Anda di halaman 1dari 27

6

2.2 Konsep Menstruasi (Haid)

2.2.1 Pengertian menstruasi

Menstruasi adalah perdarahan secara periodik dan siklis dari uterus disertai

pelepasan (deskuamasi) endometrium (Sarwono Prawirohardjo, 2002 : 13). Pada

wanita yang sehat dan tidak hamil, setiap bulan secara teratur mengeluarkan darah

dari alat kandungan ini disebut menstruasi. Ciri khas kedewasaan wanita ditandai

dengan adanya perubahan-perubahan siklis pada alat kandungannya sebagai

persiapan untuk suatu kehamilan. Peristiwa penting ini ditandai dengan datangnya

menstruasi yaitu pengeluaran darah tiap bulan dari dalam rahim (Mochtar Rustam,

1998 : 13).

2.2.2 Faktor-faktor yang mempengaruhi menstruasi

1. Sistem saraf pusat

Pada anak-anak pancaindra dan emosi belum memberi rangsangan

sehingga dari perubahan pada umur 12 sampai 16 tahun menjelang umur

bertambah tua mengalami perubahan emosi dan rangsangan pancaindra dan

dihambat kelanjutannya oleh nukleus Amygdale sehingga inhibitor pubertas

dan disalurkan menuju hipotalamus pada umur pubertas.

2. Sistem hormonal : aksis hipotalamu, hipofisis, ovaria.

Hambatan rangsangan pancaindra menuju hipotalamus melalui nuklear

Amygdale dan rangsangan emosi secara langsung pada hipotalamus makin

lama makin berkurang, sehingga mengeluarkan sekret neuro hormonal

melalui sistem portal untuk mempengaruhi hipofisis guna mengeluarkan

hipofisis gonadotropin dalam bentuk FSH dan LH.

6
7

3. Perubahan pada ovarium.

Diperkirakan setiap wanita mempunyai sekitar 100 ribu folikel

primordial yang dapat berkembang setelah rangsangan dari hipofisis dalam

bentuk hormon FSH, LH dan prolaktin. Dalam siklus reproduksi aktif

sebanyak 400 buah folikel dan mengalami perubahan sebagian besar

mengalami oblitrasi menjadi korpus albikantes rangsangan gonadotrophin

hipofisis FSH menyebabkan grandulosa yang berbeda disekitar folikel

primordial berkembang. Pertumbuhan sel granulosa demikian rupa sehingga

bagian dalam membentuk rongga yang berisi cairan liquor folliculi yang

mengandung hormon estrogen ovum terdesak ke tepi dan disengaja ke

dinding folikel oleh cumulus oophorus. Ovum dipisahkan dengan sel

granulosa oleh zona pelusida.

4. Perubahan pada endometrium

Uterus dengan lapisan lendirnya (endometrium) merupakan organ akhir

proses siklus menstruasi, dimana hormon estrogen dan progesteron

mempengaruhi pertumbuhannya. Korpus rubrum  korpus luteum 

mengeluarkan hormon estrogen dan progesteron yang makin lama makin

tinggi kadarnya.

5. Rangsangan estrogen dan progesteron pada pancaindra, langsung pada

hipotalamus dan melalui perubahan emosi.

(Manuaba, 1998 : 87).

Menstruasi merupakan hasil interaksi menyeluruh antara hypothalamus,

kelenjar pituitary yang berada dibawah otak, ovarium dan lapisan uterus.

Kelenjar pituitary adalah kelenjar kecil yang menempel pada hypothalamus

7
8

dan mengeluarkan banyak hormon. Hypothalamus menerima rangsangan dari

lingkungan berupa emosi, kecemasan, sinar, bau, bunyi dan sebagainya.

Rangsangan ini mengakibatkan keluarnya hormon gonadotropin (GnRH),

kemudian merangsang pituitary mengeluarkan hormon lain yaitu

gonadotropin merangsang ovarium untuk menghasilkan telur. Gonadotropin

juga merangsang ovarium untuk mengeluarkan hormon-hormon wanita,

estrogen dan progesteron. Hormon ini merangsang lapisan uterus untuk

mempersiapkan kehamilan, kemudian hormon estrogen dan progesteron

memberi umpan balik bagi hypothalamus dan pituitary untuk menempatkan

gonadotropin pada tingkatan yang tepat (Aulia, 2009 : 32).

2.2.3 Gangguan menstruasi

Setelah memahami siklus normal dengan menarche sebagai titik awalnya,

dapat ditemukan beberapa gangguan menstruasi seperti di bawah ini :

1. Gangguan banyaknya darah dan lamanya menstruasi.

1) Hipermenorea (menoragia) pada bentuk gangguan siklus menstruasi tetap

teratur, jumlah darah yang dikeluarkan cukup banyak dan terlihat dari

jumlah pembalut yang dipakai dan gumpalan darah. Penyebabnya

kemungkinan terdapat mioma uteri (pembesaran rahim),

polipendemetrium atau hiperplasia endometrium (penebalan dinding

rahim). Diagnosa kelainan dapat ditetapkan dengan cara pemeriksaan

dalam ulstrasonografi (USG).

8
9

2) Hipomenorrea, pada kelainan ini siklus menstruasi tetap teratur sesuai

dengan jadwal menstruasi, jumlahnya sedikit, dengan kenyataan tidak

banyak berdarah. Penyebabnya kemungkinan gangguan ormonal, kondisi

wanita kekurangan gizi atau wanita dengan penyakit tertentu.

