Anda di halaman 1dari 46
BUPATI PROBOLINGGO PERATURAN DAERAH. KABUPATEN PROBOLINGGO NOMOR : 1 TAHUN 2000 TENTANG RETRIBUSI IZIN MENDIRIKAN BANGUNEN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PROBOLINGEO MENIMBANG .: a. Bahwa dengan telah ditetapkannya Keputusan Dalam Negeri Nomor 119 Tahun 1998 tentang Ruang Lingkup dan Jenis-Jenis Retribusi Daerah Tingkat dan Daerah Tingkat II, maka Retribusi Izin Mendirikan Bangunan merupakan jenis retribusi daerah Tingkat IT; b. Bahwa untuk memungut retribusi sebagaimana pada huruf a, perlu diatur dengan Peraturan Daerah. MENGINGAT : 1. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1950 tentang Pembentukan * Daerah-Daerah Kabupaten di lingkungan Propinsi Timur 5 2. Undang-Undang Nomor § Tahun 1960 Peraturan Pokok-Pokok Agraria 5 Lembaran Negara Nomor 3209) 5 4. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah (Lembaran Negara Nomar 3485) + 5. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1997 tentang Pengelolaan 1997 Nomor 41, Tambahan Lembaran Negara Lingkungan Hidup ; 6. Undang-Undang = Nomor 15 Tahun 1985 Rumah Susun 5 7. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1987 tentang Jalan 8. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1992 tentang dan Permukiman 5 9. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1992 tentang Benda Budaya 5 3. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana (Lembaran Negara Tahun 1981 Nomor 76, Tambahan a 10. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 1992 tentang Penataan Ruang 5 41. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintah- an Daerah 5 12. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1983 tentang Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum cara Pidana (Lembaran Negara Tahun 1981 Nomor 6, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3258) ; 13. Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun 1987 tentang Izin Usaha Industri 3 14. Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun) 1997 tentang Retribusi Daerah (Lembaran Negara Tahun 1998 Nomor 55, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3692) + 15. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 1999 tentang Teknis Penyusunan Peraturan Perundang- Undangan dan Bentuk © Rancangan —_Undang-Undang, Rancangan Peraturan Pemerintah, Rancangan Keputusan Presiden 5 16. Keputusan Presiden Nomor 5S Tahun 1989 tentang Kawasan Industri 5 417. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 4 Tahun i982 tentang Pedoman Penyusunan Rencana Kota $ 18. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 7 Tahun 1993 tentang Izin Mendirikan Bangunan dan| Undang-Undang Gangguan bagi Perusahaan Industri ; 19. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nompr 66/PRT/1993 tentang Teknis Penyelenggaraan Bangunan Industri Dalam Rangka Penanaman Modal 5 20. Keputusan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 02/KPTS/1985 tentang Ketentuan Pencegahan dan Penanggulangan Kebakaran pada Bangunan Gedung + 21. Kepitusan Menteri Dalam Negeri Nomor 23 Tahun 1986 tentang Ketentuan Umum Penyidik Pegawai Negeri Sipil; 22. Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 80 Tahun 1994 tentang Pola Organisasi Tata Laksana’ di Daerah Tingkat Il 5 23. Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 174 Tahun 1997 tentang Pedoman Tata Cara Pemungutan fRetribusi Daerah 5 24. Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 119 Tahun 1997 tentang Ruang Lingkup dan Jenis-Jenis Retriby Daerah Tingkat I dan Daerah Tingkat II. 25. Instruksi Menteri Dalam Negeri Nomor 32 Tahun 1994 tentang Pelaksanaan Pemberian Izin Mendirikan Bangunan dan Undang-Undang Gangguan bagi Perusahaan Industri ; Dengan persetujuan DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN PROBOLINGGO MEMUTUSKAN Menetapkan + PERATURAN DAERAH KABUPATEN PROBOLINGSO —TENTANG RETRIBUSI IZIN MENDIRTKAN BANGUNAN BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 a. Daerah, adalah Kabupaten Probolinggo ; b. Pemerintah Daerah, adalah Pemerintah Kabupaten Probolinggo + c. Kepala Daerah, adalah Bupati Probolinggo + d. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah adalah Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Probolinggo 5 e. Dinas Pekerjaan Umum Cipta Karya Daerah adalah Dinas Pekerjaan Umum Cipta Karya Daerah Kabupaten Probolinggo 5 Kepala Dinas adalah Kepala Dinas Pekerjaan Umum Cipta Karya Daerah Kabupaten Probolinggo 3 @. Bangunan adalah kontruksi teknik yang ditanam atau dilekatkan atau melayang dalam suatu lingkungan secara tetap sebagian atau seluruhnya pada, diatas atau dibawah permukaan tanah dan atau perairan yang berupa bangunan gedung dan atau bukan gedung ; hh. Bangunan Gedung adalah bangunan yang didalamnya digunakan sebagai tempat manusia melakukan kegiatannya 5 i. Bangunan Permanen adalah bangunan yang ditinjau dari segi kontruksi dan untuk bangunan dinyatakan lebih dari 15 tahun 5 3+ Bangunan Semi Permanen adalah bangunan yang ditinjau dari segi kontruksi dan umur bangunan dinyatakan antara 5 tahun sampai dengan 15 tahun 5 Bangunan Sementara/Darurat adalah bangunan yang ditinjau dari segi kontruksi dan umur bangunan dinyatakan kurang dari 5 tahun 3 Kapling/Pekarangan adalah suatu perpetakan tanah) yang menurut pertimbangan Pemerintah Daerah dapat dipergunakan) untuk tempat endirikan bangunan 3 rE Mendirikan Bangunan adalah pekerjaan mengadakan bangunan selurunnys atau sebagian teraasuk pekerjesn menggali, menimbun atau meratakan tanah yang berhubungan dengan pekerjaan mengadakan bangunan tersebut 3 Mengubah Bangunan adalah pekerjaan mengganti dan atau nenambah bangunan yang ada, termasuk pekerjaan menbongkar yang berhubungan dengan pekerjaan mengganti bagian bangunan tersebut 3 Merobohkan Bangunan adalah pekerjaan meniadakan sebagian atau seluruh bagian bangunan ditinjau dari segi fungsi| bangunan dan atau kontruksi Garis Sempadan adalah garis pada halaman pekarangan perumahan yang ditarik sejajar dengan garis as jalan, tepi sungai atau as pagar dan merupakan batas antara bagian kapling/pekarangan yang boleh dibangun dan yang tidak boleh dibangun ; Koefisien Dasar Bangunan (KDB) adalah bilangan pokok atas perbandingan antara luas lantai dasar bangunan dengan luas kapling/pekarangan 5 Koefisien Lantai Bangunan (KLB) adalah bilangan pokok atas perbandingan antara total luas lantai bangunan dengan luas kapling/pekarangan 5 Tinggi Bangunan adalah jarak yang diukur dari petmukaan tanah, dimana bangunan tersebut didirikan, sampai dengan) titik puncak dari bangunan 5 Tzin Mendirikan Bangunan (IMB) adalah izin yang diberikan dalam aendirikan/mengubah bangunan 3 Tzin Penggunaan Bangunan (IPB) adalah izin yang diberikan untuk menggunakan bangunan sesuai dengan fungsi bangunan| yang tertera dalam Tzin Mendirikan Bangunan (IMB) Izin Penghapusan Bangunan (IHB) adalah izin yang diberikan untuk menghapuskan/merabohkan bangunan secara total baik secara fisik maupun secara fungsi sesuai dengan fungsi bangunan| yang tertera dalam Izin Mendirikan Bangunan (IMB) 3 Pejabat adalah Pegawai yang diberi tugas tertehtu di bidang Retribusi Daerah sesuai dengan peraturan perundang-undangan daerah yang berlaku 5 | Badan adalah suatu bentuk badan usaha yang neliputi perseroan terbatas, perseroan komanditer, perseroan lainnya, badan usaha milik negara atau daersh dengan nama dan bentuk apapun, persekutuan, perkumpulan, firma, kongsi, koperasi,| yayasan atau organisasi yang sejenis, lembaga, dana pensiun, bentuk usaha tetap serta bentuk badan usaha lainnyas z. Retribusi Perizinan Tertentu adalah retribusi atas kegiatan tertentu Pemerintah Daerah dalam rangka pemberian izin kepada orang pribadi atau badan yang dimaksudkan untuk pembinaan, pengaturan, pengendalian dan pengawasan atas kegiatan pemanfaatan ruang, penggunaan sumberdaya alam, barang, prasarana, sarana, atau fasilitas tertentu guna melindungi kepentingan umum dan menjaga kelestarian lingkungan 5 aa. Retribusi Izin Mendirikan Bangunan yang selanjutnya disebut retribusi adalah pembayaran atas pemberian izin mendirikan bangunan oleh Pemerintah Daerah kepada orang pribadi atau badan, termasuk merubah bangunan ; bb. Wajib Retribusi adalah orang pribadi atau badan yang menurut peraturan perundang-undangan retribusi diwajibkan untuk melakukan pembayaran retribusi 4 cc. Masa Retribusi adalah suatu jangka waktu tertentu yang merupakan batas waktu bagi Wajib Retribusi untuk memanfaatkan izin mendirikan bangunan dd. Koefisien Bangunan adalah tinggi bangunan diukur dari permukaan tanah sampai dengan titik teratas dari bangunan tersebut + ee. Surat Pendaftaran Objek Retribusi Daerah, yang selanjutnya dapat disingkat SPdORD, adalah surat yang dipergunakan oleh Wajib Retribusi untuk melaporkan data objek retribusi dan Wajib Retribusi sebagai dasar perhitungan dan pembayaran retribusi yang terutang menurut peraturan perundang-undangan retribusi daerah ; #f. Surat Ketetapan Retribusi Daerah, yang selanjutnya dapat disingkat SKRD, adalah surat ketetapan yang menentukan besarnya jumlah retribusi yang terutang 5 gg- Surat Ketetapan Retribusi Daerah Kurang Bayar Jambahan, yang selanjutnya dapat disingkat SKRDKBT, adalah surat keputusan yang menentukan tambahan atas jumlah retribusi yang telah ditetapkan ; hh. Surat Ketetapan Retribusi Daerah Lebih Bayar yang selanjutnya dapat disingkat SKRDLB adalah surat keputusan yang menentukan jumlah kelebihan pembayaran retribusi karena jumlah kredit retribusi lebih besar daripada