Anda di halaman 1dari 15

A.

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Hadits sebagai sumber hukum Islam yang kedua setelah Al-Quran


hadits mempunyai fungsi sebagai penguat atas dalil-dalil yang terdapat
dalam Al-Quran dan penjelas atas ayat-ayat yang bersifat mujmal..Hadits
pada dasarnya berasal dari bahasa Arab yaitu dari kata “Al-hadits” yang
artinya adalah perkataan, percakapan atau pun berbicara, maka pengertian
hadits adalah setiap tulisan yang berasal dari perkataan atau pun
percakapan Rasulullah Muhammad SAW.

Tingkah laku tercela adalah tingkah laku yang tidak baik yang lebih
banyak mendatangkan keburukan. Islam sangat tidak menganjurkan
umatnya untuk bertingkah laku tercela karena hanya akan berdampak
buruk bagi orang yang melakukannya.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa yang termasuk dalam tingkah laku tercela ?


2. Apa saja hadist tingkah laku tercela ?
3. Manfaat apa saja yang bisa didapat didalam hadist tingkah laku tercela
?.

1
A. PEMBAHASAN

2.1 Buruk Sangka

1. Lafal Hadist dan Terjemah

َ‫ َوال‬،‫س ْوا‬ َّ ‫ َوالَ تَ َج‬،‫س ْوا‬


ُ ‫س‬ َّ ‫ َوالَ ت َ َح‬.ِ‫ظ َّن أ َ ْكذَبُ ْال َح ِد ْيث‬
ُ ‫س‬ َّ ‫ فَإ ِ َّن ال‬،‫ظ ِِّن‬
َّ ‫إِيَّا ُك ْم َوال‬: ‫م قَا َل‬.‫س ْو َل هللاِ ص‬
ُ ‫أَ َّن َر‬: ‫ْث أَبِي‬
ُ ‫َح ِدي‬
‫ض‬.‫ه َُري َْرةَ ر‬
‫ كتاب‬.78 :‫ َو ُك ْونُ ْوا ِعبَادَ هللاِ ِإ ْخ َوانًا أخرجه البخارى في‬،‫ َوالَ تَدَابَ ُر ْوا‬،‫ َوالَ تَبَا َغض ُْوا‬،‫سد ُْوا‬
َ ‫ َوالَ ت َ َحا‬،‫ش ْوا‬
ُ ‫تَنَا َج‬
‫األدب‬

( Dari Abi Hurairah ra. Bahwasannya Rasullah saw.bersabda, “ Jauhilah


prasangka, sebab prasangka itu adalah ungkapan yang paling dusta. Janganlah
kamu mencari – cari kesalahan orang lain, dan jangan tawar – menawar untuk
menjerumuskan orang lain; jangan menghasut; jangan benci – membenci; jangan
belakang – membelakangi; dan jadilah kamu sebagai hamba Allah yang
bersaudara.”).1

2. Tukhrij al-Hadist

Hadist ini diriwayatkan oleh al- Bukhari an-Muslim, masing – masing di


dalam kitab Shahih-nya. Selain mereka hadist ini juga diriwayatkan oleh Ahmad
di dalam Musnad-nya dan al-Baihaqi di dalam Syuab al-Iman.2

3. Kandungan Hadist

Hadist di atas mengandung ajaran, yaitu diwajibkan bagi orang yang


beriman untuk menjauhi prasangka, sebab prasangka adalah ungkapan yang
paling dusta, menjauhi tawar – menawar untuk menjerumuskan orang lain,

1
Abdul Hamid, 16 Tema Pokok Hadist ( Bandung: Cita Pustaka Media Perintis, 2010), hal.159
2
Ibid.

2
menjauhi perbuatan menghasut; dan saling membenci, menghindari saling
membelakangi, dan kewajiban untuk menjalin persaudaraan.3

4. Penjelasan Hadist

Jika dilihat tunjukan dan isyarat – isyarat yang diberikan hadist di atas, maka
ditemukan beberapa hal yang terkait dengan akhlak tercela yang harus dihindari
kaum muslim. Di antaranya adalah:4

a. Buruk sangka

Buruk sangka merupakan salah satu akhlak tercela yang selalu


menghampiri manusia. Sejelek - jelek buruk sangka adalah buruk sangka
terhadap Allah. Hal ini sebagaimana yang dilakukan orang – orang kafir
terhadap Allah. Mereka menyangka yang tidak benar terhadap Allah seperti
sangkaan jahiliyah. Mereka menduga bahwa Allah tidak berpihak kepada
orang – orang beriman karena kematian yang menimpa mereka. Padahal Allah
( berbuat demikian ) untuk menguji mereka ( Q. Ali Imran: 154 ). Bagi orang
– orang yang berburuk sangka tersebut, Allah akan member balasan Neraka
Jahanam ( Q. al – fath: 6 ).5