2. Kelainan siklus menstruasi

1) Polimenorea, yaitu menstruasi yang sering terjadi dan abnormal

disebabkan oleh hormonal yang menyebabkan gangguan ovulasi atau

menjadi pendeknya masa luteal.

2) Oligomenorea, dimana siklus menstruasi melebihi 35 hari, jumlah

perdarahan mungkin sama, penyebabnya gangguan hormonal.

3) Amenorea, yaitu keterlambatan menstruasi lebih dari 3 bulan berturut-

turut. Lazim diadakan amenorrea primer dan amenorea sekunder.

3. Perdarahan di luar menstruasi

Metrogia, disebabkan oleh keadaan yang bersifat hormonal dan kelainan

anatomis.

4. Keadaan patologis yang berhubungan dengan menstruasi

1) Prementrual tension (ketegangan sebelum haid), terjadi keluhan yang

mulai sekitar seminggu sebelum dan sesudah haid. Terjadi karena

ketidakseimbangan estrogen dan progesteron menjelang menstruasi.

2) Mastodinia (mastalgia), yaitu terasa pembengkakan dan pembesaran

payudara sebelum menstruasi, disebabkan oleh peningkatan estrogen

sehingga terjadi retensi air dan garam.

9
10

3) Mittelshmerz (rasa nyeri saat ovulasi), ini terjadi karena pecahnya folikel

graff dapat disertai perdarahan lamanya sekitar beberapa jam sampai 2-3

hari.

4) Dismenorea (rasa nyeri saat menstruasi) dapat berupa kram ringan pada

kemaluan sampai terjadi gangguan tugas sehari-hari. Lazim diadakan

dismenorrea primer dan dismenorea sekunder. Untuk dapat menegakkan

penyebab dismenorea perlu konsultasi dengan dokter ahli kandungan

sehingga dapat memberikan pengobatan yang tepat (Manuaba Ida Bagus

Gde, 1999 : 55).

5. Amenorhea

Amenorhea hipogonadotrofi mencerminkan suatu masalah pada kasus

hipotalamus hipofisis pusat. Lesi hipofisis atau ketidakmampuan genetik

untuk memproduksi FSH dan LH, mengalami gangguan amenorhea paling

banyak disebabkan oleh supresi hipotalamus akibat pengaruh utama adalah

stres (dirumah, sekolah atau ditempat kerja) (Bobak dkk, 2005 : 989).

2.2.4 Etiologi Gangguan Menstruasi

1. Diet yang tidak sesuai dengan aturan.

Banyaknya mengkonsumsi makanan dan minuman panas, garam,

makasan asam, pahit, kecut, bisa juga berlebihan dalam mengkonsumsi

makan makanan yang pedas dan minuman yang beralkohol.

2. Gaya hidup.

Kurangnya memenuhi kebutuhan alami tubuh seperti kurang tidur, baik

siang atau malam, adanya gangguan emosi, atau bisa karena berlebihan dalam

melakukan hubungan intim.

3. Lingkungan.

10
11

Lingkungan yang tidak sehat adalah salah satu penyebab gangguan

menstruasi, karena dengan lingkungan yang tidak sehat akan mengganggu

metabolisme tubuh secara normal termasuk mengganggu siklus dan

menstruasi pada wanita.

(Aulia, 2009 : 91).

2.2.5 Cara Menghitung Siklus Menstruasi

Siklus dan lamanya menstruasi bisa diketahui dengan membuat catatan pada

kalender. Dengan menggunakan kalender tersebut, tandai siklus setiap bulannya.

Setelah beberapa bulan, bisa di ketahui pola siklus dan hal lain yang membantu

dalam memperkirakan siklus yang akan datang (Aulia, 2009 : 70).

2.3 Kerangka Konsep

Kerangka konsep adalah konsep yang dipakai sebagai landasan berpikir

dalam kegiatan ilmu (Nursalam, 2003 : 56).

Macam ujian di MTs


Asy-Syukuriyah Payaman :
1. Ujian ulangan harian
2. Uiian tengah semester
Remaja (Siswi)
3. Ujian semester (kenaikan
kelas)
4. Ujian Her (perbaikan)
5. Ujian UAS
6. Ujian UAN
Faktor-faktor yang 7. Ujian praktek-praktek
mempengaruhi keagamaan
kecemasan :
1. Faktor predisposis i Tingkat Kecemasan :
11
12

1. Faktor presipitasi 1. Kecemasan ringan Faktor-faktor yang mempengaruhi


2. Kecemasan sedang menstruasi :
3. Kecemasan berat 1. Sistem susunan saraf pusat.
4. Panik 2. Sistem hormonal : aksis
hipotalamu, hipofisis, ovaria.
3. Perubahan yang terjadi pada
ovarium.
Perubahan seks primer 4. Perubahan yang terjadi uterus
(Menstruasi) sebagai organ akhir.
5. Rangsangan estrogen dan
progesteron pada pancaindra,
langsung pada hipotalamus dan
melalui perubahan emosi.

Gambar 2.1 Kerangka Konsep Hubungan Kecemasan (Menghadapi Ujian


Kenaikan Kelas) Dengan Ketidakteraturan Menstruasi Remaja Kelas
VIII Di MTs Asy-Syukuriyah Payaman Kecamatan Ngraho
Kabupaten Bojonegoro Tahun 2010.

