Anda di halaman 1dari 9

Pengaruh Kepuasan Kerja Terhadap Kinerja Pegawai STMIK

AKAKOM Yogyakarta
Hera Wasiati
1)
Jurusan Sistem Informasi, STMIK AKAKOM Yogyakarta
Jl. Raya Janti 143, Karangjambe Yogyakarta
082124753250
E-mail : hera@akakom.ac.id

Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis kepuasan kerja, kinerja pegawai dan pengaruh
kepuasan kerja terhadap kinerja pegawai pada STMIK Akakom Yogyakarta. Variabel yang diuji dalam penelitian ini
adalah kepuasan kerja sebagai variabel bebas dan kinerja pegawai sebagai variabel terikat.
Data yang digunakan berupa data primer diperoleh melalui kuesioner. Responden adalah pegawai non edukatif di
STMIK AKAKOM Yogyakarta dengan sampel 58 responden.
Metode analisis data menggunakan analisis deskriptif dan analisis inferensial. Pengujian hipotesis menggunakan
uji t-statistik dan R-Square.
Hasil uji deskriptif menunjukkan bahwa 14,33% menyatakan “Sangat Tinggi” terhadap kepuasan kerja; 62,5%
menyatakan “Tinggi” terhadap kepuasan kerja ; 17,1% menyatakan “Biasa Saja” terhadap kepuasan kerja; 4,6%
menyatakan “Rendah” terhadap kepuasan kerja ; 1,4% menyatakan “Sangat rendah” terhadap kepuasan kerja, dan 16,3%
menyatakan “Sangat Tinggi” terhadap kinerja; 50,5% menyatakan “Tinggi” terhadap kinerja; 23,67% menyatakan “Biasa
Saja” terhadap kinerja ; dan 9,6% “Rendah” terhadap kinerja. Sedangkan hasil uji inferensial menunjukkan bahwa
kepuasan kerja terhadap kinerja pegawai mempunyai pengaruh positif sebesar 23,96 % tetapi tidak signifikan. Hasil uji
inferensial mendukung hipotesis yang diajukan dalam penelitian.

Kata kunci: Kepuasan kerja, Kinerja, Pegawai Non Edukatif

mengharuskan organisasi untuk dapat beradaptasi dengan


cepat terhadap perubahan-perubahan yang terjadi dalam
1. Pendahuluan lingkungannya. Dan cukup banyak organisasi yang
mengalami penurunan usaha karena terlalu terpaku pada
1.1 Latar Belakang Masalah kegiatan operasionalnya saja tanpa memperhatikan
Pengembangan sumber daya manusia (SDM) kekuatan sumber daya manusia yang dimiliki. Maka
merupakan persoalan yang kompleks, dimana pihak dengan melihat kondisi seperti ini, sudah menjadi
manajemen selalu dituntut untuk membuat suatu pola, tanggung jawab organisasi untuk dapat mengelola SDM
menyusun konsep perihal pengembangan SDM sesuai yang mampu mengikuti, mengendalikan atau bahkan
dengan kondisi dan kebutuhan organisasi bersangkutan. menciptakan dinamika tersebut serta meningkatkan core of
SDM mempunyai kedudukan yang sangat vital, dinamis competence.
dan sekaligus memberikan warna tersendiri kepada Pengelolaan sumber daya manusia di organisasi
organisasi yang bersangkutan. Disadari bahwa SDM perlu dilakukan secara profesional agar terwujud
sebagai faktor penggerak, sumber inspirasi bagi setiap keseimbangan antara kebutuhan karyawan dengan tuntutan
organisasi yang sanggup menentukan keberhasilan arah, dan kemampuan organisasi. Keseimbangan tersebut
tujuan atau misi organisasi. merupakan kunci utama organisasi agar dapat berkembang
Seiring dengan meningkatnya dinamika secara produktif. Pemanfaatan dan pengembangan sumber
globalisasi dan perkembangan teknologi secara cepat daya manusia yang dilakukan secara profesional akan
memberikan dampak positif, diantaranya yaitu tercapainya Sistem informasi mempunyai peranan yang
kinerja karyawan yang tinggi dan pada akhirnya akan strategik dalam suatu perguruan tinggi, yaitu membantu
membawa pengaruh terhadap naiknya produktivitas manajemen perguruan tinggi dalam hal menyediakan
organisasi. informasi yang mendukung untuk dapat digunakan dalam
Salah satu pemicu produktivitas yang tinggi dapat pengambilan keputusan-keputusan. Karena mempunyai
dilihat dari kepuasan kerja setiap karyawan, dan pada peranan yang strategik, maka suatu perguruan tinggi perlu
dasarnya kepuasan kerja merupakan hal yang bersifat memikirkan bagaimana caranya agar sistem informasi
individual. Kepuasan kerja adalah keadaan emosional yang yang telah ada dan akan dibangun bisa mencapai
menyenangkan atau tidak menyenangkan dimana para kesuksesan
pegawai memandang pekerjaan mereka (Davis, 1985: 96). Pada kenyataannya banyak sekali pegawai yang
Oleh karena bersifat individual, sehingga semakin banyak telah bekerja pada suatu perusahaan menampilkan kinerja
aspek-aspek dalam pekerjaan yang sesuai dengan yang rendah, sering mangkir kerja atau tidak disiplin.
