Anda di halaman 1dari 5

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Al- Qur’an dan Arkeologi

Diantara kemukjizatan Al-Qur’an, amtara lain adalah Al-Qur’an


membicarakan tentang arkeologi, pengetahuan mengenai peninggalan manusia
masa purba yang telah berlangsung ratusan bahkan ribuan tahun yang lalu.

Arkeologi adalah ilmu pengetahuan tentang peninggalan manusia


zaman kuno, khususnya yang berasal dari periode prasejarah. Arkeologi adalah
ilmu yang mencakup apa saja yang berhubungan dengan sejarah bangsa bangsa
yang hidup di masa lampau. Warisan masa lampau itu berupa benda, bangunan,
momentum yang masih terdapat di permukaan tanah.

Arkeologi memberikan bahan tentang kurun waktu yang tidak


mewariskan bahan tertulis atau yang kurang mewariskan bahan tertulis. Kurun
pra sejarah adalah kurun yang tidak meninggalkan bahan tertulis, sedangkan
kurun sejarah adalah kurun yang meninggalkan bahan tertulis. Dan dalam
konteks pertama ini arkeologi bersifat melengkapi. Bagi sejarawan, arkeologi
sangat penting karena arkeologi mengungkapkan peradaban materil masa
lampau, seperti pembentukan kota, struktur perumahan, perabot rumah,
pakaian, hiasan, alat kerja, senjata bahkan juga pengetahuan tentang agama.

Seluruh kegiatan arkeologi berpusarkan pada usaha memproyeksikan


keseluruhan sejarah suatu bangsa pada masa lampau berdasarkan ukuran ini,
tanpa memperhitungkan sisi moralitas atau sikap mereka terhadap penciptanya.
Al-Qur’an banyak merujuk pada kebudayaan-kebudayaan kuno. Hal ini
sebagai motivasi manusia untuk mempelajari sejarah orang-orang terdahulu
untuk melihat bagaimana mereka hidup. Kehidupan mereka masyarakat kuno
bisa digali melalui arkeologi.

Sebagai kitab suci yang memiliki kemukjizatan, Al-Qur’an memberikan


tekanan pada studi arkeologi ini, tetapi dari sudut pandang dan dengan tujuan
yang berbeda. Al-Qur’an mengajak manusia memperhatikan kehidupan
manusia zaman masa silam bukan untuk mengagumi kemegahan bangunan
gedung, istana, dan patung-patung yang mereka buat, melainkan untuk melihat
bagaimana mereka menjalani hdup di dunia ini : apakah mereka hidup sebagai
orang yang bebas, dia atas bumi tanpa mengenal kemahakuasaan Sang Khalik
ataukah mereka percaya kepada-Nya, mematuhi dan mengikuti jalan utusan-
utusan-Nya? Apakah mereka menuruti ajaran Tuhan atau hanya menuruti nafsu
rendahnya sendiri? Jika mereke menaati perintah Tuhan yang mengatur seluruh
hidupnya, mereka dipandang sebagai banhsa yang maju dan menggapai puncak
sukses. Namun jika mereka mengikuti jalan setan, walaupun mereka telah
membangun peradaban, kebudayaan , kerajaan yang megah dan mewah mereka
tetap dianggap gagal (dalam Al-Qur’an disebut bangsa jahiliyah). Dengan kata
lain jika memiliki materi yang sedemikian besar karena menolak beriman
kepada Allah dan memusuhi para utusan-Nya, bangsa seperti ini dipandang tak
beradab dan tak berbudaya.
Firman Allah Swt :
Harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidpan dunia, tetapi amalan-amalan
yang kekal lagi saleh adalah lebih baik pahalanya di sisi Tuhanmu serta lebih
baik untuk menjadi harapan. (QS. Al-Kahfi [18]: 46)

Ada beberapa ayat Al-Qur’an lainnya antara lain : Al-Mu’min [40]: 82,
dan Al-Hajj [22]: 48
Cukup banyak ayat Al-Qur’an yang menganjurkan manusia agar
melakukan perjalanan ke berbagai negeri dan memerhatikan peninggalan-
peninggalan arkeologis serta mempelajari sejarah orang-orang terdahulu.

2.2 Arkeologi yang Mendukung Sejarah dalam Al-Qur’an


Al-Qur’an sebagai kitab suci yang memiliki nilai-nilai kemukjizatan
yang terkandung dalam ayat-ayatnya. Ayat-ayat Al-Qur’an tersebut memiliki
kemukjizatan dalam berbagai aspek ilmu dan sains modern. Salah satu
diantaranya adalah bidang arkeologi.
Firman Allah :
“katakanlah, berjalanlah di (muka) bumi, maka perhatikanlah bagaimana Allah
menciptakan (manusia) dari permulaannya, kemudian Allah menjadikannya
sekali lagi. Sesungguhnya Allah Mahakuasa atas segala sesuatu.” (QS: Al-
Ankabut : 20).
“katakanlah, perhatikanlah apa yang ada di langit dan di bumi. Tidaklah
bermanfaat tanda kekuasaan Allah dan rasul-rasul yang memberi peringatan
bagi orang-orang yang tidak beriman.” (QS : Yunus: 101).

