Anda di halaman 1dari 56

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN .................................................................................................. 3

1.1.Latar Belakang ................................................................................................. 3

1.2.1 Tujuan .............................................................................................................. 4

1.2.2 Sasaran ............................................................................................................. 4

1.2 Batasan Masalah ....................................................................................................... 4

1.3 Gambaran Umum Proyek ......................................................................................... 4

BAB II TEORI DASAR DAN PRELIMINARY DESIGN ................................................ 8

2.1 Teori Dasar................................................................................................................ 8

2.1.1 Definisi Beton .................................................................................................. 8

2.1.2 Definisi Beton Bertulang ................................................................................. 8

2.1.3 Sifat Mekanis Beton Bertulang ........................................................................ 9

2.1.4 Kriteria Standar Perencanaan Beton .............................................................. 11

2.1.5 Definisi Balok ................................................................................................ 12

2.1.6 Definisi Kolom .............................................................................................. 13

2.1.7 Pembebanan ................................................................................................... 14

2.2 Perencanaan Dimensi Balok ................................................................................... 14

2.2.1 Balok 1 Ujung Menerus (L = 3000 mm)........................................................ 14

2.2.2 Balok 2 Ujung Menerus (L = 5000 mm)........................................................ 15

2.3 Analisa Tributary Area ........................................................................................... 18

2.3.1 Contoh Perhitungan Tributary Area .............................................................. 19

2.4 Perhitungan Dimensi Kolom................................................................................... 20

2.4.2 Perhitungan Untuk Lantai 2 ........................................................................... 20

2.5 Perencanaan Dimensi Plat...................................................................................... 27

2.5.1 Jenis Plat ........................................................................................................ 27

2.5.2 Tebal Plat ....................................................................................................... 27


BAB III PROSEDUR MODELING ................................................................................. 30

3.1 Spesifikasi Material .......................................................................................... 30

3.2 Pembebanan ...................................................................................................... 30

3.3 Acuan Peraturan dan Software yang Digunakan .............................................. 31

3.4 Permodelan Struktur Menggunakan ETABS .................................................... 31

BAB IV PENULANGAN ................................................................................................. 47

4.1 Penulangan Utama ............................................................................................ 47

4.2 Penulangan Pada Balok..................................................................................... 48

4.3 Penulangan Pada Kolom ................................................................................... 50

4.4 Penulangan Pada Plat ........................................................................................ 52

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN............................................................................ 54

6.1. Kesimpulan ....................................................................................................... 54

6.2. Saran ................................................................................................................. 54

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................... 55

LAMPIRAN...................................................................................................................... 56
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Bangunan biasanya dikonotasikan dengan rumah, gedung ataupun segala
sarana, prasarana atau infrastruktur dalam kebudayaan atau kehidupan
manusia dalam membangun peradabannya seperti halnya jembatan dan
konstruksinya serta rancangannya, jalan, sarana telekomunikasi. Umumnya
sebuah peradaban suatu bangsa dapat dilihat dari teknik teknik bangunan
maupun sarana dan prasarana yang dibuat ataupun ditinggalkan oleh manusia
dalam perjalanan sejarahnya.

Pada saat ini banyak sekali pertumbuhan penduduk yang harus diimbangi
dengan kebutuhan rumah tinggal. Maka dari itu kami memilih membuat
perencanaan rumah tinggal 2 lantai. Rumah adalah suatu bangunan yang
berfungsi untuk tempat tinggal penghuninya. Rumah biasanya dibuat
senyaman mungkin dan seindah mungkin supaya si penghuni rumah tersebut
merasa nyaman saat menempatinya. Rumah terdiri dari berbagai komponen
bahan diantaranya yaitu, rumah kayu, rumah dari anyaman bambu, rumah
dari susunan material batu bata, bahkan di jaman sekarang sudah banyak
rumah-rumah yang menggunakan beton precest.

Tugas ini merupakan tugas mata perencanaan rumah 2 lantai yang


dimaksudkan untuk mengimplementasikan hasil dari proses belajar mengenai
program studi Struktur Beton Bertulang serta menambahkan wawasan. Dalam
perencanaan rumah 2 lantai ini diperlukan analisa perhitungan struktur yang
sangat teliti yang menghasilkan bangunan yang bersifat kokoh, bermutu
tinggi dan ekonomis. Dalam struktur rumah 2 lantai ini terdiri dari beberapa
komponen yaitu atap, plat lantai, kolom dan balok yang berfungsi untuk
meneruskan beban bangunan dari bagian bangunan atas menuju bagian
bangunan bawah, lalu menyebarkannya ke tanah. Dalam menganalisis
struktur bangunan 2 lantai ini menggunakan software ETABS. Perencanaan
struktur bangunan 2 lantai ini dalam menentukan dimensi balok
menggunakan persyaratan beton struktural untuk bangunan gedung yaitu SNI
03-2847-2013.

1.1.1 Tujuan
a. Menentukan dimensi balok menggunakan persyaratan beton
struktural untuk bangunan gedung yaitu SNI 03-2847-2013
b. Menentukan letak kolom dan balok
c. Menentukan dimensi kolom
d. Menentukan dimensi pelat
e. Menentukan tulangan pelat, balok dan kolom

1.1.2 Sasaran
Untuk rumah tinggal sederhana dengan desain bangunan tidak
tahan gempa.

1.2 Batasan Masalah


Laporan ini menganalisis dimensi dan penulangan pada balok,kolom dan plat.

1.3 Gambaran Umum Proyek


Nama Proyek : Perencanaan dan Perancangan Perumahan 2 Lantai

Lokasi Proyek : Jalan Pedurenan Mesjid Raya, Jakarta Selatan

Pemilik : Priambodo Pangaribuan

Konsultan : PT. Gyari Indonesia

Konsultan Pengawas : PT. Gyari Indonesia

Nilai Kontrak : Rp. 600.000,00


Waktu Pelaksanaan : ± 100 Hari

Gambar 1.1 Gambaran Lokasi Proyek

Gambar 1.2 Denah Lantai 1 dan 2


Gambar 1.3 Tampak Depan

Gambar 1.4 Tampak Samping Kanan


Gambar 1.5 Tampak Samping Kiri
BAB II

TEORI DASAR DAN PRELIMINARY DESIGN

2.1 Teori Dasar

2.1.1 Definisi Beton


Beton adalah campuran antara semen portland atau semen
hidraulik yang lain, agregat halus, agrgat kasar dan air, dengan atau
tanpa bahan tambahan yang membentuk masa padat. (SNI 03- 2847
– 2002, Pasal 3.12)

Sifat utama dari beton adalah sangat kuat terhadap beban


tekan, tetapi juga bersifat getas/ mudah patah atau rusak terhadap
beban tarik. Dalam perhitungan struktur, kuat tarik beton ini
biasanya diabaikan.

2.1.2 Definisi Beton Bertulang


Beton bertulang adalah beton yang ditulangi dengan luas dan
jumlah tulangan yang tidak kurang dari nilai minimum yang di
syaratkan dengan atau tanpa prategang, dan direncanakan
berdasarkan asumsi bahwa kedua bahan tersebut bekerja sama dalam
memikul gaya-gaya. (SNI 03- 2847 – 2002, Pasal 3.13 )

Sifat utama dari baja tulangan, yaitu sangat kuat terhadap


beban tarik maupun beban tekan. Karena baja tulangan harganya
mahal, maka sedapat mungkin dihindari penggunaan baja tulangan
untuk memikul beban tekan.

