Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

NUTRISI TERNAK

FUNGSI DAN METABOLISME MINERAL

Oleh :

Kelas : A

Kelompok : 12

Amelia Dwi L 200110180001

Acep Andri A 200110180045

Anisa Yuliani 200110180183

Arif Ragil S 200110180144

Muhammad Nabil Hilmy 200110180086

FAKULTAS PETERNAKAN

UNIVERSITAS PADJADJARAN
BAB I
PENDAHULUAN

Mineral merupakan komponen utama dalam makanan. Semua makanan


mengandung mineral yang jumlahnya bermacam-macam. Bahan mineral dapat juga
berupa garam anorganik/bahan organic atau dapat digabung dengan bahan organic,
seperti fospor digabung dengan fospor protein dan logam digabung dengan enzim.
Biasanya mineral di kelompokkan menjadi 2 golongan, yaitu komponen garam utama
dan unsur spora (garam tambahan/pelengkap).

Komponen garam utama mencakup kalium, natrium, kalsium, magnesium, klorida,


sulfat, fospat dan bikarbonat.

Komponen unsur spora dapat dipilih menjadi 3 golongan, yaitu :

a) Unsur gizi esensial (Fe, Cu, I, Co, Mn dan Zn)


b) Unsur non gizi, tidak toksik (Al, B, Ni, Sn dan Cr)
c) Unsur non gizi, toksik (Hg, Pb, As, Cd dan Sb)

Mineral merupakan suatu zat organic yang terdapat dalam kehidupan alam maupun
dalam makhluk hidup. Di alam, mineral merupakan unsur penting dalam tanah,
bebatuan, air dan udara. Sekitar 50 % mineral tubuh terdiri atas kalsium, 25 % fospor
dan 25 % lainnya terdiri atas mineral lain.

Mineral merupakan kebutuhan tubuh manusia yang mempunyai peranan penting


dalam pemeliharaan fungsi tubuh, seperti untuk pengaturan kerja enzim-enzim,
pemeliharaan keseimbangan asam-basa, membantu embentukan ikatan yang
memerlukan mineral seperti pembentukan hemoglobin.

Dalam sistem fisiologis tubuh manusia, mineral tersebut dibagi menjadi dua bagian
yaitu makroelemen antara lain kalsium (Ca), fospor (P), kalium (K), sulfur (S), natrium
(Na), klor (Cl) dan magnesium (Mg) dan mikroelemen antara lain besi (Fe), iodium (I),
seng (Zn), mangan (Mn) dan kobal (Co). tubuh tidak mampu mensintesa mineral
sehingga unsur-unsur ini harus disediakan melalui makanan. Sumber mineral paling
baik banyak terdapat pada makanan hewani dan tumbuh-tumbuhan seperti buah dan
sayuran.

Perilaku mineral sering dipengaruhi oleh adanya kandungan makanan lain.


Penyerapan mineral diturunkan oleh serat dan perilaku besi, seng dan kalsium
menunjukkan bahwa antaraksi terjadi dengan fiatat. Fitat dapat membentuk senyawa
kompleks yang tidak larut dengan besi dan seng yang dapat mengganggu penyerapan
kalsium dengan menimbulkan pengikisan pada protein pengikat kalsium dan usus.
BAB II

PEMBAHASAN

Mineral

1. Pengertian Mineral
Mineral adalah sebuah substansi anorganik yang dibutuhkan oleh tubuh
dengan jumlah yang kecil untuk berbagai fungsi tubuh. Mineral berbeda dengan
Vitamin, karena vitamin adalah senyawa yang terdiri dari berbagai macam
unsur seperti karbon, hidrogen dan oksigen.
Mineral adalah unsur kimia individu, mineral tidak bisa rusak,
kandungan mineral dari berbagai macam makanan yang biasanya disebut
dengan “abu”, hal ini disebabkan karena mineral adalah zat yang tersisa dari
makanan sesudah semua makanan tersebut hancur pada suhu tinggi atau di
degradasi oleh bahan kimia. Pada tubuh manusia, mineral terdiri dari sekitar
4% dari berat badan orang dewasa.
Persentase kadar mineral total dari makanan ruminansia hanya sebagian
kecil dari konsumsi bahan kering total (Adriani et al., 2009).