Keterangan :

: Diteliti

: Tidak diteliti

2.4 Hipotesa

Hipotesis adalah jawaban sementara dari rumusan masalah atau pernyataan

penelitian (Nursalam, 2003 : 57).

Hipotesis Nol (H0) tidak ada hubungan kecemasan (menghadapi ujian kenaikan

kelas) dengan ketidakteraturan menstruasi remaja kelas VIII di MTs Asy-

Syukuriyah Payaman Kecamatan Ngraho Kabupaten Bojonegoro tahun 2010.

12
13

2.1 Konsep Menstruasi (Haid)

2.1.1 Pengertian menstruasi

Menstruasi adalah perdarahan secara periodik dan siklis dari uterus disertai

pelepasan (deskuamasi) endometrium (Prawirohardjo Sarwono, 1999 : 103). Pada

wanita yang sehat dan tidak hamil, setiap bulan secara teratur mengeluarkan darah

dari alat kandungan ini disebut menstruasi. Ciri khas kedewasaan wanita ditandai

dengan adanya perubahan-perubahan siklis pada alat kandungannya sebagai

persiapan untuk suatu kehamilan. Peristiwa penting ini ditandai dengan datangnya

menstruasi yaitu pengeluaran darah tiap bulan dari dalam rahim (Mochtar Rustam,

1998 : 13).

2.1.2 Faktor-faktor yang mempengaruhi menstruasi

1. Sistem saraf pusat

Pada anak-anak pancaindra dan emosi belum memberi rangsangan sehingga

dari perubahan pada umur 12 sampai 16 tahun menjelang umur bertambah tua

mengalami perubahan emosi dan rangsangan pancaindra dan dihambat

kelanjutannya oleh nukleus Amygdale sehingga inhibitor pubertas dan

disalurkan menuju hipotalamus pada umur pubertas.

2. Sistem hormonal : aksis hipotalamu, hipofisis, ovaria.

Hambatan rangsangan pancaindra menuju hipotalamus melalui nuklear

Amygdale dan rangsangan emosi secara langsung pada hipotalamus makin

lama makin berkurang, sehingga mengeluarkan sekret neuro hormonal

melalui sistem portal untuk mempengaruhi hipofisis guna mengeluarkan

hipofisis gonadotropin dalam bentuk FSH dan LH.

13
14

3. Perubahan pada ovarium.

Diperkirakan setiap wanita mempunyai sekitar 100 ribu folikel primordial

yang dapat berkembang setelah rangsangan dari hipofisis dalam bentuk

hormon FSH, LH dan prolaktin. Dalam siklus reproduksi aktif sebanyak 400

buah folikel dan mengalami perubahan sebagian besar mengalami oblitrasi

menjadi korpus albikantes rangsangan gonadotrophin hipofisis FSH

menyebabkan grandulosa yang berbeda disekitar folikel primordial

berkembang. Pertumbuhan sel granulosa demikian rupa sehingga bagian

dalam membentuk rongga yang berisi cairan liquor folliculi yang

mengandung hormon estrogen ovum terdesak ke tepi dan disengaja ke

dinding folikel oleh cumulus oophorus. Ovum dipisahkan dengan sel

granulosa oleh zona pelusida.

4. Perubahan pada endometrium

Uterus dengan lapisan lendirnya (endometrium) merupakan organ akhir

proses siklus menstruasi, dimana hormon estrogen dan progesteron

mempengaruhi pertumbuhannya. Korpus rubrum  korpus luteum 

mengeluarkan hormon estrogen dan progesteron yang makin lama makin

tinggi kadarnya.

5. Rangsangan estrogen dan progesteron pada pancaindra, langsung pada

hipotalamus dan melalui perubahan emosi.

(Manuaba, 1998 : 87).

2.1.3 Siklus menstruasi (haid)

14
15

Pubertas wanita ditandai dengan adanya siklus haid pertama dimulai disebut

menarche dan menjadi tanda bahwa wanita tersebut sedang melakukan proses

pelepasan telur, setiap tahapan dalam siklus haid diatur oleh hormon-hormon yang

berbeda (Bohme Caroline MD, 2001 : 6). Hormon FSH (Folilicle Stimulating

Hormone) dikeluarkan oleh hipofise lobus depan. Estrogen dihasilkan oleh

ovarium, LH (Luteinizing Hormone) dihasilkan hipofise dan progesteron

dikeluarkan oleh indung telur (Mochtar Rustam, 1998 : 15).

Masa ketika seorang wanita melepaskan sebuah telur setiap bulannya

dinamakan ovulasi dan masa ovulasi berkisar 14 hari sebelum siklus haid tiba.

Jadi bila seorang wanita memiliki masa siklus selama 28 hari, seringkali masa

ovulasinya terjadi pada hari ke-14. Setiap wanita biasanya mengalami satu kali

siklus haid dan ovulasi setiap bulannya. Ketika siklus haid pertamanya terjadi

kemungkinan siklusnya belum teratur selama satu-dua tahun sampai akhirnya

proses ovulasi menjadi teratur (Bohme Caroline MD, 2001 : 6-7).

