SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta untuk memenuhi salah satu syarat mencapai Gelar
Sarjana Pendidikan
Oleh
SOFIYAH
NIM : 103016327172
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta untuk memenuhi salah satu syarat mencapai Gelar
Sarjana Pendidikan
Oleh
SOFIYAH
NIM : 103016327172
Pembimbing I Pembimbing II
Penguji I
Penguji II
.................... ..........................
Drs. Hasian Pohan, S. Pd. M. Si
NIP. 130 805 861
Mengetahui,
Dekan Fakultas IlmuTarbiyah dan Keguruan
Dosen Pembimbing
No. Footnote
I II
BAB I
1 Pengaruh Pembelajaran Fisika dengan Pendekatan
Inkuiri terhadap Kemampuan Psikomotorik Siswa
ditinjau dari Kemampuan Kognitif Siswa SMA, artikel
ini diakses pada tanggal 09 April 2010 dari
http://gudangmakalah.blogspot.com/2009/08/pengaruh-
pembelajaran-fisika-dengan.html
2 Skripsi : Pembelajaran Fisika dengan Pendekatan
Keterampilan Proses melalui Metode Eksperimen dan
Metode Demonstrasi ditinjau dari Frekuensi Pemberian
Tugas, artikel ini diakses pada tanggal 09 April 2010 dari
http://id-jurnal.blogspot.com/2009/09/skripsi-
pembelajaran-fisika-dengan.html
3 Muhammad Faiq Dzaki, Model Pengajaran Langsung
(Direct Instruction), artikel ini diakses pada tanggal 09
April 2010 dari
http://penelitiantindakankelas.blogspot.com/2009/03/mod
el-pengajaran-langsung.html
4 Muh. Makhrus dan Satutik Rahayu, Pengembangan
Kompetensi Merancang dan Melakukan Eksperimen bagi
Siswa kelas X dengan Model Pengajaran Langsung pada
Pokok Bahasan Hukum-hukum Newton tentang Gerak di
MA Mu’allimat NW Pancor, artikel ini diakses pada
tangggal 09 Agustus 2010 di
http://satutikrahayu.blogspot.com/2008/11/pdm.html), h.
17
5 Daniel Muijs dan David Reynold, Effective Teaching;
Evidence and Practice, 2nd Edition, (London : SAGE
Publication, Ltd, 2005), h. 29
BAB II
1 Trianto, Model Pembelajaran Terpadu dalam Teori dan
Praktek, (Jakarta : Prestasi Pustaka Publisher, 2007),
h.26
2 Depdiknas, Pedoman Pengembangan Tugas Akhir
Semester Sains Teknologi dan Masyarakat, (Jakarta :
Depdiknas, 2002), h. 18
3 Teori Konstruktivisme dalam Cooperative Learning,
artikel ini diakses pada tanggal 19 Maret 2010 dari
http://xpresiriau.com/teroka/artikel-tulisan-pendidikan/
teori-konstruktivisme-dalam-cooperative-learning/
5 Ibid., h. 28
6 Ibid.,
7 Ibid.,
12 Ibid.,
13 Ibid., h. 30
15 Ibid.,
17 Ibid.,h. 14
18 Ibid., h. 15
25 Ibid., h. 3
28 Ibid., h. 98
30 Ibid., h. 7
31 Ibid., h. 8
41 Ibid.,
43 Ibid., h. 118
BAB IV
i
ABSTRACT
This research aim to know the influence of Direct Instruction (DI) Models
to result learn the student physics in the light concepts. Research method is used
quasi experiment with the nonequivalent control group design. An experiment in
SMP Islamiyah Ciputat at May 24th – June 12th of 2010. The research was done in
VIII-1 class (that used Direct Instruction) and VIII-2 class (that used conventional
models). Defining these two classes as sample based on purposive sampling
technique. Instrument these was used in the research is test instrument that is
multiple choice which have been tested by the validity and reliability as much 40
items. In this research, the analysis technique used is Liliefors test to test the
normality, Bartlett test to test the homogenity, and t-test to there are significant
affect of DI to student achievement. Based on result of the analysis, get conclusion
that there are the influence in significant of Direct Instruction to result learn the
student physics. The conclusion is based on result of statictical test of analysis test
of hypotesis in both of posttest result of classes. The result get is, t0 price is 6,76
and ttable price in degree of significance 5% for the dk of 58 is 2,00. Can be seen
that – t tabel < t hitung or t tabel < t hitung price is -2,00 < 6,76 or 2,00 < 6,76.
ii
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan taufiq dan hidayah-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Shalawat serta
salam semoga selalu terlimpahken keharibaan Nabi Muhammad SAW beserta
keluara, para sahabat dan semoga hingga kepada ummatnya yang selalu mengikuti
langkahnya.
Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar
Sarjana (Srata 1) pada Program Studi Pendidikan Fisika, Jurusan Pendidikan Ilmu
Pengetahuan Alam, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Dalam penyusunan skripsi ini, tentunya tidak
luput dari bantuan berbagai pihak, oleh karena itu penulis ingin mengungkapkan
terima kasih kepada :
1. Ibunda Chilafiyah dan Ayahanda Abdul Aziz Ismail, yang telah memotivasi
penulis selama proses penyusunan serta memberikan dukungan secara moril
dan materil. Semoga Allah selalu memberikan kasih sayangnya kepada
keduanya sebagaimana mereka menyayangi peneliti sampai saat ini.
2. Bapak Prof. Dr. Dede Rosyada, M. A., Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta beserta
stafnya.
3. Ibu Baiq Hana Susanti, M. Sc., Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan
Alam FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
4. Ibu Dr. Zulfiani, M. Pd., Dosen Pembimbing I dan Ibu Erina Hertanti, M. Si.,
Dosen Pembimbing II, yang dengan sabar telah meluangkan waktu dan pikiran
untuk memberikan bimbingan, nasehat, arahan kepada penulis selama
penyusunan skripsi.
5. Para dosen Prodi Pendidikan Fisika, yang telah mencurahkan pengabdiannya
mentransformasi ilmu akademik serta kesungguhannya dalam mendidik insan-
insan akademis menjadi pribadi yang beriman, berakhlak dan berwawasan.
iii
6. Kepala SMP Islamiyah Ciputat beserta wali kelas dan para guru yang telah
memberikan kesempatan kepada penulis untuk melaksanakan penelitian di
sekolah tersebut.
7. Mas dan Mbakku A. Komar, Istirochah, Syaiful Azis, A. Chaeron, Choiriyah,
Nurchasanah, Cholifah, A. Ichsan, dan keponakanku yang selalu memberikan
senyum dan tawa yang manis mereka dalam mengiringi setiap langkahku.
8. Rekan-rekan mahasiswa Program Studi Pendidikan Fisika angkatan 2003,
khusus Febi, Reni, Te’ Fina, Te’ Upie, Liana, Nurokhman, Mas’amah, dan
Ucie.
9. Khusus untuk Aa yang selalu memberikan semangat dan meluangkan
waktunya kepada penulis selama kegiatan penulisan.
Demikian ungkapan terima kasih yang dapat penulis haturkan kepada semua
phak. Tiada balasan yang setimpal kecuali dari Allah SWT. Semoga skripsi ini
dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi pembaca umumnya.
Penulis
iv
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK ...................................................................................................... i
ABSTRACT .................................................................................................... ii
KATA PENGANTAR.................................................................................... iii
DAFTAR ISI................................................................................................... v
DAFTAR GAMBAR...................................................................................... vii
DAFTAR TABEL .......................................................................................... viii
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. x
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ............................................................... 1
B. Identifikasi Masalah ...................................................................... 5
C. Pembatasan Masalah ..................................................................... 5
D. Perumusan Masalah....................................................................... 5
E. Tujuan Penelitian........................................................................... 6
F. Manfaat Penelitian......................................................................... 6
v
B. Metode Penelitian ......................................................................... 36
C. Populasi dan Sampel ..................................................................... 37
D. Teknik Pengumpulan Data ........................................................... 37
E. Instrumen Penelitian ..................................................................... 38
F. Teknik Analisis Data ..................................................................... 43
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan.................................................................................... 61
B. Saran ............................................................................................. 61
LAMPIRAN-LAMPIRAN ............................................................................
vi
DAFTAR GAMBAR
vii
DAFTAR TABEL
Halaman
viii
DAFTAR LAMPIRAN
ix
BAB I
PENDAHULUAN
1
Pengaruh Pembelajaran Fisika dengan Pendekatan Inkuiri terhadap Kemampuan
Psikomotorik Siswa ditinjau dari Kemampuan Kognitif Siswa SMA, (Tersedia :
http://gudangmakalah.blogspot.com/2009/08/pengaruh-pembelajaran-fisika-dengan.html. Diakses
pada tanggal 09 April 2010)
2
Skripsi : Pembelajaran Fisika dengan Pendekatan Keterampilan Proses melalui Metode
Eksperimen dan Metode Demonstrasi ditinjau dari Frekuensi Pemberian Tugas, (Tersedia :
http://id-jurnal.blogspot.com/2009/09/skripsi -pembelajaran-fisika-dengan.html. Diakses pada
tanggal 09 April 2010)
1
2
4
Muh. Makhrus, Laporan Penelitian Dosen Muda : Pengembangan Kompetensi
Merancang dan Melakukan Eksperimen bagi Siswa Kelas X dengan Model Pengajaran Langsung
pada Pokok BAhasan Hukum-hukum Newton tentang Gerak di MA Mu’allimat NW Pancor,
(STKIP Hamzanwadi Selong : 2007), h. 17
5
Daniel Muijs dan David Reynold, Effective Teaching; Evidence and Practice, 2nd Edition,
(London : SAGE Publication, Ltd, 2005), h. 29
4
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, masalah pada
penelitian ini dapat diidentifikasikan sebagai berikut :
1. Guru selalu menekankan pada pemahaman konsep fisika.
2. Siswa kurang memiliki keterampilan dalam melakukan sesuatu (learning
to do).
3. Siswa kurang dilibatkan secara aktif dalam pembelajaran fisika.
4. Kurang tepatnya guru dalam pemilihan model pengajaran pada konsep
cahaya.
5. Rendahnya hasil belajar fisika siswa.
C. Pembatasan Masalah
Semua permasalahan yang diuraikan di atas tidak mungkin untuk diteliti
semua karena keterbatasan penelitian ini. Oleh karena itu, dalam penelitian
perlu dilakukan pembatasan masalah. Adapun pembatasan masalah pada
penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Hasil belajar fisika yang dimaksud dalam penelitian ini merupakan hasil
kognitif saja. Ranah kognitif yang dinilai berdasarkan taksonomi Bloom
tercakup pada tingkatan C1 hafalan (recall), C2 pemahaman
(comprehension), C3 penerapan (application), dan C4 analisis (analysis).
2. Konsep materi pelajaran yang diberikan kepada siswa selama penelitian
adalah cahaya yang diajarkan pada semester ganjil kelas VIII.
