Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH TREND DAN ISSUE KEPERAWATAN JIWA

KEPERAWATAN JIWA I
2B KEPERAWATAN
KELOMPOK 2

DISUSUN OLEH:

CITRA DAMAYANTI
DWI ANGGUN
DWI KAMALA
FANNY PUSPITASARI
RANI NUR AISYAH
VERA
YULIA RAHMAN MAHMUD

STIkes MEDISTRA INDONESIA


BEKASI, JAWA BARAT
2018-2019

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmatNya sehingga makalah ini
dapat tersusun hingga selesai. Tidak lupa kami mengucapkan terimakasih
terhadap bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan
sumbangan baik pikiran maupun materinya.

Kami berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan


pengalaman untuk para pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar
makalah ini bisa pembaca praktekkan dalam kehidupan sehari-hari.

Kami yakin masih banyak kekurangan dalam penyusun makalah ini karena
keterbatasan pengetahuan dan pengalaman kami. Untuk itu kami sangat
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi
kesempurnaan makalah ini.

Bekasi, 20 Februai 2019

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Pada saat ini masalah kesehatan jiwa menjadi masalah yang paling
mengancam di dunia. Setiap tahun korban akibat gangguan jiwa selalu
meningkat. Hal ini disebabkan oleh beban hidup yang semakin lama semakin
berat. Gangguan jiwa ini tidak hanya terjadi pada kalangan bawah tetapi juga
kalangan pejabat dan kalangan menengah ke atas. Pada saat ini penyakit
gangguan jiwa tidak hanya dialami oleh orang dewasa dan lansia tetapi juga
oleh anak-anak dan remaja. Seseorang yang terkena gangguan jiwa akan
melakukan hal yang seharusnya tidak dilakukan seperti menggunakan obat-
obatan terlarang dan melakukan bunuh diri.
Kasus bunuh diri sudah menjadi masalah besar di beberapa Negara di
dunia seperti Amerika Serikat, Jepang, Korea, Inggris dan lain-lainnya. Selain
factor diatas penyebab seseorang mengalami gangguan jiwa juga disebabkan
oleh perkembangan otak ketika masih janin yang menyebabkan penyakit
skizofrenia. Oleh karena itu saat ini seluruh Negara di dunia berusaha
meningkatkan kesehatan jiwa warga negaranya. Begitu juga dengan Indonesia
yang berusaha meningkatkan pelayanan pada pasiennya dengan meningkatkan
pengetahuan tentang kesehatan jiwa.

B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan permasalahan dan tema yang diangkat maka masalah dapat
dirumuskan sebagai berikut:
1. Apakah yang dimaksud dengan Kesehatan Jiwa?
2. Bagaimana ciri-ciri jiwa yang sehat?
3. Bagaimana pandangan perawat tentang kesehatan jiwa?
4. Apakah yang dimaksud dengan Keperawatan Jiwa?
5. Bagaimana tren dan isu dalam keperawatan jiwa?
6. Manfaat keperawatan jiwa bagi pasien dan perawat?

1
C. TUJUAN PENULISAN
Penulisan makalah ini beertujuan untuk memahami tentang keperawatan
jiwa, bagaimana perang perawat dalam melaksanakan keperawatan jiwa dan
bagaimana manfaatnya kepada pasien dan perawat. Makalah ini juga disusun
untuk memahami tentang diagnose keperawatan jiwa yang sesuai dengan
standar aturan keperawatan yang berlaku dan memberikan bimbingan kepada
pasien yang mengalami gangguan jiwa.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian
1. Definisi Trend
Trend adalah hal yang sangat mendasar dalam berbagai pendekatan analisa,
tren juga dapat di definisikan salah satu gambaran ataupun informasi yang
terjadi pada saat ini yang biasanya sedang popular di kalangan masyarakat.
Trend adalah sesuatu yang sedang di bicarakan oleh banyak orang saat ini dan
kejadiannya berdasarkan fakta
2. Definisi Issu.
Issu adalah suatu peristiwa atau kejadian yang dapat diperkirakan terjadi atau
tidak terjadi pada masa mendatang, yang menyangkut ekonomi, moneter, sosial,
politik, hukum, pembangunan nasional, bencana alam, hari kiamat, kematian,
ataupun tentang krisis. Issu adalah sesuatu yang sedang di bicarakan oleh banyak
namun belum jelas faktannya atau buktinya

