Anda di halaman 1dari 30

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hepatitis merupakan inflamasi dan cedera pada hepar, penyakit ini
dapat disebabkan oleh infeksi atau oleh toksin termasuk alkohol dan dijumpai
pada kanker hati. Hepatitis virus adalah istilah yang digunakan untuk infeksi
hepar oleh virus, identifikasi virus penyakit dilakukan terus menerus, tetapi
agen virus A, B, C, D, E, F dan G terhitung kira-kira 95% kasus dari hepatitis
virus akut. (Ester Monica, 2002 : 93)
Penyakit hepatitis merupakan urutan pertama dari berbagai penyakit hati
diseluruh dunia. Penyakit ini sangat berbahaya bagi kehidupan karena penykit
hepatits ataupun gejala sisanya bertanggung jawab atas 1-2 juta kematian
setiap tahunnya. (Aru, w sudoyo, 2006 : 429). Infeksi virus hepatitis bisa
berkembang menjadi sirosis atau pengerasan hati bahkan kanker hati.
Masalahnya, sebagian besar infeksi hepatitis tidak menimbulkan gejala dan
baru terasa 10-30 tahun kemudian saat infeksi sudah parah.
Acquired immune deficiency syndrome (AIDS) merupakan tahap
akhir dari infeksi yang disebabkan oleh Human Immunodeficiency Virus
(HIV). Retrovirus yang menyerang sel CD4 yang menyebabkan kerusakan
parah pada sistem kekebalan tubuh. Human Immunodeficiency Virus (HIV)
termasuk golongan retrovirus diidentifikasi pada tahun 1983 oleh Montagnier
di Prancis (Goldsmith) sebagai patogen yang bertanggungjawab atas Acquired
Immunodeficiency Syndrome (AIDS). AIDS ditandai dengan perubahan
populasi limfosit T-sel yang memainkan peran kunci dalam sistem pertahanan
kekebalan tubuh. Pada individu yang terinfeksi, virus menyebabkan penipisan
T-sel, yang disebut "sel T-helper", yang meyebabkan pasien rentan terhadap
infeksi oportunistik, dan keganasan tertentu (P. Feorino).

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian
Hepatitis adalah kelainan hati berupa peradangan (sel) hati.
Peradangan ini ditandai dengan meningakatan kadar enzim hati. Peningkatan
ini disebabkan adanya gangguan atau kerusakan membran hati. Ada dua
faktor penyebabnya yaitu faktor infeksi dan faktor non infeksi. Faktor
penyebab infeksi antara lain virus hepatitis dan bakteri. Selain karena virus
Hepatitis A, B, C, D, E dan G masih banyak virus lain yang berpotensi
menyebabkan hepatitis misalnya adenoviruses , CMV , Herpes simplex , HIV ,
rubella ,varicella dan lain-lain. Sedangkan bakteri yang menyebabkan
hepatitis antara lain misalnya bakteri Salmonella typhi, Salmonella paratyphi ,
tuberkulosis , leptosvera. Faktor non-infeksi misalnya karena obat. Obet
tertentu dapat mengganggu fungsi hati dan menyebabkan hepatitis
(Dalimartha,2008).
Definisi hepatititsmenurut paraahli yaitu:
1. Menurut engram (1998) hepatitis adalah inflamasi pada hepar. Ini dapat
disebabkan oleh bakteri atau cidera toksik, tetapi hepatitits virus lebih
sering ditemukan.
2. Menurut Reeves (2001), hepatitis adalah peradangan luas pada jaringan
hati yang menyebabkan nekrosis dan degenerasi sel.
3. Menurut Carpenito (1999) hepatitis adalah inflamasi hepar yang
disebabkan oleh salah satu dari lima agen virus yang berbeda.

B. Etiologi
1. Transmisi secara enteric dari virus hepatitis A (HAV) dan virus hepatitis E
(HEV):
 Virus tanpa selubung
 Tahan terhadap cairan empedu

2
 Ditemukan di tinja
 Tidak dihubungkan dengan penyakit kronik
 Tidak terjadi viremia atau kondisi kanker intestinal
2. Transmisi melalui darahterdiri atas hepatitis B (HBV), virus hepatitis D
(HDV) danvirushepatitis C (HCV):
 Virus dengan selubung (envelope)
 Rusak bila terpajan cairan empedu
 Tidak terdapat dalam tinja
 Dihubungkan dengan penyakit kronik
 Dihubungkan dengan viremia persisten
3. Virus-virus lain yang dapat menyebabkan hepatitis yaitu ; virus mumps,
virus rubella, virus cytomegalovirus dan virus herpes.
4. Hepatitis dapat juga disebabkan karena alkohol, obat-obatan, penyakit
aotuimun dan penyakit metabolik

C. Klasifikasi Hepatitis
1. Hepatitis A
Hepatitis A disebabkan oleh virus hepatitis A (HAV). HAV menular
melalui makanan/ minuman yang tercemar kotoran (tinja) dari seseorang
yang terinfeksi masuk ke mulut orang lain. HAV terutama menular
melalui makanan mentah atau tidak cukup dimasak, yang ditangani atau
disiapkan oleh seseorang dengan hepatitis A (walaupun mungkin dia tidak
mengetahui dirinya terinfeksi). Minum air atau es batu yang tercemar
dengan kotoran adalah sumber infeksi lain, serta juga kerang-kerangan
yang tidak cukup dimasak. HAV dapat menular melalui ‘rimming’
(hubungan seks oral-anal, atau antara mulut dan dubur). HAV sangat
jarang menular melalui hubungan darah-ke-darah. Hepatitis A adalah
bentuk hepatitis yang akut, berarti tidak menyebabkan infeksi kronis.
Sekali kita pernah terkena hepatitis A, kita tidak dapat terinfeksi lagi.
Namun, kita masih dapat tertular dengan virus hepatitis lain.

3
Gejala hepatitis A (dan hepatitis akut pada umumnya) dapat termasuk:

 Kulit dan putih mata menjadi kuning (ikterus)


 Kelelahan
 Sakit perut kanan-atas
 Hilang nafsu makan
 Berat badan menurun
 Demam
 Mual
 Mencret atau diare
 Muntah
 Air seni seperti teh dan/atau kotoran berwarna dempul
 Sakit sendi
Infeksi HAV juga dapat meningkatkan tingkat enzim yang dibuat oleh
hati menjadi di atas normal dalam darah.Sistem kekebalan tubuh
membutuhkan sampai delapan minggu untuk mengeluarkan HAV dari
tubuh. Bila timbul gejala, umumnya dialami dua sampai empat minggu
setelah terinfeksi. Gejala hepatitis A umumnya hanya satu minggu, akan
tetapi dapat lebih dari satu bulan. Kurang lebih 15 persen orang dengan
hepatitis A mengalami gejala dari enam sampai Sembilan bulan. Kurang
lebih satu dari 100 orang terinfeksi HAV dapat mengalami infeksi cepat
dan parah (yang disebut ‘fulminant’), yang – sangat jarang– dapat
menyebabkan kegagalan hati dan kematian.
Odha tidak mempunyai risiko terinfeksi HAV yang lebih tinggi
daripada orang lain. Namun beberapa penelitian menunjukkan bahwa
Odha lebih mungkin mengalami gejala hepatitis A untuk jangka waktu
yang lebih lama, dengan artinya mungkin membutuhkan lebih lama untuk
pulih total dari hepatitis A.
 Hepatitis A pada Odha

