LAMPIRAN...................................................................................................................... 56
BAB I
PENDAHULUAN
Pada saat ini banyak sekali pertumbuhan penduduk yang harus diimbangi
dengan kebutuhan rumah tinggal. Maka dari itu kami memilih membuat
perencanaan rumah tinggal 2 lantai. Rumah adalah suatu bangunan yang
berfungsi untuk tempat tinggal penghuninya. Rumah biasanya dibuat
senyaman mungkin dan seindah mungkin supaya si penghuni rumah tersebut
merasa nyaman saat menempatinya. Rumah terdiri dari berbagai komponen
bahan diantaranya yaitu, rumah kayu, rumah dari anyaman bambu, rumah
dari susunan material batu bata, bahkan di jaman sekarang sudah banyak
rumah-rumah yang menggunakan beton precest.
1.1.1 Tujuan
a. Menentukan dimensi balok menggunakan persyaratan beton
struktural untuk bangunan gedung yaitu SNI 03-2847-2013
b. Menentukan letak kolom dan balok
c. Menentukan dimensi kolom
d. Menentukan dimensi pelat
e. Menentukan tulangan pelat, balok dan kolom
1.1.2 Sasaran
Untuk rumah tinggal sederhana dengan desain bangunan tidak
tahan gempa.
1. Sifat jangka pendek, seperti kuat tekan, tarik, dan geser, serta
modulus elastisitas.
1. Kuat Tekan
Nilai kuat tekan beton didapatkan melalui tata cara
pengujian standar, menggunakan mesin uji dengan cara
memberikan beban tekan bertingkat pada benda uji silinder
beton (diameter 150mm, tinggi 300mm) sampai hancur. Tata
cara pengujian yang umum dipakai adalah standar ASTM
(American Society for Testing Materials) C39-86. Kuat tekan
beton umur 28 hari berkisar antara 10 – 65 MPa. Untuk beton
bertulang pada umumnya menggunakan beton dengan kuat
tekan berkisar 17 – 30 Mpa.
2. Kuat Tarik
Kuat tarik beton yang tepat sulit untuk diukur. Selama
bertahun-tahun, sifat tarik beton diukur dengan memakai
modulus keruntuhan (modulus of rupture). Baru-baru ini, hasil
dari percobaan split silinder beton, umumnya memberikan hasil
yang lebih baik dan mencerminkan kuat tarik sebenarnya.
3. Kuat Geser
Kekuatan geser lebih sulit diperoleh, karena sulitnya
mengisolasi geser dari tegangan-tegangan lainnya. Ini
merupakan salah satu sebab banyaknya variasi kekuatan geser
yang dituliskan dalam berbagai literature, mulai dari 20% dari
kekuatan tekan pada pembebanan normal, sampai sebesar 85%
dari kekuatan tekan, dalam hal terjadi kombinasi geser dan
tekan.
4. Modulus Elastisitas
Modulus elastisitas, merupakan kemiringan dari bagian
awal grafik yang lurus dari diagram regangan-tegangan, yang
akan bertambah besar dengan bertambahnya kekuatan beton.
5. Rangkak
Rangkak (creep) adalah sifat di mana beton mengalami
perubahan bentuk (deformasi) permanen akibat beban tetap yang
bekerja padanya. Rangkak timbul dengan intesitas yang semakin
berkurang untuk selang waktu tertentu dan akan berakhir setelah
beberapa tahun berjalan. Besarnya deformasi rangkak sebanding
dengan besarnya beban yang ditahan dan juga jangka waktu
pembebanan. Pada umumnya rangkak tidak mengakibatkan
dampak langsung terhadap kekuatan struktur, tetapi akan
mengakibatkan timbulnya redistribusi tegangan pada beban
kerja dan kemudian mengakibatkan terjadinya peningkatan
lendutan (defleksi)
.