retribusi yang terutang atau tidak seharusnya terutang ; ii. Surat Tagihan Retribusi Daerah, yang selanjutnya disingkat STRD adalah surat untuk melakukan tagihan retribusi dan atau sanksi administrasi berupa bunga dan atau denda ; i, Surat Keputusan Keberatan adalah surat keputusan atas keberatan terhadap SKRD atau dokumen lain yang dipersamakan, SKRDKBT dan SKRDLB yang diajukan oleh Wajib Retribusi 5 kke a (2) @) a (2) w Penyidikan Tindak Pidana di bidang retribusi adalah serangkaian tindakan yang dilakukan oleh Penyidik Pegawai Negeri Sipil yang selanjutnya dapat disebut Penyidik, untuk mencari serta mengumpulkan bukti yang dengan bukti itu membuat terang tindak pidana di bidang retribusi yang terjadi serta menemukan tersangkanya. Pasal 2 PERIZINAN BANGUNAN Drang Badan/Lembaga sebelum membangun, atau merubah bangunan di Kabupaten Probolinggo, diharuskan memiliki Izin Mendirikan Bangunan (IMB) dari Bupati Orang Badan/Lembaga sebelum menggunakan bangunan di Kabupaten Probolinggo, diharuskan memiliki Izin Penggunaan Bangunan (IPB) dari Bupati ; Orang Badan/Lembaga sebelum merobohkan bangunan di Kabupaten Probolinggo, diharuskan memiliki Izin Penghapusan Bangunan (THB) dari Bupati. Pasal 3 KLASIFIKASI BANGUNAN Menurut fungsinya, bangunan di Kabupaten Prabolinggo, diklasifikasikan sebagai berikut : a. Bangunan rumah tinggal dan sejenisnya 3 b. Bangunan pelayanan umum ; + Bangunan perdagangan dan jasa ; | d. Bangunan industri 3 e+ Bangunan pergudangan ; 4. Bangunan kelembagaan/perkantoran + g- Bangunan transportasi. Menurut umurnya, bangunan di Kabupaten Probolingga diklasifikasi- kan sebagai berikut : a. Bangunan permanen b. Bangunan semi permanen ; c. Bangunan sementara. Menurut wilayahnya, bangunan di Kabupaten Probolinggo diklasifikasikan sebagai berikut a+ Bangunan di kota klasifikasi I b. Bangunan di kota klasifikasi II ; c- Bangunan di kota klasifikasi III + d. Bangunan di kawasan khusus/tertentu 5 e. Bangunan di pedesaan. w a ) (6) a ay (2) @) « Menurut lokasinya, bangunan di Kabupaten Probolinggo diklasifikasikan sebagai berikut : a. Bangunan di tepi jalan utama ; b. Bangunan di tepi jalan arteri ; €. Bangunan di tepi jalan kolektor ; d. Bangunan di tepi jalan antar Lingkungan (lokal) 3 ©. Bangunan di tepi jalan lingkungan 5 f. Bangunan di tepi jalan desa 5 9. bangunan di tepi jalan setapak. Menurut ketinggiannya, bangunan di Kabupaten Probolinggo diklasifikasikan sebagai berikut : a. Bangunan bertingkat rendah (satu sampai dengan dua lantai) ; b. Bangunan bertingkat sedang (tiga sampai dengan lima lantai) + c- Bangunan bertingkat tinggi (enam lantai ke atas). Menurut Iuasnya, bangunan di Kabupaten Probolinggo diklafisikasi— kan sebagai berikut + a. Bangunan dengan luas kurang dari 100 M® 5 b. Bangunan dengan luas 100-500 MP 5 c+ Bangunan dengan luas 500-1000 HF 5 d. Bangunan dengan luas diatas 1000 MF. Menurut statusnya, bangunan di Kabupaten Probolinggo diklafisikasikan sebagai berikut : a. Bangunan pemerintah + b. Bangunan swasta. BAB It PERSYARATAN BANGUNAN DAN LINGKUNGAN Bagian Pertama Persyaratan Umum Pasal 4 Bangunan harus dibangun sesuai dengan fungsi yang ditetapkan yang sesuai dengan peruntukkan lokasi yang telah ditetapkan dalam Rencana Tata Ruang 3 Setiap bangunan yang akan dibangun harus digambar perletakkannya pada lokasi dalam bentuk gambar situasi ; Gambar situasi bangunan yang telah disetujui oleh Dinas Pekerjaan Umum Cipta Karya Daerah menjadi kelengkapan Pemohon Izin Mendirikan Bangunan (PIMB) ; Gambar situasi perletakkan bangunan harus memyat penjelasan tentang + a. Bentuk kapling/pekarangan yang sesuai dengan peta Badan Pertanahan Nasional 3 b. Fungsi bangunan 5 wo 2 @ o ) mM (2) 3 am 2 a c+ Nama jalan menuju ke kapling dan sekeliling kapling 3 d. Peruntukan bangunan sekeliling kapling 5 e. Letak bangunan di atas kaplings f. Garis Sempadan bangunan ; g- Arah mata angin ; h. rah angin rata-rata 5 i. Skala gambar. Bagian Kedua Persyaratan Bangunan Pasal 5 GARIS SEMPADAN Garis Sempadan pondasi bangunan terluar yang sejajar dengan as Jalan (rencana jalan/tepi jalan/tepi pantai —ditentukan berdasarkan lebar jalan/rencana jalan/lebar — sungai/kondisi pantai, fungsi jalan dan peruntukkan kapling/kawasan) 5 Letak garis sempadan pondasi bangunan terluar tersebut pada ayat (2) bilamana tidak ditentukan lain adalah separuh lebar daerah milik jalan dihitung dari tepi jalan/pagar + Letak garis sempadan pondasi bangunan terluar tersebut pada ayat (1), untuk daerah pantai bilamana tidak ditentukan lain adalah seratus meter dari garis pasang tertinggi pada pantai yang bersangkutan ; Untuk lebar jalan/sungai yang kurang dari 5 (lima) meter, letak Garis sempadan adalah 2,5 meter dihitung dari tepi jalan/pagar ; Letak garis sempadan pondasi bangunan terluar pada bagian samping yang berbatasan dengan tetangga bilamana tidak ditentukan lain adalah minimal 2 (dua) Meter dari batas kapling, atau atas dasar kesepakatan dengan tetangga yang saling berbatasan. Pasal 6 Garis sempadan pagar terluar yang berbatasan dengan jalan ditentukan berhimpit dengan batas terluar daerah milik jalan + Garis pagar di sudut persimpangan jalan ditentukan dengan serongan/lengkungan atas dasar dan fungsi peranan jalan + Tinggi pagar yang berbatasan dengan jalan ditentukah maksimum 1,5 meter dari permukaan halaman/trotoar dengan bentuk transparan atau tembus pandang. Pasal 7 Garis sempadan jalan masuk ke kapling bilamana tidak ditentukan lain adalah berhimpitan dengan batas terluar garis pagar 5 Pembuatan jalan masuk harus mendapat izin dari Kepala Dinas Pekerjaan Umum Cipta Karya Daerah. a) (2) ow am (2) aw (2) a (2) @ Pasal 8 Teras/balkon tidak dibenarkan diberi dinding sebagai ruang tertutup 5 Balkon bangunan tidak dibenarkan mengarah/menghadap ke kapling tetangga garis terluar balkon bangunan tidak dibenarkan melewati batas pekarangan yang berbatasan dengan tetangga- Pasal 7 Garis terluar suatu tritis/oversteck yang menhadap ke arah tetangga, tidak dibenarkan melewati batas pekarangan yang berbatasan dengan tetangga ; Apabila garis sempadan bangunan ditetapkan berhimpit dengan garis Sempadan pagar, cucuran atap suatu tritis/oversteck harus diberi talang dan pipa talang harus disalurkan sampai ke tanah ; Dilarang menempatkan lobang angin/ventilasi/jendela pada dinding yang berbatasan langsung dengan tetangga. Pasal 10 JARAK ANTAR BANGUNAN dJarak antar masa/blok bangunan 1 (satu) lantai yang satu dengan lainnya dalam 1 (satu) kapling atau antara kapling minimum adalah 3 (tiga) meter 5 Setiap bangunan umum harus mempunyai jarak masa/blok bangunan dengan bangunan disekitarnya sekurang-kurangnya 6 meter dan 3 meter dengan batas kapling ; Untuk bangunan bertingkat, setiap kenaikan satu lantai jarak antara masa/blok bangunan yang satu dengan lainnya ditambah dengan 0,5 meter. Pasal 11 KOEFISIEN DASAR BANGUNAN Koefisien Dasar Bangunan (KDB) ditentukan atas dasar kepentingan kelestarian lingkungan/resapan air permukaan tanah dan pencegahan terhadap bahaya kebakaran, kepentingan ekonomi, fungsi peruntuk- kan, fungsi bangunan, keselamatan dan kenyamanan bangunan 3 Ketentuan besarnya Koefisien Dasar Bangunan (KDB) pada ayat (1) disesuaikan dengan Rencana Tata Ruang Kota sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku 5 Setiap bangunan umum apabila tidak ditentukan lain, ditentukan kKoefisien Dasar Bangunan (KDB) maksimum 60 % (persen). i Pasal 12 KOEFISIEN LANTAT BANGUNAN (1) Koefisien Lantai Bangunan (KLB) ditentukan atas dasar kepentingan pelestarian lingkungan/resapan air permukaan tanah dan pencegahan terhadap bahaya, kepentingan ekomoni, fungsi keperuntukkan, fungsi bangunan, keselamatan dan kenyamanan bangunan, keselamatan dan kenyamanan umum (2) Ketentuan besarnya Koefisien lantai Bangunan (KLB) pada ayat (1) disesuaikan dengan Rencana Tata Ruang Kota atau sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Pasal 13 KETINGGIAN BANGUNAN (1) Ketinggian bangunan ditentukan dengan Rencana Tata Ruang 3” (2) Untuk masing-masing lokasi yang belum dibuat tata ruangnya, ketinggian maksimum bangunan ditetapkan oleh Kepala Dinas Pekerjaan Umum Cipta Karya Daerah dan mempertimbangkan lebar jalan, fungsi bangunan, keselamatan bangunan serta keserasian dengan lingkungannya + (3) Ketinggian bangunan deret maksimum 4 meter dan selebihnya harus berjarak dengan persil tetangga. Bagian Ketiga Persyaratan Lingkungan Pasal 14 KESERASIAN LINGKUNGAN (1) Setiap bangunan tidak diperbolehkan menghalangi pandangan alu lintas 5 (2) Setiap bangunan langsung atau tidak langsung tidak | diperbolehkan mengganggu atau menimbulkan gangguan keamanan, keselamatan umum, keseimbangan/pelestarian lingkungan dan kesehatan lingkungan ; (3) Setiap bangunan langsung atau tidak langsung tidak diperbolehkan dibangun/berada diatas sungai/saluran/parit pengairan. BAB IIL PERSYARATAN KEANDALAN BANGUNAN Bagian Pertama Persyaratan Arsitektur Pasal 15 (1) Setiap — bangunan = harus = mempertimbangkan hubungan —ruang didalamya ; (2) Setiap bangunan diusahakan mempertimbangkan segi-segi pertimbang— an konsepsi arsitektur bangunan tradisional, sehingga secara estetika dapat mencerminkan corak budaya setempat ; ie) a @) «3 ay AL Setiap bangunan umum harus dilengkapi dengan fasilitas penunjang untuk penyandang cacat, seperti ramp, toilet dan sarana parkir. Bagian Kedua Persyaratan Konstruksi Pasal 16 BANGUNAN SATU LANTAT Bangunan satu lantai adalah bangunan yang berdiri langsung diatas pondasi pada bangunan tidak terdapat pemanfaatan lain