D. Perumusan Masalah
Berdasarkan batasan masalah di atas, maka perumusan masalah
penelitian ini adalah “Bagaimana pengaruh model pengajaran langsung (direct
instruction/DI) terhadap hasil belajar fisika siswa?”
5
E. Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui
pengaruh hasil belajar fisika siswa dengan menggunakan model pengajaran
langsung (Direct Instruction).
F. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada beberapa
pihak yang terlibat langsung terhadap penelitian ini, yaitu sebagai berikut :
1. Penelitian ini diharapkan dapat membantu siswa untuk meningkatkan hasil
belajar fisika, dapat mengurangi kebosanan, dan menambah pengalaman
belajar selama pembelajaran fisika berlangsung.
2. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan alternatif pilihan untuk
menggunakan model pengajaran yang efektif dalam pembelajaran fisika.
BAB II
KAJIAN TEORETIS, KERANGKA PIKIR, DAN PENGAJUAN
HIPOTESIS
A. Kajian Teoretis
1. Teori Belajar Konstruktivisme
Teori pembelajaran konstruktivisme merupakan teori pembelajaran
kognitif yang baru dalam psikologi pendidikan yang menyatakan bahwa
siswa harus menemukan sendiri dan mentransformasikan informasi
kompleks, mengecek informasi dengan aturan-aturan lama dan
merevisinya apabila aturan-aturan itu tidak sesuai lagi. Bagi siswa agar
benar-benar memahami dan dapat menetapkan pengetahuan mereka harus
bekerja memecahkan masalah, menemukan sesuatu untuk dirinya,
berusaha dengan susah payah dengan ide-ide. 1
Konstruktivisme adalah suatu faham bahwa siswa menyusun atau
membangun sendiri pengertian dan pemahamannya dari pengalaman baru
yang didasarkan pada pengetahuan dan keyakinan awal yang dimilikinya. 2
Ide pokoknya adalah siswa secara aktif membangun pengetahuan
mereka sendiri, otak siswa sebagai mediator, yaitu memproses masukan
dari dunia luar dan menentukan apa yang mereka pelajari. Pembelajaran
merupakan kerja mental aktif, bukan menerima pengajaran dari guru
secara pasif. Dalam kerja mental siswa, guru memegang peranan penting
dengan cara memberikan dukungan, tantangan berfikir, melayani sebagai
pelatih atau model, namun siswa tetap merupakan kunci pembelajaran.
Menurut teori ini, satu prinsip paling penting dalam psikologi
pendidikan adalah bahwa guru tidak dapat hanya sekedar memberikan
pengetahuan kepada siswa agar secara sadar menggunakan strategi mereka
sendiri untuk belajar. Guru dapat memberikan kepada siswa atau peserta
1
Trianto, Model Pembelajaran Terpadu dalam Teori dan Praktek, (Jakarta : Prestasi
Pustaka Publisher, 2007), h.26
2
Depdiknas, Pedoman Pengembangan Tugas Akhir Semester Sains Teknologi dan
Masyarakat, (Jakarta : Depdiknas, 2002), h. 18
7
8
didik anak tangga yang membawa siswa akan pemahaman yang lebih
tinggi, dengan catatan siswa sendiri harus memanjat anak tangga tersebut.
Berpijak dari uraian di atas, maka pada dasarnya aliran
konstruktivisme menghendaki bahwa pengetahuan dibentuk sendiri oleh
individu dan pengalaman merupakan kunci utama dari belajar bermakna.
Belajar bermakna tidak akan terwujud hanya dengan mendengarkan
ceramah atau membaca buku tentang pengalaman orang lain. 3
Belajar menurut pandangan konstruktivis merupakan hasil konstruksi
kognitif melalui kegiatan seseorang. Pandangan ini memberi penekanan
bahwa pengetahuan kita adalah bentukan kita sendiri. 4
Para ahli konstruktivis beranggapan bahwa satu-satunya alat yang
tersedia bagi seseorang untuk mengetahui sesuatu adalah inderanya.
Seseorang berinteraksi dengan objek dan lingkungannya dengan melihat,
mendengar, mencium, menjamah, dan merasakannya. Hal ini
menampakkan bahwa pengetahuan lebih menunjukkan pada pengalaman
seseorang akan dunia daripada dunia itu sendiri. 5
6
Baharuddin, Teori Belajar dan Pembelajaran, (Yogyakarta : Ar-Ruzz Media, 2008),
h. 124
7
Trianto, Op. Cit., h. 29
8
Baharuddin, Op. Cit., h. 127
9
Trianto, Op. Cit., h. 30
10
10
Ibid.,
11
Ibid., h. 30
11
yang telah menerima pujian atau teguran yang dialami orang lain atau
Vicarious Reinforcement. 12
Kedua, pembelajaran melalui pengamatan dimana seseorang
(pengamat) meniru perilaku suatu model meskipun model itu tidak
mendapatkan penguatan atau pelemahan pada saat pengamat sedang
memperhatikan. Sering model itu mendemonstrasikan sesuatu yang
ingin dipelajari pengamat tersebut dan mengharapkan mendapat pujian
apabila menguasai secara tuntas apa yang dipelajari itu. Model tidak
harus diperagakan oleh orang secara langsung, tetapi dapat juga
menggunakan seorang pemeran visualisasi tiruan sebagai model. 13
Adapun tahap-tahap belajar melalui pengamatan (modeling)
adalah perhatian, retensi, produksi, dan motivasi.
1) Atensi (Perhatian)
Menurut hasil penelitian Bandura, pengamat dapat
memperhatikan tingkah laku dengan baik apabila tingkah laku tersebut
“jelas” dan tidak terlampau kompleks. Dari segi model Direct
Instruction, pengetahuan tersebut dapat diberikan pada awal
pembelajaran, yaitu : 14
a) Pengajar dapat menggunakan isyarat yang ekspresif seperti
menepuk tangannya atau menggunakan benda-benda aneh yang
dapat menarik perhatian siswa.
b) Pengajar dapat membagi beberapa keterampilan dalam beberapa
sub-sub keterampilan, lalu diajarakan secara terpisah.
2) Retensi
Bandura menemukan bahwa retensi suatu pengamatan (tingkah
laku) dapat dimantapkan jika pengamat dapat menghubungkan
observasi dengan pengalaman-pengalaman sebelumnya, yang
bermakna baginya dan mengulang secara kognitif setelah memahami
12
Ibid.,
13
Ibid.,
14
Ibid., h. 27
12
15
Ibid.,
16
Ibid., h.27-28
13
17
A. Grummy W, dkk., Laporan Penelitian LPTK : Pengembangan Model Pengajaran
Langsung (MPL) pada Mata Kuliah Kelistrikan Otomotif di Jurusan Teknik Mesin FT UNESA,
(Surabaya : FT UNESA, 2004), h. 10
18
Muh. Mahkrus, dkk., Op. Cit., h. 28
14
19
Muhammad Faiq Dzaki, Model Pengajaran Langsung (Direct Instruction), (Tersedia :
http://penelitiantindakankelas.blogspot.com/2009/03/model-pengajaran-langsung-direct.html)
20
Model Pengajaran Langsung (Direct Instruction)-Ruang Lingkup Pengajaran Langsung,
(Tersedia : http://kanreguru.wordpress.com/2009/12/57)
21
Ibid.,
15
22
Muhammad Faiq Dzaki, Op. Cit.,
23
S. Kardi dan Moh. Nur, Op. Cit., h. 6
24
Muh. Mahkrus, dkk., Op. Cit., h. 16
16
25
Muh. Makhrus, dkk., Op. Cit., h. 18
26
S. Kardi dan Moh. Nur, Op.Ccit, h. 8
18
Tabel 2.1
Sintaks Direct Instruction
Fase Tingkah Laku Guru
Fase 1 Guru menjelaskan tujuan
pembelajaran, informasi latar
Menyampaikan tujuan dan belakang pelajaran, pentingnya
mempersiapkan siswa pelajaran, mempersiapkan siswa
untuk belajar.
Fase 2 Guru mendemonstrasikan
keterampilan dengan benar, atau
Mendemonstrasikan menyajikan informasi tahap demi
pengetahuan dan keterampilan tahap
Fase 3 Guru merencanakan dan memberi
bimbingan pelatihan awal
Membimbing pelatihan
Fase 4 Mencek apakah siswa telah berhasil
melakukan tugas dengan baik,
Mengecek pemahaman dan memberi umpan balik
memberikan umpan balik
Fase 5 Guru mempersiapkan kesempatan
melakukan pelatihan lanjutan,
Memberikan kesempatan untuk dengan perhatian khusus pada
pelatihan lanjutan dan penerapan penerapan kepada situasi lebih
kompleks dan kehidupan sehari-hari.
27
Anwar Holil, Model Pengajaran Langsung, (Tersedia : http://anwarholil.blogspot.com/
2009/01/model-pengajaran-langsung.html)
19
28
Muh. Makhrus, dkk., Op. Cit., h. 29
29
Penerapan Model Siklus Belajar LC 5 E untuk Meningkatkan Motivasi dan Prestasi
belajar Fisika Kelas VIII A SMP Negeri 8 Malang. (Tersedia: http://library.um.ac.id/
images/stories/lptk/suw1209/Content%20Penerapan%20Model%20Siklus%20Belajar%20LC5E%
20untuk%20meningkatkan%20Motivasi%20dan%20Prestasi%20belajar%20Fisika%20Siswa%20
Kelas%20VIIIA%20SMP%20Negeri%208%20Malang%20Tahun%20Ajaran%202008%202009.p
df), [27 Januari 2010]
30
Ibid.,
24
31
Ibid.,
25
32
Rini Susanti, Bentuk Tes dan Tingkah Laku Belajar, (Pustekkom, Jurnal Teknodik, Edisi
No. 1/VII/Oktober/2003. Tersedia : http.//www.pustekkom.go.id/teknodik/t12/isi.htm#5#5)[19
Januari 2010]
33
Ibid.,
26
34
Moh. Nurudin, perbandingan Hasil Belajar Fisika antara yang Mneggunakan Problem
Based Instruction dengan Direct Instruction, (Skripsi Jurusan Pendidikan IPA Program Studi
Pendidikan Fisika FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2010), h. 38
35
Triyoga, Penerapan Assesmen Berbasis Dimensi Pengetahuan dan Dimensi
ProsesBerpikie Melalui Model Inkuiri dalam Pembelajaran IPA-Fisika pada Siswa SMP Kelas
VII, (Skripsi Jurusan Pendidikan Fisika FPMIPA UPI Bandung, 2010), h. 13-18
27
36
I Wayan Distrik, Model Pembelajaran Langsung dengan Pendekatan Kontekstual untuk
Meningkatkan Aktivitas Konsepsi dan Hasil Belajar Fisika SMAN 13 Bandar Lampung,
(Tersedia : http://pustakailmiah.unila.ac.id/2009/07/16/model-pembelajaran-langsung-dengan-
pendekatan-kontekstual-untuk-meningkatkan-aktivitas-konsepsi-dan-hasil-belajar-fisika-siswa-
sman-13-bandar-lampung/)
31
37
Sidik Purnomo, Skripsi : Peningkatan Aktivitas dan Hasil Belajar Biologi Materi Pokok
Fotosintesis Melalui Pengajaran Langsung (Direct Instruction Models) Siswa Kelas VIIIC MTs
Negeri Gondowulung Bantul Tahun Ajaran 2007/2008, (Tersedia : http://digilib.uin-
suka.ac.id/download.php?id=2161)
38
A. Grummy W, dkk., Op. Cit., h. 14
39
Ibid., h. 15
40
S. Kardi dan Muh. Nur, Op. Cit., h. 17
32
C. Kerangka Pikir
Dalam pelaksanaan pembelajaran Fisika di SMP, siswa dituntut dapat
memahami pengetahuan dasar dan mengaplikasikan konsep-konsep dasar
Fisika tersebut dalam kehidupan sehari-hari, sehingga pengetahuan yang
diperoleh dapat bermanfaat pada diri sendiri dan masyarakat. Pengetahuan
dasar yang dimaksud adalah pengetahuan berupa deklaratif (pengetahuan
tentang sesuatu) dan pengetahuan yang berupa prosedural (pengetahuan
tentang bagaimana melakukan sesuatu). Seringkali penggunaan pengetahuan
prosedural memerlukan penguasaan pengetahuan prasyarat yang berupa
pengetahuan deklaratif. Oleh sebab itu, kedua macam pengetahuan ini perlu
dilatihkan kepada siswa agar mereka melakukan suatu kegiatan yang dapat
diaplikasikan pada konsep fisika tersebut.
