a. Kulit mengerut atau keriput akibat jaringan lemak b. Permukaan kulit kasar dan bersisik karena kehilangan proses keratinisasi serta perubahan ukuran dan bentuk-bentuk sel epidermis c. Kulit kepala dan rambut menipis berwarna kelabu d. Rambut dalam hidung dan telinga menebal e. Berkurangnya elastisitas akibat dari menurunya cairan dan vaskularisasi. f. Pertumbuhan kuku lebih lambat g. Kuku jari menjadi keras dan rapuh, pudar dan kurang bercahaya h. Kelenjar keringat mengurangi jumlah dan fungsinya. 13. Sistem Muskuloskletal. a. Tulang kehilangan kepadatan (cairan) dan makin rapuh b. Kifosis c. Pergerakan pinggang, lutut, dan jari-jari terbatas. d. Persendiaan membesar dan menjadi kaku. e. Tendon mengerut dan mengangkat skelerosis. f. Atrofi serabut otot-otot serabut mengecil Otot-otot serabut mengecil sehingga seseorang bergerak menjadi lamban, otot-otot kram dan menjadi tremor g. Otot-otot polos tidak begitu berpengaruh 2.3.2 Perubahan-perubahan Mental. Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan mental yaitu: penubahan fisik khusus organ perasa, kesehatan umum, tingkat pendidikan, keturunan (Hereditas), dan lingkungan. 1. Ingatan (Memori) a. Ingatan jangka panjang: berjam-jam sampai berhari-hari yang lalu mencakup beberapa perubahan b. Ingatan jangka pendek atau seketika: 0-10 menit, ingatan buruk. 2. IQ (Inteligentia Quantion) a. Tidak berubah dengan informasi matematika dan perkataan verbal b. Berkurangnya penampilan, persepsi, dan ketrampilan psikomotor, terjadi pada saat membayangkan karena tekanan dari faktor waktu. 2.3.3 Perubahan-perubahan Psikososial Nilai seseorang yang sering diukur oleh produktivitasnya dan identitas yang disetujui dengan peran dalam pekerjaan. Meskipun tujuan ideal penerima adalah agar para lansia dapat menikmati hari tua atau Jaminan hari tua, namun dalam persetujuan yang sering sebaliknya, karena pensiun sering diartikan sebagai pertentangan. Kedudukan, kepemimpinan, peran, kegiatan, status dan harga diri Bagaimana menyiasati gaji agar tidak menjadi beban mental setelah lansia? Jawabannya sangat tergantung pada sikap mental individu dalam melewati masa pensiun. Dalam kenyataan ada menerima, ada yang takut ditolak, ada yang senang menerima Jaminan hari tua dan ada juga yang suka-olah acuh terhadap gaji (pasrah). Masing-masing dari kedua belah pihak, masing-masing individu, baik positif maupun negatif, Dampak positif lebih menenteramkan diri lansia dan dampak negatif akan meningkatkan kesejahteraan lansia. Agar pensiun lebih berdampak positif sebaiknya ada masa persiapan pensiun yang benar-benar diisi dengan kegiatan-kegiatan untuk mempersiapkan diri, bukan hanya diberikan waktu untuk masuk kerja atau tidak dengan memperoleh pendapatan penuh. Persiapan ini dilakukan dengan perencanaan, terorganisasi dan terarah untuk masing-masing orang yang akan menerima pensiun. Jika perlu dilakukan penilaian untuk menentukan arah minatnya agar tetap memiliki kegiatan yang jelas dan positif. 2.4 Tujuan dan Sasaran Kebijakan Kesehatan Lansia 2.4.1 Tujuan 1. Pemenuhan Kebutuhan Fisik (pangan, sandang dan papan) Dalam pemenuhan kebutuhan pangan, sandang, papan, untuk lansia sesuai dengan kebutuhan lansia untuk kesehatan, kenyamanan, dan kenyamanan. Pelayanan yang dilakukan dengan mendukung pelestarian, bantuan, dan perbaikan, promotif, preventif, dan kuratif, dan rehabilitatif, Pelayanan promotif : bertujuan agar lansia berperilaku hidup sehat, meningkatkan gairah hidup, kemakmuran, memelihara kemandirian serta tetap aktif dan produktif, baiksecara individu maupun kelompok. Pelayanan preventif : bertujuan mencegah terjadinya masalah kesehatan yang berkelanjutan. Pelayanan kuratif : bertujuan agar gangguan kesehatan segera teratasi dan tidak menjadi cacat. Pelayanan rehabilitasi : yaitu upaya yang bertujuan untuk mengembalikan fungsi dan percaya diri lansia seoptimal mungkin. 