Prasangka tidak dapat menghantarkan kepada kebenaran. Hal ini


sebagaimana yang dijelaskan Allah di dalam surah Yunus ayat 60:

َ ‫ض ٍل َعلَىالنَّا ِس َو ٰلـ ِكنَّا َ ْكثَرِِا ۗ  َو َما‬


‫ظنالَّ ِذ ْينَيَ ْفت َُر ْونَ َعلَىاللّٰ ِه ْال َك ِذبَيَ ْو َم ْال ِق ٰي َم ِة‬ ْ َ‫ُه ْم ََليَ ْش ُك ُر ْونَ َِنَّاللّٰ َهلَذُ ْوف‬

“Dan apakah dugaan orang-orang yang mengada-adakan kebohongan


terhadap Allah pada hari Kiamat? Sesungguhnya Allah benar-benar
mempunyai karunia (yang dilimpahkan) kepada manusia, tetapi kebanyakan
mereka tidak bersyukur ”

Kebenaran ad – din tidak bisa dilandasi oleh sbuah prasangka kendatipun


generasi demi – generasi tlah meyakininya. Di dalam Al – Quran surah al _
An’am ayat 116, Allah berfirman:

3
Ibid.
4
Ibid, hal.160
5
Rosyid Setiawan, Aqidah Akhlak, ( Surakarta: Obor Sewu Mandiri, 2004), hal.43

3
َ ‫ُضل ْو َك َع ْن‬
ِ‫سبِي َِْل ّّٰلل‬ ْ ‫ۗ واِ ْنت ُ ِط ْعا َ ْكث َ َر َم ْن ِف‬
ِ ‫ىاْلَ ْر‬
ِ ‫ضي‬ َ َ‫ص ْون‬ َّ ‫اِ ْنيَّت َّ ِبعُ ْونَا َِّْل‬
ُ ‫الظنَّ َواِ ْن ُه ْما َِّْل َي ْخ ُر‬

"Dan jika kamu mengikuti kebanyakan orang di bumi ini, niscaya mereka
akan menyesatkanmu dari jalan Allah. Yang mereka ikuti hanya persangkaan
belaka dan mereka hanyalah membuat kebohongan.".6

Selanjutnya, Allah berfirman dalam surah an-Najam 23:

َ ‫س ْل ٰط ٍنِْاِ ْن ِه َيا َّ ِْۤلا َ ْس َما ٓ ٌء‬


‫س َّم ْيت ُ ُم ْوه َۤاا َ ْنت ُ ْم َو ٰا َبآؤُ ُك ْم َّم ۤااَن‬ ِ ‫س ۗ زَ َْلللّٰ ُه ِب َه‬
ُ ‫ام ْن‬ َّ ‫ۚ اِ ْنيَّت َّ ِبعُ ْونَا َِّْلا‬
ْ ‫لظنَّ َو َمات َ ْه َو‬
ُ ُ‫ىاْلَ ْنف‬
‫ۗ ولَقَ ْد َجا ٓ َء ُه ْم ِم ْن َّر ِب ِه ُم ْال ُه ٰدى‬
َ

"Itu tidak lain hanyalah nama-nama yang kamu dan nenek moyangmu
mengada-adakannya; Allah tidak menurunkan suatu keterangan apa pun
untuk (menyembah)nya. Mereka hanya mengikuti dugaan, dan apa yang
diingini oleh keinginannya. Padahal sungguh, telah datang petunjuk dari
Tuhan mereka."

Prasangka selalu membawa keburukkan, karena Allah mengatakan “


Sesungguhnya itu tidak sedikitpun berguna untuk mencapai kebenaran.” ( Q.
Yunus 36 ). Allah juga mengatakan, “ …setan telah menjadikan kamu
memandang baik dalam hatimu prasangkaan itu, dan kamu telah menyangka
dengan sangkaan yang buruk dan kamu menjadi kaum binasa. “ ( Q. al – Fath :
12 ).

