TINJAUAN TEORI
1.1.2. Etiologi
Menurut Mansjoer (2001), penyebab gastroentritis akut terbagi
menjadi dua, penyebab utama dan penyebab lain yaitu :
a. Penyebab utama
1) Faktor infeksi
Bakteri : Shigella, Shalmonella, Vibrio kholera, E-coli.
Virus : Rotavirus
Parasit : cacing, protozoa.
Kandida : Candida albicans
2) Faktor parenteral : infeksi di bagian tubuh lain (OMA sering terjadi pada
anak-anak).
3) Faktor malabsorbsi : karbohidrat, lemak, protein
1
4) Faktor makanan : makanan basi, beracun, terlampau banyak lemak,
sayuran yang dimasak kurang matang.
b. Penyebab lain
Penyebab lain gastroentritis adalah toksin dan obat, nutrisi enteral
diikuti puasa yang berlangsung lama, kemoterapi, impaksi fekal (overflow
diarrhea) atau berbagai kondisi lain seperti :
1) Pengurangan atau penghambatan ion-ion.
Perangsangan dan sekresi aktif ion-ion pada usus (Secretory diarrhea)
2) Terdapatnya zat yang sukar diabsorbsi atau cairan dengan tekanan
osmotik yang tinggi pada usus (obat pencahar/ laksantif), penyimpangan
pencernaan makanan, kegagalan pengangkutan makanan non-elektrolit
yang mempunyai tekanan osmotik tinggi.
3) Perubahan pergerakan dinding usus.
Penurunan pergerakan peristaltic yang menyebabkan bertambahnya
perkembangan bakteri dalam rongga usus, meningkatnya pergerakan usus
yang menyebabkan kurangnya waktu kontak anatara makanan dengan
permukaan usus halus, sehingga makanan cepat masuk kedalam lumen
kolon, pengosongan kolon secara premature yang disebabkan isi kolon
atau proses peradangan kolon yang mempersingkat waktu kontak,
sehingga volume dan feces akan bertambah cair.
4) Penurunan daya tahan tubuh
a) Tidak memberikan ASI kepada bayi sampai usia 2 tahun (atau lebih).
Di dalam ASI terdapat antibodi yang dapat melindungi bayi dari
kuman penyakit.
b) Kurang gizi/malnutrisi terutama anak yang kurang gizi buruk akan
mudah terkena diare.
c) Imunodefi siensi/Imunosupresi, terinfeksi oleh virus (seperti campak,
AIDS).
d) Segera proporsional, balita lebih sering terkena diare (55%).
5) Faktor lingkungan dan perilaku
Penyakit diare adalah penyakit yang berbasis lingkungan yang faktor
utama dari kontaminasi air atau tinja berakumulasi dengan perilaku
manusia yang tidak sehat.
2
1.1.3. Klasifikasi
Menurut Kemenkes RI (2001), klasifikasi diare dapat dibagi sebagai
berikut :
a. Diare Tanpa Dehidrasi
Kehilangan cairan < 5% dari berat badan penderita diare. Tanda-tandanya:
1. Tetap aktif.
2. Memiliki keinginan untuk minum seperti biasa
3. Mata tidak cekung
4. Turgor kembali segera
b. Diare Dehidrasi Sedang/ Ringan
Kehilangan cairan 5 -10% dari berat badan penderita diare. Tanda-
tandanya :
1. Gelisah
2. Mata cekung
3. Ingin minum terus/rasa haus meningkat
4. Turgor kembali lambat
c. Diare Dehidrasi Berat
Kehilangan carian > 10% dari berat badan penderita diare. Tanda-
tandanya:
1. Lesu/lunglai, tidak sadar
2. Mata cekung
3. Malas minum
4. Turgor kembali sangat lambat ≥ 2 detik.
3
1.1.4. Patofisiologi
Diare
Nafsu makan
Dehidrasi menurun Resiko Penularan
Iritasi pada kulit Penyakit Infeksi
perianal
Ketidakseimbangan
nutrisi Kurang dari
Kerusakan Kebutuhan Tubuh
intergritas Kulit
Kekurangan volume
cairan dan Elektrolit
Resiko syok
Hipovolemik
4
d. Anus dan sekitarnya lecet karena seringnya difekasi dan tinja menjadi lebih
asam akibat banyaknya asam laktat.
e. Terdapat tanda dan gejala dehidrasi, turgor kulit jelas (elistitas kulit
menurun), ubun-ubun dan mata cekung membran mukosa kering dan
disertai penurunan berat badan.
f. Perubahan tanda-tanda vital, nadi dan respirasi cepat tekan darah turun,
denyut jantung cepat, pasien sangat lemas, kesadaran menurun (apatis,
samnolen, sopora komatus) sebagai akibat hipovokanik.
g. Diuresis berkurang (oliguria sampai anuria).
h. Bila terjadi asidosis metabolik klien akan tampak pucat dan pernafasan
cepat dan dalam.