selain pada lantai dasarnya 5 Bangunan satu lantai temporer tidak diperkenankan dibangun di- pinggir jalan utama/arteri kota kecuali dengan izin Bupati dan umur bangunan dinyatakan tidak lebih dari 2 tahun ; Bangunan satu lantai semi permanen tidak diperkenankan dibangun dipinggir jalan utama/arteri kota ; Bangunan satu lantai semi permanen dapat diubah menjadi permanen setelah diperiksa oleh Dinas Pekerjaan Umum Cipta Karya Daerah dan dinyatakan memenuhi syarat. Pasal 17 BANGUNAN BERTINGKAT Yang termasuk kelompok ini adalah : i Bangunan bertingkat permanen dengan ketinggian dua sampai dengan dima lantai 3 2. Bangunan bertingkat semi permanen dengan ketinggian dua lantai. a 2) am (2) Pasal 18 Bangunan bertingkat semi permanen tidak diperkenankan dibangun dipinggir jalan utama 5 Bangunan bertingkat semi permanen kelompok ini dibangun menjadi bangunan permanen. tidak dapat Pasal 19 BANGUNAN TINGGI Yang termasuk kelompok ini adalah bangunan tinggi permanen dengan Jumlah lantai lebih dari lima ; Untuk bangunan dengan jumlah lantai lebih dari delapan, perencana an dan pelaksanaannya harus mendapat rekomendasi teknis dari Menteri Pekerjaan Umum. ox m @) ow “@ a) (2 Bagian Keempat Persyaratan Ketahanan Kontruksi Pasal 20 Peraturan/standar teknis yang harus dipakai ialah peraturan /standar teknis yang berlaku di Indonesia yang meliputi Standar Nasional Indonesia (SNI) tentang Tata Cara, Spesifikasi dan Metode Uji yang berkaitan dengan bangunan gedung ; Tiap-tiap bangunan dan bagian konstruksinya harus diperhitungkan terhadap beban sendiri, beban yang dipikul, bean angin dan getaran dan gaya gempa sesuai dengan peraturan pembebanan yang berlaku 5 Tiap bangunan dan bagian konstruksinya yang dinyatakan mempunyai tingkat gaya angil atau gempa yang cukup besar harus direncanakan dengan konstruksi yang sesuai dengan ketentuan teknis yang berlaku 5 Dinas Pekerjaan Umum Cipta Karya Daerah Kabupaten Probolinggo mempunyai kewajiban dan wewenang untuk memeriksa konstruksi bangunan yang dibangun/akan dibangun baik dalam —rancangan bangunanya maupun pada masa pelaksanaan pembangunannya, terutama untuk ketahanan terhadap bahaya gempa. Bagian Kelima Persyaratan Ketahanan Terhadap Bahaya Kebakaran Pasal 21 Setiap bangunan harus memiliki cara, sarana, dan alat/perlengkap- an pencegahan dan penanggulangan bahaya kebakaran yang bersumber dari listrik, gas, api dan sejenisnya sesuai dengan ketentuan dari: a. Keputusan Menteri Pekerjaan Umum Nomor : 02/KPTS/1985 tentang Ketentuan pencegahan dan penanggulangan Bahaya Kebakaran pada Bangunan Gedung ; b, Standar Nasional Indonesia (SNI)/SKB/ tentang Pencegahan dan Penanggulangan Bahaya Kebakaran pada bangunan rumah dan gedungs c. Ketentuan atau standar lain yang berlaku. Setiap bangunan umum harus dilengkapai petunjuk secara jelas tentang a. Cara pencegahan dari bahaya kebakaran 5 b. Cara penanggulangan bahaya kebakaran ; €- Cara penyelamatan dari bahaya kebakaran 5 d. Cara Pendikteksian sumber kebakaran ; e. Tanda-tanda petunjuk arah jalan keluar yang jelas. @ (2) @ m (2) @) wm (2) Bagian Keenam Persyaratan Utilitas Pasal 22 JARINGAN AIR BERSIH Jenis, mutu, sufut bahan dan peralatan instalasi air minum harus memenuhi standar dan ketentuan teknis yang berlaku ¢ Pemilihan sistem dan penempatan instalasi air minum harus di- sesuaikan dan aman terhadap sistem lingkungan, bangunan-bangunan lain, bagian-bagian lain dari bangunan dan instansi-instansi lain, sehingga tidak saling membahayakan, mengganggu dan merugi- kan serta memudahkan pengamatan dan pemeliharaan ; Pengadaan sumber air minum diambil dari sumber yang dibenarkan secara resmi oleh yang berwenang. Pasal 23 JARINGAN ATR HUJAN Pada dasarnya air hujan harus dibuang atau dialirkan ke saluran unum kota 5 Jika hal dimaksud pada ayat (1) pasal ini tidak mungkin, berhubungan belum tersedianya saluran umum kota ataupun sebab- sebab lain yang dapat diterima oleh yang berwenang maka pembuang- an air hujan harus dilakukan melalui proses peresapan ataupun cara-cara lain yang ditentukan oleh Kepala Dinas Pekerjaan Umum Cipta Karya Daerah + Saluran air hujan + a. Dalam tiap-tiap pekarangan harus dibuat saluran pembuangan air hujan 5 Saluran tersebut diatas harus mempunyai ukuran yang cukup besar dan kemiringan yang cukup untuk dapat mengalirkan seluruh air hujan dengan baik 5 ¢. Air hujan yang jatuh diatas atap harus segera disalurkan kesaluran diatas permukaan tanah dengan pipa atau saluran pasangan terbuka 5 Saluran harus dibuat sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang berlaku. Pasal 24 JARINGAN AIR KOTOR Sema air kotor yang asalnya dari dapur, kamar mandi, we dan tempat cuci, pembuangannya harus melalui pipa-pipa tertutup dan sesuai dengan ketentuan dari peraturan yang berlaku ; Pembuangan air kotor yang dimaksud pada ayat (1) dapat dialirkan kesaluran umum kota ¢ ww) «) aw (2) 3) 44 Jika hal dimaksud pada ayat (2) pasal ini tidak mungkin, berhubungan belum tersedianya saluran umum kota ataupun sebab- sebab lain yang dapat diterima oleh yang berwenang, maka pembuangan air hujan harus dilakukan melalui proses peresapan ataupun cara-cara yang ditentukan oleh Kepala Dinas Pekerjaan Umum Cipta Karya Daerah + Letak sumur-sumur peresapan berjarak minimal 10 meter dari sumber air minum/bersih terdekat dan atau tidak berada ibagian atas kemiringan tanah terhadap letak sumber air minum/bersin, sepanjang tidak ada ketentuan lain yang disyaratkan/diakibatkan oleh suatu kondisi tanah. Pasal 25 TEMPAT PEMBUANGAN SAMPAH Setiap pembangunan baru/ atau perluasan suatu bangunan yang di- peruntukkan sebagai tempat kediaman diharuskan memperlengkapi dengan tempat/kotak/lobang pembuangan sampah yang ditempatkan dan dibuat sedemikian rupa, sehingga kesehatan umum terjamin 5 Dalam hal pada lingkungan didserah perkotaan yang merupakan kotak-kotak’ sampah induk, maka sampah dapat ditampung untuk diangkut oleh petugas Dinas Kebersihan 3 Dalam hal jauh dari kotak sampah induk Dinas Kebersihan, maka sampah-sampah dapat dibakar dengan cara-cara yang aman atau dengan cara lainnya. | BAB IV PERIZINAN BANGUNAN Bagian Pertama Izin Mendirikan/Mengubah Bangunan (IMB) Pasal 26 ARAHAN PERENCANAAN Sebelum mengajukan Permohonan Izin Mendirikan Bangunan (PIMB), pemohon harus meminta keterangan tentang arahan perencanaan kepada Dinas Pekerjaan Umum Cipta Karya Daerah tentang rencana-rencana mendirikan/mengubah bangunan yang meliputi | b. Jenis/peruntukan bangunan ; | Luas lantai bangunan yang di izinkan 5 dJumiah lantai/lapis bangunan di atas/di bawah permukaan tanah yang diizinkan 5 Garis sempadan yang berlaku 5 Koefisien Dasar Bangunan (KDB) yang diizinkan 5 Persyaratan-persyaratan bangunan + Persyaratan perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan bangunan 5 Hal-hal lain yang dipandang perlu. 15 | Pasal 27 | PERENCANAAN BANGUNAN (2) Perencanaan bangunan rumah tinggel satu lantai dengan luas kurang dari 50 M# dapat dilakukan oleh orang yang ahli/berpengalanan + (2) Perencanaan bangunan sampai dengan dua lantai dapat dilakukan oleh orang yang ahli yang telah mendapatkan surat | izin bekeria dari Bupati 5 (3) Perencanaan bangunan lebih dari dua lantai atau bangunan umum atau bangunan spesifik harus dilakukan oleh Badah Hukum yang telah mendapat kualifikasi sesuai bideng den nilei bangunan 3 (4) Perencana bertanggungjawab bahwa bangunan yang direhcanakan telah menenuhi persyaratan teknis den peraturan perundang-undangan yang berlaka 4 (5) Ketentuan pada ayat (1), (2) dan ayat (3) pasal ini tidak berlaku bagi perencanaan 1 a. Bangunan yang sifatnys sesentara dengan syarat bhhwa luas dan tingginya tidak bertentangan dengan ketentuan yang ditetapkan oleh Dinas Pekerjaan Umum Cipta Karya Daerah 5 b. Pekerjaan peneliharaan/perbaikan bangunan, antarh lain adalah sebagai berikut = Menperbaiki bangunan dengan tidak merubah konstruksi dan luas lantai bangunan 5 = Pekerjaan memplester, memperbaiki retak bangunan dan memperbaiki lapis lantai bangunan 3 = Memperbaiki penutup atap tanpa merubah konstruksinya 5 = Memperbaiki lubang cahaya/udara tidak lebih dari 1 Mt 5 = Membuat pemisah halaman tanpa konstruksi + - Memperbaiki langit-langit tanpa merubah jaringan lain. Pasal 28 Perencanaan bangunan terdiri atas : a. Perencanaan arsitektur : b. Perencanaan kenstruksi ; €. Perencanaan utilitas. Yang disertai dengan Rencana Kerja dan Syarat-Syarat: Pekerjaan (RKS). Pasal 29 TATA CARA MENGAJUKAN PERMOHONAN IZIN MENDIRTKAN/MENGUBAH BANGUNAN (PIMB) (1) Permohonan Tzin Mendirikan/Mengubah Bangunan (PIMB) —harus diajukan sendiri secara tertulis oleh pemohon kepada Bupati atau pejabat yang ditunjuk 5 | «@) 3 mM @) @ a s) we) te Lembar isian Permohonan Izin Mendirikan/Mengubah Bangunan (PIMB) tersebut pada ayat (1) akan diatur lebih lanjut dengan Surat Keputusan Bupati ; Permohonan Izin Mendirikan/Mengubah Bangunan (PIMB) dilampiri dengan + a. Gambar situasi ; b. Gambar rencana bangunan ; . Perhitungan struktur untuk bangunan bertingkat d. Advice Camat yang bersangkutan ; 2. Salinan atau fotocopy bukti hak atas tanah ; f. Persetujuan/izin pemilik tanah untuk bangunan yang didirikan diatas tanah yang bukan miliknya ; 9. Bagi bangunan yang berdiri diatas tanah yang bukan miliknya Wajib membayar retribusi sesuai yang ditetapkan dalam peraturan daerah ini. Pasal 30 Dinas Pekerjaan Umum Cipta Karya Daerah mengadakan penelitian Permohonan Izin Mendirikan/Mengubah Bangunan (PIMB) yang diajukan mengenai syarat-syarat administrasi dan teknis menurut ketentuan