Selain tidak dibenarkan berprasangka buruk kepada Allah dan Rasul-Nya,


manusia juga tidak dibenarkan berprasangka buruk kepada sesamanya. Dalam
kaitan ini Allah berfirman pada surah al – Hujurat ayat 26:

َّ ‫ضا َِاِنَّب ٰۤۖ يـاَي َهاالَّ ِذ ْين َٰا َمنُوااجْ تَنِب ُْوا َكثِي ًْر ِامن‬
‫َالظ ِن‬ ً ‫ض ُك ْمبَ ْع‬ ُ ‫س ْو َاو َْليَ ْغت َ ْببَّ ْع‬ َّ ‫الظنِاِثْ ٌم َّو َْلت َ َج‬
ُ ‫س‬ َّ ‫ض‬ َ ‫ۗ  ْع‬
ُ‫ّٰللاا َِو ۗ اَي ُِحبا َ َحدُ ُك ْما َ ْنيَّأ ْ ُك َل َلحْ َما َ ِخ ْي ِه َم ْيتًافَ َك ِر ْهت ُ ُم ْوه‬َّٰ ‫اِنَّاللّٰ َهت ََّواب ٌَّر ِح ْي ٌم ۗ اتَّقُو‬

"Wahai orang-orang yang beriman! Jauhilah banyak dari prasangka,


sesungguhnya sebagian prasangka itu dosa, dan janganlah kamu mencari-

6
Ibid, hal.161

4
cari kesalahan orang lain, dan janganlah ada di antara kamu yang
menggunjing sebagian yang lain. Apakah ada di antara kamu yang suka
memakan daging saudaranya yang sudah mati? Tentu kamu merasa jijik. Dan
bertakwalah kepada Allah, sungguh Allah Maha Penerima Tobat, Maha
Penyayang."

5 . Larangan Berburuk sangka


Buruk sangka adalah menyangka seseorang berbuat kejelekkan
atau menganggap jelek tanpa adanyan sebab – sebab yang jelas yang
memperkuat sangkaanya. Perbuatan seperti itu sangta dilarang oleh Allah
SWT. Orang yang melakukannya berarti telah berbuat dosa sebagiaman
dinyatakan dalam Al-QuranQ.S Al-Hujarat:12.
Apalagi berburuk sangka tersebut terhadap masalah – masalah
aqidah yang diyakini apa adanya. Buruk sangka dalam masalah ini adalah
haram. Sebaliknya, berburuk sangka tterhadap masalah – masalah
kehidupan agar memiliki semangat untuk menyelidikinya, adalah
dibolehkan.
Buruk sangka dinyatakan oleh Nabi SAW, sebagai sedusta –
dustanya ucapan. Orang yang telah berburuk sangka terhadap orang lain
berarti telah menganggap jelek kepadanya padahal ia tidak memiliki dasar
sama sekali. Buruk sangka biasanya berasal dari diri sendiri. Hal itu sangat
berbahya karena akan menganggu hubungannya dengan orang yang
dituduh jelek. Padahal belum tentu orang tersebut sejeleknya
prasangkaannya. Itulah sebabnya, berburuk sangka sangat berbahaya,
bahkan sebagian ulama berpendapat buruk sangka lebih berbahaya
daripada berbohong.7

Dampak Negatif dari Sifat Buruk Sangka, diantara kerugian sifat buruk
sangka yaitu :

7
Rahmat Syafe’I,Al – Hadis, (.Semarang: Pustaka Setia, 2000) hal. 188

5
1. Mendapatkan ancaman dan siksaan di neraka Jahannam, laknat dan
murka Allah
2. Mendapatkan kecelakaan dari allah di dunia dan di akhirat
3. Merasakan kesempitan, ketidaktenangan dalam kehidupan, karena
senantiasa tidak puas dengan takdir Allah.
4. Dijauhi oleh orang lain karena akibat perbuatannya sendiri
5. Timbunya permusuhan dan kebencian di antara sesama manusia.8
6. Terkadang akan menyeret kepada hal yang lebih buruk lagi yakni
ghibah, namimah, dusta untuk tujuan menjatuhkan atau merugikan
pihak lain
7. Putus hubungan, pemboikotan dan kebencian
8. Merupakan indikasi rusaknya niat dan buruknya kondisi batin
9. Merupakan salah satu perangai orang munafiq
10. Merupakan penyebab jatuh dalam akibat yang buruk dan membuka
perbuatan keji.
11. Mewariskan kehinaan dan kerendahan di hadapan Allah swt dan di
hadapan manusia
12. Salah satu petunjuk akan lemahnya iman.