Panjang siklus haid ialah jarak antara tanggal mulainya haid yang lalu dan

mulainya haid berikutnya. Hari mulainya pendarahan dinamakan hari pertama.

Panjang siklus haid yang normal atau dianggap sebagai siklus haid yang klasik

ialah 28 hari, rata-rata panjang siklus haid pada wanita usia 12 tahun 25,1 hari,

pada wanita usia 45 tahun 27,1 hari. Jika siklusnya kurang dari 18 hari atau lebih

dari 42 hari dan tidak teratur, biasanya siklusnya tidak berovulasi (Anovulatoar).

(Sarwono Prawirohardjo, 1999 : 103).

2.1.4 Gangguan menstruasi

Setelah memahami siklus normal dengan menarche sebagai titik awalnya,

dapat ditemukan beberapa gangguan menstruasi seperti di bawah ini :

1. Gangguan banyaknya darah dan lamanya menstruasi.

15
16

1) Hipermenorea (menoragia) pada bentuk gangguan siklus menstruasi

tetap teratur, jumlah darah yang dikeluarkan cukup banyak dan terlihat

dari jumlah pembalut yang dipakai dan gumpalan darah. Penyebabnya

kemungkinan terdapat mioma uteri (pembesaran rahim),

polipendemetrium atau hiperplasia endometrium (penebalan dinding

rahim). Diagnosa kelainan dapat ditetapkan dengan cara pemeriksaan

dalam ulstrasonografi (USG).

2) Hipomenorrea, pada kelainan ini siklus menstruasi tetap teratur sesuai

dengan jadwal menstruasi, jumlahnya sedikit, dengan kenyataan tidak

banyak berdarah. Penyebabnya kemungkinan gangguan ormonal, kondisi

wanita kekurangan gizi atau wanita dengan penyakit tertentu.

2. Kelainan siklus menstruasi

1) Polimenorea, yaitu menstruasi yang sering terjadi dan abnormal

disebabkan oleh hormonal yang menyebabkan gangguan ovulasi atau

menjadi pendeknya masa luteal.

2) Oligomenorea, dimana siklus menstruasi melebihi 35 hari, jumlah

perdarahan mungkin sama, penyebabnya gangguan hormonal.

3) Amenorea, yaitu keterlambatan menstruasi lebih dari 3 bulan berturut-

turut. Lazim diadakan amenorrea primer dan amenorea sekunder.

3. Perdarahan di luar menstruasi

Metrogia, disebabkan oleh keadaan yang bersifat hormonal dan kelainan

anatomis.

4. Keadaan patologis yang berhubungan dengan menstruasi

16
17

1) Prementrual tension (ketegangan sebelum haid), terjadi keluhan yang

mulai sekitar seminggu sebelum dan sesudah haid. Terjadi karena

ketidakseimbangan estrogen dan progesteron menjelang menstruasi.

2) Mastodinia (mastalgia), yaitu terasa pembengkakan dan pembesaran

payudara sebelum menstruasi, disebabkan oleh peningkatan estrogen

sehingga terjadi retensi air dan garam.

3) Mittelshmerz (rasa nyeri saat ovulasi), ini terjadi karena pecahnya folikel

graff dapat disertai perdarahan lamanya sekitar beberapa jam sampai 2-3

hari.

4) Dismenorea (rasa nyeri saat menstruasi) dapat berupa kram ringan pada

kemaluan sampai terjadi gangguan tugas sehari-hari. Lazim diadakan

dismenorrea primer dan dismenorea sekunder. Untuk dapat menegakkan

penyebab dismenorea perlu konsultasi dengan dokter ahli kandungan

sehingga dapat memberikan pengobatan yang tepat (Manuaba Ida Bagus

Gde, 1999 : 55).

5. Amenorhea

Amenorhea hipogonadotrofi mencerminkan suatu masalah pada kasus

hipotalamus hipofisis pusat. Lesi hipofisis atau ketidakmampuan genetik

untuk memproduksi FSH dan LH, mengalami gangguan amenorhea paling

banyak disebabkan oleh supresi hipotalamus akibat pengaruh utama adalah

stres (dirumah, sekolah atau ditempat kerja) (Bobak dkk, 2005 : 989).

17
18

2.1 Konsep Dasar Menstruasi (haid)

2.1.1 Pengertian

Haid adalah perdarahan secara periodik dan siklik dari uterus, disertai

pelepasan (deskuamasi) endometrium (Prawirohardjo,1999 : 103).

Haid merupakan luruhnya lapisan dinding dalam rahim yang banyak mengandung pembuluh

darah (Depkes, 1999 : 17).

2.1.2 Lama dan siklus haid

Haid berlangsung selama 3-7 hari. Haid terjadi secara teratur setiap bulan. Disebut siklus haid,

namun jarak satu haid dengan haid berikutnya, tidak sama untuk setiap remaja perempuan.

Biasanya 28 hari, ada yang kurang atau lebih, sebut saja antara 21-35 hari. Siklus haid pada

remaja putri kadang-kadang juga belum teratur (Depkes, 1999 : 17).

Pada tiap siklus dikenal tiga masa utama yaitu :

1. Masa haid, selama 2-8 hari

Endometrium dilepas, pengeluaran hormon-hormon ovarium paling rendah.

2. Masa proliferasi, sampai hari ke-14

Endometrium tumbuh kembali. Antara hari kedua belas dan keempat belas dapat terjadi

pelepasan ovum dari ovarium yang disebut ovulasi.

