemilik isi
rekam medis, petugas medis, serta pihak-pihak dengan keperluan
tertentu yang telah mendapat persetujuan dari Kepala Puskesmas
Wangisagara.
5. Pengaksesan atau peminjaman rekam medis baik oleh pihak
internal maupun pihak eksternal wajib melalui persetujuan Kepala
Puskesmas Wangisagara yang didelegasikan kepada koordinator
Upaya Kesehatan Perorangan (UKP). Pengisian diagnosis
menggunakan standarisasi kode klasifikasi diagnosis ICD 10 serta
terminologi lain yang konsisten dan sistematis.
6. Terminologi lain yang konsisten dan sistematis disusun oleh
Puskesmas.

E. RENCANA RUJUKAN DAN PEMULANGAN


1. Tindak lanjut pasien rawat jalan baik yang bertujuan untuk
kelangsungan layanan maupun rujukan dipandu oleh prosedur
pelayanan medis yang baku.
2. Rujukan yang terdapat di Puskemas Wangisagara terbagi atas 2
jenis yaitu rujukan internal dan rujukan eksternal/ke rumah
sakit.
3. Rujukan internal adalah rujukan yang bersifat horizontal yang
dilakukan antar poli pelayanan kesehatan dalam satu lingkup
Puskesmas.
4. Rujukan eksternal adalah rujukan yang bersifat vertikal yang
dilakukan dilakukan pelayanan kesehatan yang berbeda tingkatan
yaitu dari Puskesmas ke rumah sakit.
5. Petugas kesehatan mencatat rencana pelaksanaan rujukan pada
rekam medis pasien.
6. Dalam melakukan rujukan ke rumah sakit, petugas kesehatan
terlebih dahulu harus meminta persetujuan dari pasien atau
keluarga pasien.
7. Pasien diberi informasi tentang hak untuk memilih tempat
rujukan dan rumah sakit rujukan mana saja yang bisa melayani
(sesuai kategori dan kondisi pasien).
8. Petugas yang mempunyai kewenangan untuk memonitor dan
mendampingi pasien saat rujukan disesuaikan dengan kondisi
pasien atau keadaan kesehatan pasien.
9. Dokter yang menangani bertanggung jawab untuk melaksanakan
proses rujukan.
10. Umpan balik dari fasilitas rujukan wajib ditindak lanjuti oleh
dokter yang menangani.
11. Jika pasien tidak mungkin dirujuk, puskesmas wajib memberikan
alternatif penanganan.
12. Untuk rujukan kasus-kasus emergensi, petugas kesehatan harus
melakukan pertolongan pertama atau tindakan stabilisasi kondisi
pasien sebelum dirujuk ke rumah sakit.
13. Setelah melakukan rujukan pasien, maka petugas kesehatan
membuat resume klinis pasien yang dirujuk tersebut.
14. Resume klinis meliputi: nama pasien, nama petugas yang
merujuk, tanggal serta alasan atau tujuan rujukan, kondisi klinis
meliputi anamnesa dan pemeriksaan fisik, terapi/pengobatan yang
telah dilakukan, serta kebutuhan tindak lanjut.
15. Pasien dengan kebutuhan khusus perlu didampingi oleh petugas
yang kompeten.
16. Pasien dirujuk sejak diagnosa ditegakkan (Dinas Kesehatan
membuat suatu sistem rujukan secara online antara puskesmas
dengan seluruh RS yang ada di Kab Bandung, Jawa Barat dan
membuat kebijakan dimana pasien gawat darurat yang akan
dirujuk dapat ditangani di RS terdekat tanpa pembatasan wilayah
dan jaminan kesehatan).
17. Kriteria merujuk pasien meliputi :
a. Dari hasil pemeriksaan sudah dapat terindikasi bahwa
keadaan pasien tidak dapat diatasi di Puskesmas.
b. Apabila telah diobati berulangkali di Puskemas dengan terapi
yang sesuai tetapi belum menunjukan tanda-tanda adanya
perbaikan.
c. Memerlukan pemeriksaan, pengobatan, serta perawatan
medis yang lebih lanjut karena keterbatasan fasilitas yang
ada di Puskesmas.
d. Kondisi penyakit pasien tersebut disertai komplikasi penyakit
lainnya serta keluhan atau gejala yang dapat memperberat
kondisi pasien.
e. Jika usia pasien masuk dalam kategori yang dikhawatirkan
meningkatkan risiko komplikasi serta risiko kondisi penyakit
yang lebih berat.
18. Pemulangan pasien rawat inap dipandu oleh prosedur yang baku.
19. Dokter yang menangani bertanggung jawab untuk melaksanakan
proses pemulangan/rujukan
20. Pada saat pemulangan, pasien/keluarga pasien harus diberi informasi tentang
tindak lanjut layanan

Ditetapkan di : Majalaya
Pada Tanggal :

Kepala Puskesmas Wangisagara,

TETI MULYATI

Anda mungkin juga menyukai