4
Odha tidak mempunyai risiko terinfeksi HAV yang lebih tinggi daripada orang lain.
Namun beberapa penelitian menunjukkan bahwa Odha lebih mungkin mengalami
gejala hepatitis A untuk jangka waktu yang lebih lama, dengan artinya mungkin
membutuhkan lebih lama untuk pulih total dari hepatitis A. Satu masalah penting lain
untuk dipertimbangkan adalah banyak Odha memakai ARV yang dapat berdampak
buruk untuk hati. Beberapa di antara obat ini dapat memperburuk gejala hepatitis A.
Oleh karena ini, mungkin kita harus menghentikan penggunaan semua ARV sehingga
hepatitis A mulai pulih atau tingkat enzim hati kembali normal. Berbicaralah dengan
dokter sebelum memberhentikan obat apa pun.
 Pengobatan HAV
Pengobatan umum untuk hepatitis A adalah istirahat di tempat tidur. Juga ada penting
minum banyak cairan, terutama bila kita mengalami diare atau muntah. Obat penawar
rasa sakit yang dijual bebas, misalnya ibuprofen dapat mengurangi gejala hepatitis A,
tetapi sebaiknya kita membicarakannya lebih dahulu dengan dokter. Bila kita merasa
kita mungkin terpajan pada HAV – misalnya bila seseorang dalam rumah tangga kita
baru didiagnosis hepatitis A – sebaiknya kita memeriksakan diri ke dokter untuk
membicarakan manfaat suntikan immune globulin (juga disebut sebagai gamma
globulin). Immune globulin mengandung banyak antibodi terhadap HAV, yang dapat
membantu mencegah timbulnya penyakit bila kita terpajan pada virus. Immune
globulin harus diberikan dalam dua hingga enam minggu setelah kita mungkin
terpajan pada HAV. Bila kita menerima immune globulin untuk mencegah hepatitis
A, sebaiknya kita juga menerima vaksinasi hepatitis A (dibahas di bawah).
 Pencegahan HAV
Cara terbaik untuk mencegah hepatitis A adalah vaksinasi. Vaksinasi membutuhkan
dua suntikan, biasanya diberikan dengan jarak waktu enam bulan. Efek samping pada
vaksinasi
hepatitis A, jika terjadi, biasanya ringan dan dapat termasuk rasa sakit di daerah
suntikan dan gejala ringan serupa dengan flu. Juga tersedia vaksin kombinasi untuk
virus hepatitis A dan B. Vaksin HAV sangat efektif – lebih dari 99 persen orang yang
menerima vaksinasi mempunyai kekebalan terhadap virus dan tidak akan terkena

5
hepatitis A jika terpajan. Ada sedikit hepatitis virus dan HIV keraguan bahwa
vaksinasi HAV pada Odha dengan CD4 yang sangat rendah mungkin tidak
memberikan kekebalan (karena sistem kekebalannya sangat lemah), jadi sebaiknya
divaksinasikan waktu jumlah CD4 masih cukup tinggi. Bila kita merasa kita belum
pernah terinfeksi hepatitis A, sebaiknya kita membicarakannya dengan dokter.
Karena Odhasering mengalami gejala yang lebih berat bila terinfeksi HAV, dan hati
kita berperan penting untuk mengeluarkan sisa akhir obat ARV, vaksinasi HAV
sangat disarankan untuk Odha. Vaksinasi terutama penting untuk orang dengan HIV
dan
hepatitis B atau C. Walaupun kita belum menerima vaksinasi terhadap hepatitis A,
ada beberapa hal yang dapat kita lakukan untuk mencegah
infeksi HAV:
Hindari air, termasuk es, yang mungkin tercemar kotoran
Hindari kerang-kerangan yang mentah atau kurang masak
Selalu cuci tangan dengan sabun dan air setelah ke kamar mandi, mengganti
popok bayi, dan sebelum menyiapkan atau makan makanan
Memakai penghalang lateks (‘dental dam’) untuk seks oralanal

2. Hepatitis B
Hepatitis B disebabkan oleh virus hepatitis B (HBV). HBV adalah
virus nonsitopatik, yang berarti virus tersebut tidak menyebabkan
kerusakan langsung pada sel hati. Sebaliknya, adalah reaksi yang bersifat
menyerang oleh system kekebalan tubuh yang biasanya menyebabkan
radang dan kerusakan pada hati. Seperti halnya dengan virus hepatitis A,
kita dapat divaksinasikan terhadap HBV untuk mencegah infeksi.
Cara penularan HBV sanga mirip dengan HIV. HBV terdapat dalam
darah, air mani, dan cairan vagina, dan menular melalui hubungan seks,
penggunaan alat suntik narkoba (termasuk jarum, kompor, turniket)
bergantian, dan mungkin melalui penggunaan sedotan kokain dan pipa
‘crack’.

6
Perempuan hamil dengan hepatitis B juga dapat menularkan virusnya
pada bayi, kemungkinan besar saat melahirkan. Jumlah virus (viral load)
hepatitis B dalam darah jauh lebih tinggi daripada HIV atau virus hepatitis
C, jadi HBV jauh lebih mudah menular dalam keadaan tertentu (misalnya
dari ibu-ke-bayi saat melahirkan). Seperti hepatitis A, hepatitis B dapat
menyebabkan hepatitis akut bergejala. Tetapi berbeda dengan hepatitis A,
hepatitis B dapat menjadi infeksi kronis (menahun). Ini berarti bahwa
sistem kekebalan tubuh tidak mampu memberantas virus dalam enam
bulan setelah terinfeksi. Dengan kata lain, virus tersebut terus berkembang
dalam hati selama beberapa bulan atau tahun setelah terinfeksi. Hal ini
meningkatkan risiko kerusakan hatidan kanker hati. Lagi pula, seseorang
dengan HBV kronis dapat menularkan orang lain.
Kurang dari 10 persen orang dewasa yang terinfeksi HBV mengalami
infeksi HBV kronis. Sebaliknya, kurang lebih 90 persen bayi yang
terinfeksi HBV saat lahir mengalami infeksi HBV kronis. Ada obat yang
dapat diberikan pada bayi setelah lahir untuk membantu mencegah
hepatitis B. Anak muda yang terinfeksi HBV mempunyai risiko 25-50
persen mengalami hepatitis B kronis.
Pada orang dewasa, kemungkinan menjadi HBV kronis tergantung
pada sistem kekebalan tubuhnya. Misalnya, orang dengan sistem
kekebalan yang lemah karena pencangkokan organ, melakukan cuci darah
karena masalah ginjal, menjalankan kemoterapi, menerima terapi steroid
untuk menekan sistem kekebalan, atau akibat infeksi HIV lebih mungkin
menjadi HBV kronis dibandingkan dengan orang dengan sistem kekebalan
yang sehat.
Penelitian di AS menunjukkan bahwa lebih dari 90 persen orang
dengan HIV pernah terinfeksi dengan HBV pada suatu waktu dalam
kehidupannya, dan 15 persen terinfeksi HBV kronis. Keadaan di
Indonesia belum jelas, tetapi Depkes menyatakan bahwa 3-33 orang
Indonesia terinfeksi HBV.