2. Penggolongan mineral

Berdasarkan takaran mineral jumlah kebutuhan dalam per hari, mineral


dapat dibagi menjadi 3 jenis, antara lain :

1. Makro mineral
Makro mineral adalah mineral yang menyusun hampir 1% dari total
berat badan manusia dan dibutuhkan dengan jumlah lebih dari 1000
mg/hari. Yang termasuk di dalam kelas makromineral adalah kalsium,
fosfor, magnesium, besi, iodin, dan kalium,. Saat tubuh kekurangan asupan
mineral-mineral tersebut, tubuh mengambilnya dari otot, hati dan bahkan
tulang (Purwitasati,2009).
2. Mikro mineral
Mikro mineral merupakan jenis mineral yang dibutukan pada tingkat
yang kurang yaitu sekitar 100mg per harinya. Terdapat 9 macam mineral yang
termasuk ke dalam kategori ini, diantaranya yaitu zat besi, seng, mangan,
selenium, tembaga, kromium, molibdenum dan mangan.
3. Ultratrace Minerals
Ultratrace minerals adalah mineral yang terdapat di dalam tubuh
manusia, akan tetapi jumlah kebutuhan mineral jenis ini tidak diketahui dengan
pasti. Mineral ini termasuk kedalam kategori arsenik, nikel, boron, silikon, serta
vanadium.

3. Mineral Makro

Mineral makro adalah mineral yang menyusun hampir 1% dari total berat badan
manusia dan dibutuhkan dengan jumlah lebih dari 1000 mg/hari. Mineral yang
termasuk di dalam kategori mineral makro utama adalah kalsium (Ca), fosfor (P),
magnesium (Mg), sulfur (S), kalium (K), klorida (Cl), dan natrium (Na).

a) Kalsium (Ca)

Kalsium adalah jenis makromineral yang berfungsi untuk menjaga


kepadatan serta kesehatan tulang, breperan dalam pembekuan darah dan
penyembuhan luka, bertugas untuk mengaktifkan beberapa enzim pencernaan
yang berguna untuk memecah dan menyerap makanan yang masuk ke dalam
tubuh. Sumber makanan yang paling baik untuk sumber kalsium adalah susu
dan produk olahannya, kepiting, udang, daging ayam, dan daging sapi. Kalsium
akan diserap oleh usus dibantu dengan vitamin
b) Fosfor (P)
Fosfor merupakan mineral kedua terbanyak dalam tubuh, sekitar 1 %
dari berat badan. Fosfor terdapat pada tulang dan gigi serta dalam sel yaitu otot
dan cairan ekstraseluler. Fosfor merupakan bagian dari asam nukleat DNA dan
RNA. Sebagai fosfolipid, fosfor merupakan komponen structural dinding sel.
Sebagai fosfat organic, fosfor berperan dalam reaksi yang berkaitan dengan
penyimpanan atau pelepasan energi dalam bentuk Adenin Trifosfat (ATP).
c) Magnesium (Mg)
Magnesium berfungsi untuk metabolisme lemak dan protein,
mengaktifkan beberapa enzim, serta menjaga keseimbangan elektrolit ketika
kontraksi otot terjadi.
d) Sulfur (S)
Tidak hanya ada di dalam obat-obat kecantikan, sulfur juga terdapat di
berbagai sumber makanan seperti ikan, susu, telur, serta ayam. Di dalam tubuh,
sulfur berperan sebagai komponen tulang rawan, menjadi antikoagulan, serta
berperan dalam menghasilkan insulin.
e) Kalium (K)

Seperti halnya natrium, kalium merupakan ion bermuatan positif , akan


tetapi berbeda dengan natrium, kalium terutama terdapat di dalam sel.
Perbandingan natrium dan kalium di dalam cairan intraseluler adalah 1:10,
sedangkan cairan di dalam ekstra selular 28:1. Sebanyak 95 % kaliu tubuh
berada di dalam cairan intra selular.