keinginan individu tersebut, maka semakin tinggi tingkat Selain itu banyak pula pegawai yang merasa tidak sesuai
kepuasan yang dirasakan, dan demikian juga sebaliknya. atau tidak menyenangi pekerjaannya karena berbagai
STMIK Akakom merupakan salah satu Perguruan macam hal baik yang berasal dari dalam dirinya maupun
Tinggi Swasta Di DIY yang banyak memanfaatkan dari lingkungan kerjanya. Ketidakpuasan ini diantaranya
Teknologi Informasi, perlu secara proaktif untuk karena pekerjaan yang dihadapi pegawai dirasakan terlalu
melakukan pengembangan sumber daya manusianya agar ringan atau kurang menantang dibandingkan dengan
lebih handal, inovatif dan profesioanl. Pelaksanaan kemampuan atau ketrampilan yang dimiliki pegawai. Hal
peningkatan produktivitas perusahaan ini diperlukan ini dapat juga disebabkan karena pegawai merasa bahwa
dukungan dari sumber daya manusia yang handal, tidak memiliki kesempatan untuk bekerja, memiliki
berkemampuan dan berketrampilan tinggi, sadar akan hubungan yang kurang baik dengan rekan kerja, kurang
peran yang harus dimainkan serta memiliki kepuasan kerja puas dengan kepemimpinan yang ditampilkan oleh atasan,
yang tinggi dalam menjalankan tugas. Selain sumber daya tidak memiliki rasa aman dalam bekerja, lingkungan kerja
manusia, Informasi merupakan salah satu sumber daya yang tidak kondusif, gaji yang kurang memadai dengan
strategis yang harus dimiliki organisasi untuk dapat pekerjaan yang dilakukan, Informasi yang diperlukan
memenangkan persaingan global. Oleh karena itu, kurang cepat, akurat, tepat waktu, relevan, lengkap dan
organisasi harus berusaha untuk mengoptimalkan peran tersedia sesuai perkembangan dengan kata lain peran
informasi untuk mencapai tujuannya. Organisasi yang informasi untuk mencapai tujuan harus dioptimalkan.
dapat mengelola dan memanfaatkan informasi secara Ketidakpuasan pada akhirnya akan berdampak
efektif dan efisien akan memperoleh keuntungan di pasar buruk seperti terjadinya peningkatan prosentase
global. pemangkiran kerja (absenteeism), meningkatkan
Pengelolaan informasi memerlukan suatu sistem ketidakdisiplinan waktu (Attedance Behavior), misalnya
informasi yang tidak ketinggalan jaman. Sehingga keterlambatan masuk kerja, waktu istirahat diperpanjang,
organisasi yang menekankan pengelolaan informasi pasti waktu pulang dipercepat dan lain-lain. Berikut ini
akan selalu mengembangkan sistem informasinya agar ditampilkan Ketertiban Pegawai hasil rekap absenteeism
sesuai dengan tuntuan lingkungan global. Pengembangan dan Attedance Behavior pegawai yang berada pada
sistem informasi berarti mengubah teknologi informasi STMIK Akakom Yogyakarta.
yang digunakan oleh organisasi. perubahan tersebut pasti Tabel 1: Hasil Rekap absenteeism dan Attedance Behavior Pegawai
STMIK Akakom Yogyakarta, selama 3 bulan
menimbulkan akibat positif, maupun negatif. akibat
Periode Juli sampai Oktober 2012
positifnya tentu adalah makin efisiennya kegiatan
organisasi, sedangkan akibat buruknya kemungkinan
besar, sumber daya yang ada di dalam organisasi tidak siap
dengan perubahan teknologi. Keadaan seperti itu tentu
menimbulkan demotivasi, sehingga kemungkinan
teknologi informasi tidak dapat digunakan dengan optimal.
Untuk mengurangi dampak buruk perubahan
sistem informasi, biasanya perusahaan menempuh Keterangan:
berbagai cara misalnya dengan melibatkan pemakai X = Tidak hadir tanpa keterangan yang sah
teknologi informasi dalam pengembangan sistem Y = Tidak disiplin waktu (Terlambat masuk kantor
informasi atau yang disebut partisipasi pemakai, atau Pulang cepat)
merancang suatu sistem perubahan yang familiar atau yang Tabel 1 menunjukkan bahwa cukup banyak
dikenal dengan proses sosialisasi, membuat komunikasi absenteeism (“Tidak hadir tanpa keterangan yang sah = X
formal dalam pengembangan sistem informasi (McLeod, ”) dilihat dari jumlah rata-rata untuk seluruh pegawai yang
1998). bekerja di STMIK Akakom Yogyakarta selama bulan Juli
s.d Oktober 2012 mencapai sebesar 17%. Selanjutnya 1. Kepuasan kerja pegawai pada STMIK Akakom
tingginya Attedance Behaviour (“Terlambat masuk kantor Yogyakarta
atau Pulang Cepat = Y”) dilihat dari rata-rata mencapai 2. Kinerja pegawai pada STMIK Akakom Yogyakarta
sebesar 89% selama bulan Juli s.d Oktober 2012. Hal ini 3. Pengaruh kepuasan kerja pegawai terhadap kinerja
mengindikasikan bahwa pada kenyataannya banyak sekali pegawai pada STMIK Akakom Yogyakarta
pegawai STMIK Akakom Yogyakarta yang menunjukkan
ketidakpuasan dalam bekerja sehingga menampilkan 1.4 Kegunaan Penelitian
kinerja yang kurang produktif dengan tingginya rata-rata Kegunaan yang diharapkan dari penelitian ini adalah:
absenteeism dan Attedance Behaviour. 1. Secara teoritis, penelitian ini memberikan sumbangan
Fenomena tersebut akan sangat berpotensi informasi dalam menilai kepuasan kerja serta kaitannya
menimbulkan konflik-konflik dan jika dibiarkan maka dengan kinerja pegawai STMIK Akakom Yogyakarta.