7
Tidak semua yang terinfeksi HBV mengalami gejala hepatitis. Antara
30 dan 40 persen orang terinfeksi virus ini tidak mengalami gejala apa
pun. Gejala, bila ada, biasanya timbul dalam empat sampai enam minggu
setelah terinfeksi, dan dapat berlangsung dari beberapa minggu sampai
beberapa bulan. Gejala hepatitis B akut serupa dengan gejala infeksi
HAV. Beberapa orang yang mengalami gejala hepatitis B akut merasa
begitu sakit dan lelah sehingga mereka tidak dapat melakukan apa-apa
selama beberapa minggu atau bulan. Seperti dengan HAV, kurang dari 1
persen orang terinfeksi HBV dapat mengalami infeksi cepat dan berat
(‘fulminant’); walaupun hal ini sangat jarang tetapi dapat menyebabkan
kegagalan hati dan kematian. Bila sistem kekebalan tubuh tidak mampu
mengendalikan infeksi HBV dalam enam bulan, gejala hepatitis B kronis
dapat muncul. Tidak semua orang dengan hepatitis B kronis mengalami
gejala. Beberapa orang kadang kala mengalami gejala yang hilang setelah
beberapa waktu, sementara yang lain mengalami gejala terus-menerus.
Gejala hepatitis B kronis dapat serupa dengan yang dialami dengan
hepatitis B akut. Gejala ini cenderung ringan sampai sedang dan biasanya
bersifat sementara. Gejala tambahan dapat terjadi, terutama pada orang
yang sudah lama mengalami hepatitis B kronis. Gejala ini termasuk ruam,
urtikaria (kaligata – rasa gatal yang berbintik-bintik merah dan bengkak),
arthritis (peradangan sendi), dan polineuropati (semutan atau rasa terbakar
pada lengan dan kaki). Gejela hepatitis, baik akut maupun kronis, harus
dilaporkan pada dokter.
Dampak HIV pada infeksi HBV kronis belum dipahami secara
keseluruhan. Pernah ada beberapa laporan yang menunjukkan bahwa
orang yang terinfeksi dengan kedua virus ini mempunyai viral load HBV
yang lebih tinggi dan lebih banyak sirosis, tanpa menghiraukan sistem
kekebalan tubuh. Juga ada data dari penelitian yang memberi kesan bahwa
kegagalan hati pada orang dengan HIV dan hepatitis B kronis dua kali
lipat lebih mungkin dibandingkan dengan orang HIV-negatif sehingga

8
akhirnya perlu mempertimbangkan pencangkokan hati. Belum diketahui
apakah orang dengan HIV dan hepatitis B kronis mempunyai risiko
kanker hati yang lebih tinggi daripada orang HIV-negatif, tetapi dengan
adanya kaitan yang sangat erat antara HBV dan kanker hati, hal ini
tampaknya kemungkinan besar akan terjadi.
 Hepatitis B pada Odha
Koinfeksi dengan virus hepatitis B umum terjadi, dengan 70-90% penderita HIV di
Amerika Serikat juga terinfeksi oleh virus hepatitis B. 90% penderita HIV yang
menggunakan jarum suntik tidak steril juga terpapar oleh hepatitis B (anti-HBc
positif) dan 60% memiliki riwayat infeksi dengan adanya antibodi permukaan
hepatitis B (anti-HBs) (Rodriguez- Mendez ML 2000). Sindrom klinis pada infeksi
hepatitis virus akut umumnya tidak spesifik dan disertai gejala gastrointestinal,
seperti malaise, anoreksia, mual dan muntah. Selain itu juga didapatkan gejala-gejala
flu, faringitis, batuk, sakit kepala, mialgia dan lain-lain. Orang yang terinfeksi HIV
juga memiliki gejala-gejala seperti fatigue, malaise, dannausea, sehingga terkadang
infeksi campuran oleh virus hepatitis tidak nampak(CDC 2005). Koinfeksi HIV oleh
virus hepatitis tidak mempengaruhi penyakit oleh HIV tersebut maupun
perkembangannya menjadi AIDS, tetapi HIV mempengaruhi hepatitis B dengan
meningkatnya progresifitas menjadi sirosis hati serta gagal hati(Levin J 2005).Akan
tetapi, sebuah studi terbaru yang dilakukan di Virginia menunjukkan bahwa
progresifitas terjadinya fibrosis pada pasien koinfeksi dan monoinfeksi adalah sama
berdasarkan pemeriksaan biopsi hati(Bradford D 2008).
Virus hepatitis B (HBV) dan human immunodeficiency virus (HIV) adalah virus
yang ditularkan melalui darah yaitu melalui hubungan seksual dan penggunaan
narkoba suntikan. Karena mode ini bersama penularan, proporsi tinggi orang dewasa
berisiko terinfeksi HIV juga berisiko untuk infeksi HBV. Orang HIV-positif yang
terinfeksi virus Hepatitis B (HBV) berada pada peningkatan resiko untuk
mengembangkan infeksi HBV kronis dan harus diuji. Selain itu, orang-orang yang
koinfeksi dengan HIV dan HBV dapat memiliki komplikasi medis yang serius,
termasuk peningkatan risiko morbiditas dan mortalitas terkait hati. Untuk mencegah

9
infeksi HBV pada orang yang terinfeksi HIV, Komite Penasehat Praktek Imunisasi
merekomendasikan yang universal Hepatitis B vaksinasi pasien rentan dengan HIV /
AIDS

 Pengobatan HBV
Orang dengan hepatitis B akut tidak membutuhkan pengobatan. Biasanya seorang
yang banyak cairan, dan obat penawar rasa sakit yang dapat dibeli tanpa resep,
misalnya ibuprofen.
Pengobatan hanya disarankan untuk orang dengan hepatitis B kronis. Tujuan terapi
adalah untuk mengurangi viral load HBV menjadi tingkat yang tidak terdeteksi dan
mengembalikan enzim hati menjadi normal, dengan harapan untuk menghilangkan
baik HBeAg maupun HbsAg. Jika kedua antigen ini dapat dihilangkan dari darah,
kemungkin kecil viral load akan meningkat kembali. Waktu terbaik untuk mulai
terapi anti-HBV adalah saat viral load HBV kali lipat di atas tingkat normal.
Memulai terapi pada saat SGPT normal atau hanya sedikit lebih tinggi kemungkinan
tidak sama efektif. Ada tiga jenis pengobatan yang disetujui di AS untuk hepatitis B
kronis: Interferon-alfa: Obat ini meniru kegiatan interferon-alfa yang berada secara
alami dalam tubuh kita dan berfungsi sebagai antivirus. Obat ini disetujui di AS
beberapa tahun yang lalu untuk pengobatan hepatitis B kronis. Dosis yang diberikan
5 juta satuan (IU) setiap hari atau 10 juta IU tiga kali seminggu – disuntik di bawah
kulit atau ke dalam otot – selama empat bulan. Bila dipakai tanpa obat lain pada
orang HIV-negatif dan (selain HBV-nya) sehat, interferon-alfa dapat memberantas
HBeAg untuk sampai 40 persen orang, dan HbsAg untuk sampai 15 persen orang.
Karena alasan yang belum dipahami secara penuh, interferon-alfa tidak sama efektif
bila dipakai oleh orang hepatitis virus dan HIV.
HIV-positif dan hepatitis B kronis. Karena manfaat pengobatan ini kemungkinan
rendah, maka interferon tidak disarankan dipakai untuk mengobati HBV pada Odha.
Pegylated interferon, sebuah obat yang mengandung butir polietalin glikol yang
sangat kecil yang terikat pada molekul interferon, sedang diujicobakan untuk
mengobati HBV kronis. Obat ini disuntikkan sekali seminggu, dan hasil uji coba