Kalium berasal dari tumbuh-tumbuhan dan hewan. Sumber utama


adalah makanan segar/ mentah, terutama buah, sayuran dan kacang-kacangan

f) Klor (Cl)
Klor merupakan anion utama cairan ekstraselular. Konsentrasi klor
tertinggi adalah dalam cairan serebrospinal (otak dan sumsum tulang belakang),
lambung dan pancreas. (Irianto Kus, Waluyo Kusno. 2004 )
Klor terdapat bersamaan dengan natrium dalam garam dapur. Beberapa sayuran
dan buah juga mengandung klor.
g) Natrium (Na)
Natrium merupakan kation utama dalam cairan ekstraseluler . 35-40 %
terdapat dalam kerangka tubuh. Cairan saluran cerna, sama seperti cairan
empedu dan pancreas mengandung banyak natrium. Sumber utama Natrium
adalah garam dapur (NaCl).

Natrium memiliki beberapa fungsi diantaranya yaitu

 menjaga keseimbangan cairan dalam kompartemen ekstraseluer.


 Mengatur tekanan osmosis yang menjaga cairan tidak keluar dari darah
dan masuk ke dalam sel.
 Menjaga keseimbangan asam basa dalam tubuh dengan mengimbangi
zat-zat yang membentuk asam.
 Berperan dalam transmisi saraf dan kontraksi otot.
 Berperan dalam absorbsi glukosa dan sebagai alat angkut zat gizi lain
melalui membrane, terutama melalui dinding usus sebagai pompa
natrium.

2.4 METABOLISME MINERAL MAKRO

Vitamin dan Mineral merupakan dua hal yang sering kita dengar. Mineral

adalah kelompok mikronutrien bagi tubuh. Artinya, zat gizi ini hanya dibutuhkan

dalam jumlah kecil untuk mendukung proses tumbuh dan kembangnya tubuh kita.
Banyak yang menganggap bahwa vitamin sama dengan mineral. Padahal dalam

struktur kimia kedua nutrisi ini memiliki bentuk yang berbeda sekali pun memiliki

beberapa fungsi yang hampir sama.

Secara umum, mineral terbagi menjadi 2 macam, yaitu makro mineral dan

mikro mineral. Makro mineral adalah mineral yang ada di dalam tubuh lebih dari

0.01% dari berat badan dan dibutuhkan oleh tubuh dalam jumlah lebih dari 100

mg/hari seperti Ca (kalsium), P (fosfor), Na (natrium), K (kalium), Cl (klorida), dan S

(sulfur).

Mineral mikro terdapat dalam tubuh kurang dari 0.01% berat tubuh dan hanya

dibutuhkan dalam jumlah kurang dari 100 mg/hari seperti besi (Fe), tembaga (Cu),

iodine (I2), zinc (Zn), kobalt (Co), dan Se (selenium). Dalam tubuh mineral akan

melaui beberapa proses sebelum di serap oleh tubuh . Salah satu proses dalam tubuh

adalah bagaimana mineral dapat melalui atau melewati membran atau yang dikenal

dengan transport memberan. Transport memberan sendiri terbagi menjadi dua yaitu

transport aktif dan pasif.

1. Metabolisme Mineral

Mineral, (kecuali K dan Na), membentuk garam dan senyawa lain yang relatif
sukar larut, sehingga sukar diabsorpsi. Absorpsi mineral sering memerlukan protein
pengemban spesifik (spesific carrier proteins), sintesis protein ini berperan sebagai
mekanisme penting untuk mengatur kadar mineral dalam tubuh.
Ekskresi sebagian besar mineral melalui ginjal, ada juga disekresi kedalam

getah pencernaan, empedu dan hilang dalam feses. Kelainan akibat kekurangan

mineral. Kekurangan intake semua mineral esensial dapat menyebabkan sindroma

klinik.Bila terjadi difisiensi biasanya sekunder, akibat malabsorpsi, perdarahan,

berlebihan (besi), penyakit ginjal(kalsium), atau problem klinis lain. Kelaianan akibat

kelebihan mineral. Kelebihan intake dari hampir semua mineral menyebabkan gejala

toksik.