6. Susut
Susut secara umum didefinisikan sebagai perubahan
volume beton yang tidak berhubungan dengan beban. Pada
dasarnya ada dua jenis susut, yaitu susut plastis dan susut
pengeringan. Susut plastis terjadi beberapa jam setelah beton
segar dicor ke dalam cetakan (bekisting). Sedangkan susut
pengeringan terjadi setelah beton mencapai bentuk akhirnya,
dan proses hidrasi pasta semen telah selesai. Laju perubahannya
berkurang terhadap waktu, karena beton semakin berumur akan
semakin tahan tegangan dan semakin sedikit mengalami susut.
2.1.4 Kriteria Standar Perencanaan Beton
𝑘𝑔 𝑚
𝐷𝐿 = 𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑚3 𝑥 2400 3
𝑥 9.81 2
𝑚 𝑠
𝑘𝑔 𝑚
𝐷𝐿 = 𝐿𝑢𝑎𝑠 𝑇𝑟𝑖𝑏𝑢𝑡𝑎𝑟𝑦 𝑥 𝑆𝐼𝐷𝐿 2
𝑥 9,81 2
𝑚 𝑠
𝟐𝒉
𝐛 𝐛𝐚𝐥𝐨𝐤 =
𝟑
𝟐 × 𝟐𝟑𝟖, 𝟎𝟗𝟓
𝐛 𝐛𝐚𝐥𝐨𝐤 =
𝟑
b balok = 158,73 mm (dibulatkan menjadi 250 mm)
Balok
Lantai 1 & 2
1 ujung menerus 2 ujung menerus
No L
h h bulat B b bulat h h bulat b b bulat
1 3000 162,1622 200 108,1081 250
2 2650 143,2432 200 95,4955 250
3 3000 162,1622 200 108,1081 250
4 2650 143,2432 200 95,4955 250
5 5000 238,0952 250 158,7302 250
6 5000 238,0952 250 158,7302 250
7 3000 162,1622 200 108,1081 250
8 4275 231,0811 250 154,0541 250
9 3000 162,1622 200 108,1081 250
10 4275 231,0811 250 154,0541 250
11 5000 270,2703 300 180,1802 250
12 4275 231,0811 250 154,0541 250
13 5000 270,2703 300 180,1802 250
14 5000 238,0952 250 158,7302 250
15 5000 270,2703 300 180,1802 250
16 2650 143,2432 200 95,4955 250
17 5000 270,2703 300 180,1802 250
2.3 Analisa Tributary Area
Tributary area adalah konsep pembebanan yang di salurkan
berdasarkan luasan area. Beban yang diterima pondasi, balok dan kolom
dihitung berdasarkan jarak antar kolom. Perhitungan dilakukan
berdasarkan jarak terjauh sehingga dapat mengeluarkan hasil beban
terbesar.
𝑳𝒖𝒂𝒔 𝑷𝒍𝒂𝒕
𝑷𝒂𝒏𝒋𝒂𝒏𝒈 𝑻𝒓𝒊𝒃𝒖𝒕𝒂𝒓𝒚 𝑨𝒓𝒆𝒂 =
𝟒
= 18,55 m2
2.4 Perhitungan Dimensi Kolom
𝑊 = 1100 𝑥 18,55 𝑥 2
𝑊 = 40810 𝑘𝑔
10
𝐾 = 𝑓𝑐 ′ 𝑥 0,83
10
𝐾 = 30𝑥
0,83
𝑘𝑔
𝐾 = 361, 45
𝑐𝑚2
𝑤
𝐿𝑢𝑎𝑠 𝐾𝑜𝑙𝑜𝑚 = 1
𝑥𝑘
8
40810
𝐿𝑢𝑎𝑠 𝐾𝑜𝑙𝑜𝑚 =
1
3 𝑥 361,45
𝐿𝑢𝑎𝑠 𝐾𝑜𝑙𝑜𝑚 = 338,72 𝑚2
𝑊 = 1100 𝑥 18,55 𝑥 1
𝑊 = 20405 𝑘𝑔
10
𝐾 = 𝑓𝑐 ′ 𝑥 0,83
10
𝐾 = 30𝑥
0,83
𝑘𝑔
𝐾 = 361, 45
𝑐𝑚2
𝑤
𝐿𝑢𝑎𝑠 𝐾𝑜𝑙𝑜𝑚 = 1
𝑥𝑘
8
20405
𝐿𝑢𝑎𝑠 𝐾𝑜𝑙𝑜𝑚 =
1
3 𝑥 361,45
𝐿𝑢𝑎𝑠 𝐾𝑜𝑙𝑜𝑚 = 169,36 𝑚2
*Karena balok yang ditopang oleh kolom tersebut lebih besar daripada dimensi perhitungan tersebut, maka berdasarkan teori strong
coloum weak beam, dimensi yang nantinya akan dimasukkan kedalam etabs adalah 30 x30.