10
klinis awal memberi kesan bahwa obat ini lebih efektif daripada interferon biasa. Uji
coba klinis tambahan sedang dilakukan untuk meyakinkan keamanan dan tingkat
efektifitasnya pegylated interferon untuk mengobati hepatitis B kronis. Lamivudine
(3TC): Setelah disetujui untuk mengobati HIV, 3TC juga disetujui untuk mengobati
hepatitis B kronis. Orang yang hanya terinfeksi HBV (dan tidak HIV) meminum satu
tablet 100mg 3TC setiap hari. Orang dengan HBV dan HIV bersama harus memakai
dosis yang dibutuhkan untuk mengobati HIV – 300mg sehari. Pada uji coba klinis
dengan dosis 100mg sehari, pengobatan dengan 3TC memberikan hasil HBeAg
negatif setelah satu tahun pengobatan pada 17–33 persen orang dengan hepatitis B
kronis. Pasien yang diberikan 3TC juga mengalami tingkat fibrosis yang lebih
rendah. Seperti dengan HIV, HBV dapat menjadi resistan (kebal) terhadap 3TC. Bila
3TC dipakai sendiri tanpa obat anti-HBV lain, kurang lebih 14–32 persen orang
menjadi resistansi terhadap obat ini dalam satu tahun. Setelah empat tahun
penggunaan 3TC, kurang lebih 66 persen orang mempunyai jenis HBV yang resistan
terhadap obat ini, dan persentase ini lebih tinggi lagi pada orang dengan HIV dan
HBV. Walaupun hal ini memberi kesan bahwa manfaat dari penggunaan 3TC sendiri
(tanpa obat lain) adalah terbatas, ada kesan juga bahwa resistansi terhadap 3TC
berkembang lebih cepat dengan HIV dibandingkan dengan HBV. Dan bahkan waktu
resistansi terhadap HBV terjadi, obat ini tampaknya masih membantu menekan viral
load HBV tetap rendah dan memperlambatkan kelangsungan penyakit hati Orang
dengan HIV yang memakai 3TC untuk mengobati HIV dan hepatitis B kronis harus
mengetahui bahwa, walaupun HIV-nya menjadi resistan terhadap 3TC, mungkin
mereka harus tetap memakai obat ini untuk mengobati HBV-nya. Bila penggunaan
3TC dihentikan terlalu mendadak, hal ini dapat menyebabkan peningkatan tajam pada
jumlah HBV dalam tubuhnya, dan menghasilkan gejala (yang disebut sebagai
“flare”). Flare ini – kadang kala cukup gawat – juga dapat terjadi bila HBV-nya
menjadi resistan terhadap 3TC. Dan kita harus ingat bahwa 3TC adalah satu unsur
dalam beberapa tablet kombinasi, misalnya Duviral (AZT + 3TC). Adefovir
dipivoxil: Penelitian obat ini pada awal untuk pengobatan HIV, tetapi dosis yang
efektif untuk HIV menimbulkan efek samping pada ginjal. Dosis yang dibutuhkan

11
untuk mengobati HBV jauh lebih rendah – hanya satu tablet 10mg sehari – dan
karena itu risiko efek samping pada ginjal juga lebih rendah. Pada uji coba klinis,
adefovir ternyata efektif untuk pengobatan orang dengan hepatitis B kronis yang baru
memakai terapi untuk pertama kali, dan juga untuk orang dengan HBV yang sudah
resistan terhadap 3TC. Pada dua penelitian besar yang dilakukan oleh produsennya,
adefovir lebih mungkin mengurangi peradangan hati, memperbaiki fibrosis,
mengurangi viral load HBV, dan mengembalikan enzim hati menjadi normal
dibandingkan dengan plasebo (pil gula). Dikabarkan bahwa tidak seorang pun
menjadi resistan terhadap obat ini. Tidak jelas apakah orang dengan HIV dan HBV
sebaiknya diobati dengan adefovir. Adefovir mirip dengan tenofovir, sebuah obat
yang juga disetujui untuk mengobati HIV dan juga aktif terhadap HBV. Bila regimen
seorang Odha mengandung tenofovir, tidak dibutuhkan menambahkan adefovir. Satu
pilihan adalah untuk memakai adefovir untuk mengobati HBV sebelum dibutuhkan
terapi antiretroviral (seumpamanya jika jumlah CD4-nya masih tinggi dan viral load
HIV-nya rendah). Saat terapi antiretroviral dibutuhkan, sebaiknya ini mengandung
3TC dan/atau tenofovir. Namun, pendekatan ini belum diteliti dalam uji coba klinis.
Walaupun tenofovir adalah aktif terhadap HBV, obat ini belum diteliti dengan baik
dalam uji coba klinis, dan belum disetujui untuk mengobati HBV. Hal ini juga sama
untuk FTC (emtricitabine), sebuah obat anti-HIV yang mirip dengan 3TC. Pada
waktu yang akan datang, kemungkinan kita akan mendengar jauh mengobati hepatitis
B. Seperti kombinasi obat membantu menekan viral load HIV menjadi tidak
terdeteksi dan memperlambat timbulnya resistansi, kemungkinan kombinasi obat
anti-HBV akan membantu meningkatkan potensi terapi HBV dan mengurangi
kemungkinan menjadi resistan.

 Pencegahan HBV
Cara terbaik untuk mencegah hepatitis B adalah vaksinasi. Dua jenis vaksin tersedia:
Recombivax HB dan Energix-B. Kedua vaksin membutuhkan tiga suntikan yang
diberikan selama jangka waktu enam bulan. Efek samping, bila terjadi, biasanya
ringan dan dapat termasuk rasa sakit pada daerah suntikan dan gejala mirip flu yang

12
ringan. Juga tersedia vaksin kominasi terhadap HAV dan HBV (Twinrix), yang
menawarkan manfaat tambahan yaitu pemberian perlindungan terhadap kedua infeksi
virus. Vaksin HBV adalah efektif untuk lebih dari 90 persen orang dewasa dan anak
yang menerima ketiga dosis semuanya. Tetapi ada penelitian yang memberi kesan
bahwa Odha lebih mungkin tidak menjadi kebal/imun terhadap HBV melalui
vaksinasi, terutama bila sistem kekebalan tubuhnya sudah lemah. Jadi
sebaiknya Odha menerima vaksin hepatitis B saat jumlah CD4- nya masih cukup
tinggi. Bila kita belum pernah terinfeksi hepatitis B, sebaiknya kita berbicara dengan
dokter. Karena Odha lebih mungkin terkena hepatitis B kronis dan fungsi hati yang
baik dibutuhkan untuk mengeluarkan sisa obat antiretroviralnya, vaksin hepatitis B
sangat disarankan untuk Odha. Melakukan vaksinasi terutama penting untuk orang
dengan HIV dan hepatitis C atau penyakit
hati yang lain. Jika kita belum divaksinasikan terhadap hepatitis B, masih ada yang
dapat dilakukan untuk mencegah infeksi HBV. Upaya ini termasuk penggunaan
kondom saat berhubungan seks. Pembersihan jarum suntik yang dipakai bergantian
dengan pemutih tidak efektif untuk mencegah hepatitis B – pengguna narkoba
suntikan sebaiknya selalu memakai jarum baru. Sebaiknya juga benda yang dapat
tercemar dengan darah orang lain, misalnya sikat gigi, alat cukur dan jarum tindik,
tidak dipakai bergantian. Bila kita belum divaksinasi terhadap hepatitis B dan merasa
kita baru-baru terpajan terhadap HBV – misalnya tertusuk dengan jarum suntik bekas
pakai, atau berhubungan seks dengan seorang yang terinfeksi hepatitis B – mungkin
dapat diminta suntikan imun globulin hepatitis B (HBIG). HBIG disarankan setelah
pajanan pada virus hepatitis B karena obat ini memberi perlindungan cepat tetapi
jangka pendek terhadap virus tersebut. Pada saat yang sama juga diberikan suntikan
pertama vaksinasi hepatitis B. Setelah itu, dua dosis tambahan vaksin hepatitis B
diberikan sesuai dengan jadwal untuk melengkapinya dan memberi perlindungan
jangka panjang.