Sumber dan kebutuhan mineral sehari-hari. Mineral esensial dan unsur

runutan ditemukan dalam sebagian besar makanan, terutama biji-bijian utuh, buah,

sayuran, susu, daging dan ikan. Biasanya dalam makanan hanya dalam jumlah yang

sedikit.

A. Transport aktif

Transpor aktif adalah pergerakan atau pemindahan yang menggunakan energy


untuk mengeluarkan dan memasukan ion - ion dan molekul melalui membran sel yang
bersifat parmeabel dengan tujuan memelihara keseimbangan molekul kecil di dalam
sel.

Mineral di dalam tubuh akan mengalami reaksi desosiasi menjadi ion-ion dan

molekul kecil untuk melalui memberan sel. Pada transport aktif mineral akan melalui
memberan sel seperti halnya ion Natrium (Na+), ion kalium (K+), dan ion Clorium (Cl-
) melalui pompa Natrium - kalium pada membrane sel. Transpor aktif
dipengaruhi oleh muatan listrik di dalam dan di luar sel, dimana muatan listrik ini

ditentukan oleh ion natrium (Na+), ion kalium (K+), dan ion klorin (Cl-). Keluar

masuknya ion Na+ dan K+ diatur oleh pompa natrium - kalium. Transpor aktif dapat

berhenti jika sel didinginkan, mengalami keracunan, atau kehabisan energi.

Transpor aktif memerlukan molekul pengangkut berupa protein integral pada

membran, dimana di dalam molekul ini, terdapat situs pengikatan. Proses

transport aktif dimulai dengan pengambilan tiga ion Na+ dari dalam sel dan

menempati situs pengikatan pada protein integral. Energi diperlukan untuk mengubah

bentuk protein integral pada membran yang sebelumnya membuka kearah dalam sel

menjadi membuka kebagian luar sel. Selanjutnya, ion Na+ terlepas dari situs

pengikatan dan keluar dari protein integral menuju keluar sel. Kemudian dari luar sel,

dua ion K+ menempati situs pengikatan di protein integral. Bentuk protein integral

berubah, dari sebelumnya membuka kearah luar menjadi membuka kearah dalam sel

dan ion kalium dilepaskan kedalam sel.

B. Transport pasif

Transpor pasif adalah perpindahan molekul atau ion tanpa menggunakan

energi sel. Perpindahan molekul tersebut terjadi secara spontan, dari konsentrasi

tinggi ke rendah. Jadi, pejalan itu terjadi secara spontan. Contoh transpor pasif

adalah difusi, osmosis, dan difusi terfasilitasi.


Difusi adalah penyebaran molekul zat dari konsentrasi (kerapatan) tinggi ke

konsentrasi rendah tanpa menggunakan energi. Secara spontan, molekul zat dapat

berdifusi hingga mencapai kerapatan molekul yang sama dalam satu ruangan. Sebagai

contoh, setetes parfum akan menyebar ke seluruh ruangan (difusi gas di dalam

medium udara). Molekul dari sesendok gula akan menyebar ke seluruh volume air di

gelas meskipun tanpa diaduk (difusi zat padat di dalam medium air), hingga

kerapatan zat tersebut merata.

Osmosis adalah perpindahan ion atau molekul air (dari kerapatan tinggi ke

kerapatan rendah dengan melewati satu membran. Osmosis dapat didefinisikan

sebagai difusi lewat membran.

Pada transport pasif osmosis, di dalam tubuh mineral akan terionisasi menjadi

zat-zat elektrolit yang dapat diserap dalam tubuh. Zat-zat yang memiliki sifat

elektrolit lemah lebih cepat melewati membran daripada elektrolit kuat. Contoh zat

zat yang dapat melewati membran dari yang paling cepat hingga yang paling lambat

antara lain: Na+, K+, Cl-, Ca2+, Mg2-, Fe3+.