*Karena balok yang ditopang oleh kolom tersebut lebih besar daripada dimensi perhitungan tersebut, maka berdasarkan teori strong
coloum weak beam, dimensi yang nantinya akan dimasukkan kedalam etabs adalah 30x30.
*Karena balok yang ditopang oleh kolom tersebut lebih besar daripada dimensi perhitungan tersebut, maka berdasarkan teori strong
coloum weak beam, dimensi yang nantinya akan dimasukkan kedalam etabs adalah 30 x30.
*Karena balok yang ditopang oleh kolom tersebut lebih besar daripada dimensi perhitungan tersebut, maka berdasarkan teori strong
coloum weak beam, dimensi yang nantinya akan dimasukkan kedalam etabs adalah 30 x30.
luas tributary beban fc luas kolom
No lantai jumlah lantai yang dipikul w (kg) k square result
(m2) (kg/m2) (Mpa) (m2)
2 1 6,95625 1100 30 7651,875 361,4458 63,5105625 7,9693514 30
6
1 2 6,95625 1100 30 15303,75 361,4458 127,021125 11,270365 30
*Karena balok yang ditopang oleh kolom tersebut lebih besar daripada dimensi perhitungan tersebut, maka berdasarkan teori strong
coloum weak beam, dimensi yang nantinya akan dimasukkan kedalam etabs adalah 30x30.
*Karena balok yang ditopang oleh kolom tersebut lebih besar daripada dimensi perhitungan tersebut, maka berdasarkan teori strong
coloum weak beam, dimensi yang nantinya akan dimasukkan kedalam etabs adalah 30x30.
*Karena balok yang ditopang oleh kolom tersebut lebih besar daripada dimensi perhitungan tersebut, maka berdasarkan teori strong
coloum weak beam, dimensi yang nantinya akan dimasukkan kedalam etabs adalah 30 x30.
*Karena balok yang ditopang oleh kolom tersebut lebih besar daripada dimensi perhitungan tersebut, maka berdasarkan teori strong
coloum weak beam, dimensi yang nantinya akan dimasukkan kedalam etabs adalah 30x30.
*Karena balok yang ditopang oleh kolom tersebut lebih besar daripada dimensi perhitungan tersebut, maka berdasarkan teori strong
coloum weak beam, dimensi yang nantinya akan dimasukkan kedalam etabs adalah 30 x30.
*Karena balok yang ditopang oleh kolom tersebut lebih besar daripada dimensi perhitungan tersebut, maka berdasarkan teori strong
coloum weak beam, dimensi yang nantinya akan dimasukkan kedalam etabs adalah 30 x30.