1.1.6. Komplikasi
Menurut Kemenkes RI (2001), diare dapat berakibat sebagai berikut :
a. Dehidrasi (ringan, sedang, berat, hipotonik, isotonik atau hipertonik).
b. Renjatan hipovolemik.
c. Hipokalemia (dengan gejala mekorismus, hipotoni otot, lemah, bradikardi,
perubahan pada elektro kardiagram).
d. Hipoglikemia.
e. Introleransi laktosa sekunder, sebagai akibat defisiensi enzim laktase
karena kerusakan vili mukosa, usus halus.
f. Kejang terutama pada dehidrasi hipertonik.
g. Malnutrisi energi, protein, karena selain diare dan muntah, penderita juga
mengalami kelaparan.
5
1.1.8. Penatalaksanaan
Menurut Kemenkes RI (2001), terdapat empat pilar dalam
penatalaksanaan diare, yaitu :
1) Terapi rehidrasi
Rehidrasi cairan membutuhkan penggantian cairan dan elektrolit
tanpa melihat etiologinya. Tujuan terapi ini untuk mengoreksi kekurangan
cairan dan elektrolit secara cepat (terapi rehidrasi), kemudian mengganti
cairan yang diberikan tergantung pada derajat dehidrasi dan berat badan
anak atau golongan umur.
Tindakan pencegahan dehidrasi (rehidrasi) yang bisa dilakukan di
tingkat rumah tangga jika balita mengalami diare adalah:
a. Memberikan ASI lebih sering dan lebih lama dari biasanya bagi bayi
yang masih menyusui (bayi 0 – 24 bulan atau lebih) dan bagi petugas
kesehatan sangat penting untuk mendukung dan membantu ibu untuk
menyusui bayinya jika ibu berhenti menyusui bayinya yang masih
berusia 0-24 bulan.
b. Pemberian ORALIT sampai diare berhenti.
c. Memberikan cairan rumah tangga, cairan/minuman yang biasa diberikan
oleh keluarga/masyarakat setempat dalam mengobati diare, dan
memberikan sari makanan yang cocok, contoh: kuah sayur, air tajin,
kuah sup. Jika tidak tersedia cairan rumah tangga dan ORALIT di
rumah, bisa dengan memberikan air minum
d. Segera membawa balita diare ke sarana kesehatan
2) Makanan/nutrisi
Makanan tetap diberikan bahkan ditingkatkan selama diare untuk
menghindari efek buruk pada status gizi. ASI tetap diberikan. Bila tidak
ada ASI pada diare tanpa dehidrasi susu formula tidak perlu diganti, pada
diare dengan dehidrasi ringan-sedang dengan gejala klinik intoleransi
laktosa susu formula diganti dengan susu bebas laktosa.
6
4) Edukasi
Untuk mencegah dehidrasi yang lebih berat dan komplikasinya,
resiko penularan diare dan terjadinya diare lanjut, persisten serta diare
ulangan, kronik maka perlu diberikan edukasi pada orang tua.
Hal yang perlu diperhatikan :
a. Berikan edukasi cara merawat anak diare dirumah
b. Anjurkan pada orang tua kapan harus membawa anaknya kembali ke
pelayanan kesehatan
c. Berikan edukasi cara pencegahan diare seperti cuci tangan dan
hygienitas perorangan serta makanan
7
6) Sistem integumen : mukosa/selaput lendir kering, turgor kulit turun,
tidak elastis, eritematum pada perianal
f. Kebutuhan dasar
1) Pola eliminasi : akan mengalami perubahan yaitu BAB lebih dari 4 kali
sehari, BAK sedikit atau jarang.
2) Pola nutrisi : diawali dengan mual,muntah,anopreksia,menyebabkan
penurunan berat badan pasien.