B. Definisi Trend dan Issu Keperawatan


Trend dan Issu Keperawatan adalah sesuatu yang sedang dibicarakan banyak
orang tentang praktek/mengenai keperawatan baik itu berdasarkan fakta ataupun
tidak, trend dan issu keperawatan tentunya menyangkut tentang aspek legal dan etis
keperawatan. Berikut ini beberapa contoh tren dan isu yang terjadi dalam
keperawatan jiwa :
1. Kesehatan Jiwa dimulai masa konsepsi
Di Indonesia banyak terjadi gangguan jiwa di mulai pada usia 19 tahun dan
jarang sekali melihat fenomena masalah sebelum anak lahir. Perkembangan
pada saat ini menunjukkan bahwa jika berbicara masalah kesehatan jiwa harus
dimulai dari masa konsepsi bahkan sebelum pranikah. Banyak penelitian yang
menunjukkan bahwa adanya keterkaitan kesehatan fisik dan mental seseorang
ketika berada dalam kandungan di masa yang akan datang. Penelitian-

3
penelitian berikut membuktikan bahwa kesehatan mental seseorang dimulai
pada masa konsepsi. Berikut ini merupakan hasil dari penelitian :
a. Marc Lehrer ( 300 bayi yg diteliti): stimulasi dini ( berupa suara, musik,
getaran, sentuhan ) setelah dewasa memiliki perkembangan fisik, mental
dan emosional yg lebih baik.
b. Mednick : ada hubungan skizofrenia dengan infeksi virus dalam kandungan.
Mednick membuktikan bahwa mereka yang pada saat epidemi sedang
berada pada trimester dua dalam kandungan mempunyai resiko yang lebih
tinggi untuk menderita skizofrenia di kemudian hari. Penemuan penting ini
menunjukkan bahwa lingkungan luar yang terjadi pada waktu yang tertentu
dalam kandungan dapat meningkatkan risiko menderita skizofrenia.
Mednick menghidupkan kembali teori perkembangan neurokognitif, yang
menyebutkan bahwa pada penderita skizofrenia terjadi kelainan
perkembangan neurokognitif sejak dalam kandungan. Beberapa kelainan
neurokognitif seperti berkurangnya kemampuan dalam mempertahankan
perhatian, membedakan suara rangsang yang berurutan, working memory,
dan fungsi-fungsi eksekusi sering dijumpai pada penderita skizofrenia.
Dipercaya kelainan neurokognitif di atas didapat sejak dalam kandungan
dan dalam kehidupan selanjutnya diperberat oleh lingkungan, misalnya,
tekanan berat dalam kehidupan, infeksi otak, trauma otak, atau terpengaruh
zat-zat yang mempengaruhi fungsi otak seperti narkoba. Kelainan
neurokognitif yang telah berkembang ini menjadi dasar dari gejala-gejala
skizofrenia seperti halusinasi, kekacauan proses pikir, waham/delusi,
perilaku yang aneh dan gangguan emosi.
2. Tren peningkatan masalah kesehatan
Pada era globalisasi ini masalah kesehatan jiwa sudah meningkat, hal ini
sudah terbukti dalam dua tahun terakhir. Hal ini disebabkan oleh beban
hidup yang semakin berat. Pada saat sekarang ini pasien gangguan jiwa
bukan hanya dari kalangan bawah tetapi juga dari kalangan mahasiswa, pns,
pegawai swasta pejabat dan masyarakat kalangan menengah ke atas. Semua
itu terjadi karena sebagian besar masyarakat menengah ke atas tidak mampu
mengelola stress dan juga bisa disebabkan oleh post powewr syndrome atau

4
mutasi jabatan. Pada saat sekarang ini penyakit gamgguan jiwa tidak lagi
mengenal strata social dan usia. Banyak orang kaya yang terkena gangguan
jiwa karena hartanya habis akibat bencana.
Selain itu kasus neurosis pada anak dan remaja, juga menunjukkan
kecenderungan meningkat. Neurosis adalah bentuk gangguan kejiwaan yang
mengakibatkan penderitanya mengalami stress, kecemasan yang berlebihan,
gangguan tidur, dan keluhan penyakit fisik yang tidak jelas penyebabnya.
Tipe gangguan jiwa yang lebih berat, disebut gangguan psikotik. Klien yang
menunjukkan gejala perilaku yang abnormal secara kasat mata. Inilah orang
yang kerap mengoceh tidak karuan, dan melakukan hal-hal yang bisa
membahayakan dirinya dan orang lain, seperti mengamuk.