Dari sifat utama tersebut dapat dilihat bahwa tiap-tiap bahan


mempunyai kelebihan dan kekurangan, maka jika kedua bahan
(beton dan baja tulangan) dipadukan menjadi satu kesatuan secara
komposit, akan diperoleh bahan baru yang disebut beton bertulang.
Beton bertulang ini mempunyai sifat sesuai dengan sifat bahan
penyusunnya, yaitu sangat kuat terhadap beban tarik maupun beban
tekan. Beban tarik pada beton bertulang ditahan oleh baja tulangan,
sedangkan beban tekan cukup ditahan oleh beton. Beton juga tahan
terhadap kebakaran dan melindungi baja supaya awet.

2.1.3 Sifat Mekanis Beton Bertulang


Sifat-sifat mekanis beton keras dapat diklasifikasikan sebagai :

1. Sifat jangka pendek, seperti kuat tekan, tarik, dan geser, serta
modulus elastisitas.

2. Sifat jangka panjang, seperti rangkak dan susut.

1. Kuat Tekan
Nilai kuat tekan beton didapatkan melalui tata cara
pengujian standar, menggunakan mesin uji dengan cara
memberikan beban tekan bertingkat pada benda uji silinder
beton (diameter 150mm, tinggi 300mm) sampai hancur. Tata
cara pengujian yang umum dipakai adalah standar ASTM
(American Society for Testing Materials) C39-86. Kuat tekan
beton umur 28 hari berkisar antara 10 – 65 MPa. Untuk beton
bertulang pada umumnya menggunakan beton dengan kuat
tekan berkisar 17 – 30 Mpa.

2. Kuat Tarik
Kuat tarik beton yang tepat sulit untuk diukur. Selama
bertahun-tahun, sifat tarik beton diukur dengan memakai
modulus keruntuhan (modulus of rupture). Baru-baru ini, hasil
dari percobaan split silinder beton, umumnya memberikan hasil
yang lebih baik dan mencerminkan kuat tarik sebenarnya.

3. Kuat Geser
Kekuatan geser lebih sulit diperoleh, karena sulitnya
mengisolasi geser dari tegangan-tegangan lainnya. Ini
merupakan salah satu sebab banyaknya variasi kekuatan geser
yang dituliskan dalam berbagai literature, mulai dari 20% dari
kekuatan tekan pada pembebanan normal, sampai sebesar 85%
dari kekuatan tekan, dalam hal terjadi kombinasi geser dan
tekan.

4. Modulus Elastisitas
Modulus elastisitas, merupakan kemiringan dari bagian
awal grafik yang lurus dari diagram regangan-tegangan, yang
akan bertambah besar dengan bertambahnya kekuatan beton.

5. Rangkak
Rangkak (creep) adalah sifat di mana beton mengalami
perubahan bentuk (deformasi) permanen akibat beban tetap yang
bekerja padanya. Rangkak timbul dengan intesitas yang semakin
berkurang untuk selang waktu tertentu dan akan berakhir setelah
beberapa tahun berjalan. Besarnya deformasi rangkak sebanding
dengan besarnya beban yang ditahan dan juga jangka waktu
pembebanan. Pada umumnya rangkak tidak mengakibatkan
dampak langsung terhadap kekuatan struktur, tetapi akan
mengakibatkan timbulnya redistribusi tegangan pada beban
kerja dan kemudian mengakibatkan terjadinya peningkatan
lendutan (defleksi)
.
6. Susut
Susut secara umum didefinisikan sebagai perubahan
volume beton yang tidak berhubungan dengan beban. Pada
dasarnya ada dua jenis susut, yaitu susut plastis dan susut
pengeringan. Susut plastis terjadi beberapa jam setelah beton
segar dicor ke dalam cetakan (bekisting). Sedangkan susut
pengeringan terjadi setelah beton mencapai bentuk akhirnya,
dan proses hidrasi pasta semen telah selesai. Laju perubahannya
berkurang terhadap waktu, karena beton semakin berumur akan
semakin tahan tegangan dan semakin sedikit mengalami susut.
2.1.4 Kriteria Standar Perencanaan Beton

Kriteria standar perencanaan beton diatur dalam SNI (Standar


Nasional Indonesia) Yang memuat beberapa syarat-syarat yang harus
dipenuhi dan diperhatiakan sebelum merancang atau merencanakan
sebuah bangunan.

Standar perencanaan beton bertulang diatur dalam SK-SNI 2002.


Di dalam perencanaan struktur, harus memiliki kriteria-kriteria
sebagai berikut :
1. Struktur harus kuat didalam memikul beban yang bekerja
2. Ekonomis
3. Struktur memenuhi syarat kenyamanan (sesui fungsinya/
serviceability).
4. Mudah perawatannya (durabililas tinggi)

Pada dasarnya ada 2 filosofi di dalam perencanaan elemen


struktur beton bertulang, yaitu :
1. Metode tegangan kerja, dimana struktur direncanakan edemikian
sehingga yang diakibatkan oleh beban kerja nilainya lebih kecil
daripada tegangan yang diijinkan. Beberapa kendala yang
dihadapi pada metode tegangan kerja adalah :
a. Karena pembatasan yang dilakukan pada tegangan total di
bawah beban kerja, maka sulit untuk menperhitungkan
perbedaan tingkat ketidakpastian di dalam variasi
pembebanan. Misal, pada beban mati umumnya dapat
diperkirakan lebih tepat dibandingkan dengan beban hidup,
beban gempa dan beban-beban lainnya.
b. Rangkak dan susut yang berpengaruh terhadap beton dan
merupakan fungsi waktu tidak mudah diperhitungkan
dengan cara perhitungan tegangan yang elastis.
c. Tegangan beton tidak berbanding lurus dengan regangan
sampai pada kekuatan hancur, sehingga faktor keamanan
yang tersedia tidak diketahui apabila tegangan yang
didijinkan diambil sebagai suatu prosentase f’c.

2. Metode kekuatn batas (ultimit)


Pada metode ini, unsur struktur direncanakan terhadap beban
terfaktor sedemikian rupa sehingga unsur struktur tersebut
mempunyai kekuatan ultimit yang diinginkan, yaitu
𝑀𝑢 ≤ ∅𝑀𝑛
Peraturan beton bertulang indonesia, SK-SNI-T-15-1991-03
atau SNI BETON 2002 menggunakan konsep perencanaan
kekuatan batas ini. Pada konsep ini ada beberapa kondisi batas
yang perlu diperhatikan, yaitu :
a. Kondisi batas ultimit yang disebabkan oleh : hilangnya
keseimbangan local maupun global, hilangnya ketahanan
geser dan lentur elemen-elemen struktur, keruntuhan
progesiv yang diakibatkan oleh adanya keruntuhan local
maupun global, pembentukan sendi plastis, ketidakstabilan
struktur, berupa : defleksi berlebihan, lebar retak berlebihan
vibrasi/getaran yang mengganggu.
b. Kondisi batas khusus, yang menyangkut masalah
beban/keruntuhan/ kerusakan abnormal, seperti :
keruntuhan akibat gempa ekstrim, kebakaran, ledakan,
tabrakan kendaraan, korosi, dll.

