Disusun oleh:
Ilham Robbizaqtana
22010119210006
Pembimbing:
dr. Astrandaya Ajie
2.1 Definisi
Syok merupakan suatu sindroma klinis akibat kegagalan sirkulasi yang
menyebabkan gangguan penghantaran oksigen dalam darah ke jaringan tubuh
yang dapat berujung pada disfungsi organ.4 Syok terjadi akibat penurunan perfusi
jaringan vital atau menurunnya volume darah secara ber-makna. Syok juga dapat
terjadi akibat dehidrasi jika kehilangan cairan tubuh lebih 20% BB (berat badan)
atau kehilangan darah ≥ 20% EBV (estimated blood volume).2
4. Gastrointestinal
Akibat aliran darah yang menurun ke jaringan intestinal, maka
terjadi peningkatan absorpsi endotoksin yang dilepaskan oleh bakteri
gram negatif yang mati di dalam usus. Hal ini memicu pelebaran
pembuluh darah serta peningkatan metabolisme dan bukan memperbaiki
nutrisi sel dan menyebabkan depresi jantung.
5. Ginjal
Gagal ginjal akut adalah satu komplikasi dari syok dan hipoperfusi,
frekuensi terjadinya sangat jarang karena cepatnya pemberian cairan
pengganti. Yang banyak terjadi kini adalah nekrosis tubular akut akibat
interaksi antara syok, sepsis dan pemberian obat yang nefrotoksik seperti
aminoglikosida dan media kontras angiografi. Secara fisiologi, ginjal
mengatasi hipoperfusi dengan mempertahankan garam dan air. Pada saat
aliran darah di ginjal berkurang, tahanan arteriol aferen meningkat untuk
mengurangi laju filtrasi glomerulus, yang bersama-sama dengan
aldosteron dan vasopresin bertanggung jawab terhadap menurunnya
produksi urin.
3.2 Anamnesis
Alloanamnesis dengan keluarga pasien pada tanggal 1 Agustus 2019 di ICU
RSUP dr. Kariadi.
A. Keluhan utama:
Penurunan kesadaran
B. Riwayat Penyakit Sekarang:
Pasien rujukan untuk dilakukan tindakan post craniotomy evaluasi
di RSUP dr. Kariadi.
C. Riwayat Penyakit Dahulu:
Riwayat tekanan darah tinggi
Riwayat hemofilia
Riwayat alergi disangkal
Riwayat trauma sebelumnya disangkal
D. Riwayat Penyakit Keluarga
Riwayat tekanan darah tinggi disangkal
Riwayat hemofilia disangkal
Riwayat alergi disangkal
E. Riwayat Sosial Ekonomi
Pasien merupakan seorang wiraswasta. Biaya pengobatan dengan JKN
NON PBI. Kesan : sosial ekonomi cukup.
3.5 Diagnosis
Penurunan kesadaran et cause subdural hemorraghe
3.6 Tindakan Life-saving
Nama Tindakan : Resusitasi cairan (+ transfusi darah)
Diagnosis Kerja : Syok perdarahan (hemorraghe)
Dasar Diagnosis : Klinis dan penunjang
Indikasi Tindakan : Craniotomy evakuasi kematian
Tujuan : Mengganti defisit cairan perdarahan yang keluar
Tindakan dan Monitoring
(Tanggal 03/08/19 pukul 05.00 WIB)
S : Penurunan Kesadaran
O : - KU tampak sakit berat
- TD 124/80, HR 112x/menit, RR 14x/menit
- E1V1M4
- Pupil isokor
A : - Post op H1 post craniotomy
- Endoscopy SDH
P : - O2 10 lpm NRM
- Head up 30
- Mamitol 100cc / 6 jam intravena
- Morphin 1 mg
- As. Tranexamat 1 mg/8 jam IV
- Monitor KU, TTV, Peningkatan TIK/24 jam
(Tanggal 03/08/19 pukul 08.00 WIB)
S : Kontak (-)
O : - TD 124/80, HR 112x/menit
A : - Post op craniotomy ec SDH H1
- Hemofilia A
P : - Usaha F VIII 70 kg x 80 x 0,5 (2800 IU 2750 IU = 11 vial /24 jam
- Usaha F VIII 70 kg x 50 x 0,5 (1750 IU) = 7 vial /24jam
- Usaha ppp 4 kolf 2 kolf /24 jam
- Inj As Tranexamat 500 /8 jam
(Tanggal 03/08/19 pukul 19.00 WIB)
S : Penurunan Kesadaran
O : - KU tampak sakit berat, koma
- TD 133/78, HR 118x/menit, RR 22x/menit, SpO2 100%
A : - Post op craniotomy ec SDH H2 (Hipertensi)
- Endoscopy SDH
(Tanggal 04/08/19 pukul 06.00 WIB)
S : Penurunan Kesadaran
O : - KU tampak sakit berat
- TD 90/51, HR 92x/menit, RR 12x/menit
- E1V1M4
- Pupil isokor
A : - Post op H2 post craniotomy
- Endoscopy SDH
P : - O2 10 lpm NRM
- Head up 30
- Mamitol 100cc / 6 jam intravena
- Morphin 1 mg
- As. Tranexamat 1 mg/8 jam IV
- Monitor KU, TTV, Peningkatan TIK/24 jam
(Tanggal 04/08/19 pukul 07.00 WIB)
S:-
O : - KU tampak sakit berat
- TD 156/83, HR 89x/menit, RR 20x/menit, SpO2 100
A : - Post op craniotomy ec SDH H2 (Hipertensi)
- Hemofilia
- Gagal napas
P : - Inf DS ½ NT 100 cc/5
- Inj Ampicilin sulbactam 1,5 mg
- Vit k
- Asam tranexamat
BAB IV
PEMBAHASAN
Pada laporan kasus ini, pasien laki-laki usia 59 tahun datang dengan keluhan
utama penurunan kesadaran. Pasien ini adalah pasien rujukan. Dari hasil
pemeriksaan fisik didapatkan kesadaran composmentis dengan E2M4V3 dengan
tekanan darah 132/81 mmHg, laju nafas 18x/menit dan nadi 81x/menit.