Berbagai cara dalam menghindari sifat buruk sangka diantaranya adalah :

1. Selalu waspada dan hati-hati dalam setiap tindakan dan ucapan agar
tidak timbul suatu masalah
2. Menumbuhkan rasa persamaan dan kasih sayang sesama manusia
3. Mengamalkan ajaran agama dan mendekatkan diri kepada Allah swt
4. Membiasakan diri bersyukur kepada Allah swt dan merasa cukup atas
segala pemberian
5. Allah.
6. Menjauhi seluruh penyebabnya, seperti mengikuti hawa nafsu,
persaingan duniawi yang tidak bersih dan lain-lain

f. Berhati-hati dalam berbicara, bertindak dan dalam menerima kebenaran


informasi.

8
Hasan Ayyub, Etika Islam, ( Bandung: Rigenda Karya, 1994). Hal. 105

6
2.2 Ghibah dan Bhutan

1. Lafal Hadist dan Ierjemah

ُ ‫ هللاُ َو َر‬:‫ص م قَا َل أَتَد ُْر ْونَ ِب ْال ِغ ْي َب ِة؟ قَالُ ْوا‬
َ‫ ق‬،ُ‫ ِذ ْك ُركَ أَخَاكَ ِب َما يُ ْك َره‬:َ‫ قَال‬،‫س ْولُهُ أ َ ْعلَ ُم‬ َ ‫َو َع ْن أ َ ِبى ه َُري َْرة‬
ُ ‫ أ َ َّن َر‬.‫ض‬.‫ر‬
‫س ْو َل هللا‬
،ُ‫ َوا ِْن لَ ْم يَ ُك ْن فِ ْي ِه َما تَقُ ْو ُل فَقَدْ بَ َهتَه‬،ُ‫ ا ِْن َكانَ فِ ْي ِه َما تَقُ ْو ُل فَقَ ِد ا ْغت َ ْبتَه‬:َ‫أَفَ َرأَيْتَ ا ِْن َكانَ فِي أ َ ِخي َما أَقُ ْولُ؟ قَال‬
)‫(رواه مسلم‬

( Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu bahwasannya Rasulullah


shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “’Tahukah kalian apa itu
ghibah?’ Lalu sahabat berkata: ‘Allah dan rasulNya yang lebih tahu’.
Rasulullah bersabda: ‘Engkau menyebut saudaramu tentang apa yang dia
benci’. Beliau ditanya: ‘Bagaimana pendapatmu jika apa yang aku
katakan benar tentang saudaraku?’ Rasulullah bersabda: ‘jika engkau
menyebutkan tentang kebenaran saudaramu maka sungguh engkau telah
ghibah tentang saudaramu dan jika yang engkau katakan yang sebaliknya
maka engkau telah menyebutkan kedustaan tentang saudaramu.’ 9

2. Takhrij al – hadist
Hadist ini diriwayatkan oleh Muslim dengan sanad yang shahih,
Ibn Hibban di dalam kitab Shahih-nya, al-Baihaqi di dalam sunan-nya, an-
Nasa’i di dalam as-Sunan al-Kubra, al- Baghawi di dalam Syarh as-Sunah,
dan Ibn Asakir di dalam Mu’Jam-nya.10

9
Abdul Hamid, 16 Tema Pokok Hadist ( Bandung: Cita Pustaka Media Perintis, 2010), hal.164

10
Ibid

7
3. Kandungan Hadist
Hadist riwayat Msulim di atas mengandung ajaran bahwa ghibah
adalah menyebutkan sesuatu yang tidak disukai oleh orang yang
disebutkan itu. Menyebutkan sesuatu yang tidak ssebenarnya pada dir
orang lain disebut sebagai buthan. Baik ghibah maupun buthan adalah
perbuatan tercela yang diharamkan.11