2.5 Perencanaan Dimensi Plat
𝑏𝑒 ℎ𝑓 ℎ𝑓 ℎ𝑓 2 𝑏𝑒 ℎ𝑓 3
1 + ( ) ( ) [4 − 6 ( ) + 4 ( ) + ( − 1) ( ) ]
𝑏𝑤 ℎ𝑤 ℎ𝑤 ℎ𝑤 𝑏𝑤 ℎ𝑤
𝑘=
𝑏𝑒 ℎ𝑓
1+ ( − 1) ( )
𝑏𝑤 ℎ𝑤
1250 120 120 120 2 1250 120 3
1+ ( ) (300) [4 − 6 (300) + 4 (300) + ( − 1) (300) ]
250 250
𝑘=
1250 120
1+ ( − 1) (300)
250
𝑘 = 0,458
b) Mencari nilai inersia balok
1
1 𝑏𝑎𝑙𝑜𝑘 = 𝑏 ℎ3 𝑘
12
1
1 𝑏𝑎𝑙𝑜𝑘 = 250. 3003 . 0,458
12
1 𝑏𝑎𝑙𝑜𝑘 = 257884615,4 𝑚𝑚4
1 𝑏𝑎𝑙𝑜𝑘
𝛼𝑓𝑚 =
1𝑝𝑙𝑎𝑡
257884615,4
𝛼𝑓𝑚 =
720000000
𝛼𝑓𝑚 = 0,358
e) Mencari tebal plat (h)
Karena 0≤αfm≤2, maka rumus yang akan dipergunakan untuk
mencari nilai h adalah:
𝐹𝑦
𝐿𝑛 + (0,8 1400)
ℎ=
36 + 5𝛽(𝛼𝑓𝑚 − 0,2)
sebelum mencari nilai h, untuk mencari nilai Ln digunakanlah
rumus :
𝐿𝑛 = 𝐵𝑒𝑛𝑡𝑎𝑟𝑛𝑔 𝑝𝑎𝑛𝑗𝑎𝑛𝑔 − 𝑏 𝑏𝑎𝑙𝑜𝑘
𝐿𝑛 = 5000 − 1250
𝐿𝑛 = 4750
𝐹𝑦
𝐿𝑛 + (0,8 1400)
ℎ=
36 + 5𝛽(𝛼𝑓𝑚 − 0,2)
400
4750 + (0,8 1400)
ℎ=
36 + 5.1. (0,358 − 0,2)
ℎ = 140,175 𝑚𝑚
PROSEDUR MODELING
Beton
Beton untuk Balok fc' 25 Mpa
Beton untuk Kolom fc' 30 Mpa
Massa Jenis Beton yc' 2400
𝑘𝑔𝑓
Tabel 3.1 Spesifikasi Material Beton /𝑚3
Tulangan Baja
Tegangan Leleh fy 400 Mpa
Tegangan Ultimate fu 400 Mpa
Modulus Elastisitas Es 262505,1 Mpa
Massa Jenis Baja ys 7850 Kg/m3
Tabel 3.2 Spesifikasi Material Tulangan Baja
3.2 Pembebanan
Berikut ini adalah pembebanan yang akan diasumsikan:
1. ETABS V.16.2.0
2. Microsoft Excel
3. AutoCad 2017
Sesuaikan data diatas dengan dimensi dari denah yang telah direncanakan.
3. Setelah data disesuaikan maka akan muncul gambar Plan View dan 3D
View seperti dibawah ini:
10. Mengubah momen inersia pada bagian Set Modifiers menjadi 0,35 dan
mengubah ketebalan selimut beton menjadi 5 cm pada bagian
Reinforcement Data.
Gambar 4.8 Analysis Property Modification Factors dan Reinforcement Data untuk Balok.
11. Setelah itu input data spesifikasi kolom yang akan digunakan, yaitu
Kolom 300x300 dengan jenis material yang sudah dibuat sebelumnya
yaitu fc’30.
12. Mengubah momen inersia pada bagian Set Modifiers menjadi 0,7 dan
mengubah ketebalan selimut beton menjadi 5 cm pada bagian
Reinforcement Data.
Gambar 4.10 Analysis Property Modification Factors dan Reinforcement Data untuk Kolom
14. Input spesifikasi pelat yang digunakan, yaitu PELAT dengan jenis
material yang telah ditentukan sebelumnya yaitu fc’25, serta dengan
jenis plat Slab dengan ketebalan 150 mm.
Gambar 4.12 Slab Property Data
15. Meng-Input jenis beban yang akan digunakan. Pertama Klik toolsbar
menu Define>Load Patterns. Input beban-beban yang telah ditentukan
beserta tipe dan self weight multiplier-nya seperti berikut.
16. Menambahkan beban Super Imposed Dead Load (SIDL) dengan Self
Weight Multiplier = 0.