3. Hepatits C

13
Hepatitis C disebabkan oleh virus hepatitis C (HCV). Virus ini dapat
mengakibatkan infeksi seumur hidup, sirosis hati, kanker hati, kegagalan
hati, dan kematian. Belum ada vaksin yang dapat melindungi terhadap
HCV, dan diperkirakan 3 persen masyarakat umum di Indonesia terinfeksi
virus ini. Infeksi HCV umum dijumpai di antara orang dengan HIV, dan
kegagalan hati disebabkan oleh infeksi HCV sekarang adalah salah satu
penyebab utama kematian Odha. Infeksi HCV dapat menyebabkan
perjalanan penyakit hati lebih cepat pada orang yang juga terinfeksi HIV.
Oleh karena ini, beberapa pihak menganggap hepatitis C sebagai infeksi
oportunistik, walaupun infeksi HCV bukan kriteria untuk AIDS. Pengguna
narkoba suntikan (IDU) yang memakai jarum suntik dan alat suntik lain
secara bergantian berisiko paling tinggi terkena infeksi HCV. Antara 50
dan 90 persen IDU dengan HIV juga terinfeksi HCV. Hal ini karena kedua
virus menular dengan mudah melalui hubungan darah-ke-darah. HCV
dapat menyebar dari darah orang yang terinfeksi yang masuk ke darah
orang lain melalui cara yang berikut:
 Memakai alat suntik (jarum suntik, semprit, dapur, kapas, air)
secara bergantian;
 Kecelakaan ketusuk jarum;
 Luka terbuka atau selaput mukosa (misalnya di dalam mulut,
vagina, atau dubur); dan
 Produk darah atau transfusi darah yang tidak diskrining.
Berbeda dengan HIV, umumnya dianggap bahwa HCV tidak dapat
menular melalui air mani atau cairan vagina kecuali mengandung darah.
Ini berarti risiko terinfeksi HCV melalui hubungan seks adalah rendah.
Namun masih dapat terjadi, terutama bila berada infeksi menular seksual
seperti herpes atau hubungan seks dilakukan dengan cara yang
meningkatkan risiko luka pada selaput mukosa atau hubungan darah-ke-
darah, misalnya akibat kekerasan. Diusulkan orang dengan HCV
melakukan seks lebih aman dengan penggunaan kondom untuk

14
melindungi pasangannya. Perempuan dengan HCV mempunyai risiko di
bawah 6 persen menularkan virusnya pada bayinya waktu hamil atau saat
melahirkan, walaupun risiko ini meningkat bila viral load HCV-nya
tinggi. Kemungkinan HCV tidak dapat menular melalui menyusui.
 Hepatitis C pada Odha
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa HIV dapat berdampak negatif pada
penyakit HCV. Pertama, jumlah orang dengan HIV yang akan berlanjut menjadi
HCV kronis adalah 80-90 persen, dibanding dengan 60-70 persen orang HIV-negatif.
Lagi pula, HIV dapat meningkatkan kemungkinan orang dengan HCV kronis akan
menjadi sirosis hati. Seperti dibahas sebelumnya, antara 10-20 orang dari 75 dengan
HCV kronis akan menjadi sirosis dalam 20 tahun bila sistem kekebalan tubuhnya
sehat. Tetapi 20-30 dari 80-90 Odha dengan HCV kronis kemungkinan akan menjadi
sirosis. Infeksi HIV juga dapat mempercepat perjalanan infeksi HCV menjadi sirosis.
Pada satu penelitian, orang terinfeksi HIV dan HCV bersama dua kali lipat lebih
mungkin menjadi sirosis setelah 13 tahun dibandingkan dengan orang yang hanya
terinfeksi HCV (15 persen versus 6 persen). Hasil serupa ditemukan pada penelitian
lain. Orang dengan HIV dan HCV bersama juga lebih mungkin mengalami kegagalan
hati – yang sering menjadi gawat bila tidak dilakukan pencangkokan hati –
dibandingkan dengan orang yang hanya terinfeksi HCV. Pada satu penelitian, orangm
dengan hemofilia yang terinfeksi dengan kedua virus ternyata 21 kali lipat lebih
mungkin meninggal karena kegagalan hati dibandingkan yang hanya terinfeksi HCV.
Satu masalah yang harus dipertimbangkan adalah fungsi hati dan ARV. Banyak
ARV, termasuk protease inhibitor dan
NNRTI (misalnya nevirapine dan efavirenz) dikeluarkan melalui hati. Hal ini dapat
menyebabkan masalah untuk orang dengan HIV dan HCV bersamaan. Pertama, hati
kita harus sehat untuk mengeluarkan sisa obat tersebut secara efisien. Jika HCV
merusak hati kita, mungkin kita tidak dapat memakai ARV. Lagi pula, beberapa obat
yang dipakai untuk pada orang yang tidak terinfeksi HCV. Sebaliknya, beberapa
ARV dapat memperburuk atau mempercepat penyakit hati akibat HCV.

15
 Pengobatan HCV
Pertanyaan pertama yang muncul adalah: bagaimana saya dapat mengetahui waktu
untuk Umumnya, pedoman di AS mengusulkan agar terapi dimulai sebelum
terjadinya sirosis – ini dapat ditentukan melalui biopsy hati – tetapi hanya untuk
orang yang dianggap berisiko tinggi menjadi sirosis pada waktu yang akan datang. Ini
termasuk orang dengan semua persyaratan berikut:
SGPT yang tinggi;
Viral load HCV yang terdeteksi;
Biopsi hati yang menunjukkan tanda fibrosis yang sedang
atau berat, radang, atau nekrosis (kematian sel); dan
Tidak ada kontraindikasi pengobatan
Bila kriteria ini dipenuhi, seorang pasien sebaiknya ditawarkan pengobatan, tidak
peduli adanya atau tiadanya gejala, genotype HCV, atau tingginya viral load HCV.
Sebaiknya dokter dan pasien berdiskusi bersama untuk mengambil keputusan untuk
memulai pengobatan:
Hasil SGPT yang normal, walaupun HCV terdeteksi dengan PCR
(pengobatan mungkin belum dibutuhkan);
Pencangkokan hati sebelumnya;
Masalah ginjal;
Penggunaan narkoba atau alkohol secara aktif;
􀁹 Riwayat masalah yang mungkin mengganggu keamanan atau keefektifan
terapi, misalnya depresi parah yang belum diobati (yang dapat diperburuk
oleh interferon-alfa, obat yang baku untuk hepatitis C). Pengobatan tidak
boleh dimulai dalam keadaan berikut:
􀁹 Penyakit hati yang parah misalnya sirosis dekompensasi, yaitu bila hati
tidak lagi mampu mengkompensasi kerusakan yang dialami (pencangkokan
hati mungkin pilihan terbaik dalam keadaan ini);
Pencangkokan ginjal atau jantung sebelumnya;
Perempuan yang hamil;