4. Penjelasan Hadist
Ibnu Hajar berkata, “ para ulama berbeda pendapat tentang defenisi
ghibah. Sementara itu ar – Raghib menjelaskan bahwa ghibah adalah
seorang insan menyebutkannya aib orang lain tanpa ada kepentingan untuk
menyebutkannya. “ dalam pada itu al – Ghazali berkata pula, “ defenisi
ghibah, emgkau menyebut seorang insane dengan sesuatu yang tidak
disukainyasaa ia tidak berada di sisimu yang mana kalaulah hal itu sampai
kepadanya niscaya ia kana membencinya. “ Tidak jauh berbeda Ibnul
Atsir berkata dalam kitab An-Nihayah,” Ghibah adalah engkau menyebut
seorang inan dengan sesuai yang jelek saat ia tidak berada di dekatmu
Meskipun apa yang kita sebutkan itu memang benar ada padanya. “
Selanjutnya, an-Nawawwi mengatakan dalam kitab al-Azkar bahwa
ghibah adalah menyebut seseorang dengan sebutan yang dibencinya, baik
itu berkaitan dengan bentuk badannya, konidisi agamanya, dunianya,
dirinya, bentuk fisiknya, perilakunya, hartanya, anaknya, istrinya,
pembantunya, pakaiannya, gerakannya, gembiranya, merenggutnya, dan
lain – lain yang berkaitan dengannya. Baik engkau ucapkan itu dengan
kata – kata atau engkau ucapkan lewat isyarat dan gerak tubuh.12
Ghibah bukan hanya sebtasa ucaoan lisan saja, apapun bentuknya
engkau memahamkan kepaa orang lain sesuatu yang dibenci oleh orang
yang dighibab, meski dengan ejekan, perbuatan, isyarat, kerlingan mata,
bisik – bisik, tulisan, demikian pula seluruh cara yang digunakan untuk
menyampaikan maksdu, misalnya memperagakan cara berjalannya, maka

11
Ibid
12
Ibid, hal.165

8
semua itu adalah ghibah, bahkan lebih besar daripada ucapan ghibah,
karena hal itu lebih tergambar dn lebih dimengerti oleh orang lain.
Ibnu Hajar berkata, “ Para ulama berselisih pandangan tentang
ghibah dan namimah, samkah keduanya ataukah berbdea? Yang benar,
keduanya berbeda. Anatar keduanya terdapat keumuman dan kekhususan
dari beberapa sisi. Namimah adalah menyampaikan keaaan seseoarang
kepada orang lain tanpa sepengetahuannya, merusak, baik atas
sepengetahuannya maupun tanpa sepengetahuannya. Adapun ghibah
adalah menyebutnya pada saat ia tidak berada di dekatmu engan sebutan
yang tidak disukainya. Jadi, namimah lebih khusus untuk tujuan merusak
hubungan. Sementara hal itu belum tentu menjadi tujuan ghibah. Dalam
pada itu, ghibah lebih khusus kepada orang yang dighibahi. Dan keduanya
adalah sama dalam segala hal selain itu. Ibnu Hajar menyebutkan fath al-
Bari bahwa sebagian ulama mensyaratkan alam ghibah, yaitu orang yang
dighibah tidak ada di situ.”
Al-Qurrthubi mengatakan bahwa membicarakan orang lain bisa
terjerumus ke dalam tiga hal, sebagiaman yang dikutipnya dari perkataan
hasan al-Bashri “ Ghibah ada tiga bentuk, seluruhnya ditemukan di dalam
kitabAllah Taala, yaitu ghibah, ifk, dan buhtan. Ghibah adalah sebuah
ungkapanmu tentang ( keburukan ) saudaramu sesuai kenyataannya, ifk
adalah engkau katakan tentang dirinya setiap apa yang sampai kepadamu
tentangnya. Buhtan yaitu engkau katakana tentang dirinya sesuatu yang
bukan menurut kenyantaanya “.
Apabila seseorang membicarakan keburukan orang lain sementara
orang yang dibicarakan itu mrmang demikian adanya, maka perbuatan itu
adalah ghibahb. Jika orang yang dibicarakan ituu tidak seperti apa yang
dibicarakan maka hal itu merupakan kabar bohong yang disebut buhtan.
Sementara jika seseorang membicarakan apa saja yang didengarnya
tentang saudaranya maka itu adalah ifk. Ketiga perbuatan ini merupakan

9
tindakan tercela yang mengakibatkan kemafsadaran bagi dirinya dan orang
yang dibicarakan.13

Di dalam Al-Quran Allah menjelaskan bahwa orang yang beriman


dilarang untuk melakukan ghibah.