Bukti-Bukti Ilmiah tentang Makhluk Purba

Para ilmuan menyebut bukti-bukti bebatuan yang berasal dari makhluk


hidup masa lalu dengan fosil. Mereka mendefinisikan fosil itu dengan “sisa dan
bekas makhluk yang hidup di atas permukaan bumi pada masa pra sejarah, baik
berupa tanaman, hewan, rumah kerang, serangga, maupun hanya berupa bekas
jejak tapak kaki atau sayap burung.”

Fosil ini kerap di temukan pada lapisan batu-batu terendam yang


membentuk permukaan kulit bumi. Fosil yang sering ditemukan adalah fosil
bagian tulang kerangka tubuh setelah bagian-bagian tubuh yang lunak
mengalami pembusukan. Ada kerangka manusia dan hewan.
Kalangan kaum muslimin juga mempelajari arkeologi. Diantara
ilmuwan muslim yang terkenal dengan penelitiannya tentang fosil adalah al-
Biruni. Al-Biruni dianggap sebagai pelopor dalam bidang studi geologi dan
alam di samping kiprahnya dalam bidang ilmu-ilmu agama yang
mendorongnya untuk meneliti dan mengadakan eksperimen serta melahirkan
teori tentang kerajaan langit dan bumi.

Diantara ayat-ayat Al-Qur’an yang merupakan indikator tentang


mukjizat Al-Qur’an dalam arkeologi diantaranya adalah :

Firman Allah :

“Apakah mereka tidak memperhatikan kerajaan langit dan bumi dan segala
sesuatu yang di ciptakan Allah.” (QS: Al-A’raaf: 185)

“katakanlah, perhatikanlah apa yang ada di langit dan bumi. Tidaklah


bermanfaat tanda kekuasaan Allah dan rasul-rasul yang memberi peringatan
bagi orang-orang yang tidak beriman.” (QS: Yunus: 101)

Dari ayat diatas para ilmuwan muslim memulai penelitian subtansi fosil.
Mereka berusaha keras untuk mengetahui rahasia dan bentuk fosil sebagai bukti
arkeologi peninggalan di masa silam.

Yang tertua adalah inskripsi atau naskah Ebla yang diperkirakan


berumur sekitar 2500 tahun SM atau 4500 tahun yang lalu. Naskah-naskah ini
digali dari sebuah tempat yang bernama Tell Mardikh, sebelah barat daya Syiria
sekarang dan terdiri dari 15000 potongan lempengan atau tablet dan fragmen.

Sayangnya, kebanyakan penemuan arkeologis di seluruh timur tengah


dilakukan oleh lembaga-lembaga arkeologi Barat-Kristen.
2.3 Sejarah dan Arkeologi dalam Al-Qur’an
Al-Qur’an banyak menyebut peristiwa sejarah masa lampau sebagai
ibrah bagi umat islam. Diantara beberapa situs sejarah dan penemuan arkeologi
yang bersumber dari kisah-kisah Al-Qur’an adalah:

A. Arkeologi Wilayah Para Nabi dan Rasul


Sebanyak 25 nabi dan rasul yang disebutkan dalam Al-Qur’an, ditulis di
empat wilayah, yakni Jazirah Arabia, Irak, Mesir, dan Syam (Syiria) dan
Palestina. Yang terbanyak adalah nabi dan rasul di utus di wilayah Syiria.
Jumlahnya mencapai 12 orang. Mereka adalah Luth, Ishak, Yakub, Ayub,
Zulkifli, Daud, Sulaiman, Ilyas, Ilyasa, Zakaria, Yahya, dan Isa AS. Mereka
membawa bukti yang nyata untuk umatnya.
Firman Allah:
Sesungguhnya kami telah mengutus rasul-rasul kami dengan membawa bukti-
bukti yang nyata dan telah kami turunkan bersama mereka Al-Kitab dan neraca
(keadilan) supaya manusia dapat melaksanakan keadilan. Dan kami ciptakan
besi yang padanya terdapat kekuatan yang hebat dan berbagai manfaat bagi
manusia, (supaya mereka memperguanakan besi itu) dan supaya Allah
mengetahui siapa yang menolong (agama)-Nya dan rssul-rasul-Nya padahal
Allah tidak melihatnya. Sesungguhnya Allah Maha Kuat lagi Maha Perkasa
(QS: Al-Hadid [57] : 25)

Anda mungkin juga menyukai