Namun kenyataannya, tuntutan pada siswa dalam pembelajaran Fisika
belum terpenuhi. Akhirnya para guru menerapkan sebuah model pengajaran
yang sesuai dengan konsep fisika tersebut. Penggunaan model pengajaran ini
didasarkan pada penerapan model konvensional yang tidak sesuai pada konsep
fisika yang diajarkan, sehingga hanya dapat membantu siswa dalam memiliki
penguasaan konsep (pengetahuan deklaratif) saja.
Untuk mengatasi hal di atas, model pengajaran yang meliputi
pengatahuan deklaratif dan pengetahuan prosedural adalah model pengajaran
langsung (Direct Instruction/DI). Model pengajaran langsung dirancang
secara khusus untuk mengembangkan belajar siswa tentang pengetahuan
prosedural dan pengetahuan deklaratif yang terstruktur dengan baik dan dapat
dipelajari selangkah demi selangkah. Pengajaran langsung merupakan suatu
model pengajaran yang sebenarnya bersifat teacher centered. Dalam
menerapkan model pengajaran langsung guru harus mendemonstrasikan
pengetahuan atau keterampilan yang akan dilatihkan pada siswa selangkah
demi selangkah. Karena dalam pembelajaran peran guru sangat dominan,
maka guru dituntut agar dapat menjadi seorang model yang menarik bagi
siswa dan pembelajaran Fisika menjadi lebih menyenangkan.
33
D. Pengajuan Hipotesis
Berdasarkan kajian teori dan penyusunan kerangka berpikir, maka dapat
dirumuskan hipotesis sebagai berikut :
H0 = Tidak terdapat pengaruh model pengajaran langsung (Direct
Instruction/DI) terhadap hasil belajar Fisika siswa.
Ha = Terdapat pengaruh model pengajaran langsung (Direct
Instruction/DI) terhadap hasil belajar Fisika siswa.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
B. Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan adalah metode kuasi eksperimen, dan
rancangan penelitian yang digunakan adalah The Pretest-Posttest Control
Group Design. 1 Kelas yang diteliti dibagi menjadi dua kelompok. Kelas
eksperimen yang diberi perlakukan dengan model pengajaran langsung
(Direct Instruction/DI) dan kelas kontrol dengan model konvensional dengan
metode diskusi. Sebelum diberikan perlakuan, pada kedua kelas dilakukan
pretest untuk mengetahui sejauh mana kemampuan dasar siswa pada konsep
yang bersangkutan yaitu konsep cahaya. Kemudian masing-masing diberikan
perlakuan, setelah itu dilakukan kembali posttest untuk mengetahui sejauh
mana penguasaan siswa terhadap konsep yang bersangkutan. Rancangan
penelitian tersebut dinyatakan dalam tabel 3.1 berikut :
Tabel 3.1
Rancangan Penelitian
The Pretest-Posttest Control Group Design
1
Emzir, Metodologi Penelitian Pendidikan: Kuantitatif dan Kualitatif, (Jakarta : PT
RajaGrafindo Persada, 2008), h. 98
36
37
Keterangan :
E : Kelas eksperimen
K : Kelas kontrol
2
P. Joko Subagyo, Metode Penelitian ; dalam Teori dan Praktek, (Jakarta : Rineka Cipta,
2004), h. 23
3
Ibid.,
4
Sudjana, Metoda Statistika, (Bandung : Tarsito, 2001), h. 168
5
Rakim, Pengertian Variabel, [Tersedia : http://rakim-ytk.blogspot.com/2008/06/
pengertian-variabel.html] [20 Juli 2010]
38
dua variabel yaitu, variabel bebas dan variabel terikat. Variabel bebas
(independent) dalam penelitian ini adalah model pengajaran langsung
(Direct Instruction/DI). Variabel terikat (dependent) adalah hasil belajar
fisika siswa.
2. Sumber Data
Dalam penelitian ini akan diperoleh data yang berupa skor hasil
belajar fisika siswa yang diperoleh melalui tes hasil belajar fisika. Adapun
tes hasil belajar yang diberikan berupa tes awal (pretest) dan tes akhir
(posttest). Tes awal bertujuan untuk mengetahui kemampuan awal siswa
terhadap materi yang akan diajarkan, sedangkan tes akhir bertujuan untuk
mengetahui kemampuan akhir siswa dari proses pembelajaran.
E. Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes hasil belajar
fisika. Tes hasil belajar yaitu tes yang digunakan untuk mengukur sejauh mana
siswa menguasai materi yang telah diberikan. Tes yang akan diberikan
merupakan tes objektif, dengan alasan bahwa penggunaan tes objektif dapat
mencakup bahan pelajaran secara luas. Adapun bentuknya yaitu berupa soal
pilihan ganda (multiple choice) dengan empat pilihan (options). Instrumen tes
ini harus memenuhi empat kriteria, yaitu validitas, reliabilitas, taraf kesukaran,
dan daya pembeda. Untuk memenuhi keempat kriteria tersebut, maka
instrumen yang digunakan harus melalui pengujian dan perhitungan.
a. Uji Validitas
Uji validitas ini digunakan untuk memvalidasi intrumen hasil belajar
yaitu menggunakan rumus koefesien korelasi biserial (γpbi) untuk
menentukan validitas tiap-tiap item butir soal dengan rumus sebagai
berikut 6 :
6
Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan (Edisi Revisi), (Jakarta : PT. Bumi
Aksara, 2001), h. 79
39
M p − Mt p
γ pbi =
St q
Keterangan :
γpbi : Koefisien korelasi biserial
Mp : Rerata skor dari subjek yang menjawab betul bagi item yang dicari
validitasnya
Mt : Rerata skor total
St : Standar deviasi dari skor total
p : Proporsi siswa yang menjawab benar
p = banyaknya siswa yang benar
jumlah seluruh siswa
q : Proporsi siswa yang menjawab salah
(q=1–p)
Tabel 3. 2 Kriteria Validitas
No. Rentang Nilai Kriteria
1. 0,800 – 1,000 Sangat tinggi
2. 0,600 – 0,800 Tinggi
3. 0,400 – 0,600 Cukup
4. 0,200 – 0,400 Rendah
5. 0,000 – 0,200 Sangat rendah
b. Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas yang digunakan pada tes hasil belajar menggunakan
metode KR-20. Metode Kuder Richardson-20 (KR-20) yang digunakan
untuk mencari reliabilitas, dengan rumus sebagai berikut7 :
⎛ n ⎞⎛⎜ S − ∑ pq ⎞⎟
2
r11 = ⎜ ⎟
⎝ n − 1 ⎠⎜⎝ S2 ⎟
⎠
Keterangan :
r11 : Reliabilitas secara keseluruhan
p : Proporsi subjek yang menjawab item dengan benar
q : Proporsi subjek yang menjawab item dengan salah
Σpq : jumlah hasil perkalian antara p dan q
n : Banyak item
S : Standar deviasi dari tes
Nilai korelasi reliabilitas yang sudah diperoleh kemudian
dibandingkan dengan kategori interpretasi korelasi reliabilitas adalah :
Tabel 3. 3 Kriteria Reliabilitas
No. Rentang Nilai Kriteria
1. 0,90 – 1,00 Tinggi sekali
2. 0,70 – 0,90 Tinggi
3. 0,40 – 0,70 Cukup
4. 0,20 – 0,40 Rendah
5. 0,00 – 0,20 Kecil
7
Ibid., h. 100-101
41
c. Taraf Kesukaran
Untuk mengetahui apakah soal itu sukar, sedang, atau mudah maka
soal-soal tersebut diujikan taraf kesukarannya terlebih dahulu. Indeks
kesukaran butir-butir soal ditentukan dengan rumus 8 :
B
P=
JS
Keterangan :
P : Indeks Kesukaran
B : Banyaknya siswa yang menjawab soal dengan benar
JS : Jumlah seluruh peserta tes
d. Daya Pembeda
Daya pembeda adalah kemampuan suatu butir soal item tes hasil
belajar untuk dapat membedakan (mendiskriminasi) antara testee yang
berkemampuan tinggi dengan testee yang berkemampuan rendah. Cara
perhitungan daya pembeda adalah dengan menggunakan rumus sebagai
berikut 9 :
B A BB
D= − = PA − PB
JA JB
8
Ibid., h. 208
9
Ibid., h. 213
42
Keterangan :
D : Daya pembeda
BA : Jumlah kelompok atas yang menjawab soal itu benar
BB : Jumlah kelompok bawah yang menjawab soal yang benat
JA : Jumlah peserta kelompok atas
JB : Jumlah peserta kelompok bawah
BA
PA = : Proporsi peserta kelompok atas yang menjawab benar
JA
BB
PB = : Proporsi peserta kelompok bawah yang menjawab benar
JB
Tabel 3.6
Kisi-kisi Instrumen Penelitian
Jumlah 10 10 10 10 40
Catatan : tanda (*) adalah nomor soal yang digunakan dalam penelitian
berdasarkan hasil uji coba yang dilakukan.
