TINJAUAN TEORI
1.1.2. Tujuan
a. Tujuan Umum
1) Memantau kemajuan kehamilan untuk memastikan kesehatan ibu dan
tumbuh kembang janin.
2) Meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik, maternal dan sosial
ibu dan bayi.
3) Mengenal secara dini adanya komplikasi yang mungkin terjadi selama
hamil, termasuk riwayat penyakit secara umum, kebidanan dan
pembedahan.
4) Mempersiapkan persalinan cukup bulan, melahirkan dengan selamat ibu
maupun bayinya dengan trauma seminimal mungkin.
5) Mempersiapkan ibu agar masa nifas berjalan normal dan pemberian ASI
Eksklusif.
6) Mempersiapkan peran ibu dan keluarga dalam menerima kelahiran bayi
agar dapat tumbuh kembang secara normal.
7) Menurunkan angka kesakitan dan kematian ibu dan perinatal.
Menurut Depkes RI (2004) tujuan Antenatal Care (ANC) adalah
untuk menjaga agar ibu hamil dapat melalui masa kehamilannya, persalinan
dan nifas dengan baik dan selamat, serta menghasilkan bayi yang sehat.
Menurut Muchtar (2005) tujuan Antenatal Care (ANC) adalah
menyiapkan seoptimal mungkin fisik dan mental ibu dan anak selama dalam
1
kehamilan, persalinan dan nifas, sehingga didapatkan ibu dan anak yang
sehat.
b. Tujuan Khusus
1) Mengenali dan mengobati penyulit-penyulit yang mungkin diderita
sedini mungkin.
2) Menurunkan angka morbilitas ibu dan anak.
3) Memberikan nasihat-nasihat tentang cara hidup sehari-hari dan keluarga
berencana, kehamilan, persalinan, nifas dan laktasi.
Menurut Wiknjosastro (2005) tujuan Antenatal Care (ANC) adalah
menyiapkan wanita hamil sebaik-baiknya fisik dan mental serta
menyelamatkan ibu dan anak dalam kehamilan, persalinan dan masa nifas,
sehingga keadaan mereka pada post partum sehat dan normal, tidak hanya
fisik tetapi juga mental.
2
Jumlah protein, albumin menurun, pada triwulan I secara bertahap
meningkat sampai akhir kehamilan
3) Hitung jenis dan Hb
Hematokrit menurun karena volume plasma darah eritrosit meningkat
untuk kebutuhan oksigen.
4) Nadi dan TD
TD menurun, nadi meningkat rata-rata 84x/mnt
5) Jantung
Pompa jantung meningkat pada trimester I sampai menurun pada minggu
terakhir, EKG kadang memperlihatkan deviasi aksis ke kiri
b. Sistem pernapasan
Sesak dan napas pendek karena usus tertekan ke arah diafragma akibat
pembesaran rahim, kapasitas vital paru meningkat, napas dalam dan yang
lebih menonjol pernapasan dada
c. Sistem pencernaan
Saliva meningkat, mual dan muntah, tonus otot saluran pencernaan menurun
sehingga motilitas usus menurun, muntah (emesis gravidarum) pada pagi
hari (morning sickness).
d. Tulang dan gigi
Sendi panggul terasa lebih longgar sampai ligament dan melunak, kalsium
maternal pada tulang panjang menurun untuk memenuhi kebutuhan kalsium
janin
e. Kulit
Terjadi hiperpigmentasi pada muka (cloasma gravidarum), puting dan areola
payudara dan perut (linea nigra)
f. Kelenjar Endokrin
1. Kelenjar tiroid : dapat membesar sedikit
2. Kelenjar hipofise : dapat membesar terutama lobus anterior
3. Kelenjar adrenal : tidak satu berpengaruh ( - )
g. Payudara
1) Payudara bertambah besar, tegang dan berat
2) Dapat teraba noduli-noduli akibat hipertrofi kelenjar alveoli
3) Bayangan vena lebih membiru
4) Kaku, bila diperas keluar kolostrum berwarna kuning.
h. Metabolisme
1) BMR meningkat 15 – 20% terutama trimester ketiga
3
2) Kebutuhan protein meningkat untuk pertumbuhan fetus, payudara dan
laktasi
3) Sering haus, nafsu makan kuat, sering kencing.