2.1.5 Definisi Balok


Balok adalah bagian dari struktur sebuah bangunan yang
kaku dan dirancang untuk menanggung dan mentransfer beban
menuju elemen-elemen kolom penopang. Selain itu ring balok juga
berfungsi sebagai pengikat kolom-kolom agar apabila terjadi
pergerakan kolom-kolom tersebut tetap bersatu padu
mempertahankan bentuk dan posisinya semula. Ring balok dibuat
dari bahan yang sama dengan kolomnya sehingga hubungan ring
balok dengan kolom.
Balok terdiri dari beberapa jenis, yaitu :
 Balok sederhana tertumpu pada kolom diujung ujungnya,
dengan satu ujung bebas berotasi dn tidak memiliki momen
tahan. Seperti struktur statis lainnya, nilai dari semua reaksi,
pergeseran dan momen untuk balok sederhana adalah tidak
tergantung bentuk penampang dan materialnya.
 Kantilever adalah balok balok yang diproyeksikan atau
struktur kaku lainnya didukung hanya pada satu ujung tetap.
 Balok satu ujung menerus atau teritisan adalah balok sederhana
yang memanjang melewati salah satu kolom tumpuannya.
Balok dengan ujung-ujung tetap (dikaitkan kuat) menahan
translasi dan rotasi.
 Balok dua ujung menerus atau bentanagn tersuspensi adalah
balok sederhana yang ditopang oleh teristisan dari dua bentang
dengan konstruksi sambungan pin pada momen nol.
 Balok kontinu memanjang secara menerus melewati lebih dari
dua kolom tumpuan untuk menghasilkan kekakuan yang lebih
besar dan momen yang lebih kecil dari serangkaian balok tidak
menerus dan beban yang sama.

2.1.6 Definisi Kolom


Kolom adalah batang tekan vertikal dari rangka struktur
yang memikul beban dari balok. kolom merupaka suatu elemen
struktur tekan yang memegang peranan penting dari suatu
bangunan, sehingga keruntuhan pada suatu kolom mrupakan lokasi
kritis yang dapat menyebabkan runtuhnya (collapse) lantai yang
bersangkutan dan juga runtuh total (total collapse) seluruh struktur
(Sudarmoko,1996).
2.1.7 Pembebanan
 Dead Load (DL)

Dead Load adalah berat struktur itu sendiri

𝑘𝑔 𝑚
𝐷𝐿 = 𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑚3 𝑥 2400 3
𝑥 9.81 2
𝑚 𝑠

 Super Imposed Dead Load (SDIL)

Super Imposed Dead Load adalah beban-beban yang ikut


memberikan tambahan beban pada seluruh struktur. SIDL termasuk
ke dalam beban mati.

𝑘𝑔 𝑚
𝐷𝐿 = 𝐿𝑢𝑎𝑠 𝑇𝑟𝑖𝑏𝑢𝑡𝑎𝑟𝑦 𝑥 𝑆𝐼𝐷𝐿 2
𝑥 9,81 2
𝑚 𝑠

 Live Load (LL)

Live Load adalah beban hidup yang bekerja pada


struktur gedung dan sifatnya tidak konstan (tetap). Live load
diasumsikan sebagai besar beban tambahan rata-rata yang
diterima oleh struktur akibat adanya beban dari luar beban
struktur itu sendiri.

2.2 Perencanaan Dimensi Balok


Pada perencanaan perhitungan bangunan rumah 2 lantai ini
dibedakan menjadi 3, yaitu balok sederhana, 1 ujung menerus, dan balok
2 ujung menerus.

2.2.1 Balok 1 Ujung Menerus (L = 3000 mm)


𝐿
h balok =
18,5
5000
h balok =
18,5
h balok = 270,27 mm (dibulatkan menjadi 300 mm)
2ℎ
b balok =
3
2 × 270,27
b balok =
3
b balok = 180,18 mm (dibulatkan menjadi 250 mm)

2.2.2 Balok 2 Ujung Menerus (L = 5000 mm)


𝐿
h balok =
18,5
5000
h balok =
18,5
h balok = 238,095 mm (dibulatkan menjadi 250 mm)

𝟐𝒉
𝐛 𝐛𝐚𝐥𝐨𝐤 =
𝟑
𝟐 × 𝟐𝟑𝟖, 𝟎𝟗𝟓
𝐛 𝐛𝐚𝐥𝐨𝐤 =
𝟑
b balok = 158,73 mm (dibulatkan menjadi 250 mm)

Jadi dalam menentukan dimensi balok, balok yang dipilih


adalah balok yang memiliki nilai h terbesar yaitu 270,27 mm yang
dibulatkan menjadi 300 mm dan nilai b yaitu 180,18 mm yang
dibulatkan menjadi 250 mm, nilai yang telah dibulatkan akan
dimasukkan ke dalam ETABS.
Tabel Hasil Perhitungan Balok

Balok
Lantai 1 & 2
1 ujung menerus 2 ujung menerus
No L
h h bulat B b bulat h h bulat b b bulat
1 3000 162,1622 200 108,1081 250
2 2650 143,2432 200 95,4955 250
3 3000 162,1622 200 108,1081 250
4 2650 143,2432 200 95,4955 250
5 5000 238,0952 250 158,7302 250
6 5000 238,0952 250 158,7302 250
7 3000 162,1622 200 108,1081 250
8 4275 231,0811 250 154,0541 250
9 3000 162,1622 200 108,1081 250
10 4275 231,0811 250 154,0541 250
11 5000 270,2703 300 180,1802 250
12 4275 231,0811 250 154,0541 250
13 5000 270,2703 300 180,1802 250
14 5000 238,0952 250 158,7302 250
15 5000 270,2703 300 180,1802 250
16 2650 143,2432 200 95,4955 250
17 5000 270,2703 300 180,1802 250
2.3 Analisa Tributary Area
Tributary area adalah konsep pembebanan yang di salurkan
berdasarkan luasan area. Beban yang diterima pondasi, balok dan kolom
dihitung berdasarkan jarak antar kolom. Perhitungan dilakukan
berdasarkan jarak terjauh sehingga dapat mengeluarkan hasil beban
terbesar.

Gambar 2.1 Gambar Denah Tributary Area


Gambar 2.2 Contoh Area Tributary

2.3.1 Contoh Perhitungan Tributary Area

𝑳𝒖𝒂𝒔 𝑷𝒍𝒂𝒕
𝑷𝒂𝒏𝒋𝒂𝒏𝒈 𝑻𝒓𝒊𝒃𝒖𝒕𝒂𝒓𝒚 𝑨𝒓𝒆𝒂 =
𝟒

𝑷𝒂𝒏𝒋𝒂𝒏𝒈 𝑻𝒓𝒊𝒃𝒖𝒕𝒂𝒓𝒚 𝑨𝒓𝒆𝒂


3×5 3 𝑥 4,275 5 𝑥5 5 𝑥 4,275
=( )+( ) + (( )+( ))
4 4 4 4

= 18,55 m2
2.4 Perhitungan Dimensi Kolom

Beban = 1100 kkg/m3 Jenis Mutu Beton = fc’ 30 Mpa

2.4.1 Perhitungan Untuk Lantai 1

 𝑊 = 𝑏𝑒𝑏𝑎𝑛 𝑥 𝑙𝑢𝑎𝑠 𝑡𝑟𝑖𝑏𝑢𝑡𝑎𝑟𝑦 𝑎𝑟𝑒𝑎 𝑥 𝑙𝑎𝑛𝑡𝑎𝑖 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑝𝑖𝑘𝑢𝑙