10
Anas Sudijono, Pengantar Statistik Pendidikan, cet. ke-12, (Jakarta : Raja Grafindo
Persada, 2003), h. 264
44
Xi − X
Zi =
S
Dimana :
Zi = bilangan baku
X = rata-rata
S = Simpangan Baku (Standar Deviasi)
b) Untuk setiap bilangan baku, dengan menggunakan distribusi
normal baku, kemudian dihitung peluang F(Zi) = P(Z ≤ Zi )
c) Selanjutnya dihitung proporsi Z1, Z2, Z3, ..., Zn yang lebih kecil
atau sama dengan Zi. Jika proporsi ini dinyatakan oleh S(Zi),
maka :
Keterangan :
Z = bilangan baku
Xi = data
F(Zi) = peluang Z ≤ Zi
i
S(Zi) = = proporsi nilai Z berdasarkan urutan dari yang
n
terkecil
3) Menentukan harga Ltabel
Dari harga kritis untuk uji Lilliefors dengan taraf signifikan 0,05.
4) Kriteria pengujian
Tolak H0 jika L0 > Ltabel
Terima H0 jika L0 < Ltabel
5) Kesimpulan
b. Uji Homogenitas
Setelah kelas diuji kenormalannya maka setelah itu kelas diuji
kehomogenitasannya. Teknik yang digunakan untuk uji homogenitas pada
penelitian ini adalah dengan uji Bartlett.
Adapun langkah-langkah pengujiannya adalah sebagai berikut : 12
1) Hipotesis
H0 = σ12 = σ22 = σ32 = σn2
H1 = salah satu tanda tidak sama
2) Menentukan kriteria
χ02 ≥ χt2 = tolak H0 , χ02 : Nilai hitung
χ02 < χt2 = terima H0 , χt
2
: Nilai tabel
12
Ibid., h.261-263
46
Jumlah
4) Kesimpulan
2. Pengujian Hipotesis
Pengujian hipotesis penelitian ini menggunakan rumus uji t (t-test).
Uji t adalah uji statistik yang dapat dipakai untuk mengetahui apakah
terdapat hubungan antara dua variabel yang terdapat dalam penelitian ini.
Uji-t yang digunakan yaitu mengetahui hipotesis nol antara mean skor
kelas eksperimen dengan mean skor kelas kontrol yang berpasangan (n1 =
n2 = n) pada taraf signifikansi 0,05 dengan tes dua pihak. Rumus yang
digunakan sebagai berikut :
47
X1 − X 2
t=
1 1
S +
n1 n2
Keterangan :
t : Hasil hitung distribusi t
X1 : Skor rata-rata kelas eksperimen
X2 : Skor rata-rata kelas kontrol
S12 : Nilai deviasi kelas eksperimen
A. Hasil Data
Pada hasil data ini dijelaskan gambaran umum dari data yang telah
diperoleh. Data-data yang diperoleh adalah berupa data hasil pretest dan
posttest dari kedua kelas. Gambaran tentang data-data ini meliputi skor hasil
belajar, nilai tertinggi, nilai terendah, nilai rata-rata, median, modus, dan nilai
standar deviasi serta nilai varians.
1. Hasil Pretest Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen
Berdasarkan skor hasil belajar pretest kelas kontrol dan kelas
eksperimen yang ditampilkan oleh gambar 4.1, diperoleh bahwa dari 30
orang siswa di kelas kontrol terdapat 1 orang siswa yang berada direntang
skor 24-29, 30-35, dan 36-41. Untuk kelas eksperimen, dari 30 orang tidak
ada siswa yang memperoleh skor hasil belajar direntang skor tersebut.
Tetapi, terdapat sebanyak 3 orang siswa yang memperoleh skor direntang
skor 42-47 pada kelas kontrol dan kelas eksperimen.
Pada rentang skor 48-53, perolehan skor di kelas kontrol dimiliki oleh
siswa sebanyak 13 orang, sedangkan siswa kelas eksperimen hanya 11
orang. Banyaknya siswa di kelas kontrol pada rentang skor 54-59 adalah
sebanyak 8 orang saja, sedangkan jumlah siswa yang memperoleh skor
direntang 54-59 untuk kelas eksperimen adalah lebih tinggi dibandingkan
jumlah siswa di kelas kontrol, yaitu sebanyak 12 orang. Untuk skor hasil
belajar direntang 60-65, jumlah siswa di kelas kontrol adalah sebanyak 3
orang, sedangkan kelas eksperimen sebanyak 4 orang siswa.
49
50
14
12
Banyaknya Siswa 10
8 Kelas Kontrol
Kelas Eksperimen
6
0
24-29 30-35 36-41 42-47 48-53 54-59 60-65
Skor Hasil Belajar
Dengan demikian, terlihat jelas bahwa skor hasil belajar yang dimiliki
oleh siswa kelas kontrol tidak berbeda jauh dengan siswa kelas
eksperimen. Hal itu dikarenakan siswa di kedua kelas tersebut masih
dalam tahap pengetahuan awal, yaitu sejauh mana pengetahuan yang
dimiliki siswa tentang konsep cahaya sebelum diajarkan oleh guru.
Berdasarkan hasil perhitungan data penelitian yang didapat dari pretest
kelas kontrol diperoleh nilai tertinggi 60 dan nilai terendah 24, nilai rata-
rata ( X ) sebesar 50,9; median (Me) sebesar 41; modus (Mo) sebesar 52,2;
standar deviasi (SD) sebesar 8,02 dan varians (S2) sebesar 64,32. Untuk
hasil pretest kelas eksperimen, memperoleh nilai tertinggi 64 dan nilai
terendah 44, nilai rata-rata ( X ) sebesar 53,6; median (Me) sebesar 46,75;
modus (Mo) sebesar 59,7; standar deviasi (SD) sebesar 4,9 dan varians
(S2) sebesar 24,01. Hasil perhitungan tersebut dapat dilihat pada lampiran
1 dan lampiran 3. Untuk lebih jelasnya, dapat dilihat pada tabel 4.1.
51
Tabel 4.1
Hasil Penelitian Pretest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
Nilai maksimum 60 60
Nilai minimum 44 24
Mean ( X ) 53,6 50,9
Median (Me) 46,75 41
Modus (Mo) 59,7 52,2
Standar Deviasi (SD) 4,9 8,02
Varians (S2) 24,01 64,32
16
14
12
Banyaknya Siswa
10 Kelas Kontrol
8 Kelas
Eksperimen
6
0
20-26 27-33 34-40 41-47 48-54 55-61 62-68 69-75 76-82
Skor Hasil Belajar
sebesar 9,96 dan varians (S2) sebesar 99,20. Hasil perhitungan yang
diperoleh dapat dilihat pada lampiran 2 dan lampiran 4. Untuk lebih
singkatnya lihat pada tabel 4.2.
Tabel 4.2
Hasil Penelitian Posttest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
Nilai maksimum 80 68
Nilai minimum 32 20
Mean ( X ) 63,7 44,23
Median (Me) 55,3 32,5
Modus (Mo) 63 38,5
Standar Deviasi (SD) 9,96 12,26
Varians (S2) 99,20 150,31
3. Rekapitulasi Data
Berikut ini adalah tabel rekapitulasi data yang diperoleh selama
penelitian.
Tabel 4.3
Rekapituasi Data Hasil Penelitian
karena itu, yang dianalisis untuk keperluan pengujian hipotesis hanya nilai
posttest yang diperoleh dari kedua kelas. Berikut ini adalah analisis data yang
meliputi uji prasyarat analisis statistik dan uji hipotesisnya.
1. Pengujian Prasyarat Analisis Data
Sebelum dilakukan pengujian hipotesis perlu dilakukan uji persyaratan
analisis terlebih dahulu terhadap data hasil penelitian. Beberapa uji
persyaratan yang harus dipenuhi adalah :
a. Uji Normalitas
Setelah dilakukan pengolahan data dengan menggunakan Uji Liliefors,
maka diperoleh hasil penghitungan dari data posttest kedua kelas. Uji
normalitas ini digunakan untuk mengetahui bahwa instrumen yang
diberikan berdistribusi normal atau tidak normal, dengan ketentuan bahwa
data tersebut berdistribusi normal jika Lo (Lhitung) < Ltabel, diukur pada taraf
signifikansi dan tingkat kepercayaan tertentu. Untuk lebih jelasnya dapat
dilihat pada tabel 4.4 di bawah ini.
Tabel 4.4
Hasil Uji Normalitas Data Posttest
Kelas Kelas
No. Statistik
Eksperiman Kontrol
1 Jumlah Sampel (N) 30 30
2 Rata-rata (Mean) 63,7 44,23
3 Standar Deviasi (SD) 9,96 2,26
4 Lo hitung 0,1453 0,1413
5 L tabel 0,161 0,161
Tabel 4.5
Kesimpulan Uji Normalitas
b. Uji Homogenitas
Setelah kedua sampel penelitian tersebut dinyatakan berdistribusi
normal, selanjutnya dicari nilai homogenitas dengan menggunakan Uji
Bartlett. Kriteria pengujian yang dilakukan pada tingkat kepercayaan
tertentu. Sampel dinyatakan homogen apabila χ2 hitung < χ2 tabel, sebaliknya
jika χ2 hitung > χ2 tabel maka sampel dinyatakan tidak homogen. Di bawah ini
adalah hasil uji homogenitas data posttest ditunjukkan pada tabel 4.6
sebagai berikut :
Tabel 4.6
Hasil Uji Homogenitas Data Posttest
2. Uji Hipotesis
Setelah diperoleh hasil pengujian prasyarat analisis data diatas, dapat
dinyatakan bahwa kedua data tersebut adalah berdistribusi normal dan
homogen. Oleh karena itu, untuk tahap selanjutnya dilakukan pengujian
hipotesis. Pengujian hipotesis tersebut diperoleh dengan cara
menggunakan rumus uji-t. Rumus untuk menentukan thitung adalah sebagai
berikut :
X1 − X 2
t=
1 1
S +
n1 n2
dengan perolehan nilai rata-rata posttest eksperimen (63,7) > nilai rata-rata
posttest kontrol (44,23).
Model pengajaran langsung (Direct Instruction/DI) dengan model
konvensional merupakan model pengajaran yang sebenarnya bersifat teacher
centered. Meskipun demikian, kedua model tersebut dianggap sebagai model
pengajaran yang masing-masing memiliki keunggulan tertentu. Direct
Instruction memiliki keunggulan dalam mempelajari keterampilan dasar
(pengetahuan prosedural) dan memperoleh informasi (pengetahuan deklaratif)
yang diajarkan secara selangkah demi selangkah, sedangkan diskusi
menekankan pentingnya aktivitas guru dalam membelajarkan siswa.
