Anda di halaman 1dari 10

4

BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1 Pengertian Penyakit Akibat Kerja


Penyakit akibat kerja adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh
pekerjaan yang dilakukan setiap hari atau suatu penyakit yang memiliki
asosiasi ubungan cukup kuat dengan linkungan kerja. Penyakit Akibat Kerja
adalah penyakit yang disebabkan oleh pekerjaan, alat kerja, bahan, proses
maupun lingkungan kerja.
Dengan demikian Penyakit Akibat Kerja merupakan penyakit yang
artifisial atau man made disease. Dalam melakukan pekerjaan apapun,
sebenarnya kita berisiko untuk mendapatkan gangguan Kesehatan atau
penyakit yang ditimbulkan oleh penyakit tersebut.Oleh karena itu , penyakit
akibat kerja adalah penyakit yang disebabkan oleh pekerjaan,alat kerja ,
bahan, proses maupun lingkungan kerja.
Pada simposium internasional mengenai penyakit akibat hubungan
pekerjaan yang diselenggarakan oleh ILO (International Labour
Organization) di Linz, Austria, dihasilkan definisi menyangkut PAK sebagai
berikut:
a. Penyakit Akibat Kerja – Occupational Disease adalah penyakit yang
mempunyai penyebab yang spesifik atau asosiasi yang kuat dengan
pekerjaan, yang pada umumnya terdiri dari satu agen penyebab yang
sudah diakui.
b. Penyakit yang Berhubungan dengan Pekerjaan – Work Related
Disease adalah penyakit yang mempunyai beberapa agen penyebab,
dimana faktor pekerjaan memegang peranan bersama dengan faktor
risiko lainnya dalam berkembangnya penyakit yang mempunyai
etiologi kompleks.
5

c. Penyakit yang Mengenai Populasi Kerja – Disease of Fecting


Working Populations adalah penyakit yang terjadi pada populasi
pekerja tanpa adanya agen penyebab ditempat kerja, namun dapat
diperberat oleh kondisi pekerjaan yang buruk bagi kesehatan.

2.2 Penyakit Akibat Kerja Pada Perawat : Penyakit Menular dan Tidak
Menular:
1. Penyakit Menular Akibat Kerja Pada Perawat
Penyakit menular terbagi :
a. Penyakit yang disebabkan kontak udara disekitar pasien seperti :
TBC, Influenza, Flu burung, SARS.
b. Penyakit yang disebabkan kontak fisik dengan pasien seperti :
Kudis Kurap, Herpes.
c. Penyakit yang disebabkan kontak dengan cairan pasien seperti :
AIDS, Hepatitis B.
Beberapa cara perawat untuk mengantisipasi tertularnya
penyaskit menular:
1) TBC:
a) Mengurangi kontak langsung dengan penderita TBC
b) Memakai masker
c) Menjaga standard hidup yang baik, dengan makanan
bergizi, lingkungan yang sehat, dan berolahraga.
d) Pemberian vaksin BCG (untuk mencegah kasus TBC yang
lebih berat)
2) Influenza:
a) Mengurangi kontak langsung dengan penderita Influenza
b) Memakai masker
c) Vaksinasi influenza
3) Flu Burung :
a) Mengurangi kontak langsung dengan penderita Influenza
b) Mengonsumsi obat antivirus
6

c) Memakai masker
d) Mengonsumsi makanan sehat
4) SARS :
a) Mengurangi berkunjung langsung ke wilayah yang
terserang SARS
b) Gunakan masker penutup hidung dan mulutserta sarung
tangan untuk mengurangi penularan melalui cairan dan
udara (debu)
c) Jaga kebersihan tuuh, misalnya segera mencuci tangan
setelah berada ditempat umum
5) AIDS :
a) Hindari tertusuknya jarum suntik bekas pasien
b) Hindari tercemarnya darah pasien dengan anggota tubuh
yang sedang luka
c) Hindari tercemarnya barang habis pakai milik penderita

2. Penyakit Tidak Menular Akibat Kerja Pada Perawat


Penyakit tidak menular terbagi :
a. Penyakit yang disebabkan oleh kekurangan gizi yang tidak
sempurna, seperti : penyakit rabun mata, beri-beri, scorbut, dll.
b. Penyakit yang disebabkan karena tekanan darah tinggi
(hypertension) dan tekanan darah rendah (hypotension).
c. Penyakit alergi, seperti : astma gidu / kaligata.
d. Penyakit yang disebabkan karena keracunan, seperti : keracunan
makanan atau minuman.
e. Penyakit yang disebabkan karena kecelakaan, seperti keseleo,
patah tulang, luka tersayat, geger otak, dll.
7