Seperti halnya glukosa, transport mineral melalui Transport glukosa melalui

glukosa permease dari eritrosit. Mineral masuk ke dalam eritrosit melalui facilitated

transport. Laju transport dengan menggunakan glukosa permease adalah 50.000 kali

lebih cepat daripada laju transport tanpa glukosa permease.

Pada transport pasif difusi mineral melewati membrane melalui saluran yang
disebut CHANNEL MEDIATED. CHANNEL-dimediasi DIFUSI difasilitasi dalam

saluran dimediasi difasilitasi difusi, zat terlarut bergerak menuruni konsentrasi

gradien melintasi bilayer lipid melalui membran channel. Sebagian besar saluran

membran saluran ion, protein trans membran integral yang memungkinkan zat atau

molekul kecil, anorganik ion yang terlalu hidrofilik untuk menembus nonpolar yang

interior dari lapisan ganda lipid. Setiap ion dapat menyebar di seluruh membran

hanya pada situs tertentu.

1. Kalsium (Ca)

Ca diabrospsi duodenum dan jejunum proksimal oleh protein pengikat Ca

yang disintesis sebagagi respon terhadap kerja 1,25-dihidroksikolekalsiferol (1,25

dihidroksi vitamin D). Abrospsi dihambat oleh senyawa yang membentuk garam Ca
yang tidak larut. Kalsium diekskresi melalui ginjal bila kadarnya diatas 7 mg/100

ml. Sejumlah besar diekskresi melalui usus dan hampir semuanya hilang dalam

feses.

a. Pengaturan keseimbangan kalsium

Untuk mempertahankan kadar kalsium dalam keadaan normal, diperlukan

interaksi beberapa proses antara lain :

1. Pemasukan yang berasal dari makanan dan absorpsi saluran cerna

2. Pengeluaran melalui ekskresi urin dan feses


3. Keseimabnan formasi dan resorpsi tulang yang disebut sebagai dinamika

tulang (bone turnover) Untuk menjamin keseimbangan proses-proses diatas

dengan baik diperlukan pengaturan secara hormonal yaitu Hormon paratiroid,

Vitamin D dan Kalsitonin

2. Fosfat

Fosfat bebas diabsorpsi dalam jejunum bagian tengah dan masuk aliran darah

melalui sirkulasi portal. Pengaturan absorpsi fosfat diatur oleh 1 , 25–dihidroksi

kolekalsiferol (1,25-dihidroksivitamin D). Fosfat ikut dalam pengaturan derivat aktif

vitamin D. Bila kadar fosfat serum rendah, pembentukan 1,25-dihidroksi vitamin D

dalam tubulus renalis dirangsang, sehingga terjadi penambahan absorpsi fosfat dari

usus.

Deposisi fosfat sebagai hidroksiapatit dalam tulang diatur oleh kadar hormon

paratiroid. 1,25-dihidroksi vitamin D, memegang peranan yang memungkinkan

hormon paratiroid melakukan mobilisasi kalsium dan fosfat dari tulang.

Ekskresi fosfat terjadi terutama dalam ginjal. 80 persen – 90 persen fosfat

plasma difiltrasi pada glomerulus ginjal. Jumlah fosfat yang diekskresi dalam urin

menunjukkan perbedaan antara jumlah yang difiltrasi dan yang direabsorpsi oleh

tubulus proximal dan tubulus distal ginjal. 1,25-Dihidroksivitamin D merangsang

reabsorpsi fosfat bersama kalsium dalam tubulus proksimal. Hormon paratiroid

mengurangi reabsorpsi fosfat oleh tubulus renalis sehingga mengurangi efek 1,25
Dihidroksivitamin D pada ekskresi fosfat. Bila tidak ada efek kuat hormon paratiroid,

ginjal mampu memberi respon terhadap 1,25-dihidroksi vitamin D dengan

pengambilan semua fosfat yang difiltrasi.