Self weight multiplier untuk DL (Dead Load) diisi dengan nilai 1 yang
berarti aplikasi ETABS nantinya akan secara otomatis menghitung
berat sendiri struktur berdasarkan info luas penampang elemen dan
berat jenis material yang dipakai. Jika nilai Self weight multiplier
adalah 0, maka perhitungan berat sendiri struktur tidak akan
dilakukan oleh program. Dalam pelatihan ini, diingikan program
ETABS untuk menghitung berat sendiri struktur.
17. Meninjau beban ultimate dari beban-beban yang mungkin terjadi pada
struktur dengan cara melakukan kombinasi beban terfaktor. Klik
toolsbar menu Define>Load Combinations>Add New Combo. Lalu
memasukkan beberapa kemungkinan kombinasi beban yang akan
terjadi pada struktur seperti berikut:
23. Kemudian gaya dalam yang terjadi pada struktur dapat diperoleh
dengan meng-klik menu Display>Show Tables. Centang pada bagian
Frame output.
Gambar 4.23 Frame output
24. Kemudian, klik Copy Entire Table lalu Paste di MS Excel untuk
masing-masing gaya baik yang terjadi pada Coloumn maupun yang
terjadi pada Beam. Lalu olah data di MS Excel sehingga didapatkanlah
nilai maksimum dari masing-masing gaya dalam yang bekerja pada
komponen struktur rumah 2 lantai tersebut. Dalam perancangan, akan
digunakan gaya dalam maksimum tersebut untuk menentukan jumlah
tulangan yang dibutuhkan untuk masing-masing balok dan kolom per
lantainya.
PENULANGAN
Balok
Dimensi balok:
Disini kami menggunakan beberapa jenis dimensi balok yaitu:
(a) Balok 250x200 mm
(b) Balok 250x250 mm
(c) Balok 250x300 mm
Kolom : Disini kami menggunakan kolom dengan dimensi
300x300mm
Pelat : Untuk pelat, setelah kami melalui proses perhitungan
kami membulatkan hasil perhitungan kami, yaitu setebal 150mm
untuk semua lantai.
Longitudinal Longitudinal
L Torsi Atas Torsi Bawah Shear
Atas Bawah
Diketahui :
L Longitudinal atas
𝑡𝑜𝑟𝑠𝑖 𝑏𝑎𝑤𝑎ℎ
𝐿 𝑙𝑜𝑛𝑔𝑖𝑡𝑢𝑑𝑖𝑛𝑎𝑙 𝑎𝑡𝑎𝑠 = 𝑙𝑜𝑔𝑖𝑡𝑢𝑑𝑖𝑛𝑎𝑙 𝑎𝑡𝑎𝑠 +
2
0
𝐿 𝑙𝑜𝑛𝑔𝑖𝑡𝑢𝑑𝑖𝑛𝑎𝑙 𝑎𝑡𝑎𝑠 = 2,81 +
2
L Longitudinal bawah
𝑡𝑜𝑟𝑠𝑖 𝑏𝑎𝑤𝑎ℎ
𝐿 𝑙𝑜𝑛𝑔𝑖𝑡𝑢𝑑𝑖𝑛𝑎𝑙 𝑎𝑡𝑎𝑠 = 𝑙𝑜𝑔𝑖𝑡𝑢𝑑𝑖𝑛𝑎𝑙 𝑎𝑡𝑎𝑠 +
2
0
𝐿 𝑙𝑜𝑛𝑔𝑖𝑡𝑢𝑑𝑖𝑛𝑎𝑙 𝑎𝑡𝑎𝑠 = 2,08 +
2
𝐿 𝑙𝑜𝑛𝑔𝑖𝑡𝑢𝑑𝑖𝑛𝑎𝑙 𝑎𝑡𝑎𝑠 = 2,08 𝑘𝑔/𝑐𝑚2
Luas Tulangan
𝐿𝑢𝑎𝑠 𝑇𝑢𝑙𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 = 𝑆ℎ𝑒𝑎𝑟 + 𝑇𝑜𝑟𝑠𝑖 𝐴𝑡𝑎𝑠
=0+0
=0
Tulangan Atas
𝑙𝑜𝑛𝑔𝑖𝑡𝑢𝑑𝑖𝑛𝑎𝑙 𝑎𝑡𝑎𝑠
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑡𝑢𝑙𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑎𝑡𝑎𝑠 =