Menurut Arends, direct instruction dirancang khusus untuk menunjang
proses belajar siswa yang berkaitan dengan pengetahuan deklaratif dan
pengetahuan prosedural yang terstruktur dengan baik dan dapat diajarkan
dengan pola kegiatan yang bertahap selangkah demi selangkah. 1 Direct
instruction merupakan pengajaran yang dirancang secara sistematik dan
sangat berpengaruh besar terhadap perkembangan individu. Hal tersebut
diperkuat oleh hasil penelitian Hernawan Tri Prasetyo, bahwa penggunaan
model direct instruction terhadap prestasi belajar lebih efektif daripada
metode konvensional. Hal ini ditunjukkan dengan perolehan thitung = 3,4936 >
ttabel = 1,67. 2
Model konvesional berupa metode diskusi adalah metode belajar yang
cara penyajiannya dihadapkan hanya kepada suatu masalah yang bisa berupa
pernyataan atau pertanyaan yang bersifat problematis untuk dibahas dan
dipecahkan bersama atau secara kooperatif. Dalam proses belajar didalamnya
terdapat aspek kognitif, afektif dan psikomotorik, tetapi metode diskusi hanya
1
Nurman, Pengajaran Langsung (Direct Instruction/DI), (Tersedia :
http://nurmanspd.wordpress.com/2009/08/21/model-pembelajaran-direct-instruction-di/) [24 Mei
2010]
2
Hernawan Tri Prasetyo, Efektivitas Metode Pembelajaran Direct Instruction yang
disertai dengan Media Komputer terhadap Prestasi Belajar Siswa pada Materi Reaksi Redoks,
(Tersedia : http://www.docstoc.com/doc/22293108/Efektivitas-metode-pembelajaran-direct-
instruction-yang-disertai) [ 02 Agustus 2010]
58
3
S. Kardi dan Moh. Nur, Pengajaran Langsung, (Surabaya : Unesa-University Press,
2000), h. 17
59
itu, respon siswa pada kelas kontrol dalam proses pembelajaran sangat kurang.
Hal ini disebabkan penyajian materi oleh guru kurang menarik oleh siswa,
sehingga siswa merasa bosan dan kegiatan belajar mengajar tidak berjalan
efektif dan kondusif.
Karakter siswa yang menggunakan model direct instruction sangat
antusias. Hal ini ditunjukkan dengan perolehan nilai rata-rata posttest 63,7 >
nilai rata-rata pretest 53,6. Singkatnya, siswa yang menggunakan model direct
instruction mengalami peningkatan terhadap hasil belajar siswa. Hal ini
diperkuat dengan penelitian Muh. Makhrus dan Satutik Rahayu, menyatakan
hasil analisis statistik uji-t diperoleh bahwa hasil belajar produk siswa yang
diajarkan dengan model direct instruction lebih baik daripada hasil belajar
produk siswa yang diajarkan dengan pembelajaran yang biasa dilakukan
sekolah dengan penggabungan metode ceramah, tanya jawab, dan pemberian
tugas. 4
Dengan demikian, berdasarkan uraian di atas maka hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa dengan menggunakan model pengajaran langsung pada
konsep cahaya dapat meningkatkan hasil belajar fisika siswa.
4
Muh. Makhrus dan Satutik Rahayu, Pengembangan Kompetensi Merancang dan
Melakukan Eksperimen bagi Siswa kelas X dengan Model Pengajaran Langsung pada Pokok
Bahasan Hukum-hukum Newton tentang Gerak di MA Mu’allimat NW Pancor, (Tersedia ;
http://satutikrahayu.blogspot.com/2008/11/pdm.html) [09 Agustus 2010], h. 66
60
3. Ketidaksesuaian model yang digunakan oleh guru pada kelas kontrol yang
mengakibatkan penurunan hasil posttest yang sangat buruk.
4. Tidak adanya instrumen pendukung lainnya seperti lembar observasi, yaitu
untuk mengetahui ketercapaian proses belajar mengajar dalam
menggunakan model direct instruction.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
B. Saran
Saran yang dapat diajukan dalam penelitian ini adalah model pengajaran
langsung (Direct Instruction/DI) memiliki peran yang sangat penting sebagai
penunjang pelaksanaan proses pembelajaran Fisika, diantaranya menciptakan
suasana belajar yang kondusif. Dengan demikian, model pengajaran ini perlu
mendapat perhatian yang sungguh-sungguh dari para guru Fisika dalam
kegiatan belajar mengajar di kelas.
61
DAFTAR PUSTAKA
Amirin, Tatang M. Taksonomi Bloom Versi Baru. Artikel ini diakses pada tanggal
9 Agustus 2010 di http://tatangmanguny.wordpress.com/
001/01/19/taksonomi-bloom-versi-baru/.
Holil, Anwar. Teori Pembelajaran Sosial. Artikel ini diakses pada tanggal 9
Agustus 2010 di http://anwarholil.blogspot.com/2009/01/teori-
pembelajaran-sosial.html.
62
63
Muijs, Daniel dan David Reynold. Effective Teaching; Evidence and Practice, 2nd
Edition. London : SAGE Publication, Ltd, 2005.
Purnomo, Sidik. Skripsi : Peningkatan Aktivitas dan Hasil Belajar Biologi Materi
Pokok Fotosintesis Melalui Pengajaran Langsung (Direct Instruction
Models) Siswa Kelas VIIIC MTs Negeri Gondowulung Bantul Tahun
Ajaran 2007/2008. artikel ini diakses pada tanggal 02 Agustus 2010 di
http://digilib.uinsuka.ac.id/download.php?id=2161.
Susanti, Rini. Bentuk Tes dan Tingkah Laku Belajar. Pustekkom : Jurnal
Teknodik. Edisi No. 12/VII/Oktober/2003 diakses pada tanggal 19
Januari 2010 dari
http://www.pustekkom.go.id/Teknodik/t12/isi.htm#5#5.
Trianto. Model Pembelajaran Terpadu dalam Teori dan Praktek. Jakarta : Prestasi
Pustaka Publisher, 2007.
Lampiran 21
Kompetensi Dasar : Menyelidiki sifat-sifat cahaya dan hubungannya dengan berbagai
bentuk cermin dan lensa
Materi Pokok : Cahaya
Kelas : VIII (Delapan)
Jenis Tes : Pilihan ganda dengan empat pilihan jawaban
Jumlah Soal : 40 soal
Aspek Kognitif
No Indikator Submateri Jumlah
C1 C2 C3 C4
Melakukan percobaan untuk menunjukkan sifat-sifat Perambatan
1 1,2 3,6 4,7 5,8 8
perambatan cahaya Cahaya
Menjelaskan hukum pemantulan yang diperoleh Hukum
2 9,15 10,12 11,13 14,16 8
melalui percobaan Pemantulan
Mendeskripsikan proses pembentukan dan sifat-sifat
3 bayangan pada cermin datar, cermin cekung, dan Cermin 18,20 17,19 22,24 21,23 8
cermin cembung
Menjelaskan hukum pembiasan yang diperoleh Hukum
4 25,27 26,30 28,29 31,32 8
melalui percobaan Pembiasan
Mendeskripsikan proses pembentukan dan sifat-sifat
5 Lensa 33,36 34,35 39,40 38,37 8
bayangan pada lensa cekung dan lensa cembung
Jumlah 10 10 10 10 40
KISI-KISI INSTRUMEN TES
Aspek Kognitif
Standar Kompetensi Nomor
Submateri Indikator Soal
Kompetensi Dasar soal
C1 C2 C3 C4
Memahami Menyelidik 1. Perambatan 1. Menjelaskan pengertian cahaya 2 1,2
konsep dan sifat-sifat cahaya
penerapan cahaya dan
getaran, hubungannya 2. Menjelaskan sifat-sifat cahaya 1 3
gelombang dengan
dan optika berbagai
dalam produk bentuk cermin 3. Membedakan sinar-sinar cahaya 1 1 4,8
teknologi dan lensa
sehari-hari
4. Mengamati perambatan cahaya dan 1 1 1 5,6,7
peristiwa terbentuknya bayang-bayang
umbra dan penumbra
Kunci Aspek
Indikator Submateri Butir Soal
Jawaban Kognitif
Melakukan Perambatan 1. Benda-benda di bawah ini merupakan sumber cahaya, kecuali
percobaan untuk Cahaya …
menunjukkan sifat- a. Matahari
sifat perambatan b. Kunang-kunang B* C1
cahaya c. Bintang
d. Bulan
C C3
5. Beberapa percobaan :
1. Lilin yang dipancarkan pada susunan karton yang
berlubang dengan berurutan
2. Lampu yang disorotkan pada kaca bening
3. Senter yang dipancarkan ke seekor kupu-kupu yang
diawetkan.
4. Sendok yang dimasukkan ke dalam air
C* C4
Percobaan akibat terjadinya bayangan adalah ...
a. 1
b. 2
c. 3
d. 4
6. Bayangan terjadi akibat …
a. Cahaya merambat lurus dan mengenai banda tembus
cahaya
b. Cahaya merambat lurus dan mengenai benda tak tembus
cahaya
c. Cahaya dapat dibelokkan dan mengenai benda tembus B C2
cahaya
d. Cahaya dapat dibelokkan dan mengenai benda tak tembus
cahaya
7.
1. 2
3 4.
A C4
a. c.
B C3
b. d.
12. Sinar datang tegak lurus pada bidang pemantul, maka sinar
pantulnya …
a. Mendekati garis normal
b. Menjauhi garis normal C* C2
c. Berimpit dengan garis normal
d. Tidak berimpit dengan garis normal
a. c.
D C3
b. d.
A C4
Kesimpulannya adalah …
a. Besar sudut datang = sudut pantul
b. Sinar datang sejajar dengan cermin
c. Besar sinar datang = sudut datang
d. Sudut datang = 90o
Mendeskripsikan Cermin 17. Sifat bayangan pada cermin datar yaitu …
proses a. Maya
pembentukan dan b. Tegak
D* C2
sifat-sifat c. Sama besar
bayangan pada d. Maya, tegak, sama besar
cermin datar,
cermin cekung, 18. Terdapat dua jenis bayangan yaitu …
dan cermin a. Nyata dan maya
cembung b. Baur dan teratur
A C1
c. Terang dan gelap
d. Pendek dan tinggi
b.
c.
d.
22. Agar seseorang yang tingginya 160 cm dapat melihat seluruh
tubuhnya di depan cermin datar, tinggi cermin yang
diperlukan minimal …
a. 160 cm
B C3
b. 80 cm
c. 60 cm
d. 40 cm
23.
a.
b.
D C4
c.
d.
Mendeskripsikan Lensa 33. Benda bening yang dibatasi oleh dua bidang lengkung
proses dinamakan …
pembentukan dan a. Lensa
sifat-sifat b. Cermin A C1
bayangan pada c. Kacamata
lensa cembung dan d. Spion
lensa cekung
34. Sifat lensa cembung dan lensa cekung adalah …
a. Mengumpulkan dan menyebarkan cahaya
b. Menyebarkan dan menyejajarkan cahaya
A C2
c. Mengumpulkan dan meluruskan cahaya
d. Membengkokkan dan mengumpulkan cahaya
37. Jika diketahui jarak fokus (f) 2 cm dan jarak benda 3 cm,
maka gambar yang menunjukkan bentuk bayangan pada lensa
cembung adalah …
a.
C* C4
b.
c.
d.
38.