4) Kolesterol meingkat karena somatotoropin membentuk lemak.
5) BB bumil meningkat 6,5 – 16 kg disebabkan oleh janin, uri, air ketuban,
uterus, payudara, uri, darah, lemak, protein, retensi urine.
6) Kebutuhan kalori meningkat selama kehamilan dan laktasi
1.1.4. Patofisiologi
Setiap bulan wanita melepaskan 1 atau 2 sel telur (ovum) dari indung
telur (ovulasi), yang di tangkap oleh umbai-umbai (fimbriae) dan masuk ke
dalam sel telur, waktu persetubuhan, cairan semen tumpah ke dalam vagina dan
berjuta-juta sel mani (sperma) bergerak memasuki rongga rahim lalu masuk ke
saluran telur. Pembuahan sel telur oleh sperma biasanya terjadi di bagian yang
mengembang oleh tuba falofi.
Disekitar sel telur banyak berkumpul sperma yang mengeluarkan ragi
untuk mencairkan zat-zat yang melindungi ovum. Kemudian pada tempat yang
paling mudah dimasuki, masuklah salah satu sel mani dan kemudian bersatu
dengan sel telur. Peristiwa ini disebut pembuahan (konsepsi).
Ovum yang telah dibuahi ini segera membelah diri sambil bergerak
(oleh rambut getar tuba), menuju ruang rahim, peristiwa ini disebut nidasi
(implantasi). Dari pembuahan sampai nidasi diperlukan waktu 6 – 7 hari. Untuk
menyuplai darah ke sel-sel makanan bagi mudligah dan janin, dipersiapkan uri
(plasenta) jadi dapat dikatakan bahwa untuk setiap kehamilan harus ada ovum
(sel telur), spermatozoa (sel mani), pembuahan (konsepsi), nidasi dan plasenta.
4
1) Pertumbuhan & perubahan uterus
a. Tanda Hegar’s (melunaknya segmen bawah uterus)
b. Ballotement (lentingan janin dalam uterus saat palpasi)
c. Braxton hick’s (kontraksi selama kehamilan)
2) Perubahan Abdomen
a. Pembesaran abdomen
b. Striae Gravidarum
c. Pigmentasi pada linea nigra
c. Tanda absolut (Bukti positif)
1) Terdengar DJJ
2) Teraba bagian anak oleh pemeriksa
3) Terlihat hasil konsepsi dg USG
4) Teraba gerakan janin oleh pemeriksa
5
1) Anamnese : meliputi identitas ibu hamil, riwayat kontrasepsi/KB,
kehamilan sebelumnya dan kehamilan sekarang.
2) Pemeriksaan umum : meliputi pemeriksaan fisik, pemeriksaan khusus
kebidanan.
3) Pemeriksaan laboratorium dilakukan hanya atas indikasi/diagnosa
4) Pemberian obat-obatan, imunisasi Tetanus Toxoid (TT) dan tablet besi
(fe).
5) Penyuluhan tentang gizi, kebersihan, olah raga, pekerjaan dan perilaku
sehari-hari, perawatan payudara dan air susu ibu, tanda-tanda risiko,
pentingnya pemeriksaan kehamilan dan imunisasi selanjutnya,
persalinan oleh tenaga terlatih, KB setelah melahirkan serta pentingnya
kunjungan pemeriksaan kehamilan ulang.
6
2) Taksiran kelahiran, TBJ, Jumlah cairan amnion,
7
g. Hewan piaraan
Hewan piaraan dapat menjadi carier infeksi (misalnya bulu kucing atau
burung dapat menjadi parasit toxoplasma) oleh karena itu ibu hamil
dianjurkan kontak.
8
1.1.8. Patofisiologi
Fertilisasi (pembuahan)
Terjadi pembelahan
Relaksasi
Placenta Bagian luar Kehamilan Multipara dinding abdomen
Perubahan hormonal
9
1.1.9. Manifestasi Klinis
a. Bentuk uterus terlihat melebar lebih menonjol ke salah satu bagian abdomen.
b. TFU rendah.
c. Palpasi akan teraba kepala janin pada salah satu sisi dan bokong pada sisi
yang lain, tetapi tidak ada bagian presentasi yang berada di pelvis. Pada
palpasi kepala janin atau bokong ditemukan di salah satu bagian fossa iliaca
d. Bunyi jantung janin terdengar di sekitar umbilicus
.