2.3 Penyakit atau Cedera Akibat Kecelakaan Kerja Pada Perawat


Beberapa faktor yang merupakan salah satu penyebab penyakit atau
cedera pada perawat di tempat kerjanya sebagai berikut:
1. Akibat kelalaian perawat seperti tertusuk jarum atau tergores jarum, jika
perawat terkena tusukan atau goresan jarum dari pasien yang menderita
HIV dan Hepatitis B maka risiko perawat akan tertular penyakitnya.
2. Perawat berisiko terkena infeksi jika tidak cuci tangan atau menggunakan
sarung tangan serta masker jika berada pada ruang paru.
3. Perawat sering kontak langsung dengan bahan kimia seperti obat – obatan
kontak kerja tersebut yang pada umumnya dapat menyebabkan iritasi
(amoniak, dioksan) dan hanya sedikit saja oleh karena alergi (keton).
Bahan toksik (trichloroethane, tetrachloromethane) jika tertelan, terhirup
atau terserap melalui kulit dapat menyebabkan penyakit akut atau kronik,
bahkan kematian.

Pada perawat bekerja secara fisik misalnya memobilisasi pasien,


memindahkan pasien, memandikan pasien dan lain sebagainya yang
berhubungan dengan fisik dapat mengakibatkan risiko seperti keluhan yang
paling sering adalah nyeri pinggang kerja (low back pain).

1. Pada perawat berhubungan langsung dengan radiasi karena pada


pemeriksaan – pemeriksaan tertentu memerlukan radiasi jika perawat
terkena radiasi dapat membahayakan tenaga kesehatan yang
menangangani seperti gangguan reproduksi dan jika terpapar terlalu sering
dapat mengakibatkan kanker.

Penyakit atau cedera akibat kerja di Tempat Kerja Kesehatan umumnya


berkaitan dengan : faktor biologis (kuman patogen yang berasal umumnya dari
pasien), faktor kimia (pemaparan dalam dosis kecil namun terus menerus
seperti antiseptik pada kulit, zat kimia/solvent yang menyebabkan kerusakan
hati;, faktor ergonomi (cara duduk salah, cara mengangkat pasien salah), faktor
fisik dalam dosis kecil yang terus menerus (panas pada kulit, tegangan tinggi,
radiasi dll.); faktor psikologis (ketegangan di kamar penerimaan pasien, gawat
darurat, karantina dll.)
8

1. Faktor Biologis
Lingkungan kerja pada Pelayanan Kesehatan favorable bagi
berkembang biaknya strain kuman yang resisten, terutama kuman-kuman
pyogenic, colli, bacilli dan staphylococci, yang bersumber dari pasien,
benda-benda yang terkontaminasi dan udara. Virus yang menyebar melalui
kontak dengan darah dan sekreta (misalnya HIV dan Hep. B) dapat
menginfeksi pekerja hanya akibat kecelakaan kecil dipekerjaan, misalnya
karena tergores atau tertusuk jarum yang terkontaminasi virus.
Pencegahan :
a. Seluruh pekerja harus mendapat pelatihan dasar tentang kebersihan,
epidemilogi dan desinfeksi.
b. Sebelum bekerja dilakukan pemeriksaan kesehatan untuk memastikan
dalam keadaan sehat badan, punya cukup kekebalan alami untuk
bekerja dengan bahan infeksius, dan dilakukan imunisasi.
c. Menggunakan desinfektan yang sesuai dan cara penggunaan yang
benar.
d. Sterilisasi dan desinfeksi terhadap tempat, peralatan, sisa bahan
infeksius dan spesimen secara benar
e. Pengelolaan limbah infeksius dengan benar
f. Menggunakan kabinet keamanan biologis yang sesuai.
g. Kebersihan diri dari petugas.
2. Faktor Kimia
Petugas di tempat kerja kesehatan yang sering kali kontak dengan bahan
kimia dan obat-obatan seperti antibiotika, demikian pula dengan solvent
yang banyak digunakan dalam komponen antiseptik, desinfektan dikenal
sebagai zat yang paling karsinogen. Semua bahan cepat atau lambat ini
dapat memberi dampak negatif terhadap kesehatan mereka. Gangguan
kesehatan yang paling sering adalah dermatosis kontak akibat kerja yang
pada umumnya disebabkan oleh iritasi (amoniak, dioksan) dan hanya sedikit
saja oleh karena alergi (keton). Bahan toksik (trichloroethane,
tetrachloromethane) jika tertelan, terhirup atau terserap melalui kulit dapat
menyebabkan penyakit akut atau kronik, bahkan kematian. Bahan korosif
9