peraturan yang berlaku 5 Dinas Pekerjaan Umum Cipta Karya Daerah memberi tanda terima Permohonan Izin Mendirikan/Mengubah Bangunan (PIMB) apabila semua persyaratan administrasi telah terpenuhi 5 Dalam jangka waktu dua sampai dengan enam hari kerja setelah permohonan diterima sebagaimana tersebut pada ayat (2), Dinas Pekerjaan Umum Cipta Karya Daerah menetapkan besarnya retribusi yang wajib dibayar berdasarkan ketentuan yang berlaku, atau menclak Permohonan Izin Mendirikan/Mengubah Bangunan (PIMB) yang diajukan karena tidak memenuhi persyaratan teknis ¢ Permohonan membayar retribusi yang berdasarkan fenetapan pada ayat (3), untuk Permohonan Izin Mendirikan/Mengubah Bangunan (PIMB) yang memenuhi persyaratan teknis ; Setelah pemohon melunasi retribusi yang telah ditetapkan sebagai mana tersebut pada ayat (4), Dinas Pekerjaan Umum Cipta Karya Daerah memberien surat izin sementara untuk melaksanakan pembangunan fisik + Untuk Permohonan Tzin Mendirikan/Mengubah Bangunan (PIMB) yang ditolak, harus diperbaiki mengikuti ketentuan yang berlaku atau petunjuk-petunjuk yang diberikan Dinas Pekeriaan Umum Cipta Karya Daerah kemudian untuk diajukan kenbali. Pasal 31 KEPUTUSON IZIN MENDIRTKAN/MENGUBAH BANGUNAN (2) Tzin Mendirikan Bangunan diberikan paling lambat 3 (tiga) bulan setelah dikeluarkannya Surat Izin Sementara 3 (2) Surat Tzin Mendirikan Bangunan ditanda tangani oleh Bupati atau Pejabat lain yang ditunjuk 3 (S) Tzin Mendirikan Bangunan hanya berlaku kepada nama yang tercantum dalam Surat Izin Mendirikan Bangunan 5 (A) a. Pemegang Surat Tzin Hendirikan Bangunan dapat mengajukan perpanjangan tahap pertama selama 2 (dua) bulan dan tahap (/ kedua selama 1 (satu) bulan dan apabila pada waktu tersebut juga belum memilai pelaksanaan pekerjaannya maka Surat Izin Nendirikan Bangunan batal dengan sendirinya 3 b. Perubahan nama pada Surat Izin Mendirikan Bangunan dikenakan Bea Balik Nama sesuai dengan ketentuan yang berlaku. (S) Tzin Mendirikan Bangunan dapat bersifat sementara kalau dipandang perlu oleh Bupati dan diberikan jangka waktu selama-lamanya 1 (satu) tahun. Pasal 32 Permohonan Izin Mendirikan Bangunan (PIMB) ditolak apabila + @. Apabila bangunan yang akan didirikan dinilai tidak memenuhi persyaratan teknis bangunan seperti diatur pada BAB IV Pasal 26 + Karena persyaratan/ketentuan dimaksud Pasal 29 Peraturan Daerah ini tidak dipenuhi 5 + Bangunan yang akan didirikan diatas lokasi/tanah yang penggunaanya tidak sesuai dengan rencana kota yang sudah ditetapkan dalam Rencana Umum Tata Ruang Wilayah Kabupaten Probolinggo 5 d. Apabila bangunan mengganggu atau memperjelek) —lingkungan sekitarnyay ©. Apabila bangunan akan mengganggu lalu lintas, alifan air (air hujan), cahaya atau bangunan-bangunan yang telah ada 3 4. Apabila sifat bangunan tidak sesuai dengan sekitarnya 3 g- Apabila tanah bangunan untuk kesehatan (hygennich) tidak mengizin- kan 5 h. @pabila rencana bangunan tersebut menyebabkan terganggunya |/ jalan yang telah ditetapkan oleh Pemerintah ; Apabila adanya keberatan yang diajukan dan dibenarkan oleh Pemerintah 5 J+ Apabila pada lokasi tersebut sudah ada rencana Pemerintah ; k. @pabila bertentangan dengan Undang-Undang, Peraturan Daerah Ting- kat I atau peraturan lainnya yang tingkatnya lebih tinggi dari Peraturan Daerah ini. 18 Pasal 3S Izin Mendirikan Bangunan tidak diperiukan dalam hal : (4) Membuat lubang-lubang ventilasi, penerangim Gm sebagainya yang luasnya tidak lebih dari 1 M# dengan sisi terpanjang mendatar tidak lebih dari 2 meter ; (2) Membongkar bangunan yang menurut pertimbangan Kepala Dinas tidak membahayakan 5 (3) Memelihara/Memperbaiki bangunan dengan tidak merubah denah konstruksi maupun arsitektonis dari bangunan semula yang telah mendapat izin 5 (4) Mendirikan bangunan yang tidak permanen untuk memelihara binatang Jinak atau taman-taman, dengan syarat-syarat sebagai berikut : a. Ditempatkan dihalaman belakang s b. Luas tidak melebihi 10 M? dan tingginya tidak lebih dari 2 meter, sepaniang tidak bertentangan dengan Pasal 5 Peraturan Daerah ini 5 (5) Membuat kolam hias, taman dan patung-patung, tiang bendera di halaman pekarangan rumah 5 (6) Membongkar bangunan yang tidak termasuk dalam kelas tidak permanen 3 (7) Mendirikan bangunan sementara yang pendirianya telah diperoleh izin dari Kepala Daerah paling lana 1 (satu) bulan 3 (8) Mendirikan perlengkapan bangunan yang pendiriannya telah diperoleh izin selama mendirikan suatu bangunan. Pasal 34 Bagi siapapun dilarang mendirikan bangunan apabila + 1. Tidak mempunyai surat Izin Mendirikan Bangunan (IMB) 5 2. Menyimpang dari” ketentuan-ketentuan atau syarat~syarat lebih lanjut dari Izin Mendirikan Bangunan (IMB) 5 | S. Menyimpang dari refeana pembangunan yang menjadi d4sar pemberian Izin Mendirikan Bangunan (IMB) 5 | 4. Menyimpang dari peraturan dan syarat-syarat yang telah ditetapkan dalam Peraturan Daerah ini atau peraturan lainnya yang tidak bertentangan dengan Peraturan Daerah ini ; 5. Mendirikan bangunan diatas tanah orang lain tanpa izin pemiliknya atau kuasanya yang sah. Pasal 35 (1) Bupati dapat mencabut surat Izin Mendirikan Bangunan apabila = a. Dalam waktu & (enam) bulan setelah tanggal izin itu diberikan pemegang izin masih belum melakukan pekerjaan yang sungguh~ sungguh dan meyakinkan 5 49 b. Pekerjaan-pekerjaan itu terhenti selama 3 (tiga) bulan dan ternyata tidak akan dilanjutkan 5 c. Izin yang telah diberikan itu kemudian ternyata didasarkan pada keterangan-keterangan yang keliru $ Pembangunan itu kemudian ternyata menyimpang dari rencana dan syarat-syarat yang disahkan. (2) Pencabutan surat Izin Mendirikan Bangunan diberikan dalam bentuk Surat Keputusan Bupati kepada pemegang izin disertai dengan alasan-alasannya 5 | (3) Sebelum keputusan dimaksud pada ayat (2) pasal ini dikeluarkan, pemegang izin terlebih dahulu diberi tahu dan diberi peringatan secara tertulis dan kepadanya diberi kesempatan untuk mengajukan keberatan-keberatannya. Pasal 36 PELAKSANAAN PEKERIAAN MENDIRIKAN/MENGUBAH BANGUNAN (2) Pemohon, Izin Mendirikan Bangunan menberitahukan secara tertulis kepada Dinas Pekerjaan Umum Cipta Karya Daerah tentang : a. Saat akan dimilainya pekerjaan mendirikan bangunan tersebut dalam Tzin Mendirikan Bangunan, sekurang-kurangnya 24 jam sebelum pekerjaan dimulai | b. Saat akan dimilainya bagian-bagian pekerjadn mendirikan bangunansepanjang hal ini dipersyaratkan| dalam T2in Mendirikan Bangunan, sekurang-kurangnya 24 jam sebelum bagian itu mulai dipekersakan. c. Tiappenyelesaian bagian. pekerjaan mendirikan — bangunan sepanjang hal itu dipersyaratkan dalam Izin Mendirikan Bangunan, sekurang-kurangnya 24 jam sebelum bagian itu selesai dikersakan. (2) Pekerjaan mendirikan bangunan dalam Izin Mendirikan Bangunan baru dapat dimulai dikerjakan setelah Dinas Pekerjaan Unum Cipta Karya Daerah menetankan garis sempadan pagar, garis sempadan bangunan serta ketinggian. permukaan tanah pekarangan tempat bangunan didirikan sesuai dengan persyaratan yang telah ditetapkan dalam Tzin Mendirikan Bangunan | (3) Selanbat-lambatnya 3 (tiga) hari setelah dit sebagaimana pada ayat (1) pasal ini, Dinas Pekeriaan Umum Cipta 1a) pemberitahuan Karya Daerah tidak melaksanakan tugasnya sebagaimana dimaksud pada ayat (2) pasal ini, maka pemohon dapat memulai pekerjaannya; (4) Pekerjaan mendirikan bangunan harus dilaksanakan sesuai dengan rencana yang diajukan dan ditetapkan dalam Izin Mendirikan Bangunan. mo (2) aw ay a (2) 20 Pasal 37 | Selama pekerjaan mendirikan bangunan dilaksanakan, pemohon Izin Mendirikan Bangunan dapat diwajibkan untuk menutup Jokasi tempat mendirikan bangunan dengan pagar pengaman yang) mengelilingi dengan pintu rapat 5 | Bilamana terdapat sarana kota yang mengganggu atau terkena Fencana penbangunan, maka pelaksanaan pesindahan/pengaman harus dikerjakan oleh pihak yang berwenang atas biaya pemilik Izin Mendirikan Bangunan. | Pasal 38 PELAKSANAAN PEMBANGUNAN | Pelaksanaan pekerjaan mendirikan bangunan sampai dua lantai dapat dilakukan oleh pelaksana perorangan yang ahli 5 : Pelaksanaan pekerjaan mendirikan bangunan dengan luas lebih dari S00 M? atau bertingkat lebih dari dua lantai atau bangunan spesifik harus dilakukan oleh pelaksana badan hukum| yang memiliki kualifikasi sesuai dengan peraturan yang berlaku. — Pasal 39 PENGAWASAN PELAKSANAAN PEKERJAAN Pengawasan pelaksanaan pekerjaan dapat dilakukan oleh pengawas yang sudah mendapat izin 5 Selana pekerjaan mendirikan bangunan dilakukan, pemohon Izin Nendirikan Bangunan diwajibkan agar menempatkan silinan gambar Sxin Hendtrikan Sepinmen Weleerta Comebrainen i tohiek wherSamn untuk kepentingan pemeriksaan oleh petugas 3 | Petuges Dinas Pekerjaan llmin Daerah Cinta Karya Dectah berwenang wntuk 5 | a. Memasuki dan memeriksa tempat pelaksanaan pekersaan mendirikan bangunan setiap saat pada jam keria ; | b. Memeriksa apakah bahan bangunan yang digunakan pesuad dengan Perayeritan Umee Batten Mengunen (PUNB) sian Nenerintahkan menyingkirkan Bahan bangunan yang tidak memenuhs syarat, demikian dengan alat-alat yang diangpap berbahaya serta merugikan keselanatan/kesehatan unum; | Neeerintahkan meabongkar atau menghentikan segkra pekersaan mendirikan bangunan, sebagian atau seluruhnya untuk sementara 1. Pelaksanaan nendirikan bangunan menyimpang deri izin yang telah diberikan atau syarat-syarat yang telah ditetapkan ; . Peringatan tertulis dari Dinas pekerjaan Umum] Daerah Cipta a (2) @ a m (2) o 2a Pasal 40 KESELAMATAN KERIA Pelaksanaan mendirikan bangunan