1.1.10. Pemeriksaan Diagnostik
Mudah ditegakkan bahkan dengan pemeriksaan inspeksi saja.
Abdomen biasanya melebar kearah samping dan fundus uteri lebih rendah tidak
sesuai dengan umur kehamilannya.
Pemeriksaan abdomen dengan palpasi perasat leopold mendapatkan
hasil
a. Leopold 1 fundus uteri tidak ditemukan bagian janin
b. Leopold II teraba balotemen kepala pada salah satu fosa iliaka dan bokong
pada fosa iliaka yang lain
c. Leopold III dan IV tidak ditemukan bagian janin, kecuali pada saat
persalinan berlangsung dengan baik dapat teraba bahu didalam rongga
panggul. Bila pada bagian depan perut ibu teraba suatu dataran kerasyang
melintang maka berarti punggung anterior. Bila pada bagian perut ibu teraba
bagian – bagian yang tidak beraturan atau bagian kecil janin berarti
punggung posterior
Pada pemeriksaan dalam teraba bagian yang bergerigi yaitu tulang
rusuk pada dada janin diatas pintu atas panggul pada awal persalinan. Pada
persalinan lebih lanjut teraba klavikula. Posisi aksilla menunjukkan kemana
arah bahu janin menghadap tubuh ibu. Bila persalinan terus berlanjut bahu janin
akan masuk rongga panggul dan salah satu lengan sering menumbung (lahir
terlebih dahulu) kedalam vagina dan vulva.
1.1.11. Penatalaksanaan
Apabila pada pemeriksaan antenatal ditemukan letak lintang,
sebaiknya diusahakan menjadi presentasi kepala dengan versi luar. Sebelum
melakukan versi luar harus dilakukan pemeriksaan teliti ada atau tidaknya
panggul sempit, tumor dalam panggul, atau plasenta previa, sebab dapat
membahayakan janin dan meskipun versi luar berhasil, janin mungkin akan
memutar kembali. Untuk mencegah janin memutar kembali, ibu dianjurkan
10
menggunakan korset dan dilakukan pemeriksaan antenatal ulangan untuk
menilai letak janin. Ibu diharuskan masuk rumah sakit lebih dini pada
permulaan persalinan, sehingga apabila terjadi perubahan letak, segera dapat
ditentukan prognosis dan penanganannya. Pada permulaan persalinan, masih
dapat diusahakan mengubah letak lintang janin menjadi presentasi kepala
asalkan pembukaan masih kurang dari 4 cm dan ketuban belum pecah.
Pada primigravida, jika versi luar tidak berhasil sebaiknya segera
dilakukan seksio sesaria. Sikap ini berdasarkan pertimbangan-pertimbangan
sebagai berikut:
a. Bahu tidak dapat melakukan dilatasi pada serviks dengan baik, sehingga
pada primigravida kala I menjadi lama dan pembukaan serviks sukar
menjadi lengkap
b. Karena tidak ada bagian besar janin yang menahan tekanan intra-uterin pada
waktu his, maka lebih sering terjadi ketuban pecah sebelum pembukaan
serviks sempurna dan dapat mengakibatkan terjadinya prolapsus funikuli
c. Pada primigravida versi ekstraksi sulit dilakukan.
Pertolongan persalinan letak lintang pada multipara bergantung kepada
beberapa faktor. Apabila riwayat obstetri yang bersangkutan baik, tidak didapat
kesempitan panggul, dan janin tidak seberapa besar, dapat ditunggu dan diawasi
sampai pembukaan lengkap untuk melakukan versi ekstraksi. Selama
menunggu harus diusahakan supaya ketuban tetap utuh dan melarang ibu
meneran atau bangun. Apabila ketuban pecah sebelum pembukaan lengkap dan
terdapat prolapsus funikuli, harus segera dilakukan seksio sesaria. Jika ketuban
pecah, tetapi tidak ada prolapsus funikuli, maka bergantung tekanan dapat
ditunggu sampai pembukaan lengkap kemudian dilakukan versi ekstraksi atau
mengakhiri persalinan dengan seksio sesaria. Dalam hal ini, persalinan dapat
diawasi untuk beberapa waktu guna mengetahui apakah pembukaan terjadi
dengan lancar atau tidak. Versi ekstraksi dapat dilakukan pula pada kehamilan
kembar, apabila setelah bayi pertama lahir, ditemukan bayi kedua berada dalam
letak lintang.