16
Perempuan yang tidak mampu atau sanggup memakai KB (terapi hepatitis C
dapat menyebabkan cacat lahir yang berat). Untuk orang yang terinfeksi
dengan HIV dan HCV bersamaan, ada faktor lain yang harus dipertimbangkan
saat menentukan apakah dan kapan mulai terapi HCV. Adalah sangat penting
agar orang yang terinfeksi kedua virus ini untuk berdiskusi dengan dokternya.
Masalah yang harus dipertimbangkan termasuk:
Orang dengan HIV dan HCV dapat menjadi sirosis atau gagal hati lebih cepat
dibandingkan orang yang hanya terinfeksi HCV. Sebaliknya, beberapa ahli
hati mengusulkan
pengobatan, walaupun biopsi menunjukkan tanda fibrosis ringan, radang, dan
nekrosis (daripada tanda fibrosis sedang atau berat pada orang hanya dengan
hepatitis C).
HCV dapat meningkatkan risiko kerusakan hati, yang dapat mengganggu
pengeluaran beberapa sisa obatARV tertentu.. Seorang terinfeksi HIV dan
HCV lebih mungkin mendapatkan manfaat dari terapi HCV waktu sistem
kekebalan masih baik (misalnya waktu jumlah CD4 tinggi dan viral load HIV
rendah). Oleh karena ini, beberapa ahli hati mengusulkan terapi lebih dini
untuk HCV, sebelum ART dibutuhkan.
ARV dapat menyebabkan efek samping pada hati yang dapat
memperburuk hepatitis C. Beberapa ahli hati mengusulkan terapi HCV
untuk mengurangi kemungkinan hepatitis C akan menyebabkan kerusakan
(tambahan) pada hati saat ART dimulai
4. Hepatitis D
Virus hepatitis D atau virus Delta adalah virus yang unik yang tidak
lengkap dan untuk replikasi memerlukan keberadaan virus hepatitis B.
Penularanmnya melalui hubungan seksual, jarum suntik dan transfusi
darah, Gejala penyakit hepatitis D bervariasi, dapat muncul sebagai gejala
yang ringan (ko-infeksi) atau amat progresif.
5. Hepatitis E

17
Virus hepatitis E ini merupakan penyebab dari timbulnya penyakit
hepatitis E. Penyebarannya melalui makanan dan minuman yang
terkontaminasi oleh virus. Gejala-gejalanya adalah demam, rasa letih,
hilang nafsu makan, rasa mual, sakit perut, air seni berwarna kuning tua,
serta timbul warna kekuningan pada kulit dan mata. Hepatitis E ini akan
semakin parah dan perlu diwaspadai terutama pada ibu yang sedang dalam
masa kehamilan pada usia kandungan 3 bulan terakhir. Masa inkubasi
virus asalah 40 hari (rentang 15-60 hari).
6. Hepatitis G
Hepatitis G adalah penyakit inflamasi hati yang baru ditemukan.
Penyebarannya adalah virus hepatitis G yang menyerupai dengan virus
hepatitis C. Penularannya melaui kontak darah dengan pasien. Gejalanya
sama dengan jenis hepatitis lainnya.
Tidak ada perawatan khusus untuk hepatitis G ini. Hanya saja
disarankan untuk istirahat yang cukup, menghindari minuman alkohol,
dan konsumsi makanan dengan kandungan nilai gizi dan nutrisi yang
seimbang. Tak lupa tetap menjaga kebersihan diri dan lingkungan sekitar.

D. Masa inkubasi
Virus hepatitis mempunyai masa inkubasi (waktu yang diperlukan
sampai timbul gejala setelah terinfeksi oleh virus) yang berbeda-beda.
Hepatitis A : 2 – 6 minggu
Hepatitis B : 4 – 20 minggu
Hepatitis C : 2 – 22 minggu
Hepatitis D : 4 – 24 minggu
Hepatitis E : 2 – 8 minggu
Hepatitis A biasanya aktif untuk jangka waktu pendek dan setelah
sembuh penderita tidak dapat menularkan virus ke orang lain. Hampir semua
penderita Hepatitis A akan sembuh total dalam 2-4 minggu tanpa komplikasi
jangka panjang.

18
Pada Hepatitis B, 85% – 90% penderita akan sembuh total dalam
waktu 6 bulan tanpa komplikasi jangka panjang. Namun pada Hepatitis C,
75%-85% penderita tidak akan sembuh total dan cenderung akan terus
mempunyai infeksi jangka panjang. Pada sebagian kecil kasus Hepatitis B
dimana penderita tidak sembuh total dan pada penderita Hepatitis C yang
terus terinfeksi dapat terkena Hepatitis Kronis dan Sirosis Hati. Beberapa
orang penderita Hepatitis B dan Hepatitis C dapat menjadi pembawa seumur
hidup virus tersebut dan dapat menularkannya kepada orang lain.
Hepatitis D dapat terjadi bersamaan dengan Hepatitis B atau setelah
orang terkena Hepatitis B Kronis (superinfeksi) dan dapat beresiko mengalami
gagal hati. Sebagian besar penderita superinfeksi Hepatitis D berpeluang
terkena Sirosis Hati.
Hepatitis E pada umumnya dapat sembuh total. Hanya sebagian kecil
penderita (1%-4%), terutama pada ibu hamil, yang dapat mengalami gagal
hati.

19
E. Patofisiolog
Inflamasi yang menyebar pada hepar (hepatitis) dapat disebabkan oleh
infeksi virus dan oleh reaksi toksik terhadap obat-obatan dan bahan-bahan
kimia.Unit fungsional dasar dari hepar disebut lobul dan unit ini unik karena
memiliki suplai darah sendiri.Sering dengan berkembangnya inflamasi pada
hepar, pola normal pada hepar terganggu.Gangguan terhadap suplai darah
normal pada sel-sel hepar ini menyebabkan nekrosis dan kerusakan sel-sel
hepar.Setelah lewat masanya, sel-sel hepar yang menjadi rusak dibuang dari
tubuh oleh respon sistem imun dan digantikan oleh sel-sel hepar baru yang
sehat.Oleh karenanya, sebagian besar klien yang mengalami hepatitis sembuh
dengan fungsi hepar normal.
Inflamasi pada hepar karena invasi virus akan menyebabkan
peningkatan suhu badan dan peregangan kapsula hati yang memicu timbulnya
perasaan tidak nyaman pada perut kuadran kanan atas. Hal ini
dimanifestasikan dengan adanya rasa mual dan nyeri di ulu hati. Timbulnya
ikterus karena kerusakan sel parenkim hati.Walaupun jumlah billirubin yang
belum mengalami konjugasi masuk ke dalam hati tetap normal, tetapi karena
adanya kerusakan sel hati dan duktuli empedu intrahepatik, maka terjadi
kesukaran pengangkutan billirubin tersebut didalam hati.Selain itu juga terjadi
kesulitan dalam hal konjugasi.Akibatnya billirubin tidak sempurna
dikeluarkan melalui duktus hepatikus, karena terjadi retensi (akibat kerusakan
sel ekskresi) dan regurgitasi pada duktuli, empedu belum mengalami
konjugasi (bilirubin indirek), maupun bilirubin yang sudah mengalami
konjugasi (bilirubin direk).Jadi ikterus yang timbul disini terutama disebabkan
karena kesukaran dalam pengangkutan, konjugasi dan eksresi bilirubin.
Tinja mengandung sedikit sterkobilin oleh karena itu tinja tampak
pucat (abolis).Karena bilirubin konjugasi larut dalam air, maka bilirubin dapat
dieksresi ke dalam kemih, sehingga menimbulkan bilirubin urine dan kemih
berwarna gelap. Peningkatan kadar bilirubin terkonjugasi dapat disertai

20
peningkatan garam-garam empedu dalam darah yang akan menimbulkan
gatal-gatal pada ikterus.