𝑊 = 1100 𝑥 18,55 𝑥 2

𝑊 = 40810 𝑘𝑔

10
 𝐾 = 𝑓𝑐 ′ 𝑥 0,83

10
𝐾 = 30𝑥
0,83
𝑘𝑔
𝐾 = 361, 45
𝑐𝑚2

𝑤
 𝐿𝑢𝑎𝑠 𝐾𝑜𝑙𝑜𝑚 = 1
𝑥𝑘
8

40810
𝐿𝑢𝑎𝑠 𝐾𝑜𝑙𝑜𝑚 =
1
3 𝑥 361,45
𝐿𝑢𝑎𝑠 𝐾𝑜𝑙𝑜𝑚 = 338,72 𝑚2

 𝐿𝑒𝑏𝑎𝑟 𝐾𝑜𝑙𝑜𝑚 = √𝐿𝑢𝑎𝑠 𝑘𝑜𝑙𝑜𝑚


𝐿𝑒𝑏𝑎𝑟 𝐾𝑜𝑙𝑜𝑚 = √338,72
𝐿𝑒𝑏𝑎𝑟 𝐾𝑜𝑙𝑜𝑚 = 18,40 (dibulatkan menjadi 20)

2.4.2 Perhitungan Untuk Lantai 2


 𝑊 = 𝑏𝑒𝑏𝑎𝑛 𝑥 𝑙𝑢𝑎𝑠 𝑡𝑟𝑖𝑏𝑢𝑡𝑎𝑟𝑦 𝑎𝑟𝑒𝑎 𝑥 𝑙𝑎𝑛𝑡𝑎𝑖 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑝𝑖𝑘𝑢𝑙

𝑊 = 1100 𝑥 18,55 𝑥 1

𝑊 = 20405 𝑘𝑔
10
 𝐾 = 𝑓𝑐 ′ 𝑥 0,83

10
𝐾 = 30𝑥
0,83
𝑘𝑔
𝐾 = 361, 45
𝑐𝑚2

𝑤
 𝐿𝑢𝑎𝑠 𝐾𝑜𝑙𝑜𝑚 = 1
𝑥𝑘
8

20405
𝐿𝑢𝑎𝑠 𝐾𝑜𝑙𝑜𝑚 =
1
3 𝑥 361,45
𝐿𝑢𝑎𝑠 𝐾𝑜𝑙𝑜𝑚 = 169,36 𝑚2

 𝐿𝑒𝑏𝑎𝑟 𝐾𝑜𝑙𝑜𝑚 = √𝐿𝑢𝑎𝑠 𝑘𝑜𝑙𝑜𝑚


𝐿𝑒𝑏𝑎𝑟 𝐾𝑜𝑙𝑜𝑚 = √169,36
𝐿𝑒𝑏𝑎𝑟 𝐾𝑜𝑙𝑜𝑚 = 13,01 (dibulatkan menjadi 15)
luas tributary beban fc luas kolom
No Lantai jumlah lantai yang dipikul w (kg) k square result
(m2) (kg/m2) (Mpa) (m2)
2 1 5,34375 1100 30 5878,125 361,4458 48,7884375 6,984872 30
1
1 2 5,34375 1100 30 11756,25 361,4458 97,576875 9,8781008 30

*Karena balok yang ditopang oleh kolom tersebut lebih besar daripada dimensi perhitungan tersebut, maka berdasarkan teori strong
coloum weak beam, dimensi yang nantinya akan dimasukkan kedalam etabs adalah 30 x30.

luas tributary beban fc luas kolom


No lantai jumlah lantai yang dipikul w (kg) k square result
(m2) (kg/m2) (Mpa) (m2)
2 1 8,55 1100 30 9405 361,4458 78,0615 8,8352419 30
2
1 2 8,55 1100 30 18810 361,4458 156,123 12,494919 30

*Karena balok yang ditopang oleh kolom tersebut lebih besar daripada dimensi perhitungan tersebut, maka berdasarkan teori strong
coloum weak beam, dimensi yang nantinya akan dimasukkan kedalam etabs adalah 30x30.

luas tributary beban fc luas kolom


No lantai jumlah lantai yang dipikul w (kg) k square result
(m2) (kg/m2) (Mpa) (m2)
2 1 3,20625 1100 30 3526,875 361,4458 29,2730625 5,4104586 30
3
1 2 3,20625 1100 30 7053,75 361,4458 58,546125 7,651544 30
*Karena balok yang ditopang oleh kolom tersebut lebih besar daripada dimensi perhitungan tersebut, maka berdasarkan teori strong
coloum weak beam, dimensi yang nantinya akan dimasukkan kedalam etabs adalah 30x30.

luas tributary beban fc luas kolom


No lantai jumlah lantai yang dipikul w (kg) k square result
(m2) (kg/m2) (Mpa) (m2)
2 1 11,59375 1100 30 12753,125 361,4458 105,8509375 10,288388 30
4
1 2 11,59375 1100 30 25506,25 361,4458 211,701875 14,549979 30

*Karena balok yang ditopang oleh kolom tersebut lebih besar daripada dimensi perhitungan tersebut, maka berdasarkan teori strong
coloum weak beam, dimensi yang nantinya akan dimasukkan kedalam etabs adalah 30 x30.

luas tributary beban fc luas kolom


No lantai jumlah lantai yang dipikul w (kg) k square result
(m2) (kg/m2) (Mpa) (m2)
2 1 18,55 1100 30 20405 361,4458 169,3615 13,013896 30
5
1 2 18,55 1100 30 40810 361,4458 338,723 18,404429 30

*Karena balok yang ditopang oleh kolom tersebut lebih besar daripada dimensi perhitungan tersebut, maka berdasarkan teori strong
coloum weak beam, dimensi yang nantinya akan dimasukkan kedalam etabs adalah 30 x30.
luas tributary beban fc luas kolom
No lantai jumlah lantai yang dipikul w (kg) k square result
(m2) (kg/m2) (Mpa) (m2)
2 1 6,95625 1100 30 7651,875 361,4458 63,5105625 7,9693514 30
6
1 2 6,95625 1100 30 15303,75 361,4458 127,021125 11,270365 30
*Karena balok yang ditopang oleh kolom tersebut lebih besar daripada dimensi perhitungan tersebut, maka berdasarkan teori strong
coloum weak beam, dimensi yang nantinya akan dimasukkan kedalam etabs adalah 30x30.

luas tributary beban fc luas kolom


No lantai jumlah lantai yang dipikul w (kg) k square result
(m2) (kg/m2) (Mpa) (m2)
2 1 9,5625 1100 30 10518,75 361,4458 87,305625 9,3437479 30
7
1 2 9,5625 1100 30 21037,5 361,4458 174,61125 13,214055 30

*Karena balok yang ditopang oleh kolom tersebut lebih besar daripada dimensi perhitungan tersebut, maka berdasarkan teori strong
coloum weak beam, dimensi yang nantinya akan dimasukkan kedalam etabs adalah 30x30.

luas tributary beban fc luas kolom


No lantai jumlah lantai yang dipikul w (kg) k square result
(m2) (kg/m2) (Mpa) (m2)
2 1 15,3 1100 30 16830 361,4458 139,689 11,81901 30
8
1 2 15,3 1100 30 33660 361,4458 279,378 16,714604 30