D C4
Sifat bayangan yang dibentuk oleh lensa cembung pada
gambar di atas adalah …
a. Sejati, tegak
b. Sejati, terbalik
c. Maya, diperkecil
d. Maya, tegak, diperkecil
39. Di depan lensa cembung terdapat benda sejauh 15 cm
sehingga terbentuk bayangan 30 cm dari lensa, maka titik
fokus adalah …
a. 5 cm
B C3
b. 10 cm
c. 15 cm
d. 20 cm
Lampiran 27
Kompetensi Dasar : Menyelidiki sifat-sifat cahaya dan hubungannya dengan berbagai
bentuk cermin dan lensa
Materi Pokok : Cahaya
Kelas : VIII (Delapan)
Jenis Tes : Pilihan ganda dengan empat pilihan jawaban
Jumlah Soal : 40 soal
Aspek Kognitif
No Indikator Submateri Jumlah
C1 C2 C3 C4
Melakukan percobaan untuk menunjukkan Perambatan
1 2 3,6 4,7 8 6
sifat-sifat perambatan cahaya Cahaya
Menjelaskan hukum pemantulan yang Hukum
2 9 10 11,13 14, 16 6
diperoleh melalui percobaan Pemantulan
Mendeskripsikan proses pembentukan dan
3 sifat-sifat bayangan pada cermin datar, cermin Cermin 18 19 22 21 4
cekung, dan cermin cembung
Menjelaskan hukum pembiasan yang diperoleh Hukum
4 27 26 28 31 4
melalui percobaan Pembiasan
Mendeskripsikan proses pembentukan dan
5 sifat-sifat bayangan pada lensa cekung dan Lensa 33, 36 34 39 38 5
lensa cembung
Jumlah 6 6 7 6 25
B. Bentuk Soal, Kunci Jawaban, dan Aspek Kognitif yang Diukur
Kunci Aspek
Indikator Submateri Butir Soal
Jawaban Kognitif
Melakukan Perambatan 1. Cahaya merupakan salah satu bentuk dari gelombang …
percobaan untuk Cahaya a. Lurus
menunjukkan sifat- b. Longitudinal
C C1
sifat perambatan c. Elektromagnetik
cahaya d. Udara
C C3
5.
1. 2
3 4.
A C4
a. c.
B C3
b. d.
D C3
a. c.
b. d.
Sudut Sudut
datang pantul
a. 40o 40o
b. 40o 50o A C4
c. 50o 40o
d. 60o 50o
12. Perhatikan gambar di bawah ini!
A C4
Kesimpulannya adalah …
a. Besar sudut datang = sudut pantul
b. Sinar datang sejajar dengan cermin
c. Besar sinar datang = sudut datang
d. Sudut datang = 90o
a.
b.
c.
d.
16. Agar seseorang yang tingginya 160 cm dapat melihat seluruh
tubuhnya di depan cermin datar, tinggi cermin yang
diperlukan minimal …
a. 160 cm
B C3
b. 80 cm
c. 60 cm
d. 40 cm
Menjelaskan Hukum 17. Bintang di langit yang kita lihat sebenarnya tidak terletak
hukum pembiasan Pembiasan pada kedudukan sesungguhnya. Hal itu disebabkan oleh
yang diperoleh peristiwa …
berdasarkan a. Pemantulan
C C2
percobaan b. Dispersi
c. Pembiasan
d. Interferensi
Mendeskripsikan Lensa 21. Benda bening yang dibatasi oleh dua bidang lengkung
proses dinamakan …
pembentukan dan a. Lensa
sifat-sifat b. Cermin A C1
bayangan pada c. Kacamata
lensa cembung dan d. Spion
lensa cekung
22. Sifat lensa cembung dan lensa cekung adalah …
a. Mengumpulkan dan menyebarkan cahaya
b. Menyebarkan dan menyejajarkan cahaya A C2
c. Mengumpulkan dan meluruskan cahaya
d. Membengkokkan dan mengumpulkan cahaya
23. Sifat bayangan benda yang tidak dihasilkan oleh lensa
cekung, …
a. Tegak
b. Positif B C1
c. Maya
d. Diperkecil
24.
D C4
Sifat bayangan yang dibentuk oleh lensa cembung pada
gambar di atas adalah …
a. Sejati, tegak
b. Sejati, terbalik
c. Maya, diperkecil
d. Maya, tegak, diperkecil
Perhitungan Mean, Median, Modus dan Simpangan Baku Skor Tes Hasil
Belajar Fisika pada Kelas Kontrol
Dari data tersebut diperoleh bahwa nilai maksimum (Xmax) adalah 60 dan nilai
minimum (Xmin) adalah 24.
5. Tabel Distribusi
Kelas Batas Nilai Tengah Frekuensi Frekuensi
Xi2 fi . Xi fi . Xi2
Interval Kelas (Xi) (fi) Kumulatif
24 - 29 23,5 26,5 1 1 702,25 26,5 702,25
30 - 35 29,5 32,5 1 2 1056,25 32,5 1056,25
36 - 41 35,5 38,5 1 3 1482,25 38,5 1482,25
42 - 47 41,5 44,5 3 6 1980,25 133,5 5940,75
48 - 53 47,5 50,5 13 19 2550,25 656,5 33153,25
54 - 59 53,5 56,5 8 27 3192,25 452 25538
60 - 65 59,5 62,5 3 30 3906,25 187,5 11718,75
Jumlah (∑) 30 1527 79591,5
⎛ 10 ⎞
M o = 47 , 5 + 7 ⎜ ⎟
⎝ 10 + 5 ⎠
M o = 47 , 5 + 4 , 7
M o = 52 , 2
9. Menentukan Standar Deviasi (SD) atau Simpangan Baku
n ∑ fi. Xi 2 − (∑ fi. Xi )
2
SD =
n(n − 1)
30(79591,5) − (1527 )
2
SD =
30(30 − 1)
2387745 − 2331729
SD =
870
56016
SD =
870
SD = 64,4
SD = 8,02
Lampiran 2
Dari data tersebut diperoleh bahwa nilai maksimum (Xmax) adalah 68 dan nilai
minimum (Xmin) adalah 20.
5. Tabel Distribusi
Kelas Batas Nilai Tengah Frekuensi Frekuensi
No. Xi2 fi . Xi fi . Xi2
Interval Kelas (Xi) (fi) Kumulatif
1 20 - 26 19,5 23 1 1 529 23 529
2 27 - 33 26,5 30 4 5 900 120 3600
3 34 - 40 33,5 37 9 14 1369 333 12321
4 41 - 47 40,5 44 7 21 1936 308 13552
5 48 - 54 47,5 51 2 23 2601 102 5202
6 55 - 61 54,5 58 2 25 3364 116 6728
7 62 - 68 61,5 65 5 30 4225 325 21125
Jumlah (∑) 30 1327 63057
n ∑ fi. Xi 2 − (∑ fi. Xi )
2
SD =
n(n − 1)
30(63057) − (1327 )
2
SD =
30(30 − 1)
1891710 − 1760929
SD =
870
130781
SD =
870
SD = 150,23
SD = 12,26
Lampiran 3
Dari data tersebut diperoleh bahwa nilai maksimum (Xmax) adalah 60 dan nilai
minimum (Xmin) adalah 44.
5. Tabel Distribusi
Kelas Batas Nilai Tengah Frekuensi Frekuensi 2 2
No. Xi fi . Xi fi . Xi
Interval Kelas (Xi) (fi) Kumulatif
1 44 - 46 43,5 45 3 3 2025 135 6075
2 47 - 49 46,5 48 4 7 2304 192 9216
3 50 - 52 49,5 51 7 14 2601 357 18207
4 53 - 55 52,5 54 0 14 2916 0 0
5 56 - 58 55,5 57 12 26 3249 684 38988
6 59 - 61 58,5 60 4 30 3600 240 14400
7 62 - 64 61,5 63 0 30 3969 0 0
Jumlah (∑) 30 1608 86886
⎛ 12 ⎞
M o = 55 , 5 + 7 ⎜ ⎟
⎝ 12 + 8 ⎠
M o = 55 , 5 + 4 , 2
M o = 59 , 7
9. Menentukan Standar Deviasi (SD) atau Simpangan Baku
n ∑ fi. Xi 2 − (∑ fi. Xi )
2
SD =
n(n − 1)
30(86886) − (1608)
2
SD =
30(30 − 1)
2606580 − 2585664
SD =
870
20916
SD =
870
SD = 24,04
SD = 4,9
Lampiran 4
Dari data tersebut diperoleh bahwa nilai maksimum (Xmax) adalah 80 dan nilai
minimum (Xmin) adalah 32.
5. Tabel Distribusi
Kelas Batas Nilai Tengah Frekuensi Frekuensi 2 2
No. Xi fi . Xi fi . Xi
Interval Kelas (Xi) (fi) Kumulatif
1 32 - 38 31,5 35 1 1 1225 35 1225
2 39 - 45 38,5 42 1 2 1764 42 1764
3 46 - 52 45,5 49 1 3 2401 49 2401
4 53 - 59 52,5 56 3 6 3136 168 9408
5 60 - 66 59,5 63 15 21 3969 945 59535
6 67 - 73 66,5 70 3 24 4900 210 14700
7 74 - 80 73,5 77 6 30 5929 462 35574
Jumlah (∑) 30 1911 124607
⎛ 12 ⎞
Mo = 59,5 + 7⎜ ⎟
⎝ 12 + 12 ⎠
Mo = 59,5 + 3,5
Mo = 63
9. Menentukan Standar Deviasi (SD) atau Simpangan Baku
n ∑ fi. Xi 2 − (∑ fi. Xi )
2
SD =
n(n − 1)
30(124607 ) − (1911)
2
SD =
30(30 − 1)
3738210 − 3651921
SD =
870
86289
SD =
870
SD = 99,18
SD = 9,96
Lampiran 5
b. Menentukan harga L0
1) Pengamatan X1, X2, X3,......, Xn dijadikan bilangan baku Z1, Z2, Z3, ......, Zn
dengan menggunakan rumus :
Xi − X
Zi =
S
Dimana :
Z = Bilangan baku
X = Rata-rata
S = Simpangan Baku
d. Kriteria pengujian
Tolak H0 jika L0 > Ltabel
Terima H0 jika L0 < Ltabel
Sehingga dapat disampaikan bahwa : L0 (Nilai Hitung) < Ltabel (Nilai Tabel)
= 0,1278 < 0,161. hal ini berarti data Pretest pada kelas kontrol adalah
berdistribusi normal.
Lampiran 6
b. Menentukan harga L0
1) Pengamatan X1, X2, X3,......, Xn dijadikan bilangan baku Z1, Z2, Z3, ......, Zn
dengan menggunakan rumus :
Xi − X
Zi =
S
Dimana :
Z = Bilangan baku
X = Rata-rata
S = Simpangan Baku
d. Kriteria pengujian
Tolak H0 jika L0 > Ltabel
Terima H0 jika L0 < Ltabel
Sehingga dapat disampaikan bahwa : L0 (Nilai Hitung) < Ltabel (Nilai Tabel)
= 0,1413 < 0,161. hal ini berarti data Posttest pada kelas kontrol adalah
berdistribusi normal.