3. Natrium

Natrium diabsorpsi di usus halus secara aktif (membutuhkan energi), lalu

dibawa oleh aliran darah ke ginjal untuk disaring kemudian dikembalikan ke aliran

darah dalam jumlah cukup untuk mempertahankan taraf natrium dalam darah.

Kelebihan natrium akan dikeluarkan melalui urin yang diatur oleh hormon aldosteron

yang dikeluarkan oleh kelenjar adrenal jika kadar natrium darah menurun.

Ekskresi natrium terutama dilakukan oleh ginjal. Pengaturan eksresi ini

dilakukan untuk mempertahankan homeostasis natrium, yang sangat diperlukan untuk

mempertahankan volume cairan tubuh. Pengeluaran natrium juga terjadi lewat

pengeluaran keringat dan tinja dalam jumlah kecil. Kekuran natrium dari rute-rute ini

dapat mengakibatkan kematian pada kasus berkeringat dan diare yang berlebihan.

Ingesti natrium dipengaruhi oleh rasa dan dorongan homeostatis (selera terhadap

garam) untuk mempertahankan keseimbangan natrium. Hewan mempunyai dorongan

untuk memakan garam yang di picu oleh natrium plasma yang rendah.

4. Magnesium

Kejadian metabolik dalam rumen kebanyakan ditentukan dari jumlah

konsumsi magnesium. Magnesium diabsorpsi melalui kombinasi transfor aktif dan


transfor pasif. Proses utama normalnya adalah transport pasif dan dimulai pada

membran apikal mukosa rumen, dimana uptake magnesium diarahkan oleh perbedaan

potensial negatif yang berbeda. Dan dihambat oleh konsentrasi tinggi potassium

dalam rumen. Proses carrier-mediated memungkinkan terjadinya pertukaran ion

magnesium dan hidrogen dan tidak sensitif terhadap potassium, menjadi proses

dominan pada konsentrasi magnesium luminal yang tinggi.

Absorpsi magnesium diselesaikan oleh proses sekunder melalui transport aktif,


terletak dalam membran basolateral yang dapat disaturasi dan kontrol kealiran darah.
Dalam spesies tertentu,

pengaruh utama pada absorpsi magnesium adalah faktor yang dapat berpengaruh

pada kelarutan konsentrasi magnesium dalam rumen dan perbedaan potensial negatif

diseluruh mukosa rumen. Magnesium sulit difiltrasi di gromerulus dibanding

kebanyakan makromineral, tetapi dalam jumlah yang cukup difiltrasi dan lolos dari

reabsorpsi tubuler yang dikeluarkan melalui urin.

Analisis mineral

Analisis mineral dapat dilakukan dengan cara melakukan penetuan mineral


total dengan menggunakan kadar abu dan dengan melakukan penentuan masing-
masing komponen mineral dengan spektofotometri serapan atom (SSA).

A. Analisa kandungan mineral total (kadar abu)

Untuk melakukan analisa kandungan mineral dapat dilakukan dengan dua cara
yaitu dengan cara kering dan cara basah.
1. Cara kering

Dengan menggunakan metode ini dapat digunakan untuk penetapan kadar abu
(mineral total) dalam makanan secara gravimetri sampai diperoleh bobot konstan.
Bobot konstan dapat diperoleh dari 2 kali penimbangan dengan selisih <0,5 mg/gram
sampel.

• Prinsip : abu dalam pangan di tetapkan dengan penimbangan sisa mineral


hasil pembakaran bahan organic pada suhu sekitar 550°C.

• Prosedur :

a. Sampel ditimbang 2-3 gram, sampel diletakkan di cawan porselen yang telah
diketahui bobot cawannya

b. Sampel dibakar dalam tanur listrik pada suhu maksimal 500°C

c. Setelah mendapatkan pengabuan sempurna, abu didinginkan dalam desikator


timbang sampai bobot tetap

Untuk sampel bentuk cair, harus melalui proses penguapan terlebih dahulu diatas
penangas air hingga kering.

