I. Tujuan
1.1 Menentukan kadar lemak sampel susu bubuk dengan cara ekstraksi menggunakan alat
sohxlet.
1.2 Menentukan kadar nitrogen sampel bubuk dengan metode kjehdahl.
3.1 Lemak
Lemak merupakan sekelompok besar molekul-molekul alam yang terdiri atas
unsur-unsur karbon, hidrogen, dan oksigen meliputi asam lemak, malam, sterol,
vitamin-vitamin yang larut di dalam lemak (contohnya A, D, E, dan K),
monogliserida, digliserida, fosfolipid, glikolipid, terpenoid (termasuk di dalamnya
getah dan steroid) dan lain-lain. Lemak secara khusus menjadi sebutan bagi minyak
hewani pada suhu ruang, lepas dari wujudnya yang padat maupun cair, yang terdapat
pada jaringan tubuh yang disebut adipose (Lehninger,1995).
Mengekstraksi lemak secara murni sangat sulit dilakukan, sebab pada waktu
mengekstraksi lemak, akan terekstraksi pula zat-zat yang larut dalam lemak seperti
sterol, phospholipid, asam lemak bebas, pigmen karotenoid, khlorofil, dan lain-lain.
Pelarut yang digunakan harus bebas dari air agar bahan-bahan yang larut dalam air
tidak terekstrak dan terhitung sebagai lemak dan keaktifan pelarut tersebut menjadi
berkurang. Pelarut ini seperti dietil eter, hexana, benzena, dan lain-lain.
Ada dua kelompok umum untuk mengekstraksi lemak yaitu metode ekstraksi
kering dan metode ekstraksi basah. Metode kering pada ekstraksi lemak mempunyai
prinsip bahwa mengeluarkan lemak dan zat yang terlarut dalam lemak tersebut dari
sampel yang telah kering benar dengan menggunakan pelarut anyhidrous.
Keuntungan dari dari metode kering ini, praktikum menjadi amat sederhana, bersifat
universal, dan mempunyai ketepatan yang baik. Kelemahannya metode ini
membutuhkan waktu yang cukup lama, pelarut yang digunakan mudah terbakar dan
adanya zat lain yang ikut terekstrak sebagai lemak (Lucas dkk, 1945).
Prinsip soxhlet ialah ekstraksi menggunakan pelarut yang selalu baru yang
umumnya sehingga terjadi ekstraksi kontiyu dengan jumlah pelarut konstan dengan
adanya pendingin balik. Soxhlet terdiri dari pengaduk atau granul anti-bumping, still
pot (wadah penyuling, bypass sidearm, thimble selulosa, extraction liquid, syphon
arm inlet, syphon arm outlet, expansion adapter, condenser (pendingin), cooling water
in, dan cooling water out. Penentuan kadar lemak dengan pelarut organik, selain
lemak juga terikut fosfolipida, sterol, asam lemak bebas, karotenoid, dan pigmen
yang lain . Karena itu hasil ekstraksinya disebut lemak kasar (Darmasih 1997).
Mekanisme Kerja
Sampel yang sudah dihaluskan, ditimbang 5-10 gram dan kemudian dibungkus atau
ditempatkan dalam thimble (selongsong tempat sampel), di atas sample ditutup
dengan kapas. Pelarut yang digunakan adalah petroleum spiritus dengan titik didih
60-80°C. Selanjutnya labu kosong diisi butir batu didih. Fungsi batu didih ialah untuk
meratakan panas. Setelah dikeringkan dan didinginkan, labu diisi dengan petroleum
spiritus 60-80°C sebanyak 175 ml. Digunakan petroleum spiritus karena kelarutan
lemak pada pelarut organic (Whitaker,1915).
Ketika pelarut dididihkan, uapnya naik melewati soxhlet menuju ke pipa pendingin.
Air dingin yang dialirkan melewati bagian luar kondenser mengembunkan uap pelarut
sehingga kembali ke fase cair, kemudian menetes ke thimble. Pelarut melarutkan
lemak dalam thimble, larutan sari ini terkumpul dalam thimble dan bila volumenya
telah mencukupi, sari akan dialirkan lewat sifon menuju labu. Proses dari
pengembunan hingga pengaliran disebut sebagai refluks. Proses ekstraksi lemak kasar
dilakukan selama 6 jam. Setelah proses ekstraksi selesai, pelarut dan lemak
dipisahkan melalui proses penyulingan dan dikeringkan (Darmasih 1997).
Ekstraksi dengan Soxhlet memberikan hasil ekstrak yang lebih tinggi karena pada
cara ini digunakan pemanasan yang diduga memperbaiki kelarutan ekstrak.