Lampiran 7
b. Menentukan harga L0
1) Pengamatan X1, X2, X3,......, Xn dijadikan bilangan baku Z1, Z2, Z3, ......, Zn
dengan menggunakan rumus :
Xi − X
Zi =
S
Dimana :
Z = Bilangan baku
X = Rata-rata
S = Simpangan Baku
d. Kriteria pengujian
Tolak H0 jika L0 > Ltabel
Terima H0 jika L0 < Ltabel
Sehingga dapat disampaikan bahwa : L0 (Nilai Hitung) < Ltabel (Nilai Tabel)
= 0,1343 < 0,161. hal ini berarti data Pretest pada kelas eksperimen adalah
berdistribusi normal.
Lampiran 8
b. Menentukan harga L0
1) Pengamatan X1, X2, X3,......, Xn dijadikan bilangan baku Z1, Z2, Z3, ......, Zn
dengan menggunakan rumus :
Xi − X
Zi =
S
Dimana :
Z = Bilangan baku
X = Rata-rata
S = Simpangan Baku
d. Kriteria pengujian
Tolak H0 jika L0 > Ltabel
Terima H0 jika L0 < Ltabel
Sehingga dapat disampaikan bahwa : L0 (Nilai Hitung) < Ltabel (Nilai Tabel)
= 0,1453 < 0,161. hal ini berarti data Posttest pada kelas eksperimen adalah
berdistribusi normal.
Lampiran 9
6. Kriteria pengujian :
Jika X2 hitung > dari X2 tabel, maka data dinyatakan tidak homogen
Jika X2 hitung < dari X2 tabel, maka data dinyatakan homogen
7. Kesimpulan :
Jadi, karena X2 hitung < X2 tabel yaitu -0,897 < 3,84
Maka data tersebut bersifat Homogen.
Lampiran 10
6. Kriteria pengujian :
Jika X2 hitung > dari X2 tabel, maka data dinyatakan tidak homogen
Jika X2 hitung < dari X2 tabel, maka data dinyatakan homogen
7. Kesimpulan :
Jadi, karena X2 hitung < X2 tabel yaitu 1,25 < 3,84
Maka data tersebut bersifat Homogen.
Lampiran 11
N1 = 30 N2 = 30
X1 = 53,6 X2 = 50,9
S12 = 24,01 S 22 = 64,32
S =
(n − 1 )S 12 + (n − 2 )S 22
(n 1 + n 2 ) − 2
S =
(29 ) ⋅ 24 , 01 + (29 ) ⋅ 64 , 32
(30 + 30 ) − 2
696 , 29 + 1865 , 28
S =
58
2561 , 57
S =
58
S = 44 ,165 = 6 , 646
Maka t adalah :
53,6 − 50,9
t =
1 1
6,646 +
30 30
2,7 2,7 2,7
t = = =
2 6,646(0,258) 1,715
6,646
30
t = 1,574
Kesimpulan :
Dari hasil penghitungan Uji Hipotesis Data Pretest diperoleh thitung = 1,574 dan
ttabel pada taraf signifikan adalah 2,04. Karena kriteria pengujian adalah – t tabel ≤ t
hitung ≤t tabel = – 2,00 ≤ 1,574 ≤ 2,00 maka terima Ho dan tolak Ha. Dengan
demikian tidak terdapat pengaruh yang signifikan model pengajaran langsung
(Direct Instruction/DI) terhadap hasil belajar fisika siswa.
Lampiran 12
N1 = 30 N2 = 30
X1 = 63,7 X2 = 44,23
S12 = 99,2016 S 22 = 150,3076
(∑ n − 1 )1 S 2 + (∑ n − 1 )2 S 22
S = 1
(∑ n − 1 )1 + (∑ n − 1 )2
S =
(29 )99 , 2016 + (29 )150 ,3076
(29 ) + (29 )
2876 ,8464 + 4358 , 9204
S =
58
7235 , 7668
S = = 124 , 7546
58
S = 11 ,1694
Maka t adalah :
63,7 − 44,23
t =
1 1
11,1694 +
30 30
19,47 19,47 19,47
t = = =
2 11,1694(0,258) 2,8817
11,1694
30
t = 6,7564
Kesimpulan :
Dari hasil penghitungan Uji Hipotesis Data Posttest diperoleh thitung = 6,76 dan
ttabel pada taraf signifikan adalah 2,00. Karena kriteria pengujian adalah – t tabel < t
hitung atau t tabel <t hitung = -2,00 < 6,76 atau 2,00 < 6,76 maka terima Ha dan
tolak H0. Dengan demikian terdapat pengaruh yang signifikan model pengajaran
langsung (Direct Instruction/DI) terhadap hasil belajar fisika siswa.
Lampiran 13
Nilai Normal Gain hasil pretest dan posttest pada kelas kontrol dan kelas
eksperimen ditunjukkan pada tabel berikut ini :
Nilai Nilai N-gain Nilai Nilai N-gain
Rsp Kategori Rsp Kategori
Pretest Posttest Kontrol Pretest Posttest Eksp
A 52 36 -0.33 rendah A 52 56 0.0833 rendah
B 48 48 0 rendah B 60 56 -0.1 rendah
C 52 40 -0.25 rendah C 56 64 0.1818 rendah
D 52 32 -0.42 rendah D 52 64 0.25 rendah
E 44 36 -0.14 rendah E 44 64 0.3571 sedang
F 56 40 -0.36 rendah F 52 68 0.3333 sedang
G 32 32 0 rendah G 56 64 0.1818 rendah
H 56 52 -0.09 rendah H 52 68 0.3333 sedang
I 48 32 -0.31 rendah I 44 32 -0.2143 rendah
J 48 40 -0.15 rendah J 56 68 0.2727 sedang
K 52 40 -0.25 rendah K 52 76 0.5 sedang
L 48 48 0 rendah L 48 72 0.4615 sedang
M 58 40 -0.43 rendah M 44 56 0.2143 rendah
N 56 48 -0.18 rendah N 56 68 0.2727 rendah
O 52 40 -0.25 rendah O 56 68 0.2727 rendah
P 56 68 0.27 rendah P 56 80 0.5455 sedang
Q 60 44 -0.4 rendah Q 56 76 0.4545 sedang
R 56 24 -0.73 rendah R 48 68 0.3846 sedang
S 52 44 -0.17 rendah S 60 68 0.2 rendah
T 24 20 -0.05 rendah T 56 48 -0.1818 rendah
U 44 64 0.36 sedang U 52 76 0.5 sedang
V 52 48 -0.08 rendah V 56 44 -0.2727 rendah
W 52 60 0.17 rendah W 52 72 0.4167 sedang
X 56 64 0.18 rendah X 52 76 0.5 sedang
Y 44 52 0.14 rendah Y 60 64 0.1 rendah
Z 56 48 -0.18 rendah Z 60 68 0.2 rendah
AA 56 40 -0.36 rendah AA 48 76 0.5385 sedang
AB 52 64 0.25 rendah AB 56 68 0.2727 rendah
AC 60 56 -0.1 rendah AC 56 68 0.2727 rendah
AD 36 64 0.44 sedang AD 56 72 0.3636 sedang
1364 1968
Lampiran 14
Dari data tersebut diperoleh bahwa nilai maksimum (Xmax) adalah 0,44 dan
nilai minimum (Xmin) adalah -0,73.
5. Tabel Distribusi
Kelas Batas Nilai Tengah Frekuensi Frekuensi 2 2
No. Xi fi . Xi fi . Xi
Interval Kelas (Xi) (fi) Kumulatif
1 -0,73 - -0,57 -1,23 -0,65 1 1 0,4225 -0,65 0,4225
2 -0,56 - -0,40 -1,06 -0,48 3 4 0,2304 -1,44 0,6912
3 -0,39 - -0,23 -0,89 -0,31 7 11 0,0961 -2,17 0,6727
4 -0,22 - -0,06 -0,72 -0,14 8 19 0,0196 -1,12 0,1568
5 -0,05 - 0,11 -0,55 0,03 4 23 0,0009 0,12 0,0036
6 0,12 - 0,28 -0,38 0,2 5 28 0,04 1 0,2
7 0,29 - 0,45 -0,21 0,37 2 30 0,1369 0,74 0,2738
Jumlah (∑) 30 -3,52 2,421
⎛ 1 ⎞
M o = − 0 , 72 + 7 ⎜ ⎟
⎝1+ 4 ⎠
M o = − 0 , 72 + 1, 4
M o = 0 , 68
9. Menentukan Standar Deviasi (SD) atau Simpangan Baku
n ∑ fi. Xi 2 − (∑ fi. Xi )
2
SD =
n(n − 1)
30(2,421) − (− 3,52)
2
SD =
30(30 − 1)
72,63 − 12,3904
SD =
870
60,2396
SD =
870
SD = 0,0692
SD = 0,26
Lampiran 15
Dari data tersebut diperoleh bahwa nilai maksimum (Xmax) adalah 0,55 dan
nilai minimum (Xmin) adalah -0,27.
5. Tabel Distribusi
Kelas Batas Nilai Tengah Frekuensi Frekuensi 2 2
No. Xi fi . Xi fi . Xi
Interval Kelas (Xi) (fi) Kumulatif
1 -0,27 - -0,16 -0,77 -0,22 3 3 0,0484 -0,66 0,1452
2 -0,15 - -0,04 -0,65 -0,1 1 4 0,01 -0,1 0,01
3 -0,03 - 0,08 -0,53 0,05 1 5 0,0025 0,05 0,0025
4 0,09 - 0,20 -0,41 0,15 5 10 0,0225 0,75 0,1125
5 0,21 - 0,32 -0,29 0,27 7 17 0,0729 1,89 0,5103
6 0,33 - 0,44 -0,17 0,39 7 24 0,1521 2,73 1,0647
7 0,45 - 0,56 -0,05 0,51 6 30 0,2601 3,06 1,5606
Jumlah (∑) 30 7,72 3,406
⎛ 2 ⎞
M o = − 0 , 29 + 7 ⎜ ⎟
⎝2+0⎠
M o = − 0 , 29 + 7
M o = 6 , 71
9. Menentukan Standar Deviasi (SD) atau Simpangan Baku
n ∑ fi. Xi 2 − (∑ fi. Xi )
2
SD =
n(n − 1)
30(3,406) − (7,72)
2
SD =
30(30 − 1)
102,18 − 59,5984
SD =
870
42,5816
SD =
870
SD = 0,0489
SD = 0,22
Lampiran 16
b. Menentukan harga L0
1) Pengamatan X1, X2, X3,......, Xn dijadikan bilangan baku Z1, Z2, Z3, ......, Zn
dengan menggunakan rumus :
Xi − X
Zi =
S
Dimana :
Z = Bilangan baku
X = Rata-rata
S = Simpangan Baku
d. Kriteria pengujian
Tolak H0 jika L0 > Ltabel
Terima H0 jika L0 < Ltabel
Sehingga dapat disampaikan bahwa : L0 (Nilai Hitung) < Ltabel (Nilai Tabel)
= 0,0967 < 0,161. Hal ini berarti N-Gain pada kelas kontrol adalah berdistribusi
normal.