Pada pemeriksaan airway tidak didapatkan gangguan airway. Pasien datang
dalam kondisi airway yang paten. Pada pemeriksaan breathing didapatkan napas
spontan dengan peningkatan laju pernapasan 23x/menit tanpa ada suara tambahan
pada auskultasi paru. Pasien kemudian mendapatkan terapi oksigen 10 liter per
menit yang diberikan melalui ETT. Pemberian oksigen dilakukan untuk
membantu memperbaiki delivery oxygen (DO) ke jaringan. Pasien yang
mengalami hipotensi akibat perdarahan dapat dipikirkan adanya suatu proses
hilangnya volume intravaskular. Hilangnya volume intravaskular akan
menurunkan aliran balik vena (preload) sehingga akan menyebabkan penurunan
cardiac output. Untuk mencukupi penyaluran oksigen ke jaringan, perlu adanya
kompensasi. Salah satunya dengan meningkatkan PaO2 yang dapat dilakukan
dengan memberikan terapi oksigen yang adekuat. Pada penilaian circulation
didapatkan hipotensi 90/50 mmHg dengan nadi 81x/menit disertai pulsasi lemah.
Pemeriksaan penunjang yang dilakukan pada pasien ini di ICU meliputi darah
rutin dan analisa gas darah. Hasil pemeriksaan yang diinformasikan berupa kadar
Hb yang rendah yaitu sebesar 9,9 g/dL.
Dengan temuan kadar Hb yang rendah diperkuat dengaan kondisi klinis pasien
yang anemis, penurunan kesadaran, hipotensi dan takikardi dapat ditarik
kesimpulan bahwa pasien mengalami syok hipovolemik akibat perdarahan.
Gangguan hemodinamik tersebut ditambah dengan kadar Hb yang rendah
berpotensi mengakibatkan penurunan laju delivery oxygen ke jaringan. Sehingga
diperlukan tatalaksana tambahan selain meningkatkan volume intravaskular, yaitu
dengan meningkatkan oxygen carrying capacity dengan cara transfusi darah.
Produk darah yang dipilih ialah packed red cell dan whole blood, dengan tujuan
untuk meningkatkan Hb (oxygen carrying capacity) sekaligus memenuhi
penggantian volume intravaskular yang hilang.
Pada kasus syok hemorraghe (hipovolemik), penurunan cardiac output akan
menurunkan delivery oxygen ke jaringan. Hal ini memunculkan kompensasi
simpatis dengan peningkatan denyut jantung. Namun apabila perdarahan terus
berlangsung, semakin banyak darah yang keluar maka baik cardiac output maupun
kadar Hb akan menurun. Cadiac output dan Hb merupakan komponen penting
pada proses penyaluran oksigen ke jaringan. Terganggunya kedua komponen
tersebut akan menyebabkan hipoperfusi jaringan hingga kematian jaringan.
Resusitasi cairan bertujuan untuk memperbaiki sirkulasi sehingga perfusi
jaringan kembali tercukupi. Namun bila pemberian cairan saja masih belum
menunjukan perbaikan perfusi perlu dipikirkan penggunaan obat-obatan. Dalam
menentukan jenis obat, perlu diketahui mekanisme kerja obat tersebut dalam
mempengaruhi CO.
Pemberian terapi harus diikuti dengan monitoring tanda vital dan klinis. Bila
belum optimal dapat dinaikan dosisnya, atau apabila sudah melebihi target dapat
diturunkan atau bahkan dihentikan. Sedangkan pemberian obat-obatan inotropik
biasa digunakan apabila vasokonstriktor dosis maksimal masih belum berespon
atau pada kondisi syok kardiogenik. Perlu diperhatikan adanya kemungkinan
komplikasi resusitas cairan seperti terjadinya edema pulmonum dan gangguan
elektrolit sehingga penting untuk memantau tanda vital, urin output, status
internus dapat disertai dengan pemantauan elektrolit, darah rutin, studi koagulasi
dan analisa gas darah pasien.
.
BAB V
KESIMPULAN
Pada kasus ini pasien datang dengan syok hemorraghe akibat perdarahan.
Pada pasien ini ditemukan adanya kegawatan sirkulasi yang menyebabkan
hipoperfusi pada jaringan tubuh. Penatalaksanaan pada pasien ini meliputi
penanganan airway dengan oksigen 10 liter per menit, pemberian loading RL
1500 cc dan pemberian PRC.
Syok merupakan sindroma klinis akibat kegagalan sirkulasi yang
menyebabkan gangguan pemenuhan kebutuhan oksigen jaringan. Kumpulan
gejala yang mungkin tampak pada pasien dengan syok hemorraghe di antaranya,
takikardi, hipotensi, takipnea, oliguri, hingga penurunan kesadaran.
Penatalaksanaannnya meliputi koreksi cairan dan menghilangkan etiologinya.
Semakin dini mendeteksi kondisi syok dan semakin cepat penanganannya, akan
sangat mengurangi risiko mortalitas dan morbiditas.
DAFTAR PUSTAKA
2012. 1-48 p.
2016;4:1–14.