TINJAUAN PUSTAKA
1
2
energi alam dirubah oleh penggerak mula menjadi energi mekanis yang berupa
putaran atau kecepatan, selanjutnya energi mekanis dirubah menjadi energi listrik
oleh generator. Sistem transmisi berfungsi menyalurkan tenaga listrik dari pusat
pembangkit ke pusat beban melalui saluran transmisi. Sebelum energi listrik di
transmisikan ke sistem transmisi, tegangan listrik dinaikkan terlebih dahulu oleh
trafo step up. Saluran transmisi tegangan tinggi PLN mempunyai tegangan 66 KV,
150 KV dan 500 KV. Dari sistem transmisi, energi listrik disalurkan ke sistem
distribusi.
Sistem distribusi berfungsi mendistribusikan energi listrik ke konsumen.
Konsumen dapat berupa pabrik, industri, rumah tangga dan sebagainya. Transmisi
tenaga dengan tegangan tinggi ataupun tegangan ekstra tinggi pada saluran
transmisi di rubah pada gardu induk menjadi tegangan menengah atau distribusi
primer, yang selanjutnya diturunkan lagi menjadi tegangan untuk konsumen.
Tegangan distribusi primer yang dipakai oleh PLN adalah 20 KV, 12 KV dan 6 KV.
Untuk saat ini, tegangan distribusi primer yang dipakai oleh oleh PLN yaitu 20 KV.
Untuk melayani konsumen rumah tangga dengan tegangan 220/380 V, maka
tegangan listrik dari 20 KV diturunkan tegangannya oleh trafo step down pada
gardu distribusi.
Harmonisa terjadi akibat adanya pengoperasian dari beban listrik non linier
yang menghasilkan gelombang integer dari frekuensi fundamentalnya sehingga
gelombang fundamental akan tertumpang dan mengalami bentuk gelombang non
sinusoidal akibat distorsi gelombang pada arus maupun tegangan.
√∑ℎ 2
2 𝑉ℎ
𝑇𝐻𝐷𝑉 = × 100% (2.1)
𝑉1
Dengan:
Vh = Komponen harmonisa tegangan ke-h
V1 = Tegangan frekuensi fundamental (rms)
√∑ℎ 2
2 𝐼ℎ
𝑇𝐻𝐷𝐼 = × 100% (2.2)
𝐼1
Dengan:
Vh = Komponen harmonisa tegangan ke-h
V1 = Tegangan frekuensi fundamental (rms)
Electric Power Systems . Standar ini praktis telah diadopsi oleh Amerika, dalam hal
ini oleh ANSI (American National Standard Institute). Ada dua kriteria yang
digunakan untuk mengevaluasi distorsi harmonisa, yaitu batasan untuk harmonisa
arus dan tegangan. IEEE telah menetapkan standar pada Point of Common Coupling
(PCC) seperti yang terlihat pada tabel berikut :
Tabel 2.2 Current Distortion Limits for Systems Rated 120 V through 69 kV.
Maximum Harmonic Current Distortion in Percent of I L
Individual Harmonic Order (odd harmonic) a,b
ISC/IL 3≤h≤ 11 ≤ h ≤ 17 ≤ h ≤ 23 ≤ h ≤ 35 ≤ h THD
11 17 23 35 ≤ 50 (%)
< 20c 4.0 2.0 1.5 0.6 0.3 5.0
20 < 50 7.0 3.5 2.5 1.0 0.5 8.0
50 < 100 10.0 4.5 4.0 1.5 0.7 12.0
100 < 1000 12.0 5.5 5.0 2.0 1.0 15.0
> 1000 15.0 7.0 6.0 2.5 1.4 20.0
a Even harmonics are limited to 25% of the odd harmonic limit above.
b Current distortions that result in a DC offset, e.g., harlf-wave converters,
are not allowed.
c All power generation equipment is limited to these values of current
distortion, regardless of actual ISC/IL.
where ISC is maximum short-circuit current at PCC, and IL is maximum
demand load current (fundamental frequency component) at the PCC
under nomal load operating conditions.