C. Kecenderungan dalam penyebab gangguan jiwa


Terjadinya perang, konflik, lilitan krisis ekonomi berkepanjangan merupakan
salah satu pemicu yang memunculkan stress, depresi, dan berbagai gangguan
kesehatan jiwa pada manusia. Menurut data World Health Organization (WHO),
masalah gangguan kesehatan jiwa di seluruh dunia memang sudah menjadi masalah
yang sangat serius. WHO (2001) menyataan, paling tidak, ada satu dari empat orang
di dunia mengalami masalah mental.
Tiga golongan penyebab gangguan jiwa ini. Pertama, gangguan fisik, biologis
atau organic. Penyebabnya antara lain berasal dari :
1. Faktor keturunan, kelainan pada otak, penyakit infeksi (tifus, hepatitis, malaria
dan lain-lain), kecanduan obat dan alkohol dan lain-lain.
2. Gangguan mental, emosional atau kejiwaan. Penyebabnya, karena salah dalam
pola pengasuhan (pattern of parenting) hubungan yang patologis di antara
anggota keluarga disebabkan frustasi, konflik, dan tekanan krisis.
3. Gangguan sosial aau lingkungan. Penyebabnya dapat berupa stressor psikososial
(perkawinan, problem orangtua, hubungan antarpersonal dalam pekerjaan atau
sekolah, di lingkungan hidup, dalam masalah keuangan, hukum, perkembangan
diri, faktor keluarga, penyakit fisik, dan lain-lain)

5
D. Kecenderungan situasi di era global
Era globalisasi adalah suatu era dimana tidak ada lagi pembatas antara
negara-negara khususnya di bidang informasi, ekonomi, dan politik.
Perkembangan IPTEK yang begitu cepat dan perdagangan bebas yang merupakan
ciri era ini, berdampak pada semua sector termasuk sektor kesehatan

E. Globalisasi dan perubahan orientasi sehat

Pengaruh globalisasi terhadap perkembangan yankes termasuk keperawatan


adalah tersedianya alternatif pelayanan dan persaingan penyelenggaraan
pelayanan. (persaingan kualitas). Tenaga kesehatan (perawat “jiwa” ) hrs
mempunyai standar global dalam memberikan pelayanan kesehatan, jika tdk ingin
ketinggalan.

Fenomena masalah kesehatan jiwa, indicator keswa di masa mendatang


bukan lagi masalah klinis spt prevalensi gangguan jiwa, melainkan berorientasi pd
konteks kehidupan sosial. Fokus kesehatan jiwa bukan hanya menangani orang
sakit, melainkan pada peningkatan kualitas hidup. Jadi konsep kesehatan jiwa
buka lagi sehat atau sakit, tetapi kondisi optimal yang ideal dalam perilaku dan
kemampuan fungsi social Paradigma sehat Depkes, lebih menekankan upaya
proaktif untuk pencegahan daripada menunggu di RS, orientasi upaya kesehatan
jiwa lebih pada pencegahan (preventif) dan promotif. Penangan kesehatan jiwa
bergeser dari hospital base menjadi community base.

Empat Ciri Pembentuk Struktur Masyarakat Yang Sehat :

1. Suatu masyarakat yang di dalamnya tak ada seorang manusia pun yg diperalat
oleh orang lain. Oleh karena itu seharusnya tidak ada yang diperalat/
memperalat diri sendiri, diman manusia itu mjd pusat dari semua aktivitas
ekonomi maupun politik diturunkan pada tujuan perkembangan diri manusia.
2. Mendorong aktivitas produktif setiap warganya dalam pekerjaannya,
merangsang perkembangan akal budi dan lebih jauh lagi, mampu membuat
manusia untuk mengungkapkan kebutuhan batinnya berupa seni dan perilaku
normatif kolektif.