Pada letak lintang kasep, bagian janin terendah tidak dapat didorong ke
atas, dan tangan pemeriksa yang dimasukkan ke dalam uterus tertekan antara
tubuh janin dan dinding uterus. Demikian pula ditemukan lingkaran Bandl yang
tinggi. Berhubung adanya bahaya ruptur uteri, letak lintang kasep merupakan
kontraindikasi mutlak melakukan versi ekstraksi. Bila janin masih hidup,
hendaknya dilakukan seksio sesaria dengan segera
11
Versi dalam merupakan alternatif lain pada kasus letak lintang. Versi
dalam merupakan metode dimana salah satu tangan penolong masuk melalui
serviks yang telah membuka dan menarik salah satu atau kedua tungkai janin ke
arah bawah. Umumnya versi dalam dilakukan pada kasus janin letak lintang
yang telah meninggal di dalam kandungan dengan pembukaan serviks lengkap.
Namun, dalam keadaan tertentu, misalnya pada daerah-daerah terpencil, jika
dilakukan oleh penolong yang kompeten dan berpengalaman, versi dalam dapat
dilakukan untuk kasus janin letak lintang yang masih hidup untuk mengurangi
risiko kematian ibu akibat ruptur uteri. Namun, pada kasus letak lintang dengan
ruptur uteri mengancam, korioamnionitis dan risiko perdarahan akibat
manipulasi uterus, maka pilihan utama tetaplah seksio sesaria.
12
BAB II
ASUHAN KEPERAWATAN
13
2) Pemeriksaan Fisik
1. Inspeksi
a) Darah muka
Adakah cloasma gravidarum, keadaan selaput mata pucat atau merah,
adakah oedema pada wajah, bagaimana keadaan lidah dan gigi.
b) Leher
Apakah vena terbendung di leher (mis : pada penyakit jantung) apakah
kelenjar gondok membesar atau kelenjar limpa membengkak.
c) Dada
Bentuk buah dada, pigmentasi putting susu dan areola mammae, keadaan
putting susu, adakah colostrums.
d) Perut
Perut membesar kedapat atau kesamping (pada ascites perut membesar ke
samping), keadaan pusat, pigmentasi linea alba, nampak ada gerakan anak
atau kontraksi rahim, adakah striae gravidarum atau jaringan parut.
e) Vulva
Keadaan perineum, adakah varises, tanda Chadwick, condiloma, flour
albus.
f) Anggota gerak bawah
Adakah oedema, luka, cykatrik pada lipat paha
2. Palpasi
a) Leopold I
Kaki klien dibengkokan pada lutut dan lipatan paha. Pemeriksa berdiri
sebelah kanan klien dan melihat ke arah muka klien, rahim dibawa ke
tengah, tinggi fundus uteri ditentukan. Tentukan bagian apa dari anak
yang terdapat dalam fundus uteri.
Sifat kepala ialah keras, bundar dan melenting, sifat bokong adalah lunak,
kurang bundar dan kurang melenting, pada letak lintang fundus uteri
kosong.
Variasi menurut Knebel : menentukan letak kepala atau bokong dengan
satu tangan di fundus dan tangan lain di atas simfisis
b) Leopold II
Kedua tangan pindah ke samping. Tentukan batas samping rahim kiri dan
kanan. Tentukan letak punggung anak. Pada letak lintang, tentukan
dimana letak kepala janin.
14
Leopold II untuk menentukan dimana letaknya punggung anak dan
dimana letaknya bagian-bagian kecil. Variasi menurut poudin :
menentukan letak punggung dengan satu tangan menekan di fundus
c) Leopold III
Dipergunakan satu tangan saja. Bagian bawah ditentukan antara ibu jari
dan jari lainnya. Adakah bagian bawah masih dapat dipergunakan
Leopold III menentukan apa yang terdapat di bawah dan apakah bagian
bawah anak ini sudah atau belum terpegang oleh pintu atas panggul
Variasi menurut Ahlfeld : menentukan letak punggung dengan pinggir
tangan kiri diletakkan tegak di tengah perut.
d) Leopold IV
Pemeriksa merubah sikapnya yaitu melihat ke arah kaki si penderita.