Dibandingkan dengan cara maserasi, ekstraksi dengan Soxhlet memberikan hasil
ekstrak yang lebih tinggi. Makin polar pelarut, bahan terekstrak yang dihasilkan tidak
berbeda untuk kedua macam cara ekstraksi. Fenolat total yang tertinggi didapatkan
pada proses ekstraksi menggunakan pelarut etil asetat. Sifat antibakteri tertinggi
terjadi pada ekstrak yang diperoleh dari ekstraksi menggunakan pelarut etil asetat
untuk ketiga macam bakteri uji Gram-positif. Semua ekstrak tidak menunjukkan daya
hambat yang berarti pada semua bakteri uji Gram-negatif (Whitaker 1915)
3.2 Protein
Protein merupakan polimer asam amino. Ada puluh asam amino yang berbeda
merupakan penyusun protein alami. Protein dibedakan satu sama lain berdasarkan tipe,
jumlah dan susunan asam aminonya. Perbedaan ini menyebabkan perbedaan struktur
molekuler, kandungan nutrisi dan sifat fisikokimia. Protein merupakan konstituen penting
dalam makanan, dimana protein merupakn sumber energi sekaligus mengandung asam-
asam amino esensial seperti lysine, tryptophan, methionine, leucine, isoleucine dan valine
(esensial berarti penting bagi tubuh, namun tidak bisa disintesis dalam tubuh). Protein
juga merupakan komponen utama dalam berbagai makanan alami, yang menentukan
tekstur keseluruhan, misalnya keempukan produk daging atau ikan, dan sebagainya.
Protein terisolasi sering digunakan dalam makanan sebagai unsur kandungan (ingredient)
karena sifat atau fungsi uniknya, antara lain kemampuannya menghasilkan penampilanm
tekstur atau stabilitas yang diinginkan. Misalnya, protein digunakan sebagai agen
pembentuk gel (gelling agent), pengemulsi (emulsifier), pembentuk busa (foaming agent)
dan pengental (thickener). Beberapa protein makanan merupakan enzim yang mampi
meningkatkan laju reaksi biokimia tertentu, baik yang menguntungkan maupun yang
merugikan merusak. Di dalam analisis makanan, mengetahui kadar total, jenis, struktur
molekul dan sifat fungsional dari protein sangat penting (Sudarmadji,1996).
b. Netralisasi
Setelah proses digesti sempurna, labu digesti dihubungkan dengan labu penerima
(recievingflask) melalui sebuah tabung. Larutan dalam labu digesti dibasakan dengan
penambahan NaOH, yang mengubah amonium sulfat menjadi gas amonia :
(NH4)2SO4 + 2 NaOH 2 NH3 + 2 H2O + Na2SO4 (2)
Gas amonia yang terbentuk dilepaskan dari larutan dan berpindah keluar dari labu digesti
masuk ke labu penerima, yang berisi asam borat berlebih. Rendahnya pH larutan di labu
penerima mengubah gas amonia menjadi ion amonium serta mengubah asam borat
menjadi ion borat:
NH3 + H3BO3 NH4+ + H2BO3- (3)
c. Titrasi
Kandungan nitrogen diestimasi dengan titrasi ion amonium borat yang terbentuk
dengan asam sulfat atau asam hidroklorida standar, menggunakan indikator yang sesuai
untuk menentukan titik akhir titrasi.H2BO3- + H+ H3BO3 (4)
ion hidrogen (dalam mol) yang dibutuhkan untuk mencapai titik akhir titrasi setara
dengan kadar nitrogen dalam sampel makanan (persamaan 3).
Persamaan berikut dapat digunakan untuk menentukan kadar nitrogen dalam mg sampel
menggunakan larutan HCl xM untuk titrasi. Dimana vs dan vb adalah volume titrasi
sampel dan blanko, 14g adalah berat molekul untuk nitrogen N. Penetapan blanko
biasanya dilakukan pada saat yang sama dengan sampel untuk memperhitungkan nitrogen
residual yang dapat mempengaruhi hasil analisis. Setelah kadar nitrogen ditentukan,
dikonversi menjadi kadar proteind dengan faktor konversi yang sesuai :
IV. Prosedur
Kjehdal
----------------------------------------------------------------------------------------------------------
tua menjadi
hijau jernih
beratnya konstan
Apabila penampung destilat digunakan asam klorida maka sisa asam klorida yang
bereaksi dengan ammonia dititrasi dengan NaOH standar (0,1 N). Akhir titrasi
ditandai dengan perubahan warna larutan menjadi bening bila menggunakan indicator
Toshiro. Reaksi yang terjadi pada tahap ini adalah :
HCl sisa (aq) + NaOH -> Nacl (l) + H2O (l)
Kandungan nitrogen pada sampel dapat dihitung denga rumus sebagai berikut :
VI. Kesimpulan