*Karena balok yang ditopang oleh kolom tersebut lebih besar daripada dimensi perhitungan tersebut, maka berdasarkan teori strong
coloum weak beam, dimensi yang nantinya akan dimasukkan kedalam etabs adalah 30 x30.

luas tributary beban fc luas kolom


No lantai jumlah lantai yang dipikul w (kg) k square result
(m2) (kg/m2) (Mpa) (m2)
2 1 5,7375 1100 30 6311,25 361,4458 52,383375 7,237636 30
9
1 2 5,7375 1100 30 12622,5 361,4458 104,76675 10,235563 30

*Karena balok yang ditopang oleh kolom tersebut lebih besar daripada dimensi perhitungan tersebut, maka berdasarkan teori strong
coloum weak beam, dimensi yang nantinya akan dimasukkan kedalam etabs adalah 30x30.

luas tributary beban fc luas kolom


No lantai jumlah lantai yang dipikul w (kg) k square result
(m2) (kg/m2) (Mpa) (m2)
2 1 3,3125 1100 30 3643,75 361,4458 30,243125 5,499375 30
10
1 2 3,3125 1100 30 7287,5 361,4458 60,48625 7,7772907 30
*Karena balok yang ditopang oleh kolom tersebut lebih besar daripada dimensi perhitungan tersebut, maka berdasarkan teori strong
coloum weak beam, dimensi yang nantinya akan dimasukkan kedalam etabs adalah 30 x30.

luas tributary beban fc luas kolom


No lantai jumlah lantai yang dipikul w (kg) k square result
(m2) (kg/m2) (Mpa) (m2)
2 1 5,3 1100 30 5830 361,4458 48,389 6,9562202 30
11
1 2 5,3 1100 30 11660 361,4458 96,778 9,837581 30

*Karena balok yang ditopang oleh kolom tersebut lebih besar daripada dimensi perhitungan tersebut, maka berdasarkan teori strong
coloum weak beam, dimensi yang nantinya akan dimasukkan kedalam etabs adalah 30 x30.

luas tributary beban fc luas kolom


No lantai jumlah lantai yang dipikul w (kg) k square result
(m2) (kg/m2) (Mpa) (m2)
2 1 1,9875 1100 30 2186,25 361,4458 18,145875 4,2597975 30
12
1 2 1,9875 1100 30 4372,5 361,4458 36,29175 6,0242634 30

*Karena balok yang ditopang oleh kolom tersebut lebih besar daripada dimensi perhitungan tersebut, maka berdasarkan teori strong
coloum weak beam, dimensi yang nantinya akan dimasukkan kedalam etabs adalah 30 x30.
2.5 Perencanaan Dimensi Plat

2.5.1 Jenis Plat


L Panjang
β=
L Pendek
5000
β=
5000
β=1

Karena nilai β ≤ 2, Maka plat termasuk ke dalam Plat dua arah

2.5.2 Tebal Plat


a) Menentukan nilai konstanta pada inersia balok
untuk mencari nilai konstanta pada inersia balok, digunakanlah
rumus sebagai berikut:
Diketahui :
𝐵𝑒𝑛𝑡𝑎𝑛𝑔 𝑃𝑒𝑛𝑑𝑒𝑘 5000
𝑏𝑒 = = = 1250
4 4
𝑏𝑤 = 𝑏 𝑏𝑎𝑙𝑜𝑘 = 250 𝑚𝑚
ℎ𝑓 = 𝑇𝑒𝑏𝑎𝑙 𝑃𝑙𝑎𝑡 𝑅𝑒𝑛𝑐𝑎𝑛𝑎 ( 10 − 12)𝑐𝑚 = 120 𝑚𝑚
ℎ𝑤 = ℎ 𝑏𝑎𝑙𝑜𝑘 = 300 𝑚𝑚

𝑏𝑒 ℎ𝑓 ℎ𝑓 ℎ𝑓 2 𝑏𝑒 ℎ𝑓 3
1 + ( ) ( ) [4 − 6 ( ) + 4 ( ) + ( − 1) ( ) ]
𝑏𝑤 ℎ𝑤 ℎ𝑤 ℎ𝑤 𝑏𝑤 ℎ𝑤
𝑘=
𝑏𝑒 ℎ𝑓
1+ ( − 1) ( )
𝑏𝑤 ℎ𝑤
1250 120 120 120 2 1250 120 3
1+ ( ) (300) [4 − 6 (300) + 4 (300) + ( − 1) (300) ]
250 250
𝑘=
1250 120
1+ ( − 1) (300)
250
𝑘 = 0,458
b) Mencari nilai inersia balok
1
1 𝑏𝑎𝑙𝑜𝑘 = 𝑏 ℎ3 𝑘
12
1
1 𝑏𝑎𝑙𝑜𝑘 = 250. 3003 . 0,458
12
1 𝑏𝑎𝑙𝑜𝑘 = 257884615,4 𝑚𝑚4

c) Mencari nilai inersia plat


𝐵𝑒𝑛𝑡𝑎𝑛𝑔 𝑃𝑒𝑛𝑑𝑒𝑘 𝑥 ℎ𝑓 3
1 𝑝𝑙𝑎𝑡 =
12
5000𝑥 1203
1 𝑝𝑙𝑎𝑡 =
12
1 𝑝𝑙𝑎𝑡 = 720000000 𝑚𝑚4

d) Mencari nilai αfm


1 𝑏𝑎𝑙𝑜𝑘 𝑥 𝜀 𝑏𝑎𝑙𝑜𝑘
𝛼𝑓𝑚 =
1𝑝𝑙𝑎𝑡 𝑥 𝜀 𝑝𝑙𝑎𝑡

Karena balok dan plat di cor secara bersamaan maka mutu


beton yang digunakan oleh kedunya-pun sama, sehingga nilai
modulus elastisitas (ԑ) keduanya adalah sama, sehingga rumus
αfm menjadi:

1 𝑏𝑎𝑙𝑜𝑘
𝛼𝑓𝑚 =
1𝑝𝑙𝑎𝑡
257884615,4
𝛼𝑓𝑚 =
720000000
𝛼𝑓𝑚 = 0,358
e) Mencari tebal plat (h)
Karena 0≤αfm≤2, maka rumus yang akan dipergunakan untuk
mencari nilai h adalah:
𝐹𝑦
𝐿𝑛 + (0,8 1400)
ℎ=
36 + 5𝛽(𝛼𝑓𝑚 − 0,2)
sebelum mencari nilai h, untuk mencari nilai Ln digunakanlah
rumus :
𝐿𝑛 = 𝐵𝑒𝑛𝑡𝑎𝑟𝑛𝑔 𝑝𝑎𝑛𝑗𝑎𝑛𝑔 − 𝑏 𝑏𝑎𝑙𝑜𝑘
𝐿𝑛 = 5000 − 1250
𝐿𝑛 = 4750
𝐹𝑦
𝐿𝑛 + (0,8 1400)
ℎ=
36 + 5𝛽(𝛼𝑓𝑚 − 0,2)

400
4750 + (0,8 1400)
ℎ=
36 + 5.1. (0,358 − 0,2)
ℎ = 140,175 𝑚𝑚

Nilai tebal plat yang digunakan adalah 150 mm atau 15 cm,


nilai inilah yang akan dimasukan kedalam modeling ETABS.
BAB III

PROSEDUR MODELING

3.1 Spesifikasi Material


Berikut ini adalah spesifikasi material yang akan digunakan:

Beton
Beton untuk Balok fc' 25 Mpa
Beton untuk Kolom fc' 30 Mpa
Massa Jenis Beton yc' 2400
𝑘𝑔𝑓
Tabel 3.1 Spesifikasi Material Beton /𝑚3

Tulangan Baja
Tegangan Leleh fy 400 Mpa
Tegangan Ultimate fu 400 Mpa
Modulus Elastisitas Es 262505,1 Mpa
Massa Jenis Baja ys 7850 Kg/m3
Tabel 3.2 Spesifikasi Material Tulangan Baja

3.2 Pembebanan
Berikut ini adalah pembebanan yang akan diasumsikan:

Tabel 3.3 Data Pembebanan Lantai 1

Live 1,92 N/cm2

SIDL 1,2 N/cm2

Tabel 3.4 Data Pembebanan Lantai 2

Live 1,92 N/cm2

SIDL 1,5 N/cm2


Tabel 3.3 Data Pembebanan Atap

Live 0,96 N/cm2

SIDL 0,3 N/cm2

3.3 Acuan Peraturan dan Software yang Digunakan


Pada perancangan bangunan rumah 2 lantai ini, digunakan SNI 03-
2847 2013 sebagai acuan peraturan konstruksi beton dan SNI 03-1727
2013 sebagai acuan pembebanan.

Dalam pembuatan laporan ini, digunakan 3 program software


untuk membantu perancangan :

1. ETABS V.16.2.0
2. Microsoft Excel
3. AutoCad 2017

3.4 Permodelan Struktur Menggunakan ETABS


Berikut ini adalah prosedur dalam melakukan permodelan struktur
dengan menggunakan program ETABS:
1. Untuk memulai membuat struktur pada ETABS, Klik menu File> New
Model> kemudian akan terdapat kotak dialog seperti dibawah (model
initialization), lalu pilih Use Built-in settings with> pilih display units
menjadi Metric SI>OK:

Gambar 3.1 Model Initialization (Penentuan Satuan)


Sesuaikan satuan yang akan digunakan dalam membuat permodelan.
2. Akan muncul kotak dialog yang bertuliskan Building Plan Grid System
and Story Definition seperti dibawah ini:

Gambar 3.2 Building Plan Grid System and Story Definition

Setelah itu masukan data jumlah lantai, ketinggian, dan satuan


berdasarkan model struktur yang telah dirancang. Bila jarak dari antar
ruang berbeda maka akan lebih mudah menggunakan Custom Grid
Spacing (untuk x dan y) dan Costum Story Data (untuk z), pilih option
Edit>Edit Stories and Grid System, lalu akan terdapat kotak dialog
sebagai berikut:

Gambar 3.3 Grid System Data Custom


Gambar 3.4 Story Data Custom

Sesuaikan data diatas dengan dimensi dari denah yang telah direncanakan.

3. Setelah data disesuaikan maka akan muncul gambar Plan View dan 3D
View seperti dibawah ini:

Gambar 3.5 Plan View and 3D View

4. Setelah itu hubungkan dari titik satu ke titik lainnya dengan


menggunakkan tools Draw Beam/Coloumn/ Brace (plan, elv, 3D)
yang terletak dipojok kiri layar.
5. Tentukan Jenis perletakan yang akan digunakan di dalam struktur
rumah 2 lantai tersebut. Untuk menentukan jenis perletakan pada
bagian bawah struktur,maka pilih semua joint/titik yang berada pada
level pondasi (base) lalu klik menu Assign> Joint>Restraint. Pilih
perletakan Jepit.

Gambar 4.3 Assign Restraint

6. Mendefinisikan jenis material yang akan digunakan melalui toolsbar


menu Define > Material Properties > Add New Material. Lalu ubah
unit satuan dalam Milimeter (N-mm).
7. Input data spesifikasi material beton yang akan digunakan, yaitu untuk
balok dan dengan spesifikasi beton fc’25 Mpa, dan untuk kolom fc’ 30
Mpa, pada kotak dialog Material Property Data.

Gambar 4.3 Material Property Data fc’25


Gambar 4.4 Material Property
Data fc’30

8. Meng-input jenis properti frame yang akan digunakan Klik toolsbar


menu> Define>Section properties>Frame Section>Add New Property
(Add Rectangular).
9. Setelah itu input data spesifikasi balok yang akan digunakan, yaitu
Balok 250 x 200, balok 250 x 250, balok 250 x 300 dengan jenis
material yang sudah dibuat sebelumnya yaitu fc’25.

Gambar 4.5 Frame Section Property Data Balok 250x200


Gambar 4.6 Frame Section Property Data Balok 250x250

Gambar 4.7 Frame Section Property Data Balok 250x300

10. Mengubah momen inersia pada bagian Set Modifiers menjadi 0,35 dan
mengubah ketebalan selimut beton menjadi 5 cm pada bagian
Reinforcement Data.
Gambar 4.8 Analysis Property Modification Factors dan Reinforcement Data untuk Balok.

11. Setelah itu input data spesifikasi kolom yang akan digunakan, yaitu
Kolom 300x300 dengan jenis material yang sudah dibuat sebelumnya
yaitu fc’30.

Gambar 4.9 Frame Section Property Data Kolom 300x300

12. Mengubah momen inersia pada bagian Set Modifiers menjadi 0,7 dan
mengubah ketebalan selimut beton menjadi 5 cm pada bagian
Reinforcement Data.
Gambar 4.10 Analysis Property Modification Factors dan Reinforcement Data untuk Kolom

13. Meng-input jenis properti frame yang akan digunakan meng-klik


toolsbar menu Define>Wall/Slab/Deck>Add New Property (Add Slab).

Gambar 4.11 Slab Properties

14. Input spesifikasi pelat yang digunakan, yaitu PELAT dengan jenis
material yang telah ditentukan sebelumnya yaitu fc’25, serta dengan
jenis plat Slab dengan ketebalan 150 mm.
Gambar 4.12 Slab Property Data

15. Meng-Input jenis beban yang akan digunakan. Pertama Klik toolsbar
menu Define>Load Patterns. Input beban-beban yang telah ditentukan
beserta tipe dan self weight multiplier-nya seperti berikut.
16. Menambahkan beban Super Imposed Dead Load (SIDL) dengan Self
Weight Multiplier = 0.

Gambar 4.13 Define Load Patterns.

Self weight multiplier untuk DL (Dead Load) diisi dengan nilai 1 yang
berarti aplikasi ETABS nantinya akan secara otomatis menghitung
berat sendiri struktur berdasarkan info luas penampang elemen dan
berat jenis material yang dipakai. Jika nilai Self weight multiplier
adalah 0, maka perhitungan berat sendiri struktur tidak akan
dilakukan oleh program. Dalam pelatihan ini, diingikan program
ETABS untuk menghitung berat sendiri struktur.