3. Sesudahnya, dinamakan Masa sekresi

Masa ini adalah saat korpus rubrum menjadi korpus luteum yang

mengeluarkan progesteron.Dibawah pengaruh progesteron, kelenjar

endometrium yang tumbuh berkeluk-keluk mulai bersekresi dan mengeluarkan

getah yang mengandung glikogen dan lemak. Keadaan ini memudahkan

adanya nidasi. (Prawirohardjo, 2006 : 48).

2.1.3 Hormon-hormon yang mempengaruhi

18
19

Hormon-hormon yang mempengaruhi menarche adalah sebagai berikut :

1. FSH (follicle stimulating hormone)

1) Dikeluarkan oleh lobus anterior hipofisis.

2) Menimbulkan beberapa folikel yang dapat berkembang dalam ovarium.

2. LH (lukteinizing hormone)

1) Dihasilkan oleh hipofise.

2) Menimbulkan ovulasi dan pertumbuhan corpus luteum.

3. LTH (luteo trophic hormone)

1) Dihasilkan oleh hipofise

2) Menimbulkan rangsangan corpus luteum.

4. Estrogen

1) Dihasilkan oleh ovarium.

2) Merangsang pertumbuhan endometrium.

5. Progesteron

1) Dihasilkan oleh corpus luteum.

2) Merangsang endometrium berproliferasi dan kelenjar-kelenjarnya.

(Prawirohardjo, 2006).

2.1.4 Fisiologi Haid

Adanya FSH (follicle stimulating hormone) dikeluarkan oleh lobus anterior

hipofisis yang menimbulkan bebe rapa folikel primer yang dapat berkembang

dalam ovarium. Umumnya satu folikel de graaf yang membuat estrogen. Estrogen

ini menekan produksi FSH, sehingga lobus anterior hipofisis dapat mengeluarkan

hormon Gonadotropin yang kedua yakni LH (lukteinizing hormone) seperti telah

19
20

diuraikan bahwa FSH dan LH berada dibawah pengaruh releasing hormones (RH)

yang disalurkan dari hipotalamus ke hipofisis. RH ini sangat dipengaruhi oleh

mekanisme umpan balik estrogen terhadap hipotalamus dan dipengaruhi oleh

cahaya, bau-bauan dan psikologik.

Bila penyaluran RH normal dan berjalan baik, maka produksi Gonadotropin

akan baik pula sehingga folikel de graaf selanjutnya makin lama makin menjadi

matang dan makin banyak berisi likuor follikuli yang mengandung estrogen.

Estrogen mempunyai pengaruh terhadap endometrium : menyebabkan

endometrium tumbuh dan berproliferasi. Waktu ketika proses berproliferasi ini

disebut dengan masa berproliferasi.

Dibawah pengaruh LH folikel de graaf menjadi lebih matang mendekati

permukaan ovarium dan kemudian terjadilah ovulasi (ovum dilepas oleh

ovarium). Pada ovulasi ini kadang-kadang terdapat perdarahan sedikit yang akan

merangsang peritoneum dipelvis, sehingga timbul rasa sakit yang disebut

intermenstrual pain (mittelschmerz). Setelah ovulsi terjadi, dibentuklah korpus

rubrum (berwarna merah oelh karena perdarahan itu diatas) yang akan menjadi

korpus luteum (warnanya menjadi kuning) dibawah pengaruh hormon LH dan

LTH (lukteinizing hormone), suatu hormon Gonadotropin juga. Korpus Luteum

menghasilkan hormon progesteron, yang mempunyai pengaruh terhadap

endometrium yang telah berproliferasi dan menyebabkan kelenjar-kelenjarnya

berkeluk-keluk dan bersekresi (masa sekresi).

Bila tidak ada pembuahan, korpus luteum berdegenerasi dan inti

mengakibatkan bahwa kadar estrogen dan progesteron menimbulkan efek pada

20
21

arteri yang berkeluk-keluk di endometrium. Tampak dilatasi dan statis dengan

hiperemia yang diikuti oleh spasme dan iskemia, sesudah itu terjadi degenerasi

serta perdarahan dan pelepasan endometrium yang nekrotik, proses ini disebut

haid atau mensis. (Prawirohardjo, 2006).

2.1.5 Efek haid pada diri remaja putri

Fisik :

1. Lemas

2. Keputihan

3. Sakit perut

4. Sakit pinggang

5. Jerawatan

Emosi :

1. Mudah marah

2. Malu

3. Tidak percaya diri

Perilaku :

1. Tidak semangat

2. Malas

3. Terbatas

4. Nafsu makan

5. Cegah bau badan

(Sarwono,Wirawan S. 2006 : 68)

2.1.6 Gangguan haid dan siklusnya

21
22

1. Hipermenorea

Adalah perdarahan haid yang lebih banyak dari normal atau lebih lama dari

normal (lebih dari 8 hari).

2. Hipomenorea

Adalah perdarahan haid yang lebih pendek dan atau lebih kurang dari biasa.

3. Polimenorea

Adalah siklus haid lebih pendek dari biasa (kurang dari 21 hari)

4. Oligomenorea

Adalah siklus haid lebih panjang, lebih dari 35 hari.