(asam dan basa) akan mengakibatkan kerusakan jaringan yang irreversible


pada daerah yang terpapar.
Pencegahan :
a. ”Material safety data sheet” (MSDS) dari seluruh bahan kimia yang ada
untuk diketahui oleh seluruh petugas untuk petugas atau tenaga
kesehatan laboratorium.
b. Menggunakan karet isap (rubber bulb) atau alat vakum untuk mencegah
tertelannya bahan kimia dan terhirupnya aerosol untuk petugas / tenaga
kesehatan laboratorium.
c. Menggunakan alat pelindung diri (pelindung mata, sarung tangan,
celemek, jas laboratorium) dengan benar.
d. Hindari penggunaan lensa kontak, karena dapat melekat antara mata dan
lensa.
e. Menggunakan alat pelindung pernafasan dengan benar.
3. Faktor Ergonomi
Ergonomi sebagai ilmu, teknologi dan seni berupaya menyerasikan
alat, cara, proses dan lingkungan kerja terhadap kemampuan, kebolehan
dan batasan manusia untuk terwujudnya kondisi dan lingkungan kerja yang
sehat, aman, nyaman dan tercapai efisiensi yang setinggi-tingginya.
Sebagian besar pekerja di perkantoran atau Pelayanan Kesehatan
pemerintah, bekerja dalam posisi yang kurang ergonomis, misalnya tenaga
operator peralatan, Posisi kerja yang salah dan dipaksakan dapat
menyebabkan mudah lelah sehingga kerja menjadi kurang efisien dan
dalam jangka panjang dapat menyebakan gangguan fisik dan psikologis
(stress) dengan keluhan yang paling sering adalah nyeri pinggang kerja
(low back pain).
4. Faktor Fisik
Faktor fisik di laboratorium kesehatan yang dapat menimbulkan
masalah kesehatan kerja meliputi:
a. Kebisingan, getaran akibat alat / media elektronik dapat menyebabkan
stress dan ketulian
10

b. Pencahayaan yang kurang di ruang kerja, laboratorium, ruang perawatan


dan kantor administrasi dapat menyebabkan gangguan penglihatan dan
kecelakaan kerja.
c. Suhu dan kelembaban yang tinggi di tempat kerja
d. Terimbas kecelakaan/kebakaran akibat lingkungan sekitar.Terkena
radiasi
e. Khusus untuk radiasi, dengan berkembangnya teknologi pemeriksaan,
penggunaannya meningkat sangat tajam dan jika tidak dikontrol dapat
membahayakan petugas yang menangani.
Pencegahan :
a. Pengendalian cahaya di ruang kerja khususnya ruang laboratorium.
b. Pengaturan ventilasi dan penyediaan air minum yang cukup memadai.
c. Menurunkan getaran dengan bantalan anti vibrasi
d. Pengaturan jadwal kerja yang sesuai.
e. Pelindung mata untuk sinar laser
f. Filter untuk mikroskop untuk pemeriksa demam berdarah
5. Faktor Psikososial
Beberapa contoh faktor psikososial di laboratorium kesehatan yang
dapat menyebabkan stress :
a. Pelayanan kesehatan sering kali bersifat emergency dan menyangkut
hidup mati seseorang. Untuk itu pekerja di tempat kerja kesehatan di
tuntut untuk memberikan pelayanan yang tepat dan cepat disertai
dengan kewibawaan dan keramahan-tamahan
b. Pekerjaan pada unit-unit tertentu yang sangat monoton.Hubungan kerja
yang kurang serasi antara pimpinan dan bawahan atau sesama teman
kerja.Beban mental karena menjadi panutan bagi mitra kerja di sektor
formal ataupun informal.
B. Upaya pencegahan penyakit akibat kerja pada perawat
1. Pemeriksaan Kesehatan Pekerja, dilakukan:
a. Pemeriksaan Kesehatan Pra Kerja = saat seleksi calon pekerja
Jenis pemeriksaan Kesehatan Pra Kerja yang dilakukan:
11