6
3. Masyarakat terhindar dari sifat2 rakus, eksploitatif, pemilikan berlebihan,
narsisme, tidak mendapatkan kesempatan meraup keuntungan material tanpa
batas.
4. Kondisi masyarakat yang memungkinkan orang bertindak dalam dimensi2
yang dpt dipimpin dan diobservasi. Partisipasi aktif dan bertanggung jawab
dalam kehidupan masyarakat. Untuk mewujudkan struktur masyarakat sehat,
kuncinya : Setiap org harus meningkatkan kualitas hidup yang dpt menjamin
terciptanya kondisi sehat yang sesungguhnya. Mandiri dan tidak bergantung
pada orang lain merupakan orientasi paradigma kesehatan jiwa

F. Kecenderungan penyakit jiwa


Meningkatnya Masalah psikososial

Lingkup keswa sangat luas dan kompleks, juga saling berhubungan dengan segala
aspek kehidupan manusia. Mengacu pd UU No. 23 1992 tentang Kes. Dan Ilmu
Psikiatri, masalah kesehatan jiwa secara garis besar digolongkan mjd :

1. Masalah perkembangan manusia yg harmonis dan peningkatan kualitas hidup,


yaitu masalah kejiwaan yang berkaitan dengan makna dan nilai2 kehidupan
manusia
2. Masalah psikososial yaitu masalah psikis atau kejiwaan yang timbul akibat
terjadinya perubahan sosial, meliputi :
a. Psikotik gelandangan
b. Pemasungan penderita gangguan jiwa
c. Masalah anak jalanan
d. Masalah anak remaja (tawuran, kenakalan)
e. Penyalaggunaan Narkotik dan psikotropik
f. Masalah seksual (penyimpangan seksual, pelecehan seksual dll)
g. Tindak kekerasan sosial (kemiskinan, penelantaran tdk diberi nafkah,
korban kekerasan pd anak, dll)

7
G. Meningkatknya Post Traumatic Syndrome Disorder
Trauma yang katastropik, yaitu trauma di luar rentang pengalaman trauma
yang umum di alami manusia dalam kejadian sehari-hari. Mengakibatkan
keadaan stress berkepanjangan dan berusaha untuk tidak mengalami stress yang
demikian. Mereka menjadi manusia yang invalid dalam kondisi kejiwaan dengan
akibat akhir menjadi tidak produktif. Trauma bukan semata-mata gejala
kejiwaan yang bersifat individual, trauma muncul sebagai akibat saling
keterkaitan antara ingatan sosial dan ingatan pribadi tentang peristiwa yang
mengguncang eksistensi kejiwaan.

H. Tren bunuh diri pada anak-anak dan remaja


Gagasan bunuh diri merupakan keluhan pertamayang sering dijumpai
dalam pelayanan psikiatrik darurat. Semua ancaman bunuh diri, sikap dan buah
pikiran itu harus ditanggapi dengan serius, sampa dapat dibuktikan sebaliknya.
Pasien yang berisiko bunuh diri perlu diamati secara cermat. Alas an seseorang
bunuh dir adalah putus asa dengan masalah dia hadapi dan tidak merasa tidak
berdaya. Di dunia pun bunuh diri merupakan masalah psikologis dunia yang
sangat mengancam, angka kejadian terus meningkat dan sangat mengancam
Sejak tahun 1958, dari 100.000 penduduk Jepang 25 orang diantaranya
meninggal akibat bunuh diri. Sedangkan untuk negara Austria, Denmark, dan
Inggris, rata-rata 25 orang. Urutan pertama diduduki Jerman dengan angka 37
orang per 100.000 penduduk. Di Amerika tiap 24 menit seorang meninggal
akibat bunuh diri. Jumlah usaha bunuh diri yang sebenarnya 10 kali lebih besar
dari angka tersebut, tetapi cepat tertolong. Kini yang mengkhawatirkan trend
bunuh diri mulai tampak meningkat terjadi pada anak-anak dan remaja. Di
Benua Asia, Jepang dan Korea termasuk Negara yang sering diberitakan bahwa
warganya melakukan bunuh diri. Di Jepang, harakiri (menikam atau merobek
perut sendiri) sering dilakukan bawahan untuk melindungi nama baik atasannya.
Sebagai contoh, sekretaris pribadi mantan Perdana Menteri Takeshita melakukan
bunuh diri, ketika skandal suap perusahaan Recruits Cosmos terbongkar pada
tahun 1984.