F. Pathway Hepatitits

Pengaruh alcohol, virus Inflamasi pada hepar


hepatitis, toksin

Gangguan suplai darah Hiperte Peregangan kapsula


normal pada sel-sel hati
rmi
hepar
Perasaan tidak
Hepatomeg
nyaman dikuadran
Kerusakan sel ali
parenkim, selhati dan atas
duktull empedu
intrahapetik Nyeri Anoreksia
akut

Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari


kebutuhan tubuh

Gangguan Ostruksi Kerusakan


metabolism konjungtiva
karbohidrat,lemak, Bilirubintidaksempur
Gangguan
protein na dikeluarkan
Glikogenesis ekskresi
melalui duktus
menurun empedu
hepatikum
Glikogen dalam Retensi bilirubin
Bilirubin direk
hepar berkurang
meningkat
Ikterus
Resiko Regurgitasi pada

ketidakstabilan duktull empedu intra

kadar glukosa hepatik


21
Cepat lelah
darah Peningkatan Larut dalam air
garam empedu
dalam darah
G. Manifestasi klinis
1. Malaise, anoreksia, mual dan muntah
2. Gejala flu, faringitis, batuk, coryza, fotopobia, sakit kepala dan mialgia
3. Demam, biasanya ditemukan pada pasien HAV
4. Ikterus didahului dengan kemunculan urin berwarna gelap
5. Pruritis (biasanya ringan dan sementara)
6. Nyeri tekan pada hati
7. Splenomegali ringan
8. Limfadenopati

H. Pemeriksaan penunjang
1. Enzim-enzim serum AST (SGOT), ALT (SGPT), LDH: meningkat pada
kerusakan selhati dan pada keadaan lain terutama infark miakrdium
2. Bilirubin direk : meningkat pada gangguan eksresi bilirubin
terkonyugasi
3. Bilirubin indirek : meningkat pada gangguan hemolitik dan
sindrom gilbert
4. Bilirubin serum total : meningkat pada penyakit hiptoeluler
5. Protein serum total : kadarnya menurun pada berbagai
gangguan hati
6. Masa protrombin : meningkat pada penurunan sintesis
prototrombil akibat kerusakan hati
7. Kolesterol serum : menurun pada kerusakan sel hati,meningkat
pada obstruksi duktus biliaris

22
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Identitas Pasien:
Nama, Usia, Alamat, Agama, Pekerjaan, Pendidikan.Riwayat Kesehatan
2. Keluhan utama
pasien mengatakan suhu tubuhnya tinggi dan nyeri perut kanan atas
3. Riwayat penyakit sekarang
Gejala awal biasanya sakit kepala, lemah anoreksia, mual muntah, demam,
nyeri perut kanan atas
4. Riwayat penyakit dahulu
Riwayat kesehatan masa lalu berkaitan dengan penyakit yang pernah diderita
sebelumnya, kecelakaan yang pernah dialami termasuk keracunan, prosedur
operasi dan perawatan rumah sakit.
5. Riwayat penyakit keluarga
Berkaitan erat dengan penyakit keturunan, riwayat penyakit menular
khususnya berkaitan dengan penyakit pencernaan.
Pemeriksaan Fisik
1. Review Of Sistem (ROS)
a. Kedaan umum : kesadaran composmentis, wajah tampak menyeringai
kesakitan, konjungtiva anemis, Suhu badan 38,50 C
b. Sistem respirasi : frekuensi nafas normal (16-20x/menit), dada simetris,
ada tidaknya sumbatan jalan nafas, tidak ada gerakan cuping hidung, tidak
terpasang O2, tidak ada ronchi, whezing, stridor.
c. Sistem kardiovaskuler : TD 110/70mmHg , tidak ada oedema, tidak ada
pembesaran jantung, tidak ada bunyi jantung tambahan.
d. Sistem urogenital : Urine berwarna gelap
e. Sistem muskuloskeletal : kelemahan disebabkan tidak adekuatnya nutrisi
(anoreksia)
f. Abdomen :

23
Inspeksi : abdomen ada benjolan
Auskultasi : Bising usus (+) pada benjolan
Palpasi : pada hepar teraba keras
Perkusi : hypertimpani
2. Pengkajian fungsional Gordon
a. Persepsi dan pemeliharaan kesehatan
Pasien mengatakan kesehatan merupakan hal yang penting, jika ada
keluarga yang sakit maka akan segera dibawa ke pelayanan kesehatan
terdekat.
b. Pola nutrisi dan metabolic
Makan : Tidak nafsu makan, porsi makan tidak habis, habis 3
sendok disebabkan Mual muntah .
Minum : minum air putih tidak banyak sekitar 400-500cc
c. Pola eliminasi
BAK : urine warna gelap,encer seperti the
BAB : Diare feses warna tanah liat
d. Pola aktivitas dan latihan
Pasien tidak bisa melakukan aktivitas seperti biasanya karena pasien
lemah terkulai di atas tempat tidur, lelah ,malaise dan membutuhkan
bantuan orang lain untuk memenuhi kebutuhan dasarnya,
e. Pola istirahat tidur
Pasien tidak bisa istirahat total seperti biasanya karena ada nyeri pada
abdomen, mialgia, atralgia, sakit kepala dan puritus.
f. Pola persepsi sensori dan kognitif
Pasien sudah mengerti tentang keadaanya dan merasa harus segera berobat
g. Pola hubungan dengan orang lain
Pasien dapat berhubungan dengan orang lain secara baik tetapi akibat
kondisinya pasien malas untuk keluar dan memilih untuk istirahat.
h. Pola reproduksi / seksual

24
pola hidup/perilaku meningkatkan risiko terpejan (contoh homoseksual
aktif/biseksual pada wanita).
i. Pola persepsi diri dan konsep diri
Pasien ingin cepat sembuh dan tidak ingin mengalami penyakit seperti ini
lagi
j. Pola mekanisme koping
Pasien apabila merasakan tidak nyaman selalu memegangi perutnya dan
meringis kesakitan
k. Pola nilai kepercayaan / keyakinan
Dengan mendekatkan diri kepada penciptanya maka klien bisa merasa
lebih tenang.