akan berpengaruh pada mekanisme operasional di 2. Secara praktis, hasil penelitian ini merupakan
lingkungan STMIK Akakom, terutama kinerja pegawai informasi yang bermanfaat yang dapat digunakan
yang pada akhirnya akan mempengaruhi tingkat output sebagai masukan dalam pengambilan keputusan guna
yang telah ditetapkan, baik secara kualitatif maupun memecahkan masalah dan merumuskan kebijaksanaan
kuantitatif, sehingga upaya untuk mencapai produktivitas dalam mewujudkan kepuasan kerja pegawai STMIK
yang optimal akan sulit diwujudkan. Akakom Yogyakarta melalui kinerja pegawai STMIK
Keberhasilan dalam melaksanakan suatu Akakom Yogyakarta
pekerjaan tidak selalu sama antara satu individu dengan
lainnya. Hal ini disebabkan karena adanya perbedaan
karakteristik individu. Di samping itu, faktor lain yang 2. Model, Analisa, Desain dan Implementasi
dapat mempengaruhi kinerja yaitu faktor-faktor lain di luar
individu atau dapat dikatakan faktor situasi kerjanya. 2.1 Kerangka Pikir
Dalam tinjauan psikologis, kerja adalah suatu proses Pengembangan sumber daya manusia merupakan
tingkah laku kerja seseorang sehingga menghasilkan suatu upaya dalam meningkatkan kualitas manusia melalui
kinerja sebagai suatu pencapaian keberhasilan yang pendidikan dan latihan, yang selanjutnya dikaitkan dengan
diperoleh seseorang dari pekerjaannya. pemilihan penggunaan teknologi yang bertujuan pada
Peningkatan pelayanan sudah merupakan tuntutan peningkatan produksi secara efektif dan efisien.
masyarakat, dan kesadaran akan kinerja yang optimal bagi Pengelolaan sumber daya manusia dalam suatu
masyarakat adalah bagian yang terpenting dari mekanisme organisasi merupakan hal yang sangat penting untuk
aparat birokrasi, sehingga pelayanan kepada masyarakat mendapatkan perhatian, karena kegagalan dalam
harus mendapatkan prioritas dalam pelaksanaannya. Agar pengelolaan sumber daya manusia akan menyebabkan
terjadi peningkatan kinerja pegawai, profesional pegawai gagalnya organisasi dalam menjalankan tugas dan
STMIK Akakom dalam menjalankan tugas perlu fungsinya atau dengan perkataan lain gagal untuk
ditingkatkan melalui kepuasan kerja pegawai STMIK mencapai tujuan organisasi. Oleh karena itu organisasi
Akakom. Hal-hal mengenai pengaruh kepuasan kerja yang melalui pengelolaan sumber daya manusia dituntut untuk
mempengaruhi kinerja pegawai STMIK Akakom meningkatkan kepuasan kerja pegawai dalam upaya
Yogyakarta yang menarik perhatian untuk diteliti. meningkatkan kinerja organisasi agar dapat mencapai
tujuannya.
1.2 Identifikasi Masalah STMIK Akakom yang mempunyai tugas dan
Bertolak dari latar belakang masalah dalam fungsi melayani masyarakat khususnya dibidang
penelitian ini, maka dapat diidentifikasikan masalah pendidikan, tentunya mengharapkan pegawainya agar
sebagai berikut: memiliki kemampuan melayani dengan baik, selain faktor
1. Bagaimana kepusan kerja pegawai pada STMIK ketelitian dan kejujuran dalam melaksanakan
Akakom Yogyakarta pekerjaannya. Tuntutan organisasi tersebut tentunya tidak
2. Bagaiman kinerja pegawai pada STMIK Akakom mungkin dapat dipenuhi oleh seluruh pegawai dalam
Yogyakarta waktu yang bersamaan, karena tidak samanya tingkat
3. Apakah terdapat pengaruh kepuasan kerja pegawai kepuasan yang mereka miliki yang mana dapat dilihat dari
terhadap kinerja pegawai pada STMIK Akakom tindakan yang mereka lakukan seperti mangkir kerja,
Yogyakarta semangat kerja yang rendah, bahkan membiarkan kualitas
pelayanan menjadi semakin memburuk tanpa ada upaya
1.3 Tujuan Penelitian untuk bersama-sama memperbaikinya.
Bertolak dari latar belakang dalam penelitian ini, Secara umum Wexley dan Yuki (1977:98)
maka dapat diidentifikasikan tujuan penelitian adalah mendefinisikan kepuasan kerja “Job satisfaction is the way
untuk mengetahui dan menganalisis: an employees feels about his or her job”.
Selanjutnya Davis (1985:96) mengemukakan yang dicapai dari fungsi suatu pekerjaan atau kegiatan
bahwa: “Job satisfaction is the favorableness or tertentu selama periode tertentu (the record of outcome
unfavorableness with employees view their work”. produced on a specified job function or activity during
Sedangkan Robbins (1996: 181-182) specified time period).
mengemukakan beberapa faktor yang berkaitan dengan Berkaitan dengan kinerja seseorang, apabila
pekerjaan yang mendorong kepuasan kerja, yaitu kerja seorang pegawai dalam suatu organisasi merasakan
yang secara mental menantang, ganjaran yang pantas, kepuasan dalam bekerja, hal ini akan berdampak
kondisi kerja yang mendukung, rekan kerja yang padapekerjaannya sehingga hasil kerjanya akan baik.
mendukung dan kesesuaian antara antara kepribadian dan Pegawai yang merasakan kepuasan atas kerjanya akan
pekerjaan. Faktor-faktor tersebut akan sangat berpotensi cenderung untuk berupaya meningkatkan prestasi
menimbulkan konflik-konflik personalia dan jika dibiarkan kerjanya, sehingga kinerja pegawai secara umum akan
maka akan berpengaruh pada mekanisme operasional berdampak pada kinerja organisasi. Jika kinerja organisasi
organisasi, terutama kinerja karyawan yang pada akhirnya secara utuh dimiliki akan diperoleh produktivitas
akan mempengaruhi tingkat output yang telah ditetapkan, organisasi melalui hasil kerja pegawai yang efektif dan
baik secara kualitas maupun kuantitas, sehingga upaya efisien sebagai akibat dari adanya kepuasan dalam bekerja
untuk mencapai produktivitas yang optimal akan sulit untuk setiap pegawainya.