1) Anamnesa
a) Riwayat Penyakit Umum: TB, DM, Jantung, Asthma, Kulit,
Perut
b) Riwayat Penyakit di RS: pernah/ belum dirawat di RS, alasan
dirawat
c) Riwayat Kecelakaan Kerja di tempat kerja yang lama
d) Riwayat Operasi: pernah/belum di operasi?, operasi di RS mana,
berapa lama perawatan
e) Riwayat Pekerjaan: apakah sebelumnya pernah bekerja, di
perusahaan apa, bekerja di bagian apa
2) Pemeriksaan Mental
3) Pemeriksaan Fisik
4) Pemeriksaan Kesegaran Jasmani
5) Pemeriksaan Radiologi
Radiasi adalah risiko berbahaya yang dikenal baik di lingkungan
rumah sakit dan usaha penanggulangannya sudah dilakukan. Rumah
sakit sebaiknya mempunyai petugas yang bertanggung jawab (safety
officer) atas keamanan daerah sekitar radiasi dan perlindungan bagi
petugasnya. Petugas hamil sebaiknya dilarang bekerja, walau hal ini
masih diperdebatkan.
6) Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksa di laboratorium akan terpajan bakteri, antara lain TB dan
virus Hepatitis B. Petugas harus menjaga kesehatan dan kebersihan
pribadi untuk mencegah tertular penyakit, serta selalu memakai
sarung tangan karet pada saat bekerja. Mencuci tangan setiap akan
memulai dan setelah bekerja, mengenakan jas laboratorium, yang
harus selalu ditinggal di dalam laboratorium.
7) Pemeriksaan lainnya

2. Perbaikan Gizi Kerja (Penyiapan Makanan)


Petugas penyiapan makanan dapat terpajan salmonela, botulism dari
bahan mentah ikan, daging dan sayuran. Pencegahan terpenting di bagian
12

ini adalah tangan bersih dan menggunakan alat bersih. Kulkas penyimpanan
bahan makanan mentah yang sudah dibersihkan diatur suhunya dan
kebersihannya agar bakteri atau jamur tidak sempat berkembang biak.
Memasak yang benar-benar matang akan membunuh salmonela. Petugas
yang sedang menderita gangguan gastrointestinal diliburkan dan diobati
sampai sembuh.
3. Melakukan JSA proses kerja dan lingkungan kerja
4. Membuat SOP dan Instruksi Kerja
5. Promosi Kesehatan (Edukasi, sosialisasi, poster, leaflet, pemasangan
rambu-2 K3): seperti memberi penyuluhan kesehatan
6. Menyediakan waktu dan sarpras untuk plahraga bekerja
7. Vaksinasi penyakit menular (Hepatitis)
8. Penggunaan APD
Alat Pelindung Diri (APD) adalah salah satu upaya pencegahan oleh
perawat agar tidak terluar oleh penyakit yang ada di rumah sakit. Macam-
macam APD yang dapat digunakan oleh perawat adalah :
1) Sarung Tangan Steril
2) Gaun (Celemek) Pelindung
3) Masker
4) Alat pelindung mata
5) Topi
6) Pelindung kaki
7) Kepatuhan pada aturan RS
8) Mencuci Tangan
13

BAB II

KESIMPULAN DAN SARAN

3.1 Kesimpulan
Sebagai suatu sistem program yang dibuat bagi pekerja maupun
pengusaha, kesehatan dan keselamatan kerja atau K3 diharapkan dapat
menjadi upaya preventif terhadap timbulnya kecelakaan kerja dan penyakit
akibat hubungan kerja dalam lingkungan kerja. Pelaksanaan K3 diawali
dengan cara mengenali hal-hal yang berpotensi menimbulkan kecelakaan
kerja dan penyakit akibat hubungan kerja, dan tindakan antisipatif bila
terjadi hal demikian. Tujuan dari dibuatnya sistem ini adalah untuk
mengurangi biaya perusahaan apabila timbul kecelakaan kerja dan
penyakit akibat hubungan kerja.
Peran tenaga kesehatan dalam menangani korban kecelakaan kerja
adalah menjadi melalui pencegahan sekunder ini dilaksanakan melalui
pemeriksaan kesehatan pekerja yang meliputi pemeriksaan awal,
pemeriksaan berkala dan pemeriksaan khusus. Untuk mencegah terjadinya
kecelakaan dan sakit pada tempat kerja dapat dilakukan dengan
penyuluhan tentang kesehatan dan keselamatan kerja.

3.2 Saran
Kesehatan dan keselamatan kerja sangat penting dalam
pembangunan karena sakit dan kecelakaan kerja akan menimbulkan
kerugian ekonomi (lost benefit) suatu perusahaan atau negara olehnya itu
kesehatan dan keselamatan kerja harus dikelola secara maksimal bukan
saja oleh tenaga kesehatan tetapi seluruh masyarakat.

Anda mungkin juga menyukai