2. Cara basah

• Prinsip : bahan organik dimusnahkan dan dioksidasi dengan bantuan


campuran asam pengoksidasi kuat yang dididihkan bersama dalam labu kjedahl.
Menggunakan pereaksi yaitu asam nitrat pekat, asam sulfat pekat, asam perklorat,
atau menggunakan hydrogen peroksida (H2O2) 30%.

B. Analisa mineral dengan Spektroskopi Serapan Atom (SSA)

Metode SSA digunakan untuk analisis kuantitatif unsur-unsur logam dalam


jumlah kelumit dan ultra kelumit. Dengan menggunakan metode SSA juga dapat
memberikan total unsur logam dalam suatu cuplikan dan tidak bergantung pada
bentuk molekul dari logam dalam cuplikan tersebut. Metode ini dapat menghitung
unsur hara dari Fe, Mn, Cu, Se dan Zn yang terkandung dalam air.

• Prinsip : setelah bahan organik dalam sampel dimusnahkan melalui


pengabuan kering atau pengabuan basah sisa abu dilarutkan dalam asam encer.
Logam yang diatomisasi dalam nyala akan menyerap energi tertentu dari lampu
katoda. Jumlah energi terserap oleh logam sebanding dengan konsentrasi mineral
dalam sampel. Logam-logam tertentu seperti Na, K dan Ca dapat ditetapkan dengan
pengukuran emisi yang terjadi setelah logam tersebut tereksitasi dalam nyala.

• Prosedur :

1. Tahap A (sampel dalam bentuk abu)

- Abu + 10ml HCL 5M

- Di dinginkan

- Larutan disaring menggunakan kertas saring

- Masukan fitrate, lalu takar sebanyak 250ml

- Bilas cawan dengan aquades

- Campurkan air pembilas dengan fitrate dalam labu ukur

- Cuci endapan didalam kertas saring sebanyak 2 kali dengan 20ml aquades

- Encerkan sampai merata

2. Tahap B (sampel ditidak berbentuk abu)

- Sampel ditimbang 5 gram (gelas piala 150ml) + 20ml asam nitrat pekat

- Didihkan sampel selama 5 menit


- Dinginkan sampel

- Tambahkan 15ml aquades

- Didihkan selama 10 menit

- Dinginkan sampel

- Pindahkan sampel dan takar sebanyak 250ml

- Bilas gelas piala sampai bersih

- Encerkan sampel sampai merata

3. Penetapan sampel

- Larutan di pipet 10ml larutan atau dapat menggunakan labu ukur 100ml

- Larutan di + 40ml aquades

- Larutan di + 25ml pereaksi vanadate molibdat

- Encerkan dengan aquades

- Diamkan larutan selama 10 menit

- Ukur absorbansinya pada panjang gelombang 400 ppm


BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Mineral adalah sebuah substansi anorganik yang dibutuhkan oleh tubuh
dengan jumlah yang kecil untuk berbagai fungsi tubuh dan tidak bisa rusak.
Mineral adalah senyawa yang terbentuk melalui proses geologis. Istilah
mineral termaksud tidak hanya bahan komposisi kimia tetapi juga struktur
mineralmenurut Sunita almatsier, mineral adalah unsur kristal dan terbentuk
dari hasil proses geologi yang dibutuhkan untuk menjaga kesehatan.
Mineral merupakan bagian tubuh yang memegang peranan penting
dalam pemeliharaan fungsi tubuh, baik tingkat sel, jaringan, organ maupun
fungsi tubuh secara keseluruhan. Selain itu, mineral berperan dalam berbagai
tahap metabolisme terutama sebagai kofaktor dalam aktifitas enzim.
Mineral dapat dibagi menjadi 3 jenis yaitu makro mineral, mikro
mineral, dan ultratrace minerals. Fungsi dari mineral itu sendiri bergantung
dari jenis dari mineral berdasarkan penggolongannya. Pengukuran kadar
mineral dapat dilakukan dengan 2 cara analisa yaitu melalui analisa kandungan
mineral total (kadar abu) dan analisa Spektroskopi Serapan Atom (SSA).

Anda mungkin juga menyukai