ُ ‫ع ِل ْي ًما َِو َۗ ْلي ُِحباللّٰ ُه ْال َجــ ْه َر ِبالس ْٓو ِء ِمن َْالقَ ْو ِ ِْل َّْل َم ْن‬
‫ظ ِل َم‬ َ ‫َكانَاللّٰ ُه‬
َ ‫س ِم ْيعًا‬

"Allah tidak menyukai perkataan buruk, (yang diucapkan) secara terus terang
kecuali oleh orang yang dizalimi. Dan Allah Maha Mendengar, Maha
Mengetahui." ( QS. 4 : 148 )

Allah juga berfirman:

َّ ‫س ْو َاو َْليَ ْغت َ ْببَّع َِاِنَّب ٰۤۖ يـاَي َهاالَّ ِذ ْين َٰا َمنُوااجْ تَنِب ُْوا َكثِي ًْر ِامن‬
‫َالظ ِن‬ ُ ‫س‬َّ ‫الظنِاِثْ ٌم َّو َْلت َ َج‬َّ ‫ض‬
َ ‫ضاِْ ْع‬ ً ‫ض ُك ْمبَ ْع‬ ُ  ۗ
ُ‫ّٰللاا َِو ۗ اَي ُِحبا َ َحدُ ُك ْما َ ْنيَّأ ْ ُكلَلَحْ َما َ ِخ ْي ِه َم ْيتًافَ َك ِر ْهت ُ ُم ْوه‬ َّٰ ‫اِنَّاللّٰ َهت ََّواب ٌَّر ِح ْي ٌم ۗ اتَّقُو‬

"Wahai orang-orang yang beriman! Jauhilah banyak dari prasangka,


sesungguhnya sebagian prasangka itu dosa, dan janganlah kamu mencari-cari
kesalahan orang lain, dan janganlah ada di antara kamu yang menggunjing
sebagian yang lain. Apakah ada di antara kamu yang suka memakan daging
saudaranya yang sudah mati? Tentu kamu merasa jijik. Dan bertakwalah kepada
Allah, sungguh Allah Maha Penerima Tobat, Maha Penyayang." (QS. Al-Hujurat
49: Ayat 12).

Dan Allah berfirman:

ٍ‫ۙ و ْيلٌ ِلـ ُك ِل ُه َمزَ ةٍل َمزَ ة‬


َ

"Celakalah bagi setiap pengumpat dan pencela,"(QS. Al-Humazah 104: Ayat 1)

13
Ibid, hal.166

10
Dan Allah berfirman:

ُ ‫َمايَ ْل ِف‬
ٌ ‫ظ ِم ْنقَ ْو ٍ ِْل َّْللَدَ ْي ِه َرقِ ْيبٌعَتِ ْيد‬

"Tidak ada suatu kata yang diucapkannya melainkan ada di sisinya malaikat
pengawas yang selalu siap (mencatat)." (QS. Qaf 50: Ayat 18)

Dan Allah berfirman:

‫سلَـ َكبِ ٖه ِع ْل ٌم‬ َ ‫ص َر َو ْالفُؤ‬


َ ‫ۗ و َْلت َ ْقفُ َمالَـ ْي‬ َّ ‫ولٓئِ َك َكانَعَ ْن ُه َم ْسئ ُ ْو ًْل َِاِنَّال‬
َ َ‫س ْمعَ َو ْالب‬ ٰ ُ‫ادَ ُكَل‬

"Dan janganlah kamu mengikuti sesuatu yang tidak kamu ketahui. Karena
pendengaran, penglihatan, dan hati nurani, semua itu akan diminta
pertanggungjawabannya." (QS. Al-Isra' 17: Ayat 36)

Sungguh menghibah orang muslim yang sudah mati lebih keji daripada
menghibahi muslim yang masih hidup. Karena meminta maaf dan halal kepada
yang masih hidup masih memungkinkan. Beda halnya dengan orang yang sudah
3
mati. Abu Daud telah meriwayatkan dari Aisyah ra dan Nabi saw beliau
bersabda bahwa jika sahabat kamu wafat maka doakanlah baginya dan jangan
kalian menggunjingksnnys. “14

Jika seseorang mendengar pergunjinggan atau ghibabh maka langkah yang


harus diambilnya adalah memberi nasehat kepada lawan bicaranya agar tidak
melakukan itu. Namun apabila ia tidak mampu melakukannya, maka sebaiknya
menghindar dari hal tersebut agar tidak terjerumus ke dalam perbuatan ghibah .
perbuatan yang tidak bermanfaat harus dihindari, apalagi jika sampai
mendatangkan dosa. Allah berfirman di dalam surah al-Qashash ayat 55:

ٓ ٰ ُ ‫سيئَةَو ِم َّمارزَ ْق ٰنه ْميِْا‬


َ ‫ولئِ َكيُؤْ ت َْونَاَجْ َر ُه ْم َّم َّرت َ ْينِ ِب َما‬
‫صبَ ُر ْو َاو َيد َْر ُءو‬ ُ َ َ ‫ْن ِفقُ ْونَ ُِنَ ِب ْال َح‬
َ ِ َّ ‫سنَ ِةال‬

14
Ibid, hal.168

11
"Mereka itu diberi pahala dua kali (karena beriman kepada Taurat dan Al-
Qur'an) disebabkan kesabaran mereka, dan mereka menolak kejahatan dengan
kebaikan, dan menginfakkan sebagian dari rezeki yang telah Kami berikan
kepada mereka."

Imam an-Nawawi berkata. “ ketahuilh. Apa saja yang mendengar


saudarnya sesama Muslim dighibahmaka ia harus menolaknya dan menegur
pelakunya. Jika tidak berhenti dengan kata – kata maka tegurlah dengan tangan.
Jika tidak mampu menghentikannya dengan tangan dan lisan maka tinggalkan
majelis tersebut. Jika ia mendengar gurunya dighibah atau orang yang punya jasa
atas dirinya atau orang yang punya keutamaan dan kebaikan, maka langkah –
langkah yang telah kami sebutkan di atas harus lebih diperhatikannya. “6

Imam an-Nawawi mengatakan bahwa tidak semua ghibah terlarang.


Sebab, ada beberapa kasusu manusia diperbolehkan membicarakan kesalahan
orang lain bahkan terkadang menjadi keniscayaan, di anaara lainnya:

15
An-Nawawi berkata:“ Ghibah dibolehkan untuk tujuan syar’I, ada enam
sebab yang membolehkan ghibah:

a. Seorang yang dizalimi boleh melaporkan kezaliman orang yang


menzaliminya kepada sultan atau kepada pihak lain yang memiliki
kekuasan. Misalnya ia mengatakan: “ Si fulan mezalimiku atau telah
melakukan ini dan itu terhadapku.”
b. Meminta bantuan dalam merubah kemungkaran dan mengembalikan
pelaku maksiat kepada jalan kebenaran. Dikatakan kepada orang yang
diharapkan kekuatannya: “ Si fulan telah melakukan ini dan itu, berilah
dia teguran,” atau kalimat sejenisnya.

c. Meminta fatwa pada seorang mufti seperti seorang bertanya mufti,


“Saudara kandungku telah menzalimiku demikian dan demikian.
Bagaimana caranya aku lepas dari kezaliman yang ia lakukan.”
Ucapan seperti ini diperbolehkan untuk suatu keperluan. Namun lebih
baik ia katakan: Bagaimana tentang seorang laki – laki atau suami atau

15
Ibid, hal:170

12
orang tua atau anak yang melakukan ini dan ini. Akan tetapi ia boleh
menyebutkan namanya, berdasarkan hadist hindun, yaitu ucapannya:
“Sesungguhnya Abu Sufyan adalah seorang yang kikir..”

Mengingatkan kaum muslimin terhadap suatu kejelekan , dalam


hal ini ada beberapa bentuk:

- Menyebutkan cacat para perawi, saksi dan para penulis. Hal ini
dibolehkan berdasarkan ijma’, bahkan wajib hukumnya demi menjaga
keutuhan syariat.

- Menceritakan suatu kekurangan dalam sebuah musyawarah ( tukar


pikiran ).”

- Apabila engkau melihat seseorang membeli sesuatu yang cacat atau


budak pencuri atau peminum khamar atau sejenisnya lalu engkau
ceritakan kepada si pembeli dengan maksud member nasihat bukan
bermakud menyakiti atau merusak.

- Apabila engkau lihat seorang penuntut ilmu bolak balik menemui


seorang fasik atau mubtadi’ untuk mengambil ilmu darinya lalu
engkau takut ia tertimpa mudherat maka engkau harus menasihatinya
dengan menerangkan orang tersebut dengan maksud memberikan
nasehat.

- Seseorang yang diserahi jabatan namun ia tidak menjalankannya


sebagaimana mestinya karena ketidak ahliannya atau karena
kefasikannya, maka engkau ceritakan kepada pihak yang berkuasa agar
mereka mengetahui keadannya dan tidak terpedaya dengannya serta
dapat tetap istiqomah di atas kebenaran.