8
Lockheed terbongkar. Sang sopir menusuk perutnya, demi menjaga
kehormatan pimpinannya. Data dari Badan Kesehatan Dunia (WHO) pada tahun
2003 mengungkapkan bahwa satu juta orang bunuh diri dalam setiap tahunnya
atau terjadi dalam seiap 40 detiknya. Bunuh diri juga termasuk satu dari tiga
penyebab utama kematian pada usia 15-34 tahun, selain faktor kecelakaan.
Metode bunuh diri yang paling disukai adalah menggunakan pistol,
menggantung diri dan minum racun.
I. Paterrn of Parenting dalam Kep. Jiwa
Dengan banyaknya kasus bunuh diri dan depresi pada anak, maka pola
asuh keluarga kembali menjadi sorotan Pola asuh yang baik adalah pola asuh
dimana orang tua menerapkan kehangatan yang tinggi disertai dengan kontrol
yang tinggi. Kehangatan adalah Bagaimana orang tua menjadi teman curhat,
teman bermain, teman yang menyenangkan bagi anak terutama saat rekreasi,
belajar dan berkomunikasi. Berbagai upaya agar anak dekat dan berani bicara
pada orang tuanya saat punya masalah. Orang tua menjadi teman dalam ekspresi
feeling anak sehingga anak menjadi sehat jiwanya. Bagaimana anak dilatih
mandiri dan mengenal disiplin di rumahnya. Kemandirian menjadi hal yang
sangat penting dalam kesehatan jiwa, karena akan memiliki self confidence yang
cukup. Orang tua juga melatih anak bertanggung jawab mengerjakan tugas-tugas
di rumah sepert: mencuci, menyiram bunga dll

J. Trend Pelayanan Keperawatan Mental Psikiatri di Era Globalisasi


Sejalan dengan program deinstitusionalisasi yang didukung ditemukannya
obat psikotropika yang terbukti dapat mengontrol perilaku klien gangguan jiwa,
peran perawat tidak terbatas di Rumah Sakit, tetapi dituntut lebih sensitif terhadap
lingkungan sosialnya, serta berfokus pada pelayanan preventif dan promotif.
Perubahan hospital based care menjadi community based care merupakan trend
yang signifikan dalam pengobatan gangguan jiwa. Perawat mental psikiatri harus
mengintegrasikan diri dalam community mental health, dengan tiga kunci utama :
a. Pengalaman dan pendidikan perawat, peran dan fungsi perawat serta hubungan
perawat dengan profesi lain di komunitas.

9
b. Reformasi dalam yankes menuntut perawat meredefinisikan perannya
c. Intervensi keperawatan yang menekankan pada aspek pencegahan dan promosi
kesehatan, sudah saatnya mengembangkan community based care.
Pengembangan pendidikan keperawatan sangat penting, terutama keperawatan
mental psikiatri baik dalam jumlah maupun kualitas.

K. Isu Seputar Yankep Mental Psikiatri


a. Pelayanan keperawatan mental psikiatri, kurang dapat
dipertanggungjawabkan karena masih kurangnya hasil-hasil riset tentang
keperawatan jiwa klinik.
b. Perawat psikiatri, kurang siap menghadapi pasar bebas karena pendidikannya
yang rendah dan belum adanya licence untuk praktek yang diakui secara
internasional.
c. Pembedaan perang perawat jiwa berdasarkan pendidikan dan pengalaman
sering kali tidak jelas “position description” job responsibility dan system
reward dalam pelayanan.
d. Menjadi perawat psikiatri bukanlah pilihan bagi peserta didik (mahasiswa
keperawatan.

L. Tren dan Isu Seputar Dimensi Spiritual Keperawatan Jiwa


Pada prakteknya ilmu pengetahuan dan agama tidak lagi bersifat dikotomis
melainkan antara keduanya sudah terintegrasi (saling menunjang). Seperti yang
dikatakan oleh Albert Einstein, ilmuwan penemu atom, ilmu pengetahuan tanpa
agama bagaikan orang buta. Tetapi agama tanpa ilmu pengetahuan bagaikan
orang lumpuh.
Merujuk dari pentingnya pengetahuan dan agama tersebut untuk jiwa yang
sehat banyak penelitian dilakukan diantaranya sebuah penelitian yang
mengatakan kelompok yang tidak terganggu jiwanya adalah yang mempunyai
agama yang bagus dan sebaliknya. Karl Jung telah menyimpulkan dari
analisanya bahwa mereka yang menderita penyakit mental mengalami suatu
kekosongan rohani. Terapinya terletak pada siraman keimanan yang kuat.