harus mengikuti ketentuan- ketentuan dari Peraturan Keselamatan dan Kesehatan Kerja yang berlaku 5 Pemegang Izin Mendirikan Bangunan diwajibkan untuk selalu berusaha menyediakan air minum bersih yang memenuhi kesehatan Lingkungan tempat pekerjaan ditempatkan sedemikian rupa, sehingga mudah dicapai oleh para pekerja yang membutuhkannya Pemegang Tzin Mendirikan Bangunan diwajibkan s@lalu berupaya menyedikan perlengkapan PPPK lengkap dan banyaknya sesuai dengan Jumlah orang yang diperkeriakan, ditempatkan sedemikian rupa di dalam Lingkungan pekerjaan, sehingga mudah dicapai bila diperlu- kan 5 Pemegang izin bangunan diwajibkan sedikitnya menyediakan satu kakus sementara bila memperkeriakan sampai dengan 40 orang pekerja untuk 40 orang kedua, ketiga dan seterusnya disediakan tambahan masing-masing satu kakus Lagi. Bagian Kedua Tzin Penggunaan Bangunan (IPB) Pasal 41 PEMBERITAHUAN SELESAINYA MENDIRTKAN/MENGUEAH BANGUNAN setelah bangunan selesai, pemohon wajib menyampaikan laporan secara tertulis dilengkapi dengan : a. Berita acara pemeriksaan dari pengawas yang telah diakreditasi (bagian bangunan yang dipersyaratkan) 5 b. Gambar yang sesuai dengan pelaksanaan (as built drawings) + c. Fotocopy tanda pembayaran retribusi. Berdasarkan laporan dan berita acara sebagaimana dimaksud pada ayat (1) pasal ini Kepala Dinas Pekerjaan Umum Cipta Karya Daerah atas nama Bupati menerbitkan surat Tzin Penggunaan Bangunan (IPB) 5 Jangka waktu penerbitan Izin Penggunaan Bangunan | dimaksud pada ayat (2) ditetapkan selanbat-lanbatnya 12 hari Keria terhitung sejak diterimanya laporan dan berita acara pemeriksaan. Pasal 42 @pabila terjadi perubahan penggunaan bangunan sebagaimana yang telah ditetapkan dalam Izin Mendirikan Bangunan, pemilik Izin Mendirikan Bangunan diwajibkan mengajukan permohonan Izin Penggunaan Bangunan yang baru kepada Bupati. om @ @ m (2) (3) “4 «s) we) Tzin Pasal 43 TATA CARA PENGAIUAN TZIN PENGGUNAAN BANGLNAN Untuk bangunan baru, pengajuan Izin Penggunasn Bangunan dilakukan bersamaan dengan pengajuan Izin Mendirikan Bangunan 3 Pengajuan Izin Penggunaan Bangunan diajukan secara tertulis kepada Bupati oleh perorangan, badan/lembaga melalui Dinas Pekerjaan Umum Cipta Karya Daerah dengan mengisi formulir yang disediakan 5 Formilir isian Pengajuan Izin Penggunaan Bangunan tersebut pada ayat (1) akan diatur lebih lanjut dengan Surat Keputusan Bupati. Pasal 44 PENERBITAN TZIN PENGGUNAAN BANGUNAN Pines Pokerinan ima Shek Karya tore suepadedian peneiitian ates Pengaiuan Izin Penggunasn Bangunen yang diajukan sengonai syerat-ayarat adainistrepi, teknik dan Lingkimgan senurut persturan’ yang “betlaka\ ppea- nant Pengasum t/in Pengounaan meres Siniotih Rinse Pehersaqn Une Cite Karya Daerah emeberiked ange teriee Ke oe Ment Meee atle| erties scinhedaterseh, twihah stone 5 Dinas Pekersaan Ueun Cipta Karya Daerah aseberitan sertifikat Lark id, apelin ene Hither Iain Pontemein Seeuneews telah memmeuht sereraraten twhnis dan Lingkungan 5 Delon abe 3, Cikeh Hark horde series artaensiahae warteesie layak huni sebagainana dinaksud pada ayat (3), Dinas Pekerjaan Umum Cipta Karys Dserah garmtapken besarnye retribiei yang’ waiib dibayar oleh penohon sesuai dengan peraturan yang beriaku 3 Herdanithen puakapet edphpsinenn timdend nade’ wyht. (4, gomben mnie Teton 4 Dalen Sangha wiktar 46 Rei terse eokelah retrifest diiunent, Gengunsh’ yang! Meraesghitan kepada penohen Phigsjuan Izin Penggunaan Bangunan. Pasal 45 Penggunaan Bangunan diterbitkan dengan masa berlaku 5 tahun untuk bangunan umum dan 10 tahun untuk rumah tinggal, apabila habis masa berlakunya Izin Penggunaan Bangunan, pemilik bangunan diwajibkan mengajukan permohonan perpanjangan Izin Penggunaan Bangunan. a (2) (3) wm (2) @) a «2 Pasal 46 PENGAWASAN IZIN PENGGUNAAN BANGUNAN Dalam rangka pengawasan penggunaan bangunan, petugas Dinas Pekerjaan Unum Cipta Karya Daerah dapat minta kepada pemilik bangunan untuk menperlinatkan Izin Panggunaan Bangunan beserta lampirannya 3 Kepada Dinas Pekersaan Umum Cipta Karya Daerah dapat menghentikan penggunaan bangunan apabila penggunaannya tidak sesuai dengan Tzin Penggunaan Bangunan ¢ Dalam hal terjadi seperti pada ayat (2), maka setelah diberi peringatan tertulic serta apabila dalam jangka waktu yang ditetapkan penghuni tetap tidak memenuhi ketentuan seperti yang ditetapkan dalam Izin Penggunaan Bangunan, Bupati akan mencabut Izin Penggunaan Bangunan yang telah ditetapkan. Bagian Ketiga Izin Merebohkan Bangunan (1HB) Pasal 47 PETUNJUK MEROBOHKAN BANGUNAN | Bupati dapat memerintahkan kepada pemilik untuk merobohkan bangunan yang dinyatakan = a. Rapuh 5 b. Membahayakan keselamatan unum ; €. Tidak sesuai dengan tata ruang kota dan ketentuan lain yang berlaku. Pemilik bangunan dapat mengajukan permehonan untuk merobohkan bangunannya + \ Sebelum mengajukan Izin Merobohkan Bangunan pemohon haus terlebih datulu meminta petunjuk tentang rencdna merobohkan bangunan kepada Dinas Pekerjaan Umum Cipta Karya Daerah, yang meliputi + : a. Tujuan atau alasan merobohkan bangunan + b. Persyaratan merobohkan bangunan ; c. Cara merobehkan bangunan ; d. Hal-hal lain yang dianggap perlu. en PERENCANAAN HEROBOHKAN BANGUNAN | Perencanaan merabuhkan bingunan dibuat oleh perenctna bangunen 5 Ketentuan pada ayat (1) tidak berlaku bagi + a: Sangunee aekerfiane 9 bs Bangunan bertingkat dan tidak bertingkat. Perencanaan nerobohkan bengunen meliputi + 2. dintes merononign ‘bengunan 3 b. Pengendalian pelaksanaan merobohkan bangunan. wm «2 am (2) @ ca) «s) 6) am a @) Pasal 49 TATA CARA MENGAJUKAN PERMOHONAN IZIN MEROBOHKAN BANGUNAN (PIHB) Permohonan Tzin Merobehkan Bangunan harus diajukan fendiri secara tertulis kepada Kepala’Daerah oleh perorangan atau | badan/lembaga dengan mengisi formilir yang disediakan olen Dinas Pekersaan Unum Cipta Karya Daerah 5 Formilir isian tersebut pada ayat (1) akan diatur lebih lanjut dalam Surat Keputusan Bupati. Pasal 50 PENERBITAN IZIN HEROBOHKAN BANGUNAN (THB) Dinas Pekerjaan Umum Cipta Karya Daerah mengadakan penelitian atas permohonan atas Izin Merobahkan Bangunan Yang diajukan mengenai syarat-syarat administrasi, teknis dan — lingkungan peraturan yang berlaku pada saat Permohonan Izin Merobohkan Bangunan diajukan 3 Dinas Pekerjaan Umum Cipta Karya Daerah memberikan tanda terima Permohonan Izin Merobohkan Bangunan apabila__persyaratan administrasi telah terpenuhi + Dinas Pekerjaan Unum Cipta Karya Daerah memberikan rekomendasi aman atas rencana merobohkan bangunan yang diajukan Izin Meroboh~ kan Bangunannya telah memenuhi persyaratan keamanan teknis dan keselamatan lingkungan 5 Dalam waktu 5 hari kerja telah diterbitkanya rekomendasi sebagai- mana dimaksud pada ayat (3), Dinas Pekerjaan Umug Cipta karya Daerah menetapkan besarnya retribusi yang wajib dibayar oleh pemohon sesuai dengan peraturan yang berlaku 5 Berdasarkan penetapan sebagaimana dimaksud pada ayat (4), pemohon membayar retribusi 3 Dalam jangka waktu 10 hari kerja setelah retribusi dilunasi, Bupati mengeluarkan Izin Merobohkan Bangunan untuk bangunan yang bersangkutan kepada pemohon Permohonan Tzin Merobohkan Bangunan 3 Tzin Merobohkan Bangunan (THB) tidak diperlukan untuk gerobohkan/membongkar bangunan yang menurut pertimbangan Kepala Dinas Cipta Karya Daerah tidak membahayakan. Pasal 51 PELAKSANAAN MEROBOHKAN BANGUNAN Pekerjaan merobohkan bangunan baru dapat dimulai — sekurang- kurangnya 5 hari kerja setelah Izin Merobohkan Bangunan diterimas Pekerjaan merabohkan bangunan dilaksanakan berdasarkan cara dan rencana yang disahkan dalam Izin Merobohkan Bangunan. Pasal 52 PENGAWASAN PELAKSANAAN MEROBOHKAN BANGUNAN (2) Selama pekerjaan merobohkan bangunan dilaksanakan, pemilik Izin Merobohkan Bangunan harus menempatkan salinan Izin Merobohkan Bangunan beserta lampirannya di lokasi pekerjaan untuk kepentingan pemeriksaan petugas ; (2) Petugas berwenang a. Hemasuki dan meneriksa tenpat pelaksanaan pekeridan merobohkan bangunan | bs Menerikaa apeksh periengkapan dan peralatan ydpq digunakan untuk merobohkan bangunan atau bagian-bagian Hangunan yang dirobohkan sesuas dengan persyaratan yang disahkan dalam Tzin Nerobohkan Bangunan 3 cs Melarang perlengkapan, peralatan dan cara yang digunaken untuk merobohkan bangunan yang berbahaya bagi pekeria, masyarakat sekitar dan lingkungan, serta monerintahkan mentdati cara-cara yang telah disahkan dalam Tzin Herobohkan Bangunan. Bap y RETRIBUSI Began Pertana baue Pasal 53 (1) Sebelum agaulai pekeriaan, pemohon Izin Mendirikan Hangunan wad ib membayar retribusi terlebih dahulu + | (2) Besarnya retribusi diberitahukan kepada pemohon secara tertulis ; (3) Pembayaran retribusi Tzin Wendirikan Bangunen tersebut pada ayat (1) dilakukan selanbat-lanbatnya 15 hari keria petelah surat pemberitahuan diterima oleh pemohon ; F (4) Retribusi yang telah dibayarkan tidak bisa diminta Kembali (5) Balik nama atas Izin Mendirikan Bangunan dikenakan biaya retrsbust sebeser 90 % (persen) dari besarnya perhitngan Keabali retribusi Izin Mendirikan Bangunan yang bersangkutan. | Pasal 54 Nana Dengan nama Retribusi Izin Mendirikan Bangunan dipungut retribusi sebagai pembayaran atas pemberian izin mendirikan bangunan. Pasal 55 OBJEK (1) Objek Retribusi adalah pemberian objek izin mendirikan bangunan ; (2) Tidak termasuk objek retribusi pemberian izin mendirikan bangunan kepada Pemerintah Daerah dan Pemerintah Pusat. Pasal 56 SUBJEK | Subjek Retribusi adalah orang pribadi atau badan yang memperoleh Izin Mendirikan Bangunan. Pasal 