Terhadap seseorang yang menampakkan kefasikannya atau


kebidahannya. Maka boleh menceritakan kefasikannya dan kebidahn
yang ditampakkannya, dan tidak boleh selain itu kecuali dengan sebab
– sebab yang lain.

13
Pengenalan identitas, apabilaia dikenal dengan sebutan tersebut, seperti al-
A’masy ( si rabun ) , al-A’raj ( si pincang ), al=Qashir ( si pendek ), al-A’maa ( si
buta ). Al-Aqtha’ ( si punting ) dan sejenisnya. Maka boleh menyebutkannya
untuk menunjukkan identitasnya namun haram menyebutkannya untuk mengejek.
Kalaulah bisa mengenalkan identitasnya dengan selainnya maka itu lebih baik,
wallahu a’lam. 9

Perlu dipertegas pula, bahwa diperbolehkannya menyebutkan kesalahan


orang lain tidak berarti kita bebas melakukannya tanpa batas. Diperbolehkan
menyebutkan hal ini hanya skedar untuk keperluan yang dilegitimasi syara’,
bukan kebolehan yang bebas tanpa batas.

Cara untuk bertaubat bagi orang yang telah menghibah kaum Muslim
adalah meminta halal dan permohonan maaf kepada yang bersangkutan, apabila
hal itu aman dari fitnah. Namun jika itu dapat memicu pertengkaran atau perkara
mungkar lainnya atau dapat menimbulkan fitnah maka hendaklah ia menyebutkan
kebaikan – kebaikan yang ada pada orang yang dighibabhnya dulu dalam majelis
– majelis tempat ia menghibahnya. Hendaklah ia menolak setiap ghibah yang
ditujukan kepada orang yang pernah dighibahnya dulu dengan sedaya upaya.
Maka insya Allah itu menjadi balasan yang setimpal atas perbuatanya dulu.
Disertai oula dengan syarat – syarat taubat lainnya10

16
Dampak Negatif dari Sifat Ghibah dan Buhtan, kerugian sifat ghibah dan
buhtan antara lain :

a. Mendapatkan ancaman dan murka Allah


b. Mendapatkan laknat dari Allah baik di dunia maupun di akhirat
c. Akan melahirkan permusuhan dan kebencian di antara manusia.
d. Merupakan penyebab jatuh dalam akibat yang buruk dan membuka
perbuatan keji serta

16
Anwar Mas’ari, Ahlaq al-Qur’an, ( Surabaya:Bina Ilmu, 1990 ), hal. 57

14
e. Kebencian terselubung yang dikhawatirkan akan bertambah menjadi bentuk
bermusuhan yang nyata.
f. Sifat hasad ( dengki ) yang menggerogoti hati seseorang sehingga ingin
merenut kedudukan saudaranya dalam pandangan manusia
g. Adanya sifat fasad dan gairah dalam melakukan dosa dan kernunkaran.

17
Cara Menghindari Sifat Ghibah dan Buhtan, berbagai cara yang dapat
dilakukan seseorang untuk menghindari ghibah dan buhtan antara lain :
a. Jangan mudah percaya terhadap berita yang kita dengar sebelum diteliti terlebih
dahulu kebenarannya sehingga tidak menyesal bila berita itu membawa akibat
buruk.
b. Kita tinggalkan berita yang kita dengar bila tidak berkepentingan.
c. Memperbanyak meneliti keburukan diri sediri.
d. Membiasakan lidah berdzikir dan menanamkan pengertian bahwa menggunjing
itu adalah dosa karena itu sangat dilarang oleh agama Islam.
e Meningkatkan ketaqwaan dengan mendekatkan diri kapada Allah, misalnya
sering bertilawah dan berzikir agar hati menjadi lunak dan jiwa menjadi tenang.
f. Berfikir sebelum memulai pembicaraan, agar yang keluar dari mulut adalah
perkataan yang baik-baik saja, dan mengingat bahwa semua yang kita bicarakan
dan kerjakan akan dicatat oleh malaikat Raqib dan Atid.
g. Tabayun sebelum menyampaikan berita, supaya ukhuwah tetap terjaga dan
tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan.
h. Mengingatkan orang lain ketika ia menceritakan saudaranya, agar ia tidak
terjatuh kedalam lembah yang bernama ghibah.

17
ibid

15

Anda mungkin juga menyukai