diwujudkan. Kepentingan para manajer pada kepuasan Kinerja pada dasarnya berhubungan erat dengan
kerja ini cenderung pada pengaruhnya terhadap kinerja pemenuhan sasaran individu dan akan memberikan
karyawan seperti produktivitas, kemangkiran, absensi dan sumbangan kepada sasaran organisasi, karena itu menjadi
turn over. Untuk lebih jelasnya faktor-faktor kepuasan tugas penting bagi pihak manajemen untuk merumuskan
kerja tersebut dapat diuraikan sebagai berikut: unjuk kerja lebih dahulu, yaitu menetukan hasil apa yang
1. Kerja yang secara mental menantang diharapkan baik secara kualitas maupun kuantitas dari
2. Ganjaran yang pantas perilaku pegawai yang diarahkan untuk mencapai tujuan
3. Kondisi kerja yang mendukung dan sasaran organisasi. Hubungan perilaku-prestasi
4. Rekan kerja yang mendukung meliputi berbagai tindakan, seperti pengidentifikasian
5. Kesesuaian antara kepribadian dan pekerjaan masalah perencanaan, pengorganisasian dan pengendalian
Dari penegrtian-pengertian tersebut di atas pekerjaan pegawai serta menciptakan iklim untuk
dapatlah dikatakan bahwa kepuasan kerja merupakan memotivasi bagi pegawai. Dan pihak manajemen harus
faktor penting yang perlu diperhatikan oleh STMIK memusatkan perhatian pada perilaku yang berhubungan
Akakom, karena kepuasan kerja berkaitan erat dengan dengan unjuk kerja dan berusaha mencari cara untuk
sikap dan tingkah laku pegawai terhadap pekerjaannya. mencapai prestasi optimal.
Seseorang yang mempunyai kepuasan kerja tinggi Perhatian terhadap masalah kinerja adalah
cenderung akan bertingkah laku positif terhadap berkaitan dengan hal-hal mengenai:
pekerjaannya, sebaliknya pegawai yang merasa tidak puas 1. Keahlian dan ketrampilan yang dimiliki pegawai
akan bersikap negatif terhadap pekerjaan, yang akhirnya untuk melaksanakan pekerjaan
akan berpengaruh terhadap kinerja masing-masing 2. Sumber-sumber yang dibutuhkan pegawai untuk
pegawai. melaksanakan pekerjaan
Dengan demikian organisasi-organisasi dengan 3. Kesadaran para pegawai akan masalah prestasi
karyawan yang lebih terpuaskan cenderung lebih efektif 4. Kapan masalah prestasi akan terjadi
daripada organisasi-organisasi dengan karyawan yang 5. Reaksi pegawai atas masalah prestasi
kurang terpuaskan. 6. Tindakan yang diperlukan untuk menanggulangi
Kinerja yang merupakan hasil dari suatu proses masalah prestasi
atau aktivitas pada fungsi tertentu yang dilaksanakan oleh Teori yang banyak dipergunakan mengenai
seseorang baik individu maupun sebagai anggota dari bagaimana karakteristik pekerjaan berpengaruh terhadap
suatu kelompok atau organisasi bisnis atau sosial pada pegawai adalah teori karakteristik pekerjaan yang
periode tertentu yang hasilnya dapat dinikmati sendiri dikemukakan oleh Hackman dan Oldham, 1976, 1980
maupun kelompoknya atau organisasinya. (dalam Spector: 1997:31) dimana teori dasar karakteristik
Gibson, Ivancevich dan Donnelly sebagaimana pekerjaan adalah pegawai dapat termotivasi oleh kepuasan
dikutip oleh Agus Dharma (1990:69) memberikan mereka dengan mengetahui pekerjaan yang dilakukan.
pengertian tentang kinerja, sebagai hasil yang diharapkan Ketika pegawai memahami pekerjaan yang dilakukannya
dari setiap perilaku pegawai yang berkaiatan langsung dengan lebih dinikmati dan lebih berarti, sehingga
dengan tugas-tugas pekerjaan dan yang perlu diselesaikan pekerjaan yang dilakukannya akan menimbulkan motivasi
untuk mencapai sasaran suatu pekerjaan. untuk berprestasi. Berikut ini ditunjukkan bagaimana inti
Benardin dan Russel (1993:379) memberikan dari karakteristik pekerjaan merupakan bagian dari segi
pengertian tentang kinerja adalah catatan hasil (out come) psikologi dalam menentukan perubahan dalam prestasi
kerja, kepuasan kerja, motivasi kerja dalam melakukan 4) Rekan sekerja yang mendukung
pekerjaannya. Bagi kebanyakan karyawan, kerja juga mengisi
Berkaitan dengan kinerja seseorang, apabila kebutuhan akan interaksi sosial. Oleh karena itu,
seorang pegawai dalam suatu organisasi tidak merasakan tidaklah mengejutkan jika mempunyai rekan kerja
kepuasan dalam bekerja, hal ini akan berdampak pada yang memiliki sikap ramah dapat mendukung
pekerjaannya sehingga hasil kerjanya akan tidak baik. terhadap kepuasan kerja.