3) Pola tidur dan istirahat akan terganggu karena adanya distensi abdomen
yang akan menimbulkan rasa tidak nyaman.
4) Pola hygiene : kebiasaan mandi setiap harinya.
5) Aktivitas : akan terganggu karena kondisi tubuh yang lamah dan adanya
nyeri akibat distensi abdomen.
8
Gangguan mekanisme regulasi
Kehilangan cairan melalui rute normal
Kehilangan volume cairan aktif
Kurang pengetahuan tentang kebutuhan cairan
Penyimpangan yang mempengaruhi absorpsi cairan
Penyimpangan yang mempengaruhi asupan cairan
Penyimpangan yang mempengaruhi kelebihan cairan
Usia ekstrem
NOC
Keseimbangan Cairan 0601
Definisi: Keseimbangan cairan di dalam ruang intraselular dan ekstraselular tubuh
Sangat Banyak Cukup Sedikit Tidak
terganggu terganggu terganggu tergabggu terganggu
Hidrasi 0602
Definisi: [Ketersediaan] Air yang cukup dan kompartemen intraseluler dan
ekstraseluler tubuh
Sangat Besarly Cukup Sedikit Tidak
terganggu Comprimised terganggu terganggu terganggu
9
Berat Cukup berat Sedang Ringan Tidak
ada
NIC
Monitor Cairan 4130
Definisi: Pengumpulan dan analisis data pasien dalam pengaturan keseimbangan
cairan
Aktivitas-aktivitas:
Tentukan jumlah dan jenis intake/asupan cairan serta kebiasaan eliminasi
Tentukan faktor-faktor resiko yang mungkin menyebabkan
ketidakseimbangan cairan (misalnya, kehilangan albimin,luka bakar, mal
nutrisi, sepsis,sindrom nefrotik,hipertermia,terapi diuretik,patologi ginjal,gaga
jantung,diaforesis,difungsi hati,olahraga berat,paparan panas,infeksi,pasca
operasi,poliuria,muntah,dan dieare)
Tentukan apakah pasien mengalami kehausan atau gejala perubahan cairan
(misalnya, pusing,sering berubah pikiran, melamun,ketakutan,mudah
tersinggung,mual,berkedut)
Periksa isi ulang kapiler dengan memegang tangan pasien pada tinggi yang
sama seperti jantung dan menekan jari tengah selama 5 detik, lalu lepaskan
tekanan dan hitung waktu sampai jarinya kembali merah (yaitu, harus kurang
dari 2 detik)
Periksa tugor kulit dengan memegang jaringan sekitar tulang seperti tangan
atau tulang kering, mencubit kulit dengan lembut, pegang dengan kedua
tangan dan lepaskan (dimana, kulit akan turun kembali dengan cepat jika
pasien terhidrasi dengan baik)
Monitor berat badan
Monitor asupan dan pengeluaran
Monitor nilai kadar serum dan elektrolit urin
10
Monitor kadar serum albumin dan protein total
Monitor kadar serum dan osomalalitas urine
Monitor tekanan darah, denyut jantung, dan status pernafasan
Monitor tekanan darah ortostatik dan perubahan irama jantung, dengan tepat
Monitor para meter hemodinamik invasif
Catat dengan akurat asupan dan pengeluaran (misalnya, asupan oral, asupan
pipa makanan, asupan IV, anti biotik, cairan yang diberikan dengan obat-
obatan, tabung nasogastrik (NG), saluran air, muntah, tabung dubur,
pengeluaran kolostomi, dan air seni)
Cek kembali asupan dan pengeluaran pada semua pasien dengan terapi intra
vena, infus subkutan, makanan enteral, tabung NGT, kateter urine, muntah,
diare, drainase luka, drainase dada dan kondisi medis yang mempengaruhi
keseimbangan cairan (misalnya, gagal jantung, gagal ginjal, mal nutrisi, luka
bakar, sepsis)
Rekam inkontinensia pada pasien yang membutuhkan asupan dan pengeluaran
akurat
11
Monitor adanya bukti laboratorium terkait dengan kehilangan darah
(misalnya, hemoglobin, hematogrit, tes fekal adanya gumpalan darah) jika
tersedia
Monitor bukti laboratorium dari adanya hemokonsentrasi (misalnya, zodium,
BUN, berat jenis urine) jika tersedia
Monitor bukti laboratorium dan bukti klinis adanya cidera ginjal akut
(misalnya, peningkatan BUN, peningkatan kreatinin, penurunan GFR,
myoglobinemia, dan penurunan urine output