2. Pemenuhan Kebutuhan Mental Kebutuhan mental spiritual adalah kebutuhan yang diberikan kepada lansia yang dapat memberikan semangat dan perbaikan dalam kehidupan sehari-hari . Kebutuhan mental psikologis adalah kebutuhan yang perlu mendapat penghargaan, perhatian dari keluarga, teman, dan masyarakat 3. Pemenuhan Kebutuhan Sosial Pemenuhan kebututan sosial, yaitu pemenuhan akan pengaturan kehidupan dan penghidupan materi yang baik dan spiritual yang sesuai dengan rasa aman, kesusilaan, suka dilihat dan batin 2.4.2 Sasaran langsung Sasaran langsung : 1. Pra lansia (45-59 tahun) 2. Lansia (60-69 tahun) 3. Lansia Risi ko Tinggi (70 tahun atau 60 tahun dengan masalah kesehatan) Sasaran Tidak Langsung 1. Keluarga 2. Masyarakat tempat lansia berada 3. Organisasi sosial 4. Petugas Kesehatan Masyarakat Luas 2.5 Kebijakan Kesehatan di Lansia 2.5.1 Kebijakan Kesejahteraan Sosial pada Lansia Adapun kebujakan atau peraturan yang menjadi pedoman kesejahteraan pada Lansia adalah sebagai berikut: 2.5.1.1 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 1998 Tentang Kesejahteraan Lanjut Usia Pasal 1 Kesejahteraan adalah suatu tata kehidupan dan penghidupan sosial baik materi maupun spiritual yang diliputi oleh rasa keselamatan, kesusilaan, dan ketenteraman kelahiran batin yang memungkinkan setiap warga negara memenuhi pemenuhan kebutuhan jasmani, rohani, dan sosial yang dapat membantu bagi keluarga, keluarga. serta masyarakat dengan menjunjung tinggi hak dan kebebasan manusia sesuai dengan Pancasila. Pasal 4 Upaya peningkatan kesejahteraan sosial untuk perluasan usia harapan hidup dan masa produktif. Terwujudnya kemandirian dan kesejahleraannya, terpeliharanya sistem nilai budaya dan kekerabatan bangsa Indonesia serta lebih mendekatkan dirimu kepada Tuhan Yang Maha Esa. Pasal 5 1. lamjut usia mempunyai hak yang sama dalam kehidupan bemasyrakat, berbangsa dan bernegara. 2. sebagai penghormatan dan penghargaan kepada lanjut usia diberikan hak untuk peningkatkan kesejahteraan sosial yang meliputi: a. Pelayanan keagamaan dan mental spiritual b. Pelayanan kesehatan; c. Pelayanan Kesempatan Kerja d. Pelayanan pendidikan dan pelatihan; e. Kemudahan dalam penggunaan fasilitas, sarana, dan prasarana umum f. Kemudahan dalam layanan dan bantuan hukum g. Perlindungan sosial h. Bantuan sosial. Pasal 6 Penyelenggaraan kesejahteraan social meliputi : rehabilitasi social, jaminan social, pemberdayaan social dan perlindungan social. Program yang dilakukan yaitu: 1. Pelaynan sosial bagi lanjul usia dilaksakan departemen sosial melalui 2 sistem yaitu: a. Pelayanan melali dan panti non panti b. Pclayanar mc alu panti / d dalam panti 2. Pembedayaan sosial Program ini dilaksanakan dengan pemberian pelatihan keterampilan dan banuan modal usaha dalar bentulk bentuk kelompok kelompuk usaha bersame (KUBE) bagi lansia yang potensial. 3. Bantuan dan pemeliharaan kesejahteraan social a. Pemberi bantuan berupa Jaminan makan yana ditukan bagi lansia yang kcadaan ckonomi rya lcmah, tctapi tidak tcrtampurg dalan panti sosiak Iesra Wardha. b. Memberika bantu yangbifat kumulatif benupa bauan paket usaha ekonoris produktif tas lansia yang mesih produktif. 2.5.2. Kebijakan Pelnyanan dan Fasilitas Keschatan Pada Lansia 2.5.2.1 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan Pasal 138 tentang penvedinan pelavanan dan fasilitas kesehatan di lansia (1) Upaya pemeliharaan kesehatan untuk lanjut usia harus ditujukan untuk menjaga agar tetap hidup sehat dan produktif secara social maupun ekonomi sesuai dengan martbat kemanusiaan. (2) Pemerintah wajib menjamin dan keterseliaan fasilitas pelayanan kesehatan dan menfasilitsi kelompok lnujt usia untuk dapat tetap hidup mandiri dan produktif skcara sosial dan ekonomis. Pasal 139