5. Amenorea

Adalah keadaan tidak adanya haid untuk sedikitnya 3 bulan berturut-turut.

6. Dysminore

Adalah nyeri perut yang berasal dari kram rahim dan terjadi selama

menstruasi, nyeri ini timbul bersamaan dengan haid, sebelum atau bisa juga

segera setelah haid (Yatim Faisal, 2001 : 17).

2.1.7 Mengatasi Ganguan Haid

Gangguan haid bisa terjadi pada setiap wanita, seperti rasa nyeri saat haid

dan ketidakteraturan haid. Langkah-langkah yang dpat dilakukan yaitu :

1. Memeriksakan diri jika terjadi gangguan pada masa-masa haid yang timbul

secara berturutan,

2. Mengatur pola pikir terhadap pekerjaan yang dijalani yang dapat mengatasi

konflik emosional,

22
23

3. Berpikir positif terhadap kodrat sebagai wanita bahwa pasti mengalami haid,

yang bukan merupakan suatu yang asing ataun sesuatu yang ditakuti,

4. Pola hidup yang teratur, berusaha memenuhi hari-harinya dengan kegiatan

yang positif dan menyenangkan, bersikap wajar terhadap makanan berkualitas

tinggi dan istirahat yang cukup.

(Sumber Ilmu, 2009).

2.1.8 Yang perlu diperhatikan oleh remaja wanita pada saat haid :

1. Pada saat haid, pembuluh darah dalam rahim sangat mudah terkena infeksi.

Oleh karena itu kebersihan vagina harus dijaga.

2. Selama haid mungkin timbul rasa nyeri pada pinggang dan panggul, hal ini

disebabkan adanya peregangan pada otot rahim.

3. Untuk menjaga kebersihan, penggunaan pembalut selama haid harus diganti

secara teratur 2-3 kali sehari.

4. Jika pembalut akan dibuang, sebaiknya dibungkus sebelum dibuang ketempat

sampah.

(BKKBN, 1999 : 32).

23
24

2.1.9 Penyebab Dysminore

Penyebab terjadinya dysminore ada dua yaitu :


1. Primer

Penyebab dysminore yang tidak terdapat hubungan dengan kelainan

ginekologi. Penyebabnya tidak jelas, nyeri haid diduga karena terjadinya

ketidakseimbangan hormon dan stress atau kecemasan yang berlebihan

(Prawirohardjo Sarwono, 2008 : 229).

Kecemasan adalah pengalaman emosi yang tidak menyenangkan dalam

kadar yang bervariasi mulai dari perasaan cemas ringan sampai ketakutan

yang intensif. Hal ini biasanya diiringi oleh perubahan-perubahan somatik,

fisiologi, autonomik, biokimiawi, hormonal dan perilaku yang spesifik adapun

faktor yang mempengaruhi kecemasan yaitu umur, pendidikan, pekerjaan,

jenis kelamin, pengetahuan, lingkungan, budaya dan komunikasi.

2. Sekunder
Penyebab sekunder disebabkan oleh kelainan ginekologi, seperti salpingitis, kronika, endometriosis, adenomiosis

ateri, stenosis, servik uteri dan lain-lain.

(Prawirohardjo Sarwono, 2008 : 229)

2.1.10 Pengertian Menstruasi

Menstruasi adalah proses fisiologis yang ditandai dengan pengeluaran darah

melalui vagina dari rahim. Perdarahan terjadi karena ovum (sel telur) yang telah

matang tidak dibuahi sehingga meluruh bersama endometrium (Suryoprajogo,

2009 : 118).

24
25

2.1.11 Perubahan histologik pada endometrium dalam siklus haid

Pada masa reproduksi dan dalam keadaan tidak hamil, selaput lendir uterus mengalami

perubahan-perubahan siklik yang berkaitan erat dengan aktivitas ovarium. Dapat dibedakan 4

fase endometrium dalam siklus haid yaitu :

1. Fase menstruasi atau deskuamasi

Dalam fase ini endometrium dilepaskan dari dinding uterus disertai

perdarahan. Hanya stratum basale yang tinggal utuh. Darah haid mengandung

darah vena dan arteri dengan sel-sel darah dalam hemolisis atau aglutinasi,

sel-sel epitel dari stroma yang mengalami disintegrasi dan otolisis dan sekret

dari uterus, serviks dan kelenjar-kelenjar vulva. Fase ini berlangsung 3-4 hari.

2. Fase pascahaid atau regenerasi

Luka endometrium yang terjadi akibat pelepasan sebagian besar

berangsur-angsur sembuh dan ditutup kembali oleh selaput lendir baru yang

tumbuh dari sel-sel epitel endometrium. Pada waktu ini tebal endometrium

 0,5 mm. Fase ini telah mulai sejak fase menstruasi dan berlangsung  4 hari.

3. Fase intermenstruum atau fase proliferasi.

Dalam fase ini endometrium tumbuh menjadi setebal  3,5 mm. Fase ini

berlangsung dari hari ke-5 sampai hari ke-14 dari siklus haid. Fase proliferasi

dapat dibagi 3 subfase yaitu :

a. Fase proliferasi dini (early proliferation phase)

b. Fase proliferasi madya (mid proliferation phase).

c. Fase proliferasi akhir (late proliferation phase)

4. Fase prahaid atau fase sekresi.

25
26

Fase ini mulai sesudah ovulasi dan berlangsung dari hari ke-14 sampai

hari ke-28. Pada fase ini endometrium kira-kira tetap tebalnya, tetapi bentuk

kelenjar berubah menjadi panjang, berkeluk-keluk dan mengeluarkan getah

yang makin lama makin nyata. Dalam endometrium telah tertimbun glikogen

dan kapur yang kelak diperlukan sebagai makanan untuk telur yang dibuahi.