Dengan kedua tangan ditentukan apa yang menjadi bagian bawah.
Ditentukan apakah bagian bawah sudah masuk ke dalam pintu atas
panggul dan berapa masuknya bagian bawah ke dalam rongga panggul.
Jika kita rapatkan kedua tangan akan kita dapatkan Kedua tangan pada
pinggir kepala divergent (ukuran tebesar kepala sudah melewati pintu atas
panggul) Kedua tangan pada pinggir kepala convergent (ukuran terbesar
kepala belum melewati pintu atas panggul). Leopold IV untuk
menentukan bagian yang terendah dan berapa masuknya bagianyang
bawah ke dalam rongga panggul.Biasanya sambil melakukan palpasi,
sekaligus diperhatikan tentang :
a. Konsistensi uterus
b. Gerakan janin
c. Kontraksi uterus (his), dan apakah ada lingkaran van bandl.
d. Hubungan tua kehamilan (bulan), besar uterus, tinggi fundus uteri.
e. Besar uterus, tinggi fundus uteri
3. Auskultasi
Untuk mendengar denyut jantung janin (DJJ) :
Dari Janin : DJJ pada bulan ke 4-5, bising tali pusat, gerakan dan
tendangan janin
Dari ibu : Bising rahim, bising aorta, peristaltik usus
Pemeriksaan panggul luar
1) Pemeriksaan panggul dilakukan :
a. Pada pemeriksaan pertama kali bagi ibu hamil (primigravida)
b. Pada ibu multipara, bila ada kelainan-kelainan pada persalinan yang
lalu
15
c. Ibu yang akan bersalin bila sebelumnya belum pernah memeriksakan
diri terutama pada primipara
2) Ukuran-ukuran panggul luar yang penting :
a. Distantia spinarum
Jarak antara spina iliaka anterior superior kanan dan kiri, ukuran
normal 23 – 26 cm.
b. Distantia cristarum
Jarak yang terpanjang antara crista iliaka kanan dan kiri, ukuran
normal : 26 – 29 cm
c. Distantia tuburum
Ukuran melintang pintu buah panggul jarak antara tuberositas ischii
kanan dan kiri, ukuran normal : 10,5 – 11 cm.
d. Conyugata eksterna
Jarak antara pinggir atas syimpisis dan ujung prosesus spinosus (ruas
tulang lumbal lima).
e. Lingkar panggul
Jarak dari pinggir atas sympisis melalui spina iliaka anterior superior
kanan ke pertengahan trochanter mayor kiri, kepertengahan spina
iliaca anterior superior kiri, kemudian kembali ke atas sympisis, ukur
normal : 80 – 90 cm.
16
Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 2 x 24 jam nutrisi terpenuhi
secara adekuat
Kriteria hasil :
1. BB meningkat 10-12 kg selama hamil
2. Ibu mengikuti diet seimbang
3. Ibu mengerti penyebab mual
Intervensi dan Rasional
1. Berikan penjelasan penyebab mual
R: menginformasikan penyebab mual pada ibu disebabkan kerena
peningkatan hormone estrogen
2. Batasi intake oral sampai vomiting hilang (24-48 jam)
R :mengistirahatkan saluran pencernaan dan mencegah muntah berulang
3. Kurangi rangsangan terhadap mual
a. jauhkan ibu dari bau makanan, kotoran
b. jauhkan penglihatan ibu dari muntahan, alat-alat pel, bengkok, bekas
muntahan
c. lakukan perawatan mulut yang baik setelah muntah
d. latihan nafas dalam dan menelan secara teratur
e. bangun pagi jangan langsung turun dari tempat tidur
f. anjurkan duduk setelah makan, idak langsung tidur terlentang
g. anjurkan makan pelan-pelan
h. batasi makanan cair sebelum makan utama untuk mencegah distensi
perut berlebihan
i. longgarkan pakaian
j. duduk diudara terbuka yang segar
k. sajikan makanan yang bersih dan menarik
R : mengurangi episode mual, muntah dan meningkatkan kenyamanan
4. Berikan makanan kering sedikit-sedikit setelah 24 jam berhenti muntah,
tingkatkan diet perlahan-lahan sesuai toleransi
R : meningkatkan asupan nutrisi sesuai toleransi Ibu, kesejahteraan
janin/Ibu tergantung pada nutrisi ibu selama hamil
5. Perhatikan adanya ngidam, kaji pilihan bahan makanan yang diinginkan
R :meningkatkan motivasi makan dan seleksi bahan makanan yang
berbahaya
17
b. Konstipasi berhubungan dengan penurunan motilitas usus sekunder akibat
kehamilan.