Seperti dikemukakan oleh Spector (1997: 55-56), secara 5) Kesesuaian antara kepribadian dan pekerjaan
umum bahwa kepuasan kerja seharusnya berhubungan Kecocokan yang tinggi antara kepribadian seorang
dengan kinerja dan prestasi kerjanya. Pegawai yang karyawan dan pekerjaan akan menghasilkan individu
merasakan kepuasan atas kerjanya akan cenderung untuk yang lebih terpuaskan.
berupaya meningkatkan prestasi kerjanya, sehingga kinerja
pegawai secara umum akan berdampak pada kinerja Menurut Mangkunegara (2002) kinerja adalah
organisasi. Jika kinerja organisasi secara utuh dimiliki, hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh
akan diperoleh produktivitas organisasi melalui hasil kerja seorang pegawai dalam melaksanakan tugasnya sesuai
pegawai yang efektif dan efisien sebagai akibat dari dengan tanggungjawab yang diberikan kepadanya.
adanya kepuasan dalam bekerja untuk setiap pegawainya. Sedangkan indikator kinerja adalah menurut
Berdasarkan penjelasan mengenai keterkaitan Mangkunegara (2002:69):
antara kepuasan kerja pegawai terhadap kinerja pegawai, 1) Kualitas kerja yang meliputi ketepatan, ketelitian,
untuk lebih jelasnya dapat dilihat dalam bentuk gambar ketrampilan serta kebersihan.
kerangka pemikiran sebagai berikut. 2) Kuantitas kerja yang meliputi output rutin serta
output non rutin (ekstra)
3) Keandalan atau dapat tidaknya diandalkan yakni
dapat tidaknya mengikuti instruksi, kemampuan
inisiatif, kehati-hatian serta kerajinan
4) Sikap yang meliputi sikap terhadap perusahaan,
pegawai lain, pekerjaan serta kerjasama.
Gambar 1: Kerangka Pikir
Kinerja atau performance menurut Bernardin &
2.2 Teori
Russel (1993:378) dalam Ruky (2001) ialah catatan
Kepuasan kerja, menurut Robbins (1996) adalah
sikap umum (perasaan yang menyenangkan atau tidak tentang hasil-hasil yang diperoleh dari fungsi-fungsi
menyenangkan) seorang individu yang merujuk pada pekerjaan tertentu atau kegiatan selama kurun waktu
pekerjaannya. Indikator untuk kepuasan kerja menurut tertentu. Elemen kinerja antara lain: teknologi, kualitas
Robbins (1996) adalah: input, kualitas lingkungan fisik, iklim dan budaya
1) Kerja yang secara mental menantang organisasi dan sistem kompensasi atau imbalan.
Dalam hal ini karyawan cenderung lebih menyukai
pekerjaan-pekerjaan yang dapat memberikan
2.3 Hipotesa
kesempatan untuk menggunakan ketrampilan dan Berdasarka kerangka pemikiran yang telah
kemampuan yang dimiliki dan menawarkan beragam diuraikan, maka dalam penelitian ini akan ditetapkan
tugas, kebebasan dan umpan balik dari pihak hipotesis penelitian sebagai berikut: “Terdapat pengaruh
perusahaan. kepuasan kerja terhadap kinerja pegawai STMIK Akakom
2) Ganjaran yang pantas Yogyakarta”
Para karyawan yang menginginkan sistem upah dan
kebijakan promosi yang dipersepsikan sebagai
2.4 Analisa, atau desain dan implementasi
kompensasi yang adil dari pihak perusahaan dan Dalam penelitian ini analisis yang dilakukan
tidak meragukan serta sejajar dengan penghargaan dengan menggunakan metode analisis deskriptif dan
yang diterima. metode analisis inferensial.
3) Kondisi kerja yang mendukung
Karyawan peduli akan lingkungan kerja yang baik
Analisis Deskriptif
untuk kenyamanan pribadi maupun untuk Analisis deskriptif adalah statistik yang
memudahkan mengerjakan tugas-tugas dengan baik. digunakan untuk menganalisa data dengan cara
Studi-studi memperlihatkan bahwa karyawan lebih mendiskripsikan data yang telah terkumpul sebagaimana
menyukai keadaan fisik sekitar yang tidak berbahaya adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang
atau merepotkan seperti temperatur, cahaya, dan berlaku untuk digeneralisasikan. Telah disampaikan di
faktor-faktor lingkungan lain yang seharusnya tidak atas pada Sub-Bab Metode Pengumpulan Data, kategori
ekstrim, dengan fasilitas yang memadai.
data dibagi menjadi 5 (lima) dari skor 1 sampai dengan 5. laten yang satu dengan lainnya. Pengujian dilakukan
Untuk mengelompokkan data pada masing-masing dengan melihat persentase varian yang dijelaskan yaitu R²
kategori tersebut, perlu dibuat range (interval) dengan untuk variabel laten dependen yang dimodelkan
rumus berikut ini. mendapatkan pengaruh dari variabel laten independen
Int 
 S max   S min dengan menggunakan ukuran stone-geisser Q square test,
n
serta melihat besarnya koefisien jalur strukturalnya.
 Ki Stabilitas dari estimasi ini di uji dengan menggunakan uji
i 1
Dimana: t-statistik yang diperoleh lewat prosedur bootsraping.
Int = Interval Tahapan pengujian PLS dilakukan sebagai berikut:
 SMax = Skor Total Maksimum
Uji Indikator
 SMin = Skor Total Minimum
Uji indikator atau disebut juga Outer model atau
n
 Ki = Jumlah Kategori measurement model adalah menguji hubungan antara
indikator terhadap variabel konstruknya. Dari uji indikator
i 1
ini diperoleh output validitas dan realibilitas model yang
Analisis Inferensial diukur dengan kriteria: Convergent Validity, Discriminant
Guna melakukan analisis inferensial dari Validity, dan Composite Reliability.