Memang tujuan perubahan ini adalah untuk mempersiapkan endometrium

menerima telur yang dibuahi.

Fase sekresi dibagi atas :

a. Fase sekresi dini

b. Fase sekresi lanjut

(Hanifa Wiknjosastro, 2005 : 112).

2.1.12 Hormon-hormon siklus haid

1. FSH (follicle stimulating hormone) dikeluarkan oleh hipofise lobus depan.

2. Estrogen dihasilkan oleh ovarium

3. LH (Luteinizing Hormone) dihasilkan hipofise.

4. Progesteron dikeluarkan oleh indung telur.

2.1.13 Mekanisme siklus haid

Pada tiap siklus haid FSH (follicle Stimulating hormone) dikeluarkan oleh

lobus anterior hipofisis yang menimbulkan beberapa folikel primer yang dapat

berkembang dalam ovarium. Umumnya satu folikel, kadang-kadang juga lebih

dari satu, berkembang menjadi folikel de Graaf yang membuat estrogen. Estrogen

ini menekan produksi FSH, sehingga lobus anterior hipofisis dapat mengeluarkan

hormon gonadotropin yang kedua yakni LH (Luteinizing Hormone). Seperti telah

diuraikan, produksi kedua hormon gonadotropin (FSH dan LH) adalah dibawah

26
27

pengaruh Releasing Hormone (RH) yang disalurkan dari hipotalamus ke hipofisis.

Penyaluran RH ini sangat dipengaruhi oleh mekanisme umpan balik estrogen

terhadap hipotalamus. Dipengaruhi pula dari luar sperti cahaya, bau-bauan melalui

bulbus olfaktorius dan hal-hal psikologik. Salah satu contoh ialah di negara

bermusim dingin dan panas kehamilan terjadi lebih banyak pada musim semi

(mulai ada cahaya) dan musim panas (adanya banyak cahaya). Sampai dimana

bau-bauan mempunyai pengaruh terhadap manusia masih harus diselidiki lebih

lanjut. Akan tetapi, apa yang ditemukan pada percobaan dengan pheromones

(bau-bauan yang merangsang berahi) pada kera menyokong dugaan bahwa bulbus

olfaktorius mempunyai peranan untuk mempengaruhi pengeluaran Releasing

Hormones. Pheromones terdiri atas berbagai asam lemak, seperti asam asetat,

propionat, isobutirat, isovaleriat dan isokaproat. Bahwa faktor psikologik

mempunyai peranan pula dapat ditemukan antara lain pada wanita dengan

pseudocyesis.

Bila penyaluran releasing hormones normal berjalan baik, maka produksi

gonadotropin akan baik pula, sehingga folikel de Graaf selanjutnya makin lama

makin menjadi matang dan makin banyak berisi likuor follikuli yang mengandung

estrogen. Estrgen mempunyai pengaruh terhadap endometrium : menyebabkan

endometrium tumbuh atau berproliferasi : waktu ketika proses berproliferasi

terjadi disebut masa proliferasi.

Di bawah pengaruh LH, follikel de Graff menjadi lebih matang mendekati

permukaan ovarium dan kemudian terjadilah ovulasi (ovum dilepas oleh

ovarium). Pada ovulasi ini kadang-kadang terdapat perdarahan sedikit yang akan

27
28

merangsang peritoneum pelvis, sehingga timbul rasa sakit yang disebut

intermenstrual pain (Mittelshmerz). Dapat pula diikuti oleh adanya perdarahan

vagina sedikit. Setelah ovulasi terjadi, dibentuklah korpus rubrum (berwarna

merah oleh karena perdarahan tersebut di atas), yang akan menjadi korpus luteum

(warnanya menjadi kuning) dibawah pengaruh hormon-hormon LH dan LTH

(Luteotropic Hormones), suatu hormon gonadotropin juga. Korpus luteum

menghasilkan hormon progesteron. Progesteron ini mempunyai pengaruh

terhadap endometrium yang telah berproliferasi dan menyebabkan kelenjar-

kelenjarnya berkeluk-keluk dan bersekresi (masa sekresi).

Bila tidak ada pembuahan, korpus luteum berdegenerasi dan ini

mengakibatkan bahwa kadar estrogen dan progesteron menimbulkan efek pada

arteri yang berkeluk-keluk di endometrium. Tampak dilatasi dan statis dengan

hiperemia yang diikuti oleh spasme dan iskemia. Sesudah itu terjadi degenerasi

serta perdarahan dan pelepasan endometrium yang nekrotik. Proses ini disebut

haid atau mensis (Hanifa Wiknjosastro, 2005 : 48).