57 Retribusi Izin Mendirikan Bangunan digolongkan sebagai Retribusi Perizinan Tertentu. Pasal 58 BIAYA IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN/MENGUBAH BANGUNAN (IMB) (1) Biaya Izin Mendirikan Bangunan terdiri dari + a. Biaya formulir pendaftaran 5 b. Blaya pemerikeaan gambar/koreksi gambar yang eliputi ' arsitektur dan konstruksi + Biaya pengawasan 5 d. Biaya sempadan. (2) Besarnya biaya-biaya tersebut pada ayat (1) pasal ini ditetapkan berdasarkan pada nilai bangunan, lokasi bangunan, status bangunan, kelas bangunan, tingkat bangunan dan luas lantai bangunan. Pasal 59 BIAYA IZIN PENGGUNAAN BANGUNAN (IPB) (4) Biaya Izin Penggunaan bangunan terdiri dari a. Biaya formulir pendaftaran ; b. Biaya pengawasan 5 © Biaya retribusi penggunaan bangunan. Besarnya akan ditetapkan dengan Keputusan Bupati. (2) Besarnya biaya-biaya tersebut pada ayat (1) pasal ini ditetapkan berdasarkan pada nilai bangunan, lokasi bangunan, kelas bangunan, tingkat bangunan dan luas lantai bangunan. Pasal 60 BIAYA IZIN MEROBOHKAN BANBUNAN (THB) (4) Biaya Izin Merobohkan Bangunan terdiri dari a. Biaya formulir pendaftaran 5 b. Biaya pengawasan + c. Biaya retribusi merobohkan bangunan. Besarnya akan ditetapkan dengan Keputusan Bupati. (2) Besarnya biaya-biaya tersebut pada ayat (1) pasal ini ditetapkan berdasarkan nilai bangunan, lokasi bangunan, status bangunan, kelas bangunan, tingkat bangunan dan luas lantai bangunan. BAB VI PRINSIP DAN SASARAN DALAM PENETAPAN STRUKTUR DAN BESARNYA TARIF Pasai 61 (2) Prinsip dan sasaran dalam penetapan tarif retribusi didasarkan pada tujuan untuk menutup sebagian atau sama dengan biaya penyelenggaraan pemberian izin 5 (2) Biaya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi biaya pengecekan dan pengukuran lokasi, biaya pemetaan dan biaya transportasi dalam rangka pengawasan dan pengendalian 5 (3) Biaya sebagaimana dimaksud pada ayat (2), 40 % dari Retribusi Izin Mendirikan Bangunan dikeluarkan untuk biaya penelitian, pengecekan dan pemeriksaan di lapangan oleh Tim Izin. Mendirikan Bangunan 5 (4) Tata cara pelaksanaan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) ditetapkan oleh Bupati. BAB VII STRUKTUR DAN BESARNYA TARIF RETRIBUST Pasal 62 Besarnya tarif retribusi ditetapkan sebagaimana tersebut dalam lampiran I, IT dan III Peraturan Daerah ini. BAB VIII WILAYAH PEMUNGUTAN Pasal 63 Retribusi yang terutang dipungut di wilayah Daerah tempat Izin Mendirikan Bangunan diberikan. BAB Ix MASA RETRIBUSI DAN SAAT RETRIBUSI TERUT! Pasal 64 Masa Retribusi adalah jangka waktu yang lamanya atau ditetapkan lain oleh Bupati. Pasal 65 Saat terutangnya retribusi adalah pada saat diterbitkannya Surat Ketetapan Retribusi Daerah atau dokumen lain yang dipersamakan. BAB x SURAT PENDAFTARAN Pasal 66 (1) Wajib Retribusi wajib mengisi Surat Pendaftaran Objek Retribusi Daerah (SPdORD). (2) Surat Pendaftaran Objek Retribusi Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus diisi dengan jelas, benar dan lengkap serta ditandatangani oleh Wajib Retribusi atau kuasanya. (3) Bentuk, isi, serta tata cara pengisian dan penyampaian Surat Pendaftaran Qbjek Retribusi Daerah sebagaimana flimaksud pada ayat (1) ditetapkan oleh Bupati. BAB XI PENETAPAN RETRIBUSI | Pasal 47 (4) Berdasarkan Surat Pendaftaran Objek Retribusi Daerah sebagainana dinaksud dalam Pasal 66 ayat (1) ditetapkan retribusi terutang dengan menerbitkan Surat Ketetapan Retribusi dokumen Iain yang dipersamakan ; | | Daerah atau (2) @pabila berdasarkan hasil pemeriksaan dan ditemukan data baru dan atau data yang semula belum terungkap menyebabkan penambahan jumlah retribusi yang terutang, maka dikeluarken Surat Ketetapan Retribusi Daerah Kurang Bayar Tambahan ; (3) Bentuk, isi, dan tata cara penerbitan Surat Ketetgpan Retribusi Daerah atau dokumen lain yang dipersamakan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan Surat Ketetapan Retribusi Daerah Kurang Bayar Tambahan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) ditetapkan oleh Bupati. BAB XII TATA CARA PEMUNGUTAN Pasal 68 (1) Pemungutan retribusi tidak dapat diborongkan + (2) Retiribusi dipungut dengan menggunakan Surat Ketetapan Retribusi Daerah atau dokumen lain yang dipersamakan, dan Surat Ketetapan Retribusi Daerah Kurang Bayar Tambahan. | BAB XIII SANKSI ADMINISTRAST Pasal 49 Dalam hal Wajib Retribusi tidak membayar tepat pada waktunya atau kurang membayar, dikenakan sanksi administrasi berupa bunga sebesar erutang atau kurang di bayar dan ditagih dengan menggunakan Surat Tagihan 2 % (dua persen) setiap bulan dari retribusi yang Retribusi Daerah. BAB xIV TATA CARA PEMBAYARAN Pasal 70 (1) Pembayaran retribusi yang terutang harus dilunasi sekaligus ; «2 @ aw (2) m (2) @) « i) belas) hari seJak.diterbithannya Surat Ketetapan Retribusi Daerah atau" dohumen lain yang dipersanakan, Surat fetetapan Retritusi Daerah Kurang Bayar Taabahan, den Surat Tagihan Pwtr{bual Daerah. Tata cara pembayaran, penyetoran, tempat pembayaran retribusi diatur dengan Keputusan Bupati. santoa nouns Retribusi terutang berdasarkan Surat Ketetapan Retribusi Daerah Daerah Kurang Bayar Tambahan, Surat Tagihan Retribusi Daerah dan inten tro nes | Penagihan retribusi melalui Badan Urusan Piutang jLelang Negara Sipeaen eeaigL sete eaemrioee ee berlaku. | roma disertai alasan-alasan yang jelas ; } Sow tohscotin erie socio Sohn “1s ts crn ooeh ered Keberatan harus diajukan dalam jangka waktu paling lama 2 (dua) lain yang dipersamakan, Surat Ketetapan Retribusi Daerah Kurang Bayar Tambahan, dan Surat Ketetapan Retribusi Daerah Lebih Bayar diterbitkan, kecuali apabila Wajib Retribusi tertentu dapat menunjukkan bahwa jangka waktu itu tidak dapat dipenuhi karena keadaan diluar kekuasaannya ; Keberatan yang tidak memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan (3) tidak dianggap sebagai surat keberatan, sehingga tidak dipertimbangkan + 6) m @) @) a @ a) (s) 6) m 30 Pengajuan keberatan tidak menunda kewajiban sembayar retribusi dan pelaksanaan penagihan retribusi. Pasal 73 Bupati dalam jangka waktu paling lama & (enam) bulan sejak tanggal Surat Keberatan diterima harus memberi keputusan atas keberatan yang diajukan 5 . Keputusan Bupati atas keberatan dapat berupa menerima seluruhnya atau sebagian, menolak, atau menambah besarnya —retribusi yang terutang + Apabila jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) telah lewat dan Bupati tidak memberikan suatu keputusan, keberatan yang diajukan tersebut dianggap dikabulkan. Bap wit PENGEMBALIAN KELEBTHAN PEMBAVARAN Pasal 74 Atas kelebihan pembayaran retribusi, Wajib Retribusi dapat aengajukan pernahorian pengesbalian kepada Bupati Bupati dalam jangka waktu paling lana & (enam) bulan sejak diterimanya permohanan kelebihan pembayaran retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1), harus memberikan keputusan 5 Apabila jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (2) telah dilampaui dan Bupati tidak senberikan suatu keputusan, permohonan pengembalian kelebihan retribusi dianggap dikabulkan dan Surat Ketetapan Retribusi Daerah Lebin Bayar harus diterbitkan dalam jangka waktu paling lama 1 (satu) bulan ; | Apabila wajib Retribusi mempunyai utang retribiei lainnya, kelebinan penbayaran retribusi sebagainana dimaksuf! pada ayat 1 (satu) Lengsung diperhitungkan untuk melunasi terlebin dahulu tang retribusi tersebut 5 Pengenbalian kelebihan penbayaran retribusi sebagaimana dinaksud pada ayat 1 (satu) dilakukan dalam jangka waktu paling lama 2 (dua) bulan sejak diterbitkannya Surat Ketetapan Retribusi Daerah 5 Apabila pengesbalian kelebihan penbayaran retribusi dilakukan setelah lewat jangka waktu 2 (dua) bulan, Bupati memberikan imbalan bunga sebesar 2 (dua persen) sebulan atas| keterlambatan pembayaran kelebihan retribusi. | Pasal 75 Permohonan pengembalian kelebihan pembayaran retripusi diajukan secara tertulis kepada Bupati dengan sekurang-kurangnya menyebutkan = (2) ) ay (2) a (2) @ a (5) ) a) a. nama dan alamat wajib retribusi 3 b. masa retribusi ; c. besarnya kelebihan pembayaran + d. alasan yang singkat dan jelas. Permohonan pengembalian kelebihan —pembayaran —retribusi disampaikan secara langsung atau melalui pos tercatat 3 ee tercatat merupakan bukti saat permohonan diterima oleh Bupati. Bukti penerimaan oleh Pejabat Daerah atau bukti Pasal 76 Pengembalian kelebihan retribusi dilakukan dengan menerbitkan Surat Perintah Membayar Kelebihan Retribusi ; Apabila kelebihan pembayaran retribusi diperhitungkan dengan utang retribusi lainnya, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 75 ayat (3), pembayaran dilakukan dengan cara a dan bukti pemindahbukuan juga sebagai bukti pembayaran BAB XVIII PENGURANGAN, KERINGANAN DAN PEMBEBASAN RETRIBUSI Pasal 77 Bupati dapat memberikan pengurangan, keringanan dan pembebasan retribusi ; Pemberian pengurangan atau keringanan retribusi) sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dengan memperhatikan kemampuan wajib retribusi,’ antara lain, untuk mengangsur 3 Pembebasan retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) antara lain diberikan kepada masyarakat yang ditimpa bengana alam dan atau kerusuhan 5 Tata cara pengurangan, keringanan dan pemtebagan retribusi ditetapkan oleh Bupati 3 Khusus untuk bangunan peribadatan dibebaskan dari retribusi, namun tetap mengajukan permohonan izin 5 Untuk bangunan Rumah Sederhana dan Rumah Sangat Sederhana (RS) dan (RSS) diberi keringanan pembayaran retribusi sebesar 25 % dari tarif retribusi sebagaimana