B. Diagnosa Keperawatan
1. Kesetidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan perasaan tidak nyaman dikuadran kanan atas,
gangguan absorsi dan metabolisme pencernaan makanan,kegagalan
masukkan untuk memenuhi kebutuhan metabolik karena
anoreksia,mual,muntah.
2. Nyeri akut berhubungan dengan pembengkakkan hepar yang
mengalami inflamasi hati dan bendungan vena porta.
3. Intolerasi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum,
ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen.
C.Intervensi keperawatan
N Diagnosa Tujuan dan Intervensi Rasional
o KH
1 Kesetidakseimbanga Setelah - Awasi - Makan banyak
n nutrisi kurang dari melakukan pemasuk sulit untuk
kebutuhan kebutuhan tindakkan 3x24 kan mengatur bila
tubuh berhubungan jam diharapkan diet/juml pasien
dengan perasaan : ah kalori. anoreksi
tidak nyaman Nafsu makn Berikan Anoreksi juga
dikuadran kanan pasien makan paling buruk
atas, gangguan meninhkat,pasi sedikit selama siang

25
absorsi dan en tidak dalam hari, membuat
metabolisme lemas,porsi frekuensi masukkan
pencernaan makan sering makanan yang
makanan,kegagalan habis,BB naik dan sulit pada sore
masukkan untuk tawarkan hari.
memenuhi makan - Berguna
kebutuhan metabolik pagi dalam
karena paling membuat
anoreksia,mual,munt besar program diet
ah. - Kolabora untuk
si konsul memenuhi
kepada kebutuhan
ahli gizi, individu.
dukung Metabolisme
tim lemak
nutrisi bervariasi
untuk tergantung
memberi pada produksi
kan diet dan
kebutuha pengeluaran
n pasien, empedu dan
dengan perlunya
masukka masukan
n lemak normal atau
dan lebih protein
protein akan
sesuai membantu
toleransi regenerasi
- Berikan hati.
obat - Diberikan
sesuai setengah jam
indikasi sebelaum
antimeati makan, dapat
k, contoh menurunkan
metalo mual dan
pramide ( meningkatkan
Reglan) , toleransipada
trimeto makanan.
benzamid
(tigan)

2 Nyeri akut Setalah - Kolabora - Nyeri yang


berhubungan dengan melakukan si dengan berhubungan
pembengkakkan tindakkan 2x24 individu dengan

26
hepar yang jam klien untuk hepatitis
mengalami inflamasi diharapkan : menentu sanagt tidak
hati dan bendungan Menunjukan kan nyaman, oleh
vena porta tanda-tanda metode karena
nyeri fisik dan yang terdapat
perilaku dalam dapat pereganggan
nyeri ( tidak digunaka secara kapsula
meringgis n untuk hati, melalui
kesakitan inte sitas pendekatan
menangis nyeri kepada
intensitas dan - Observas individu yang
lokasinya ) i ttv mengalami
- Tunjukka perubahan
n pada kenyamanan
klien nyeri
penerima diharapkan
tentang lebih efektif
respon mengurangi
klien nyeri
terhadap - Untuk
nyeri mengetahui
- Akui keadaan
adanya umum klien
nyeri - Klien yang
- Dengarka disebabkan
n dengan untuk
penuh mengalami
perhatian nyeri melalui
ungkapan penjelasan
tentang nyeri yang
nyerinya sesungguhnya
- Berikan akan dirasakan
informasi (cenderung
pada lebih tenang
kliendan dibanding
n klien yang
tanyakan penjelasan
berapa kurang/tidak
lama terdapat
nyerinya penjelasan )
- Bahas - Kemungkinan
dengan nyeri sudah
dokter tak dibatasi
pengguna dengan teknik

27
an untuk
analgenik mengurangi
yang tak nyeri
mengand
ung efek
hepatotos
i
3 Intolerasi aktivitas setelah - Bantu - Melatih klien
berhubungan dengan dilakukan 1x24 klien untuk setiap
kelemahan umum, jam diharapkan untuk aktivitas dan
ketidakseimbangan : mengubah kemandirian
antara suplai dan klien tidak posisi klien dan
kebutuhan oksigen. lelah, dapat secara mencegah
melakukan berkala, dekubitus
aktivitas bersandar, - Tirah baring
sehari-hari, duduk akan
dapat dan meminimalkan
melakukan berdiri energi yang di
perawatan diri - Ajurkan keluarkan
klien sehingga
untuk metabolisme
tirah dapat
baring digunakan
- Observasi untuk
bersama penyembuhan
tingkat penyakit
keletihan - - keletihan
selama dapat segera
24jam diminimalkan
meliputi dengan
waktu mengurangi
puncak kegiatan yang
energi, dapat
waktu menimbulkan
kelelahan, keletihan .
aktivitas
yang
berhubun
gan
dengan
keletihan

28
BAB IV
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Hepatitis merupakan inflamasi dan cedera pada hepar, penyakit ini
dapat disebabkan oleh infeksi atau oleh toksin termasuk alkohol dan
dijumpai pada kanker hati. Hepatitis virus adalah istilah yang digunakan
untuk infeksi hepar oleh virus, identifikasi virus penyakit dilakukan terus
menerus, tetapi agen virus A, B, C, D, E, F dan G terhitung kira-kira 95%
kasus dari hepatitis virus akut. (Ester Monica, 2002 : 93)Penyakit hepatitis
merupakan urutan pertama dari berbagai penyakit hati diseluruh dunia.
Penyakit ini sangat berbahaya bagi kehidupan karena penykit hepatits
ataupun gejala sisanya bertanggung jawab atas 1-2 juta kematian setiap
tahunnya. (Aru, w sudoyo, 2006 : 429). Infeksi virus hepatitis bisa
berkembang menjadi sirosis atau pengerasan hati bahkan kanker hati.
Masalahnya, sebagian besar infeksi hepatitis tidak menimbulkan gejala dan
baru terasa 10-30 tahun kemudian saat infeksi sudah parah.

B. SARAN
Adapun yang menjadi saran penulis kepada teman-teman agar kiranya
dapat memahami substansi dalam penulisan makalah ini serta
mengimplementasikan dalam kehidupan seharí-hari, karena mengingat betapa
pentingnya mempelajari penyakit hepatitis. Kepada teman-teman penderita
hepatitis sebaiknya memperhatikan pola makan yang sehat, menghindari
mengkonsumsi minuman keras, serta menjaga sanitasi lingkungan sekitar.

29
Daftar Pustaka
Aplikasi Asuhan keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis dan Nanda Nic-Noc
Edisi Revisi 1
Aplikasi Asuhan keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis dan Nanda Nic-Noc
Edisi Revisi 2
Seri buku kecil Hepatitis virus dan Hiv Yayasan Spiritia Mei 2005
https://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=2&cad=rja
&uact=8&ved=0ahUKEwinifX41sTSAhUDSY8KHS1tAd0QFggfMAE&url
=http%3A%2F%2Fjurnal.unpad.ac.id%2Fijas%2Farticle%2Fdownload%2F
2746%2F2382&usg=AFQjCNH0oNR8OIT83kYf15-
qXw_2iYXTBA&sig2=AAjE8XbQQlcsPcwqD0CCPQ&bvm=bv.14874783
1,d.c2I
http://sir.stikom.edu/119/5/BAB%20II.pdf
https://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=2&cad=rja
&uact=8&ved=0ahUKEwinifX41sTSAhUDSY8KHS1tAd0QFggfMAE&url
=http%3A%2F%2Fjurnal.unpad.ac.id%2Fijas%2Farticle%2Fdownload%2F
2746%2F2382&usg=AFQjCNH0oNR8OIT83kYf15-
qXw_2iYXTBA&sig2=AAjE8XbQQlcsPcwqD0CCPQ&bvm=bv.14874783
1,d.c2I
http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/13/jtptunimus-gdl-s1-2008-nurkhozing-640-2-
bab2.pdf
https://www.alodokter.com/hepatitis-a

30

Anda mungkin juga menyukai