penelitian ini, alat analisis yang digunakan adalah Partial 1) Convergent Validity, dan Discriminat Validity
Least Square (PLS), yaitu dengan metode SEM (Structural Convergent Validity diukur dari korelasi antara skor
Equation Modelling) yang berbasis variance, dengan indikator dengan konstruknya. Indikator individu
software SmartPLS 2.0. dianggap valid jika memiliki nilai korelasi di atas
Partial Least Square (PLS) merupakan metode 0,50. Apabila ada indikator yang tidak memenuhi
analisis yang powerful karena dapat diterapkan pada syarat ini maka harus dibuang. Selanjutnya dilakukan
semua skala data, tidak membutuhkan banyak asumsi dan pengujian discriminant validity yang diukur dari
ukuran sampel tidak harus besar. PLS selain dapat cross loading antara indikator dengan konstruknya.
digunakan sebagai konfirmasi teori juga dapat digunakan Indikator dinyatakan valid jika hubungan indikator
untuk membangun hubungan yang belum ada landasan dengan konstruknya lebih tinggi dibandingkan
teorinya atau untuk pengujian proposisi (Ghozali, 2006 dengan hubungannya dengan konstruk yang lain.
dalam Wanabakti dan Dwihardo, 2011:66). 2) Composite Reliability
Terdapat dua macam indikator dalam Konstruk dinyatakan reliabel apabila composite
pendekatan PLS. Indikator pertama adalah indikator reliability memiliki nilai di atas 0,70.
refleksif atau reflective indicator. Reflective indicator
adalah indikator yang dianggap dipengaruhi oleh konstruk Uji Hipotesis
laten, atau indikator yang dianggap Inner Model atau structural model sebenarnya
merefleksikan/merepresentasikan konstruk laten. merupakan uji hipotesis, menggambarkan hubungan dan
Reflective indicator mengamati akibat yang ditimbulkan pengaruh antar variabel laten berdasarkan pada substantive
oleh variabel laten. Indikator kedua adalah indikator theory. Model persamaannya dapat dituliskan seperti
formatif atau formative indicator. Formative indicator dibawah ini.
adalah indikator yang dianggap mempengaruhi variabel η = β0 + βη + гξ + ζ
laten ( Wanabakti dan Dwihardo, 2011 : 27 ). Dimana:
Uji model di dalam Partial Least Square (PLS) η = vector endogen (dependen) variabel laten
dilakukan melalui outer model dan inner model. Menurut ξ = vector exogen (independen) variabel laten
Wiyono (2011:402), Outer model atau model pengukuran ζ = vector residual
pada prinsipnya menguji indikator terhadap variabel laten,
atau dengan kata lain mengukur seberapa jauh indikator itu Oleh karena PLS didesain untuk model recursive, maka
dapat menjelaskan variabel latennya. Indikator reflektif hubungan antar variabel laten dapat dispesifikasikan
diuji dengan convergen validity, discriminant validity atau sebagai berikut:
dengan average variance extracted (AVE), dan composite ηj = ∑iβji ηi + ∑i γjbξb + ζj
reliability. Sedangkan indikator formatif diuji berdasarkan Dimana:
substantive content-nya, yaitu dengan membandingkan βji dan γjb adalah koefisien jalur yang menghubungan
besarnya relative weight dan melihat signifikansinya. predictor endogen dan variabel laten exogen ξb dan ηi
Inner model atau model struktural pada prinsipnya sepanjang range indeks I dan b. Sedangkan ζj adalah
menguji pengaruh antara satu variabel laten dengan inner residual variabel.
variabel laten lainnya baik eksogen maupun endogen, atau Inner model merupakan pengujian terhadap
dapat dikatakan juga menguji hipotesis antara variabel model structural dilakukan dengan melihat nilai R-square
sebagai uji goodness of fit model. Selain itu juga Variabel kepuasan kerja (X) diukur dengan 5
dilakukan uji signifikansi pengaruh antar konstruk dengan (lima) indikator, dan variabel kinerja pegawai (Y) diukur
melihat nilai koefisien parameter dan nilai signifikansi t- dengan 4 (indikator) indikator.
statistiknya. Keterangan:
X = Kepuasan Kerja
Analisis Jalur X1 = Kerja yang secara mental menantang;
Analisis jalur pada prinsipnya adalah melakukan X2 = Ganjaran yang pantas
analisis terhadap model jalur dari suatu diagram yang X3 = Kondisi kerja yang mendukung
menghubungkan antara variabel independen (eksogen), X4 = Rekan sekerja yang mendukung
intervening (eksogen/endogen), dan dependen (endogen). X5= Kesesuaian antara kepribadian dan pekerjaan
Pola hubungan ditunjukkan dengan menggunakan anak Y = Kinerja
panah dari variabel eksogen ke variabel endogen. Menurut Y1 = Kualitas
Sarwono (2007), analisis jalur dapat dilakukan dengan Y2 = Kehandalan
menghitung pengaruh langsung (Direct Effect), pengaruh Y3 = Kuantitas
tidak langsung (Indirect Effect), dan pengaruh total (Total Y4 = Sikap
Effect), dengan formula sebagai berikut:
a. Pengaruh Langsung 3. Hasil
Xn→Y1 = sebesar koefisien parameter sesuai output (a) Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini
Xn→Y2 = sebesar koefisien parameter sesuai output (b) meliputi analisis deskriptif dan analisis inferensial.
Y1→Y2 = sebesar koefisien parameter sesuai output (c)
b. Pengaruh Tidak Langsung 3.1 Analisis Deskriptif
Xn → Y1 → Y2 = sebesar a x c Analisis deskriptif bertujuan untuk memperoleh
c. Pengaruh Total gambaran mengenai variabel yang diukur dalam penelitian
Xn → Y1 → Y2 = sebesar a + c untuk diberikan penjelasan mengenai performa masing-
masing variabel berdasarkan persepsi responden.