2.1.14 Pola menstruasi

1. Volume darah yang keluar saat menstruasi

Terdapat perbedaan antara wanita satu dengan yang lainnya, misalkan

ada kebiasaan pada wanita pada hari pertama menstruasi tidak keluar begitu

banyak, pada hari selanjutnya hari kedua dan ketiga bertambah banyak, pada

hari keempat tambah berkurang dan pada hari kelima hampir kering, pada hari

keenam darah kering langsung. Akan tetapi perlu diingat, kadang sering kali

keluarnya lendir bercampur sedikit darah berwarna coklat mungkin berlarut

28
29

selama beberapa hari, hal ini biasa terjadi. menstruasi dianggap berhenti jika

tidak ada lagi kesan darah merah yang keluar dari rahim.

Secara normal jumlah darah yang keluar saat menstruasi rata-rata 35 cc

(10-80 cc masih dianggap normal), kira-kira 2-3 kali ganti pembalut perhari

(Atikah, Proverawati. 2009 : 91-92).

2. Lama menstruasi

Menstruasi memiliki jarak masa keluar yang paling singkat ialah sehari

semalam tanpa terputus-putus atau dengan kata lain, waktu diantara pertama

keluar darah tersebut dengan berhentinya tidak kurang dari satu hari satu

malam. Dengan demikian apabila ia kurang dari waktu tersebut, maka ia

bukanlah darah menstruasi, kemungkinan ia adalah istihadah atau darah

penyakit atau darah dengan sebab yang lain.

Lama haid biasanya antara 3-5 hari dan ada yang sampai 7-8 hari. Pada

setiap wanita lama haid itu tetap (Hanifa Wiknjosastro, 2005 : 103).

Rata-rata jarak antara hari pertama menstruasi hingga hari pertama menstruasi bulan

berikutnya adalah 28 hari, namun sebagian wanita berbeda siklusnya bisa lebih cepat atau

lambat.

Bagi wanita yang menggunakan alat KB pencegah hamil, mungkin terdapat sedikit perubahan

dalam siklus menstruasinya. Wanita yang menggunakan pil jangka panjang waktu haidnya

menjadi pendek dan aliran darah haid sangat berkurang. Bagi mereka yang menggunakan alat

dalam rahim atau IUD, menstruasinya menjadi lebih panjang dan aliran menstruasi lebih

banyak dari pada biasanya (Aulia, 2009 : 19).

2.1.15 Proses menstruasi wanita secara normal

1. Hari 1 sampai hari 5

29
30

a. Menstruasi dimulai ketika tingkatan progesteron tiba-tiba turun. Hari

pertama keluarnya darah adalah hari pertama siklus menstruasi.

b. Hypotalamus merangsang pituatary untuk mengeluarkan gonadotropin,

gonadotropin ini merangsang ovulasi.

c. Tingkat estrogen mulai naik hormon yang dikeluarkan ovarium

merangsang lapisan uterus menyiapkan kehamilan.

30
31

2. Hari 5 sampai hari 14

a. Gonadotropin mencapai puncak pada hari ke-13

b. Tingkat estrogen mencapai puncak antara 9 sampai 13 hari.

c. Telur dilepaskan pada hari ke-14.

3. Hari 14 sampai hari 23

a. Bila tidak dibuahi dalam waktu 24 jam maka telur akan mati.

b. Corpus luteum berkembang dari bagian ovarium tempat telur telah

matang.

c. Corpus luteum mengeluarkan progesteron.

4. Hari 24 sampai hari 28

a. Corpus luteum merosot

b. Tingkat progesteron tiba-tiba turun

(Aulia, 2009 : 33)

2.1.16 Macam-macam kelainan menstruasi

Gangguan haid dan siklusnya dalam masa reproduksi dapat digolongkan dalam :

1. Kelainan dalam banyaknya darah dan lamanya perdarahan pada haid :

Hipermenorea atau menoragia dan hipomenorea.

2. Kelainan siklus : Polimenorea, oligomenorea, amenorea.

3. Perdarahan diluar haid : Metroragia.

4. Gangguan lain yang ada hubungannya dengan haid : Premenstrual tension

(ketegangan prahaid), mastodinia, Mittelschmerz (rasa nyeri pada ovulasi) dan

dismenorea (Atikah Proverawati, 2009 : 82).

2.1.17 Dampak Menstuasi

31
32

Menstruasi merupakan peristiwa paling penting pada masa pubertas remaja, karena hal ini

menjadi tanda biologis dari kematangan seksual, namun timbullah kini bermacam-macam

keluhan yang dialami wanita saat menstruasi, dengan adanya ketidak seimbangan hormon

estrogen dan progesteron mengakibatkan suatu keadaan patologis yang berhubungan dengan

menstruasi. Gangguan-gangguan yang dialami ini gabungan dari tanda-tanda fisik dan

kejiwaan atau psikologis. Keluhan fisik yang dapat dialami saat menstruasi yaitu terjadinya

mastodinia (terasa pembengkakan dan pembesaran pada payudara), perut terasa kembung,

sakit kepala, dismenorhe (nyeri perut) dan lain-lain. Sedangkan keluhan psikologis yang

dialami adalah cemas, mudah tersinggung, gelisah, sukar tidur, rasa takut, perubahan

emosional dan gangguan konsentrasi. Yang penting bagi psikologis dalam membahas masalah

menstruasi ini ialah menstruasi sebagai satu pengalaman psikis yang dialami para wanita.hal

ini biasanya tidak memerlukan pengobatan kecuali jika kondisi menjadi sangat berat (Kartini

Karton, 1992 : 111-116).

32

Anda mungkin juga menyukai