17. Meninjau beban ultimate dari beban-beban yang mungkin terjadi pada
struktur dengan cara melakukan kombinasi beban terfaktor. Klik
toolsbar menu Define>Load Combinations>Add New Combo. Lalu
memasukkan beberapa kemungkinan kombinasi beban yang akan
terjadi pada struktur seperti berikut:

Gambar 4.14 Combination 1 & Combination 2

18. Melakukan pembebanan pada struktur yang telah digambar, beban


yang dikenakan adalah beban yang telah ditentukan.
19. Klik setiap plat yang ada, lalu klik shell/area loads>uniform, lalu pilih
tipe beban, seperti gambar berikut.
20. Meng-Input Load sesuai pada tabel yang ada di Bab Pembebanan.
Input sesuai pembebanan per lantai.
Gambar 4.15 Shell Load Assignment

Gambar 4.16 Slab Information base


Gambar 4.17 Slab Information Story 1

Gambar 4.18 Slab Information Story 2 (Atap)


21. Melakukan analisis terhadap struktur yang dirancang dengan menu
Analyze > Run Analyze

Gambar 4.19 Run Analyze

22. Memeriksa kekuatan tulangan yang diperlukan untuk struktur dengan


membuka menu Design > Concrete Frame Design > Start Design Check

Gambar 4.20 Concrete Frame Design Check Logitudinal Reinforcing


Gambar 4.21 Concrete Frame Design Check Shear Reinforcing

Gambar 4.22 Concrete Frame Design Check Torsion Reinforcing

23. Kemudian gaya dalam yang terjadi pada struktur dapat diperoleh
dengan meng-klik menu Display>Show Tables. Centang pada bagian
Frame output.
Gambar 4.23 Frame output

24. Kemudian, klik Copy Entire Table lalu Paste di MS Excel untuk
masing-masing gaya baik yang terjadi pada Coloumn maupun yang
terjadi pada Beam. Lalu olah data di MS Excel sehingga didapatkanlah
nilai maksimum dari masing-masing gaya dalam yang bekerja pada
komponen struktur rumah 2 lantai tersebut. Dalam perancangan, akan
digunakan gaya dalam maksimum tersebut untuk menentukan jumlah
tulangan yang dibutuhkan untuk masing-masing balok dan kolom per
lantainya.

Gambar 4.24 Frame output display


25. Pilih Beam Force dan Coloumn Force lalu klik Edit> Copy Entire
Table lallu klik Paste di MS Excel.
BAB IV

PENULANGAN

4.1 Penulangan Utama


Berdasarkan hasil permodelan dan perhitungan preliminery design
diketahui bahwa selain melakukan perhitungan dalam merencanakan
bangunan kita perlu engineering judgement. Maka dari itu setiap hasil
perhitungan yang didapatkan harus disesuaikan dengan kondisi lapangan,
seperti kasus saat kami merancang rumah 2 lantai sederhana ini pada
perhitungan balok, kolom, dan pelat kami melakukan engineering
judgement seperti hasil balok perhitungan kami adalah 231,081 mm namun
dibulatkan menjadi 250 mm. Perhitungan pada kolom awalnya adalah
10,28 mm kami bulatkan menjadi 30 mm dikarekan dimensi yang terlalu
kecil. Perhitungan pelat yang kami dapatkan adalah 111,70 dibulatkan
menjadi 150mm.

 Balok
Dimensi balok:
Disini kami menggunakan beberapa jenis dimensi balok yaitu:
(a) Balok 250x200 mm
(b) Balok 250x250 mm
(c) Balok 250x300 mm
 Kolom : Disini kami menggunakan kolom dengan dimensi
300x300mm
 Pelat : Untuk pelat, setelah kami melalui proses perhitungan
kami membulatkan hasil perhitungan kami, yaitu setebal 150mm
untuk semua lantai.

Hasil analisis dari aplikasi ETABS memberi data bahwa kolom


kami kuat menahan beban yang diindikasikan dengan garis as kolom
bewarna ungu, namun warna ungu ini belum dapat dikatakan aman, maka
kami harus menambah dimensi kolom untuk merubah indikasi warna
kolom pada aplikasi etabs dengan warna hijau yang mengindikasikan
bahwa kolom tersebut aman dari beban. Pada balok, hasil design dan
dimensi kami hijau yang berarti aman, namun masih terlalu boros. Kita
dapat mengoptimalkannya dengan cara memperkecil dimesi balok. Dari
data data etabs kami dapat memperoleh tulangan yang harus digunakan
untuk balok, kolom dan pelat sebagai berikut:

4.2 Penulangan Pada Balok


Berdasarkan analisis dari aplikasi ETABS diperoleh luas tulangan
sebesar, nilai ini akan digunakan untuk mencari jumlah tulangan yang
akan digunakan:

Longitudinal Longitudinal
L Torsi Atas Torsi Bawah Shear
Atas Bawah

0 2,81 1,88 0,0000 0,00 0,0000

½L 0,95 2,08 0,0000 0,00 0,0000

L 2,51 2,08 0,0000 0,00 0,0000

Tabel 4.1 Data Concrete Frame Design Result

Diketahui :

 Longitudinal Atas : 2,81 kg/cm


 Longitudinal Bawah : 2,08 kg/cm
 Torsi : 0 kg/cm
 Shear : 0 kg/cm

 L Longitudinal atas

𝑡𝑜𝑟𝑠𝑖 𝑏𝑎𝑤𝑎ℎ
𝐿 𝑙𝑜𝑛𝑔𝑖𝑡𝑢𝑑𝑖𝑛𝑎𝑙 𝑎𝑡𝑎𝑠 = 𝑙𝑜𝑔𝑖𝑡𝑢𝑑𝑖𝑛𝑎𝑙 𝑎𝑡𝑎𝑠 +
2

0
𝐿 𝑙𝑜𝑛𝑔𝑖𝑡𝑢𝑑𝑖𝑛𝑎𝑙 𝑎𝑡𝑎𝑠 = 2,81 +
2

𝐿 𝑙𝑜𝑛𝑔𝑖𝑡𝑢𝑑𝑖𝑛𝑎𝑙 𝑎𝑡𝑎𝑠 = 2,81 𝑘𝑔/𝑐𝑚2

 L Longitudinal bawah
𝑡𝑜𝑟𝑠𝑖 𝑏𝑎𝑤𝑎ℎ
𝐿 𝑙𝑜𝑛𝑔𝑖𝑡𝑢𝑑𝑖𝑛𝑎𝑙 𝑎𝑡𝑎𝑠 = 𝑙𝑜𝑔𝑖𝑡𝑢𝑑𝑖𝑛𝑎𝑙 𝑎𝑡𝑎𝑠 +
2

0
𝐿 𝑙𝑜𝑛𝑔𝑖𝑡𝑢𝑑𝑖𝑛𝑎𝑙 𝑎𝑡𝑎𝑠 = 2,08 +
2
𝐿 𝑙𝑜𝑛𝑔𝑖𝑡𝑢𝑑𝑖𝑛𝑎𝑙 𝑎𝑡𝑎𝑠 = 2,08 𝑘𝑔/𝑐𝑚2

 Luas Tulangan
𝐿𝑢𝑎𝑠 𝑇𝑢𝑙𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 = 𝑆ℎ𝑒𝑎𝑟 + 𝑇𝑜𝑟𝑠𝑖 𝐴𝑡𝑎𝑠
=0+0
=0

 Tulangan Atas
𝑙𝑜𝑛𝑔𝑖𝑡𝑢𝑑𝑖𝑛𝑎𝑙 𝑎𝑡𝑎𝑠
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑡𝑢𝑙𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑎𝑡𝑎𝑠 =
1 2
4 𝑥3,14𝑥(1,3)
2,81
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑡𝑢𝑙𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑎𝑡𝑎𝑠 = 1 = 2,12 ≈ 2 𝑏𝑢𝑎ℎ
𝑥3,14𝑥(1,3)2
4