Kerangka Koseptual Penelitian Dilihat dari distribusi frekuensi jawaban responden
Kerangka konseptual penelitian menurut Sapto terhadap variabel kepuasan kerja adalah sebagai berikut :
Haryoko dalam Iskandar (2008:54) sebagaimana dimuat Tabel : 2
Distribusi Frekuensi Variabel Kepuasan Kerja
dalam http://yusrizalfirzal.wordpress.com/
2010/11/22/kajian-teori-kerangka-konseptual-dan-
hipotesis/ menjelaskan secara teoritis model konseptual
variabel-variabel penelitian, tentang bagaimana pertautan
teori-teori yang berhubungan dengan variabel-variabel
penelitian yang ingin diteliti, yaitu variabel bebas dengan
variabel terikat. Kerangka konseptual membahas saling
ketergantungan antar variabel yang dianggap untuk
melengkapi dinamika situasi atau hal yang sedang atau
akan diteliti.
Kerangka konseptual dalam penelitian dapat disajikan
melalui gambar sebagai berikut:

Dari tabel tersebut di atas dapat diketahui bahwa 14,33%


responden menyatakan “Sangat Tinggi” terhadap kepuasan
kerja pegawai di STMIK AKAKOM Yogyakarta; 62,5%
Gambar 2: Kerangka Konsep Penelitian
menyatakan “Tinggi”; 17,1% menyatakan “Biasa Saja”;
4,6% menyatakan “Rendah”; dan 1,4% responden
Kerangka konseptual penelitian tersebut di atas menyatakan “Sangat rendah”.
menyajikan suatu pengembangan model variabel kepuasan Selanjutnya apabila dilihat dari distribusi
kerja sebagai variabel independen yang berdampak pada frekuensi jawaban responden terhadap variabel kinerja
kinerja pegawai sebagai variabel dependen. adalah sebagai berikut :
sistem informasi yang dioperasikan artinya partisipasi
Tabel : 3 pegawai dapat memperbaiki kualitas sistem dan informasi
Distribusi Frekuensi Variabel Kinerja Pegawai
yang dihasilkan sehingga dapat bermanfaat bagi
pemakainya. Dengan berpartisipasi, pegawai dapat
memberikan informasinya lengkap tentang kebutuhan
informasi pemakai yang berkaiatan dengan sistem
informasi, dapat memperbaiki pemahaman pemakai
tentang sistem dan memperkecil penolakan terhadap
perubahan, sehingga sistem informasi yang dikembangkan
akan dapat digunakan oleh para pemakai.
Kepuasan pegawai terhadap sistem informasi yang
diwujudkan oleh aplikasi-aplikasi yang terdapat dalam
sistem informasi, belum dapat membantu pegawai dalam
penyelesaian pekerjaan, pembuatan keputusan dan
efektivitas serta efisiensi pekerjaan, hal ini belum bisa
Dari tabel tersebut di atas dapat diketahui bahwa 16,3% meningkatkan kinerja sistem informasi. lingkungan kantor
responden menyatakan “Sangat Tinggi” terhadap kinerja yang nyaman, kondusif, dan mendukung pekerjaan mutlak
pegawai di STMIK AKAKOM Yogyakarta; 50,5% diperlukan. Lingkungan kerja bukan berarti hanya kantor
responden menyatakan “Tinggi”; 23,67% responden saja, akan tetapi termasuk suasana kerja, dan hubungan
menyatakan “Biasa Saja”; dan 9,6% responden antar pegawai perusahaan. Bila salah satu bagian dari
menyatakan “Rendah”. lingkungan kerja tersebut ada yang membuat tidak nyaman
seorang pegawai maka akan berdampak terhadap
3.2 Analisis Inferensial menurunnya kinerja dan kontribusi pegawai tersebut
Pengujian inner model atau model struktural terhadap perusahaan.
dilakukan untuk melihat hubungan antara konstruk, nilai Kantor adalah tempat bekerja dimana
signifikansi dan R-square dari model penelitian. Dalam kenyamanan kantor bergantung pada kebersihan, kerapian,
menilai model dengan PLS dimulai dengan melihat R- ketenangan, keindahan, suhu dan udara yang sesuai, serta
square untuk setiap variabel laten dependen. Perubahan tata letak furniture dan ruangan yang baik. Perangkat kerja
nilai R-square dapat digunakan untuk menilai pengaruh yang mendukung juga perlu diperhatikan. Jangan
variabel laten independen tertentu terhadap variabel laten memaksakan penghematan terhadap perangkat kantor yang
dependen apakah mempunyai pengaruh yang substantive. dapat menghambat pekerja. Beberapa perusahaan
1) R² untuk variabel laten endogen terkadang mempertahankan komputer tua yang suka crash
R2 mengindikasikan bahwa hubungan beberapa dengan alasan masih dapat dipakai padahal justru
variabel bebas secara bersama-sama terhadap variabel kelambatan dan tuanya perangkat membuat waktu bekerja
terikatnya. Tidak ada ukuran yang pasti berapa besarnya dan terkadang menghambat pekerja pada saat perangkat
R2 untuk mengatakan bahwa suatu pilihan variabel sudah tua tersebut rusak. Kantor yang nyaman akan membuat
tepat. Jika R2 semakin besar atau mendekati 1, maka pegawai betah dan tidak terburu-buru ingin meninggalkan
model makin tepat. Output smartPLS dalam penelitian ini kantor sehingga pekerja lebih berkosentrasi dalam
menunjukkan bahwa nilai R2 adalah seperti tabel berikut : melakukan pekerjaannya. Suasana kekeluargaan di kantor
Tabel : 4 perlu dibina agar pegawai merasa sebagai bagian dari
R Square (R2)
perusahaan dan memiliki rasa tanggung jawab terhadap
perusahaan untuk menjaga nama baik
perusahaan. Jangan sampai ada sifat iri, sinis,
atau ada pertikaian antar pegawai karena akan
mengganggu pekerjaan dan kinerja perusahaan.