Sumber : IEEE Standard 519-2014
Dimana:
S = Daya transformator (kVA)
V = Tegangan sisi primer transformator (kV)
I = Arus jala – jala (A)
7
Berdasarkan persamaan di atas, maka arus beban penuh (IL) dapat dihitung
menggunakan persamaan berikut :
𝑆
𝐼𝐿 = (2.4)
√3×𝑉
Dimana :
IL = Arus beban penuh (A)
S = Daya transformator (kVA)
V = Tegangan sisi sekunder tranformator (kV)
Sehingga perhitungan arus hubung singkat (ISC) dapat dihitung dengan
menggunakan persamaan berikut:
𝑆×100
𝐼𝑆𝐶 = (2.5)
%𝑍×√3×𝑉
Dimana :
ISC = Arus hubung singkat (A)
S = Daya transformator (kVA)
V = Tegangan sisi sekunder tranformator (kV)
%Z = Persentase impedansi
Sehingga berdasarkan persamaan arus hubung singkat dan arus beban yang telah
dijabarkan maka nilai Short Circuit Ratio (SCRatio) dapat dihitung dengan
menggunakan persamaan sebagai berikut:
𝐼𝑆𝐶
𝑆𝐶𝑅𝑎𝑡𝑖𝑜 = (2.6)
I𝐿
Arus output IL menjadi sinosoidal dan mempunyai kualitas yang baik. Aktif
filter terbagi dalam tipe yang berbeda sesuai dengan konfigurasi dalam sitem.
Kelebihan proses mematikan diri sendiri (Auto shutdown) perhatian dapat
difokuskan pada daya aktif yang menggunakan sebuah sumber arus dan sumber
tegangan converter PWM.
Active Power Filter terbagi dalam tipe yang berbeda sesuai dengan
konfigurasi dari sistem, yaitu Current Source Inverter dan Voltage Source Inverter.
Pada Current Source Inverter Active Power filter terdapat induktor DC dengan arus
dc yang konstan. Sedangkan pada Voltage Source Inverter Active Power Filter
terdapat kapasitor dc dengan tegangan DC yang konstan.
dimana :
dimana :
PEC R = Eddy Current Loss Factor
h = Harmonisa (%)
Ih = Arus Harmonisa (A)
2.7 Pemodelan
2.7.1 Pemodelan Sumber 3 Fasa
Data yang digunakan sebagai input pada sumber 3 fasa diperoleh dari data
teknik transformator.
a. Tegangan rms / Phase-to-phase rms voltage (V).
Untuk mengetahui nilai 𝑉𝑟𝑚𝑠 dapat dihitung dengan menggunakan
persamaan sebagai berikut :
Vsistem
𝑉𝑟𝑚𝑠 = (2.11)
√2
dimana,
𝑉𝑟𝑚𝑠 = Tegangan rms (V)
𝑉𝑠𝑖𝑠𝑡𝑒𝑚 = Tegangan sistem (V)
13
dimana,
Zs = Impedansi sumber / Source impedance (Ω)
kVφ = Tegangan sekunder transformator (kV)
MVA3φ = Kapasitas trasformator (MVA)
Z = Impedansi / impedance (%)
dimana,
𝑋𝑠 = Reaktansi sumber / Source reactance
X = Reaktasi transformator (%)
R = Resistansi transformator (%)
Rs = Resistansi sumber / Souerce resistance (Ω)
dimana,
Ls = Induktansi sumber / Source Inductance (H)
f = Frekuensi (Hz)
dimana :
dimana:
R = Resistansi (Ω)
V = Tegangan (V)
P = Beban tiap phasa (W)
15
b. Inductance (H).
Nilai induktansi diperlukan karena beban yang disimulasikan bersifat
induktif. Untuk mencari nilai induktansi beban maka harus menghitung
nilai kapasitansinya terlebih dahulu dengan menggunakan persamaan
sebagai berikut :
1
𝐶= (2.18)
4√3×𝑓 ×𝑅𝐹 ×𝑅
dimana :
C = Kapasitansi (Farad)
f = Frekuensi (Hz)
RF = Ripple Factor (%)
R = Resistansi (Ω)
dimana :
L = Induktansi (H)