Dukung asupan cairan oral (misalnya, berikan cairan lebih dari 24 jam dan
berikan cairan dengan makanan), jika tidak ada kontra indikasi
Tawarkan pilihan minum setiap 1 sampai 2 jam saat terjaga, jika tidak ada
kontra indikasi
Jaga kepatenan akses IV
Hitung kebutuhan cairan berdasarkan pada area permukaan tubuh dan ukuran
[tubuh] terbakar, dengan tepat
Berikan cairan IV isotonik yang diresepkan (misalnya, cairan normal saline
atau lactated ringer) untuk rehidrasi ekstra seluler dengan tetsan aliran yang
tepat
Berikan cairan hipotonik IV yang diresepkan (misalnya, 5% dextrose dalam
cairan atau 0.45% zodium chloride) untuk rehidrasi intraseluler pada tetesan
aliran yang tepat,untuk rehidrasi intraseluler pada tetesan aliran yang tepat,
dengan tetap
Berikan cairan IV yang diresepkan pada tetesan aliran yang tepat untuk
menjaga integritas hemodinamik
Berikan colloid suspensions yang diresepkan (misalnya Hespan, albumin, atau
plasmanate )untuk penggantian volume intravena, dengan tepat
Berikan produk darah yang diresepkan untuk meningkatkan tekanan plasma
onkotik dan mengganti volume darah, dengan tepat
Monitor adanya tanda reaksi transfusi darah, dengan tepat
Lakukan autotransfusi untuk kehilangan darah, jika tepat
Monitor adanya bukti-bukti hipervolemia dan edema paru selama rehidrasi IV
Berikan cairan IV pada suhu kamar
Gunakan pompa IV untuk menjaga tetesan aliran infus intravena tetap stabil
Monitor integritas kulita pasien yang tidak dapat bergerak dan memiliki kulit
kering
12
Tingkatkan integritas kulit (misalnya , mencegah pencukuran, hindari
kelembaban yang berlebihan, dan sediakan nutrisi yang cukup) pada pasien
yang dapat bergerak dan memiliki kulit kering, dengan tepat
Bantu pasien dengan ambulasi pada kasus hipotensi postural
Instruksikan pada pasien untuk menghindari posisi yang berubah cepat,
khususnya dari posisi telentang pada posisi duduk atau berdiri
Implementasikan posisi trendelenburg yang dimodifikasi (misalnya, kaki
ditinggikan diatas posisi jantung dengan tubuh telentang ) saat hipotensi untuk
mengoptimalkan perfusi otak dalam meminimalkan kebutuhan oksigen
jantung
Monitor rongga mulut dari kekeringan dan atau membran mukosa yang pecah
Sediakan cairan oral(atau moistened mouth swabs) sesering mungkin untuk
memelihara integritas membran mukosa mulut, jika tidak ada kontraindikasi
Fasilitasi kebersihan mulut (misalnya, menggosok gigi dengan pasta gigi,
menggunakan obat kumur tanpa alkohol) dua kali sehari
Posisikan untuk perfusi perifer
Berikan vasodilator yang diresepkan dengan hati-hati(misalnya, nitrogliserin,
nitroprusside, dan calcium calcium channel blockers ) saat menghangatkan
kembali pasien ssetelah operasi, dengan tepat
Berikan atrial natriuretic tepateptide (ANP) yang diresepkan untuk mencegah
cedera ginjal akut, dengan tepat
Instruksikan pada pasien dan atau keluargab untuk mencatat intake dan
output, dengan tepat
Instrusikan pada pasien dan atau keluarga tindakan-tindakan yang dilakukan
untuk mengatasi hipovolemia
Aktifitas-aktifitas:
13
monitor terhadap adanya tanda-tanda respon sindroma inflamasi sistemik
(misalnya, peningkatan suhu, takikardi, takipnea, hipokarbia, leukositosis,
leukopenia)
monitor terhadap adanya tanda awal reaksi alergi (misalnya, rhinitis, mengi,
stridor, dipsnea, gatal-gatal diserti kemerahan, angiodema pada kulit,
gangguan saluran pencernaan, nyeri abdomen, diare, cemas dan gelisah
monitor terhadap adanya tanda awal dari penurunan fungsi jantung (misalnya,
penurunan CO dan urine output, peningkatan SVR dan PCWP, bunyi crackles
pada paru, bunyi jantung S3 dan S4 dan takikardia)