1 2
4 𝑥3,14𝑥(1,3)
2,81
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑡𝑢𝑙𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑎𝑡𝑎𝑠 = 1 = 2,12 ≈ 2 𝑏𝑢𝑎ℎ
𝑥3,14𝑥(1,3)2
4
Tulangan Bawah
𝑙𝑜𝑛𝑔𝑖𝑡𝑢𝑑𝑖𝑛𝑎𝑙 𝑏𝑎𝑤𝑎ℎ
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑡𝑢𝑙𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑎𝑡𝑎𝑠 =
1 2
4 𝑥3,14𝑥(1,3)
2,08
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑡𝑢𝑙𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑎𝑡𝑎𝑠 = 1 = 1,57 ≈ 2 𝑏𝑢𝑎ℎ
𝑥3,14𝑥(1,3)2
4
Tulangan Sengkang
𝑇𝑢𝑙𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑆𝑒𝑛𝑔𝑘𝑎𝑛𝑔
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑒𝑛𝑔𝑘𝑎𝑛𝑔 𝑥 𝑑𝑖𝑎𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟 𝑡𝑢𝑙𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑥 𝑑 (𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 𝑆𝑁𝐼)
=
𝑆 (𝐽𝑎𝑟𝑎𝑘 𝑎𝑛𝑡𝑎𝑟 𝑠𝑒𝑛𝑔𝑘𝑎𝑛𝑔)
ASH
ASH = Luas Tulangan Sengkang
Rumus 1
0,3 𝑥 𝑠 𝑥 𝑏𝑐 𝑥 𝑓𝑐′
𝐴𝑆𝐻 = 𝑎𝑔
𝑓𝑦𝑡 + ( − 1)
𝑎𝑐ℎ
0,3 𝑥 100 𝑥 200 𝑥 30
𝐴𝑆𝐻 =
900
400 + (400 − 1)
𝐴𝑆𝐻
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑡𝑢𝑙𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑠𝑒𝑛𝑔𝑘𝑎𝑛𝑔 =
1 2
4 𝑥3,14𝑥(16)
Type Kolom
Potongan
Tebal Selimut = 50 mm
ø Diameter Tulangan = 16mm
Dimensi 300 x 300 mm
Tulangan 4 D-16
Sengkang 4p8 - 150 mm
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑡𝑢𝑙𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑠𝑒𝑛𝑔𝑘𝑎𝑛𝑔 = 2,23 ≈ 4 𝑏𝑢𝑎ℎ
4.4 Penulangan Pada Plat
Untuk mengetahui besar nilai momen yang terjadi pada plat lantai
pertama-pertama lakuakn Run – Display – Force/Stress Diagrams – Shell
Stresses/ forces – Centang Mmax, Show Fill dan Show Values – OK.
Setelah itu pilih nilai momen yang paling tinggi dari semua lantai agar
desain yang dibuat dapat sesuai dengan design.
Gambar 4.23 Momen yang terjadi pada plat akibat beban mati dan beban hidup
Dari hasil analisis tersebut didapatkan Momen Ultimate (Mu) = 6,82 KNm
1 𝑏
Luas tulangan terpakai, As = 4 𝜋𝑑 2 × 𝑠
1 1000
= 4 𝜋(10)2 × = 523,33 𝑚𝑚2
150
𝐴𝑠 ×𝑓𝑦
Tinggi blok regangan, a = 0,85 ×𝑓𝑐 ′ ×𝑏
523,33 ×400
= 0,85 ×25×1000 = 9,86 𝑚𝑚
𝑎
Momen nominal, Mn = 𝐴𝑠 × 𝑓𝑦 × (𝑑 − 2) × 10−6
9,86
= 523,33 × 400 × (85 − ) × 10−6
2
= 16,76 𝐾𝑁𝑚
Syarat : ø Mn ≥ Mu
6.1. Kesimpulan
6.2. Saran