Tujuan :
Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 2 x 24 jam pasien tidak
mengalami kesulitan defekasi
Kriteria hasil :
1. Klien mengatakan BAB 2 – 3 hari
2. BAB lembek
Intervensi dan Rasional :
1. Jelaskan factor pemberat untuk terjadinya hemorrhoid (mengejan saat
defekasi, konstipasi, berdiri lama, menggunakan pakaian ketat)
R : varises rectum sering kali terjadi pada konstipasi yang lama, mengejan,
atau sebagai akibat dari peningkatan volume sirkulasi dan relaksasi
hormonal pembuluh darah
2. Anjurkan untuk banyak mengkonsumsi banyak makanan yang berserat
tinggi
R : meningkatkan keefektifan pola defekasi
3. Anjurkan untuk mengkonsumsi buah dan cukup minum air
R : konsistensi dalam pilihan diet membantu meningkatkan keefektifan
pola defekasi
4. Anjurkan untuk melakukan latihan ringan secara teratur, seperti jalan kaki
R : meningkatkan peristaltic dan membantu mencegah konstipasi
5. Anjurkan untuk minum segelas air hangat 30 menit sebelum sarapan pagi
yang dapat bekerja sebagai rangsangan pengeluaran feses
R : meningkatkan peristaltic dan mencegah konstipasi
18
2. R : Membantu klien memahami alasan fisiologis dari frekuensi
perkemihan
3. Anjurkan klien untuk melakukan posisi miring kiri saat tidur
4. R : Meningkatkan perfusi ginjal dan memobilisasi bagian yang mengalami
edema
5. Anjurkan klien untuk menghindari posisi tegak atau upine dalam waktu
yang lama
6. R : Posisi ini memungkinkan terjadinya sindrom vena kava
7. Berikan informasi mengenai perlunya masukan cairan 6 – 8 gelas/hari
8. R : Mempertahankan tingkat cairan dan perfusi ginjal adekuat yang
mengurangi natrium
19
R : Penggunaan medikasi yangsesuai dapat menurunkan nyeri secara
maksimal tanpa memberikan efek samping bagi janin.
20
Kriteria hasil :
1. Pasien mengatakan mengerti perubahan fisiologis pada ibu hamil
2. Pasien mengatakan mengerti penyebab mual
3. Pasien mengatakan mengerti penyebab sering BAK
Intervensi
4. Berikan penjelasan tentang perubahan fisiologi ibu hamil
R : memberikan informasi pada ibu tentang perubahan-perubahan yang
dialaminya
5. Berikaan penjelasan penyebab terjadinya mual pada ibu hamil
R : menginformasikan penyebab mual sehingga ibu mengeri penyebab
mual
6. Berikan penjelasan penyebab ibu mengalami peningkatan eliminasi
(BAK)
R : Menginformasikan perubahan fisiologis yang menyebabkan ibu sering
BAK
7. Anjurkan ibu untuk tetap mengkonsumsi makanan untuk memenuhi
nutrisi
R : untuk memenuhi nutrisi ibu dan janin
8. Anjurkan ibu untuk rutin memeriksakan kandungannya ke pelayanan
kesehatan (bidan/dokter)
R : untuk memantau dan mengoptimalkan keadaan ibu dan janin
1.2.4 Evaluasi
1. Ibu selama hamil tidak mengalami penurunan berat badan > 10%
2. Ibu tidak mengalami kesulitan defekasi
3. Ibu memahami kondisinya
4. Ibu hamil dapat melakukan aktivitas yang dapat ditoleransi
5. Nyeri berkurang
6. Ibu hamil percaya diri dengan kehamilannya
7. Pengetahuan ibu tentang kehamilan meningkat
21
DAFTAR PUSTAKA
Huda Nurarif Hamin. 2015. Aplikasi Keperawatan Berdasarkan Diagnosis Medis &
NANDA. Jogyakarta: MediAction
22