Lampiran 17
b. Menentukan harga L0
1) Pengamatan X1, X2, X3,......, Xn dijadikan bilangan baku Z1, Z2, Z3, ......, Zn
dengan menggunakan rumus :
Xi − X
Zi =
S
Dimana :
Z = Bilangan baku
X = Rata-rata
S = Simpangan Baku
d. Kriteria pengujian
Tolak H0 jika L0 > Ltabel
Terima H0 jika L0 < Ltabel
Sehingga dapat disampaikan bahwa : L0 (Nilai Hitung) < Ltabel (Nilai Tabel)
= 0,0934 < 0,161. Hal ini berarti N-Gain pada kelas eksperimen adalah
berdistribusi normal.
Lampiran 18
6. Kriteria pengujian :
Jika X2 hitung > dari X2 tabel, maka data dinyatakan tidak homogen
Jika X2 hitung < dari X2 tabel, maka data dinyatakan homogen
7. Kesimpulan :
Jadi, karena X2 hitung < X2 tabel yaitu 1,0005 < 3,84
Maka data tersebut bersifat Homogen.
Lampiran 19
1. Kriteria Hipotesis :
Ha : Terdapat perbedaan yang signifikan antara rata-rata skor pretest-
posttest kelas eksperimen dengan kelas kontrol.
H0 : Tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara rata-rata skor pretest-
posttest kelas eksperimen dengan kelompok kontrol.
2. Hipotesis Statistik :
Ha : µ1 ≠ µ2
H0 : µ1 = µ2
X1 − X 2
t =
1 1
S +
n1 n 2
0,26 − (− 0,117 )
t =
1 1
0,2424 +
30 30
0,377
t =
0,2424(0,258)
0,377
t hitung = = 6,032
0,0625
8. Kesimpulan :
“Terdapat perbedaan yang signifikan antara rata-rata skor pretest – posttest
kelas eksperimen dengan rata-rata skor pretest – posttest kelas kontrol.”
Lampiran 28
Konsep Cahaya
ada cahaya yang masuk ke mata kita. Karena ada cahaya matahari, hari
merambat lurur ke segala arah. Hal itu dapat kita amati ketika cahaya
masuk menerobos rumah kita melalui celah sempit atau ketika kita
yang masuk ke mata kita. Hal ini menunjukkan bahwa setiap benda akan
tidak terkena cahaya secara langsung pun dapat kita lihat. Hal ini
samping!
meninggalkan cermin
disebut
permukaan cermin disebut garis normal. Sudut yang dibentuk oleh sinar
dengan i. Sedangkan sudut yang dibentuk oleh sinar pantul dan garis
1. Sinar datang, garis normal, dan sinar pantul terletak pada satu
bidang datar.
jenis zat ke jenis zat yang lain, seperti dari udara ke air, kecepatan
tampak berbelok jika masuk air atau kaca. Pembelokan cahaya itu
pada saat gelombang cahaya tersebut merambat dari satu zat ke zat
lainnya.
Gambar A menunjukkan bahwa
normal. Hal ini terjadi karena laju cahaya di udara lebih besar
B. Langkah kerja
1. Nyalakan lilin di atas meja dan lihatlah api lilin melalui dua
lubang karton yang segaris. Amatilah apa yang terjadi?
2. Jika satu lubang digeser tidak lurus, apa yang terjadi pada api
lilin?
C. Hasil kegiatan dan pembahasan
1. Ketika lubang kedua karton segaris, bagaimana arah cahaya dari
api lilin?
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
………………………………
GOOD LUCK!!!!
LEMBAR KERJA SISWA 2
( LKS 2 )
Pemantulan Cahaya
B. Langkah kegiatan
1. Letakkan busur derajat di atas kertas karton
2. Letakkan cermin datar berhimpitan dengan sumbu datar busur
derajat
3. Nyalakan kotak cahaya dan arahkan 300 sebagai sudut datang ( i )
dengan garis normal dan datangnya sinar itu sejajar dengan
busur derajat
4. Ukurlah sinar pantulnya dari garis normal, dan apakah sinar itu
sejajar dengan busur derajat? Amati dan catat dalam data
5. Ulangi langkah 3 sampai 4 untuk sudut datang i = 40O ; 50O ; 60O
B. Langkah Kerja
1. Tuangkan larutan susu ke dalam bejana kaca.
2. Arahkan senter/laser dengan sudut datang 45o.
C. Hasil Kegiatan dan Pembahasan
1. Ketika senter/laser diarahkan ke dalam bejana kaca yang berisi
air, bagaimana arah rambatannya?
……………..………………………………………………………………………
………………………..……………………………………………………………
…………………………………..…………………………………………………
………………………………
2. Apakah sudut bias yang dihasilkan besarnya sama dengan sudut
datang yang diarahkan?
……………..………………………………………………………………………
………………………..……………………………………………………………
…………………………………..…………………………………………………
………………………………
3. Peristiwa tersebut dinamakan dengan?
Jawab :
……………..………………………………………………………………………
………………………..……………………………………………………………
…………………………………..…………………………………………………
……………………………………………..………………………………………
…………………………………………
4. Apa yang dimaksud dengan pembiasan cahaya?
……………..………………………………………………………………………
………………………..……………………………………………………………
…………………………………..…………………………………………………
………………………………
5. Lukiskan arah sinar yang terjadi pada peristiwa tersebut!
Jawab :
6. Tuliskan pernyataan hukum Snellius !
……………..…………………………………………………………………………
……………………..…………………………………………………………………
……………………………..…………………………………………………………
………………………
Lampiran 24
Diketahui :
n = 40
∑pq = 7,34
S2 = 24,01
⎛ n ⎞ ⎛⎜ S − ∑ pq ⎞⎟
2
r11 = ⎜ ⎟
⎝ n − 1 ⎠ ⎜⎝ S2 ⎟
⎠
Keterangan :
r11 = Reliabilitas tes secara keseluruhan
p = Proporsi subjek yang menjawab item dengan benar
q = Proporsi subjek yang menjawab item dengan salah
∑pq = Jumlah hasil perkalian antara p dan q
n = Banyaknya item
S = Standar deviasi dari tes
⎛ n ⎞ ⎛ S 2 − ∑ pq ⎞
r11 = ⎜ ⎜
⎟ ⎟
⎜
⎝ n −1⎠ S 2 ⎟
⎝ ⎠
⎛ 40 ⎞ ⎛ 24 . 01 − 7 . 34 ⎞
= ⎜ ⎟⎜ ⎟
⎝ 40 − 1 ⎠ ⎝ 24 . 01 ⎠
r11 = 0 . 71 → Re liabilitas Tinggi
G. Langkah-langkah Pembelajaran
Pertemuan Ke-1
Guru menjelaskan tentang penelitian yang dilakukan dan dilanjutkan dengan melakukan pretest.
Pertemuan Ke-2
No. Tahap Waktu Kegiatan Guru Kegiatan Siswa
1 Pendahuluan 3 menit Memulai pembelajaran dengan mengucapkan Menjawab salam dan menjawab panggilan
salam dan melakukan absensi siswa. guru selama absensi.
Mengulas secara singkat materi sebelumnya. Secara aktif menjawab guru seputar materi
sebelumnya.
Menyajikan peta konsep Cahaya secara Mencatat dan menyimak penjelasan guru
keseluruhan. tentang kegiatan pembelajaran.
2 Menyampaikan 3 menit Menjelaskan tujuan pembelajaran dan Menyimak dan berperan aktif dalam
tujuan dan prosedur pembelajaran berupa penilaian dan pembelajaran dengan mengajukan pertanyaan
mempersipkan sebagainya kepada guru dan menjawab guru.
siswa
Memberikan apersepsi dan motivasi dengan
mengajukan pertanyaan :
“Mengapa benda dapat terlihat di tempat yang
terang?”
Prasyarat pegetahuan :
“Syarat apa sajakah agar benda dapat dilihat
oleh mata?”
3 Mendemonstras 15 menit Membimbing peserta didik dalam Berkumpul bersama kelompoknya masing-
ikan pembentukan kelompok. masing.
pengetahuan
dan Menjelaskan secara singkat tentang Mendiskusikan dengan kelompoknya
keterampilan perambatan cahaya. mengenai perambatan cahaya.
Mengulas secara singkat materi sebelumnya Secara aktif menjawab guru seputar materi
sebelumnya.
Prasyarat pegetahuan :
“Apakah yang dimaksud dengan pemantulan
cahaya?”
3 Mendemonstras 15 menit Membimbing peserta didik dalam Berkumpul bersama kelompoknya masing-
ikan pembentukan kelompok. masing.
pengetahuan
dan Menjelaskan secara singkat tentang Mendiskusikan dengan kelompoknya
keterampilan pemantulan cahaya. mengenai pemantulan cahaya.
Mengulas secara singkat materi sebelumnya. Secara aktif menjawab guru seputar materi
sebelumnya.
Prasyarat pegetahuan :
Guru bertanya :
“Sebutkan manfaat dari cermin dalam
kehidupan sehari-hari?”
3 Mendemonstras 15 menit Guru membimbing peserta didik dalam Berkumpul bersama kelompoknya masing-
ikan pembentukan kelompok. masing.
pengetahuan
dan Menjelaskan secara singkat tentang cermin, Mendiskusikan dengan kelompoknya
keterampilan hubungan jarak fokus, jarak benda dan jarak mengenai cermin, hubungan jarak fokus, jarak
bayangan, serta perbesaran bayangan. benda, jarak bayangan, dan perbesaran
bayangan.
Mengulas secara singkat materi sebelumnya. Secara aktif menjawab guru seputar materi
sebelumnya.
Prasyarat pegetahuan :
Guru bertanya :
“Apakah yang dimaksud dengan pembiasan
?”
3 Mendemonstras 15 menit Membimbing peserta didik dalam Berkumpul bersama kelompoknya masing-
ikan pembentukan kelompok. masing.
pengetahuan
dan Menjelaskan secara singkat tentang Mendiskusikan dengan kelompoknya
keterampilan pembiasan cahaya. mengenai pembiasan cahaya.
Prasyarat pegetahuan :
Guru bertanya :
“Apakah manfaat lensa dalam kehidupan
sehari-hari?”
3 Mendemonstras 15 menit Guru membimbing peserta didik dalam Berkumpul bersama kelompoknya masing-
ikan pembentukan kelompok. masing.
pengetahuan
dan Menjelaskan dengan jelas tentang lensa Mendiskusikan dengan kelompoknya
keterampilan cembung, lensa cekung, dan hubungan mengenai lensa cembung, lensa cekung, dan
antara jarak fokus, jarak benda dan jarak hubungan antara jarak fokus, jarak benda,
bayangan, serta perbesaran bayangan. jarak bayangan dan perbesaran bayangan.
Pertemuan Ke-7
Posttest.