monitor kemingkinan penyebab kehilangan cairan (misalnya, selang dada,
luka, drainase nasogastrik, diare, muntah dan peningkatan lingkar perut dan
ekstremitas, hematemesis, atau hematokesia)
monitor status sirkulasi (misalnya, tekanan darah, warna kulit, temperatur
kulit, bunyi jantung, nadi dan irama, kekuatan dan kualitas nadi perifer, dan
pengisian kapiler)
monitor terhadap adanya tanda ketidakadekuatan perfusi oksigen ke jaringan
(misalnya, respon terhadap stimulus, peningkatan kecemasan, perubahan
status mental, agitasi, oliguria dan akral teraba dingin dan warna kulit tidak
sama dan merata)
monitor tekanan oksimetri
monitor suhu dan status respirasi
monitor EKG
monitor berat badan, masukan dan keluaran setiap hari
monitor hasil laboratorium, terutrama nilai Hgb dan Hct, profil pembekuan,
AGD, laktat, elektrolit, kultur dan kimia darah
monitor para meter hemodinamik invasif (misalnya, CVP, MAP dan saturasi
oksigen arteri/campuran vena), sesuai kebutuhan
monitor CO2 dan tonometry sublingal atu gastrik, sesuai kebutuhan
catat adanya memar, petechiae dan kondisi membran mukosa
catat warna, jumlah dan frekuensi BAB, muntah dan drainase nasogastrik
periksa urine terhadap adanya darah dan protein, sesuai kebutuhan
14
2. Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh (00002)
Definisi: Asupan nutrisi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan matabolik.
Batasan Karakteristik:
1. Berat badan 20% atau lebih di bawah rentang berat badan ideal
2. Bising usus hihiperaktif
3. Cepat kenyang setelah makan
4. Diare
5. Gangguan sensasi rasa
6. Kehilangan rambut berlebihan
7. Kelemahan otot pengunyah
8. Kelemahan otot untuk menelan
9. Kerapuhan kapiler
10. Kesalahan informasi
11. Kesalahan persepsi
12. Ketidakmampuan memakan makanan
13. Kram abdomen
14. Kurang informasi
15. Kurang minat pada makanan
16. Membran mukosa pucat
17. Nyeri abdomen
18. Penurunan berat badan dengan asupan makan adekuat
19. Sariawan rongga mulut
20. Tonus otot menurun
Faktor yang berhubungan:
1. Faktor biologis
2. Faktor ekonomi
3. Gangguan psikososial
4. Ketidakmampuan makan
5. Ketidakmampuan merencerna makanan
6. Ketidakmampuan mengabsorpsi nutrien
7. Kurang asupan makanan
15
NOC:
Status Nutrisi 1004
Definisi: Sejauh mana nutrisi dicerna dan diresep untuk memenuhi kebutuhan
metabolik
Sangat Banyk Cukup Sedikit Tidak
menyimpang menyimpang menyimpang menyimpang menyimpang
dari rentang dari rentang dari rentang dari rentang dari rentang
normal normal normal normal normal
16
NIC
Manajemen Gngguan Makan 1030
Defenisi : Pencegahan dan perawatan terhadap pembatasan diet ketat dan olahraga
yang berlebihan atau perilaku memuntahkan makanan dan cairan
Aktivitas-aktivitas:
Kolaborasi dengan tim kesehatan lain untuk mengembangankan rencana
perawatan dengan melibatkan klien dengan orang-orang terdekatnya dengn
tepat
Rundingkan dengn tim dan klien untuk mengatur target pencapaian berat
badan jika berat badan klien tidak berada dalam rentang berat badan yang
direkomendasikan sesuai umur dan bentuk tubuh
Tentukan pencapaian berat badan harian sesuai keinginan
Rundingkan dengan ahli gizi dlam menentukan asupan kalori harian yang
diperlukan untuk mempertahankan berat badan yang sudah ditentukan
Ajarkan dan dukung konsep nutrisi yang baik dengan klien (orang terdekat
klien dengan tepat)
Dorong klien untuk mendiskusikan makanan yang disukai bersama dengan
ahli gizi
Kembangkan hubungan yang mendukung dengan klien
Monitor tanda-tanda psiologis (tanda-tanda vital,elektrolit),jika diperlukan
Timbng berat badan klien secara rutin (pada hari yang sama dan setelah
BAB/BAK )
Moniter intake/asupan dan asupan cairan secara tepat
Monitor asupan kalori makanan harian
Dorong klien untuk memonitor sendiri makanan harian dan menimbang berat
badan secara tepat
Bangun harapan terkait dengan perilaku makan yang baik, intake/asupan
makanan/cairan dan jumlah aktivitas fisik
Gunakanan kontak dalam berperilaku dengan klien untuk mendapatkan
perolehan berat badan yang diinginkan ataupun mempertahankan perilaku
Batasi makanan sesuai dengan jadwal, makanan pembuka, dan makanan
ringan
Observasi klien selama dan setelah pemberian makanan/makanan ringan
untuk meyakinkan bahwa intake/asupan makanan yang cukup tercapai dan
dipertahankan
Temani klien ke kamar mandi selama observasi pemberian makanan ringan
17
Batasi waktu klien di kamar mandi selama waktu klien tidak dalam observasi
Monitor perilaku klien yang berhubungan dengan pola makan, penambahan
dan kehilangan berat badan
Gunakan teknik modifikasi perilaku untuk meningkatkan yang berkontribusi
terhadap penmbahan berat badan dan batasi perilaku yang mengurangi berat
badan, dengan tepat
Berikan dukungan terhadap peningkatan berat badan dan perilaku yang
meningkatkan berat badan
Berikan konsekuensi pengulangan ketika berespon dengan kehilangan berat
badan, perilaku mengurangi berat badan atau kurang berat badan
Berikan dukungan (misalnya, terapi relaksasi pelatihan desensitisasi,sempatan
untuk mebicaran perasaan) sembari klien juga berusaha mengintegrasikan
perilaku makan yang baru perubahan citra tubuh dan perubahan gaya hidup
Dukung klien dlam menggunakan buku harian untuk mendokumentasikan
perasaan di sela-sela keinginan yang memaksa klien untuk memuntahkan
makanan dan latihan berlebihan
Batasi aktivitas fisik sesuai kebutuhan untuk meningkatkan berat badan
Sediakan program latihan dibawah observasi jika di perlukan
Berikan kesempatan untuk membatasi pilihan makanan dan untuk
meningkatkan berat badan sebagimana berat badan sebagaimana berat badan
meningkat sesuai sikap yang diinginkan
Bantu klien (dan orang-orang terdekat klien dengan tepat) untuk mengkji dn
memechkan masalah prosonal yang berkontribusi terhadap [terjadinya]
gangguan makan
Bantu klien untuk mengembangkan harga diri yang sesuai dengan berat badan
yang sehat
Rundingkan dengan tim kesehatan lainnya setiap hari terkait perkembangan
klien
Inisiasi fase mempertahankan perawatan klien ketika klien menunjukkan
perilaku makan yang diinginkan sesuai periode waktu tertentu
Monitor berat badan klien sesuai secara rutin
Pertimbangkan variasi berat badan yang dapat diterima sesuai target
Beri tanggung jawab terkait dengan pilihn-pilihan makanan dan aktivitasm
fisik dengan klien dengan cara yang tepat
Berikan dukungan dan arahan jika diperlukan
Bantu klien untuk mengevaluasi kesesuaian/konsenkuensi pilihan makanan
18
dan aktivitas fisik
Dudukan kembali protokol penambahan berat badan jika klien tak mampu
mempertahankan penambahan berat badan
Bangun program perawatan dan follow up (medis, konseling ) untuk
manajemen di rumah
19
Anjurkan pasien untuk duduk pada posisi tegak di kursi,jika memungkinkan
Pastikan makanan disajikan dengan cara yang menarik dan pada suhu yang
paling cocok untuk komsumsi secara optimal
Anjurkan keluarga untuk membawa makanan favorit pasien sementara
[pasien] berada dirumah sakit atau fasilitas perawatan, yang sesuai
Bantu pasien membuka kemasan makanan,memotong makanan ,dan makan
,jika diperlukan
Njurkan pasien mengenai modifikasi diet yang diperlukan
(misalnya,NPO,cairan bening,cairan penuh,lembut,atau diet sesuai toleransi)
Anjurkan pasien terkait dengan kebutuhan diet untuk kondisisakit (yaitu:untuk
pasien dengan penyakit ginjal,pembatasan natrium,kalium,protein,dan cairan)
Anjurkan pasien terkait dengan kebutuhan makanan tertentu berdasarkan
perkembangan atau usia (misalnya, peningkatan kalsium,protein,cairan,dan
kalori untuk wanita menyusui;peningkatan asupan serat untuk mencegah
konstipasi pada orang dewasa yang lebih tua)
Tawarkan makanan yang padat gizi
Pastikan diet mencakup makanan tinggi kandungan serat untuk mencegah
konstipasi
Monitor kalori dan asupan makanan
Monitor kecenderungan terjadi penurunan dan kenaikan berat badan
Anjurkan pasien untuk memantau kalori dan intake makanan (misalnya,buku
harian makanan)
Dorong untuk [melakukan] bagaimana cara menyiapkan makanan [dengan]
aman dan teknik teknik pengawetan makanan
Bantun pasien untuk mengakses program-program gizi komunitas (misalnya,
Perempuan,Bayi,dan Anak,kupon makanan,dan makanan yang di antar
kerumah)
Berikan arahan,bila diperlukan
20
Diskusikan kemungkinan penyebab berat badan berkurang
Monitor mual muntah
Kaji penyebab mual muntah dan tangani dengan tepat
Berikan obat-obatan untuk meredakan mual dan nyeri sebelum makan
Monitor asupan kalori setiap hari
Monitor nilai albumin,limosit,dan nilai elektrolit
Dukung peningkatan asupan kalori
Insstruksikan cara meningkatkan asupan kalori
Sediakan variasi makanan yang tinggi kalori dan bernutrisi tinggi
Kaji makanan kesukaan pasien, baik itu kesukaan pribadi atau yang di
anjurkan budaya dan agamanya
Lakuakn perawatan mulut sebelum makan
Berikan istirahat yang cukup
Yakinkan bahwa pasien duduk sebelum makan atau disuapi makan
Bantu pasien untuk makan atau suapin pasien
Berikan makanan yang sesuai dengan instruksi untuk pasien; diet
umum,teksturnya lembut,memblender tau menghalus makanan melalui selang
NGT atau EGT, atau memberikan makanan total perenteral
Ciptakan lingkungan yang menyenangkan dan memenengkan
Sajikan makanan dengan menarik
Diskusikan dengan pasien dan keluarga faktor bahwa faktor sosial ekonomi
mempengaruhi nutrisi yang tidak adekuat
Diskusikan dengan klien dan keluarga mengenai persepsi atau faktor
penghambat kemampuan atau keinginan untuk makan
Rujuk pada lembaga dan komunitas yang dapat membantu dalam memenuhi
makanan
Ajarkan pasien dan keluarga merencanakan makan
Kenali apakah penurunan berat badan yang di alami pasien merupakan tanda
penyakit terminal (misalnya, kanker)
Instruksikan pasien dan keluarga mengenai target yang realitis terkait penyakit
dan peningkatan berat badannya
Kaji makanan kesukaan pasien,bumbu kesukaan,apakah pasien suka makanan
yang hangat dan dingin
Sediakan suplemen makanan jika diperlukan
Ciptakan suasana sosial yang tepat untuk makan
21
Ajarkan pasien dan keluarga bagaimana cara membeli makanan murah tetapi
bergizi tinggi
Berikan hadiah jika pasien mengalami kenaikan berat badan
Gambarkan dalam grafik kenaikan berat badan pasien dan buat rencana yang
sesuai
Dorong kehadiran pasien dalam komunitas pendukung
2.1.1. Evaluasi
a. Volume cairan dapat dipenuhi secara adekuat
b. Kebutuhan nutrisi pasien terpenuhi secara adekuat
c. Suhu tubuh kembali normal
d. Pola eliminasi alvi kembali normalw
e. Syok tidak terjadi
f. Pengetahuan pasien tentang diare bertambah
DAFTAR PUSTAKA
Inayah, Iin (2004). Asuhan Keperawatan Pada Klien dengan Gangguan Sistem
Pencernaan. Jakarta : Salemba Medika.
Mansjoer, A ett all (2001) Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta : Media Aesculapius.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2016. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia
definisi dan indikator diagnostik. Jakarta: PPNI
22