 Tulangan Bawah
𝑙𝑜𝑛𝑔𝑖𝑡𝑢𝑑𝑖𝑛𝑎𝑙 𝑏𝑎𝑤𝑎ℎ
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑡𝑢𝑙𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑎𝑡𝑎𝑠 =
1 2
4 𝑥3,14𝑥(1,3)
2,08
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑡𝑢𝑙𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑎𝑡𝑎𝑠 = 1 = 1,57 ≈ 2 𝑏𝑢𝑎ℎ
𝑥3,14𝑥(1,3)2
4

 Tulangan Sengkang
𝑇𝑢𝑙𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑆𝑒𝑛𝑔𝑘𝑎𝑛𝑔
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑒𝑛𝑔𝑘𝑎𝑛𝑔 𝑥 𝑑𝑖𝑎𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟 𝑡𝑢𝑙𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑥 𝑑 (𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 𝑆𝑁𝐼)
=
𝑆 (𝐽𝑎𝑟𝑎𝑘 𝑎𝑛𝑡𝑎𝑟 𝑠𝑒𝑛𝑔𝑘𝑎𝑛𝑔)

= karena luas tulangan sama dengan 0, jadi jumlah tulangan


diasumsikan 2D-13/2d-200
Gambar 4.1 keperluan tulangan sengkang pada balok

4.3 Penulangan Pada Kolom


Berdasarkan analisis dari aplikasi ETABS diperoleh luas tulangan sebesar

Luas tulangan longitudinal kolom = 300 x 300 x 1%

Luas tulangan longitudinal kolom = 900 mm2

 Jumlah tulangan (JL)


𝑙𝑢𝑎𝑠 𝑡𝑢𝑙𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 900
𝐽𝑙 = = = 6,78 ≈ 8 𝑏𝑢𝑎ℎ
𝑙𝑢𝑎𝑠 1 𝑡𝑢𝑙𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 1 × 𝜋 × 132
4

Hasil dari perhitungan jumlah tulangan adalah 6,78, hasil


tersebut tidak dapat digunakan karena minimal tulangan pada
kolom adalah 2 buah, sehingga jumlah tulangan yang digunakan
dibulatkan menjadi 8 buah, dengan besar diameter tulangan yang
digunakan adalah 13 mm. berikut adalah detail penulangan balok :

 ASH
ASH = Luas Tulangan Sengkang
Rumus 1
0,3 𝑥 𝑠 𝑥 𝑏𝑐 𝑥 𝑓𝑐′
𝐴𝑆𝐻 = 𝑎𝑔
𝑓𝑦𝑡 + ( − 1)
𝑎𝑐ℎ
0,3 𝑥 100 𝑥 200 𝑥 30
𝐴𝑆𝐻 =
900
400 + (400 − 1)

𝐴𝑆𝐻 = 448,60 mm2


Rumus 2
0,09 𝑥 𝑠 𝑥 𝑏𝑐 𝑥 𝑓𝑐′
𝐴𝑆𝐻 =
𝑓𝑦𝑡
0,09 𝑥 100 𝑥 200 𝑥 30
𝐴𝑆𝐻 =
400
𝐴𝑆𝐻 = 135 mm2

 Jumlah Tulangan Sengkang


𝐴𝑆𝐻
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑡𝑢𝑙𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑠𝑒𝑛𝑔𝑘𝑎𝑛𝑔 =
1 2
4 𝑥𝜋𝑥(𝐷)

𝐴𝑆𝐻
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑡𝑢𝑙𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑠𝑒𝑛𝑔𝑘𝑎𝑛𝑔 =
1 2
4 𝑥3,14𝑥(16)

Type Kolom

Potongan

Tebal Selimut = 50 mm
ø Diameter Tulangan = 16mm
Dimensi 300 x 300 mm
Tulangan 4 D-16
Sengkang 4p8 - 150 mm
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑡𝑢𝑙𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑠𝑒𝑛𝑔𝑘𝑎𝑛𝑔 = 2,23 ≈ 4 𝑏𝑢𝑎ℎ
4.4 Penulangan Pada Plat
Untuk mengetahui besar nilai momen yang terjadi pada plat lantai
pertama-pertama lakuakn Run – Display – Force/Stress Diagrams – Shell
Stresses/ forces – Centang Mmax, Show Fill dan Show Values – OK.
Setelah itu pilih nilai momen yang paling tinggi dari semua lantai agar
desain yang dibuat dapat sesuai dengan design.

Gambar 4.23 Momen yang terjadi pada plat akibat beban mati dan beban hidup

Dari hasil analisis tersebut didapatkan Momen Ultimate (Mu) = 6,82 KNm

Digunakan tulangan polos P10 – P150

1 𝑏
Luas tulangan terpakai, As = 4 𝜋𝑑 2 × 𝑠

1 1000
= 4 𝜋(10)2 × = 523,33 𝑚𝑚2
150

𝐴𝑠 ×𝑓𝑦
Tinggi blok regangan, a = 0,85 ×𝑓𝑐 ′ ×𝑏

523,33 ×400
= 0,85 ×25×1000 = 9,86 𝑚𝑚

𝑎
Momen nominal, Mn = 𝐴𝑠 × 𝑓𝑦 × (𝑑 − 2) × 10−6

9,86
= 523,33 × 400 × (85 − ) × 10−6
2

= 16,76 𝐾𝑁𝑚
Syarat : ø Mn ≥ Mu

0,8 x 16,76 ≥ 6,82 KNm

13,408 ≥ 6,82 KNm OK, Plat mampu menerima


beban yang telah direncanakan.
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil perhitungan perencanaan desain struktur


bangunan rumah 2 lantai ini dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Penentuan dimensi balok dipilih dari nilai h terbesar yang telah


dibulatkan menjadi 300 mm dan nilai b terbesar yang telah dibulatkan
yaitu 250 mm.
2. Kolom pada perancangan desain kami sama yakni 300x300 mm.
3. Pada balok menggunakan 2 tulangan yang berdiameter 13 mm
sedangkan pada balok menggunakan 8 tulangan dan berdiameter 13
mm.
4. Makin kecil beban yang di tompang kolom, balok dan pelat maka
semakin kecil dimensi yang kita perlukan.
5. Dalam hasil aplikasi Etabs, kami melakukan pengecekan dan hasilnya
adalah aman yang diindikasikan dengan warna ungu pada kolom dan
hijau pada balok.
6. Desain kolom, balok dan pelat berbanding lurus dengan dimensi yang
direncanakan. Semakin besar bangunan dan gaya yang bekerja pada
bangunan, maka semakin besar pula dimensi yang dibutuhkan.

6.2. Saran

1. Untuk memudahkan perhitungan kolom, balok dan pelat sebaiknya


menggunakan aplikasi Microsoft Excel.
2. Pada saat memulai desain pada aplikasi Etabs jangan lupa dengan
satuan yang akan dipakai.
3. Untuk memudahkan saat mendesain, lebih baik gunakan aplikasi
Autocad terlebih dahulu.
DAFTAR PUSTAKA

Badan Standarisasi Nasional, 2013, Persyaratan Beton Struktural untuk


Bangunan Gedung, SNI 2847-2013, Jakarta.

Badan Standarisasi Nasional, 2013, Beban Minimum untuk Perancangan


Bangunan, SNI 1727-2013, Jakarta.
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai