PENDAHULUAN
Tingkah laku tercela adalah tingkah laku yang tidak baik yang lebih
banyak mendatangkan keburukan. Islam sangat tidak menganjurkan
umatnya untuk bertingkah laku tercela karena hanya akan berdampak
buruk bagi orang yang melakukannya.
1
A. PEMBAHASAN
2. Tukhrij al-Hadist
3. Kandungan Hadist
1
Abdul Hamid, 16 Tema Pokok Hadist ( Bandung: Cita Pustaka Media Perintis, 2010), hal.159
2
Ibid.
2
menjauhi perbuatan menghasut; dan saling membenci, menghindari saling
membelakangi, dan kewajiban untuk menjalin persaudaraan.3
4. Penjelasan Hadist
Jika dilihat tunjukan dan isyarat – isyarat yang diberikan hadist di atas, maka
ditemukan beberapa hal yang terkait dengan akhlak tercela yang harus dihindari
kaum muslim. Di antaranya adalah:4
a. Buruk sangka
3
Ibid.
4
Ibid, hal.160
5
Rosyid Setiawan, Aqidah Akhlak, ( Surakarta: Obor Sewu Mandiri, 2004), hal.43
3
َ ُضل ْو َك َع ْن
ِسبِي َِْل ّّٰلل ْ ۗ واِ ْنت ُ ِط ْعا َ ْكث َ َر َم ْن ِف
ِ ىاْلَ ْر
ِ ضي َ َص ْون َّ اِ ْنيَّت َّ ِبعُ ْونَا َِّْل
ُ الظنَّ َواِ ْن ُه ْما َِّْل َي ْخ ُر
"Dan jika kamu mengikuti kebanyakan orang di bumi ini, niscaya mereka
akan menyesatkanmu dari jalan Allah. Yang mereka ikuti hanya persangkaan
belaka dan mereka hanyalah membuat kebohongan.".6
"Itu tidak lain hanyalah nama-nama yang kamu dan nenek moyangmu
mengada-adakannya; Allah tidak menurunkan suatu keterangan apa pun
untuk (menyembah)nya. Mereka hanya mengikuti dugaan, dan apa yang
diingini oleh keinginannya. Padahal sungguh, telah datang petunjuk dari
Tuhan mereka."
َّ ضا َِاِنَّب ٰۤۖ يـاَي َهاالَّ ِذ ْين َٰا َمنُوااجْ تَنِب ُْوا َكثِي ًْر ِامن
َالظ ِن ً ض ُك ْمبَ ْع ُ س ْو َاو َْليَ ْغت َ ْببَّ ْع َّ الظنِاِثْ ٌم َّو َْلت َ َج
ُ س َّ ض َ ۗ ْع
ُّٰللاا َِو ۗ اَي ُِحبا َ َحدُ ُك ْما َ ْنيَّأ ْ ُك َل َلحْ َما َ ِخ ْي ِه َم ْيتًافَ َك ِر ْهت ُ ُم ْوهَّٰ اِنَّاللّٰ َهت ََّواب ٌَّر ِح ْي ٌم ۗ اتَّقُو
6
Ibid, hal.161
4
cari kesalahan orang lain, dan janganlah ada di antara kamu yang
menggunjing sebagian yang lain. Apakah ada di antara kamu yang suka
memakan daging saudaranya yang sudah mati? Tentu kamu merasa jijik. Dan
bertakwalah kepada Allah, sungguh Allah Maha Penerima Tobat, Maha
Penyayang."
Dampak Negatif dari Sifat Buruk Sangka, diantara kerugian sifat buruk
sangka yaitu :
7
Rahmat Syafe’I,Al – Hadis, (.Semarang: Pustaka Setia, 2000) hal. 188
5
1. Mendapatkan ancaman dan siksaan di neraka Jahannam, laknat dan
murka Allah
2. Mendapatkan kecelakaan dari allah di dunia dan di akhirat
3. Merasakan kesempitan, ketidaktenangan dalam kehidupan, karena
senantiasa tidak puas dengan takdir Allah.
4. Dijauhi oleh orang lain karena akibat perbuatannya sendiri
5. Timbunya permusuhan dan kebencian di antara sesama manusia.8
6. Terkadang akan menyeret kepada hal yang lebih buruk lagi yakni
ghibah, namimah, dusta untuk tujuan menjatuhkan atau merugikan
pihak lain
7. Putus hubungan, pemboikotan dan kebencian
8. Merupakan indikasi rusaknya niat dan buruknya kondisi batin
9. Merupakan salah satu perangai orang munafiq
10. Merupakan penyebab jatuh dalam akibat yang buruk dan membuka
perbuatan keji.
11. Mewariskan kehinaan dan kerendahan di hadapan Allah swt dan di
hadapan manusia
12. Salah satu petunjuk akan lemahnya iman.
1. Selalu waspada dan hati-hati dalam setiap tindakan dan ucapan agar
tidak timbul suatu masalah
2. Menumbuhkan rasa persamaan dan kasih sayang sesama manusia
3. Mengamalkan ajaran agama dan mendekatkan diri kepada Allah swt
4. Membiasakan diri bersyukur kepada Allah swt dan merasa cukup atas
segala pemberian
5. Allah.
6. Menjauhi seluruh penyebabnya, seperti mengikuti hawa nafsu,
persaingan duniawi yang tidak bersih dan lain-lain
8
Hasan Ayyub, Etika Islam, ( Bandung: Rigenda Karya, 1994). Hal. 105
6
2.2 Ghibah dan Bhutan
ُ هللاُ َو َر:ص م قَا َل أَتَد ُْر ْونَ ِب ْال ِغ ْي َب ِة؟ قَالُ ْوا
َ ق،ُ ِذ ْك ُركَ أَخَاكَ ِب َما يُ ْك َره:َ قَال،س ْولُهُ أ َ ْعلَ ُم َ َو َع ْن أ َ ِبى ه َُري َْرة
ُ أ َ َّن َر.ض.ر
س ْو َل هللا
،ُ َوا ِْن لَ ْم يَ ُك ْن فِ ْي ِه َما تَقُ ْو ُل فَقَدْ بَ َهتَه،ُ ا ِْن َكانَ فِ ْي ِه َما تَقُ ْو ُل فَقَ ِد ا ْغت َ ْبتَه:َأَفَ َرأَيْتَ ا ِْن َكانَ فِي أ َ ِخي َما أَقُ ْولُ؟ قَال
)(رواه مسلم
2. Takhrij al – hadist
Hadist ini diriwayatkan oleh Muslim dengan sanad yang shahih,
Ibn Hibban di dalam kitab Shahih-nya, al-Baihaqi di dalam sunan-nya, an-
Nasa’i di dalam as-Sunan al-Kubra, al- Baghawi di dalam Syarh as-Sunah,
dan Ibn Asakir di dalam Mu’Jam-nya.10
9
Abdul Hamid, 16 Tema Pokok Hadist ( Bandung: Cita Pustaka Media Perintis, 2010), hal.164
10
Ibid
7
3. Kandungan Hadist
Hadist riwayat Msulim di atas mengandung ajaran bahwa ghibah
adalah menyebutkan sesuatu yang tidak disukai oleh orang yang
disebutkan itu. Menyebutkan sesuatu yang tidak ssebenarnya pada dir
orang lain disebut sebagai buthan. Baik ghibah maupun buthan adalah
perbuatan tercela yang diharamkan.11
4. Penjelasan Hadist
Ibnu Hajar berkata, “ para ulama berbeda pendapat tentang defenisi
ghibah. Sementara itu ar – Raghib menjelaskan bahwa ghibah adalah
seorang insan menyebutkannya aib orang lain tanpa ada kepentingan untuk
menyebutkannya. “ dalam pada itu al – Ghazali berkata pula, “ defenisi
ghibah, emgkau menyebut seorang insane dengan sesuatu yang tidak
disukainyasaa ia tidak berada di sisimu yang mana kalaulah hal itu sampai
kepadanya niscaya ia kana membencinya. “ Tidak jauh berbeda Ibnul
Atsir berkata dalam kitab An-Nihayah,” Ghibah adalah engkau menyebut
seorang inan dengan sesuai yang jelek saat ia tidak berada di dekatmu
Meskipun apa yang kita sebutkan itu memang benar ada padanya. “
Selanjutnya, an-Nawawwi mengatakan dalam kitab al-Azkar bahwa
ghibah adalah menyebut seseorang dengan sebutan yang dibencinya, baik
itu berkaitan dengan bentuk badannya, konidisi agamanya, dunianya,
dirinya, bentuk fisiknya, perilakunya, hartanya, anaknya, istrinya,
pembantunya, pakaiannya, gerakannya, gembiranya, merenggutnya, dan
lain – lain yang berkaitan dengannya. Baik engkau ucapkan itu dengan
kata – kata atau engkau ucapkan lewat isyarat dan gerak tubuh.12
Ghibah bukan hanya sebtasa ucaoan lisan saja, apapun bentuknya
engkau memahamkan kepaa orang lain sesuatu yang dibenci oleh orang
yang dighibab, meski dengan ejekan, perbuatan, isyarat, kerlingan mata,
bisik – bisik, tulisan, demikian pula seluruh cara yang digunakan untuk
menyampaikan maksdu, misalnya memperagakan cara berjalannya, maka
11
Ibid
12
Ibid, hal.165
8
semua itu adalah ghibah, bahkan lebih besar daripada ucapan ghibah,
karena hal itu lebih tergambar dn lebih dimengerti oleh orang lain.
Ibnu Hajar berkata, “ Para ulama berselisih pandangan tentang
ghibah dan namimah, samkah keduanya ataukah berbdea? Yang benar,
keduanya berbeda. Anatar keduanya terdapat keumuman dan kekhususan
dari beberapa sisi. Namimah adalah menyampaikan keaaan seseoarang
kepada orang lain tanpa sepengetahuannya, merusak, baik atas
sepengetahuannya maupun tanpa sepengetahuannya. Adapun ghibah
adalah menyebutnya pada saat ia tidak berada di dekatmu engan sebutan
yang tidak disukainya. Jadi, namimah lebih khusus untuk tujuan merusak
hubungan. Sementara hal itu belum tentu menjadi tujuan ghibah. Dalam
pada itu, ghibah lebih khusus kepada orang yang dighibahi. Dan keduanya
adalah sama dalam segala hal selain itu. Ibnu Hajar menyebutkan fath al-
Bari bahwa sebagian ulama mensyaratkan alam ghibah, yaitu orang yang
dighibah tidak ada di situ.”
Al-Qurrthubi mengatakan bahwa membicarakan orang lain bisa
terjerumus ke dalam tiga hal, sebagiaman yang dikutipnya dari perkataan
hasan al-Bashri “ Ghibah ada tiga bentuk, seluruhnya ditemukan di dalam
kitabAllah Taala, yaitu ghibah, ifk, dan buhtan. Ghibah adalah sebuah
ungkapanmu tentang ( keburukan ) saudaramu sesuai kenyataannya, ifk
adalah engkau katakan tentang dirinya setiap apa yang sampai kepadamu
tentangnya. Buhtan yaitu engkau katakana tentang dirinya sesuatu yang
bukan menurut kenyantaanya “.
Apabila seseorang membicarakan keburukan orang lain sementara
orang yang dibicarakan itu mrmang demikian adanya, maka perbuatan itu
adalah ghibahb. Jika orang yang dibicarakan ituu tidak seperti apa yang
dibicarakan maka hal itu merupakan kabar bohong yang disebut buhtan.
Sementara jika seseorang membicarakan apa saja yang didengarnya
tentang saudaranya maka itu adalah ifk. Ketiga perbuatan ini merupakan
9
tindakan tercela yang mengakibatkan kemafsadaran bagi dirinya dan orang
yang dibicarakan.13
ُ ع ِل ْي ًما َِو َۗ ْلي ُِحباللّٰ ُه ْال َجــ ْه َر ِبالس ْٓو ِء ِمن َْالقَ ْو ِ ِْل َّْل َم ْن
ظ ِل َم َ َكانَاللّٰ ُه
َ س ِم ْيعًا
"Allah tidak menyukai perkataan buruk, (yang diucapkan) secara terus terang
kecuali oleh orang yang dizalimi. Dan Allah Maha Mendengar, Maha
Mengetahui." ( QS. 4 : 148 )
َّ س ْو َاو َْليَ ْغت َ ْببَّع َِاِنَّب ٰۤۖ يـاَي َهاالَّ ِذ ْين َٰا َمنُوااجْ تَنِب ُْوا َكثِي ًْر ِامن
َالظ ِن ُ سَّ الظنِاِثْ ٌم َّو َْلت َ َجَّ ض
َ ضاِْ ْع ً ض ُك ْمبَ ْع ُ ۗ
ُّٰللاا َِو ۗ اَي ُِحبا َ َحدُ ُك ْما َ ْنيَّأ ْ ُكلَلَحْ َما َ ِخ ْي ِه َم ْيتًافَ َك ِر ْهت ُ ُم ْوه َّٰ اِنَّاللّٰ َهت ََّواب ٌَّر ِح ْي ٌم ۗ اتَّقُو
13
Ibid, hal.166
10
Dan Allah berfirman:
ُ َمايَ ْل ِف
ٌ ظ ِم ْنقَ ْو ٍ ِْل َّْللَدَ ْي ِه َرقِ ْيبٌعَتِ ْيد
"Tidak ada suatu kata yang diucapkannya melainkan ada di sisinya malaikat
pengawas yang selalu siap (mencatat)." (QS. Qaf 50: Ayat 18)
"Dan janganlah kamu mengikuti sesuatu yang tidak kamu ketahui. Karena
pendengaran, penglihatan, dan hati nurani, semua itu akan diminta
pertanggungjawabannya." (QS. Al-Isra' 17: Ayat 36)
Sungguh menghibah orang muslim yang sudah mati lebih keji daripada
menghibahi muslim yang masih hidup. Karena meminta maaf dan halal kepada
yang masih hidup masih memungkinkan. Beda halnya dengan orang yang sudah
3
mati. Abu Daud telah meriwayatkan dari Aisyah ra dan Nabi saw beliau
bersabda bahwa jika sahabat kamu wafat maka doakanlah baginya dan jangan
kalian menggunjingksnnys. “14
14
Ibid, hal.168
11
"Mereka itu diberi pahala dua kali (karena beriman kepada Taurat dan Al-
Qur'an) disebabkan kesabaran mereka, dan mereka menolak kejahatan dengan
kebaikan, dan menginfakkan sebagian dari rezeki yang telah Kami berikan
kepada mereka."
15
An-Nawawi berkata:“ Ghibah dibolehkan untuk tujuan syar’I, ada enam
sebab yang membolehkan ghibah:
15
Ibid, hal:170
12
orang tua atau anak yang melakukan ini dan ini. Akan tetapi ia boleh
menyebutkan namanya, berdasarkan hadist hindun, yaitu ucapannya:
“Sesungguhnya Abu Sufyan adalah seorang yang kikir..”
- Menyebutkan cacat para perawi, saksi dan para penulis. Hal ini
dibolehkan berdasarkan ijma’, bahkan wajib hukumnya demi menjaga
keutuhan syariat.
13
Pengenalan identitas, apabilaia dikenal dengan sebutan tersebut, seperti al-
A’masy ( si rabun ) , al-A’raj ( si pincang ), al=Qashir ( si pendek ), al-A’maa ( si
buta ). Al-Aqtha’ ( si punting ) dan sejenisnya. Maka boleh menyebutkannya
untuk menunjukkan identitasnya namun haram menyebutkannya untuk mengejek.
Kalaulah bisa mengenalkan identitasnya dengan selainnya maka itu lebih baik,
wallahu a’lam. 9
Cara untuk bertaubat bagi orang yang telah menghibah kaum Muslim
adalah meminta halal dan permohonan maaf kepada yang bersangkutan, apabila
hal itu aman dari fitnah. Namun jika itu dapat memicu pertengkaran atau perkara
mungkar lainnya atau dapat menimbulkan fitnah maka hendaklah ia menyebutkan
kebaikan – kebaikan yang ada pada orang yang dighibabhnya dulu dalam majelis
– majelis tempat ia menghibahnya. Hendaklah ia menolak setiap ghibah yang
ditujukan kepada orang yang pernah dighibahnya dulu dengan sedaya upaya.
Maka insya Allah itu menjadi balasan yang setimpal atas perbuatanya dulu.
Disertai oula dengan syarat – syarat taubat lainnya10
16
Dampak Negatif dari Sifat Ghibah dan Buhtan, kerugian sifat ghibah dan
buhtan antara lain :
16
Anwar Mas’ari, Ahlaq al-Qur’an, ( Surabaya:Bina Ilmu, 1990 ), hal. 57
14
e. Kebencian terselubung yang dikhawatirkan akan bertambah menjadi bentuk
bermusuhan yang nyata.
f. Sifat hasad ( dengki ) yang menggerogoti hati seseorang sehingga ingin
merenut kedudukan saudaranya dalam pandangan manusia
g. Adanya sifat fasad dan gairah dalam melakukan dosa dan kernunkaran.
17
Cara Menghindari Sifat Ghibah dan Buhtan, berbagai cara yang dapat
dilakukan seseorang untuk menghindari ghibah dan buhtan antara lain :
a. Jangan mudah percaya terhadap berita yang kita dengar sebelum diteliti terlebih
dahulu kebenarannya sehingga tidak menyesal bila berita itu membawa akibat
buruk.
b. Kita tinggalkan berita yang kita dengar bila tidak berkepentingan.
c. Memperbanyak meneliti keburukan diri sediri.
d. Membiasakan lidah berdzikir dan menanamkan pengertian bahwa menggunjing
itu adalah dosa karena itu sangat dilarang oleh agama Islam.
e Meningkatkan ketaqwaan dengan mendekatkan diri kapada Allah, misalnya
sering bertilawah dan berzikir agar hati menjadi lunak dan jiwa menjadi tenang.
f. Berfikir sebelum memulai pembicaraan, agar yang keluar dari mulut adalah
perkataan yang baik-baik saja, dan mengingat bahwa semua yang kita bicarakan
dan kerjakan akan dicatat oleh malaikat Raqib dan Atid.
g. Tabayun sebelum menyampaikan berita, supaya ukhuwah tetap terjaga dan
tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan.
h. Mengingatkan orang lain ketika ia menceritakan saudaranya, agar ia tidak
terjatuh kedalam lembah yang bernama ghibah.
17
ibid
15