Tabel di atas memberikan nilai R Square terdapat Fasilitas teknologi yang ada belum bisa
pada Y sebesar 0,057 yang berarti bahwa variabel X
dimanfatkan dengan optimal untuk menunjang
(Kepuasan Kerja) mampu menjelaskan variabel Y
(Kinerja) sebesar 5,7%. Ini berarti pengaruh kepuasan pekerjaannya, dikarenakan adanya sebagain pegawai yang
kerja terhadap kinerja pegawai sangat kecil. belum terampil mengoperasikan penggunaan teknologi
Dalam kaiatnnya dengan teknologi informasi, informasi, sehingga Akakaom perlu memberikan
pegawai belum diberi kesempatan berpartisipasi dalam pelatihan-pelatihan kepada pegawainya untuk mendukung
pengembangan sistem informasi, baik secara langsung penggunaan teknologi informasi yang ada.
maupun tidak langsung berarti informasi yang mereka
peroleh dapat terpenuhi, sehingga mereka cukup mengenal
kinerja pegawai perlu memperhatikan faktor kepuasan
2) Koefisien Parameter dan T-Statistik kerja.
Koefisien parameter dan T-Statistik
mengindikasikan pengaruh variabel bebas terhadap 4. Kesimpulan
variabel terikatnya, yang selanjutnya diuji dengan T- 1) Pegawai non edukatif STMIK Akakom Yogyakarta
Statistik. Nilai T-tabel pada α = 0,05 uji satu arah (one 14,33% menyatakan “Sangat Tinggi” terhadap
tailed) dengan db=53 adalah 1,6741 (db=N-k-1 yang kepuasan kerja; 62,5% menyatakan “Tinggi”; 17,1%
mana db merupakan derajat bebas, N merupakan jumlah menyatakan “Biasa Saja”; 4,6% menyatakan
sampel, dan k adalah jumlah variabel bebas). Output “Rendah”; dan 1,4% menyatakan “Sangat rendah”.
smartPLS dalam penelitian ini menunjukkan bahwa nilai 2) Pegawai non edukatif STMIK Akakom Yogyakarta
koefisien parameter dan t-statistik seperti tabel berikut : 16,3% menyatakan “Sangat Tinggi” terhadap kinerja;
Tabel : 5 50,5% menyatakan “Tinggi”; 23,67% menyatakan
Koefisien Parameter dan T-Statistik
“Biasa Saja”; dan 9,6% “Rendah”.
3) Kepuasan kerja terhadap kinerja pegawai mempunyai
pengaruh positif sebesar 23,96 % tetapi tidak
signifikan (artinya ada pengaruhnya tetapi sangat
kecil)
Tabel di atas menunjukkan bahwa hubungan
antara variabel bebas dengan variabel terikat: Besarnya Daftar Pustaka
koefisien parameter variabel kepuasan kerja (X) terhadap Bernardin, H John and Russel Joyce E.A., 1993, Human
variabel kinerja pegawai (Y) sebesar 0,239655 sehingga Resource Management, McGraw-Hill, Inc, New York.
menunjukkan bahwa variabel kepuasan kerja (X) terhadap Davis, Keith, 1985, Human Behavior at Work:
variabel kinerja (Y) mempunyai pengaruh positif sebesar Organizational Behavior, tata McGraw-Hill,
23,97%. Sedangkan besarnya nilai T-Statistics 0,436203 ( Publishing Company, New Delhi
< t tabel 1,6741 ), nilai ini menunjukkan bahwa pengaruh http://yusrizalfirzal.wordpress.com/2010/11/22/kajian-
variabel kepuasan kerja (X) terhadap variabel kinerja (Y) teori-kerangka-konseptual-dan-hipotesis/
tidak signifikan, artinya ada pengaruhnya tetapi kecil. Mangkunegara, A. Anwar Prabu, 2002, Manajemen
Sumber Daya Manusia Perusahaan, Remaja
3.3 Analisis Jalur Rosdakarya, Bandung.
Analisis jalur pada prinsipnya melakukan analisis Robbins, Stephen P., 1996, Organizational Behavior:
terhadap model jalur dari suatu diagram yang Concepts, Controversies, Applications, Seventh
menghubungkan antara variabel independen (eksogen), Edition, Prentice-Hall, Inc., New Jersey
intervening (eksogen/endogen), dan dependen (endogen). Wiyono, Gendro. 2011. Merancang Penelitian Bisnis,
Pola hubungan ditunjukkan dengan menggunakan anak Dengan Alat Analisis SPSS 17.0 & SmartPLS 2.0.
panah dari variabel eksogen ke variabel endogen. Analisis Yogyakarta: UPP STIM YKPN
jalur dapat dilakukan dengan menghitung pengaruh Wexley, Kenneth N. and Yuki, Gary A., 1977,
langsung (Direct Effect), pengaruh tidak langsung Organizational Behavior and Personnel Psychology,
(Indirect Effect), dan pengaruh total (Total Effect). Output Richard D. Irwin
smartPLS dalam penelitian ini menunjukkan bahwa nilai
koefisien jalur khususnya Direct Effect, Total Effect dan t- [CV Penulis]
statistik seperti tabel berikut : Hera Wasiati, menyelesaikan studi S1 bidang Ilmu Pertanian
Tabel : 6 pada Fakultas Pertanian UPN “Veteran” Yogyakarta dan
Koefisien Jalur dan T-Statistik menyelesaikan S2 bidang Manajemen pada Magister
Managemen UST Yogyakarta.

Berdasarkan koefisien jalur sebagaimana tabel di atas


dapat ditafsirkan sebagai berikut : Kepuasan kerja
berpengaruh positif terhadap kinerja pegawai sebesar
0,239655 (T-stat 0,436203). Dengan demikian STMIK
AKAKOM Yogyakarta, dalam rangka meningkatkan

Anda mungkin juga menyukai