tersebut I.1 Rumah Permanent dalam lampiran peraturan daerah ini. BAB XxIx KEDALUWARSA PENAGIHAN Pasal 78 hak untuk melakukan penagihan retribusi, kedaluwarsa setelah melampaui jangka waktu 3 (tiga) tahun terhitung sejak saat terutangnya retribusi, kecuali apabila wajib retribusi melakukan tindak pidana di bidang retribusi ; (2) Kedaluwarsa penaginan retribusi sebagaimana dimaksuid pada ayat (1) tertangguh apabila = | a. diterbitkan surat teguran, atau ; b. ada pengakuan utang retribusi dari Wajib Retribusi baik langsung maupun tidak langsung. BAB Xxx PENGAWASAN Pasal 79 Untuk melaksanakan pengawasan terhadap pelaksanaan Peraturan Daerah ini dibebankan kepada Kepala Dinas Pekerjaan Umum Cipta Karya Daerah atau kepada pihak lain yang ditunjuk oleh Bupati. BAB XXxI SANKSI TERHADAP PELANGGARAN Pasal 80 melanggar/tidak sesuai dengan ketentuan yang telah d: tetapkan oleh Apabila pemegang Izin Mendirikan Bangunan pane pekerjaannya Bupati dapat dikenakan sebagai berikut 1. Kegiatan mendirikan bangunan dihentikan 5 2. Bangunan disegel ; 3. Pelanggaran bengunan legalisasi denda 5 4. Dikenakan biaya legalisasi denda 5 5. Eksekusi yang dilaksanakan atas perintah Bupati. BAB XxxIr KETENTUAN PIDANA Pasal 81 | (1) Wajib retribusi yang tidak melaksanakan kewajibannya sehingga merugikan keuangan Daerah diancam pidana kurungan|paling lama 6 (enam) bulan atau denda paling banyak 4 (empat) kali jumlah retribusi terutang ; (2) Besarnya denda maksimum yang dimaksud pada ayat (1) tersebut akan ditinjau dan ditetapkan oleh Bupati ; (3), Tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat| (1) adalah pelanggaran. BAB XXIIT PENYIDIKAN Pasal 82 (1) Selain oleh Pejabat Penyidik Umum, penyidikan atas| tindak pidana pelanggaran Peraturan Daerah ini dilakukan oleh Penyidik Pegawai Negeri Sipil (PPNS) di Lingkungan FPemerintah Daerah yang pengangkatannya sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku 5 3 (2) «@) kan laporan berkenaan dengan tindak pidana di bidang retribusi d. Memeriksa buku-buku, catatan-catatan dan dokumen-dokumen lain pembukuan, pencatatan, dan dokumen-dokumen | lain, serta melakukan penyitaan terhadap bahan bukti tersebut ; 4. Meminta bantuan tenaga ahli dalam rangka pelaksanaan tugas penyidikan tindak pidana di bidang retribusi dagrah 9+ Menyuruh berhenti dan atau melarang seseorang meninggalkan ruangan atau tenpat pada saat peneriksaan sedang berlangsung dan moneriksa identitas orang dan atau dokumen yang dibawa sebagaimana dimaksud pada hurut ¢ 4 hy Memotret seseorang yang berkaitan dengan tindak pidana retribusi daerah | Memanggil orang untuk didengar keterangannya dan diperiksa sebagai tersangka atau saksi; 5+ Menghentikan penyidikan 5 k. Melekukan tindakan lain yang perlu untuk kelancaran penyidikan tindak pidana di bidang retribusi Daerah menurut hukum yang dapat dipertenggungJanabkan. Penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) | memberitahukan dimulainya penyidikan dan menyampaikan hasil penyi#ikannya kepada Penuntut Umum, sesuai dengan ketentuan yang diatur| dalam Undang- undang Nomor @ Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana. BAB XXIV PERMOHONAN BANDING KEPADA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH Pasal a3 terhadap + | keputusan penolakan atau pencabutan surat izin olen Bupati 5 b. Keputusan Bupati mengenai penetapan ketentuan-ketentuan atau syarat-syarat lebih lanjut atau penetapan larangan. ae Po ee tort dey Gates JebokalSaontu 4 (oata) talon seteisll vikiristennve (2) Madea Wdedsen Wer tesa Sigael Gopet ocean len dence woke dtu yang celasa-lasanya 1 featw) balan. Pasal 85 Permohonan banding itu harus memuat : a. Nama dan tempat tinggal yang berkepentingan atau kuasanya 5 b. Tanggal dan nomor keputusan yang dimahon banding ; ¢. Alasan-alasan yang menjadi dasar permohonan banding itu 5 d. Pernyataan keputusan yang dikehendaki oleh yang ber}epentingan. Pasal 86 Bupati membentuk panitia untuk mempersiapkan penyelesaian permohonan banding itu. Pasal 87 Jika pencabutan suatu izin bangunan dinyatakan tidak beralasan oleh dan dengan suatu Keputusan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, maka izin berlaku kembali. ANALISA MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN (1) Settap pemohon yang akan mengasukan permohonan Ifin Mendirikan ee eee eel es cee ee eet a at ge epee aes ee (2) Untuk kawasan industri, perhotelan, perumahan real estate, pariwisata, gedung bertingkat yang mempunyai ketinggian 60 meter atau lebih, pelabuhan diwajibkan untuk melangkapi persyaratan Analisa Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) sesuai dengan ayat (1) pasal ini ; (3) Pelaksanaan dan pengawasan terhadap fnalisa Mengenai Dampak Lingkungan ditangani oleh Instansi terkait sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 5 Tahun 1993 ; (4) Bagi permohonan Izin Mendirikan Bangunan sesuai dengan ayat (1) dan (2) pasal ini, dalam mengajukan permohonan Izin mendirikan Bangunan harus disertai rekowendesi dari instensi yang aenangani masalah Analisa MengenaiDampak Lingkungan (AMDAL) 3 (5) Pelanggaran terhadap pasal ini dapat dikenakan sanksi hukuman sesuai dengan peraturan yang berlaku, dan untuk Izin Mendirikan Bangunan dapat dicabut oleh Bupati. BAB XxXxVI PERATURAN PERALIHAN Pasal a9 Daerah dan telah memiliki Izin Mendirikan Bangunan berdasarkan (2) Bagi bangunan yang telah ada sebelum Peraturan Daerah ini berlaku Daerah ini diwajibkan telah memiliki Izin Mendirikan Bangunan, Sepaniang lokasi bangunan-bangunan sesuai dengan rencana (es eee BAB xxvIT KETENTUAN LAIN-LAIN | Pasal 90 | (2) Untuk kawasan-kawasan tertentu, dengan pertimbangan tertentu, dapat ditetapkan peraturan bangunan secara khusus oleh Bupati berdasarkan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan yang telah ada ; (2) Hal-hal yang belum diatur dalam Persturan Daerah | ini sepanjang teknis pelaksanaannya akan diatur kemudian olen Bupati (3) Untuk jenis, besaran, jumlah lantai tertentu, yang mempunyai dampak penting bagi keselamatan orang banyak dan lingkungan, perlu adanya rekonendasi teknis dari Menteri Pekerjaan Umum sebelum dikeluarkan Izin Mendirikan Bangunan (IMB: BAB XXVIII KETENTUAN PENUTUP Pasal 91 Dengan berlakunya Peraturan Daerah ini, maka Peraturan Daerah Kabupaten Daerah Tingkat IT Probolinggo Nomor 18 Tahun 1979 tentang Mendirikan, Mengubah dan Membongkar Bangunan yang telah disahkan dengan Keputusan Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Jawa) Timur tanggal 7 April 1980 Nomor 71/P Tahun 1980 sebagaimana diubah terakhir dengan Feraturan Daerah Kabupaten Daerah Tingkat II Prabolinggo Nomor 6 Tahun 1992 yang telah disahkan dengan Keputusan Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Jawa Timur tanggal 30 Maret 1995 Nomor 175/P Tahun 1995 dinyatakan dicabut dan tidak berlaku legi- Pasal 92 | Hal-hel yang belum diatur dalam Peraturan Daerah jini, sepaniang mengenai pelaksanaannya akan diatur lebih lanjut oleh Bupati- pasel 93 Peraturan Daersh ini mula berlaku pada tanggal diundéngkan. agar setiap orang dapat mengetanuinya, | menerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini dengan menenpatkannya dalam Lembaran Daerah Kabupaten Probolinggo. Ditetapkan di ,| Probolinggo Pada tanggal /26 Pebruari 2000 (A pupayt PROBOLINGGO ee | Diundangkan dalam © Lembaran Daerah Kabupaten Probolinggo tanggal /- onl - 2000 Nomor: 4° Seri:_@& An. BUPATI PROBOLINGGO Sekpjatis Daerah MIP. 510 040.416 | ipa LAMPIRAN IT PERATURAN DAERAH KABUPATEN PROBOLINGGO + 26 PHBRUART 2000 : 1 MAHUN 2000 TANGGAL NOMOR BESARNYA TARIF RETRIBUSI IZIN PENGGUNAAN. BANGUNAN (IPB) KABUPATEN PROBOLINGGO ENTS BANGUNAN KLAFISIKASI JALAN /BERDASARKAN STATUS [TAS LANTAT BANGUNAN ‘EFEKTIF VOLUME /H2 RETRIBUST ‘TZN PENGGUNA| PENELITIAN/ komersial DAN FUNGSINYA 1 2 3 1. RUMAH TINGGAL 1. Rumah ja. Jalan Arteriy Permanent Kolektor Primer Ip. Jalan Lokal Rp. 600,- 20% Primer jc. Jalan Kolektor Rp. 900,~ 20% Sekunder Ja. Jalan Lokal Rp. 400,~ 20% Selamder 2. Rumah Semi fa. Jalam Arteri/ 4 Permanent Kolektor Primer fb. Jalan Lokal - Primer jc. Jalan Kolektor - Sekaunder 4. Jalan Lokal + Sekunder | 3. Rumah Non fa. Jalan Arteri/ at Permanent Kolektor Priner Ib. Jalan Lokal + Primer jc. Jalan Kolektor 7 Selumder Ja. Jalan Lokal + Selumder UT. BANGUNAN FASILITAS UMUM 1. Bannan ja. Jalan Arteri/ Rp. 1.500,- 20% Fosilitas timm | Kolektor Primer Konersial ,untuk ‘Toko, Kantor, |b. Jalan Lokal JRp. 1.250,- 20% Hotel. ‘tempat |” Primer Usaha, Pabrik, Gndang, tempat |c. Jalan Kolektor Hp. 1-000,~ 20% Rekreasi.losmen, sekunder | + Sarang brung | dan lain-lain |d. Jalan Lokal Rp. 750,- 20% yang bersifat | ~ Selunder 3 Fasilitas Umum Sosial Komersial Usaha, Rumah |b. Sakit Usaha dim| Pendidikan dan lain-lain yang |c. sejenisnya 3. Bangunan Fasilitas Umm Pemerintah. 