10
Menurut Rando (1984) keyakinan agama dapat membantu menyokong
pasien dalam menghadapi krisi kehidupan termasu kematian. Dimensi spiritual
merupakan hal yang sangat penting diperhatikan dalam masyarakat Indonesia.
Walaupun hal ini sering kali terabaikan. Pengertian tentang pentingnya
memahami kebutuhan spiritual pasien yang dilandasi atas keyakinan beragama,
nilai dan pengalaman kehidupan pasien sering tidak menjadi focus tenaga
kesehatan. Hal ini mungkin disebabkan oleh sulitnya menjelaskan secara ilmu
aspek spiritual. Tiga kebutuhan spiritual menurut Randi (1984) adalah mencari
arti kehidupan, meninggal secara wajar dan kebutuhan untuk ditemani pada saat
sakratul maut.

11
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN

Kesehatan jiwa seseorang bisa terganggu karena masalah-masalah


yang didapat selama hidup. Dalam menjalankan kehidupan setiap orang
akan mendapatkan masalah. Sebagian besar manusia tidak mampu
mengontrol emosi dan mengelola stresnya, sehingga akan melakukan yang
hal-hal yang tidak baik bagi dirinya. Walaupun begitu ada sebagian orang
yang bisa melaluinya dengan baik. Kesehatan jiwa menjadi masalah besar
di dunia dan dianggap sangat mengancam. Seseorag yang mengalami
gangguan jiwa akan melakukan beberapa hal, seperti menggunakan
NAPZA, melakukan bunuh diri dll. Setiap tahunnya kasus bunuh diri
selalu meningkat yang menyebabkan banyak orang yang meninggal. Pada
saat sekarang ini tren dan isu tentang keperawatan jiwa sangat
berkembang. Gangguan jiwa bukan hanya terjadi pada orang dewasa dan
lansia saja tetapi juga terjadi pada anak-anak dan remaja. Dan tidak hanya
dialami oleh masyarakt kalangan bawah saja tetapi juga kalangan
menengah ke atas.

B. SARAN

Banyaknya persoalan yang dihadapi selama hidup ini seperti


ekonomi dan kemiskinan dapat menyebabkan terganggunya kesehatan
mental. Orang yang mengalami depresi atau stress akan berusaha
menghilangkan stresnya dengan menggunakan NAPZA dan ada yang
melakukan bunuh diri. Untuk itu sebagai seorang perawat kita harus bisa
merawat pasien dengan gangguan jiwa dengan baik agar tidak melakukan
hal-hal yang tidak baik. Penigkatan pelayanan terhadap pasien juga harus
diperhatikan. Untuk mengurangi pasien penyakit jiwa bisa dilakukan
dengan dimensi spiritual, sehingga pasien harus lebih diperkenalkan
dengan agamanya dan memperkuat imannya.

12
DAFTAR PUSTAKA

Kaplan, A.I, Sadock B.J. (1998). Ilmu Kedokteran Jiwa Darurat (I); Jakarta.
Widya Medika.

Hamid, A.Y.S. (2009). Bunga Rampai Asuhan Keperawatan Kesehatan Jiwa (I);
Jakarta. Buku Kedokteran ECG.

Shives, L.R. (1998). Basic Consept of Psychiatric-Mental Health Nursing (4);


East Washington Square. Lippincott.

Prasetyo, H. Nugroho, P. (2009). Tingkat Pengetahuan Mahasiswa dalam


Merawat Pasien Jiwa pada Praktek Klinik Keperawatan Jiwa. Soedirman. 4 (1),
15-19.

Prihartini, Y. Hotnida, E. Peran Perawat dalam Program Terapi dan


Pemberdayaan Pasien dengan Dual Diagnosis. Bulletin Ilmiah Populer.35-42.

Novita, M.(2012). Peran Perawat Dalam Meningkatkan Kemampuan


Bersosialisasi Pada Penderita Skizofrenia Di Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi
Sumatera Utara Tahun 2011. Diakses pada tanggal 27 September 2012 dari
http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/31490

Anonim. Kesehatan Jiwa. Diakses pada tanggal 28 September 2012 dari


http://faperta.ugm.ac.id/articles/kesehatan_jiwa.pdf

13

Anda mungkin juga menyukai