1. Bangunan fa. Fasilitas Kantor, Pen-| didikan, ke-|b. ‘budayaan dan| kesehatan 2. Bangunan fas: Litas sosial| sejenisnya |d. 3. Bangunan Fasilitas Perdagangan dan Pasar 4. Bangunan a. fasilitas Umm Pemerintah Semi| komersial ,Bangun an Fasilitas |b. Perusahaan pene] rintah/Negara TIT. MENGERJAKAN TAIN-LAIN 1, Mengerjakan |a. Pagar tembok, Pasangan Kawat , Tralie dan |b. 2. Mengerjakan |a. Lantai Jem, Halaman ber ~ Aspal, Jalan |b. Makadam, Urukan Halaman/Laban 3. Mengerjakan ja. Penggantian Keranaka Atap |b. Jalan Arteri/ Kolektor Primer Jalan Lokal Primer Jalan Kolektor Jalan Lokal Jalan Kolektor Primer Jalan Lokal Primer Jalan Kolektor Jalan Lokal Jalan Arteri/ Kolektor Primer Jalan Lokal Primer Jalan Kolektor Jalan Lokal ‘Sekunder Jalan Arteri/ Kolektor Primer Jalan lokal Primer/Kolektor Selunder/Lokal Sekunder Jalan Kolektor Jalan Lokal Primer/Kolektor Sekunder/Lokal. Jalan Arteri/ Kolektor Primer Jalan Lokal Primer/Kolektor Sekunder/Lokal, 0 - ae Laas selebihnya 0 - aime [nas selebihaya o - aM Laas selebihnya Oo - aM Tuas selebihnya 0 - ame Inas selebihnya 0 = 21 Me Tnas selebihnya o - am Tuas selebihnya 0 - 2M Inas selebihnya 0 5/4 4M tingai 0 s/d 4M tinggi 0 s/d 10 M tingai| Luas selebihnya 0 a/d 10 M tingsi Lnas selebihaya o - ue Lnas selebihnya oO. a [nas selebihnya Ro. Rp. Rp. Rp. Rp. Re. Re. Rp. Rp. Rp. Rp. Rp. Rp. Rp. Rp. Rp. Rp. Rp. Ro. Rp. Rp. Re. Rp. Rp. Rp. 1.5002 1.5002 1.5002 | 1.500742 97,500,~ 2.500/H2. 82..500,- 2.00/42 67.500,~ 40% dari 40% dari 40% dari, 40% dari 40% dari 40% dari 40% dari 40% dari 40% dari. }40% dari 40% dari 40% dari, 1B B 1B B 1B B B B 1B 1B 1B Septitank 5. Mengerjakan alat-alat Reklame 6. Mengerjakan ‘anki 7. Nengersakan 8. MengerJakan Pelengsengan Untuk semua jalan Ja. Jalan Arteri/ Kolektor Primer >. Jalan Lokal Primer /Kolektor Sekunder/Lokal. Sekunder’ Jalan Kolektor Primer/Lokal Primer/ Kolektor Sekunder/ Lokal Sekunder Jalan Lokal Primer/| Kolektor sekunder/ Lokal sekunder ja. Jalan Kolektor Primer >. Jalan Lokal. Primer/Kolektor Sekunder/Lokal. Sekunder 1 bh 1 bh 1 bh 1th a [Ro.17.500.- | )Rp.17.500,— /¢ Bupayl PROBOLINGGO ea MURHADI x LAMPIRAN IIT PERATURAN DAERAH KABUPATEN PROBOLINGGO TANGGAL ©: 26 I 2000 NOMOR : 1 /TAHUN 2000 BESARNYA TARIF RETRIBUSI IZIN PENGHAPUSAN BANGUNAN (THB) . KABUPATEN PROBOLINGGO JENIS BANGUNAN | KLAFISIKASI JALAN |LUAS LANTAT BANGUNAN| RETRIBUSI | PENELITIAN/ /BERDASARKAN STATUS | EFEKTIF VOLUME/M2| 1ZN PENGHAPU| PEMERTKSAAN DAN FUNGSINYA [SAN BANGUNAN | KONSTRUKSI T 2 3 4 5 1. RUMAH TINGGAL 1. Rumah ja. Jalan Arteri/ Ro. 375.— 20% Permanent Kolektor Primer | >. Jalan Lokal Rp. 300,- 20% Primer . jc. Jalan Kolektor Rp. 250,— 20% Sekunder Jd. Jalan Lokal Rp. 200,— 20% Sekunder 2, Rumah Semi fa. Jalam Arteri/ 4 Permanent Kolektor Primer >. Jalan Lokal = Primer jc. Jalan Kolektor - Selunder 4. Jalan Lokal Selunder 3. Rumah on fa. Jalan Arteri/ Permanent Kolektor Primer Ib. Jalan Lokal + Primer jc. Jalan Kolektor + Selunder ]a. Jalan Lokal + Selunder TT. BANGUNAN FASILITAS UMM 1. Bangunan ja. Jalan Arteri/ Rp. 750,- 20% Fasilitas Umm | Rolektor Priner Komersial ,untul| ‘Toko. Kantor, |b. Jalan Lokal Re. 600.— 20% Hotel, Tempat | Primer Usaha, Pabeik, Gudang, tempat [c. Jalan Kolektor to. $00, 20% Rekreasi,losmen, — sekunder ] Saran burung dan lain-lain |. Jalan Lokal yang bersifat | Sekunder komersial 1 2 2. Bangunan Fasilitas Umum Sosial Konersial Usaha, Rumah Sakit Usaha dim| Pendidikan dan Jain-lain yang sejenisnya fasilitas Umm Penerintah Semi| konersial .Bangun an Fasilitas Perusahaan peme rintah/Megara TIT. MENGERJAKAN LAIN-LAIN 1, MengerSakan a. Ib. rb. b. Jalan Arteri/ Kolektor Primer Jalan Lokal Primer Jalan Kolektor Selunder Jalan Lokal ‘Selunder Jalan Kolektor Primer Jalan Lokal Primer Jalan Kolektor ‘Sekunder Jalan Lokal Sekunder’ Jalan Arteri/ Kolektor Primer Jalan Lokal Primer Jalan Kolektor ‘Sekunder Jalan Lokal Sekunder Jalan Arteri/ Kolektor Primer Jalan Jokal Priner/Kolektor ‘Sekunder /Lokal Sekunder Jalan Kolektor Primer Jalan Lokal Primer/Kolektor Rp. Re. a 5 490, 20% - 20% 3 20% ao. | mx 400,- 20% 380, 20% 300, 20% 280, 20% | I 650,- 20% i- 20% 375,~ 20% 250,- 20% 5. 6. aD 8. T 2 3 a Mengerjakan | Untuk sema jalan | 1 (satu) bush — |Rp. 15.000,-| Sumr, Sumur Peresapan dan Septitank Mengerjakan a. Jalan Arteri/ - Rp. 15.900,- alat-alat Kolektor Priner | Reklane >. Jalan Lokal - Rp. 10.000,-| Primer /Kolektor Selunder/Lokal Sekunder Mengerjakan | Jalan Kolektor 0 = 21 |Rp. 26.b00,-| Tonki Primer /Lokal Priner/ Kolektor Sekunder/ | Tuas selebihnya |p. 2.00/12 [Lokal Sekunder Mengerdakan [Jalan Lokal Primer/| 0 /d 6M tinegilRp. 37.500,- Cerobong Kolektor sekunder/ Tokal sekunder Inas selebinya |p. 1.00070 Mengerjakan a. Jalan Kolektor | 0 s/d 10M tinggi|p. 15,000,- Pelengsengan | ” Primer Tuas selebihnya Rp. 1.500/12| fb. Jalan Lokal. © 6/4 10 M tingaiRp. 11,500,- Primer /Kolektor Sekunder/Iokal | tas selebihnya |Rp. 1.000/12| Selunder Lain-lain = 1. Balik nama | Tain Bangman --Masing-masing dipungut, retribusi, scbesar| 2. Perpanjangan 50% dari Tarif Retribusi Tzin Banganan BUPAYI PROBOLINGGO MURHADI LAMPIRAN I PERATURAN DAERAH KABUPATEN PROBOLINGGO TANGGAL : 26 PEBRUART 2000 NOMOR 1) TAHUN 2000 BESARNYA TARIF RETRIBUSI IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN (IMB) KABUPATEN PROBOLINGGO | ‘JENIS BANGUNAN | KLAFISIKASI JALAN |LUAS LANTAT RANGUNAN| RETRIBUSI | PENELITIAN/ IBERDASARKAN STATUS | EFERTIF VOLUME |1ZIN BANGUNAN| PEMERIKSAAN DAN FUNGSINYA 1B) | KONSTRUKST i z 3 4 5 1. Rumah ja. Jalan Arteri/ | 0 - 21 M2 |Rp. 52,500,-[40% dari 1B Permanent Kolektor Primer | Tuas selebihnya |Rp. 1.500/42 Ib. Jalan Lokal 0 = 2112 | Rp. 37,500,-]40% dari IB Primer Tnas selebihnya | Rp. 1.200/2 lc. Jalan Kolektor | 0 . - 21 M2 |Rp. 30.000,-/40% dari 1B Selamder Las selebimya |Rp. 1.00/42 @. Jalan Lokal 0 = 21 2 |p. 22.500,-|40% dari 1B Selunder Tnas selebthnya | Rp. 900/42 2. Rumah Semi fa. Jalam Arteri/ | 0 - 21 M2 |Rp. 37.500,-|40% dari IB Permanent Kolektor Primer | Lnas selebihnya | Rp. 1.500/%2 fb. Jalan Lokal 0 = 2112 |Rp. 30.000,-]40% dari IB Primer Inas selebihnya | Rp. 1.200/M2 lc. Jalan Kolektor | 0 - 21 M2 |Rp. 16.000,~[40% dari 1B Sekunder Lnas selebihnya |Rp. 1.00/42 4. Jalan Lokal 0-21 |p. 11.500,-|40% dari 1B Sekunder Ins selebihnya | Rp. 80/2 3. Rumah Hon fa. Jalan Arteriy | 0 - 21M2 |Rp. 22.500,-/40% dari IB Permanent: Kolektor Primer | [uas selebihnya |Rp. 1.200/H2 jb. Jalan Lokal 0-21 M2 Rp. 15.000,-|40% dari 1B Primer Tuas selebihnya |Rp. 1.000 jc. Jalan Kolektor | 0 - 21 M2 |Ro. 11.500,-|40% dari 1B Sekunder as selebihnya |Rp. BOO a. Jalan Lokal 0 = 21 |Rp. 7.500,-|40% dari TB Sekunder [nas selebihnya [Rp. 600/42 TL. BANGUNAN FASILITAS UMUM 1. Bangunan ja. Jalan Arteri/ | 0 - 21 M2 |Rp. 125.000,-|40% dari TB Fasilitas timm | Kolektor Primer | nas selebihnya Rp. 3,500/1%2 Konersial .untuk} ‘Toko, Kantor, |b. Jalan Lokal 0-212 |p. 100.000,-|40% dari 1B Hotel, Tempat | Primer Inas selebihaya |itp. 3,000/H2 Vsaha, Pabrik, |, Gudang, tempat |c. Jalan Kolektor | 0 - 2142 |itp. 75.000,-|40% dari IB Rekreasi,Losmen, sekunder Tuas selebihnya |p. 2.500/H2 Sarang, barung dan lain-lain |d. Jalan Lokal 0 = 2112 |p. 50.000,-|40% dari IB yang bersifat | Sekunder Inas selebihnya | Rp. 2.000/H2 konersial Sekunder’ i 2 a] 5 2. Banganan Ja. Jalan Arteri/ Rp. 800,- 20% Fosilitas Umm |" Kolektor Primer Sosial Konersial Usaha, Rumah [b. Jalan Lokal Rp. 700,- 20% Sakit Usaha dln] "Primer Pendidikan dan Jain-lain yang |c. Jalan Kolektor Rp. 600,- 20% sejenisnya Selamder Jd. Jalan Lokal Rp. = 2% Selunder ] 3. Bangunan Fasilitas Umm Penerintah. 1. Bangunan a. Jalan Kolektor Rp. 800,~ 20% Fasilitas Primer Kantor, Pen- | didikan, ke-/b. Jalan Lokal Ro. = 20% ‘budayaan dan} Primer Kesehatan jc. Jalan Kolektor Rp. 600,~ 20% 2, Bangunan fasi Sekunder Litas sosial| sejenisnya |d. Jalan Lokal a. 20% 3. Bangunan ‘Sekunder Fasilitas Perdagangan dan Pasar 4. Bangunan ja. Jalan Arteri/ Rp. 1.280,~ 20% fasilitas Umm |" Kolektor Primer Penerintah Semi| konersial.,Bangun an Fasilitas {b. Jalan Lokal Rp. 1.000,- 20% Perusahaan pene| — Primer rintah/Negara jc. Jalan Kolektor Rp. 750,— 20% Sekunder | Ja. Jalan Lokal Rp. 00,~ 20% Selunder TOT. MENGERIAKAN TAIN-IAIN 1. Mengerjakan ja. Jalan Arteri/ i Pagar tenbok, | Kolektor Primer | Pasanaan Kawat, ‘Yralis dan |b. Jalan lokal L Kaya Priner/Kolektor Sekunder /Lokal Selkunder 2. Mengerjakan fa. Jalan Kolektor Rp. 900,- | 20% Yantai Jemar, |" Priner | Halaman ber ~ Aspal, Jalan |b. Jalan Lokal Rp. 800,- 20% Makadam, Urukan | Primer/Kolektor Halaman/Lahan | — Sekunder /Lokal Sekunder 3. Menerjakan Ja. Jalan Arteri/ - Penggantian Kolektor Primer Keranaka Atap |b. Jalan Lokal - Kaya Primer/Kolektor ‘Sekunder /Lokal Peresapan dan Septitank 5. Mengerjakan alat-alat Reklame 6. MengerSakan ‘Tonki + 7. Mengerjakan Cerobong 8. Mengerjakan Pelengsenzan Untuk sema jalan a. Ib. Jalan Arteri/ Kolektor Primer Jalan Lokal. Primer/Kolektor Sekunder/Lokal Sekunder Jalan Kolektor [Primer /Lokal Primer/ Kolektor Sekunder/ [Lokal Sekunder JJalan Lokal Primer/ Kolektor sekunder/ b. Jalan Lokal Primer/Kolektor Sekunder/Lokal ‘Sekunder ‘BUP, ‘I PROBOLINGGO MURHADI PENJELASAN UMUM | aTAS | PERATURAN DAERAH KABUPATEN PROBOLINGEO NOMOR 1 TAHUN 2000 TENTANG RETRIBUSI IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN T. PENJELASAN UMUM Bahwa sebagai tindak lanjut pelaksanaan indang-Undang Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 1997 tentang Rettibusi Daerah serta Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 119 Tahun| 1998 tentang Ruang Lingkup dan Jenis-Jenis Retribusi Daerah Tingkat I dan Daerah Tingkat IT , maka dalam rangka lebih memantapkan Otonomi Daerah yang luas, nyata dan bertanggungjawab | sebagaimana diamanatkan oleh Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah, pelaksanaan Pemerintahan dan Pembangunan Daerah memerlukan biaya yang bersumber dari Pendapatan Asli Daerah (PAD) khususnya yang bersumber dari Retribugi Daerah , perlu ditetapkan Retribusi Izin Mendirikan Bargunda Kabupaten Probolinggo dengan Peraturan Daerah. II. PENJELASAN PASAL DENI PASAL + Pasal 1 s/d Pasal 93 + Cukup jelas.

Anda mungkin juga menyukai